Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kel 4 Akcute Kidney Injury
Makalah Kel 4 Akcute Kidney Injury
OLEH :
KELOMPOK 4
Irgi Dimas Bora’a
Marlince Dendo
Markus Kamutlaka
Orginia Amelia Saefatu
Kevin Nubatonis
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah “AKI”ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat II, selain itu menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
1.3. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu
mahasiswa dalam mempelajari tentang Aki (Acute Kitney Injuri).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
AKIN mendefinisikan AKI sebagai penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba (dalam
48 jam) ditandai dengan peningkatan serum kreatinin (SCr) >0.3 mg/dL (>25 mol/L) atau
meningkat sekitar 50% dan adanya penurunan output urin < 0.5 mL/kg/hr selama >6 jam
(Molitoris et al, 2007).
Suatu kondisi penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan hilangnya kemampuan
ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme, menjaga keseimbangan elektrolit dan
cairan (Eric Scott, 2008). Secara konseptual AKI adalah penurunan cepat (dalam jam
hingga minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel,
diikuti kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Brady et al, 2005).
2.2. Etiologi
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesis AKI, yakni :
1. Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan gangguan pada
parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%).
2. Penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal (AKI
renal/intrinsik,~40%).
3. Penyakit yang terkait dengan obstruksi saluran kemih (AKI pascarenal,~5%).
Angka kejadian penyebab AKI sangat tergantung dari tempat terjadinya AKI.
2.3. Pahtway
Acute Kidney Injury
• Cyclosporine solitary
functioning
kidney)
2.4. Patofisiologi
Patofisiologi dari AKI dapat dibagi menjadi komponen mikrovaskular dan tubular,
bentuk lebih lanjutnya dapat dibagi menjadi proglomerular dan komponen pembuluh
medulla ginjal terluar. Pada AKI, terdapat peningkatan vasokonstriksi dan penurunan
vasodilatasi pada respon yang menunjukkan ginjal post iskemik. Dengan peningkatan
endhotelial dan kerusakan sel otot polos pembuluh, terdapat peningkatan adhesi leukosit
endothelial yang menyebabkan aktivasi system koagulasi dan obstruksi pembuluh dengan
aktivasi leukosit danberpotensi terjadi inflamasi.
Pada tingkat tubuler, terdapat kerusakan dan hilangnya polaritas dengan diikuti
oleh apoptosis dan nekrosis, obstruksi intratubular, dan kembali terjadi kebocoran filtrate
glomerulus melalui membrane polos dasar. Sebagai tambahan, sel-sel tubulus
menyebabkan mediator vasoaktif inflamatori, sehingga mempengaruhi vascular untuk
meningkatkan kerjasama vascular. Mekanisme positif feedback kemudian terjadi sebagai
hasil Kerjasama vascular untuk menurunkan pengiriman oksigen ke tubulus, sehingga
menyebabkan mediator vasoaktif inflamatori meningkatkan vasokonstriksi dan interaksi
endothelial-leukosit (Bonventre, 2008).
2.6. Tatalaksana
Pada dasarnya tata laksana AKI sangat ditentukan oleh penyebab AKI dan pada
tahap apa AKI ditemukan. Jika ditemukan pada tahap prarenal dan inisiasi (kriteria RIFLE
R dan I), upaya yang dapat dilakukan adalah tata laksana opti-mal penyakit dasar untuk
mencegah pasien jatuh pada tahap AKI berikutnya. Upaya ini meliputi rehidrasi bila
penyebab AKI adalah prarenal/hipovolemia, terapi sepsis, penghentian zat nefrotoksik,
koreksi obstruksi pascarenal, dan meng-hindari penggunaan zat nefrotoksik. Pemantauan
asupan dan pengeluaran cairan harus dilakukan secara rutin. Selama tahap poliuria (tahap
pemeliharaan dan awal perbaikan), beberapa pasien dapat mengalami defisit cairan yang
cukup berarti, sehingga pemantauan ketat serta pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit harus dilakukan secara cermat. Substitusi cairan harus diawasi secara ketat
dengan pedoman volume urin yang diukur secara serial, serta elektrolit urin dan serum.
Katabolisme
Variabel Ringan Sedang Berat
KOMPLIKASI TATALAKSANA
Kelebihan cairan - Batasi garam (1-2 g/hari) dan air (<1 L/hari)
intravaskular
- Penggunaan diuretik
3.1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal
masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit, sering BAK pada malam hari,
kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit predisposisi terjadinya GGA serta
kondisi pasca akut. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan pengunan berulang,
riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik. Kondisi yang terjadi bersamaan :
tumor sal kemih; sepsis gram negatif, trauma/cidera, perdarahan, DM, gagal
jantung/hati.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urinarius atau yang
lainnya.
e. Pola Kebutuhan
• Aktivitas dan Istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan otot, kehilanggan tonus
• Sirkulasi
Tanda : Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi
orthostatik (hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat), oedema jaringgan umum,
pucat, kecenderungan perdarahan.
• Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kemih : peningkatan frekuensi, poliuria (kegagalan dini)
atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu berkemih,
dorongan kurang, kemih tidak lampias, retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi),
abdomen kembung, diare atau konstipasi, Riwayat Hipertropi prostat,
batu/kalkuli.
Tanda : Perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap, merah, coklat,
berawan, Oliguria (bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari).
• Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi),
mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, riwayat penggunaan diuretic.
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema.
• Neurosensorik
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom ‘kaki
gelisah”.
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilanggan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbanggan elektrolit/asam/basa); kejang, aktivitas kejang.
• Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
Tanda : Tachipnea, dispnea, peninggkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
(kussmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda
(edema paru).
• Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Prilaku berhati-hati, distraksi, gelisah
• Keamanan
Gejala : Ada reaktif transfusi
Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie, echimosis kulit, pruritus, kulit kering.
f. Pengkajian Keluarga
a. Anggota keluarga
b. Pola komunikasi
c. Pola interaksi
d. Pendidikan dan pekerjaan
e. Kebudayaan dan keyakinan
f. Fungsi keluarga dan hubungan
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah,
pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil : Dalam waktu 3x24 jam pasien akan :
a. Pasien melaporkan peningkatan nafsu makan
b. Pasien menunjukkan turgor kulit yang normal
Intervensi :
1) Monitor status nutrisi
2) Tambahkan diet TKTP
3) Tingkatkan masukan protein
4) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan
Rasional :
1) Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi
intervensi
2) Pola diet dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu
3) Protein diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan penyembuhan
4) Meminimalkan faktor tidak menyenangkan dan menimbulkan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialysis
Tujuan : Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil : Dalam waktu 3x24 jam pasien akan
a. Melaporkan peningkatan rasa sejahtera
b. Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan Latihan
c. Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
d. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih
Intervensi :
1) Cegah faktor yang menimbulkan keletihan
2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat
ditoleransi
3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
4) Anjurkan untuk istirahat setelah melakukan dialysis
Rasional
1) Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan
2) Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri
3) Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang adekuat
4) Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis yang bagi banyak
pasien sangat melelahkan
4. PK Anemia
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan gejala anemia
Kriteria Hasil : Dalam waktu 3x24 jam pasien akan
a. Warna kulit pasien normal
b. Nilai hematologi dalam batas yang diterima
c. Tidak mengalami perdarahan
Intervensi :
1) Instruksikan pasien bagaimana untuk mencegah perdarahan (menghindari
olahraga yang berat dan anjurkan pemakaian sikat gigi yang lembut)
2) Berikan terapi komponen darah sesuai indikasi
3) Berikan medikasi sesuai resep mencakup suplemen besi, asam folat,
Epogen maupun multivitamin
4) Hindari pengambilan spesimen darah yang tidak perlu
5) Pantau hitung sel darah merah dan kadar hematokrit sesuai indikasi
Rasional :
1) Perdarahan dapat memperburuk anemia
2) Terapi komponen darah mungkin diperlukan
3) Sel darah merah membutuhkan zat besi, asam folat dan vitamin untuk
produksinya.Epogen menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
merah
4) Anemia dicetuskan oleh pengambilan sejumlah specimen
5) Untuk mengetahui tingkat keparahan dan untuk memantau perkembangan anemia
setelah dilakukan intervensi
4.1. Kesimpulan
Acute kidney injury merupakan salah satu sindrom dalam bidang nefrologi dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Diagnosis AKI ditegakkan berdasarkan klasifikasi
RIFLE/AKIN, yang selain menggambarkan berat penyakit juga dapat menggambarkan
prognosis kematian dan prognosis kebutuhan terapi pengganti ginjal. Diagnosis dini yang
meliputi diagnosis etiologi, tahap penyakit, dan komplikasi AKI mutlak diperlukan. Tata
laksana AKI mencakup upaya tata laksana etiologi, pencegahan penu-runan fungsi ginjal
lebih jauh, terapi cairan dan nutrisi, serta tata laksana komplikasi.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran dari makalah ini yaitu :
1. Bagi mahasiswa/i dapat berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan
mengenai perawatan bagi klien dengan Aki.
2. Bagi pasien dan keluarga pasien yang ingin mengetahui cara bagaimana perawatan
penyakit Aki.
3. Bagi masyarakat umum yang berminat untuk membaca dan ingin mengetahui
perawatan penyakit Aki.
DAFTAR PUSTAKA
Lameire N, Biesen WV, Vanholder R. The rise of prevalence and the fall of mortality of
patients with acute renal failure: what the analysis of two databases does and does not tell
us. J Am Soc Nephrol. 2006;17:923-5.
Roesli RMA. Epidemiologi gangguan ginjal akut. Dalam Roesli RMA, Gondodiputro RS,
Bandiara R, editor. Diagnosis dan pengelolaan gangguan ginjal akut. Bandung: Pusat
Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/RS dr. Hasan Sadikin;
2008.p.27-40.
Waikar SS. Declining mortality in patients with acute renal fail-ure, 1988 to 2002. J Am Soc
Nephrol. 2006;17:1143-50.
Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, edi-tor. Harrison’s principle of internal medicine.
Ed 16. New York: McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-53.
Mehta RL, Chertow GM. Acute renal failure definitions and clas-sification: time for change?.
J Am Soc Nephrol. 2003;14:2178-87 .
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC,
Jakarta.
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III),
EGC, Jakarta.