Professional Documents
Culture Documents
Askep Kasus Gangguan Tidur
Askep Kasus Gangguan Tidur
Sejarah Artikel
Abstract
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a chronic lung disease characterized by obstruction or obstruction of air
flow in the airways resulting in low PaO2 and high PaCO2 in the body. This results in tissue metabolic disorders resulting in
weakness and disturbed sleep patterns. The purpose of this case study was to determine nursing care in adult patients with
COPD with sleep disorders nursing problems. This case study was conducted in the Asoka room RSUD dr. Hardjono
Ponorogo for 3 days in August 2019. The method used is the nursing care process approach method. The results of the study
found that the patient had a disturbed sleep pattern due to an increase in bronchial secretions. Nursing actions taken to
overcome problems include identifying the patient's activity and sleep patterns, providing education about a comfortable
environment, providing education on good sleep patterns, positioning semi-fowler patients, performing chest physiotherapy,
monitoring respiratory and oxygenation status. The evaluation results showed that the patient was able to sleep soundly. In
carrying out nursing care, the role of nurses is needed for the implementation of intensive actions on patients with COPD in
order to prevent disturbances in sleep patterns.
Abstrak
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronis yang ditandai dengan terjadinya obstruksi atau
hambatan aliran udara di saluran napas yang mengakibatkan PaCO2 dalam tubuh tinggi. Hal ini mengakibatkan gangguan
metabolism jaringan yang mengakibatkan kelemahan dan gangguan pola tidur. Tujuan dalam studi kasus ini untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dewasa penderita PPOK dengan masalah keperawatan gangguan pola tidur.
Studi kasus ini dilaksanakan di ruang Asoka RSUD Dr. Hardjono Ponorogo selama 3 hari di bulan Agustus 2019. Metode
yang digunakan adalah metode pendekatan proses asuhan keperawatan. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengalami
gangguan pola tidur akibat peningkatan secret bronkiolus. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah antara lain
mengidentifikasi popla aktivitas dan tidur psien, memberikan edukasi mengenai lingkungan yang nyaman, memberikan
edukasi pola tidur yang baik, memposisikan pasien semi fowler, melakukan fisioterapi dada, memonitor status pernapasan dan
oksigenasi. Hasil evaluasi didapatkan pasien sudah tidur nyenyak. Pelaksanaan asuhan keperawatan, adanya peran perawat
sangat dibutuhkan agar pelaksaan tindakan asuhan intensif dan mencegah timbulnya gangguan pola tidur pada penderita PPOK.
How to Cite: Harianto, Sholihatul Maghfirah, Sri Andayani (2021). Studi Literatur : Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dewasa Penderita Ppok Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur Di Ruang Asoka Rsud Dr. Harjono Ponorogo.
Penerbitan Artikel Karya Ilmiah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol. 5 (No. 1)
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronik tive for Chronic Obstructive Lung Diases
(PPOK) atau Chronic Obstructive GOLD, 2009)
Pulmonary Disease (COPD) merupakan Data Badan Kesehatan Dunia
suatu penyakit paru kronis yang ditandai (WHO), menunjukkan bahwa 55 juta orang
oleh terjadi obstruksi atau hambatan aliran berisiko menderita PPOK. Lebih 3 juta
udara di saluran napas yang mengakibatkan penduduk dunia meninggal dunia karena
PaO2 rendah dan PaCO2 dalam tubuh PPOK pada tahun 2005 atau sekitar 150.000
tinggi. Hal ini mengakibatkan gangguan jiwa (5% dari total). Angka kematian total
metabolism jaringan yang mengakibatkan karena PPOK meninggal sebanyak 30% atau
kelemahan dan gangguan pola tidur sekitar 900.000 jiwa. Untuk 10 tahun
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, kedepan jika tidak dilakukan penanganan
2011). secara cepat dan tepat melalui penanganan
Menurut Global Initiative for Chronic factor risiko, yaitu merokok, WHO
Obstructive Lung Diases (GOLD), PPOK memprediksi pada tahun 2020 PPOK akan
merupakan penyakit dengan karakteristik menjadi penyakit mematikan ketiga bagi
keterbatasan saluran napas. Keterbatasan masyarakat dunia (WHO, 2015).
saluran napas tersebut biasanya progresif Berdasarkan survey, Indonesia merupakan
dan berhubungan dengan respon inflamasi negara yang memproduksi dan meng-
dikarenakan bahan yang merugikan atau konsumsi tembakau dengan urutan ke-5
gas. Penyakit paru obstruktif kronik yaitu setelah China dengan total 1.643 miliar
penyakit sistemik yang memiliki hubungan batang rokok setiap tahunnya, kemudian
keterlibatan metabolik otot rangka dan siikuti Amerika Serikat dengan 451 miliar
molekuler genetic. Keterbatasan aktivitas batang setiap tahunnya, jepang 328 miliar
merupakan keluhan utama penderita PPOK batang setiap tahunnya, Rusia 258 miliar
yang sangat mempengaruhi kualitas hidup. batang setiap tahunnya, dan Indonesia 215
Disfungsi otot rangka merupakan hal utama miliar batang setiap tahun (Riyanto dan
yang memiliki peran dalam terbatasnya Hisyam, 2015). Di Jawa Timur prevalensi
aktivitas fisik bagi penderita PPOK. penderita PPOK sekitar 42% atau sebanyak
Inflamasi sistemik, penuruna berat badan, 2,7 juta jiwa per tahun.
peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, Kebiasaan merokok pada umumnya
osteoporosis, dan depresi merupakan menjadi penyebab penyakit PPOK.
manifestasi sistemik PPOK (Global Initia- Bronchitis kronik dan emfisema terjadi
Health Sciences Journal Vol 5 (No 1) (2021): 8 9 - 9 5 | 91
karena adanya infeksi berupa heamophilus kualitas tidur kurang dari kebutuhan
influenza dan streptococcus pneumonia, (Kamanger, 2010).
polusi karena zat-zat pereduksi, gen, factor Obstruksi bronkiolus, udara yang
ekonomi-sosial dimana lingkungan dan masuk pada paru-paru akan tersumbat dan
ekonomi yang memburuk (Muttaqin, 2008). mengakibatkan gangguan metabolism
PPOK sering terjadi penumpukan sekret jaringan. Sehingga metabolism jaringan
yang mengganggu saluran pernapasan, yang yang akan memproduksi ATP menurun,
dapat mengakibatkan suplai oksigen yang mengakibatkan kelemahan atau defisit
masuk akan menurun. Pada kasus ini energi sehingga mempengaruhi aktivitas dan
pemenuhan iksigenasi sangat perlu gangguan pola tidur (Kamanger, 2010).
dilakukan dengan mengatasi bersihan jalan Upaya untuk berhenti merokok
napas (Kamangar, 2010). memiliki dampak yang besar terhadap
Hal ini didukung oleh Hartono seseorang dengan riwayat PPOK. Sebagai
(2015), yang menyatakan bahwa PPOK upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menyebabkan kerusakan pada alveolar melakukan edukasi dan control tembakau
fisiologi pernapasan, yang kemudian mem- secara komprehensif, baik dari pemerintah
pengaruhi oksigenasi tubuh keseluruhan. dan atau program yang memuat pesan
Faktor-faktor risiko mendatangkan proses larangan merokok dengan isi pesan yang
inflamasi bronkus dan menimbulkan jelas, efisien, dan kontinu. Seseorang
kerusakan pada dinding bronkiolus. dengan PPOK menjaga aktivitas fisik serta
Akibatnya kerusakan yang terjadi obstruktif tetap aktif agar tubuh tetap terjaga
bronkiolus terminalis, yang mengalami kebugarannya. Pencegahan primer dapat
obstruktif awal fase ekspirasi banyak dilakukan dengan adanya deteksi dini.
terjebak dalam alveolus dan terjadi Baiknya menghindari atau mengurangi
penumpukan udara. Hal ini mengakibatkan paparan polusi di luar ruangan, dapat berupa
adanya keluhan sesak napas dengan akibat polusi pembakaran bahan bakar biomas dan
adanya obstruktif pada awal ekspirasi akan pemanasan atau memasak di ruangan
menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi dengan ventilasi yang buruk, pasien
fungsi-fungsi paru seperti ventilasi, sebaiknya memperhatikan pengumuman
distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi public tentang tingkat polusi udara
darah mengalami gangguan. Keluhan sesak (Kamnagar, 2010). Agar kualitas tidur
napas ini juga mempengaruhi kualitas tidur sesuai kebutuhan, maka penderita PPOK
kurang efektif, sehingga mengakibatkan harus mendapatkan oksigen yang cukup,
92 | Health Sciences Journal Vol 5 (No 1) (2021): 8 9 - 9 5
apabila pasien masih merasa sesak maka diikuti secara berurutan (Wasis, 2008: 11-
posisikan pasien dengan posisi semi fowler 12)
dan usahakan ruangan dalam keadaan
nyaman, tidak bising. Semua pasien PPOK HASIL DAN PEMBAHASAN
mendapat keuntungan dari pola aktivitas Pada bab ini akan dibahas kesenjangan
fisik yang rutin dan kontinu. antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus
Adanya fenomena tersebut, peneliti yang telah dilakukan di wilayah kerja
teertarik untuk mengangkat studi kasus Rumah Sakit Dr. Hardjono Ponorogo pada
tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien tanggal 04-07 Agustus 2019. Setelah
Dewasa Penderita PPOK dengan Masalah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. A
Keperawatan Gangguan Pola Tidur. dengan masalah PPOK selama 3 hari maka
penulis menganalisis beberapa kesenjangan
METODE PENELITIAN antara teori dan kasus yang akan dibahas
Studi kasus yaitu sebuah penelitian dengan sistematika lima proses kelewatan,
pada manusia (dapat sebuah organisasi, yaitu pengkajian, diagnose keperawatan,
ataupun perorangan), atau sebuah peristiwa intervensi, implementasi, dan evaluasi.
baik luar dan secara mendalam. Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran KESIMPULAN
mendalam tentang suatu kasus yang sedang 1. Pada pengkajian didapat data subjektif
diteliti. Pengumpulan data diperoleh melalui bahwa Tn. A sesak dan batuk sejak 2
wawancara, observasu, dan dokumentasi. hari yang lalu. Data objektif yang
Studi kasus merupakan penelitian dengan didapat adalah terdapat ronchi di paru
pendekatan yang tidak mengadakan kanan, pola nafas cepat dangkal, batuk
perhitungan (Sujarweni, 2014). berdahak, kehitaman di sekitar mata,
Peneliti pada studi kasus ini konjungtiva merah muda, seklera
mengambil judul Asuhan Keperawatan pada merah, tidak ada pembengkakan,
Pasien Dewasa Penderita PPOK dengan terdapat mata panda, palpebra
masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur. kehitaman, tidur 4 jam per hari, kualitas
Teknik penulisan ini menggunakan metode tidur klien berkurang, sering terbangun
deskriptif yang berbentuk studi kasus. saat merasa sesak, sering menguap
Sedangkan pada studi kasus merupakan cara namun tidak bisa tidur.
pemecahan masalah pada suatu kasus 2. Diagnosa keperawatan yang muncul
tertentu yang telah ditetapkan secara insentif pada klien yaitu gangguan pola tidur
dan mendetail. Perkembangan masalah
Health Sciences Journal Vol 5 (No 1) (2021): 8 9 - 9 5 | 93
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Irianto, K. 2014. Epidemilogi Penyakit
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Menular dan Tidak Menular Panduan
volume 2. Jakarta : EGC Klinis. Bandung : Alfabeta.