Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Vol 3 No 2 Desember 2022

Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DALAM MATERI


OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP
1
Fahrul Azmi, 2Sugiatno, 3Dona Fitriawan
1,2,3
Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Tanjungpura
Email : fahrulazmi233@gmail.com

Abstract
The observation aimed to determine conceptual understanding scale of the seventh grade
students of SMP Islam Tazkiyah Pontianak on the material of integer operations, beside that
this study intended to describe the implications of the misconceptions that occur in the
material of integer operations with the answers obtained by students and describe the factors
involved. Factors influenced the occurrence of misconceptions about integer operations in
seventh grade students at SMP Islam Tazkiyah Pontianak. The method used in this research
is descriptive. Based on the scores obtained by the research subjects, namely the seventh
grade students of SMP Islam Tazkiyah Pontianak in solving conceptual understanding
questions, the average percentage of achievement was 44.64%. Student representation in
completing the test instrument which shows that there are misconceptions about the concept
of the number line and its use in everyday life is well understood and mastered, then
misconceptions on the basic concepts of the definition of integers and the properties of
integers, then the occurrence of misconceptions related to the application of numbers
integers in daily life and mastery of the concept of application of integer operations in daily
activity.
Keyword : Conseptual Understanding,Misconseption, Integer Operation

1. PENDAHULUAN
Satu di antara tujuan pembelajaran matematika adalah pemahaman konsep
matematika seperti yang tercantum dalam Permendikbud nomor 58 tahun 2014.
Senada dengan hal tersebut telah dikemukakan oleh The National Council for
Teachers of Mathematics (NCTM) tentang Standar Prinsip Matematika Sekolah
adalah untuk mengembangkan dan memperdalam pemahaman konsep dan
hubungan matematika saat mereka membuat, membandingkan, dan menggunakan
berbagai representasi. Ketika siswa memperoleh pemahaman konsep dalam
pelajaran matematika, mereka dapat melihat hubungan antar konsep dan dapat
mempresentasikan argumennya (National Research Council, 2001:199). Siswa akan
mudah mempelajari suatu hal jika sudah menguasai konsep terlebih dahulu, dengan
kemampuan tersebut siswa akan dengan mudah untuk mengembangkan
kemampuannya dalam setiap materi pelajaran (Rahmat, dkk : 2018). Salah satu
materi pembelajaran yang dituntut untuk dikuasai konsep yang termuat didalamnya
yaitu operasi hitung bilang bulat.
Bilangan bulat adala bilangan nol, bilangan asli dan lawan bilangan asli.
Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan bulat negative dan
bilangan nol dan dapat ditunjukkan dengan anak panah pada garis bilangan Semua
bilangan di sebelah kiri nol adalah bilangan negatif dan semua bilangam di sebelah
kanan nol adalah bilangan positif (Lisnawati : 2001). Sedangkan menurut Sri
Subarinah (2006), pembelajaran operasi bilangan bulat sering menyulitkan karena
sering tercampurnya tanda positif dan tanda negatif bilangan dengan operasi

134
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

penjumlahan dan pengurangan, sehingga konsepnya tidak tertanam dengan baik.


Disamping itu kesulitan yang sering terjadi adalah untuk menjelaskan perkalian
bilangan bulat negatif dengan bilanganbulat positif dan negatif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prahmana & Anggraini (2018)
diperoleh hasil penelitian bahwa pemahaman matematika siswa kurang dalam
pengoperasian bilangan. Secara umum kemampuan matematika siswa Indonesia
masih rendah terlihat dari data PISA 2018 Indonesia menempati peringkat 67 dari
73 negara (Tohir, 2019). Data TIMSS menunjukkan siswa di Jepang lebih sukses
dari pada siswa Amerika dan Kanada, hal tersebut dikarenakan 49% guru di Jepang
menekankan pada pemahaman konsep sedangkan Amerika dan Kanada hanya 18%
dan 13% guru menekan pada pemehaman konsep menurut Millls dalam Karatas &
Baki (2013).
Kurangnya pemahaman konsep disebabkan oleh beberapa hal antara lain
siswa terbiasa dan dibiasakan mempelajari sebuah konsep tanpa proses pemahaman
mendalam yang dapat ditunjukkan dengan adanya pemikiran filosofis untuk
membuktikan terwujudnya konsep tertentu hingga aplikasinya dalam kehidupan
sehari- hari. Menurut Reys dalam Auliya (2013: 5), mereka hanya fokus pada
keterampilan berhitun seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
sejumlah bilangan. Selain itu, faktor lainnya dikemukakan oleh Dahar (dalam
Auliya, 2013:5) yaitu kebanyakan siswa memahami konsep matematis yang baru
tanpa didasari pemahaman mengenai konsep matematis sebelumnya. Hal ini
tergolong permasalahan dalam pembelajaran matematika yang perlu diatasi,
dikarenakan hal ini bertentangan dengan hakikat dari matematika itu sendiri yang
merupakan ilmu hierarki dimana antar materi berkesinambungan satu sama lain
(Fitriawan & Wardah, 2021).
Hal ini sejalan dengan hasil temuan peneliti saat melakukan prariset secara
terbatas kepada 6 siswa Sekolah Menengah Pertama dari berbagai sekolah di Kota
Pontianak dengan memberikan 3 (tiga) soal yang menyangkut konsep dasar dari
operasi bilangan bulat dan siswa diperintahkan untuk membuktikannya dengan
menggunakan garis bilangan berikut dengan arah anak panah sebagai langkah
matematis yang berlandasan dalam mengerjakan soal operasi bilangan bulat.
Adapun informasi yang diperoleh dari tindakan tersebut menunjukkan bahwa dari
6 siswa hanya terdapat satu siswa yang memahami konsep dengan baik dengan
menunjukkan pembuktian hasil jawaban dengan garis bilangan dengan benar, satu
siswa diantaranya tidak memahami konsep dengan baik dan menunjukkan jawaban
yang salah pada ketiga soal, sedangkan 4 siswa lainnya justru menunjukkan
jawaban yang variatif, menariknya beberapa pertanyaan yang diajukan terjadi
miskonsepsi tersebut dalam proses pengerjaan namun jawaban yang dituliskan
merupakan jawaban yang benar. Berikut dari 2 dari 4 jawaban yang tergolong
miskonsepsi dalam pengerjaan soal yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat menggunakan garis bilangan (Fitriawan, 2021).
Siswa ini tergolong siswa yang tidak dapat melakukan perhitungan operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan baik terlihat dari hasil jawaban
yang dituliskan keliru termasuk dengan penyajian garis bilangan yang tidak tepat.
Permasalahan miskonsepsi juga terjadi pada siswa Y, menariknya siswa Y mampu
melakukan perhitungan dengan baik, ini menjadi langkah awal yang baik untuk

135
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

dapat tergolong kedalam siswa yang memahami konsep operasi penjumlahan dan
pengurangan dengan baik, namun pemahaman konsep ditandai dengan mampu
membuktikan jawaban dengan langkah matematis yang valid dalam hal ini melalui
penggambaran garis bilangan yang tepat sesuai dengan intruksi soal, siswa Y
tergolong siswa yang tergolong mengalami miskonsepsi dikarenakan tidak dapat
membuktikan jawaban yang diperolehdengan langkah matematis yang berlandasan.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Pemahaman Konseptual Siswa dalam Materi Operasi Hitung Bilangan
Bulat Kelas VII SMP Islam Tazkiyah Pontianak”

2. METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti, maka metode yang sesuai dalam
penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta,
keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan
menyajikan apa adanya (Subana & Sudrajat, 2011: 89). Sedangkan menurut Arikunto
(2010: 3) menjelaskan bahwa penelitian deskripsif adalah penelitian yang dirancang
untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konseptual siswa kelas
VII SMP Islam Tazkiyah Pontianak pada materi operasi bilangan bulat, disamping itu
dalam penelitian ini ditujukan juga untuk mendeskripsikan implikasi antara miskonsepsi
yang terjadi pada materi operasi bilangan bulat dengan hasil jawaban yang diperoleh
siswa serta mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya miskonsepsi
materi operasi bilangan bulat pada siswa kelas VII di SMP Islam Tazkiyah Pontianak.
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2016: 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dapat dibedakan menjadi enam jenis yaitu
teknik observasi langsung, teknik observasi tidak langsung, teknik komunikasi
langsung, teknik komunikasi tidak langsung, teknik pengukuran dan teknik studi
dokumenter (Nawawi, 2012: 100). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik komunikasi langsung. a) Teknik Tes;
Teknik tes adalah pelaksanaan penilaian dengan menyajikan serangkaian pertanyaan
yang harus dijawab dengan benar. Menurut Sudijono (2008: 66) tes adalah alat atau
prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep yang ditujukan untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa yang diwujudkan dalam perolehan hasil skor tes
yang diberikan pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama di Kota Pontianak. b)
Teknik Komunikasi Langsung; Teknik komunikasi langsung adalah cara
mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung
secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut
(Nawawi, 2012: 101).
Adapun teknik komunikasi langsung yang digunakan berupa wawancara studi
kasus yang diberikan setelah siswa menyelesaikan soal tes pemahaman konsep. Tujuan
wawancara adalah untuk mendukung fakta-fakta tertentu yang menurut peneliti tidak
terungkap melalui tes pemahaman konsepyang telah diberikan (Yin, 2003: 109), dalam

136
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

konteks penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi tentang keterkaitan antara
pemahaman konsep yang dimiliki siswa dengan jawaban siswa terhadap tes yang
diberikan serta memperoleh informasi berkiatan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhiterjadinya miskonsepsi pada materi bilangan bulat.
Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2018: 334) analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
cacatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Dalam penelitian ini,
data diperoleh dalam bentuk data kualitatif yang berupa informasi mengenai
pemahaman konsep siswa dalam memecahkan masalah materi bilangan bulat,
implikasi pemahaman konsep dengan jawaban akhir siswa dalam mengerjakan soal
yang diberikan, serta informasi berkaitan dengan hal-hal yang mneyebabkan
terjadinya miskonsepsi pada bilangan bulat. Menurut Sugiyono (2018: 337), aktivitas
dalam analisis data meliputi data reduction (reduksi data), data display (penyajian
data), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan).
Setelah pelaksanaan tes pemahaman konsep selesai, dilanjutkan dengan
pengoreksian pekerjaan siswa dengan penskoran. Skor yang diberikan untuk setiap
soal pada tes pemahaman konsepdapat dilihat pada rubrik penskoran. Selanjutnya dari
hasil tes tersebut akan dilakukan analisis data berdasarkan tujuan penelitian yang
diidentifikai secara khusus yaitu untuk mengetahui kemampuan pemahaman
konsepsiswa. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses analisis data adalah
sebagai berikut: a) Pemberian skor pada tes kemampuan pemahaman konsep
berdasarkan rubrik penilaian. Skor pada tes kemampuan pemahaman konsep
digunakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas tes. Selain itu skor
digunakan untuk menentukan kategori kemampuan pemahaman konsep siswa kelas VII
SMP Islam Tazkiyah Pontianak secara umum, disamping itu juga diperuntukkan untuk
mengidentifikasi siswa yang mengalami miskonsepsi dalam mengerjakan tes untuk
mengetahui implikasi antara miskonsepsi yang dialami dengan hasil jawaban yang
diperoleh; b) Menyatakan skor tes kemampuan pemahaman konsepsiswa dalam
bentuk presentase untuk masing- masing siswa; c) Mengkategorikan hasil skor
pemahaman konseptual yang telah diperoleh oleh siswa; d) Memberikan hasil
penskoran tes pemahaman konseptual siswa; e) Memberikan hasil pengkategorian
pemahaman konseptual siswa pada masing- masing indikator berdasarkan hasil skor tes
yang diperoleh; f) Mendeskripsikan jawaban hasil tes pemahaman konseptual pada
siswa yang mengalami miskonsepsi namun memperoleh hasil jawaban yang benar.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini memiliki 2 sub tujuan yakni mendeskripsikan tingkat
pemahaman konsep siswa dalam menyelesaikan soal operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat, serta mendeskripsikan implikasi antara miskonsepsi yang
terjadipada materi bilangan bulat dengan hasil jawaban yang diperoleh siswa kelas VII
SMP Islam Tazkyah Pontianak. Peneliti memberlakukan instrumen tes pemahaman
konseptual materi operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat untuk

137
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

mengidentifikasi tingkat pemahaman konsep siswa pada materi tersebut, untuk


selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap miskonsepsi yang terjadi dengan hasil
jawaban siswa.
Adapun tingkat pemahaman konsep siswa baik secara individu ataupun
kelompok (kelas) diidentifikasi dengan mengacu pada pengkategorian yang diadaptasi
dari Sudijono (2011: 449) yakni X̅- SD ≤ X untuk kategori tinggi, X̅ – SD ≤ X < X̅ +
SD untuk kategori sedang dan < X̅ – SD. Berikut hasil pengkategorian tingkat
pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Islam Tazkyah Pontianak.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh jumlah simpangan baku
2
(xi - 𝑥̅) yaitu 238,66 dengan rata-rata atau varians 11,36, sehingga Standar Deviasi
(SD) yang diperoleh yaitu sebesar 3,37. Berdasarkan nilai SD tersebut dapat
disimpulkan skor yang berada dikategori tinggi yaitu 10,67 ≤ X, sedangkan yang
berada dikategori sedang yaitu 3,96 ≤ X < 10,67, dan yang berada dikategori rendah
yaitu < 3,96. Dari 21 siswa yang terlibat dalam pengisian tes pemahaman konsep
terdapat 4 siswa atau 19,05% yang berada di kategori tinggi, sebagian besar berada di
kategori sedang yaitu 15 siswa atau 71,43%, dan hanya terdapat 1 siswa saja atau
4,76% yang berada di kategori rendah. Secara umum skor rata-rata yang diperoleh
yaitu 7,33 demikian tingkat pemahaman konsep siswa berada di kategori sedang.
Dalam memenuhi indikator mendefinisikan bilangan bulat dari soal cerita ke
simbolik pada soal nomor (1), perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai rata-rata
yang diperoleh yaitu 2,86 dengan Standar Deviasi (SD) yang diperoleh yaitu sebesar
0,89. Berdasarkan nilai SD tersebut dapat disimpulkan skor yang berada dikategori
tinggi yaitu 3,75 ≤ X, sedangkan yang berada dikategori sedang yaitu 1,97 ≤ X < 3,75,
dan yang berada dikategori rendah yaitu < 1,97. Berdasarkan perolehan skor siswa,
terdapat 6 siswa atau 28,57 % yang berada di kategori tinggi, 14 siswa atau 66,67 %
yang berada dikategori sedang, dan 1 siswa saja atau 4,76 % yang berada dikateori
rendah. Secara umum, pada indikator ini skor rata-rata yang diperoleh yaitu 2,86 atau
berada dikategori sedang.
Selanjutnya pada nomor (2) yang mengandung indikator menentukan contoh
dan bukan contoh bilangan bulat dari cerita kontekstual. Berdasarkan perhitungan
yang dilakukan diperoleh nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 1,86 dengan Standar
Deviasi (SD) yang diperoleh yaitu sebesar 1,08. Berdasarkan nilai SD tersebut dapat
disimpulkan skor yang berada dikategori tinggi yaitu 2,94 ≤ X, sedangkan yang berada
dikategori sedang yaitu 2,94 ≤ X < 0,78 , dan yang berada dikategori rendah yaitu <
0,78. Berdasarkan perolehan skor siswa, terdapat 5 siswa atau 23,81% yang berada di
kategori tinggi, 14 siswa atau 66,67% yang berada dikategori sedang, dan 2 siswa saja
atau 9,52% yang berada dikateori rendah. Secara umum, pada indikator ini skor rata-
rata yang diperoleh yaitu 1,86 atau berada dikategori sedang.
Pada indikator mengubah suatu bentuk representasi bilangan bulat dari
kontektual ke bentuk simbolik, secara umum skor rata-rata yang diperoleh yaitu 1,52
dan berada dikategori sedang. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh
Standar Deviasi (SD) yang diperoleh yaitu sebesar 1,14. Berdasarkan nilai SD
tersebut dapat disimpulkan skor yang berada dikategori tinggi yaitu 2,66 ≤ X,
sedangkan yang berada dikategori sedang yaitu 2,66 ≤ X < 0,38 , dan yang berada
dikategori rendah yaitu < 0,38. Berdasarkan perolehan skor siswa, terdapat 2 siswa
atau 14,29% yang berada di kategori tinggi, 14 siswa atau 66,67% yang berada

138
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

dikategori sedang, dan 4 siswa saja atau 19,06% yang berada dikateori rendah.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai rata-rata yang
diperoleh pada soal nomor (4) yang memuat indikator mengidentifikasi sifat- sifat
pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bula, nilai rata-rata yang
diperoleh yaitu 1,1 dengan Standar Deviasi (SD) yang diperoleh yaitu sebesar 0,97
Berdasarkan nilai SD tersebut dapat disimpulkan skor yang berada dikategori tinggi
yaitu 2,07 ≤ X, sedangkan yang berada dikategori sedang yaitu 2,07 ≤ X < 0,13 , dan
yang berada dikategori rendah yaitu < 0,13. Berdasarkan perolehan skor siswa,
terdapat 1 siswa atau 4,76% yang berada di kategori tinggi, 14 siswa atau 66,67% yang
berada dikategori sedang, dan 6 siswa saja atau 28,57% yang berada dikateori rendah.
Secara umum, pada indikator ini skor rata-rata yang diperoleh yaitu 1,1 atau berada
dikategori sedang.
Implikasi miskonsepsi terhadap hasil jawaban siswa ditujukan untuk
menganalisis miskonsepsi yang terjadi yang kemudian mempengaruhi hasil jawaban
atas instrumen tes pemahaman konsep yang diberikan. Pembahasan terkait hal ini
melibatkan representasi siswa yang mengalami miskonsepsi dalam
menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap representasi siswa
tersebut.
Berikut akan dijabarkan analisis jawaban, analisis miskonsepsi yang terjadi
hingga implikasi miskonsep terhadap hasil jawaban siswa pada masing-masing
indikator: a) Miskonsepsi Terhadap Hasil Jawaban Siswa Soal Nomor (1), intuk
mengidentifikasi jenis miskonsepsi yangrjadi dan implikasinya terhadap jawaban
yang dituliskan dalam lembar jawaban, representasi siswa yang dipilih yaitu siswa
YFH dan UY yang merupakan siswa-siswa yang tergolong tidak memenuhi indikator
soal nomor (1) atau mengalami miskonsepsi dalam mendefinisikan bilangan bulat dari
soal cerita ke simbolik.
Pada soal ini, siswa YFH tidak menuliskan alasan atas kesimpulan yang
diperoleh, sedangkan hal tersebut telah diintruksikan dalam soal. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa siswa YFH tidak yakin dengan kesimpulan yang diperoleh,
siswa YFH juga menyatakan bahwa tidak dapat memahami konsep penerapan
bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan siswa UY menuliskan
kesimpulan yang keliru pada soal ini, disamping itu siswa UY juga menuliskan alasan
yang tidak sesuai. Dalam sesi wawancara siswa UY mengatakan konsep dasar terkait
bilangan bulat tidak dipahaminya dengan baik, sehingga esensi bilangan bulat dan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dianalogikan dengan tepat.
Terdapat beberapa sub pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat yang termuat dalam soal ini yaitu konsep garis bilangan dan konsep penggunaan
garis bilangan dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum baik siswa YFH dan UY
tidak dapat mendefinisikan bilangan bulat dari soal cerita ke simbolik. Adapun ekspresi
bilangan yang dimaksud dalam soal dapat diidentifikasi dengan baik jika konsep dasar
terkait garis bilangan dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dipahami dan
dikuasai dengan baik, implikasinya jawaban yang dituliskan tidak menunjukkan
jawaban yang sesuai; b) Miskonsepsi Terhadap Hasil Jawaban Siswa Soal Nomor (2),
jenis miskonsepsi yang terjadi dan implikasinya terhadap jawaban yang dituliskan
dalam lembar jawaban pada soal nomor (2) ini yang direpresentasikan oleh siswa SD

139
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

dan ZA yang merupakan siswa-siswa yang tergolong tidak memenuhi indikator soal
nomor (2) atau mengalami miskonsepsi dalam menentukan contoh dan bukan contoh
bilangan bulat dari cerita kontekstual.
Pada soal ini siswa SD menarik kesimpulan dengan menetapkan tidak ada
pernyataan satupun yang mengandung bilangan bulat. Ini menjadi indikasi awal siswa
SD tidak tidak menyebutkan contoh dan noncontoh bilangan bulat, indikasi tersebut
semakin terput dengan hasil wawancara yang dilakukan, siswa SD mengaku menjawab
soal tanpa pertimbangan yang baik, dikarenakan tidak memahami konsep atau
terjadinya miskonsepsi. Berbeda dengan siswa SD, siswa ZA memilih untuk
menjawab soal ini. Tentu hal ini dilatarbelakangi kurang pemahaman terkait dengan
konsep bilangan bulat terutama dalam menentukan contoh dan noncontoh, hal ini
diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan siswa SD menyatakan tidak
mengetahui sama sekali pernyataan- pernyataan yang mengandung bilangan bulat pada
soal.
Terdapat beberapa sub mendasar pada materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat yang termuat dalam soal nomor 2 yaitu berkaitan dengan definisi
bilangan bulat dan sifat-sifat bilangan bulat. Melalui pemahaman konsep terkait sub-
sub tersebut siswa akan mampu menyebutkan contoh dan noncontoh bilangan bulat,
yang dalam hal ini tidak dapat diidentifikasi dengan baik oleh siswa SD dan ZA,
sehingga berimplikasi pada jawaban yang dituliskan; c) Miskonsepsi Terhadap Hasil
Jawaban Siswa Soal Nomor (3), siswa BY dan WI menjadi representasi siswa yang
akan dianalisis hasil jawaban yang dituliskan dalam lembar jawaban untuk kemudian
diidentifikasi jenis miskonsepsi yang terjadi. Pada soal ini siswa diharapkan dapat
mengubah suatu bentuk representasi bilangan bulat dari kontektual ke bentuk simbolik
yang ditunjukkan dalam soal dengan ilustrasi penentuan suhu ruangan melalui soal ini
siswa diharapkan mampu menginterpretasi hingga merepresentasi unsur bilangan bulat
dari ilustrasi tersebut dan mampu menarik kesimpulan secara matematis dari soal
cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari tersebut.
Pada soal ini siswa BY dan WI menjadi siswa yang tidak mampu
memenuhi indikator yang terkandung dalam soal. Siswa BY merepresentasi bilangan
yang keliru sehingga berpengaruh terhadap langkah penyelesaian dan kesimpulan yang
dihasilkan. Hal ini diperkuat dengan dilakukannya wawancara terhadap siswa BY
yang memperkuat indikasi bahwa siswa BY tidak mampu memahami soal dengan baik
sehingga indikator yang terdapat dalam soal tidak terpenuhi. Sedangkan siswa WI
tidak menuliskan gagasan sama sekali pada soal ini, hasil wawancara juga
menunjukkan hal yang sama yaitu siswa WI tidak dapat mengemukakan gagasan
terkait penyelesaian masalah ini saat sesiwawancara dilakukan.
Dalam soal ini siswa diharapkan dapat menginterpretasikan soal dengan baik
untuk kemudian menentukan representasi simbolik yang termuat dalam soal. Untuk
memenuhi indikator ini konsep terkait aplikasi bilangan bulat dalam kehidupan sehari-
hari dan konsep operasi bilangan bulat, karna hal tersebut tidak dipenuhi sehingga
berimplikasi pada jawaban yang tergolong keliru dalam lembar jawaban; d)
Miskonsepsi Terhadap Hasil Jawaban Siswa Soal Nomor (4), pada soal ini siswa
diharapkan dapat memenuhi indikator mengidentifikasi sifat-sifat pada operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang ditunjukkan melalui soal yang
berkaitan dengan pemberlakuan operasi penjumlahan dan pengurangan tersebut pada

140
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

soal cerita. Adapun siswa dijadikan representasi untuk dianalisis miskonsepsi dan
implikasinya terhadap hasil jawaban yaitu AL dan JKN.
Siswa AL melakukan perhitungan yang keliru terhadap operasi penjumlahan
dan pengurangan yang dilakukan, sedangkan siswa JKN tidak menuliskan jawaban
apapun pada soal ini. Baik siswa AL dan JKN tidak mampu mengidentifikasi sifat-sifat
pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga berpengaruh
terhadap proses perhitungan yang dilakukan. Terdapat sub konsep dalam bilangan bulat
yang menjadi prasyarat untuk dapat menyelesaikan permasalahan pada soal ini yaitu
berkaitan konsep aplikasi operasi bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari. Baik
siswa AL dan JKN tidak menguasai konsep tersebut atau terjadinya miskonsepsi pada
materi tersebut sehingga berimplikasi pada jawaban yang dituliskan dalam lembar
jawaban.

4. KESIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan skor yang diperoleh subjek penelitian yaitu siswa kelas VII SMP
Islam Tazkiyah Pontianak dalam menyelesaikan soal pemahaman konseptual yang
diberikan nilai rata-rata persentase ketercapaian sebesar 44,64%. Dibanding soal
lainnya soal nomor (1) memperoleh skor rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan soal
lainnya, pada soal ini siswa memperoleh skor rata-rata persentase keberhasilan
71,43%. Sedangkan pada soal nomor (2) skor rata-rata persentase ketercapaian sebesar
46,43%, sementara itu soal nomor (3) memperoleh persentase ketercapaian sebesar
38,1% dan soal nomor (4) dengan persentase keberhasilan yakni27,38%.
Selanjutnya berdasarkan rumusan penelitian yaitu terkait tingkat pemahaman
konsep siswa dan implikasi miskonsepsi terhadap jawaban siswa dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh jumlah
simpangan baku (xi - 𝑥̅)2 yaitu 238,66 dengan rata-rata atau varians 11,36, sehingga
Standar Deviasi (SD) yang diperoleh yaitu sebesar 3,37. Dari 21 siswa yang terlibat
dalam pengisian tes pemahaman konsep terdapat 4 siswa atau 19,05% yang berada di
kategori tinggi, sebagian besar berada di kategori sedang yaitu 16 siswa atau 76,19%,
dan hanya terdapat 1 siswa saja atau 4,76% yang berada di kategori rendah.
Secara umum skor rata-rata yang diperoleh yaitu 7,33 demikian tingkat
pemahaman konsep siswa berada di kategori sedang; 2) Representasi siwa pada
indikator yang ditunjukkan paa soal nomor (1) menunjukkan terjadinya miskonsepsi
pada konsep garis bilangan dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
dipahami dan dikuasai dengan baik, selanjutnya miskonsepsi pada konsep dasar
tentang definisi bilangan bulat dan sifat-sifat bilangan bulat berimpilikasi tidak
mampunya siswa memenuhi indikator pada soal nomor (2), selanjutnya terjadinya
miskonsepsi terkait aplikasi bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari dan konsep
operasi bilangan bulat berpengaruh terhadap terpenuhinya indikator pada soal nomor
(3), dan penguasaan konsep aplikasi operasi bilangan bulat dalam kehidupan sehari-
hari menjadi penentu dalampenyelesaian soal nomor (4).
Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian maka penulis bermaksud memberikan
beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Bagi peneliti lainnya yang dapat mengambangkan aspek lain

141
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

dari variabel pemahaman konsep yang ditujukan untuk memperkaya pengetahuan


pembaca serta melengkapi literasi berkaitan dengan pemahaman konsep tersebut; 2)
Berkaitan dengan tingkat pemahaman konsep siswa SMP Islam Tazkiyah yang belum
dioptimal diharapkan, pihak sekolah khususnya guru matematika dapat mengevaluasi
seluruh komponen yang diberlakukan dalam proses pembelajaran khususnya pada
materi bilangan bulat dalam rangka meningkatkan kemampuan pemahaman konsep; 3)
Muatan implikasi miskonsepsi terhadap jawaban siswa pada soal yang berkaitan dengan
operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat menjadi acuan sehingga
hal-hal menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada materi tersebut dapat diidentifikasi
dan dapat diberlakukan metode yang strategis untuk mengoptimalkan pemahaman
konsep siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Anas, Sudijono (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Anderson, L.W., & David R. Krathwohl. (2010). Terjemahan. Kerangka Landasan
Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Revisi Taksonomi Bloom.
Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Auliya, R.N. (2013). Pengaruh model Pembelajaran Kooperative Tipe CRH (Course,
Review, Hurray) terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMP.
Thesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Djaali (2011) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Duffin, J.M.& Simpson, A.P. (2000). A Search for understanding. Journal of
Mathematical Behavior. 18(4): 415-427.
Fitriawan, D. (2021). Ekplorasi Bahan Ajar Geometri Dalam Kesinambungan Diskursus
Matematika. Jurnal Derivat: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika,
8(1), 11–20. https://doi.org/10.31316/j.derivat.v8i1.1332.
Fitriawan, D., & Wardah. (2021). The Implementation Of Blended Learning Based
Model E-Learning Moodle. 10(2), 1001–1007.
Johnson, B. R., & Schneider, M. (2012). Developing Conceptual and Procedural
Knowledge of Mathematics. Oxford University Press. Diunduh pada 5
Februari 2021.
K. Yin, Robert. (2013). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di kbbi.kemdikbud.go.id/entri/
religius. Diakses 20 Februari 2021.
Karatas, I. & Baki, A. (2013). Pengaruh Lingkungan Belajar Berbasis Pemecahan
Masalah Terhadap Prestasi Pemacahan Masalah Siswa. IEJEE, 5(3), 249-268.
Kilpatrick, J., Swafford, J. & Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn
Mathematics. Washington, DC: NationalAcademy Press.
Nawawi, Hadari. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

142
Vol 3 No 2 Desember 2022
Jurnal AlphaEuclidEdu
Revised: 17/10/2022; Resived: 13/11/2022; Accepted: 06/12/2022

NCTM. (2000). Prrinciples and Standards for School Mathematics. USA : NCTM.
NCTM. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. USA: NCTM
Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi Pendidikan Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga
Rahmat, F.L.A., Suwanto, Rasto. (2018). Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa
Melalui Teams Games Tournament (TGT): Meta Analisis : Manejerial Jurnal,
3(240)
Simanjuntak, Lisnawati. (2001). Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta
Subana, M., Sudrajat, (2011). Dasar – Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka
Setia.
Subarinah, Sri. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar.
Mataram: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Direktorak Ketenagaan.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tohir, Muhammad. (2019). Hasil Pisa Indonesia Tahun 2018 Turun Dibanding Tahun
2015. Tersedia Online: https://matematohir.wordpress.com /2019/12/03/hasil-
pisa- indonesiatahun-2018turun-dibanding-tahun-2015/ [20 Januari2021]

143

You might also like