Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Psikoborneo

Jurnal Imiah Psikologi p-ISSN : 2477-2666


Volume 10 No 3 | September 2022: 507-518 e-ISSN : 2477-2674
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikoborneo.v10i3

Studi Resiliensi Pada Mahasiswi Penyintas Kekerasan


Muhammad Ghiffari1 , Muhammad Ali Adriyansyah2
1,2
Departemen of Psychology, University of Mulawarman, Indonesia
Email : 1 ghiffarimuslim@gmail.com , 2 Ali.adriansyah@fisip.unmul.ac.id

Artikel Info ABSTRACT


Riwayat Artikel: This study looked at how survivors are able to become resilience after experiencing violence, based
Penyerahan 10/08/2022 on the traits they display. Four female survivors were selected using a random sampling method,
Revisi 18/08/2022 which was based on criteria determined using the screening method. This type of research is
Diterima 01/09/2022 qualitative, using phenomenological analysis. The data collection method used is an interview using
semi-directed interview techniques that are in accordance with the interview guidelines compiled by
the researcher and developed during the interview. The data analysis techniques used are preparing
data, reading the entire data, coding data, applying the results of data coding to the topic to be
Keyword: analyzed, presenting the topic in the form of a narrative, and interpreting the data. In the results of
Resilience; research on the subject of female students survivors of violence, with the results of the subject
Violence; having the ability to regulate self-emotions including the subject of regulating emotions, the ability
Student to control impulses including subjects who are able to control desires, the ability to optimism
includes positive thinking in their situation, the ability to find out the source of the problem includes
subjects who are able to know the cause of the incident, the ability to self-efficacy includes the desire
in the subject to complete the problem is, empathy ability includes subjects who feel what others
feel, and achievement abilities include subjects who are able to achieve what they want and
overcome fears in their lives.

ABSTRAK Kata Kunci


Penelitian ini melihat bagaimana survivor mampu menjadi resiliensi setelah mengalami kekerasan, Resiliensi;
berdasarkan sifat-sifat yang mereka tampilkan. Empat perempuan penyintas dipilih menggunakan Kekerasan;
metode random sampling, yang didasarkan pada kriteria yang ditentukan menggunakan metode Mahasiswa
skrining. Jenis penelitian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan analisis fenomenologi. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan teknik wawancara semi
terarah yang sesuai dengan pedoman wawancara yang disusun oleh peneliti dan dikembangkan
selama wawancara.Teknik analisis data yang digunakan adalah menyiapkan data, membaca seluruh
data, mengkodekan data, menerapkan hasil pengkodean data pada topik yang akan dianalisis,
menyajikan topik dalam bentuk narasi, dan menginterpretasikan data. Pada hasil penelitian pada
subjek mahasiswi penyintas kekerasan, dengan hasil subjek memiliki kemampuan regulasi emosi diri
meliputi subjek mengatur emosi, kemampuan pengendalian impuls meliputi subjek yang mampu
mengendalikan hasrat, kemampuan optimisme meliputi pemikiran yang positif pada situasi mereka,
kemampuan mencari tahu sumber masalah meliputi subjek yang mampu mengetahui penyebab dari
kejadian tersebut, kemampuan efikasi diri meliputi keinginan dalam diri subjek untuk menyelesaikan
masalahnya, kemampuan empati meliputi subjek yang merasakan apa yang orang lain rasakan, dan
kemampuan pencapaian meliputi subjek yang mampu meraih apa yang dinginkan dan mengatasi
ketakutan dalam hidupnya.

Copyright (c) Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi


Korespondensi:

Muhammad Ali Adriyansyah


Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Mulawarman
Email: Ali.adriansyah@fisip.unmul.ac.id

507

Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi by http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/PSIKO is


licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi | Volume 10 No. 3 | September 2022: 507-518

LATAR BELAKANG Di Universitas Mulawarman sendiri


pernah terjadi tindakan pelecehan/kekerasan
Kekerasan terhadap perempuan kerap
seksual secara verbal entah itu disengaja atau
terjadi dimana saja mencuatnya kasus
tidak. Pada tanggal 2017 silam karena sempat
kekerasan terhadap perempuan terjadi hampir
maraknya pemberitaan tindak pelecehan dan
diseluruh belahan bumi termasuk di Indonesia.
kekerasan seksual sekelompok mahasiswi di
Menurut penjelasan “Deklarasi Anti Kekerasan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik membentuk
Terhadap Perempuan”, Pasal 1 dalam Komnas
sebuah komunitas bernama “Embrio
Perempuan. Kekerasan terhadap perempuan
Perempuan Merdeka” dengan seorang
adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan
mahasiswi yang bernama Tina sebagai ketua
jenis kelamin yang berakibat atau mungkin
komunitas dibentuk dengan ideologi feminis
berakibat kesengsaraan atau penderitaan
yang menentang tindak pelecehan dan
perempuan secara fisik, seksual dan psikologi
kekerasan seksual terhadap perempuan. Dan
termasuk ancaman tindakan tertentu,
menurut SKETSAUNMUL.CO (2018) pada
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
majalahnya “Perempuan Berlawan Kampus
secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di
dan Negara” terdapat banyak kasus tindak
depan umum atau dalam kehidupan pribadi
pelecehan verbal kepada mahasiswi entah itu
(Abror, 2012).
dilakukan sesama mahasiswa maupun dosen,
Di-Indonesia sendiri mulainya marak
berdasarkan data yang di dapatkan Sketsa dari
tentang kasus kekerasan perempuan saat Orde
survey pelecehan seksual di Unmul terdapat 69
baru dimasa pemerintahan Presiden Suharto
responden dan diantaranya terdapat 57
dimana adanya kasus kekerasan seksual serta
responden perempuan, dengan hasil 42 persen
pembunuhan yang terjadi sepanjang tahun
diantara mereka mengatakan pernah menjadi
1996-1998 dan puncaknya terjadi pada Mei
penyintas pelecehan atau kekerasan seksual
1998 (Nuri & Machdalena, 2020).
verbal. Diyakini bahwa masih banyak mahasiswi
Menurut catatan tahunan
yang tidak berpartisipasi karena merasa malu,
komnasperempuan.go.id (2020) sepanjang
takut, dan merasa masalah ini adalah hal biasa
tahun 2019 terdapat sekitar 431.471 ribu kasus
dan memutuskan untuk tak perlu
kekerasan terhadap perempuan .dan mulai
membeberkan tindakan pelecehan yang
bertambah sejak tahun 2016 yaitu 259.150 ribu
pernah meleka alami.
kasus. Di provinsi Kalimantan Timur sendiri
Reivich dan Shatte (Ariviyanti &
menurut kaltimprov.go.id (18/02/2020) dalam
Pradoto, 2014), mengungkapkan resiliensi
2017- 2019 tahun terakhir di Kalimantan Timur
sebagai kemampuan untuk mengatasi dan
terdapat 1.673 ribu kasus kekerasan terhadap
beradaptasi ketika menghadapi kejadian dan
perempuan dan anak-anak.
masalah yang berat dalam hidup. Selain itu
Berdasarkan catatan kekerasan pada
ditambah menurut (Fajar & Hastjarjo, 2019),
permpuan di Kalimantan timur tahun 2019 di
setiap orang membutuhkan resiliensi, yaitu
ketahui bahwa, Berau terdapat 73 kasus, Kutai
kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah
Barat terdapat 18 kasus, Kutai Kartanegara
tertimpa kemalangan (advertase) atau sebuah
terdapat 41 kasus, Kutai Timur 10 Kasus,
tekanan yang berat, dengan cara bertahan,
Mahakam Hulu tidak ada kasus, Paser terdapat
beradaptasi dan mengatasinya, dan adapun
42 kasus, Panajam Paser Utara 20 kasus,
perdapat lain.
Balikpapan, 54 kasus, Bontang terdapat 66
Menurut Reivich dan Shatte (2002)
Kasus dan Samarinda pada tahun 2019 terdapat
terdapat tujuh kemampuan pembentuk
304 kasus dengan kata lain kota samarinda
reseliensi dalam diri individu yaitu regulasi
terdapat kasus kekerasan terhadap perempuan
emosi diri, oengendalian impuls, optimisme,
terbanyak di Kalimantan Timur.

508 PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi


Studi Resiliensi pada Mahasiswi Penyintas kekerasan
(Muhammad Ghiffari, Muhammad Ali Adriyansyah)

mencari tahu sumber masalah, efikasi diri, biasanya akan menarik diri dari lingkungan
empati, dan pencapaian. pertemanan dan sosialnya, serta mengalami
Andel (2011) menjelaskan empat faktor kebingungan apakah harus menceritakan hal
yang mempengaruhi resiliens pada individu, yang dialaminya ataukah tidak dan kepada
yaitu: harga diri, dukungan sosial, spiritualitas siapa ia akan menceritakan pelecehan yang
atau keagamaan, dan emosi positif. Harga diri, terjadi pada dirinya.
saat di mana individu menghadapi masalah Dalam wawancara diketahui keempat
harga diri akan membantu individu tetap tegar subjek pernah mengalami bentuk kekerasan,
dan menumbuhkan rasa percaya pada diri hal ini di jelaskan pada latar belakang
untuk melalui permasalahan yang di hadapi. bagaimana mereka mendapatkan kekerasan
Dukungan sosial, perlunya pelaku sosial di tersebut hingga sampai bangkit dari
sekitar individu untuk mensupport dari keterpurukan mereka, seperti subjek AP
permasalahan yang di hadapi individu dan pernah menjadi korban pelecehan dan
membantu untuk bangkit kembali. Spiritualitas, kekerasan verbal, yang terjadi pada tahun 2017
dimana adanya peran kepercayaan terhadap saat dia masih semester 3, kejadian yang dia
tuhan dari masalah yang dihadapi individu, alami seperti pelecehan verbal, saat itu si
dimana ia percaya bahwa tuhan akan menjadi pelaku/laki-laki ini mengatakan kalau subjek AP
penolong setiap hamba. Dan emosi positif, pelacur, dan sempat keluarnya kata-kata intim
yang dimana individu mampu bereaksi positif dari mulut pelaku, pelaku juga sempat
dari permasalahan yang ia hadapi dan memanfaatkan AP sebagai objek pemuas
menghilangkan respon negatif serta mampu melalui panggilan video karena itu subjek mulai
menghadapinya dengan efektif. berhenti menghubungi pelaku. Si pelaku
Dalam hal ini peneliti melakukan sempat datang menemui AP dan mencoba
wawancara pada subjek yang menjadi minta maaf atas perlakuannya, AP memaafkan
penyintas kekerasan dalam penelitian ini yang akan tetapi subjek tidak ingin berhubungan lagi
dilakukan peneliti pada empat mahasiswi di dengan pelaku. Memaafkan tidak selalu
tanggal 3 s/d 4 Maret 2021 yaitu AP, AD, DK, dan terjebak dalam keadaan emosi negatif
NA saat diwawancara mereka mengatakan seseorang, yang dapat melepaskan semua
pernah menjadi penyintas pelecehan yang oleh emosi negatif seperti kemarahan, kebencian,
pelaku yang mereka kenal atau dekat. AP sakit hati, bahkan keinginan untuk membalas
mengatakan bahwa ia mendapatkan tindakan dendam kepada orang lain, itu adalah bentuk
pelecehan verbal oleh teman laki-laki yang kekuatan positif yang sangat penting yang ada
dekat dengan AP pada masa kuliah di tahun pada penyintas (Nihayah et al., 2021).
2017 di semester yang sudah ia kenal dari kelas Subjek AD dulunya pernah menjadi
3 SMP, AD mendapatkan tindakan pelecehan korban pelecehan suami dari bibinya saat ia
oleh suami dari bibinya. DK yang mendapatkan masih di bangku sekolah SMP menjelang ke
tindakan pelecehan verbal dosen di tahun 2019 SMA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dan mahasiswa senior di tahun 2018 oleh (Stathopoulos et al., 2012) menunjukkan
mendapatkan tindakan catcalling oleh bahwa pelecehan dapat dilakukan oleh orang
mahasiswa senior di tahun 2019, dan NA yang tidak dikenal, maupun yang dikenal dekat
mendapat perakuan peecehan verbal di tahun seperti ayah kandung atau ayah tiri, saudara,
2018 dan. Keempatnya saat di wawancara suami, maupun pacar. pada kasus AD, ia
memilih untuk tidak mengatakan dan menjadi korban pelecehan oleh paman dan laki-
melaporkan pelecehan yang mereka alami. laki keluarga dari pamanya, AD berusaha untuk
Sesuai dengan pendapat bertahan dari pelecehan tersebut dan tetap
(Izzaturrohmah & Khaerani, 2018) yang dalam diam, karena ia membutuhkan bantuan dari
penelitiannya menyebutkan, penyintas keluarga bibinya untuk membiayai sekolahnya

DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikoborneo.v10i3.8420 509


PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi | Volume 10 No. 3 | September 2022: 507-518

di sekolahnya ia merasa terus di goda oleh temannya ia pulang bersama teman-temnya ia


lawan jenis, saat ia lulus SMA ia mendaftarkan di bonceng oleh laki-laki teman kampus itu,
diri di Universitas Mulawarman pada tahun akan tetapi saat ia sampai depan rumah, salah
2015, karena merasa dirinya terlalu menarik satu teman laki-laki kampusnya tiba
perhatian lawan jenis ia berusaha membuat melontarkan kata-kata “cie, enak tuh dipeluk
dirinya kurang menarik dengan cara dari belakang” dan teman laki-laki yang
menggendutkan diri akan tetapi terkadang membonceng NA membalas dengan
selam ia berkuliah ia terkadang mendapatkan membenarkan itu, akan tetapi perempuan
perlakuan body shaming. Keputusan tersebut teman baik NA yang ikut mengantar mencoba
sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses membela NA, dan NA pun mengatakan kalau ia
berpikir berupa memilih salah satu dari merasa lelah dan mencoba pegangan agar
beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk tidak jatuh. Menurut (Andel, 2011), pelaku sosial
memecahkan masalah yang dihadapi (Cassidy, yang memberikan support untuk
2015). membantunya bangkit disebut dukungan
Subjek DK merupakan mahasiswi sosial.
Universitas Mualawarman ia bercerita pernah Hal ini diperkuat lagi dengan hasil dari
merasa dilecehkan saat masih berkuliah oleh penelitian (Fajrina, 2017) resiliensi pada remaja
oknum dosen, pada tahun 2019 saat itu ia hamil korban kekerasan seksual metode
berencana untuk konsultasi proyek dari tugas penelitian kualitatif. Dengan hasil subyek yang
yang berikan oleh dosen tersebut, akan tetapi mampu resiliensi adalah individu yang mampu
dosen tersebut mengajak DK untuk pergi ke beradaptasi positif (reguasi emosi positif)
Hotel dengan alasan mendiskusikan tugas itu di dengan peristiwa kehamilan yang tidak di
sana, DK berusaha tidak membalas ajakan inginkan, dan didukung oleh faktor dukungan
dosen tersebut, dengan alasan ada kelas dan sosial dari orang terdekat dan faktor emosi
buru-buru meninggalkan dosen itu. Menurut positif. Ada pula penelitian eksperiment
Andini (2019) banyak perempuan melaporkan Izzaturohmah dan Nuristigfari (2018) dengan
terjadinya pelecehan dalam dunia pendidikan judul “Peningkatan Resiliensi perempuan
tanpa memandang status, baik itu sebagai penyintas pelecehan seksual melalui pelatihan
murid, staf ataupun bagian dari tenaga Regulasi Emosi” dengan modul pelatihan
pengajar, dan ini terjadi juga pada DK. Dari regulasi emosi. Hasil analisis pre-test – post-test
cerita DK ia juga mengatakan pernah menunjukan nilai p sebesar 0,034 dan post-
mendapatkan perlakuan catcalling oleh senior test2 menunjukan nilai p 0,033 (p<0,05) hasil
di kampus saat ingin pergi ke gedung tersebut menunjukan bahwa pelatihan regulasi
sekretariat lembaga. Saat menuju tangga, ke emosi efektif untuk meningkatkan resiliensi
ruangan sekretariat ia dihentikan oleh senior pada perempuan korban pelecehan seksual.
dari program studi lain berusaha untuk tidak Dan penelitian (Suliswarno et al., 2021) yang
memedulikannya, tapi senior tersebut menunjukan faktor spiritualitas dan harga diri
mencoba mengajak DK dan menyebutkan penting bagi kemampuan resiliensi subjek.
nama beberapa hotel terkenal di Samarinda. Penelitian terdahulu berfokus pada
penggunaan kata yang tidak pantas dan subjek yang belum resiliens atau bangkit dari
ekspresi secara verbal maupun non-verbal di keterpurukan mereka, dan tidak memberikan
sebut cattcaling (Min et al., 2013) gambaran bagaimana resiliensi setelah menjadi
Subyek NA seorang mahasiswi di penyintas. Dengan demikian peneiti bertujuan
Universitas Mulawarman, dalam ceritanya ia untuk meneliti tetang studi resiliensi pada
pernah menjadi dapat perlakuan buruk mahasiswi penyintas kekerasan, maka
(kekerasan verbal) oleh laki-laki teman kampus eksplorasi kemampuan resiliensi pada
itu terjadi saat ia pulang dari acara di rumah mahasiswi penyintas penting untuk dilakukan.

510 PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi


Studi Resiliensi pada Mahasiswi Penyintas kekerasan
(Muhammad Ghiffari, Muhammad Ali Adriyansyah)

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi
Variable dalam penelitian ini adalah penyintas kekerasan yang ada satu universitas
tunggal yakni resiliensi. menggunakan di kota Samarinda. Sebelum melakukan
pendekatan dengan fenomenologis metode wawancara peneliti menanyakan kembali
kualitatif yang bersifat deskriptif, Menurut kesediaan subjek untuk di wawancara, ini
Sugiarto (2017) pendekatan dengan analisis dilakukan untuk membantu peneliti menggali
fenomenologis interpretatif berusaha informasi dari subjek lebih banyak, subjek
mengeksplorasi pengalaman personal serta dalam penelitian ini berjumlah empat orang
lebih menekankan pada persepsi atau dan mereka merupakan penyintas dari
pendapat seorang individu tentang objek dan kekerasan yang mereka alami dan telah bangkit
peristiwa (resilien) dari kejadian tersebut.
Hasil penelitian diuraikan berdasarkan 7
Subjek Penelitian (tujuh) kemampuan resiliensi yakni regulasi
Partisipan dalam Penelitian ini terdalapt emosi diri, pengendalian impuls, optimism,
empat orang bejenis kelamin permpuan yang mencari tahu sumber masalah, efikasi diri,
merupakan mahasiswi di sebuah universitas, empati, dan pencapaian.
mereka merupakan penyintas kekerasan yang
di rekrut secara sukarela, berdasarkan Kemampuan Regulasi Emosi Diri
rekomendasi dan hasil screening dalam Dalam tema ini para subjek mengatur
pengambilan data awal. emosi sehingga mereka mampu untuk tetap
tenang dalam kondisi saat mereka tertekan dari
Metode Pengumpulan Data masalah yang mereka hadapi dengan cara
metode yang digunakan dalam mereka sendiri. Subjek membutuhkan orang di
penelitian ini adalah wawancara. Teknik sekitarnya untuk meluapkan emosinya dan ia
wawancara yang di gunakan adalah berusaha diam dan senyum ketika ada masalah
wawancara semi-terarah, yang dimana dengan kata lain ia tetap tenang.
wawancara ini dimulai dari isu yang ada di
pedoman wawancara, dan di kembangkan dari “Aku tarik nafas untuk mengatur pernapasan
pedoman tersebut (Sugiyono, 2017). ku sambil melihat jam sampai aku tenang, kalau
masih meluap-luap aku pendam dulu, aku
Teknik Analisa Data datangi orang yang aku percayai aku menangis,
Teknik analisa data yang digunakan aku ceritakan ceritakan kejadian sebelumnya
merupakan hasil dari Miles dan Humberman sampai aku tenang” (S1)
(dalam Sugiarto, 2017) terdapat beberapa
tehapan dalam menganalisis data yaitu Subjek melakukan kegiatan menulis.
Pengumpulan data, Reduksi data, Penyajian setelahnya merusak dan merobeknya ia
data, Pengambilan keputusan dan verivikasi melakukan itu sampai subjek tenang.
Dari data hasil wawancara dan rekaman
suara di buat verbatim. selanjutnya melakukan “Aku mencoba untuk menagis dan menulis,
mengkoding dan mengkelompokkanya terkadang aku menulis surat di kertas terus aku
berdasarkan tema-tema yang di tentukan rusak dan robek sampai aku tenang.” (S2)
peneliti hal ini juga disebut sebagai analisis
tematik (sugiono, 2017) Subjek berusaha untuk menunjukan dan
mengatur emosinya ia menahannya dan
bercerita pada temannya, jika sedang tertekan
subjek lebih bersikap tenang dan menunjukkan
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikoborneo.v10i3.8420 511
PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi | Volume 10 No. 3 | September 2022: 507-518

kalau dia tidak kenapa-kenapa dan tetap “Aku melihat dan berpikir dulu aku butuh ini
tersenyum, dengan kata lain subjek mampu atau nggak, terus penting nggak, kalau tidak
mengatur emosinya dalam posisi tertekan atau terlalu penting mungkin bisa ditahan dulu
dalam masalah dan membiarkan masalah yang soalnya aku memikirkan konsekuensi dari itu.”
lama untuk di lupakan. (S2)

“Aku terkadang berusaha menunjukkan kalau Kemampuan Optimisme


aku enggak apa-apa, aku mencoba tetap Masing-masing subjek menunjukan
terlihat ramah, dan tersenyum, dan pekerjaan bahwa mereka mampu untuk berpikir optimis
ku juga membuatku menunjukan itu.” (S4) pada diri mereka dan percaya semuanya akan
baik-baik saja.
Kemampuan Pengendalian Impuls
Masing-masing subjek menunjukan “Aku optimis dengan diri ku sendiri, untuk
bahwa mereka mampu untuk mengendalikan biasa menyelesaikan masalah ku dan percaya
diri mereka dari keinginan untuk marah atau semuanya akan baik-baik saja” (S1)
pun dorongan buruk pada dirinya.
Dari kemampuan optimis tersebut juga
“Kalau ada yang ingin kulakukan itu ada memberikan rasa percaya diri untuk
biasanya aku lakukan kalau hanya marah aku menyelesaikan masalah pada subjek
luapkan, tapi ada juga yang nggak bisa aku
lakukan memukul dan bunuh cowok itu kalau “Aku berusaha positif sama diri ku sendiri, di
bisa.” (S1) mana aku berusaha untuk yakin sama diri ku
sendiri kalau aku biasa menyelesaikan masalah
subjek membuat daftar keinginan yang ku. Aku sekarang yakin banget untuk bisa
disusun berdasarkan kebutuhan subjek, ia melawan secara sekarang badan ku besar, jadi
mampu menahan keinginan yang ketika itu jadi aku yakin biasa melawan.” (S2)
tidak dibutuhkan subjek juga mampu menahan
diri untuk tidak melakukan yang dia rasa tidak Kemampuan Mencari Tahu Sumber Masalah
perlu. Setiap subjek mampu untuk
mengidentifikasi masalah yang mereka pernah
“Aku kalau ada yang ingin ku lakukan aku buat alami dengan cara mencari tahu kenapa
list yang pengen aku beli atau lakukan, nanti masalah itu bias terjadi.
dilihat yang mana bisa, yang mana bisa Subjek 1
dilakukan nanti, dan yang mana, mungkin cuma
angan-angan, nah nnti aku atur lagi yang mana “Aku sempat nannya ke dia “kamu kenapa?” dia
peting dan yang enggak.” (S4) bilang “aku enggak apa-apa” aku juga nannya
ketemanya katanya dia agak setres akibat
Subjek juga melihat apakah itu memang kerjaan, dan katanya sempat kesurupan lah”
penting atau tidak, diperlukan atau tidak, (S1)
karena subjek memikirkan apa yang terjadi
kedepanya setelah memenuhi kebutuhan Masalah yang terjadi pada subjek terjadi
tersebut. karena dirinya terlihat menarik mengetahui
penyebab dari permasalahannya subjek
“Terkadang aku melakukan itu kalau aku menemukan solusi.
memang butuh, kalau itu di perlukan aku
lakukan.” “Mungkin aja penyebabnya karena orang liat
aku menarik.”

512 PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi


Studi Resiliensi pada Mahasiswi Penyintas kekerasan
(Muhammad Ghiffari, Muhammad Ali Adriyansyah)

bisa teratasi subjek pun menggunakan


“Karna itu aku coba menggendutkan badan.” berbagai cara agar masalah itu selesai.
(S2)
Kemampuan Empati
Masalah yang terjadi pada mereka Keempat subjek memberitahukan apa
membuat subjek menjadi berhati-hati agar yang mereka rasakan jika mereka menemukan
pada lawan jenis, agar tidak terjadi lagi di masa orang yang memiliki masalah yang sama pada
depan diri mereka, dan memposisikan diri mereka
pada orang yang mengalami kejadian yang
“Aku berusaha untuk hati-hati kalau berurusan sama seperti subjek.
sama laki-laki, agar tidak terjadi lagi.” (S4)
“Aku pasti merasa sedih ternyata ada orang
Kemampuan Efikasi Diri kayak aku bagaimana nggak sedih orang ini bisa
Mereka (subjek) berpikir bahwa mereka sampai saat ini bertahan itu hebat banget” (S1)
mampu untuk menyelesaikan masalah yang
mereka alami sebelumnya karena berpikir “Aku merasa nggak sendiri sih, ada perasaan
masalah itu harus di selesaikan. campur aduk kayak sedih sih kalau ada orang
yang merasakan sama kayak aku karena itu
“Aku hadapi sendiri, cari tahu di mana kejadian yang nggak ada satu orang pun yang
masalahnya di mana, karena aku berpikir hal ini mau ngalamin, cuma ada juga perasaan
harus di selesaikan.” (S1) ternyata aku nggak sendiri yah, ada orang lain
juga yang merasakan.” (S2)
Subjek berusaha untuk yakin agar
masalahnya bisa teratasi, mencari solusi atas “Merasa tidak sendiri, kalau ada orang yang
masalahnya dengan berkonsultasi pada teman merasakan sama kayak aku karena itu kejadian
untuk menemukan solusi atas masalah yang yang nggak ada satu orang pun yang mau
subjek alami. ngalamin, dan bisa sampai saat ini bertahan itu
hebat banget.” (S3)
“Aku usahakan, untuk aku selesaikan sendiri
atau mencari teman untuk bertanya solusi cari “Aku merasa simpati, karena kesian juga
tahu di mana masalahnya di mana, karena aku situasinya mungkin enggak sama kayak aku, di
berpikir hal ini harus di selesaikan.” (S3) mana aku ada teman baik di sekitar ku saat itu
“Aku bakalan melawan, karena sekarang aku dan bantu aku pas saat itu, mungkin situasinya
merasa aku besar dan aku punya kekuatan, aku berbeda kalau nggak ada yang bantu dia.” (S4)
bakal berpikir berbagai cara contoh merekam
dan berteriak, kalau pun mentok nggak ada Subjek juga memberikan bentuk
cara lain yah, lari aja.” kepedulian mereka, dengan memberikan apa
yang mereka pernah dapatkan dari
“Karena kalau aku nggak selesaikan masalah itu pengalaman dan orang terdekat mereka
takutnya akan menjadi dampak ke depanya
mungkin” (S2) “Pertama mungkin aku dengerin ceritanya, abis
itu saling shareing pengalaman berbagi saran
Subjek berusaha untuk yakin agar terus ngomel tentang buruknya laki-laki, dan
masalahnya, akan melakukan berbagai cara aku mencoba selalu ada untuk dia, karena aku
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan tahu hal itu pasti berat untuk dia bercerita dan
yakin, subjek ingin menyelesaikan masalah berbagi pengalaman.” (S1)
tersebut agar tak berdampak di kemudian hari

DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikoborneo.v10i3.8420 513


PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi | Volume 10 No. 3 | September 2022: 507-518

“Memberikan saran dan support, aku bakal Kemampuan Pencapaian


memberikan apa yang diberikan orang- orang Keempat subjek yang mamou untuk
terdekat ku ke aku pada dia yang mengalami meraih keingginan yang ingin dicapai dari diri
masalah serupa dan aku bakal bilang ke dia mereka. dari pengalaman mereka serta
kalau “aku selalu ada kalau kamu mau cerita” memberikan rasa percaya diri pada diri mereka.
karena aku tahu dan mengerti rasa sakit dan
perasanya bagaimana.” (S2) “Iya pencapaian ku membantuku melupakan
masalahku dan membantu ku membuktikan
“Memberikan saran dan support, aku bakal kalau aku bisa dan nggak bisa di rendahkan dan
memberikan apa yang diberikan orang- orang meningkatkan rasa percaya diri ku, dan
terdekatku ke aku pada dia yang mengalami membuatku berpikir kalau aku ini berharga, dan
masalah serupa, karena aku tahu hal itu pasti aku bisa melakuin apapun yang aku mau dan
berat untuk dia bercerita dan berbagi aku mampu.” (S1)
pengalaman ke orang lain.” (S3)
“Aku mencoba jadi temen curhat dia, mencoba “Ada pencapaian itu, di mana aku mampu
memberi dukungan ke dia, karena aku yakin dia keluar dari zona tidak nyaman mencoba
pasti butuh dukungan juga dari orang lain.” (S4) menghadapi itu yang di mana aku takut
berduaan sama pria dewasa, termasuk bapak
Mereka juga menjelaskan mengapa ku, aku mencoba untuk tinggal sendiri mencoba
perlu memberikan bantuan pada orang yang untuk hidup mandiri.” (S2)
mengalami kejadian yang sama seperti yang
mereka. Dengan memposisikan diri subjek “Iya pencapaianku membantuku melupakan
pada perasaan orang yang mengalami kejadian masalahku dan membantu ku membuktikan
yang sama. kalau aku bisa dan meningkatkan rasa percaya
diri ku, dan membuatku berpikir kalau aku ini
“Karena aku sudah rasakan ditinggal dan berharga.” (S3)
enggak di peduliin sama temen merasa di
lecehkan di rendahkan dan di anggap remeh. “Pengaruhnya memberiku rasa percaya diri, dan
Setidaknya aku bisa membantu walaupun cuma aku belajar untuk bersabar dalam menghadapi
sedikit.” (S1) orang, belajar juga untuk tenang dalam
menghadapi orang lain dan enggak perlu harus
“Karena aku tahu rasanya seperti apa dan aku emosi” “terakhir mungkin tetap berpikir positif
paham perasanya seperti apa, mungkin ada ke sekitar dan pencapaian itu juga membuatku
yang mencoba bunuh diri, karena aku berpikir lupa dengan masalah itu dan juga masalah yang
mungkin dia merasakan hal yang lebih lain.” (S4)
menyakitkan.” (S2)
Rasa kepercayaan diri dari pencapaian
“Karena aku tahu rasanya seperti apa dan aku tersebut juga memberikan hal positif pada diri
paham perasanya seperti apa, karena itu aku mereka.
mencoba untuk membantu dan meringankan
meski tak seberapa.” (S3) “Aku jadi lebih mandiri, aku mencari pekerjaan
dan menghidupi diri ku, aku mencoba mengikuti
“Karena aku merasakan itu, dan situasi ku kegiatan Mapala ataupun jalan-jalan, aku
mungkin beruntung karena saat itu teman baik mencoba dan berusaha agar keluar dari zona
ku ada di sekitar ku, gimana kalau enggak.” (S4) tidak nyaman ku meyakinkan diri kalau aku tuh
bisa. orang-orang jadi lebih segan ke aku karena
aku bisa menghidupi diri ku sendiri, itu semua

514 PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi


Studi Resiliensi pada Mahasiswi Penyintas kekerasan
(Muhammad Ghiffari, Muhammad Ali Adriyansyah)

karena dulu aku pernah di remehkan mereka Berdasarkan hasil penelitian dari
bilang aku nggak bisa apa-apa, dan” (S2) kemampuan resiliensi yang di temukan pada
keempat subjek yaitu, pada kemampuan
“Pencapaian yang aku sebut tadi memberiku regulasi emosi diri, keempat subjek mampu
rasa percaya diri, aku merasa lebih dihargai mengatur emosi dalam keadaan tertekan, dan
kalau aku itu bisa, membatu ku melupakan lebih mengiklaskan yang telah terjadi. Individu
masalah ku relasi ku makin banyak dan dengan regulasi emosi yang baik, juga memiliki
membantu ku bersikap lebih baik.” (S3) kemampuan yang sangat baik untuk
menyeimbangkan emosi baik dari segi sikap
Subjek meraih pencapaiannya dan maupun perilaku, sehingga memungkinkan
membatu lupakan masalah yang mereka alami, individu untuk menjalankan fungsinya dengan
dengan kegiatan atau pencapaiyan yang baik di lingkungan (Widuri, 2012).
mereka peroleh dengan hasil yang mereka Kemampuan pengendalian impuls
dapatkan sendiri. (kontrol diri), subjek mampu untuk menahan
keinginan yang menurut mereka tidak terlalu
“Ini hasilnya aku bisa dan aku mampu dan hal penting dan akan merugikan mereka.
itu membuat aku nggak memikirkan masalah Berdasarkan penelitian Ruswahyuningsih dan
yang dulu.” (S2) Afiatin (2015) dikatakan subjek mampu
mengendalikan berbagai macam kesulitan-
“Terakhir mungkin tetap berpikir positif ke kesulitan dengan berusaha membiasakan diri
sekitar dan pencapaian itu juga membuatku untuk menghadapinya dengan tenang, sama
lupa dengan masalah itu dan juga masalah yang seperti ke empat subjek mampu untuk
lain.” (S4) mengendalikan keinginan atau dorongan
dalam diri mereka.
PEMBAHASAN Kemampuan optimisme, keempat
subjek optimis pada diri mereka, dan berusaha
Peneliti mendeskripsikan bagai-mana
percaya diri agar mampu menyelesaikan
keempat subjek mampu untuk bangkit atau
masalah yang sama. Menurut (D. A. Sari &
beradaptasi secara positif (resiliensi) dari
Wulandari, 2015) mereka juga memiliki
kekerasan yang mereka pernah alami, semasa
keyakinan bahwa pengalam-pengalaman
sebelum atau saat mereka berkuliah.
dalam menghadapi kesulitan dapat berguna
Keterampilan, wawasan, pengetahuan, untuk
untuk menghadapi kesulitan di masa yang akan
berjuang dan mengahadapi kesulitan serta
datang. sesuai dengan pendapat dari penelitian
tantangan disebut resiliensi (Prasetyo &
tersebut keempat subjek percaya diri untuk
Kustanti, 2015).
menyelesaikan kesulitan mereka. Dan
Penyintas mencari cara untuk bangkit
didukung juga hasil penelitian Sari et al., 2011)
dan melupakan masalah yang pernah mereka
bahwa seseorang yang memiliki resiliensi yang
dapatkan hal ini sesuai dengan penelitian yang
baik adalah orang yang optimis, karena mereka
dilakukan oleh Leti Yusmiati dan Stephani
yakin bahwa segala sesuatu dapat berubah
Raihana Hamda (2020) seseorang perempuan
menjadi lebih baik.
yang pernah mengalami peristiwa kekerasan,
Kemampuan Mencari tahu sumber
punya keinginan untuk membuat hidupnya
masalah subjek AP, AD, dan NA mampu
menjadi lebih baik lagi itu menunjukkan
menganalisis masalah yang mereka hadapi
individu itu merupakan karakter yang resiliensi,
dulu, dan mencari jalan keluar agar terhindar
hal ini membuat penyintas mencari cara untuk
atau menghadapi masalah yang sama, itu juga
bangkit dan melupakan masalah yang pernah
yang membuat mereka berhati-hati. Hal ini
mereka dapatkan.
serupa dengan pernyataan Reivich dan Shatte

DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikoborneo.v10i3.8420 515


PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi | Volume 10 No. 3 | September 2022: 507-518

(dalam Riza & Herdiana, 2012) menyatakan KESIMPULAN


analisis masalah mengacu pada kemampuan Berdasarkan hasil penelitian dan
individu untuk menentukan akar penyebab pembahasan yang telah dipaparkan
masalah yang mereka hadapi. sebelumnya, terdapat beberapa hal yang dapat
Kemampuan efikasi diri, subjek memiliki disimpulkan. Subjek 1, subjek 2, dan subjek 4
rasa percaya diri pada diri mereka untuk memiliki tujuh tema yang berperan dalam
mencoba meyelesaikan masalah saat mereka pembentukan kemampuan resiliensi. Ketujuh
menjadi penyintas dan masalah yang sama di tema tersebut yaitu regulasi emosi diri,
kemudian hari. Sesuai dengan itu dari pengendalian impuls, optimisme, mencari tahu
penelitian menunjukan memiliki keyakinan sumber masalah, dan pencapaian sedangkan
terhadap diri sendiri bahwa dirinya memiliki subjek 3 hanya 6 tema kemampuan resiliensi
kemampuan untuk mengatasi kesulitan- tidak termasuk kemampuan mencari tahu
kesulitan walau tidak di dampingi (Arora, 2017). sumber masalah dan tema kemampuan
Kemampuan empati, subjek memiliki resiliensi berperan positif pada keempat subjek
rasa simpati, jika bertemu dengan orang yang untuk resiliensi dan memberikan dampak yang
memiliki masalah serupa dan mereka juga membantu mereka untuk bangkit dari
berpikir bahwa mereka merasakan hal yang keterpurukan mereka.
sama dengan penyitas dan berpikir untuk
memberikan bantuan untuk si penyintas REFERENSI
dengan masalah yang sama. serupa dengan
pernyataan Reivich dan Shatte (dalam Akin & Abror, R. H. (2012). Bangsa Indonesia Di Tengah
Radford, 2018) individu yang mampu untuk Fenomena Kekerasan Dan Ketidakadilan
memahami dan memiliki kepedulian terhadap (Perspektif Filsafat Pancasila). ESENSIA:
orang lain, mampu untuk membaca tanda- Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 13(1), 19.
tanda kondisi emosional dan psikologis orang https://doi.org/10.14421/esensia.v13i1.720
lain. Akin, I., & Radford, L. (2018). Exploring The
Kemampuan pencapaian, subjek Development Of Student Self-Esteem
mampu mendapatkan pencapaian yang And Resilience In Urban Schools.
mereka inginkan dari kegiatan yang mereka Contemporary Issues in Education
geluti dan pencapaian itu membantu Research (CIER), 11(1), 17–24.
permasalahan dan melupakan masalah yang https://doi.org/10.19030/cier.v11i1.10118
telah lalu, dan memberikan hal positif pada diri Andel, R. (2011). Resilience in Aging: Concepts,
mereka. Sesuai dengan hasil diatas Research, and Outcomes. Jama, 305(17),
berdasarkan penelitian Khomsah dkk (2018) 1810.
mereka yang mampu melihat semua kesulitan https://doi.org/10.1001/jama.2011.569
yang dibawa tidak hanya membawa Ariviyanti, N., & Pradoto, W. (2014). FAKTOR-
pengalaman yang tidak menyenangkan, tetapi FAKTOR YANG MENINGKATKAN RESILIENSI
hadir dengan pelajaran positif yang MASYARAKAT PENDAHULUAN Perubahan
dikandungnya. iklim secara global ternyata banyak
Berdasarkan hasil diatas hampir seluruh memberikan dampak negatif bagi hampir
subjek mampu untuk bangkit yang di susun seluruh penduduk dunia . Salah satu
berdasarkan tujuh tema kemampuan resiliensi dampak perbahan iklim yang umum
dari Reivich and Shaate (dalam Martínez-Martí dijumpai di Indonesia sebagai negara. 3(4),
& Ruch, 2016), subjek memiliki kemampuan 993–1002. http://ejournal-
regulasi emosi, pengendalian impuls, s1.undip.ac.id/index.php/pwk
optimisme, analisis kausal, empati, efikasi diri, Arora, A. K. (2017). A study of optimism and
dan pencapaian. resilience among chronically ill female

516 PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi


Studi Resiliensi pada Mahasiswi Penyintas kekerasan
(Muhammad Ghiffari, Muhammad Ali Adriyansyah)

patients. International Journal of esteem, and life satisfaction. The Journal


Advanced Educational Research, 2(6), of Positive Psychology, 12, 1–10.
306–307. https://doi.org/10.1080/17439760.2016.11
Cassidy, S. (2015). Resilience building in 63403
students: The role of academic self- Min, J.-A., Yu, J. J., Lee, C.-U., & Chae, J.-H.
efficacy. Frontiers in Psychology, 6(NOV), (2013). Cognitive emotion regulation
1–14. strategies contributing to resilience in
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2015.01781 patients with depression and/or anxiety
Fajar, Y., & Hastjarjo, T. D. (2019). Peran disorders. Comprehensive Psychiatry,
Pandangan Dunia dan Emosi Positif 54(8), 1190–1197.
terhadap Kepribadian Multikultural. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.co
Gadjah Mada Journal of Psychology mppsych.2013.05.008
(GamaJoP), 3(2), 110. Nihayah, U., Ade Putri, S., & Hidayat, R. (2021).
https://doi.org/10.22146/gamajop.43442 Konsep Memaafkan dalam Psikologi
Fajrina, D. D. (2017). Resiliensi Pada Remaja Positif. Indonesian Journal of Counseling
Putri Yang Mengalami Kehamilan Tidak and Development, 3(2), 108–119.
Diinginkan Akibat Kekerasan Seksual. https://doi.org/10.32939/ijcd.v3i2.1031
JPPP - Jurnal Penelitian Dan Pengukuran Nuri, Z., & Machdalena, S. (2020).
Psikologi, 1(1), 55–62. Pembentukan Identitas Sosial
https://doi.org/10.21009/jppp.011.08 Perempuan Pada Zaman Orde Baru.
Izzaturrohmah, I., & Khaerani, N. M. (2018). HUMANISMA: Journal of Gender Studies,
Peningkatan Resiliensi Perempuan 04(02), 208–223.
Korban Pelecehan Seksual Melalui Prasetyo, A. R., & Kustanti, E. R. (2015).
Pelatihan Regulasi Emosi. Bertahan Dengan Lupus: Gambaran
Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Resiliensi Pada Odapus. Jurnal Psikologi
Psikologi, 3(1), 117. Undip, 13(2), 139–148.
https://doi.org/10.21580/pjpp.v3i1.2527 https://doi.org/10.14710/jpu.13.2.139-148
Khomsah, N. R., Mugiarso, H., & Kurniawan, K. Riza, M., & Herdiana, I. (2012). Resiliensi pada
(2018). Layanan Konseling Kelompok narapidana laki-laki di Lapas Klas 1
untuk Meningkatkan Resiliensi Siswa. Medaeng. Jurnal Psikologi Kepribadian
Indonesian Journal of Guidance and Dan Sosial, 1(03), 142–147.
Counseling : Theory and Application, 7(2), Ruswahyuningsih, M. C., & Afiatin, T. (2015).
46–53. Resiliensi pada remaja jawa. Jurnal
journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk Psikologi UGM, 1(2), 96–105.
Komnas Perempuan. (2020). Catatan Tahunan Sari, D. A., & Wulandari, D. A. (2015). Self-
Kekerasan terhadap Perempuan: Resilience To Resist the Pressure of Life (
Kekerasan Meningkat: Kebijakan Study On The Wife Of Member Of The
Penghapusan Kekerasan Seksual untuk Indonesian Army). Jurnal Sosial Budaya,
Membangun Ruang Aman Bagi 13(1), 12–19.
Perempuan dan Anak Perempuan. Sari, Y., Mardiawan, O., & Prakoso, H. (2011).
Komnas Perempuan, 91 hlm. Profil ‘ Resilience ’ pada Ibu yang Memiliki
http://www.akrabjuara.com/index.php/a Anak Autis. Mimbar, XXVII(1), 105–111.
krabjuara/article/view/919 SKETSAUNMUL.CO. (2018). Berlawan kepada
Martínez-Martí, M. L., & Ruch, W. (2016). kampus dan negara. Lembaga Pers
Character strengths predict resilience Mahasiswa (LPM) Sketsa Universitas
over and above positive affect, self- Mulawarman, April, 1-64.
efficacy, optimism, social support, self- https://www.sketsaunmul.co/old/unduha

DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikoborneo.v10i3.8420 517


PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi | Volume 10 No. 3 | September 2022: 507-518

n/wmvuGqj76N.pdf Suliswarno, S. B., Sari, M. T., & Mariska, S. E.


Stathopoulos, M.,. (2012). Sibling sexual abuse (2021). Resiliensi pada remaja putri
(Issue October). Australian Centre for the korban kekerasan seksual (studi kasus).
Study of Sexual Assault., & Australian Motivasi, 9(1), 1–13. http://ejurnal.untag-
Institute of Family Studies smd.ac.id/index.php/MTV/article/view/59
Sugiarto, E. (2017). Menyusun Proposal 09%0A
Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis: Widuri, E. L. (2012). Regulasi Emosi Dan
Suaka Media. Diandra Kreatif. Resiliensi Pada Mahasiswa Tahun
https://books.google.co.id/books?id=jWjv Pertama. HUMANITAS: Indonesian
DQAAQBAJ Psychological Journal, 9(2), 147.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, https://doi.org/10.26555/humanitas.v9i2.3
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, CV. 41

518 PSIKOBORNEO: Jurnal Ilmiah Psikologi

You might also like