Professional Documents
Culture Documents
Psikoborneo - Studi Resiliensi Pada Mahasiswi Penyintas Kekerasan
Psikoborneo - Studi Resiliensi Pada Mahasiswi Penyintas Kekerasan
507
mencari tahu sumber masalah, efikasi diri, biasanya akan menarik diri dari lingkungan
empati, dan pencapaian. pertemanan dan sosialnya, serta mengalami
Andel (2011) menjelaskan empat faktor kebingungan apakah harus menceritakan hal
yang mempengaruhi resiliens pada individu, yang dialaminya ataukah tidak dan kepada
yaitu: harga diri, dukungan sosial, spiritualitas siapa ia akan menceritakan pelecehan yang
atau keagamaan, dan emosi positif. Harga diri, terjadi pada dirinya.
saat di mana individu menghadapi masalah Dalam wawancara diketahui keempat
harga diri akan membantu individu tetap tegar subjek pernah mengalami bentuk kekerasan,
dan menumbuhkan rasa percaya pada diri hal ini di jelaskan pada latar belakang
untuk melalui permasalahan yang di hadapi. bagaimana mereka mendapatkan kekerasan
Dukungan sosial, perlunya pelaku sosial di tersebut hingga sampai bangkit dari
sekitar individu untuk mensupport dari keterpurukan mereka, seperti subjek AP
permasalahan yang di hadapi individu dan pernah menjadi korban pelecehan dan
membantu untuk bangkit kembali. Spiritualitas, kekerasan verbal, yang terjadi pada tahun 2017
dimana adanya peran kepercayaan terhadap saat dia masih semester 3, kejadian yang dia
tuhan dari masalah yang dihadapi individu, alami seperti pelecehan verbal, saat itu si
dimana ia percaya bahwa tuhan akan menjadi pelaku/laki-laki ini mengatakan kalau subjek AP
penolong setiap hamba. Dan emosi positif, pelacur, dan sempat keluarnya kata-kata intim
yang dimana individu mampu bereaksi positif dari mulut pelaku, pelaku juga sempat
dari permasalahan yang ia hadapi dan memanfaatkan AP sebagai objek pemuas
menghilangkan respon negatif serta mampu melalui panggilan video karena itu subjek mulai
menghadapinya dengan efektif. berhenti menghubungi pelaku. Si pelaku
Dalam hal ini peneliti melakukan sempat datang menemui AP dan mencoba
wawancara pada subjek yang menjadi minta maaf atas perlakuannya, AP memaafkan
penyintas kekerasan dalam penelitian ini yang akan tetapi subjek tidak ingin berhubungan lagi
dilakukan peneliti pada empat mahasiswi di dengan pelaku. Memaafkan tidak selalu
tanggal 3 s/d 4 Maret 2021 yaitu AP, AD, DK, dan terjebak dalam keadaan emosi negatif
NA saat diwawancara mereka mengatakan seseorang, yang dapat melepaskan semua
pernah menjadi penyintas pelecehan yang oleh emosi negatif seperti kemarahan, kebencian,
pelaku yang mereka kenal atau dekat. AP sakit hati, bahkan keinginan untuk membalas
mengatakan bahwa ia mendapatkan tindakan dendam kepada orang lain, itu adalah bentuk
pelecehan verbal oleh teman laki-laki yang kekuatan positif yang sangat penting yang ada
dekat dengan AP pada masa kuliah di tahun pada penyintas (Nihayah et al., 2021).
2017 di semester yang sudah ia kenal dari kelas Subjek AD dulunya pernah menjadi
3 SMP, AD mendapatkan tindakan pelecehan korban pelecehan suami dari bibinya saat ia
oleh suami dari bibinya. DK yang mendapatkan masih di bangku sekolah SMP menjelang ke
tindakan pelecehan verbal dosen di tahun 2019 SMA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dan mahasiswa senior di tahun 2018 oleh (Stathopoulos et al., 2012) menunjukkan
mendapatkan tindakan catcalling oleh bahwa pelecehan dapat dilakukan oleh orang
mahasiswa senior di tahun 2019, dan NA yang tidak dikenal, maupun yang dikenal dekat
mendapat perakuan peecehan verbal di tahun seperti ayah kandung atau ayah tiri, saudara,
2018 dan. Keempatnya saat di wawancara suami, maupun pacar. pada kasus AD, ia
memilih untuk tidak mengatakan dan menjadi korban pelecehan oleh paman dan laki-
melaporkan pelecehan yang mereka alami. laki keluarga dari pamanya, AD berusaha untuk
Sesuai dengan pendapat bertahan dari pelecehan tersebut dan tetap
(Izzaturrohmah & Khaerani, 2018) yang dalam diam, karena ia membutuhkan bantuan dari
penelitiannya menyebutkan, penyintas keluarga bibinya untuk membiayai sekolahnya
kalau dia tidak kenapa-kenapa dan tetap “Aku melihat dan berpikir dulu aku butuh ini
tersenyum, dengan kata lain subjek mampu atau nggak, terus penting nggak, kalau tidak
mengatur emosinya dalam posisi tertekan atau terlalu penting mungkin bisa ditahan dulu
dalam masalah dan membiarkan masalah yang soalnya aku memikirkan konsekuensi dari itu.”
lama untuk di lupakan. (S2)
karena dulu aku pernah di remehkan mereka Berdasarkan hasil penelitian dari
bilang aku nggak bisa apa-apa, dan” (S2) kemampuan resiliensi yang di temukan pada
keempat subjek yaitu, pada kemampuan
“Pencapaian yang aku sebut tadi memberiku regulasi emosi diri, keempat subjek mampu
rasa percaya diri, aku merasa lebih dihargai mengatur emosi dalam keadaan tertekan, dan
kalau aku itu bisa, membatu ku melupakan lebih mengiklaskan yang telah terjadi. Individu
masalah ku relasi ku makin banyak dan dengan regulasi emosi yang baik, juga memiliki
membantu ku bersikap lebih baik.” (S3) kemampuan yang sangat baik untuk
menyeimbangkan emosi baik dari segi sikap
Subjek meraih pencapaiannya dan maupun perilaku, sehingga memungkinkan
membatu lupakan masalah yang mereka alami, individu untuk menjalankan fungsinya dengan
dengan kegiatan atau pencapaiyan yang baik di lingkungan (Widuri, 2012).
mereka peroleh dengan hasil yang mereka Kemampuan pengendalian impuls
dapatkan sendiri. (kontrol diri), subjek mampu untuk menahan
keinginan yang menurut mereka tidak terlalu
“Ini hasilnya aku bisa dan aku mampu dan hal penting dan akan merugikan mereka.
itu membuat aku nggak memikirkan masalah Berdasarkan penelitian Ruswahyuningsih dan
yang dulu.” (S2) Afiatin (2015) dikatakan subjek mampu
mengendalikan berbagai macam kesulitan-
“Terakhir mungkin tetap berpikir positif ke kesulitan dengan berusaha membiasakan diri
sekitar dan pencapaian itu juga membuatku untuk menghadapinya dengan tenang, sama
lupa dengan masalah itu dan juga masalah yang seperti ke empat subjek mampu untuk
lain.” (S4) mengendalikan keinginan atau dorongan
dalam diri mereka.
PEMBAHASAN Kemampuan optimisme, keempat
subjek optimis pada diri mereka, dan berusaha
Peneliti mendeskripsikan bagai-mana
percaya diri agar mampu menyelesaikan
keempat subjek mampu untuk bangkit atau
masalah yang sama. Menurut (D. A. Sari &
beradaptasi secara positif (resiliensi) dari
Wulandari, 2015) mereka juga memiliki
kekerasan yang mereka pernah alami, semasa
keyakinan bahwa pengalam-pengalaman
sebelum atau saat mereka berkuliah.
dalam menghadapi kesulitan dapat berguna
Keterampilan, wawasan, pengetahuan, untuk
untuk menghadapi kesulitan di masa yang akan
berjuang dan mengahadapi kesulitan serta
datang. sesuai dengan pendapat dari penelitian
tantangan disebut resiliensi (Prasetyo &
tersebut keempat subjek percaya diri untuk
Kustanti, 2015).
menyelesaikan kesulitan mereka. Dan
Penyintas mencari cara untuk bangkit
didukung juga hasil penelitian Sari et al., 2011)
dan melupakan masalah yang pernah mereka
bahwa seseorang yang memiliki resiliensi yang
dapatkan hal ini sesuai dengan penelitian yang
baik adalah orang yang optimis, karena mereka
dilakukan oleh Leti Yusmiati dan Stephani
yakin bahwa segala sesuatu dapat berubah
Raihana Hamda (2020) seseorang perempuan
menjadi lebih baik.
yang pernah mengalami peristiwa kekerasan,
Kemampuan Mencari tahu sumber
punya keinginan untuk membuat hidupnya
masalah subjek AP, AD, dan NA mampu
menjadi lebih baik lagi itu menunjukkan
menganalisis masalah yang mereka hadapi
individu itu merupakan karakter yang resiliensi,
dulu, dan mencari jalan keluar agar terhindar
hal ini membuat penyintas mencari cara untuk
atau menghadapi masalah yang sama, itu juga
bangkit dan melupakan masalah yang pernah
yang membuat mereka berhati-hati. Hal ini
mereka dapatkan.
serupa dengan pernyataan Reivich dan Shatte