Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN

UPAYA PAKSA DALAM TAHAP PENYELIDIKAN


PADA PEMERIKSAAN TELEPON SELULER
MASYARAKAT

Oleh: Alfis Suseno


Pembimbing I: Dr. Davit Rahmadan, S.H., M.H.
Pembimbing II: Ferawati, S.H., M.H.
Alamat: Jl. Kembang Selasih No. 18 Pekanbaru
Email/Telepon: alfissuseno19@gmail.com/082286365642

ABSTRACT

Constitution gives authority to certain officials to control the individual freedom


and independence in any action. Limitation on individual freedom and independence is
a force action which has to be done to follow the constitution rules. The criminal
procedure code has determined that there are several forced actions that connected
with the occurrence of a criminal act committed by a person, one of which is a inquiry.
The police in conducting searches ignore human rights and ignores the principle of
presumption of innocence, then the law enforcement process will not run effectively. Not
according to proper procedures. We often encounter searches or examinations of cell
phones in the investigation process, such as police, such as police actions in conducting
cell phone checks on the highway at night. There are certain absolute limitations for
investigators to carry out inspections of cell phones, because there are rights for the
person being examined, which is a person’s right to privacy that is protected by laws
and regulations. Of course, in someone’s cell phone there are many privacy things that
should not be allowed to be seen or known by others.
This type of research is classified as normative legal research with the type of
legal principles. In normative legal research, the data source is secondary data
consisting of primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal
materials. The collection of normative legal research data uses data collection
techniques using library research. The data obtained through the literature study will
be analyzed qualitatively. In writing conclusions, the author uses the deductive method
which writes conclusions from a general statement or proposition into a specific
statement.
Based on the results of research and discussion, it can be concluded. First; The
examination of a person’s cellphone by the Ambarita police can be said to be a forced
inquiry. Body inquiry has its own guidelines which are regulated in the National Police
Chief No. 8 of 2009 about the Implementation of Principles and Standards Police
officers are also prohibited from carrying out excssive searches and causing disruption
of the right to privacy being searched. Should be noted that a search only can be done if
a person is strongly suspected of committing a criminal act regulated in the legislation.
Reasonless search results in a violation of a person’s human rights. Second, To search
someone’s cell phone arbitrarily and not according to procedure can be categorized as
a violation of professional ethics.

Keywords: coercion-inquiry-cellphone

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 1
BAB I merupakan kegiatan keorganisasian
PENDAHULUAN yang secara ketat ditentutakan
A. Latar Belakang Masalah batasannya oleh hukum.3
Polisi sebagai salah satu institusi Apabila Polisi dalam melakukan
yang mengemban fungsi pelayanan penggeledahan mengabaikan hak asasi
publik dituntut untuk mampu manusia dan mengabaikan pula asas
memberikan pelayanan yang terbaik praduga tak bersalah, maka proses
kepada masyarakat dengan penegakan hukum tidak akan berjalan
menampilkan kinerja kesatuan yang secara efektif. Kemungkinan dan
profesional dan handal dibidangnya kekhawatiran terbesar yakni adanya
dalam menjaga keamanan dan kecenderungan bahwa pelaku yang akan
ketertiban masyarakat, yang bertugas ditangkap dapat diperlakukan secara
melindungi, mengayomi, melayani diskriminatif atau tidak manusiawi,
masyarakat, serta menegakkan hukum.1 tidak sesuai prosedur sebagaimana
Undang-Undang memberikan mestinya. Jadi, tujuan negara untuk
kewenangan kepada pejabat tertentu melindungi segenap bangsa Indonesia
untuk melakukan pembatasan terhadap melalui organ penegak hukumnya pun
kebebasan dan kemerdekaan seseorang tidak akan tercapai, karena apabila
dalam berbagai bentuk kegiatan. secara proseduralnya saja sudah tidak
Pembatasan kebebasan dan benar, bagaimana mungkin seorang
kemerdekaan ini merupakan suatu pelaku yang diduga melakukan tindak
tindakan atau upaya paksa yang harus pidana akan memperoleh keadilan
dilakukan dalam rangka mengikuti dihadapan hukum. Sedangkan cita-cita
perintah Undang-Undang. Kitab hukum menginginkan keadilan bagi
Undang-Undang Hukum Acara Pidana setiap individu meskipun seorang
telah menentukan adanya beberapa pelaku yang diduga telah melakukan
tindakan atau upaya paksa yang dapat perbuatan melanggar hukum.4
dilakukan sehubungan dengan Penggeledahan terhadap telepon
terjadinya tindak pidana yang dilakukan seluler sangat sering kita jumpai dalam
oleh seseorang. Berbagai upaya paksa proses penyelidikan seperti tindakan
tersebut adalah tindakan penangkapan, polisi dalam melakukan pemeriksaan
tindakan penahanan, tindakan telepon seluler remaja yang sedang
penggeledahan, tindakan penyitaan dan berkumpul-kumpul pada malam hari.
tindakan pemeriksaan surat, tetapi Tentunya ada batasan-batasan tertentu
tentunya harus ada alasan yang harus bagi penyelidik untuk melakukan
dipenuhi untuk dapat melakukan pemeriksaan terhadap telepon seluler
berbagai upaya paksa tersebut,2 yang mana disini juga ada hak privasi
dikarenakan penegakan hukum seseorang yang dilindungi peraturan
Perundang-Undangan.Tentunya didalam
1
telepon seluler seseorang banyak hal-hal
Imam Suroso, Hukum Acara Pidana
(Karakteristik Penghentian Penyidikan dan
3
Implikasi Hukum), LaksBang Pressindo, M. Ali Zaidan, Menuju Pembaruan
Yogyakarta, 2016, hlm. 3. Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2015,
hlm. 122.
2
Hartati S. Nus, “Penangkapan Dan 4
Asep Suherman, Penangkapan Sebagai
Penahanan Sebagai Upaya Paksa Dalam Bentuk Upaya Paksa Penegakan Hukum Dalam
Pemeriksaan Perkara Pidana”, Jurnal Ilmu Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, Jurnal
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sam Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Ratulangi, Vol. V, No. 4 April-Juni 2016, hlm. Bengkulu, Vol. 29, No.1 Januari 2020, hlm. 30-
60. 31.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 2
privasi yang seharusnya tidak hukum dengan judul “Tinjauan
diperkenankan untuk dilihat ataupun Yuridis Terhadap Penggunaan
diketahui oleh orang lain. Upaya Paksa Dalam Tahap
Telepon seluler adalah sebuah Penyelidikan Pada Pemeriksaan
barang privasi, tentunya masalah privasi Telepon Seluler Masyarakat”
ini dilindungi Undang-Undang. B. Rumusan Masalah
Perlindungan atas hak privasi seseorang 1. Apakah dapat dibenarkan
tersebut dinyatakan dan dilindungi oleh penggunaan upaya paksa oleh polisi
Negara dalam Pasal 28G Undang- dalam tahap penyelidikan pada
Undang Dasar Negara Republik pemeriksaan telepon seluler
Indonesia 1945, Pasal 30 Undang- masyarakat?
Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang 2. Apa akibat hukum atas
Perubahan atas Undang-Undang Nomor pemeriksaan telepon seluler yang
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan dilakukan oleh Polisi dalam tahap
Transaksi Elektronik, Pasal 7 Undang- penyelidikan pada pemeriksaan
Undang Nomor 48 Tahun 2009 telepon seluler masyarakat?
Tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan
11 (1) huruf I, Pasal 32 (2) huruf b,c,d, Penelitian
dan Pasal 38 (1) Peraturan Kepala 1. Tujuan
Kepolisian Negara Republik Indonesia a. Untuk mengetahui tata cara
Nomor 8 Tahun 2009 Tentang penggunaan upaya paksa yang
Implementasi Prinsip dan Standar Hak dibenarkan oleh Kitab Undang-
Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Undang hukum acara pidana
Tugas Kepolisian Negara Republik (KUHAP).
Indonesia, Pasal 15 huruf b Peraturan b. Untuk mengetahui akibat hukum
Kepala Kepolisian Negara Republik atas pemeriksaan telepon
Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 seluler yang dilakukan oleh
Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Polisi.
Negara Republik Indonesia. 2. Kegunaan
Permasalahan penggeledahan a. Untuk menambah wawasan dan
orang dan pemeriksaan telepon seluler pengetahuan peneliti terhadap
oleh Polisi adalah hal yang harus sangat permasalahan yang diteliti.
jelas bagaimana mekanisme seharusnya. b. Diharapkan dapat bermanfaat
Pemeriksaan telepon seluler oleh Polisi untuk menambah pengetahuan
tersebut tidak bisa dilakukan secara bagi masyarakat dan
sembarangan menyangkut ada hak asasi perkembangan ilmu hukum
dari orang yang bersangkutan khususnya hukum pidana.
dikesampingkan. Maka, hak asasi tetap c. Dapat dijadikan sebagai studi
harus dijaga dan dilidungi dari banding bagi para praktisi
perbuatan diskriminatif saat proses dalam pengambilan keputusan
pemeriksaan itu dilakukan serta harus (decision making) khususnya
ada batasan-batasan upaya paksa yang dalam bentuk penggeledahan
diperbolehkan dilakukan oleh oleh Kepolisian.
penyelidik selaku aparat penegak D. Kerangka Teori
hukum. 1. Teori Hak Asasi Manusia
Dari uraian kasus seperti yang Di Indonesia, hak asasi
telah dijelaskan diatas mendorong manusia (HAM) diatur dalam
peneliti untuk melakukan penelitian Undang-Undang Nomor 39 Tahun

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 3
1999 Tentang Hak Asasi Manusia. untuk tidak diperbudak, hak untuk
Menurut Theo Hujibers diakui sebagai pribadi terhadap
membedakan hak kodrati ke dalam hukum, dan hak untuk tidak
2 bagian, yaitu hak manusia dituntut atas dasar yang berlaku
(Human Rights) dan hak undang- surut. Selain itu non derogable
undang (Legal Rights). Hak rights ditambah lagi dengan hak-
manusia adalah hak yang dianggap hak lain seperti untuk tidak ditahan
melekat pada setiap manusia, sebab secara sewenang-wenang (arbitrary
berkaitan dengan realitas hidup arrest), hak akan peradilan yang
manusia sendiri. Hak manusia tidak bebas dan tidak memihak (fair and
dapat direbut atau dicabut karena impartial trial), dan beberapa yang
sudah ada sejak manusia itu ada. lain lagi.6
Sedangkan hak Undang-Undang 2. Teori Sistem Peradilan Pidana
adalah hak yang melekat pada Sistem peradilan pidana
manusia karena diberikan oleh adalah teori yang berkenaan dengan
Undang-Undang, maka upaya pengendalian kejahatan
pelanggaran hak ini dapat di tuntut melalui kerja sama dan koordinasi
di pengadilan berdasarkan Undang- di antara lembaga-lembaga yang
Undang.5 oleh undang-undang diberi tugas
Dengan pengaturan hukum untuk itu.7 Istilah sistem peradilan
yang ada maka pada dasarnya pidana (criminal justice system)
manusia adalah sama terutama di menunjukan mekanisme kerja
mata hukum, maka tidak boleh ada dalam penanggulangan kejahatan
perbedaan dalam pemberian yang menggunakan dasar
jaminan atau perlindungan hak asasi pendekatan sistem. Pendekatan
manusia tersebut. Pembatasan sistem adalah pendekatan yang
dalam ketentuan hak asasi manusia menggunakan segenap unsur yang
dapat terjadi berhubungan dengan terlibat di dalamnya sebagai suatu
keadaan darurat. Dalam hal ini kesatuan dan saling berhubungan
diperkenankan untuk sementara (interelasi) dan saling
waktu membatasi hak asasi mempengaruhi satu sama lain.
manusia yaitu dalam hal perang Melalui pendekatan ini kepolisian,
atau keadaan darurat umum (public kejaksaan, pengadilan dan lembaga
emergency) yang mengancam pemasyarakatan merupakan unsur
keselamatan Negara. Namun, ada penting dan berkaitan satu sama
pula beberapa hak yang tidak dapat lain. Mardjono mengemukakan
dibatasi atau dikurangi, meskipun tujuan dari sistem peradilan pidana
dalam keadaan darurat sekalipun, adalah:8 (a) Mencegah masyarakat
hak semacam ini disebut non menjadi korban kejahatan, (b)
derogable rights. Hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi 6
Todung Mulya Lubis, Jalan Panjang Hak
dalam keadaan apapun mencakup: Asasi Manusia, PT Gramedia Pustaka Utama,
hak untuk hidup, hak untuk tidak Jakarta, 2005, hlm. 190.
7
disiksa, hak kemerdekaan pikiran Tolib Effendi, Sistem Peradilan Pidana
(Perbandingan Komponen dan Proses Sistem
dan hati nurani, hak beragama, hak Peradilan Pidana di Beberapa Negara),
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2013, hlm. 20.
5 8
Theo Huijbers dan Abdulkarim Luhut Pangaribuan, Hukum Acara
Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Pidana: Suarat Resmi Adokat di Pengadilan,
Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 8-10. Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 2013, hlm. 14.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 4
Menyelesaikan kasus kejahatan hukum, dan sejarah hukum.12
yang terjadi sehingga masyarakat Penelitian ini berfokus pada
puas bahwa keadilan telah pengkajian mengenai penelitian
ditegaskan dan yang bersalah terhadap asas-asas hukum
pidana, (c) Dan mengusahakan agar penggunaan upaya paksa dalam
mereka yang pernah melakukan tahap penyelidikan pada
kejahatan tidak mengulangi lagi pemeriksaan telepon seluler
kejahatannya. masyarakat yang sedang berkumpul
Ketergantungan antara pada jam malam.
subsistem dalam sistem peradilan 2. Sumber Data
pidana dengan sendirinya akan Dalam penelitian normatif
menjadikan sistem peradilan pidana menggunakan sumber data
sebagai suatu sistem yang integrasi sekunder.
manjadi suatu sistem dengan tujuan Data sekunder dalam penulisan ini
yang sama. Sistem peradilan pidana dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
memiliki dua (2) tujuan besar, yaitu a. Bahan Hukum Primer
untuk melindungi masyarakat dan 1) Undang-Undang Dasar
menegakkan hukum.9 Negara Republik Indonesia
E. Kerangka Konseptual 1945.
1. Tinjauan yuridis adalah 2) Undang-Undang Nomor 8
mempelajari, meneliti, Tahun 1981 Tentang Kitab
menyelidiki sesuatu dengan Undang-Undang Hukum
menggunakan norma-norma Acara Pidana (KUHAP).
10
berlaku. 3) Undang-Undang Nomor 39
2. Pemeriksaan adalah sebuah Tahun 1999 Tentang Hak
proses, cara, perbuatan Asasi Manusia
memeriksa.11 4) Undang-Undang Nomor 2
3. Penyelidik, berdasarkan Pasal 4 Tahun 2002 Tentang
KUHAP Penyelidik adalah Kepolisian Republik
setiap pejabat pilisi Negara Indonesia.
Republik Indonesia. 5) Undang-Undang Nomor 19
F. Metode Penelitian Tahun 2016 Tentang
1. Jenis Penelitian Perubahan atas Undang-
Jenis penelitian yang Undang Nomor 11 Tahun
digunakan oleh peneliti adalah 2008 Tentang Informasi Dan
penelitian hukum normatif. Transaksi Elektronik.
Penelitian hukum normatif 6) Peraturan Kepala Kepolisian
mencakup penelitian terhadap asas- Negara Republik Indonesia
asas hukum, penelitian terhadap Nomor 8 Tahun 2009
sistematika hukum, penelitian Tentang Implementasi Prinsip
terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan Standar Hak Asasi
dan horizontal, perbandingan Manusia Dalam
Penyelenggaraan Tugas
9
Tolib Effendi, Op.cit, hlm. 25.
10
Depertemen Pendidikan Nasional,
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Jakarta, 2002. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
11
https://kbbi.web.id, diakses pada Singkat, Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2003,
tanggal, 17 Desember 2020. hlm. 14.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 5
Kepolisian Negara Republik 4. Analisis Data
Indonesia. Dalam penelitian ini, analisis
7) Peraturan Kepala Kepolisian data yang digunakan adalah
Negara Republik Indonesia analisis kualitatif, yang merupakan
Nomor 14 Tahun 2011 tata cara penelitian yang
Tentang Kode Etik Profesi menghasilkan data deskriptif (apa
POLRI. yang dinyatakan secara tertulis),
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu mengumpulkan semua data
Yaitu sumber bahan hukum yang diperlukan dan diperoleh dari
yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan
terhadap bahan hukum primer. sekunder, kemudian setelah itu
Bahan hukum sekunder adalah melakukan proses analisis data
semua publikasi tentang hukum secara kulitatif. Peneliti menarik
yang merupakan dokumen suatu kesimpulan secara deduktif,
yang tidak resmi. Publikasi yaitu menarik kesimpulan dari hal-
tersebut terdiri atas, buku-buku hal yang bersifat umum kepada hal-
teks yang membicarakan suatu hal yang bersifat khusus.
dan/atau beberapa BAB II
permasalahan hukum. TINJAUAN PUSTAKA
Termasuk skripsi, tesis, dan A. Tinjauan Umum Tentang Penyidikan
disertasi hukum, kamus-kamus dan Penyelidikan
hukum, jurnal-jurnal hukum, 1. Penyelidikan
dan komentar-komentar atas Pengertian penyelidikan
Putusan Hakim.13 sebagaimana yang tercantum dalam
c. Data Tersier KUHAP BAB 1 ketentuan umum
Yaitu bahan hukum yang pasal 1 butir (5) yang berbunyi:
memberikan petunjuk “Penyelidikan adalah serangkaian
penjelasan terhadap bahan tindakan penyelidikan untuk mencari
hukum primer dan bahan dan menemukan suatu peristiwa yang
hukum tersier, seperti kamus, diduga sebagai tindak pidana guna
internet dan sebagainya. menentukan dapat atau tidaknya
3. Teknik Pengumpulan Data dilakukan penyelidikan menurut cara
Data ini peneliti rangkum yang diatur dalam Undang-Undang
dengan membuat pengelompokan ini”
berdasarkan jenis-jenis dari 2. Penyidikan
berbagai sumber yang dalam Tahap penyidikan merupakan
penelitian hukum normatif, data salah satu bagian penting dalam
kepustakaan diperoleh melalui rangkaian tahap-tahap yang harus
penelitian kepustakaan yang dilalui suatu kasus menuju
bersumber dari peraturan pengungkapan terbukti atau
Perundang-Undangan, mengambil tidaknya dugaan telah terjadinya
kutipan dari buku bacaan, lieratur, suatu tindak pidana. Oleh sebab itu
atau buku pendukung yang keberadaan tahap penyidikan tidak
memiliki kaitannya dengan bisa dilepaskan dari adanya
permasalahan yang akan diteliti. ketentuan perundangan yang

13
Amiruddin dan Zainal Asikin,
Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta : 2012, hlm. 119.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 6
mengatur mengenai tindak Dengan redaksi yang agak
pidananya.14 berbeda, dalam Kamus Hukum
Menurut K. wantjik Saleh disebutkan bahwa penggeledahan
yang dikutip dalam jurnal hukum badan yaitu tindakan penyidik untuk
Sahuri Lasmadi, penyidikan sendiri mengadakan pemeriksaan badan atau
diartikan yaitu,15 Usaha dan pakaian tersangka untuk mencari
tindakan untuk mencari dan benda yang diduga keras ada pada
menemukan kebenaran tentang badannya atau dibawa serta, untuk di
apakah betul terjadi suatu tindak sita. Sedangkan penggeledahan
pidana, siapa yang melakukan rumah yaitu tindakan penyidik untuk
perbuatan itu, bagaimana sifat memasuki rumah tempat tinggal dan
perbuatan itu serta siapakah yang tempat tertutup lainnya untuk
terlibat dengan perbuatan itu. dilakukan tindakan pemeriksaan atau
Dalam penyidikan sendiri ada penyitaan dan untuk penangkapan
yang disebut penyidik yaitu orang dalam hal dan menurut cara-cara
yang melakukan penyidikan yang yang diatur dalam Undang-Undang.18
terdiri dari pejabat yang dijelaskan Penggeledahan hanya dapat
pada Pasal 1 butir (1) Kitab dilakukan terhadap orang yang
Undang-Undang Hukum Pidana. melakukan tindak pidana kejahatan
Pejabat penyidik sendiri terdiri dari yang dikhawatirkan akan
Penyidik Polri dan Penyidik menghilangkan barang bukti untuk
Pegawai Negeri Sipil.16 disita.
B. Tinjauan Umum Tentang Dasar hukum penyidik untuk
Penggeledahan dalam KUHAP melakukan penggeledahan pada
1. Penggeledahan dan Dasar Hukum hakekatnya secara yuridis
Penggeledahan dalam KUHAP penggeledahan diatur dalam KUHAP
Penggeledahan adalah tindakan yaitu Pasal 5 ayat (1) huruf (b) angka
penyidik yang dibenarkan Undang- (1), Pasal 7 ayat (1) huruf (d), Pasal
Undang untuk memasuki dan 11, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34 ayat
melakukan pemeriksaan rumah (1), Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37,
tempat kediaman seseorang atau Pasal 75, Pasal 125, dan Pasal 126.
untuk melakukan pemeriksaan Sasaran Penggeledahan adalah
terhadap badan dan pakaian rumah dan tempat-tempat tertutup
seseorang. Bahkan tidak hanya lainnya, pakaian, serta badan.
melakukan pemeriksaan, tapi bisa 2. Tata Cara Penggeledahan dalam
juga sekaligus untuk melakukan KUHAP
penangkapan dan penyitaan.17 a) Penggeledahan Biasa
Pengeledahan biasa diatur
14
dalam Pasal 33 KUHAP. Tata
Hibnu Nugroho, Integralisasi Penyidikan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Media
cara penggeledahan yang diatur
Aksara Prima, Jakarta, 2012, hlm. 67. dalam Pasal 33 pada dasarnya
15
Sahuri Lasmadi, Tumpang Tindih merupakan aturan pedoman
Kewenangan Penyidikan Pada Tindak Pidana penggeledahan.
Korupsi Pada Perspektif Sistem Peradilan
Pidana, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 2, Nomor
3, Universitas Jenderal Soedirman Fakultas
Hukum, Purwokerto, Juli, 2010, hlm. 10. Penyidikan dan Penuntutan, Edisi Kedua,
16
M. Yahya Harahap, Op.cit, hlm. 112. (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 249.
17 18
M. Yahya Harahap, Pembahasan Sudarsono, Kamus Hukum, Edisi Baru,
Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), hlm. 350.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 7
Tata cara penggeladahan dalam penggeledahan yang telah
hal biasa. dilakukan
a. Harus ada surat izin Ketua c) Penggeledahan Badan
Pengadilan Negeri setempat; Untuk mengetahui sejauh
b. Petugas Kepolisian membawa mana penggeledahan badan, harus
dan memperlihatkan surat menggabungkan Pasal 1 butir 18
tugas; dengan penjelasan Pasal 37
c. Setiap penggeledahan rumah KUHAP, dengan pengembangan
tempat kediaman harus ada pasal 1 butir 18 dengan penjelasan
pendamping/saksi dari pasal 37 KUHAP dapat ditarik
penghuni rumah / RT / RW / kesimpulan yang dimaksud
warga setempat; dengan penggeledahan badan
d. Kewajiban membuat berita adalah meliputi seluruh bagian
acara penggeledahan (Diatur badan luar dan dalam, meliputi
dalam Pasal 126 dan 127 bagian luar badan dan pakaian
KUHAP); serta serta juga bagian dalam,
e. Penjagaan rumah atau tempat. termasuk seluruh anggota badan.
Hal ini diatur dalam Pasal C. Tinjauan Umum Tentang Sistem
127 KUHAP yang Peradilan Pidana Indonesia
memberikan wewenang 1) Pengertian dan Konsep Sistem
kepada penyidik; Peradilan Pidana
b) Penggeledahan dalam Keadaan Criminal justice system
Mendesak merupakan mekanisme kerja dalam
Hal ini diatur dalam Pasal penanggulangan kejahatan yang
34 KUHAP yang menegaskan: menggunakan dasar pendekatan
dalam keadaan yang sangat sistem. Pendekatan sistem yang
perlu dan mendesak, bilamana dimaksud adalah bahwa
penyidik harus segera bertindak penanggulangan kejahatan dilakukan
dan tidak mungkin untuk lebih dengan melibatkan sub-sub sistem
dulu mendapat surat izin Ketua didalamnya sebagai suatu kesatuan
Pengadilan Negeri, penyidik yang saling berhubungan dan saling
dapat langsung bertindak mempengaruhi antara sub-sub sistem
mengadakan penggeledahan. tersebut. Melalui pendekatan sistem
Tata cara penggeledahan dalam ini Kepolisian, Kejaksaan,
keadaan mendesak: Pengadilan dan Lembaga
a. Penggeladahan dapat langsung Pemasyarakatan merupakan sub-sub
dilaksanakan tanpa terlebih sistem yang berkaitan satu sama lain
dahulu ada izin ketua dalam menjalankan tugas dan
Pengadilan Negeri. fungsinya.
b. Dalam tempo dua hari setelah 2) Asas Peradilan Pidana di
penggeledahan, penyidik Indonesia .
membuat berita acara, yang a. Asas sederhana, artinya caranya
berisi jalanya dan hasil yang jelas, mudah dipahami dan
penggeledahan tidak berbelit. Yang penting disini
c. Kewajiban penyidik segera ialah agar para pihak dapat
melapor kepada Ketua mengemukakan kehendaknya
Pengadilan Negeri dan dengan jelas dan pasti (tidak
meminta persetujuan atas berubah-ubah) dan

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 8
penyelesaiannya dilakukan c. Asas biaya ringan, yang dimaksud
dengan jelas, terbuka runtut dan dengan biaya ringan dalam
pasti, dengan penerapan hukum peradilan pidana adalah biaya
acara yang fleksibel demi perkara yang dapat dijangkau oleh
kepentingan para pihak yang masyarakat, dalam hal ini penulis
menghendaki acara yang berpendapat bahwa masyarakat
sederhana. yang dimaksud adalah masyarakat
b. Asas peradilan cepat, artinya dari segala lapisan sehingga
penyelesaian perkara memakan hukum dan keadilan dapat dicapai
waktu tidak terlalu lama. Makna oleh semua orang. Biaya
dari asas cepat yaitu bahwa proses hendaknya tidak dimaknai secara
keseluruhan peradilan dari tahap sempit mengenai biaya yang ada
awal sampai akhir haruslah cepat dalam proses persidangan yang
dimana dapat dimaknai sebagai ditentukan oleh Kepaniteraan
efisiensi dan efektivitas dalam hal Pengadilan saja, biaya tersebut
waktu dan tidak melebihi batas dapat juga diartikan sebagai biaya
waktu yang telah ditentukan. yang dikeluarkan oleh terdakwa
Peradilan cepat juga dan keluarganya selama menjalani
merupakan bagian dari hak asasi persidangan, biaya bolak-balik
manusia (HAM). Pasal 14 menjalani persidangan dll.
paragraf 3 (c) Kovenan BAB III
Internasional tentang Hak-Hak HASIL PENELITIAN DAN
Sipil dan Politik yang telah PEMBAHASAN
diratifikasi oleh Indonesia dengan A. Analisis Terhadap Penggunaan
Undang-Undang nomor 12 Tahun Upaya Paksa oleh Polisi dalam Tahap
2005 tentang Pengesahan Penyelidikan pada Pemeriksaan
International Covenant On Civil Telepon Seluler Masyarakat
And Political Rights (Kovenan Didalam KUHAP tidak dijelaskan
Internasional tentang Hak-Hak secara rinci pengertian dari upaya paksa
Sipil dan Politik). Dalam konvensi walaupun demikian dapat disimpulkan
tersebut diatur tentang persyaratan merupakan suatu tindakan yang
jaminan minimal dalam dilakukan oleh aparat penegak hukum
pelaksanaan pidana. Dalam pasal dalam hal melakukan penahanan,
tersebut dinyatakan bahwa “untuk penangkapan, penggeledahan, penyitaan
diadili tanpa penundaan” kepada seseorang yang dianggap
selanjutnya pada Pasal 9 paragraf melakukan tindak pidana, upaya paksa
3 Kovensi tersebut juga mengatur pada dasarnya mengesampingkan hak
bahwa salah satu tujuan dari asasi dari tersangka untuk sementara
prinsip peradilan yang cepat waktu atas kewenangan yang dimiliki
adalah untuk melindungi hak-hak oleh aparat penegak hukum untuk
terdakwa (untuk tidak ditahan melakukan upaya tersebut.
terlalu lama serta memastikan Dalam melaksanakan fungsi
adanya kepastian hukum penyelidikan dan penyidikan, konstitusi
19
baginya). Negara memberikan hak istimewa atau
hak privilege kepada kepolisian untuk
memanggil, memeriksa, menangkap,
19
Pasal 9 Paragraf 3 UU No. 12 Tahun 2005 menahan, menggeledah, menyita
tentang Pengesahan International Covenant On terhadap tersangka dan barang yang
Civil And Political Rights.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 9
dianggap berkaitan dengan tindak yang ditentukan dalam Undang-Undang
pidana.20 Banyak masyarakat mengeluh ini.”
terhadap upaya-upaya yang dilakukan Memperhatikan Pasal 32 maka
kepolisian dalam penyelidikan dan penggeledahan hanya dapat dilakukan
penyidikan yang terkadang untuk kepentingan penyidikan. Untuk
bertentangan dengan hak asasi manusia itu maka semua ketentuan mengenai
dan menyimpang dari ketentuan hukum penyidikan pada umumnya dan
acara atau diskresi yang dilakukan oleh mengenai penggeledahan pada
penyidik. khususnya sebagaimana ditentukan di
Salah satu Penggunaan upaya dalam KUHAP haruslah dipatuhi. Pasal
paksa yang dilakukan oleh kepolisian 33 ayat (1) KUHAP menentukan bahwa
sudah diatur dalam ketentuan Kitab penggeledahan rumah dapat dilakukan
Undang-Undang Hukum Acara Pidana oleh penyidik dengan surat izin Ketua
(KUHAP) adalah Penggeledahan. Pengadilan Negeri setempat. Pengadilan
KUHAP ternyata memisahkan Negeri setempat ialah Pengadilan yang
pengertian penggeledahan rumah wilayah hukumnya meliputi tempat
dengan penggeledahan badan, penggeledahan dilakukan.
sebagaimana kita jumpai dalam Pasal 1 Pemeriksaan telepon seluler
angka 17 mengenai penggeledahan seseorang yang dilakukan oleh
rumah dan Pasal 1 angka 18 mengenai kepolisian seperti pada kasus Aipda
penggeledahan badan. Penggeledahan Ambarita dapat dikatakan suatu upaya
rumah adalah tindakan penyidik untuk paksa penggeledahan. Permasalahan
memasuki rumah tempat tinggal dan mengakses ponsel orang lain telah
tempat tertutup lainnya untuk diatur dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-
melakukan tindakan pemeriksaan dan Undang Nomor 19 Tahun 2016
atau penyitaan dan atas penangkapan Tentang Perubahan Atas Undang-
dalam hal menurut cara yang diatur Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
dalam Undang-Undang ini.21 Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
Penggeledahan badan adalah ITE). Penggeledahan badan memiliki
tindakan penyidik untuk mengadakan pedoman tersendiri yang diatur pada
pemeriksaan badan atau pakaian privasi seseorang sudah sewajibnya
tersangka untuk mencari benda yang dihormati berdasarkan Pasal 32
diduga keras ada pada badannya atau Peraturan Kepala Kepolisian Negara
dibawanya serta untuk disita.22 Republik Indonesia nomor 8 Tahun
Penggeledahan termaksud di atas 2009 Tentang Implementasi Prinsip dan
dikelompokkan menjadi satu di dalam Standar Hak Asasi Manusia dalam
Pasal 32 KUHAP, yang berbunyi; Penyelenggaraan Tugas Kepolisian
”untuk kepentingan penyidikan, Negara Republik Indonesia yang
penyidik dapat melakukan mengatur mengenai tata cara
penggeledahan rumah atau penggeledahan orang.
penggeledahan pakaian atau Patut diperhatikan bahwa
penggeledahan badan menurut tata cara penggeledahan hanya dapat dilakukan
apabila seseorang diduga kuat
20
melakukan suatu tindak pidana yang
M. Yahya Harahap, Pembahasan Op.cit,
Jakarta hlm.95.
diatur dalam Peraturan Perundangan-
21
Pasal 1 Butir 17, Undang-Undang Nomor Undangan. Penggeledahan tanpa dasar
8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. tersebut berakibat pelanggaran hak asasi
22
Pasal 1 butir 18, Undang-Undang Nomor seseorang. Maka dari itu, upaya-upaya
8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 10
paksa tidak perlu dilakukan oleh wewenang.25 Polri dalam menjalankan
penyidik pembantu, dan penyidik tugas dan wewenangnya harus
apabila dianggap belum atau tidak menjunjung tinggi kehormatan dan
mengganggu tugasnya untuk melakukan martabat Negara, Pemerintah, dan
penyelidikan ataupun penyidikan.23 Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Kemudian, perlu dipahami Apabila ada anggota polisi yang
bahwasannya sama halnya dengan melakukan pelanggaran dan terbukti
penangkapan, wewenang melanggar Kode Etik Profesi maka akan
penggeledahan semata-mata hanya dijatuhi sanksi melalui Komisi Kode
diberikan kepada penyidik, baik Etik Polri berupa tindakan disiplin
penyidik Polri maupun penyidik dan/atau hukuman disiplin.
Pegawai Negeri Sipil.24 Dalam berhubungan dengan
B. Akibat Hukum Atas Pemeriksaan masyarakat anggota Polri seringkali
Telepon Seluler yang Dilakukan oleh menyalahgunakan wewenang dan
Kepolisian dalam Tahap melakukan tindakan yang berlebihan
Penyelidikan pada Pemeriksaan dalam menjalankan tugas dan
Telepon Seluler Masyarakat wewenangnya di lapangan. Kode Etik
Pemeriksaan telepon seluler Profesi Polri mengandung jabaran
termasuk kedalam upaya paksa pedoman perilaku setiap anggota Polri
penggeledahan badan. Penggeledahan dalam berhubungan dengan masyarakat,
menjadi salah satu upaya paksa baik ketika menjalankan tugas dan
terhadap tersangka, dalam rangka wewenangnya maupun ketika tidak
pencarian alat bukti. Anggota Polri sedang menjalankan tugas dan
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya di tengah-tengah
wewenang tidak boleh melanggar masyarakat. Norma-norma yang
Peraturan Disiplin Kepolisian yang terkandung dalam Kode Etik Profesi
diatur dalam Peraturan Pemerintah Polri dijabarkan dalam Peraturan
Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011
Indonesia dan Kode Etik Polri yang Tentang Kode Etik Profeesi Kepolisian
diatur dalam Peraturan Kepala Negara Republik Indonesia memiliki
Kepolisian Negara Republik Indonesia kekuatan mengikat, yang menjadi
Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode pedoman bagi anggota Polri untuk
Etik Profesi Polri. berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
Kode Etik Profesi Polri, moral.
disebutkan bahwa setiap anggota Polri Salah satu contoh kasus yang
harus menjauhkan diri dari perbuatan masih hangat diperbincangkan terkait
dan sikap tercela serta memelopori kasus yang Aipda Ambarita, yang
setiap tindakan mengatasi kesulitan memaksa memeriksa telepon seluler
masyarakat sekitarnya. Di samping itu, seorang pemuda secara arogan tanpa
setiap insan Polri juga diharapkan menjelaskan secara rinci wewenang dari
mampu mengendalikan diri dari kepolisian untuk memeriksa telepon
perbuatan-perbuatan penyalahgunaan seluler. Melihat kasus yang terjadi,
perlu kiranya melihat kembali
bagaimana pengaturan terkait
23
Erdianto Effendi, Hukum Acara Pidana penggeledahan dalam Sistem Peradilan
(Perspektif KUHAP dan Peraturan Lainnya),
25
PT Rafika Aditama, Bandung:2021, hlm. 67. Muhammdad. Nuh, Etika Profesi Hukum,
24
Ibid, hlm. 85. Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm 144.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 11
Pidana di Indonesia. Pengaturan hukum kepolisian. Kode Etik Profesi
terkait kewenangan upaya paksa Kepolisian adalah norma tentang
penggeledahan sudah jelas dimuat perilaku polisi untuk dijadikan pedoman
dalam Pasal 32 sampai dengan Pasal 37 dalam mewujudkan pelaksanaan tugas
KUHAP. yang baik bagi ketertiban umum,
Gugatan praperadilan dapat keamanan masyarakat, dan penegakkan
diajukan oleh pihak yang merasa hukum.26
dirugikan akibat penggeledahan yang Sehubungan dengan tugas dan
tidak sesuai dengan prosedur, misalnya kewajiban tersebut, polisi mempunyai
pada kasus Aipda Ambarita, dimana kewenangan sebagaimana sudah diatur
seorang pemuda yang diperiksa oleh dalam KUHAP juga diatur Undang-
Aipda ambarita saat melakukan razia Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
malam, dimana Aipda Ambarita yang Kepolisian. Diatur juga tentang
mengambil dan memeriksa isi telepon bagaimana manajemen penyidikan
seluler pemuda tersebut, padahal tindak pidana yang harus dilakukan oleh
pemuda tersebut telah menolak, sebab polisi sebagaimana diatur dalam
menurut pemuda tersebut itu ranah Peraturan Kepala Kepolisian Republik
privasinya dan terlebih pemuda itu juga Indonesia Nomor 14 Tahun 2012
merasa tidak melakukan tindak pidana. Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian
Hal ini tentu membuat pemuda tersebut Negara Republik Indonesia. Polisi
merasa dirugikan atas tindakan Aipda sebagai penyidik dalam melaksanakan
Ambarita yang sewenang-wenang dan upaya paksa penggeledahan, harus
arogan. Kewenangan penggeledahan berdasar pada Surat Ketua Pengadilan
dan batasan-batas penggeledahan itu Negeri. Namun dalam keadaan yang
sendiri sudah diatur dalam Pasal 32 sangat perlu dan mendesak, tindakan
sampai Pasal 37 KUHAP. Pasal 32 penggeledahan dapat dilakukan oleh
mengatur terkait kepentingan penyidik polisi dengan tanpa membawa Surat
dapat melakukan penggeledahan rumah izin dari Ketua Pengadilan Negeri.
atau pakaian atau badan menurut tata Sementara, Aipda Ambarita saat itu
cara yang sudah ditentukan dalam bukan sebagai seorang penyidik yang
Undang-Undang. dimaksudkan tersebut. Melainkan hanya
Terhadap kasus yang terjadi pada seorang polisi yang sedang
Aipda Ambarita menurut peneliti ada melaksanakan patroli bersama dengan
indikasi tindakan penggeledahan secara timnya.
paksa dan sewenang-wenang terhadap Selain itu tindakan
privasi seseorang, terlebih penggeledahan tidak sesuai prosedur
penggeledahan yang dilakukan bukan tersebut juga melanggar aturan
bagian dari proses penyidikan karena internal Polri sendiri, pada Pasal 38
sebagai bagian dari penyidikan, ayat 1 Peraturan Kepala Kepolisian
sehingga terlebih dahulu harus ada Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
dugaan/perbuatan tindak pidana yang 2009 Tentang Implementasi Prinsip
disidik dalam rangka pencarian alat dan Standar Hak Asasi Manusia
bukti terhadap tersangka. Dalam Penyelenggaraan Tugas
Dalam sistem demokratis, hak-
hak khusus Polri ini bukan hanya harus 26
Sadjijono, Etika Profesi Hukum : Suatu
tunduk pada hukum yang berlaku, Telah Filosofis terhadap Konsep dan
namun juga harus tunduk pada Kode Implementasi Kode Etik Profesi POLRI,
Etik Profesi sebagai aspek dalam Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hlm
78-87.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 12
Kepolisian Negara Republik itu etika dalam kemasyarakat juga
Indonesia, yang mengatur kewajiban diatur dalam Pasal 10 Peraturan Kepala
anggota Polri untuk menghormati Kepolisian Negara Republik Indonesia
martabat dan privasi seseorang. Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode
KUHAP memberikan pengakuan Etik Profesi Kepolisian Negara
dan perlindungan terhadap hak-hak Republik Indonesia. Berdasarkan Pasal
asasi manusia khususnya upaya paksa 9 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
penggeledahan, dalam hukum acara 2003 tentang Peraturan Disiplin
pidana dikenal adanya asas legalitas, Anggota Kepolisian menjelaskan
berkenaan dengan asas legalitas segala mengenai hukuman disiplin tersebut
tindakan kepolisian yaitu: penangkapan, berupa (a) Teguran tertulis; (b)
penahanan, penggeledahan, penyitaan, Penundaan mengikuti pendidikan paling
pemeriksaan surat dan tidakan-tindakan lama 1 (satu) tahun; (c) Penundaan
lainnya harus dilakukan berdasarkan kenaikan gaji berkala; (d) Penundaan
perintah tertulis oleh pejabat yang diberi kenaikan pangkatpaling lama 1 (satu)
wewenang oleh Undang-Undang serta tahun; (e)Mutasi yang bersifat demosi;
dengan cara yang diatur menurut (d) Pembebasan dari jabatan;
Undang-Undang, asas perintah tertulis Penjelasan penjatuhan hukuman
ini disebutkan dalam penjelasan umum diatas sesuai dengan Peraturan
KUHAP angka 3 huruf b hal ini sama Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
dengan Pasal 7 Undang-Undang Nomor tentang Peraturan Disiplin Kepolisian,
48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan yang selanjutnya disusun kedalam Kode
Kehakiman. Etik Profesi Kepolisian Negara
Apabila asas perintah tertulis oleh Republik Indonesia, dan apabila ada
pejabat yang diberi wewenang oleh anggota polisi yang terbukti melakukan
Undang-Undang dan diturut menurut pelanggaran kode etik Polri maka akan
tata cara yang diatur oleh KUHAP, disidang melalui Komisi Kode Etik
tidak dikuti dengan seksama dan tertulis Polri. Atas tindakan yang dilakukan
oleh para pejabat dalam tiap tingkat Aipda Ambarita tersebut membuat
pemeriksaan, dapat menimbulkan akibat Polda Metro Jaya turun tangan dan
atau konsekuensi yang merugikan memeriksa Aipda Ambarita. Per 18
pihak lain.27 Oktober 2021, Ambarita pun mendapat
Tindakan penggeledahan penyidik mutasi melalui Surat Edaran Telegram
diatur dalam Pasal 32 Peraturan Kepala bernomor ST/458/X/KEP./2021.
Kepolisian Republik Indonesia Nomor 8 BAB IV
Tahun 2009 Tentang Implementasi PENUTUP
Prinsip Dan Standar Hak Asasi A. Kesimpulan
manusia. Dalam Penyelenggaraan 1. Penggunaan upaya paksa oleh
Tugas Kepolisian Negara Republik Polisi dalam tahap penyelidikan
Indonesia yang menyatakan:28 Selain pada Pemeriksaan telepon seluler
masyarakat merupakan suatu hal
27
Martiman, Prodjohamidjojo, Pembahasan yang salah dikarenakan jika
Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan memperhatikan Pasal 32 KUHAP
Praktek, Cet Ke-1, Pradnya Paramitha: Jakarta, maka penggeledahan hanya dapat
1989, hlm. 23.
28
Pasal 32 Peraturan Kapolri Nomor 8
dilakukan untuk kepentingan
Tahun 2009 Tentang Implementasi Prinsip Dan penyidikan. Oleh karena itu
Standar Hak Asasi manusia Dalam tindakan polisi menggeledah secara
Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara paksa seseorang di tengah jalan,
Republik Indonesia.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 13
dan bukan bagian dari proses (kepentingan individu dan
penyidikan, dapat dikatakan kepentingan publik), pemangku
sebagai tindakan sewenang-wenang kewenangan atau negara tidak boleh
terhadap privasi seseorang. Privasi melakukan diskriminatif terhadap
seseorang sudah sewajibnya kepentingan-kepentingan, karena hak
dihormati berdasarkan Pasal 32 asasi manusia dihormati oleh Negara,
ayat 2 jo Pasal 38 ayat 1 Peraturan Undang-Undang, hukum sesuai
Kepala Kepolisian Negara prinsip Negara hukum yang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun demokratis.
2009 Tentang Implementasi Prinsip 2. Setiap penggeledahan harus
dan Standar Hak Asasi Manusia. dilakukan secara cermat dan hati-hati
2. Akibat hukum atas pemeriksaan serta harus sesuai dengan tujuan dan
telepon seluler yang dilakukan oleh tata cara sebenarnya penggeledahan
Polisi dalam tahap penyelidikan tersebut dalam batas-batas dan cara-
pada pemeriksaan telepon seluler cara yang ditentukan oleh Undang-
secara sewenang-wenang dan tidak Undang agar tidak menimbulkan
sesuai prosedur dapat dikategorikan kerugian pada orang lain karena
sebagai pelanggaran etika profesi. penggeledahan berkaitan dengan hak
Berdasarkan Pasal 9 Peraturan asasi seseorang serta hak milik
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 pribadi seseorang yang dilindungi
tentang Peraturan Disiplin Anggota oleh hukum sehingga kepentingan
Kepolisian, menjelaskan mengenai penyidikan pun tetap dapat
hukuman disiplin tersebut berupa, dilaksanakan.
teguran tertulis; penundaan DAFTAR PUSTAKA
mengikuti pendidikan paling lama 1 A. Buku
(satu) tahun, penundaan kenaikan Ali Zaidan, M, 2015 Menuju
gaji berkala, penundaan kenaikan Pembaruan Hukum Pidana,
pangkat paling lama 1 (satu) tahun, Sinar Grafika, Jakarta.
mutasi yang bersifat demosi, Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012,
pembebasan dari jabatan apabila Pengantar Metode Penelitian
ada anggota kepolisian yang Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.
terbukti melakukan pelanggaran. Atmasasmita, Romli, 1996, Sistem
Penjelasan penjatuhan hukuman Peradilan Pidana(Criminal
diatas sesuai dengan Peraturan Justice System) Perspektif
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Eksistensialisme dan
tentang Peraturan Disiplin Abolisionalisme, Bina Cipta,
Kepolisian, yang selanjutnya Jakarta.
disusun kedalam Kode Etik Profesi Effendi, Erdianto, 2021, Hukum Acara
Kepolisian Negara Republik Pidana (Perspektif KUHAP
Indonesia, dan apabila ada anggota dan Peraturan Lainnya), PT.
polisi yang terbukti melakukan Rafika Aditama, Bandung.
pelanggaran kode etik Polri maka Effendi, Tolib, 2013, Sistem Peradilan
akan disidang melalui Komisi Kode Pidana (Perbandingan
Etik Polri. komponen dan Proses Sistem
B. Saran Peradilan Pidana di Beberapa
1. Kepada penegak hukum bahwa Negara), Pustaka Yustisia,
hukum harus mampu berdampingan Yogyakarta.
dengan hak asasi manusia

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 14
Harahap, Yahya, 2016, Pembahasan Perkara Pidana”, Jurnal Ilmu
Permasalahan dan Penerapan Hukum, Fakultas Hukum
KUHAP, Penyidikan dan Universitas Sam Ratulangi,
Penuntutan, Sinar Grafika, Vol. V, No. 4 April-Juni 2016.
Jakarta. Depertemen Pendidikan Nasional, 2002,
Huijbers, Theo dan Abdulkarim Kamus Besar Bahasa
Muhammad, 2007, Etika Indonesia, Balai Pustaka,
Profesi Hukum, Citra Aditya Jakarta.
Bakti, Bandung. Sudarsono, 2007, Kamus Hukum,
Martiman, Prodjohamidjojo, 1989, Cetakan Kelima, P.T.Rineka
Pembahasan Hukum Acara Cipta, Jakarta.
Pidana Dalam Teori Dan C. Peraturan Perundang-Undangan
Praktek, Cet Ke-1, Pradnya Undang-Undang Dasar Negara Republik
Paramitha, Jakarta. Indonesia 1945.
Nugroho, Hibnu, 2012, Integralisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Penyidikan Tindak Pidana Tentang Kitab Undang-Undang
Korupsi di Indonesia, Media Hukum Acara Pidana
Aksara Prima, Jakarta. (KUHAP).
Nuh, Muhammdad, 2011, Etika Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Profesi Hukum, Pustaka Tentang Hak Asasi Manusia
Setia, Bandung. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Pangaribuan, Luhut , 2013, Hukum Tentang Kepolisian Republik
Acara Pidana: Suarat Resmi Indonesia.
Adokat di Pengadilan, Papas Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Sinar Sinanti, Jakarta. Tentang Kekuasaan
Rasijdi, Lili dan Zainuddin Ali, 2010, Kehakiman
Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
Jakarta. Tentang Perubahan atas
Sadjijono, 2008, Etika Profesi Hukum : Undang-Undang Nomor 11
Suatu Telah Filosofis terhadap Tahun 2008 Tentang Informasi
Konsep dan Implementasi Dan Transaksi Elektronik.
Kode Etik Profesi POLRI, Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Laksbang Mediatama, Republik Indonesia Nomor 8
Yogyakarta. Tahun 2009 Tentang
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Implementasi Prinsip dan
2003, Penelitian Hukum Standar Hak Asasi Manusia
Normatif Suatu Tinjauan Dalam Penyelenggaraan Tugas
Singkat, Raja GrafindoPersada, Kepolisian Negara Republik
Jakarta. Indonesia.
Suroso, Imam, 2016, Hukum Acara Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Pidana (Karakteristik Republik Indonesia Nomor 14
Penghentian Penyidikan dan Tahun 2011 Tentang Kode Etik
Implikasi Hukum), LaksBang Profesi POLRI.
Pressindo, Yogyakarta.
B. Jurnal/Kamus
Hartati S. Nus, “Penangkapan Dan
Penahanan Sebagai Upaya
Paksa Dalam Pemeriksaan

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume IX No. 1 Januari – Juni 2022 Page 15

You might also like