Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi Kinerja Unit Instalasi Pengolahan Air Lim
Evaluasi Kinerja Unit Instalasi Pengolahan Air Lim
Evaluasi Kinerja Unit Instalasi Pengolahan Air Lim
net/publication/341499139
CITATIONS READS
5 1,328
3 authors, including:
Satyanto K. Saptomo
Bogor Agricultural University (IPB University)
121 PUBLICATIONS 577 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Satyanto K. Saptomo on 30 October 2021.
ABSTRACT
Wastewater treatment is required in order to improve waste water quality in accordance with the water
quality standard and not harm the environment. The purpose of this research were to determine the
quality of waste water based on BOD, COD, TSS, and pH parameters in the influent and effluent of each
unit of wastewater treatment plant (IPAL), to compare the efficiency in reducing pollutant concentration
with the literature, and comparing the quality of waste water at outlets with water quality standards. The
research used samples taken in IPAL Bojongsoang Bandung and the test were done at PDAM Bandung
laboratory. The highest efficiency of pollutant reduction in unit set A for TSS parameter was 66.67%,
BOD 87.55%, and COD 81.28%. While for unit set B the biggest pollutant reduction efficiency for TSS
parameter was 55.88%, BOD 73.91%, and COD 73.05%. The processing unit set A had been eligible for
BOD and COD parameters for oxidation ditch (80-90%). Concentrations at outlets in unit set A for TSS
was 50 mg/l, BOD 27 mg/l, COD 67 mg/l, and pH 6.5, while in unit set B TSS was 75 mg/l, BOD 21 mg/l,
COD 45 mg/l, and pH 6.5. Comparing to the water quality standard the value of COD and pH had fulfill
the standard.
35
JSIL | M. Ihsan Firdaus dkk: Evaluasi Kinerja Unit IPAL Bojongsoang Bandung
kualitas air antara lain eutrophication, peninjauan dengan parameter TSS dan
water borne disease, mempercepat pH. Tujuan penelitian ini adalah
korosivitas, dan biaya pengolahan bagi mengetahui kualitas air limbah
keperluan air bersih menjadi lebih mahal berdasarkan parameter BOD, COD, TSS,
dan sulit akibat beban polutan yang tinggi dan pH di influen serta efluen masing-
dan beragam komposisinya. masing unit, membandingkan kualitas air
Agar kualitas air limbah sesuai limbah di outlet dengan baku mutu, dan
dengan baku mutu dan tidak membandingkan efisiensi setiap unit
membahayakan lingkungan, maka pengolahan air limbah dalam menurunkan
diperlukan desain instalasi pengolahan air konsentrasi pencemar dengan literatur.
limbah. Sarana air kotor secara perpipaan
lengkap dengan instalasi pengolahan air METODOLOGI
limbah (IPAL) dibangun melalui proyek
BUDP Dewi Sartika Tahap I dan Tahap II Pengumpulan data primer
dalam rangka penataan sanitasi dilaksanakan selama bulan April 2017,
lingkungan di Kota Bandung dan dikelola sedangkan data primer diambil dari bulan
oleh PDAM Kota Bandung. Instalasi Januari sampai Maret dari laboratorium
pengolahan ini mempunyai kapasitas ± BPAL Kota Bandung. Penelitian
243.000 m3 dan dapat melayani ± 400.000 menggunakan sampel yang diambil di unit
jiwa penduduk untuk daerah pelayanan pengolahan air limbah Bojongsoang
Bandung Timur, Bandung Tengah, dan Bandung dan pengujian dilakukan di
Bandung Selatan. Instalasi ini dijalankan Laboratorium BPAL Kota Bandung. Alat
dengan proses melalui sistem kolam yang digunakan pada penelitian ini adalah
stabilisasi yang sangat bergantung kepada erlenmeyer, labu ukur, pipet, wingkler,
faktor alam. Instalasi ini terletak di oven, dan kertas saring. Bahan-bahan
Kecamatan Bojongsoang Kabupaten yang dibutuhkan adalah sampel air
Bandung dengan areal 85 Ha (PDAM limbah, KOH, K2Cr2O7 0,1 N, dan H2SO4.
2015). Pengambilan sampel dilakukan di
Hasil penelitian sebelumnya yang inlet, outlet kolam anaerobik, outlet kolam
dilakukan Siregar (2004) di laboratorium fakultatif, dan outlet kolam maturasi dan
Teknik Lingkungan Institut Teknologi dilakukan antara pukul 8-10 pagi.
Bandung menunjukkan bahwa pada tahun Pengambilan sampel dilakukan dengan
2004 konsentrasi BOD di inlet bernilai dua metode yaitu metode grab dan time
739,5 mg/l dan di outlet 53,39 mg/l, detention. Metode grab (langsung)
sedangkan COD di inlet 134,5 mg/l dan di merupakan metode pengambilan sampel
outlet 108,79 mg/l. Jika dibandingkan dengan sekali pengambilan dari inlet
dengan baku mutu limbah cair sampai outlet langsung. Pengukuran
SK.Gubernur Jabar No. 6 Tahun 1999 metode time detention dilakukan dengan
nilai BOD dan COD tidak masuk ke pengambilan sampel di inlet pada hari
dalam standar yaitu 50 mg/l dan 100 mg/l. pertama dan selanjutnya di masing-masing
Sehingga perlu dilakukan evaluasi kolam sesuai waktu detensinya. Metode
kembali terhadap kinerja dari unit IPAL pengambilan dengan metode time
tersebut terlebih lagi karena ada detention ini akan terpengaruh oleh
pergantian nilai baku mutu air limbah kondisi cuaca karena cuaca dalam satu
domestik Peraturan Menteri Lingkungan minggu tidak akan seragam dan akan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia mempengaruhi proses pengolahan pada
2016 Nomor 68 untuk nilai BOD 30 mg/l kolam stabilisasi.
dan COD 100 mg/l. Serta ditambahkan
36
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 03 No. 01 April 2018
37
JSIL | M. Ihsan Firdaus dkk: Evaluasi Kinerja Unit IPAL Bojongsoang Bandung
38
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 03 No. 01 April 2018
Waktu detensi pada unit grit waktu detensi dan keadaan anaerobik pada
chamber tidak didapatkan data. Waktu kolam.
detensi yang tidak sesuai dengan standar Masalah yang dapat mengganggu
desain akan menyebabkan unit grit proses stabilisasi di kolam fakultatif salah
chamber tidak bekerja dengan baik. Misal, satunya yaitu masuknya air dari jalan
pasir dapat terbawa oleh aliran dari unit samping kolam dapat mengganggu proses
karena tidak sempat mengendap. stabilisasi. Kolam maturasi akan lebih
Ketinggian lumpur di kolam anaerobik baik jika diberikan alat aerasi untuk
juga tidak didapatkan data. Apabila menghasilkan oksigen bagi bakteri aerob.
ketinggian lumpur ini diatas standar yang Air keluaran dari kolam maturasi harus
ditentukan, hal tersebut dapat memenuhi standar baku air bersih namun
mengganggu proses yang terjadi pada belum dapat digunakan untuk konsumsi.
kolam. Akibatnya, dapat mengurangi Setelah melalui seluruh proses
39
JSIL | M. Ihsan Firdaus dkk: Evaluasi Kinerja Unit IPAL Bojongsoang Bandung
40
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 03 No. 01 April 2018
Nilai efisiensi terkecil untuk set A yaitu namun hasil di outlet dapat memenuhi
11,54% dan set B 28,21% dengan metode baku mutu karena hal tergantung pada
time detention. Meskipun nilai efisiensi konsentrasi di inlet dan cuaca di lokasi.
tidak masuk ke dalam rentang kriteria
Tabel 4 Efisiensi (%) pengurangan konsentrasi BOD
Metode grab Metode time detention
Bulan
Set A Set B Set A Set B
Januari 70,97 65,57 64,71 45,38
Februari 87,55 67,76 65,79 61,18
Maret 24,73 66,18 11,54 28,21
April 48,98 73,91 - -
41
JSIL | M. Ihsan Firdaus dkk: Evaluasi Kinerja Unit IPAL Bojongsoang Bandung
90% untuk unit oxidation ditch sementara A yaitu 18,85% dan set B 18,85% dengan
untuk pengolahan di set B belum. metode time detention.
Sementara nilai efisiensi terkecil untuk set
42
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 03 No. 01 April 2018
43
JSIL | M. Ihsan Firdaus dkk: Evaluasi Kinerja Unit IPAL Bojongsoang Bandung
Berdasarkan Gambar 7 untuk unit baku mutu sangat jauh. Nilai konsentrasi
kompartemen set A dan set B nilai baku mutu SK.Gubernur Jabar No. 6
pengukuran pH di inlet yaitu dalam Tahun 1999 untuk parameter BOD, COD,
rentang 6,5 sampai 7. Hasil di outlet juga TSS, dan pH disajikan pada Tabel 7.
menunjukkan nilai yang tidak jauh
berbeda dengan di inlet yaitu rentang 6,5 Tabel 7 Baku mutu limbah cair
sampai 7. Jika mengacu pada baku mutu SK.Gubernur Jabar No. 6 Tahun 1999
yang berlaku (KemenLHK 2016)
parameter pH telah masuk ke dalam Parameter Satuan Konsentrasi (mg/l)
rentang kadar yang dibolehkan yaitu 6 BOD mg/l 50
sampai 9. COD mgl/l 100
Salah satu penyebab konsentrasi TSS mg/l 200
parameter yang berada di atas baku mutu pH - 6,0-9,0
yang ditetapkan (KemenLHK 2016)
adalah adanya pergantian standar baku
Satu set IPAL memiliki tiga kolam
mutu dari SK.Gubernur Jabar No. 6 Tahun
anaerobik yang berasal dari satu inlet
1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair
kemudian dibagi lagi ke dalam dua kolam
Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat yang
fakultatif, menuju ke kolam maturasi 1
memiliki nilai konsentrasi parameter yang
dan berakhir di kolam maturasi 2 sebagai
berbeda. Pada perencanaan awal desain
outlet. Konsentrasi pencemar diukur pada
IPAL, baku mutu yang menjadi acuan
masing-masing unit pengolahan dimulai
adalah baku mutu lama sehingga adanya
dari inlet, kolam anaerobik (An), kolam
pergantian menyebabkan konsentrasi yang
fakultatif (F), dan kolam maturasi (M)
awalnya sudah memenuhi baku mutu
yang disajikan pada Tabel 8.
dengan desain awal IPAL menjadi tidak
masuk baku mutu khususnya untuk
parameter TSS yang memiliki perbedaan
44
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 03 No. 01 April 2018
45
JSIL | M. Ihsan Firdaus dkk: Evaluasi Kinerja Unit IPAL Bojongsoang Bandung
46
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN | Vol. 03 No. 01 April 2018
47
JSIL | M. Ihsan Firdaus dkk: Evaluasi Kinerja Unit IPAL Bojongsoang Bandung
48