Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Ketahanan Pangan Protein Hewani

(JKPH)
Vol. xx, No. xx, Bulan 20xx, x-x
Available online at https://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/kephan

PENGARUH SISTEM PERTANIAN DALAM PENGGEMUKAN


TERNAK BABI DIMASYARAKAT BELU-NTT

The influence of the agricultural system in fatting pork in the belu-


Ntt community

Metriana Kolo

Program Studi Budi Daya Ternak, Fakultas Logistik Militer, Universitas Pertahanan Republik
Indonesia, Belu

Sejarah Artikel Abstract


Diterima: Bulan 20xx Writing this article aims to determine the effect of the agricultural
Disetujui: Bulan 20xx system in fattening pigs for the Dibelu community and its
Dipublikasikan: Bulan surroundings and to find out what feed is given to livestock to
20xx increase fattening of pigs. In NTT pigs are very famous for
livestock used for traditional events or as food typical in general
because in NTT the majority of the population is Christian and
also has a distinctive taste of meat and can be reared easily and
is easy to adapt to and is not picky about consuming food. So
pig farming or fattening pigs is no stranger to the community
NTT especially in Belu Regency. The Central Statistics Agency
(BPS) noted that pigs are the largest livestock population in East
Nusa Tenggara (NTT). The number reached 2,694,830 in 2020,
an increase of 19% compared to the previous year which
amounted to 2,266,222. The optimal ration protein (amino acids)
content in pig rations must also pay attention to its energy
content, this is because a certain amount of energy is needed
per gram of protein so that protein can be used efficiently for
growth, the lysine requirement of growing pigs with weight body
weight 35 -60 kg is 0.61% (Sihombing, 1997).

Kata Kunci Abstrak


1.sistem pertanian Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
2.penggemukan babi sistem pertanian dalam penggemukan ternak babi untuk
3.masyarakat belu masyarakat dibelu dan sekitarnya serta mengetahui pakan apa
saja yang diberikan pada ternak untuk meningkatkan
penggemukan pada ternak babi.Di NTT ternak babi sangat
terkenal dengan ternak yang digunakan untuk acara adat
ataupun sebagai makanan khas pada umumnya karena diNTT

This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0
International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided
[1]
the original work is properly cited. © 20xx, Nama Penulis1, Nama Penulis2, Nama Penulis3.
Metriana kolo
PENGARUH SISTEM PERTANIAN DALAM PENGGEMUKAN TERNAK BABI
DIMASYARAKAT BELU-NTT
hampir penduduknya merupakan mayoritas yang beragama
Nasrani dan juga memiliki rasa daging yang khas serta dapat
dipelihara dengan mudah dan gampang untuk beradaptasi serta
tidak pilih pilih dalam mengonsumsi makanan .jadi untuk
melakukan ternak babi atau penggemukan babi sudah tidak
asing lagi bagi masyarakat NTT khususnya dikabupaten belu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, babi menjadi populasi
hewan ternak paling banyak di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Jumlahnya mencapai 2.694.830 ekor pada 2020, naik 19%
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2.266.222
ekor. Kandungan protein (asam-asam amino) ransum yang
optimal pada ransum babi harus pula memperhatikan
kandungan energinya, hal ini disebabkan karena sejumlah
energi tertentu dibutuhkan per tiap gram protein dengan
demikian protein dapat digunakan efisien untuk pertumbuhan,
kebutuhan lisin ternak babi yang sedang tumbuh dengan berat
badan 35 -60 kg adalah 0,61% (Sihombing, 1997).

DOI: e-ISSN:
10.33172/jmb.xxxx.xx- © 20xx Published by Prodi Budidaya Peternakan
01 Universitas Pertahanan Republik Indonesia

*Corresponding Author:
Metriana kolo
Email:metrikolo123@gmail.com

[2] Vol. xx, No. x, Bulan 20xx | Jurnal Ketahanan Pangan Protein Hewani (JKPPH)
Metriana kolo
PENGARUH SISTEM PERTANIAN DALAM PENGGEMUKAN TERNAK BABI
DIMASYARAKAT BELU-NTT

PENDAHULUAN
Masyarakat Belu merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang masih
melestarikan kebudayaan tradisional mereka. Walaupun sudah ada peraturan daerah untuk
meneguhkan pelestarian budaya tradisional di wilayah Belu, tetapi saat ini kebudayaan
tradisional Belu dihadapkan pada tantangan budaya global.begitu pula dengan sumber
pendapatan masyarkat belu yang begitu sangat mempengaruhi akan perkembangan zaman
baik dalam segi perekonomian maupun budaya. Di kabupaten belu mayoritas penduduknya
memiliki pekerjaan sebagai seorang petani ,peternak dan perikanan yang mana sangat
mempunyai banyak peluang untuk melakuakan pekerjaan ini, dalam bidang pertanian hampir
rata rata warga belu memiliki lahan jagung pada musim penghujan,untuk perikanan terdapat
banyak rumput laut dan ikan tongkol serta yang paling khusus adalah pada bidang
peternakan yang mana banyak ternak yang dipelihara oleh warga seperti : ternak sapi
,ternak kambing ,ternak babi,dan ternak unggas. Babi mempunyai peranan yang sangat
penting bagi masyarakat belu, baik dari sisi ekonomi maupun sosial budaya. Dari sisi
ekonomi, ternak babi merupakan mesin biologis yang dapat menghasilkan daging, di
samping juga sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat. Ternak babi juga memberikan
multiflier efek yang besar, karena mempunyai keterkaitan yang besar baik dengan industri di
hulu dan di hilirnya. Secara umum Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, babi menjadi
populasi hewan ternak paling banyak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlahnya mencapai
2.694.830 ekor pada 2020, naik 19% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar
2.266.222 ekor.

Hal ini dapat dikatakan bahwa mayoritas penduduk NTT merupakan pemeluk agama
Nasrani dan banyak peminat sehingga banyak yang suka beternak babi. Untuk pemberian
pakan sangat mudah dengan penambahan ransum pakan dan juga sisa sisa tanaman
pertanian yang dapat dioleh sehingga dapat dikonsumsi oleh ternak babi. Wilayah
perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang sering dikategorikan sebagai
daerah tertinggal, mencakup kawasan sangat luas dengan potensi sumber daya alam yang
belum dimanfaatkan secara optimal. Upaya pengembangan pertanian di wilayah perbatasan
dan daerah tertinggal menghadapi berbagai kendala yang saling terkait satu sama lain
(Budianta 2010). Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah meningkatkan efisiensi
penanaman modal untuk membangun dan membuka kawasan potensial, mobilisasi dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku kegiatan pertanian, dan penyebaran
teknologi tepat guna yang lebih terjangkau. Pengembangan dan percepatan pembangunan

Jurnal Ketahanan Pangan Protein Hewani (JKPPH) | Vol. xx, No. x, Bulan 20xx [3]
Metriana kolo
PENGARUH SISTEM PERTANIAN DALAM PENGGEMUKAN TERNAK BABI
DIMASYARAKAT BELU-NTT
pertanian harus mampu menciptakan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dan
kelembagaan setempat, meningkatkan citra dan taraf hidup, serta menggugah semangat
membangun guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani. Dengan melakukan sistem
pertanian dan peternakan dapat meningkatkan pendapatan pada masyarakat belu yang
ramah lingkungan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem
pertanian dalam penggemukan ternak babi di masyarakat dibelu dan sekitarnya serta
mengetahui pakan apa saja yang diberikan pada ternak untuk meningkatkan penggemukan
pada ternak babi.Di NTT ternak babi sangat terkenal dengan ternak yang digunakan untuk
acara adat ataupun sebagai makanan khas pada umumnya karena diNTT hampir
penduduknya merupakan mayoritas yang beragama Nasrani dan juga memiliki rasa daging
yang khas serta dapat dipelihara dengan mudah dan gampang untuk beradaptasi serta tidak
pilih pilih dalam mengonsumsi makanan.

METODE PENELITIAN
Ada pun jenis metode penulisan artikel ilmiah ini adalah dengan studi literatur atau
library research. Menurut Xiao & Watson (2019) dalam Wihartiko (2021) menyatakan bahwa
penelitian yang menggunakan studi literatur dapat digunakan dan memberikan gambaran
yang komprehensif terkait topik yang ingin dibahas. Mengakaji beberapa teori dan menelaah
karya ilmiah yang dikumpulkan dari sumber jurnal nasional dan internasional yang dipublish
dalam 10 tahun terakhir (2013 -2023). Terkhususnya pada lingkup sistem pertanian dan
peternakan terpaadu. Semua karya ilmiah atau artikel bersumber dari Google Cendekia dan
PubMed dan beberapa sumber blogspot terpercaya lainnya dengan kata kunci “Sistem
pertanian”, “Penggemukan babi ” dan “masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Skema pertanian terpadu ,2023

[4] Vol. xx, No. x, Bulan 20xx | Jurnal Ketahanan Pangan Protein Hewani (JKPPH)
Metriana kolo
PENGARUH SISTEM PERTANIAN DALAM PENGGEMUKAN TERNAK BABI
DIMASYARAKAT BELU-NTT

A.sistem pertanian
Sistem pertanian terpadu merupakan komponen yang sangat penting dan sentral di
dalam konsep ecovillage. Pertanian terpadu adalah praktek pertanian yang
menglntegrasikan pengelolaan tanaman, ternak dan Ikan dalam satu kesatuan yang utuh.
Antara ketiga jenis usaha tersebut (tanaman, ternak, ikan) harus terdapat aliran energi
biomasa. . Sesuai definisi tersebut dalam kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya alam
maka sistem pertanian ramah lingkungan merupakan konsep pembangunan pertanian yang
harus diterapkan di negara kita, yang kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan sudah
sangat parah. Menurut, Brian (1995), aktivitas pertanian yang banyak menggunakan bahan
kimia, terbukti telah menimbulkan pencemaran, merusak ekosistem, dan sangat menganggu
kesehatan manusia, sehingga harus diganti dengan aktivitas pertanian yang sedikit mungkin
menggunakan bahan kimia.pada skema diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh sistem
pertanian dalam penggemukan ternak babi dimasyarakat Belu-NTT.memiliki suatu hubungan
yang erat dengan masyarakat yang mana dalam usahanya sebagai petani diperlukan
memiliki ternak juga agar apa yang ada pada ternak dapat dimanfaatkan Kembali untuk
pertanian.masyarakat belu sangat bisa melakukan sistem pertanian terpadu pada
lingkungannya asalkan memiliki niat dan minat. Karena apabila masyarakat pertanian sudah
mempunyai niat untuk untuk maju maka dapat disatukan pertanian dan peternakan.
b. penggemukan Babi
Efisiensi penggunaan makanan merupakan pertambahan berat badan yang dihasilkan
setiap satuan ransum yang dikonsumsi. Efisiensi penggunaan makanan tergantung pada (1)
kebutuhan ternak Page 3/24 Publ akan energi dan protein untuk pertumbuhan, hidup pokok
atau fungsi lain, (2) kemampuan ternak mencerna makanan, (3) jumlah makanan yang hilang
melalui proses metabolisme dan (4) tipe makanan yang dikonsumsi (Campbell dan Lasley,
1985).Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun ransum babi
adalah ketersediaannya dilapangan dalam arti mudah untuk memperolehnya, Kandungan
zat-zat makanan mencukupi bagi kebutuhan ternak babi, ekonomis dan efisien dalam
mencerna bahan-bahan makanan yang diberikan. Kebutuhan zat makanan babi lepas sapih
tergantung pada umur dan bobot badan seperti Tabel 1b (NRC.1998) . Kandungan protein
(asam-asam amino) ransum yang optimal pada ransum babi harus pula memperhatikan
kandungan energinya, hal ini disebabkan karena sejumlah energi tertentu dibutuhkan per tiap
gram protein dengan demikian protein dapat digunakan efisien untuk pertumbuhan,
kebutuhan lisin ternak babi yang sedang tumbuh dengan berat badan 35 -60 kg adalah
0,61% (Sihombing, 1997).

Jurnal Ketahanan Pangan Protein Hewani (JKPPH) | Vol. xx, No. x, Bulan 20xx [5]
Metriana kolo
PENGARUH SISTEM PERTANIAN DALAM PENGGEMUKAN TERNAK BABI
DIMASYARAKAT BELU-NTT

Untuk pembuatan pakan yang direncanakan untuk masyarakat agar ternak babi dapat
bertumbuh dengan bobot badan yang diinginkan ialah menggunakan bahan pakan yang
mudah didapati dan ramah akan lingkungan seperti : membuat M-bio dengan cita rasa yang
disukai ternak babi,yang mana terdapat susu bubuk dancaw,telur butir,makanan sisa yang
masih bisa diberikan pada ternak, kulit buah buahan ,jeroan ikan,pellet,dan penyedapnya
adalah gula yang dimelelehkan. Dengan pembuatan pakan ini masyarakat dapat
memberikannya pada ternak babi sebanyak 3x dalam dalam satu hari atau 2x sehari dengan
ukuran atau jumlah pakan satu sendok sutel dengan pemberian air minum 1 gayung atau
lebih ,hal ini dapat dicoba selama sebulan hingga kita dapat melihat hasilnya, ternak babi
akan tumbuh dengan bobot badan yang padat dan dapat dijadikan calon bibit -bibit unggul.
Untuk manajemen pemeliharaannya tidak susah / mudah ,mulai dari perkandangannya
,menggunakan kadang yang permanen yang pintunya menghadap arah ketimur,dengan liter
semen kasar,untuk kesehatannya sangat diperhatikan dengan pemberian obat atau vitamin.
c.masyarakat
Indonesia yang dihuni oleh berbagai suku bangsa memiliki satu bagian wilayah yang
masih melestarikan budaya tradisional, yaitu Kabupaten Belu yang beribukota di Atambua,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Belu memiliki wilayah seluas 1284.94 km2
(mencakup 12 kecamatan, 12 kelurahan dan 69 desa),2 dan berpenduduk 197.002 jiwa
(Kabupaten Belu Dalam Angka 2014). Belu dihuni oleh banyak suku bangsa, empat di
antaranya dikenal sebagai penduduk yang sudah turun-temurun hidup di Belu yaitu suku
bangsa Dawan, Tetun, Bunaq, dan Kemaq (Parera, 1971: 30-38). Pada masa kini mereka
tersebar di berbagai wilayah Pulau Timor, termasuk wilayah Timor Leste, dan pulau-pulau di
luar pulau Timor, seperti pulau Kalimantan, pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya di wilayah
Indonesia. Walaupun mereka hidup berpencar, tetapi hingga kini mereka masih merawat
kekerabatan dan mempraktikkan budaya tradisional sebagaimana yang diwariskan oleh

[6] Vol. xx, No. x, Bulan 20xx | Jurnal Ketahanan Pangan Protein Hewani (JKPPH)
Metriana kolo
PENGARUH SISTEM PERTANIAN DALAM PENGGEMUKAN TERNAK BABI
DIMASYARAKAT BELU-NTT

nenek moyang mereka.Dalam hal ini adapula ternak yang sering digunakan atau diapakai
dalam upacara adat,yaitu ternak babi dan kerbau.maka dari itu sebagian besar masyarakat
belu tiap KK yang beragama Nasrani pasti memelihara ternak babi baik untuk keperluan
adat, melakukan penggemukan untuk dijual ataupun hanya sekedar untuk bersenang
senang.

PENUTUP
Masyarakat Belu merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang masih
melestarikan kebudayaan tradisional mereka. Walaupun sudah ada peraturan daerah untuk
meneguhkan pelestarian budaya tradisional di wilayah Belu, tetapi saat ini kebudayaan
tradisional Belu dihadapkan pada tantangan budaya global.begitu pula dengan sumber
pendapatan masyarkat belu yang begitu sangat mempengaruhi akan perkembangan zaman
baik dalam segi perekonomian maupun budaya. Di kabupaten belu mayoritas penduduknya
memiliki pekerjaan sebagai seorang petani ,peternak dan perikanan yang mana sangat
mempunyai banyak peluang untuk melakuakan pekerjaan ini, dalam bidang pertanian hampir
rata rata warga belu memiliki lahan jagung pada musim penghujan,untuk perikanan terdapat
banyak rumput laut dan ikan tongkol serta yang paling khusus adalah pada bidang
peternakan yang mana banyak ternak yang dipelihara oleh warga seperti : ternak sapi
,ternak kambing ,ternak babi,dan ternak unggas. Ternak babi juga memberikan multiflier efek
yang besar, karena mempunyai keterkaitan yang besar baik dengan industri di hulu dan di
hilirnya. Secara umum Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, babi menjadi populasi
hewan ternak paling banyak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlahnya mencapai 2.694.830
ekor pada 2020, naik 19% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2.266.222
ekor.dengan adanya sistem pertanian terpadu yang dibuat oleh masyarakat sangat
diharapkan untuk bisa merubah masyarakat belu yang lebih modern.s

DAFTAR PUSTAKA

Budaarsa, K. 2012. Babi Guling Bali. Buku Arti. Denpasar

Jurnal Ketahanan Pangan Protein Hewani (JKPPH) | Vol. xx, No. x, Bulan 20xx [7]
Metriana kolo
PENGARUH SISTEM PERTANIAN DALAM PENGGEMUKAN TERNAK BABI
DIMASYARAKAT BELU-NTT
Budaarsa, K. 2014. Potensi Ternak Babi dalam Pemenuhan Daging di Bali. Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Ternak Babi. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
Denpasar.

Adimihardja, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan teknologi pengelolaan
lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional J. Litbang Pert. 27(2); 43-49.

Azhari, R., P. Mulyana, dan P. Citropranoto. 2013. Peran penyuluh dalam


peningkatan diversifikasi pangan rumah tangga. Jurnal Agro Ekonomi 31(2): 1-18.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu. 2013. Kabupaten Belu dalam Angka.
Kerjasama Pemerintah Kabupaten Belu dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu.

Kotler, Philip. 2003.Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi,


dan pengendalian. Edisi ketujuh. Lembaga Penerbit UI., Jakarta.

[8] Vol. xx, No. x, Bulan 20xx | Jurnal Ketahanan Pangan Protein Hewani (JKPPH)

You might also like