Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Indonesian Accounting Research Journal

Vol. 2, No. 1, October 2021, pp. 74 – 82


©Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung

Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Anggaran Belanja Langsung


Analysis Of The Effectiveness And Efficiency Of The Direct Expenditure Budget (Case Study On
Bandung City Social Service)

Putri Febrianty
Program Studi D-4 Akuntansi Manajemen Pemerintahan, Politeknik Negeri Bandung
E-mail: putrifebriantyamp17@polban.ac.id

Ira Novianty
Politeknik Negeri Bandung
E-mail: ira.novianty@polban.ac.id

Etti Ernita Sembiring


Politeknik Negeri Bandung
E-mail: etti.ernita@polban.ac.id

Abstract: This research was conducted at the Bandung City Social Service; this study aims to analyze how the effectiveness
and efficiency of the budget is implemented. The object of this research is the realization of the direct expenditure budget from 2016-
2020 which is the main component in implementing programs and activities. This research is qualitative research using a case study
approach. Data collection techniques used are interviews and documentation. Sources of data used in this reseacrh are primary data derived
from interviews with predetermined sources and secondary data derived from Budget Realization Reports and Performance Reports
of Government Agencies of the Bandung City Social Service. This research uses quantitative descriptive data analysis techniques by
calculating the level of effectiveness and efficiency which then the results are analyzed. The results showed that in 2016-2020 the
average level of effectiveness of the direct expenditure budget of the Bandung City Social Service was only 78.09% which entered the
criteria of being less effective, this was because the Social Service had not been able to realize its budget optimally and the programs
and activities that has not been able to have a long-term impact on society. In terms of efficiency in 2016-2020 the average level of
efficiency of the direct expenditure budget is 76.57%, which is included in the efficient criteria, the Social Service in this case has
been able to implement budget efficiency by making alternatives that can reduce inputs or costs, without affecting
Keywords: Effectiveness, Efficiency, Direct Expenditure Budget, Budget Realization.

1. Pendahuluan
Demi menciptakan pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien pemerintah memberikan
kewenangan kepada daerah untuk dapat mengelola dan mengatur urusan pemerintahannya sendiri
yang di atur dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang
disebut dengan otonomi daerah. Salah satu aspek pengelolaan yang diberikan oleh pemerintah
pusat adalah pengelolaan keuangan daerah dalam hal ini daerah dibebaskan untuk mencari sumber
pendapatannya dan membelanjakan anggaran tersebut sesuai dengan kebutuhannya masing masing. Hal
ini kemudian dituangkan dalam rencana keuangan pemerintah yang disebut dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
APBD dijadikan sebagai acuan dan dasar oleh pemerintah daerah untuk mengelola anggaran
belanjanya. APBD memuat seluruh informasi keuangan suatu daerah yang dilihat dari sisi
penerimaan dan sisi pengeluaran, akan tetapi sisi pengeluaran cenderung lebih menjadi perhatian

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 74


Putri Febrianty, Ira Novianty, Etti Ernita Sembiring

publik karena realisasinya dianggap sebagai tolak ukur kinerja pemerintah daerah dan pelaksanaan
anggaran tersebut berhubungan langsung dengan program dan kegiatan untuk melayani
kepentingan masyarakat oleh karena itu pelaksanaan anggaran belanja pemerintah perlu diukur
efektivitas dan efisiensinya. Belanja langsung dipilih karena merupakan komponen utama dalam
membiayai pelaksanaan program dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Permasalahan belanja
langsung dari segi efektivitas adalah pemerintah daerah belum mampu menyusun daftar kegiatan
prioritas sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat daerah namun cenderung mengikuti
kebijakan pemerintah pusat (Soleh & Rochmansyah, 2010) kemudian dari segi efisiensi menurut
(Pangkey & Pinatik, 2015) kebanyakan SKPD dalam melaksanakan anggarannya masih melampaui
batas yang ditentukan dalam hal ini dikatakan melakukan pemborosan dan belum dapat melakukan
perannya secara efektif dan efisien. Bentuk pengeluaran belanja langsung dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana umum atau program-program langsung yang dapat
merangsang produktivitas yang lebih besar bagi masyarakat serta pelaku usaha di daerah (Ishak,
2017).
Dinas Sosial Kota Bandung adalah salah satu SKPD yang serapan anggaran belanja langsungnya
rendah menunjukan bahwa Dinas sosial belum dapat melaksanakan anggaran belanjanya secara
efektif dan efisien, dapat dilihat dari capaian realiasasi anggaran belanja langsungnya 5 tahun terakhir
kebanyakan hanya berkisar 50-70% saja hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan anggaran belanja
langsung belum dilaksanakan secara optimal.
Tabel 1
Anggaran Belanja Langsung Dinas Sosial Kota Bandung
Anggaran Realiasasi
No Tahun Persentase
Belanja Anggaran Belanja
1 2016 Rp.84.442.419.718 Rp.45.212.847.651 53,54%
2 2017 Rp.56.206.345.587 Rp.44.946.377.931 79,97%
3 2018 Rp.113.365.564.446 Rp. 67.994.740.648 59,97%
4 2019 Rp. 36.667.742.381 Rp.28.716.708.063 78,31%
5 2020 Rp. 14.299.128.128 Rp.13.328.994.304 93,67%
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Dinas Sosial Kota Bandung

2. Kajian Pustaka
Pengertian belanja langsung yang tercantum pada Permendagri No 13 Tahun 2006 yaitu belanja
yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh
organisasi pemerintahan. Jenis-jenis belanja langsung menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 yaitu:
1. Belanja Pegawai belanja ini merupakan pengeluaran untuk membayar gaji atau upah pegawai dalam
pelaksanaan program dan kegiatan.
2. Belanja Barang dan Jasa Pengeluaran untuk pembelian barang dan atau jasa dengan nilai kegunaan
kurang dari 12 (dua belas) bulan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan dan program
pemerintah daerah.
3. Belanja modal ini digunakan untuk membeli atau membangun aset tetap berwujud dengan nilai
kegunaan melebihi 12 (dua belas) bulan yang digunakan untuk kegiatan pemerintahan.

Definisi efektivitas menurut Mardiasmo (2018) adalah hubungan yang membandingkan antara

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 75


Putri Febrianty, Ira Novianty, Etti Ernita Sembiring

sasaran yang ditargetkan dengan sasaran yang ingin dicapai. Dalam hal ini konsep efektivitas
menitikberatkan pada dampak (outcome) yang dihasilkan dari keluaran (output).
Definisi Efisiensi menurut Mardiasmo (2018) adalah hubungan erat produktivitas yang mampu
menunjukan kehematan dari segi tenaga,waktu dan biaya. Konsep efisiensi ini menekankan
perbandingan pengeluaraninput seminimal mungkin tapi dapat menghasilkan ouput semaksimal
mungkin.

3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan studi kasus. Dalam
hal ini peneliti berusaha menggali informasi mengenai efektivitas dan efisiensi belanja langsung
yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Bandung. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif yaitu menghitung tingkat efektivitas dan efisiensi anggaran belanja langsung
dengan rumus efektivitas dan efisiensi angka ini bersumber dari data sekunder yang bersumber
dari dokumen Laporan Realisasi Anggaran yang kemudian hasil perhitungan tersebut dikelompokan
pada kriteria anggaran menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900- 327 tahun 1996.
Untuk menggali lagi informasi yang lebih banyak mengenai hasil perhitungan efektivitas dan
efisiensi peneliti melakukan wawancara mengenai pelaksanaan anggaran belanja langsung peniliti
mewawancarai Kepala Sub Bagian Program dan Bendahara Pengeluaran Dinas Sosial Kota Bandung.
Kemudian sebagai tambahan informasi peneliti melihat realisasi anggaran belanja langsung yang
disajikan dalam pada Laporan Instansi Kinerja Pemerintah Dinas Sosial Kota Bandung. Untuk menguji
keabsahan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi, triangulasi yang digunakan
adalah teknik triangulasi sumber dan teknik.

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung di Dinas Sosial Kota Bandung
Menurut hasil wawancara bersama Ibu Sophi selaku Bendahara pengeluaran Dinas Sosial,
Belanja langsung di Dinas Sosial memang merupakan komponen utama dalam menunjang program dan
kegiatan yang akan dilakukan di Dinas Sosial. Dimuat dari sumber Laporan Realisasi anggaran yang ada
di Dinas Sosial ini sudah sesuai mengelompokan pembagian belanjanya menurut Peraturan dalam
Negeri nomor 13 tahun 2006 yaitu belanja langsung dan tidak langsung. Anggaran yang disajikan dalam
LRA, porsi belanja langsung sudah lebih besar dari pada anggaran belanja tidak langsung,selanjutanya
besaran anggaran belanja langsung yang ditetapkan dalam Laporan Realisasi Anggaran adalah usulan
kebutuhan Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK) dalam perencanaan kebutuhan untuk
melakukan program dan kegiatan yang telah melalui persetujuan oleh Pemerintah Kota dan Dewan.
Belanja langsung ini dilaksanakan dengan bentuk pengadaan barang dan jasa melalui dua prosedur
yang berbeda yaitu belanja langsung dengan pihak ketiga dan belanja langsung ganti uang (GU) melalui
bendahara pengeluaran. Untuk belanja langsung melalui pihak ketiga dilakukan dengan prosedur
pengajuan berkas pengadaan barang dan jasa langsung (berkas penagihan) yang belanjanya bernilai
lebih dari 50 juta rupiah. Sedangkan untuk belanja langsung ganti uang yang melalui bendahara
dilakukan untuk jumlah belanja langsung kurang dari 50 juta rupiah dengan prosedur pengajuan
KAK (Kerangka Kerja Acuan) sama seperti dengan pihak ketiga, perbedaannya dalam hal ini dinas
dapat langsung melaksanakan program dan kegiatan dengan syarat penyerahan surat pertanggung
jawaban (SPJ) sudah dilengkapi dan diselesaikan tidak melalui proses perjanjian dan penagihan berkas
pengadaan barang.

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 76


Putri Febrianty, Ira Novianty, Etti Ernita Sembiring

4.2 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Langsung Dinas Sosial Kota Bandung
Dalam menghitung tingkat efektivitas penulis perlu menghitung target anggaran belanja
langsung dengan realisasi anggaran belanja langsung yang dihitung dengan rumus tingkat efektivitas
yang hasilnya dikelompokan kedalam kritea menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
690.900-327 tahun 1996.

Realisasi Anggaran Belanja Langsung


Efektivitas = x 100%
Target Anggaran Belanja Langsung
Tabel 2 Rasio Efektivitas
Rasio Efektivitas (%) Kriteria
>100 Sangat Efektif
90-100 Efektif
80-90 Cukup Efektif
60-80 Kurang Efektif
<60 Tidak Efektif

Data yang digunakan berasal dari realisasi anggaran belanja langsung Dinas Sosial Kota Bandung
Tabel 3
Target dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung Tahun 2016-2020 Dinas Sosial Kota Bandung

Realisasi
Target Anggaran
Tahun Anggaran Belanja
Belanja
Langsung

2016 Rp.84.442.419.718 Rp.45.212.847.651

2017 Rp.56.206.345.587 Rp.44.946.377.931

2018 Rp.113.365.564.446 Rp.67.994.740.648

2019 Rp.36.667.742.381 Rp.28.716.708.063

2020 Rp.14.299.128.128 Rp.13.328.994.304

Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Dinas Sosial Kota Bandung

Data diatas akan diukur Efektivitasnya dengan menggunakan rumus Efektivitas yaitu:
Realisasi Anggaran Belanja Langsung
Efektivitas = x 100%
Target Anggaran Belanja Langsung

Perhitungan Tingkat Efektivitas Anggaran Dinas Sosial Kota Bandung tahun 2016-2020 adalahsebagai
berikut:

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 77


Putri Febrianty, Ira Novianty, Etti Ernita Sembiring

Rp. 45.212.847.651
Efektivitas Tahun 2016 = x 100%= 53,54%
Rp. 84.442.419.718
Rp. 44.946.377.961
Efektivitas Tahun 2017 = x 100%= 79,97%
Rp. 56.206.345.587
Rp.67.994.740.648
Efektivitas Tahun 2018 = x 100%= 59,97%
Rp.113.365.564.446
Rp.28.716.708.063
Efektivitas Tahun 2019 = x 100%= 78,31%
Rp.36.667.742.381
Rp.13.328.994.304
Efektivitas Tahun 2020 = x 100%= 93,67%
Rp.14.299.128.128

Dari tabel di atas menunjukan hasil perhitungan efektivitas anggaran milik Dinas Sosial
Kota Bandung pada tahun anggaran 2016-2020 disajikan dibawah ini disertai dengan
pengelompokan kriteria tingkat efektivitas menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
690.900-327 tahun 1996.
Tabel 4
Tingkat Efektivitas Anggaran Belanja Langsung 2016-2020 Dinas
Sosial Kota Bandung

Tingkat
Efektivitas
Tahun Target Anggaran Realisasi Anggaran (%) Kriteria
Belanja Langsung Belanja Langsung

2016 Rp.84.442.419.718 Rp.45.212.847.651 53,54% Tidak Efektif

2017 Rp.56.206.345.587 Rp.44.946.377.931 79,97% Kurang Efektif

2018 Rp.113.365.564.446 Rp. 67.994.740.648 59,97% Tidak Efektif

2019 Rp.36.667.742.381 Rp.28.716.708.063 78,31% Kurang Efektif

2020 Rp.14.299.128.128 Rp.13.328.994.304 93,67% Efektif

Dapat dilihat dari data tabel efektivitas anggaran dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020
hasilnya memang cukup fluktuatif namun jika di rata-ratakan besar tingkat efektivitasnya hanya sebesar
78,09% yang termasuk kriteria kurang efektif. Tingkat efektivitas ini berkaitan erat dengan realisasi
anggaran Dinas Sosial yang beberapa tahun kebelakang presentasenya memang rendah. Anggaran
yang mampu diserap pada tahun 2016 dengan besaran target anggaran atau alokasi anggaran
belanja sebesar Rp.84.442.419.718 hanya mampu terealisasi sebesar Rp.45.212.847.651 yang mana
kriterianya masuk kepada anggaran yang tidak efektif, menurut Bapak Danny Abdurahman selaku
Kepala Sub Bagian Program Dinas Sosial Kota Bandung pengaruh paling besar terhadap besaran
realisasi anggaran yang rendah adalah Belanja Modal yang tidak dapat terealisasi secara maksimal
hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tri Yulihantini et

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 78


Putri Febrianty, Ira Novianty, Etti Ernita Sembiring

al., 2018) dan Rohmah dkk., (2021) bahwa besaran angka belanja modal ini berpengaruh kepada angka
realisasi anggaran semakin besar angka belanja modal yang terserap maka semakin besar pula angka
realisasi anggaran begitupun sebaliknya, dan seharusnya diikuti dengan penambahan sarana dan
prasana yang berdaya guna untuk masyarakat. pada tahun 2016 anggaran belanja milik Dinas Sosial
Kota Bandung tidak efektif yang mana pada tahun 2016 ini tujuan organisasi banyak yang tidak
tercapai karena anggaran hanya mampu terealisasi sebesar 53,54% saja. Informasi Tambahan didapat
dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LKIP) Dinas Sosial Kota Bandung yang menjelaskan
bahwa rendahnya penyerapan anggaran pada tahun 2016 disebabkan karena pekerjaan pembangunan
PUSKESOS pada Kegiatan Pembangunan Pusat Bimbingan atau Konseling bagi Eks Penyandang
Penyakit Sosial yang tidak dapat terserap secara optimal karena sisa waktu pekerjaan yang tidak
memadai dikarenakan terjadinya dua kali gagal lelang,sehingga menyebabkan realisasi anggaran pada
tahun 2016 masuk kepada kriteria tidak efektif namun meskipun begitu pada tahun 2016 beberapa
program dan kegiatan tetap dilaksanakan meskipun hasilnya belum terlalu maksimal.
Pada tahun selanjutnya di tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 masih mengalami hal
yang sama yaitu dalam kriteria kurang dan tidak efektif. Dinas Sosial belum dapat memberikan
perubahan secara signifikan terhadap realisasi anggaran yang masih berada diangka 50 -70% yang
termasuk kriteria kurang efektif. masih banyak kendala yang terjadi di Dinas Sosial yang
mempengaruhi realisasi anggaran yang belum berjalan maksimal.
Selain karena hambatan lelang yang dialami Dinas Sosial hambatan lain terjadi pada proses
pelaksanaan belanja langsung yang disebabkan oleh pihak ketiga. Menurut hasil wawancara dengan Ibu
Sophia sebagai bendahara pengeluaran Dinas Sosial,komunikasi yang terjalin antara dinas dan pihak
ketiga tidak berjalan terlalu lancar hal ini selaras dengan penelitian Zulaikah & Burhany, Imanina,
(2019) yang menyatakan keikutsertaan pihak ketiga dalam proses pengadaan barang dan jasa membuat
permasalahan tidak bisa dihindari dan berdampak pada terhambatnya realisasi anggaran. Menurut
bendahara pengeluaran dinsos pada saat proses pengadaan barang dan jasa pihak ketiga justru sulit
dihubungi untuk melakukan negosiasi, persyaratan-persyaratan dokumen dan berkas yang belum
mampu dipenuhi oleh pihak ketiga membuat dinas lebih kewalahan dalam mengurus anggarannya.
Faktor pengadaan barang jasa ini juga adalah salah satu yang menyebabkan realisasi belanja langsung
tidak maksimal yang disebabkan oleh hambatan tidak terduga yang disebabkan oleh pihak ketiga.
Tidak berbeda jauh dengan belanja langsung yang dilakukan melalui bendahara atau ganti uang sama-
sama mengalami hambatan Dinas Sosial dalam hal ini merasa bahwa memang sumber daya
manusia yang dipekerjakan di Dinas Sosial banyak yang tidak kompeten dan sulit memahami alur
dan sistem pelaksanaan belanja langsung itu sendiri yang akhirnya menghambat pula proses
realisasi anggaran belanja langsung.

Faktor sumber daya yang tidak kompeten juga salah satu yang menghambat kinerja dinas
dalam merealisasikan program dan anggarannya hal ini sesuai dengam penelitian (Fahlevi & Ananta, Reza,
2015) yang menyatakan bahwa SDM yang kurang kompeten dibidangnya juga merupakan salah satu
faktor pendukung yang mengakibatkan terhambatnya proses realisasi anggaran belanja. Penelitian
Putri, Ranisa, Mia dkk.,(2017) menyatakan bahwa kualitas sumber daya yang kompeten mampu
memberikan pengaruh yang kuat dalam peningkatan penyerapan anggaran yang ada di dinas atau
di wilayah. Dalam hal ini pegawai yang ada di Dinas Sosial masih kesulitan dalam penggunaan
sistem anggaran yang sekarang sudah memakai sistem komputerisasi yang membuat hampir seluruh
pegawai Dinas Sosial kewalahan untuk melakukan pekerjaannya dan sering melakukan kesalahan
jadi proses perbaikan pekerjaan kadang kadang juga memakan waktu dan

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 79


Putri Febrianty, Ira Novianty, Etti Ernita Sembiring

membuat jadwal pelaksanaan menjadi terlambat. Maka dari itu latar belakang pendidikan,usia dan
penempatan posisi pekerjaan perlu menjadi perhatian pemerintah dalam upaya meningkatkan
kinerja dinas yang diimplementasikan dari SDM yang berkualitas dan kompeten. Menurut Zarinah
dkk., (2016) kualitas sumber daya yang memiliki kompetensi tinggi dalam bidangnya dapat
memberikan suatu pengaruh bagi tujuan organisasi yang berdampak pada peningkatan realiasasi
anggaran belanja. Kualitas sumber daya sebagai penyusun anggaran yang mana ditingkat ini
penyusun anggaran harus mampu mengkualifikasikan apa saja kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam
hal ini sumber daya manusia yang ada di Dinas Sosial belum memahami pengelolaan anggarannya
dengan baik dan belum paham betul peraturan-peraturan yang harus digunakan sebagai pedoman
untuk menyusun anggaran atau kegiatan, dari segi pelaksanaan anggaran yang dilakukan pihak ketiga
maupun pegawai Dinas Sosial belum konsisten dalam melaksanakan jadwal program dan kegiatan
sesuai yang telah direncanakan menurut bendahara pengeluaran Dinas Sosial terkadang masih ada
pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan jauh dari jadwal yang sudah ditentukan. Selain itu
dalam pelaksanaannya ketepatan dan keakuratan waktu dalam proses realisasi anggaran belanja
langsung di Dinas Sosial juga masih harus ditingkatkan dari beberapa penjelasan diatas semuanya
berhubungan dengan waktu yang tidak memadai untuk dapat merealisasikan anggaran dalam
bentuk program dan kegiatan dalam hal ini kesesuaian jadwal pelaksanaan program dan kegiatan
sangat mempengaruhi keberhasilan serapan anggaran yang maksimal apabila dijalankan dengan baik
dan tepat waktu. Belanja langsung dengan pihak ketiga dan belanja langsung melalui bendahara atau
GU sama-sama belum konsisten dari segi waktu yang dampaknya tentu saja pada hasil kinerja yang
tidak maksimal dan pada realisasi anggaran belanja yang terhambat.
Hal berbeda terjadi di tahun 2020 yang menunjukan persentase realiasasi anggaran belanja
langsung adalah sebesar 93,67% yang masuk kriteria efektif. Menurut hasil gabungan wawancara yang
telah dilakukan dengan narasumber pada tahun 2020 memang terjadi refocusing dan realokasi anggaran
sesuai dengan Inpres No 4 tahun 2020 tentang refocusing dan realokasi anggaran dan pengadaan
barang jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 yang akhirnya menghambat proses
pelaksanaan program dan kegiatan karena tidak boleh dilaksanakan apalagi yang mengundang
kerumunan, belum lagi porsi anggaran yang harus dialihkan untuk penanganan dampak dari
pandemic Covid-19 ini, namun menurut Bapak Dany Abdurahman selaku kasubid program, tujuan dan
sasaran yang dituju pada tahun 2020 tercapai dan meningkat karena semua indikatornya terpenuhi
apalagi dibidang penyandang malasah kesejahteraan sosial (PMKS) hal ini dapat tercapai karena Dinas
Sosial membantu untuk menyalurkan bantuan-bantuan sosial yang berasal dari pemerintah pusat
dan lembaga yang lain yang sesuai dengan tujuan dan sasaran awal yang dibidik oleh Dinas Sosial
Kota Bandung yang akhirnya berpengaruh kepada efektivitas anggaran belanjanya meski beberapa
program dan kegiatan tidak dilaksanakan atau dialih fungsikan.

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 80


Putri Febrianty, Ira Novianty, Etti Ernita Sembiring

5. Kesimpulan & Saran


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dinas Sosial Kota Bandung dalam melaksanakan anggaran belanja langsung pada periode tahun
anggaran 2016-2020 hasilnya adalah tingat efektivitas bersifat fluktuatif atau setiap tahun
hasilnya berubah-rubah. Dari hasil perhitungan tingkat efektivitas pada tahun 2016 didapat
presentase sebesar 53,54% yang termasuk kriteria tidak efektif ,di tahun 2017 sebesar 79,97%
yaitu kriteria kurang efektif, kemudian di 2018 sebesar 59,97% termasuk kriteria tidak efektif
,2019 sebesar 78,31% yang termasuk kriteria kurang efektif dan 2020 sebesar 93,67% yang
termasuk kriteria efektif maka didapat rata-rata tingkat efektivitas sebesar 78,09% yang mana
masuk kriteria kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Sumber daya dari
Dinas Sosial sendiri belum kompeten dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ada,juga
belum mampu mengelola pelaksanaan anggaran belanja langsung secara maksimal karena
kesulitan dalam penggunaan sistem komputeriasi,permasalahan pada lelang yang tidak tepat
waktu, proses perencanaan yang kurang matang, serta keakuratan dan ketepatan waktu
dalam prores realisasi masih mengalami keterlambatan.
2. Dinas Sosial Kota Bandung untuk hasil tingkat efisiensi terbilang stabil pada periode tahun
2016-2020. Hasil perhitungan tingkat efisiensi pada tahun 2016 sampai 2019 masuk kriteria
efisien karna presentasenya rata-rata ada pada tingkat 80% dan untuk tahun 2020 sebesar
53,92% yang masuk kriteria sangat efisien kemudian dapat dapat disimpulkan bahwa Dinas
Sosial memang sudah efisien dalam mengelola anggaran belanja langsungnya dengan rata- rata
tingkat efisiensi adalah sebesar 76,57% yang masuk dalam kriteria efisien. Hal ini didukung
oleh upaya Dinas Sosial dalam melakukan efisiensi anggaran dengan melakukan kerja sama
dengan berbagai pihak swasta ataupun dengan masyarakat yang mampu menekan biaya atau input
dari suatu progam atau kegiatan yang dilakukan tanpa mengurangi kualitas output yang ada,
justru malah berupaya untuk memaksimalkan jumlah output dengan dana yang dimiliki pada
anggaran belanja langsung.
5.2 Saran
Dari semua penjelasan yang telah diuraikan pada penelitian ini, penulis memberikan saran kepada
Dinas Sosial Kota Bandung dengan tujuan kedepannya Dinas Sosial Kota Bandung dapat
meningkatkan kinerjanya untuk lebih baik lagi dan beberapa pihak yang terkait. Adapun saran yang
disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya terkait kesulitan penggunaan sistem komputerisasi
dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan bagi pegawai-pegawai yang menduduki posisi
essential yang tugas dan fungsinya banyak berkaitan dengan penggunaan komputer
didorong untuk menguasai keterampilan komputer dalam upaya meningkatkan
kompetensi, produktivitas dan kualitas kinerjanya.
2. Perbaikan dalam proses pelaksanaan anggaran belanja langsung dengan seluruh pihak
terkait, dengan pihak ketiga dilakukan perbaikan dari sisi standard an ketentuan saat
melakukan pekerjaan, sedangkan untuk pegawainya sendiri untuk lebih memperhatikan
waktu dalam menyelesaikan kegiatannya agar sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang sudah
ditentukan.
3. Memperbaiki prosedur lelang dan melakukan evaluasi pada tahapan lelang yang
bermasalah kemudian perbaikan dalam proses jadwal pelaksanaan lelang.

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 81


Putri Febrianty, Ira Novianty, Etti Ernita Sembiring

DAFTAR PUSTAKA
Fahlevi, H., & Ananta, Reza, M. (2015). Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja
Langsung -Studi Pada Skpd Di Pemerintah Kota Banda Aceh. 1 No.2.
Ishak, J. F. (2017). Pengaruh Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung terhadap Kemiskinan. Jurnal
Akuntansi Bisnis Vol. 17 No. 1
Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik. Andi.
Putri, Ranisa, Mia, K., Yuarnita, Adi, G., & Prayudi, Aristia, M. (2017). Pengaruh Perencanaan
Anggaran, Kualitas Sumber Daya Manusia Dan Komitmen Organisasi Terhadap Penyerapan
Anggaran (Survei Pada Skpd Di Wilayah Pemerintah Daerah Provinsi Bali). E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha, 8.
Rohmah, N., Wisdaningrum, O., & Iswahyudi, M. (2021). Pengaruh Belanja Modal, Belanja
Pemeliharaan Serta Belanja Barang Dan Jasa Terhadap Realisasi Anggaran Pemerintah Desa. Islamic
Accounting And Finance, 1.
Tri Yulihantini, D., Sukarno, H., & Wardayati, Maria, S. (2018). Pengaruh Belanja Modal Dan
Alokasi Dana Desa Terhadap Kemandirian Dan Kinerja Keuangan Desa Di Kabupaten
Jember. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 12.
Zarinah, M., Dr. Darwanis, & Abdullah, S. (2016). Pengaruh Perencanaan Anggaran Dan Kualias
Sumber Daya Manusia Terhadap Tingkat Penyerapan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah
Di Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Magister Akuntansi Issn 2302-0164 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
Zulaikah, B., & Burhany, Imanina, D. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penumpukan
Penyerapan Anggaran Pada Triwulan Iv Di Kota Cimahi. Journal.Polban.Ac.Id, 10.

Indonesian Accounting Research Journal ISSN: 2747-1241 (Online) | 82

You might also like