Professional Documents
Culture Documents
Rasio Keuangan Dan Return Saham Syariah - S3
Rasio Keuangan Dan Return Saham Syariah - S3
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan tempat syariah yang baru tercatat atau
bertemunya pihak yang mempunyai dihapuskan dari DES. Saham akan
kelebihan dana (investor) dan pihak yang diseleksi sesuai dengan kriteria kualitatif
memerlukan atau kekurangan dana dan kriteria kuantititatif agar masuk dalam
(perusahaan) (Nurrohman & Zulaikha, daftar ISSI. Kriteria kualitatif ini
2013). Menawarkan kepemilikan mencakup jenis usaha emiten dan produk
perusahaan kepada masyarakat adalah yang dihasilkan emiten. Adapun kriteria
salah satu cara bagi perusahaan untuk kuantitatif merupakan kriteria akuntansi
yang mencakup rasio keuangan seperti
memenuhi kekurangan dana untuk
rasio utang dan pendapatan non halal.
mendapatkan modal (Bisara & Lailatul, Metode perhitungan ISSI menggunakan
2015). Kepemilikan tersebut berupa rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar
instrumen keuangan jangka panjang, (Firmansyah, 2017).
diantaranya yaitu saham. Saham Setiap investor yang menanamkan
merupakan instrumen keuangan di pasar saham pada perusahaan, selalu
modal sebagai bukti kepemilikan mengharapkan return maksimal. Return
pemegang saham atas perusahaan dan merupakan hasil yang diperoleh dari
saham mampu menarik perhatian investor suatu investasi. Return dapat berupa
karena menjanjikan return yang lebih deviden dan capital gain. Deviden
merupakan keuntungan investor dari laba
tinggi dibanding instrumen lainya
yang dibagikan, sementara capital gain
(Setiyawan & Pardiman, 2014). Saham
merupakan pendapatan yang diperoleh
syariah merupakan saham yang tidak dari selisisih harga saham (Hartono,
bertentangan dengan aturan agama Islam 2015). Investor dapat memilih perusahaan
dimana bersumber dari Al-Quran, Sunnah yang mempunyai return tinggi dengan
Nabi Muhammad SAW dan ijtihad para menganalisis laporan keuangan. Laporan
ulama (Saqib, Zafar, Khan, Roberts, & keuangan merupakan laporan yang
Zafar, 2015). menggambarkan kondisi keuangan dan
Pasar modal pada umumnya hasil usaha suatu perusahan pada jangka
memiliki indeks saham untuk mengukur waktu tertentu (Harahap, 2018). Laporan
kinerja perdagangan saham. Indeks saham keuangan terdiri dari empat jenis laporan
yang menghitung secara keseluruhan yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan
perkembangan harga saham-saham yang perubahan modal, dan laporan arus kas.
tercatat pada suatu pasar modal. Bursa Laporan keuangan tersebut dianalisis dari
Efek Indonesia sebagai pasar modal satu- setiap sudut yang dapat menentukan
satunya di Indonesia memiliki 18 indeks kesehatan perusahaan yang kemudian
saham, salah satunya adalah ISSI. ISSI menjadi daya tarik bagi investor (Pik Har
adalah indeks saham syariah yang & Ghafar, 2015). Informasi laporan
didirikan tahun 2011. Indeks ISSI ini keuangan merupakan sinyal akurat yang
mencerminkan keseluruhan saham berasal dari sistem pelaporan keuangan
syariah yang tercatat di BEI. Konstituen perusahaan dan dikatakan “informatif”
ISSI di- review setiap 6 bulan sekali dan jika relevan atau berguna, dan dapat
dilakukan penyesuaian apabila terdapat membuat perbedaan keputusan oleh
saham
pmilik informasi dapat dimanfaatkan oleh tertentu dari suatu investasi. Adapun
pengguna informasi (Spence, 1973). rumusnya sebagai berikut:
Kemudian, pihak penerima informasi 𝑃𝑖𝑡 − 𝑃𝑖𝑡−1 + 𝐷𝑖𝑡
akan
menyesuaikan tindakannya sesuai dengan 𝑅=
𝑃𝑖𝑡
pemahamannya atas informasi tersebut Keterangan:
(misalnya, kreditor dan investor) terhadap 𝑃𝑖𝑡 = Harga saham pada tahun t
kualitas perusahaan (Riley, 2001). Salah 𝑃𝑖𝑡−1 = Harga saham pada tahun t-1
satu sinyal positif yang dijadikan
𝐷𝑖𝑡 = Dividen pada tahun t
pertimbangn oleh investor adalah dividen
(Bhattacharya, 1979). Penelitian yang
dilakukanWillliams (1988) (Onditi, Pengaruh Return on Capital Employed
Oginda, Ochieng, & Oso, 2012) (ROCE) terhadap Return Saham
menunjukkan bahwa bahwa sinyal ROCE dapat menunjukkan kepada
pembayaran dividen ke pasar investor besarnya keuntungan yang
menandakan bahwa perusahaan dalam diperoleh dari kegiatan investasi dalam
kondisi keuangan yang baik. Perusahaan perusahaan (Pik Har & Ghafar, 2015).
yang memiliki kemampuan untuk ROCE dapat diukur dengan membagi
membayar bunga dan dividen dalam antara EBIT dengan Capital Employed
jangka panjang mengindikasikan bahwa (Scarlett, 2005). Perusahaan dengan nilai
perusahaan tersebut berkualitas tinggi, ROCE yang tinggi menunjukkan
begitu juga sebaliknya. Kebijakan dividen kemampuan perusahaan dalam
menjadi salah satu sinyal kepada publik menghasilkan laba, sehingga
atau investor bahwa perusahaan memiliki mencerminkan kinerja perusahan lebih
prospek return yang baik di masa depan baik. Perusahaan dengan laba tinggi
(Asquith & Mullins Jr, 1983). diharapkan dapat memberikan return
Selanjutnya, jika ada pengumuman terkait yang tinggi, sehingga dapat menarik para
kenaikan dividen, maka akan berdampak investor untuk menanamkan dananya ke
pada meningkatnya nilai return yang dalam perusahaan.
diterima oleh investor (Charest, 1978). Hipotesis yang menunjukkan
hubungan positif antara return saham dan
Return Saham ROCE didukung oleh penelitian (Pik Har
Return merupakan pendapatan yang & Ghafar, 2015). Dengan demikian
diperoleh dari suatu investasi (Hartono, hubungan antara Return on Capital
2015). Pada kondisi perusahaan Employed (ROCE) terhadap Return
memperoleh laba, setiap investor berhak Saham dihipotesiskan sebagai berikut:
atas dividen sesuai dengan proporsi 𝐻1 : Return on Capital Employed
kepemilikannya (Bisara & Lailatul, (ROCE) berpengaruh positif
2015). Return total dapat dihitung dari terhadap return saham.
captal gain (loss) ditambahkan dengan
yield (Hartono, 2015). Capital gain (loss) Pengaruh Total Asset Turnover (TATO)
merupakan selisih keuntungan (rugi) dari terhadap Return Saham
harga investasi sekarang relatif dengan Total Asset Turnover ratio
harga periode yang lalu. Sedangkan yield menggambarkan seberapa jauh
merupakan presentase penerimaan kas kemampuan semua aset perusahaan dalam
berkala terhadap harga investasi periode menciptakan penjualan (Bisara &
Lailatul,
2015). Selain itu, Rasio TATO TIER didukung oleh penelitian Khan, et
mengindikasikan efektivitas perusahaan al (2013) menjelaskan bahwa TIER
dalam mengelola asetnya dan efisien berpengaruh positif terhadap return
dalam meningkatkan penjualan. saham. Dengan demikian hubungan
Peningkatan pada nilai TATO akan antara pengaruh Time Interest Earned
menyebabkan meningkatnya penjualan Ratio (TIER) terhadap Return Saham
bersih yang dicapai perusahaan, sehigga dihipotesiskan sebagai berikut:
akan mendorong terjadinya peningkatan 𝐻3 : Time Interest Earned Ratio
laba perusahaan. Peningkatan laba (TIER) berpengaruh positif
perusahaan diharapkan dapat memberikan terhadap return saham.
return saham yang lebih tinggi (Sartono,
2009). Pengaruh Price to Earning Ratio (PER)
Dalam penelitian Jabbari & Fathi terhadap Return Saham
(2014) bahwa TATO berpengaruh positif Price to earning ratio (PER)
dan signifikan terhadap return saham. membandingkan antara harga per lembar
Dengan demikian hubungan antara saham dengan laba per lembar saham
pengaruh total assets turnover (TATO) (Earning per Share). Rasio ini
terhadap Return Saham dihipotesiskan menggambarkan kesediaan investor untuk
sebagai berikut: membayar per rupiah dari laba yang
𝐻2 : Total assets turnover (TATO) dilaporkan (Brigham & Houston, 2016).
berpengaruh positif terhadap Rasio ini juga digunakan untuk
return saham. memprediksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba di masa datang
Pengaruh Time Interest Earned Ratio (Prastowo, 2011).
(TIER) terhadap Return Saham Nilai PER relatif tinggi untuk
Time Interest Earned Ratio (TIER) perusahaan dengan prospek pertumbuhan
mengindikasikan kemampuan perusahaan yang kuat dan risiko kecil, tetapi rendah
untuk memenuhi pembayaran bunga. Ini untuk perusahaan yang tumbuh lambat
menunjukkan seberapa baik perusahaan dan berisiko. Fairfield (1994) menemukan
mampu menghasilkan pendapatan untuk bahwa PER berkorelasi positif dengan
membayar bunga. Rasio yang lebih besar tingkat pengembalian saham karena
dan lebih stabil, maka perusahaan akan dengan memiliki rasio PER tinggi,
semakin sedikit risikonya dalam pendapatan diperkirakan akan meningkat
kegagalan (Bajkowski, 1999). Rasio yang di masa depan.
tinggi berarti perusahaan dapat memenuhi Dalam penelitian Petcharabul &
kewajiban bunga karena pendapatan Romprasert (2014) menemukan bahwa
secara signifikan lebih besar daripada PER berpengaruh signifikan terhadap
kewajiban bunga tahunan. Hal ini return saham. Akhtar & Rashid (2015)
menunjukkan bahwa perusahaan yang menemukan bahwa Price to earnings
mempunyai laba atau pendapatan tinggi, ratio (PER) menunjukkan hubungan
akan berakibat pada meningkatnya nilai positif dengan return saham.Maka
return saham yang akan diterima oleh hubungan pengaruh antara Price to
investor. Earning Ratio (PER) terhadap Return
Hipotesis yang menunjukkan Saham dihipotesiskan sebagai berikut:
hubungan positif antara return saham dan
uji F berpengaruh signifikan. Maka dapat 0,3804 > = 5% maka menolak Ha dan
disimpulkan dalam persamaan tersebut menerima Ho. Oleh karena itu variabel
variabel independen (Return on Capital independen Price To Earning Ratio secara
Employed (ROCE), Total Asset Turnover parsial tidak berpengaruh signifikan
(TATO) , Time Interest Earned Ratio terhadap return saham.
(TIER), Price to Earning Ratio (PER) dan Variabel independen Cash Flow
Cash Flow Ratio (CFR)) secara bersama- Ratio t-Statistic 0,335277 dengan
sama berpengaruh signifikan terhadap probabilitas yang menunjukkan nilai
variabel dependen (return saham) ini
0,7377 > = 5% maka menolak Ha dan
berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
menerima Ho. Oleh karena itu variabel
independen Cash Flow Ratio secara
Uji t (Parsial)
parsial tidak berpengaruh signifikan
Variabel independen Return On terhadap return saham.
Capital Employed (ROCE) t-Statistic - Variabel kontrol yaitu size
0,444012 dengan nilai probabilitas 0,6575 perusahaan dengan nilai t-Statistic
> = 5% maka menolak Ha dan 36,90554 dengan probabilitas yang
menerima Ho. Oleh karena itu variabel menunjukkan nilai 0,0000 < = 5%
independen Return On Capital Employed maka menerima Ha dan menolak Ho.
secara parsial tidak berpengaruh Oleh karena itu variabel kontrol size
signifikan terhadap return saham. perusahaan secara parsial berpengaruh
Variabel independen Total Asset positif dan signifikan terhadap return
Turnover dengan t-Statistic 3,007344 saham.
artinya variabel independen Total Asset
Turnover berpengaruh positif terhadap Pengaruh Return on Capital Employed
return saham dan mempunyai
(ROCE) Terhadap Return Saham pada
probabilitas yang menunjukkan nilai
perusahaan yang terdaftar di ISSI
0,0029 < = 5% maka menerima Ha dan
menolak Ho. Oleh karena itu variabel tahun 2012-2016
independen Total Asset Turnover secara Berdasarkan hasil analisis dalam
parsial berpengaruh positif dan signifikan tabel 3 diketahui bahwa hipotesis yang
terhadap return saham. menyatakan variabel Return on Capital
Variabel independen Time interest Employed (ROCE) tidak berpengaruh
earned Ratio dengan t-Statistic 2,956797 terhadap Return Saham karena nilai
artinya variabel independen Time interest signifikan (0,6575) > α (0,05). Dengan
earned Ratio berpengaruh positif demikian dapat disimpulkan bahwa
terhadap return saham. Probabilitas hipotesis pertama (H1) ditolak. Penelitian
menunjukkan nilai 0,0034 > = 5% ini membuktikan bahwa nilai Return on
maka menerimak Ha dan menolak Ho. Capital Employed (ROCE) tidak dapat
Oleh karena itu variabel independen Time mempengaruhi return saham.
interest earned Ratio secara parsial Rasio Return on Capital Employed
berpengaruh positif dan signifikan (ROCE) dapat diukur dengan membagi
terhadap return saham. antara EBIT dengan Capital Employed
Variabel independen Price to atau modal yang digunakan (Scarlett,
Earning Ratio t-Statistic -0,878823 dengan 2005). Capital Employed sebagai
probabilitas yang menunjukkan nilai penyebutnya, dapat dihitung dengan Total
perputaran semua aset yang dimiliki terhadap Return Saham karena nilai
perusahaan dan mengukur berapa jumlah signifikan (0,0034) < α (0,05). Dengan
penjualan yang akan diperoleh (Kasmir, demikian dapat disimpulkan bahwa
2018). Semakin tinggi nilai TATO maka hipotesis ketiga (H3) diterima. Penelitian
mengindikasikan bahwa perusahaan dapat ini membuktikan bahwa nilai Time
mengelola asetnya dengan efisien agar Interest Earned Ratio (TIER) dapat
dapat menghasilkan penjualan yang mempengaruhi kenaikan return saham.
maksimal (Bisara & Lailatul, 2015). Rasio Time Interest Earned Ratio
Perusahaan yang dapat menggunakan (TIER) mengindikasikan sejauh mana
seluruh asetnya dengan efisien akan laba operasional dapat menurun sebelum
mengakibatkan penjualan meningkat, perusahaan tidak dapat memenuhi biaya
maka laba juga akan semakin bertambah bunga tahunannya (Brigham & Houston,
yang kemudian akan berdampak pada 2016). Nilai Time Interest Earned Ratio
return saham tinggi. Oleh karena itu, (TIER) dihitungan dengan membagi
rasio Total Asset Turnover (TATO) dapat antara EBIT dengan Bunga. Apabila laba
dijadikan pertimbangan investor perusahaan semakin tinggi, maka
mengambil keputusan dalam memilih perusahaan semakin mampu untuk
perusahaan mana yang mempunyai return membayar beban bunganya. Laba yang
saham yang tinggi. Hasil penelitian ini tinggi berbanding lurus dengan return
sesuai dengan penelitian Jabbari & Fathi yang tinggi. Sehinga, semakin tinggi nilai
(2014) yang membuktikan terdapat Time Interest Earned Ratio (TIER) maka,
hubungan positif dan signifikan antara semakin tinggi pula return saham yang
Total Asset Turnover (TATO) dengan akan diterima oleh investor. Penelitian
return saham. Cupic, Todorovic, & Ilic (2013)
Fairfield & Yohn (2001) menemukan hubungan signifikan secara
menemukan bahwa perubahan rasio statistik antara laba akuntansi dan return
perputaran aset memberikan informasi saham.Oleh karena itu, rasio Time
tentang profitabilitas masa depan. Ini Interest Earned Ratio (TIER) dapat
berarti menunjukkan rasio TATO dapat dijadikan pertimbangan investor
memberikan informasi kepada investor mengambil keputusan dalam memilih
agar dapat mempertimbangankan untuk perusahaan mana yang mempunyai return
memilih perusahaan mana yang saham yang tinggi. Hasil penelitian ini
mempunyai profitabilitas tinggi, yang didukung oleh Khan et al (2013) yang
kemudian akan menghasilkan return membuktikan terdapat hubungan positif
tinggi juga. dan signifikan antara Time Interest
Earned Ratio (TIER) dengan return
Pengaruh Time Interest Earned Ratio saham.
(TIER) Terhadap Return Saham pada
perusahaan yang terdaftar di ISSI Pengaruh Price to Earning Ratio (PER)
tahun 2012-2016 Terhadap Return Saham pada
Berdasarkan hasil analisis dalam perusahaan yang terdaftar di ISSI
tabel diketahui bahwa hipotesis yang tahun 2012-2016
menyatakan variabel Time Interest Berdasarkan hasil analisis dalam
Earned Ratio (TIER) berpengaruh tabel diketahui bahwa hipotesis yang
signifikan menyatakan variabel Price to Earning
Ratio
(PER) tidak berpengaruh terhadap Return pada investor bahwa kinerja perusahaan
Saham karena nilai signifikan (0.3804) > baik atau buruk serta diduga bahwa rasio
α (0.05). Dengan demikian dapat
PER tidak menjadi pertimbangan utama
disimpulkan bahwa hipotesis keempat
(H4) ditolak. Penelitian ini membuktikan investor
bahwa nilai Price to Earning Ratio (PER) dalam keputusan investasi mereka untuk
tidak dapat mempengaruhi return saham. memilih perusahaan mana yang
Price to Earning Ratio (PER) rasio mempunyai return tinggi. Menurut (Ping-
digunakan untuk membandingkan antara fu & Kwai-yee, 2016) EPS tidak efektif
harga per lembar saham dengan laba per untuk mengukur return saham. Basu juga
lembar saham (Earning Per Share). mengungkapkan bahwa informasi tentang
Earning Per Share (EPS) sebagai Rasio PER tidak mencerminkan harga
penyebut dari perhitungan rasio PER saham dan investasi yang maksimal
memiliki peran penting, maka harus
(Basu, 1977). Hasil penelitian ini tidak
betul- betul diperhatikan oleh investor.
Earning Per Share (EPS) menunjukkan sesuai dengan penelitian Petcharabul &
bagian laba dari setiap lembar sahamnya Romprasert (2014) dan Akhtar & Rashid
yang diterima pemegang saham.Akan (2015) yang menemukan bahwa PER
tetapi Earning Per Share (EPS) bukan berpengaruh positif terhadap return
pertimbangan utama investor dalam saham.
mengambil keputusan investasi,
dikarenakan EPS memiliki kelemahan. Pengaruh Cash Flow Ratio (CFR)
Menurut (Menon, 2013), laba per lembar Terhadap Return Saham pada
saham (Earning Per Share) akan perusahaan yang terdaftar di ISSI
terdistorsi jika perusahaan melakukan
tahun 2012-2016
pembelian kembali saham. Ketika sebuah
perusahaan membeli kembali sahamnya Berdasarkan hasil analisis dalam
sendiri, ini mengurangi jumlah saham tabel diketahui bahwa hipotesis yang
yang beredar, yang secara otomatis menyatakan variabel Cash Flow Ratio
meningkatkan angka EPSnya (Kieso et (CFR) tidak berpengaruh terhadap Return
al., 2014). Namun meningkatnya nilai Saham karena nilai signifikan (0.7377) >
EPS bukan dari kinerja, tetapi dari jumlah
α (0.05). Dengan demikian dapat
saham beredar yang berkurang. Oleh
karena itu EPS yang tinggi tidak dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima (H5)
mencerminkan nilai fundamental yang di tolak. Penelitian ini membuktikan
meningkat (Mclure, 2017), dalam hal ini bahwa nilai Cash Flow Ratio (CFR) tidak
kinerja perusahaan dicerminkan oleh laba dapat mempengaruhi return saham.
bersih. Cash Flow Ratio (CFR) merupakan
Meningkatnya EPS akan membuat rasio yang mengukur kemampuan
nilai PER rendah, perusahaan dengan perusahaan dalam menghasilkan return
tingkat pertumbuhan yang rendah untuk para pemegang saham, yang
memiliki PER yang rendah (Prastowo, dinyatakan dengan perbandingan Cash
2011). Demikian dengan adanya Flow from Operations (CFFO) dengan
kelemahan dari EPS maka Price to ekuitas. Cash flow From Operations
Earning Ratio (PER) ini tidak memberikan
sinyal
Ridha, Rasio
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 149
Ridha, Rasio
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, T., & Rashid, K. (2015). The Charest, G. (1978). Dividend Information,
Relationship between Portfolio Returns Stock Returns and Market Efficiency.
and Market Multiples: A Case Study of Journal of Financial Economics, 06(2–
Pakistan. Oeconomics of Knowledge, 3).
07(03). Cupic, M., Todorovic, M., & Ilic, N. (2013).
Algifari. (2013). Statistika Induktif: untuk Analysis of The Earnings-Return
Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP Relation Serbian Capital Market. Facta
STIM YKPN. Universitatis: Series Economics and
Asquith, P., & Mullins Jr, D. W. (1983). The Organization, 10(02).
Impact of Initiating Dividend Payments Dodge, R. (1997). Foundations of Business
on Shareholders’ Wealth. The Journal of Accounting (2nd ed.). Amerika Serikat:
Business, 56(01). Cengage.
Bajkowski, J. (1999). Financial Ratio Dugan, M. T., & Samson, W. D. (1996).
Analysis: Putting the Numbers to Work. Operating Cash Flow: Early Indicators
AAII Journal, 21(01). of Financial Difficulty and Recovery.
Ball, R., & Brown, P. (1968). An Empirical Journal of Financial Statement Analysis,
Evaluation of Income Number. Journal 01(04).
of Accounting Research, 06(02). Edmunds, S. A. (2011). What Can a
Basu, S. (1977). Investment Performance of Company Do if They Have Negative
Common Stocks in Relation to Their Cash Flow From Operations?
Price-Earnings Ratios: A Test of the Fairfield, P. M. (1994). P/E, P/B and The
Efficient Market Hypothesis. The Present Value of Future Dividends.
Journal of Finance, 32(03). Financial Analysts Journal, 50(04).
Bhattacharya, S. (1979). Abstract: An Fairfield, P. M., & Yohn, T. L. (2001). Using
Exploration of Nondissipative Dividend- asset turnover and profit margin to
Signaling Structures. Journal of forecast changes in profitability. Review
Financial and Quantitative Analysis, of Accounting Studies, 06(04).
14(04). Firmansyah, E. A. (2017). Seleksi Saham
Bisara, C., & Lailatul, A. (2015). Pengaruh Syariah : Perbandingan antara Bursa
Kinerja Keuangan Terhadap Return Efek Indonesia dan Malaysia. Jurnal
Saham. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Inspirasi Bisnis Dan Manajemen,
4(2). 01(01).
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2016). Giacomino, D. E., & Mielke, D. E. (1993).
Fundamentals of Financial Management. Cash Flows: Another Approach to Ratio
Mason: Cengage Learning, Inc. Analysis. Journal of Accountancy,
Carslaw, C. A., & Mills, J. R. (1991). 175(03).
Developing ratios for Effective Harahap, S. S. (2018). Analisis Kritis atas
Cashflow Statement Analysis. Journal of Laporan Keuangan. Jakarta: Raja
Accountancy, 175(05). Grafindo Persada.
Casey, C. J., & Bartczak, N. J. (1984). Cash Hartono, J. (2015). Teori Portofolio dan
Flow--It’s Not the Bottom Line. Analisis Investasi. (10th ed.).
Harvard Business Review. Yogyakarta: BPFE.
Jabbari, E., & Fathi, Z. (2014). Prediction of