Professional Documents
Culture Documents
Admin Ojs,+artikel+jadi+rina
Admin Ojs,+artikel+jadi+rina
Admin Ojs,+artikel+jadi+rina
9(2), 17-32
Article DOI:….
DOI URL:.....
1
ISSN: 2716-3334 FASCHO. 9(2), 17-32
dan perilaku seseorang atau kelompok melalui (Mahfud, 2006) menyatakan bahwa setiap
pengajaran, pelatihan dan pembinaan. budaya dalam multikulturalisme tumbuh
Sedangkan multikultural sendiri diartikan bersama dan memiliki kesempatan yang sama
sebagai keanekaragaman budaya yang terdiri untuk kesejahteraan bersama. Setiap budaya
dari nilai-nilai, keyakinan, dasar asumsi, tersebut memiliki peluang yang sama untuk
sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh berkembang tanpa diskriminasi.
sekelompok orang. Pemahaman bahwa setiap budaya punya hak
Banks (2001) dalam (Özturgut, 2011) untuk diakui ini memiliki implikasi penting
mendefinisikan pendidikan multikultural dalam pendidikan, karena pendidikan
sebagai suatu gagasan, gerakan reformasi dipahami sebagai proses tanpa akhir atau
pendidikan, dan sebuah proses yang tujuan proses seumur hidup. Pendidikan multikultural
utamanya adalah untuk mengubah struktur berorientasi pada rasa hormat yang tinggi
pendidikan tiap peserta didik yang merupakan terhadap martabat manusia. Model pendidikan
bagian dari beragam ras, kelompok etnis, semacam ini tentulah sangat baik jika
bahasa, dan budaya akan memiliki diimplementasikan di negara yang memiliki
kesempatan yang sama untuk mencapai beragam etnis, agama dan budaya seperti
prestasi akademis di sekolah. (Omar, Noh, Indonesia.
Hamzah, & Majid, 2015) menyatakan tujuan Sejak masa perjuangan meraih kemerdekaan
utama pendidikan multikultural adalah untuk dan hingga merdeka pada tahun 1945, para
menawarkan kesempatan yang adil bagi pendahulu bangsa Indonesia menyadari bahwa
semua anak dengan latar belakang budaya Indonesia adalah negara yang memiliki
yang berbeda dan secara bersamaan keanekaragaman yang begitu tinggi. Dimulai
memungkinkan mereka untuk berinteraksi pada bulan Oktober 1928, beberapa pemuda
dengan komunitas dari berbagai latar Indonesia dari berbagai latar belakang etnis
belakang, sehingga menghasilkan kualitas merasa membutuhkan identitas terpadu.
dan generasi masa depan yang tak Mereka lalu membuat deklarasi yang disebut
tergoyahkan mengintegrasikan elemen fisik, Sumpah Pemuda (The Youth Pledge)
emosional, spiritual dan intelektual. Hal ini (Buwono X, 2008). Ini merupakan deklarasi
berarti, terminologi pendidikan multikultural pertama persatuan Indonesia. Pada Sumpah
memiliki makna seluruh proses Pemuda, disebutkan bahwa meskipun
pengembangan potensi manusia yang Indonesia sangat beragam, tetapi memiliki
menghormati pluralitas dan heterogenitas satu bangsa, satu tumpah darah dan satu
sebagai konsekuensi dari keragaman budaya, bahasa persatuan; Indonesia. Dari sini pula
etnis, dan agama. lahir lah "Bhineka Tunggal Ika" yang berarti
Perhatian terhadap keragaman budaya kesatuan dalam keragaman. Slogan ini
dipahami sebagai tantangan untuk merupakan cerminan dari identitas bangsa,
memperkuat pemerataan dan persamaan yang dibuat dari berbagai etnis, agama,
(Vélez & Olivencia, 2017). Multikulturalisme bahasa, budaya, dan adat istiadat. Awalnya,
secara signifikan dapat membawa kedamaian filosofi ini dikutip dari "buku Sutasoma."Itu
karena tidak ada dominasi mayoritas budaya, adalah buku kuno dari abad ke-14 warisan
dan kemudian tirani bagi minoritas budaya.
2
ISSN: 2716-3334 FASCHO. 9(2), 17-32
3
ISSN: 2716-3334 FASCHO. 9(2), 17-32
1. Integrasi Pendidikan dalam Kurikulum agar peserta didik memahami dan menghayati
(Content Integration) nilai-nilai moral keagamaan, kenegaraan,
Dari hasil ketujuh penelitian di atas terlihat kejuangan, kemasyarakatan, dan kesusilaan
bahwa memang integrasi pendidikan guna membentuk insan Tuhan Yang Maha
multikultural dalam proses pembelajaran Esa, insan politik, ekonomi, sosial budaya dan
sangat bergantung pada kebijakan sekolah dan ksatria Pancasila yang memiliki watak luhur
juga peran serta pemahaman tenaga pendidik yang bewawasan kebangsaan, kejuangan, dan
yang berinteraksi langsung dengan peserta kebudayaan.
didik. Tentunya, tidak ada dokumen Semangat untuk mengintegrasikan pendidikan
kurikulum di sekolah-sekolah tersebut yang multikultural dalam proses pembelajaran
mengandung gesekan-gesekan kultural antar memang sudah ada, namun pada praktiknya,
individu ataupun stereotip-stereotip tentang budaya sekolah dalam kerangka
etnis tertentu. Namun, secara umum, mempromosikan nilai-nilai inklusif guna
pendidikan multikultural dimunculkan dalam merawat dan mengelola multikulturalisme
proses pembelajaran dengan cara belum diprogramkan secara baik. Apalagi,
memasukkan nilai-nilai multikulturalisme seperti yang dikatakan oleh (Ndura &
dalam setiap materi pembelajaran seperti yang Dogbevia, 2013), lingkungan ruang kelas
dilakukan di TK Katolik di Yogyakarta. SMA adalah ruang yang pentinguntuk keragaman
Katolik Yogyakarta juga melakukan hal yang untuk berkembang, dan berpotensi
sama, sebagai contoh dalam pelajaran bahasa mempengaruhi semua dimensi iklim sekolah.
Jawa, guru meminta para siswa asli Jawa Misalnya seperti yang terjadi di empat sekolah
untuk membantu menerjemahkan Bahasa dasar di Tangerang, walau dalam kelas
Jawa dan menerangkan bahasa Jawa yang terdapat siswa yang berbeda agama, ritual doa
tidak mengerti oleh siswa non Jawa. Pada sesi yang dilaksanakan saban hari umumnya masih
diskusi, guru bertanya kepada siswa yang dilakukan untuk satu agama tertentu. Begitu
berasal dari daerah lain tentang sesuatu hal pula kegiatan lainnya, seperti pentas budaya
dalam bahasa daerahnya. Di pesantren, santri (kesenian, berpakaian, dan penggunaan atribut
diajarkan pada sikap pengembangan budaya lainnya) yang mengusung tema asal daerah
pesantren yang merupakan integrasi dari juga belum tergarap secara proporsional.
pengembangan sikap saling menghargai, Integrasi pendidikan multikultural memiliki
pengendalian diri, tolong menolong, tantangan yang lebih besar pada sekolah di
kebersamaan dalam kegiatan sosial sebuah lingkungan etnis homogen yang
kemasyarakatan. Sekolah Taruna Magelang didominasi etnis tionghoa, yaitu Sekolah
punya kurikulum khusus untuk pendidikan Kristen Olive Tree di mana multikulturalisme
multikultural. Materi yang diajarkan sangat bukan merupakan pengalaman yang natural
berkaitan dengan multikultural peserta bagi para siswanya. Di sekolah ini, tidak ada
didiknya akan tetapi ada materi yang lebih kurikulum khusus yang membahas pendidikan
signifikan dengan multikultural yakni untuk multikulturalisme dan toleransi. Meski
kelompok mata pelajaran bagian mata memang sekolah mengklaim bahwa ada juga
pelajaran kenusantaraan dan pengembangan upaya mempromosikan multikulturalisme dan
diri. Mata pelajaran kenusantaraan bertujuan toleransi dalam mata pelajaran seperti
4
ISSN: 2716-3334 FASCHO. 9(2), 17-32
5
ISSN: 2716-3334 FASCHO. 9(2), 17-32
orang non-Tionghoa). Ini merupakan sebuah mushola. Begitupun juga di 6 sekolah lainnya.
kenyataan yang menyedihkan, bahwa Sekolah-sekolah ini mengklaim bahwa
prejudice (prasangka) sudah dibangun sejak sekolah, dan juga para tenaga pendidiknya
awal. Hal semacam ini seharusnya bisa senantiasa menanamkan nilai- nilai kehidupan
teratasi jika pendidikan multikultural berjalan yang akan memunculkan kesadaran bagi siswa
dengan baik. untuk mengekspresikan perasaan toleransinya
3. Pengurangan Prasangka (Prejudice bahwa Indonesia adalah negara multikultural,
Reduction) yang memerlukan warganya berbudaya
Sehubungan dengan poin dua di atas, Nusantara. Pertanyaannya, seberapa kuat
prasangka (prejudice) merupakan hal yang peran semua guru saat mengajar di sekolah
harus dihindarkan dalam pendidikan sampel dapat terlibat dalam penghapusan
multikultural. Oleh karena itu, Pengurangan prasangka? Seperti temuan yang ada di empat
atau bahkan mungkin penghilangan prasangka SD di Tangaerang, (Sutjipto, 2017)
merupakan salah satu unsur yang harus ada melaporkan bahwa di sekolah-sekolah ini para
pelaksananaan pendidikan multikultural. Dari guru umumnya belum membantu siswa dalam
temuan (Jati, 2014), SMA Katolik Sang Timur mengembangkan perilaku positif tentang
Yogyakarta menerapkan sanksi yang begitu perbedaan kelompok, baik mengenai
tegas bagi siapa saja yang melanggar aturan keagamaan, kesukuan maupun identitas
untuk tidak saling menyakiti dan menghakimi lainnya.Misalnya, ketika siswa memiliki
satu sama lain. Pernah suatu ketika terdapat perilaku negatif dan terjadi kesalahpahaman
dua siswa yang terlibat aksi bullying kepada terhadap keberadaan agama, suku, kelompok
adik kelasnya sehingga memicu kehebohan atau etnik lain, guru belum melakukan aksi
dalam internal sekolah. Sekolah pun dengan yang dapat membantu mereka
tegas mengeluarkan mereka karena tidak mengembangkan perilaku akomodatif dan
sesuai dengan misi sekolah untuk yang lebih positif maupun menyediakan
mengajarkan toleransi kepada sesamanya. kondisi yang memiliki citra positif tentang
Prinsip sekolah sebagai “rumah bersama” perbedaan kelompok. Ini tentunya menjadi
harus senantiasa ditegakkan melalui toleransi pekerjaan rumah untuk penyelenggaraan
maupun sikap tenggang rasa. Selain halnya pendidikan multikultural yang lebih terencana.
sikap tenggang rasa, sikap tolernasi menjadi 4. Pedagogik Kesetaraan (EquityPedagogy)
kata penting dalam keseharian pembelajaran Untuk mewujudkan pedagogik kesetaraan
sekolah. Pada suatu kesempatan, (Jati, tentunya adalah dengan terselenggaranya
2014)secara tidak langsung melihat pendidikan secara adil di kelas. Namun, ‘adil’
bagaimana wujud toleransi tersebut juga perlu didefinisikan dengan lebih baik
diberlakukan, terlebih lagi dilakukan kepada lagi. Temuan seperti guru umumnya masih
siswa yang berbeda keyakinan. Suatu ketika melakukan penyeragaman pola berpikir dan
terdapat salah seorang siswa muslim bertindak yang difokuskan pada satu titik
meninggalkan pelajaran di saat adzan dzuhur materi, tanpa melibatkan siswa secara adil dan
berkumandang. Siswa tersebut meminta izin setara untuk memberikan tanggapan,
untuk menunaikan shalat di suatu ruang sumbangan pemikiran, atau sekadar bertanya
sekolah yang khusus dirancang sebagai (Sutjipto, 2017) menjadi parameter bahwa
6
ISSN: 2716-3334 FASCHO. 9(2), 17-32
pembelajaran yang mengusung prinsip dicontoh bagi para siswa untuk mewujudkan
keberagaman masih jauh dari harapan. semangat toleransi dalam membangun
Demikian pula, aktivitas produksi sosial persatuan bangsa Indonesia.
berbasis kesetaraan teman sebaya melalui Pelaksanaan pendidikan multikultural di masa
berbagai dinamika pembelajaran di kelas depan harus difokuskan pada resolusi
umumnya juga belum menjadi kebiasaan. kelemahan dan kerugian dari implementasi
Dalam hal ini sekolah didorong mendesain sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan
ulang bagaimana model penguatan nilai-nilai peningkatan terintegrasi baik dalam kuantitas
multikulturalisme. Seyogyanya, Pembelajaran dan kualitas pendidikan multikultural, perlu
bisa meletakkan dasar nila-nilai pertimbangan lagi misalnya, sekolah-sekolah
multikulturalisme melalui sjian nyata tentang dengan konsep eksklusif yang khusus hanya
kehidupan, misalnya dalam satu kelas ada untuk etnis, agama, penduduk, atau komunitas
siswa yang beda agama. Bagaimana tertentu, karena akan terbangun hambatan pola
menyikapi hal ini? Apa yang harus guru pikir yang dapat merusak nilai-nilai toleransi
lakukan? Model konkret seperti apa dalam dan semangat persatuan. Demikian pula,
menghargai yang berbeda itu. Misalnya, Perspektif tentang pribumi dan non-pribumi
perlukah di kelas dilakukan saling doa dengan harus dihilangkan karena pada akhirnya, hal
siswa yang berbeda agama. Sejumlah temuan itu akan menciptakan perbedaan yang
itu, menandakan bahwa siswa belum diajak akhirnya menghancurkan semangat persatuan
membiasakan sebuah ritual nilai tentang nasional.
kehidupan yang berbeda dari dirinya. Artinya,
pendekatan pedagogis guna pemberian ruang REFERENSI
dan kesempatan yang sama bagi yang lain 1. Buwono X, S. H. (2008). Merajut
masih kurang tampak. Temuan ini kembali KeIndonesiaan Kita. Jakarta:
mengindikasikan bahwa aktivitas dalam kelas PT. Gramedia.
yang mestinya penuh dengan nilai-nilai 2. Demir, S., & Özden, S. (2014). The
multikulturalisme tampak belum dibiasakan Evaluation of Multicultural Teaching
dengan semangat damai dan cinta kepada Design Education Program. Procedia -
sesama. Social and Behavioral Sciences, 116,
4732–4736.
SIMPULAN https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.0
A
nalisis implementasi pendidikan 1.1017
multikultural di Indonesia pada saat 3. HOON, C. Y. (2013). Multicultural
ini ditunjukkan beberapa kelemahan Citizenship Education in Indonesia:
dan kekurangan yang berlaku. Ini karena The Case of a Chinese Christian
kurangnya kesadaran publik akan pentingnya School. Journal of Southeast Asian
keberagaman. Di bidang pendidikan, ada Studies, 44(3), 490–510.
sekolah-sekolah yang belum mengapresiasi https://doi.org/10.1017/S00224634130
terhadap keragaman. Guru sebagai salah satu 00349
pemangku kepentingan di sektor pendidikan 4. Jati, W. R. (2014). Toleransi Beragama
belum menyediakan sarana yang patut dan Pendidikan Multikulturalisme
7
ISSN: 2716-3334 FASCHO. 9(2), 17-32
8
ISSN: 2716-3334 FASCHO. 9(2), 17-32