8809 27565 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No.

1 Agustus 2021 1

MODERASI BERAGAMA DI KALANGAN MUDA (STUDI KASUS PEMAHAMAN


MODERASI BERAGAMA DIKALANGAN MAHASISWA PADA PERGURUAN
TINGGI DI CIREBON)

Wahyono
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Email: annajiwahyono@gmail.com

Ayub Al Ansori
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Email: uub.ayub99@gmail.com

Egi Gunawan
Yayasan Oemah Satu Bangsa
egigunawan.pemerintahan@gmail.com

Abstract
This article aims to find out the understanding of religious moderation students in the
unaiversity in Cirebon, to find out the patterns used by the student driving factors in
implementing the values of religious moderation in the University environment and to
find out the driving factors for students in implementing the values of religious
moderation in the University environment. The writer uses a descriptive qualitative
research where in this study the researcher examines the participant's perspective
with an interactive and flexible strategy. In the context of Indonesian-Islamic thought,
the concept of Islamic moderation has five characteristics. First, non-violent ideology
in spreading Islamic teachings, adopting modern life patterns such as science and
technology, human rights, and democracy. Third is the use of rational thinking in
exploring and understanding Islamic teachings. Fourth, the contextual approach is
prioritized in understanding the sources of Islamic teachings. Fifth is the use of the
ijtihad method in legal istinbat (establishing Islamic law). The results obtained from
this study are the Islamic paradigm in which Rahmatan Lil'alamin is the foundation of
religious moderation among students in Cirebon. Through the five characteristics of
religious moderation and the Islamic paradigm of Islam, Rahmatan Lil'alamin is
expected to form students who think moderately and have high tolerance.
Keywords: Religious Thought Map, Islam Rahmatan Lil'alamin, Religious Moderation

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman moderasi beragama pada
pemimpin muda di perguruan tinggi di Cirebon, mengetahui pola-pola yang
digunakan faktor penggerak mahasiswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai
moderasi beragama di lingkungan Universitas. Serta untuk mengetahui faktor
penggerak mahasiswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama di
lingkungan Universitas. Dalam prosesnya penulis menggunakan penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif dimana dalam penelitian ini peneliti mengkaji perspektif
partisipan dengan strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Dalam konteks
pemikiran keislaman-keindonesiaan, konsep moderasi beragama islam terdapat lima
karakteristik. Pertama, ideologi tanpa kekerasan dalam menyebarkan ajaran Islam,
mengadopsi pola kehidupan modern seperti sains dan teknologi, HAM, dan

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI GUNAWAN
Cirebon)
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 2

demokrasi. Ketiga, penggunaan pemikiran rasional dalam menggali dan memahami


ajaran Islam. Keempat, pendekatan kontekstual diutamakan dalam memahami
sumber-sumber ajaran Islam. Kelima, penggunaan metode ijtihad dalam istinbat
hukum (menetapkan hukum Islam). Hasil yang diperoleh dari kajian ini adalah
paradigma Islam yang Rahmatan Lil’alamin merupakan pondasi moderasi beragama
di kalangan mahasiwa di Cirebon. Melalui lima karakteristik moderasi beragama
tersebut dan paradigma Islam Islam Rahmatan Lil’alamin diharapkan dapat
membentuk nahasiswa yang berpikir moderat dan bertoleransi tinggi.

Kata Kunci: Peta Pemikiran Keagamaan, Islam Rahmatan Lil’alamin, Moderasi


Beragama

PENDAHULUAN ekstrimisme agama di Indonesia, bukan


Indonesia merupakan sebuah hanya skala nasional tetapi juga secara
negara-bangsa dengan komposisi etnis, internasional (transnasional). Hal ini
ras, agama, bahasa serta adat istiadat sebagai bagian dari dampak
yang begitu beragam dari Sabang perkembangan teknologi informasi
hingga Merauke. Indonesia juga yang ada saat ini dan media online
merupakan salah satu negara yang yang cara kerjanya lebih efektif dan
memiliki keragaman paling banyak di berjangkauan jauh. Tidak sedikit anak
dunia (Effendi, 2020). Dengan kata muda Indonesia yang terpanggil untuk
lain, Indonesia memiliki varian berjihad melalui televisi, internet dan
keberagaman yang sangat unik jika media sosial lainnya. Dengan cara yang
dibandingkan dengan negara-negara mudah mereka mendapatkan akses
Islam yang menganut demokrasi. serta jaringan untuk dapat bergabung
Melalui keberagaman yang dimiliki, dengan kelompok radikal
Indonesia juga menghadapi suatu transnasional. Hal ini merupakan
ancaman disintegrasi bangsa. Ancaman fenomena baru sebagai dampak dari
tersebut bersumber dari ideologi- perkembangan teknologi dan media
ideologi yang bernuansa ekstrimis tidak ditemukan sebelumnya. Jihad
hingga ideologi liberal yang masuk ke Instan adalah istilah yang cukup tepat
dalam ajaran Islam. Selain dua untuk menggambarkan kelompok-
ancaman di atas, akhir-akhir ini kelompok muda, sebagian besar kelas
Indonesia mengalami ancaman menengah dan berpendidikan baik,
beberapa konflik yang berlatar yang tiba-tiba terlibat dalam gerakan
belakang keagamaan serta ketegangan radikal karena informasi yang mereka
yang dipicu berdasarkan perbedaan peroleh dari media yang ada saat ini.
pemahaman keagamaan (Zamimah, Tren lainnya adalah mereka tidak lagi
2018). perlu untuk bergabung dengan
Pada perkembangannya, eskalasi kelompok atau organisasi tertentu
konflik tersebut melahirkan pemikiran sebagai sarana mobilisasi jihad.
dan tindakan ekstrimisme agama. Kelompok Islam ekstrim
Beberapa kali terjadi pergantian rezim transnasional yang berkembang di
dengan kebijakannya masing-masing Indonesia saat ini memiliki banyak
telah mewarnai menguatnya dan varian baik dari segi organisasi, model
meluasnya gerakan-gerakan gerakan, maupun latar belakang

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI GUNAWAN
Cirebon)
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 3

pendiriannya. Namun, doktrin yang pandemi Covid-19 dan munculnya


digunakan masih sama antara lain: kebijakan New Normal, gerakan aksi
Pertama, mendirikan otoritas Islam, ketidakpercayaan pada Pemerintah
baik itu dalam bentuk negara atau beserta institusinya juga muncul dalam
kekhalifahan Islam. Alasannya, laman-laman status media sosial.
penerapan syariat Islam hanya Pada konteks inilah, pemikiran
mungkin terjadi atau hanya mungkin “moderasi beragama” dimunculkan
diterapkan dalam sebuah Negara Islam. oleh sebagian cendikia dan ulama
Kedua, memutuskan hubungan dengan ditengah-tengah pelbagai gerakan yang
masyarakat dan lingkungan sosial dianggap ‘intoleran’ sebagai upaya
mereka. Dalam pandangan sebagian mengembalikan jati diri keberagamaan
mereka, masyarakat saat ini, dipandang umat Islam Indonesia yang sangat
sebagai "tidak suci". Artinya telah toleran dan telah hidup berkembang
berpaling dari ajaran Islam. Bahkan, lama di Nusantara.
mereka menyebutnya sebagai Moderasi berasal dari bahasa latin
“jahiliyah modern”. Di antara hal-hal moderatio yang berarti berada di
lain yang berkembang dari doktrin ini tengah dalam hal ini yakni tidak
adalah konsep takfir yang ditujukan bersikap berlebihan maupun juga tidak
juga bagi Muslim yang tidak setuju kekurangan. Istilah moderasi menurut
dengan agenda Islam mereka. Ketiga, kajian bahasa Arab adalah
memperjuangkan konsep teokrasi. “alwasathiyyah”. Istilah “al-
Dalam pandangan mereka, sistem wasathiyyah” berasal dari kata
kehidupan (sosial, ekonomi, dan “wasath” (Faiqah & Pransiska, 2018;
politik, atau apapun) yang tidak berasal Rozi, 2019).
dari Islam adalah kufur. Secara umum, Kata “al-wasathiyyah” berasal dari
kelompok ini menentang demokrasi kata “alwasth” (dengan huruf sin yang
dan pemerintahan otoriter dengan dalih di-sukun-kan) dan “al-wasth” (dengan
bahwa model kekuasaan tidak berasal huruf sin yang di-fathah-kan) yang
dari Islam. Dalam Islam, hanya Allah keduanya merupakan mashdar
yang berkuasa. Kelompok-kelompok (infinitife) dari kata kerja (verb)
gerakan Islam ini menggunakan slogan, “wasatha” (Al-Asfahaniy, 2009: 869).
"syariah adalah solusinya" dan Lebih lanjut dijelaskan bahwa
“khalifah solusinya” (Roy, 2005:37). “wasathan” dengan “sawa’un” berarti
Kemudian dalam skala Nasional, tengah-tengah diantara dua batas, adil,
perkembangan gerakan radikalisme standar, tengah-tengah atau yang biasa-
agama ini telah banyak melakukan biasa saja. Selain itu, wasathan juga
aksi-aksi mobilisasi umat Islam melalui bermakna menjaga dari bersikap tanpa
media sosial maupun secara langsung kompromi. Kata wasathiyyah juga
dan telah mengakibatkan lahirnya seringkali disinonimkan dengan kata
benturan-benturan sosial sesama anak “al-iqtishad” dengan pola subjeknya
bangsa. Eskalasinya semakin menguat, “almuqtashid”.
sejak pemilihan Gubernur DKI tahun Moderasi biasa diistilahkan dengan
2017 dan berlanjut terus saat PILPRES “wasath” atau “wasathiyyah”; dan
tahun 2019. Bahkan pada masa untuk subjek atau orang yang memiliki

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI GUNAWAN
Cirebon)
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 4

sikap tersebut disebut “wasith”. Kata merebak di masyarakat Indonesia


“wasit” sendiri sudah diserap ke dalam akibat ajaran Islam transnasional (lintas
bahasa Indonesia yang memiliki tiga nasional atau lintas kebangsaan).
pengertian, yaitu 1) penengah, Ideologi gerakan ini tidak lagi
pengantara (misalnya dalam bertumpu pada konsep nation-state,
perdagangan, bisnis, dan sebagainya), melainkan konsep umat. Selain
2) pelerai (pemisah, pendamai) antara maraknya dua pemahaman agama yang
yang berselisih, dan 3) pemimpin ekstrem di atas, belakangan ini muncul
dipertandingan (Almu’tasim, 2019: beberapa konflik bernuansa keagamaan
199). dan ketegangan dalam masyarakat di
Selanjutnya, Mukhlis Hanafi telah Indonesia yang dipicu oleh perbedaan
mengutip dari buku Strategi al- pemahaman atau pandangan
wasathiyyah yang dikeluarkan oleh keagamaan antar kelompok dalam
Kementerian Wakaf dan Urusan Islam, seperti dihancurkannya basis
Agama Islam Kuwait, mengatakan Ahmadiyyah dan lain-lain. Konflik itu
bahwa difinisi wasathiyyah merupakan memang tidak berdiri di atas perbedaan
sebuah metode berpikir, berinteraksi, pandangan keagamaan semata tetapi
dan berperilaku yang didasari atas juga sebagai akumulasi dari beberap
sikap tawâzun (seimbang) dalam persoalan dan kepentingan, baik
menyikapi dua keadaan perilaku yang politik, ekonomi, sosial, dan lainnya.
dimungkinkan untuk dianalisis dan Badan Nasional Penanggulangan
dibandingkan, sehingga dapat Terorisme (BNPT), memetakan tingkat
ditemukan sikap yang sesuai dengan radikalisme di Indonesia dalam tiga
kondisi dan tidak bertentangan dengan tingkatan. Pertama, tingkat “waspada”
prinsip-prinsip ajaran agama dan tradisi (66,3%), yaitu pemahaman keagamaan
masyarakat. Dengan pengertian ini radikal yang dimiliki masyarakat pada
sikap wasathiyyah akan melindungi umumnya. Kedua, tingkat “bahaya”
seseorang dari kecenderungan (15,4%), yaitu pemahaman keagamaan
terjerumus pada sikap berlebihan radikal yang dimiliki pengurus masjid
(2009: 40). dan guru sekolah madrasah. Ketiga,
Indonesia, dengan segala tingkat “hati-hati” (20,3%), yaitu
kondisinya yang plural dan banyak pemahaman keagamaan radikal yang
perbedaan itu menghadapi ancaman dimiliki mahasiswa. Menurut Mas’ud,
disintegrasi. Potensi terjandinya salah satu target penyebaran dan
disintegrasi bangsa Indonesia perekrutan aksi radikalisme adalah
bersumber dari ideologi-ideologi kelompok muda, yang sering disebut
liberal dan ekstrimis yang masuk dalam sebagai usia “pengantin”, yaitu usia
ajaran Islam. Hal ini sebagai respon antara 18- 31 tahun, BNPT. Catatan
atas adanya ideologi liberal dari barat penting atas pemetaan BNPT tersebut
yang menghendaki adanya kebebasan adalah tentang tingkat radikalisme di
juga mengancam moral dan budaya kalangan mahasiswa cukup
ketimuran. Maka, muncul Islam yang mengkhawatirkan. Mahasiswa menjadi
liberal sebagai dampak dari hal kelompok potensial yang menjadi
tersebut. Akibatnya, skstrimisme

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI
Cirebon) GUNAWAN
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 5

target sasaran ideologi keagamaan digunakan pendidik (Muqoyyidin,


radikal. 2013).
Sahetapy (1981) menyatakan Berdasarkan latar belakang di atas,
bahwa kondisi ini sebagai kondisi yang peneliti tertarik untuk mengkaji dan
alamiah dalam sebuah masyarakat menganalisis beberapa permasalahan
(crime is a natural part of society). yang diasumsikan menjadi faktor yang
Maka, bukan hal yang mengejutkan mempengaruhi pemahaman moderasi
jika radikalisme dapat ditemukan pada beragama pada kalangan muda
hampir semua lapisan dan bentuk (mahasiswa) di Perguruan Tinggi,
masyarakat, baik masyarakat yang khususnya di Wilayah Cirebon.
masih sederhana ataupun yang sudah Rumusan masalahnya yakni
kompleks struktur sosialnya. Bagaimana pemahaman moderasi
Radikalisme dibagi menjadi dua tipe beragama mahasiswa di internal
atau bentuk. Pertama, radikalisme Universitas dan lingkungan sekitar?,
individual (Individual violence), yaitu Bagaimana pola yang digunakan
radikalisme yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
seseorang terhadap orang lain. Kedua, mengimplementasikan nilai-nilai
radikalisme kelompok (group or moderasi beragama di lingkungan
collective violence), yaitu bentuk Universitas?, dan Apa faktor
radikalisme yang dilakukan oleh pendorong mahasiswa dalam
sekelompok orang terhadap seseorang mengimplementasikan nilai-nilai
atau kelompok lainnya (Henslin, 1990). moderasi di lingkungan Universitas?.
Pemahaman terhadap moderasi Tujuan tulisan ini adalah untuk
beragama dapat menjadi solusi untuk mengetahui pemahaman moderasi
mencegah tindakan radikalisme beragama pada mahasiswa di Cirebon
negatif, dipengaruhi kondisi internal dan untuk mengetahui faktor
individu itu sendiri dan faktor dari luar penggerak mahasiswa dalam
(lingkungan). mengimplementasikan nilai-nilai
Aksi terorisme dan tindakan yang moderasi beragama di lingkungan
mengarah kepada radikalisme di Universitas.
Indonesia, juga terjadi di dunia Secara teoretis, artikel ini
pendidikan. Hal ini menjadi bukti bermanfaat untuk mengembangkan
konkrit betapa pemahaman dan keilmuan dibidang agama, terutama
penghayatan nilai-nilai moderasi Islam pada moderasi beragama di kalangan
masih rendah. Oleh karena itu, mahasiswa. Secara praktis tulisan ini
berbagai pendekatan penanganan dapat digunakan oleh dunia akademik
terorisme dan radikalisme harus khususnya Perguruan Tinggi Umum
senantiasa diupayakan. Salah satunya dalam melakukan pemetaan pemikiran
adalah dengan program deradikalisasi keagamaan kalangan muda (studi kasus
melalui pendidikan moderasi Islam. pemahaman moderasi beragama
Dalam hal ini, mereka perlu dikalangan mahasiswa pada Perguruan
memerhatikan faktor kurikulum, Tinggi di Cirebon). Manfaat lainnya
pendidik dan strategi pembelajran yang adalah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat kampus akan pentingnya

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI
Cirebon) GUNAWAN
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 6

penanaman pemahaman moderasi keagamaan kalangan muda (mahasiswa) di


beragama pada mahasiswa di Perguruan Tinggi Wilayah Cirebon tentang
lingkungan kampus. peta pemikiran keagamaan kalangan muda
(studi kasus pemahaman moderasi
METODE beragama dikalangan mahasiswa cirebon).
Metode yang digunakan dalam penelitian Proses wawancara dilaksanakan pada
ini adalah penelitian kualitatif bersifat bulan 28 Juni hingga 18 Juli 2021 terhadap
deskriptif dimana dalam penelitian ini mahasiswa Perguruan Tinggi di Cirebon.
peneliti mengkaji perspektif partisipan Teknik pengolahan data dilakukan
dengan strategi yang bersifat interaktif dan dengan menganalisis data-data yang
fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan terkumpul. Dan analisis data dilakukan
untuk memahami fenomena-fenomena secara kualitatif yang dilakukan secara
sosial yang terjadi pada obyek penelitian terus-menerus untuk menguji beberapa
dari sudut pandang partisipan. Penelitian gejala meliputi ruang, waktu, perilaku,
kualitatif pada dasarnya bertujuan bukan kemudian membaginya ke dalam bagian-
semata-mata untuk mencari kebenaran bagian dalam konteks abstraksi data dan
akan tetapi lebih kepada pemahaman catatan lapangan atau observasi.
peneliti terhadap dunia sekitarnya.
Penelitian kualitatif biasanya cenderung HASIL DAN PEMBAHASAN
menghasilkan jumlah data yang sangat Dalam konteks pemikiran keislaman-ke-
banyak dan tidak terstruktur (Moleong, indonesia-an, konsep moderasi beragama
2017). Islam terdapat lima karakteristik. Pertama,
Teknik penentuan subjek penelitian adalah ideologi tanpa kekerasan dalam
dengan purposive sampling. Subjek menyebarkan ajaran Islam. Kedua adalah
penelitian untuk wawancara ditentukan mengadopsi pola kehidupan modern
secara purposive sampling yaitu seperti sains dan teknologi, HAM, dan
mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi demokrasi. Ketiga, penggunaan pemikiran
di Cirebon. Adapun saat wawancara rasional dalam menggali dan memahami
digunakan snowball sampling. Data yang ajaran Islam. Keempat, pendekatan kontek-
sudah terkumpul dianalisis dengan teknik stual diutamakan dalam memahami
analisis interaktif. sumber-sumber ajaran Islam. Kelima,
Pengumpulan data dilakukan dengan penggunaan metode ijtihad dalam istinbat
wawancara dan dokumentasi. Dokumentasi hukum (menetapkan hukum Islam).
dilakukan peneliti untuk mengetahui Namun demikian, seluruh karakteristik
pemahaman moderasi beragama pada tersebut masih dapat diperluas kedalam
kalangan muda (mahasiswa) melalui beberapa karakteristik lainnya seperti
literatur-literatur seperti buku, jurnal, hasil mengayomi, toleransi, harmoni dan mau
penelitian, artikel, serta liputan media- bekerjasama dengan kelompok agama
media masa yang berkaitan dengan objek yang berbeda dalam halkehidupan sosial
penelitian studi. Selanjutnya, wawancara (Fahri dan Zainuri, 2019).
dilakukan secara dan disesuaikan dengan Konsep moderasi beragama Islam telah
situasi dan kondisi di lapangan dan sesuai dengan misi agama Islam yang
wawancara berjalan lebih interaktif. Data bersifat Rahmatan lil ‘Alamin. Keberadaan
yang dianalisis berupa peta pemikiran ajaran Islam yang moderat dapat menjadi

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI
Cirebon) GUNAWAN
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 7

penjaga dan pengawal konsistensi ajaran suatu keharusan untuk Indonesia yang
Islam yang telah dibawa oleh Rasulullah dihuni oleh lapisan masyarakat yang
SAW. Untuk mengembalikan citra Islam multikultural.
yang beberapa waktu terakhir dianggap Mahasiswa yang umumnya berusia
tidak mengakomodir kehidupan modern remaja berada pada masa transisi menuju
karena ulah sebagian pengikutnya. Maka, dewasa. Mereka sedang dalam tahapan
diperlukan moderasi pada ajaran agama mencari jati diri dan rentan terpapar paham
Islam agar penganut lain dapat merasakan radikal yang mengarah pada sikap
kebenaran ajaran Islam yang Rahmatan lil intoleran dan tindak kekerasan. Hal ini
‘Alamin. Dalam kenyataannya, manusia menjadi sangat mugkin terjadi saat mereka
tidak mampu menghindarkan diri dari berinteraksi dengan kelompok atau komu-
persoalan-persoalan yang berseberangan. nitas yang didalamnya mengharuskan
Oleh karena itu al-Wasathiyyah Islamiyyah berpola dan bertingkah laku dalam satu
mengapresiasi unsur dalam ajaran Islam komando atau pola komunikasi yang satu
berupa unsur rabbaniyyah (ketuhanan) dan arah dan bukan dua arah. Salah satu cara
Insaniyyah (kemanusiaan), menggabung- untuk membendung ajaran dan sikap
kan antara wahyu (revelation) dan akal tersebut adalah dengan membangun pola
(rasio), mengkombinasikan antara pikir kritis dan berani mengemukakan
materialisme dan spiritualisme, kemdian pendapat yang berbeda. Hal ini penting
antara maslahah ammah serta maslahah untuk diterapkan untuk menangkal
individu. penyebaran nilai-nilai dan sikap intoleran.
Moderasi agama merupakan sikap Beberapa faktor yang menjadikan
beragama yang seimbang antara keyakinan seseorang terpapar pengaruh pandangan
terhadap agama sendiri (eksklusif) dan intoleran, yakni adanya iming iming yang
penghormatan terhadap orang lain yang besar dan menggiurkan bahkan dalam
berbeda keyakinan (inklusif). Untuk persepsi hal ghaib sekalipun, sebagaimana
menghindari sikap ekstrem dan fanatik terdapat fatwa dijanjikan surga di akhirat
berlebihan terhadap suatu golongan/aliran kelak bagi yang ikut melakukan tindakan
serta sikap revolusioner dibutuhkan teror yang dalam pemahaman mereka ada-
sebagai jalan tengah atau keseimbangan lah jihad di jalan Allah swt.
dalam praktik beragama. Moderasi Mahasiswa perlu memperbanyak relasi
beragama menjadi kunci terbentuknya dan bergaul dengan banyak orang yang
budaya toleransi dan kerukunan di tingkat pastinya memiliki perspektif atau
lokal, nasional, dan global. pandangan tentang ajaran-ajaran atau nilai
Moderasi dalam beragama menolak nilai yang positif serta membiasakan diri
paham-paham seperti ekstremisme dan berinterkasi dengan mereka yang memiliki
liberalisme merupakan kunci pandangan yang berbeda. Hal tersebut
keseimbangan untuk melestarikan dilakukan dalam rangka membangun nalar
peradaban dan terciptanya perdamaian kritis mereka Selain tentunya, mereka juga
dalam aktivitas beragama. Dengan cara ini perlu terus memperbanyak sumber literasi
umat beragama dapat memandang orang buku dan bacaan sehingga mendapat
lain dengan sikap penuh hormat, menerima pandangan yang luas.
perbedaan, serta dapat hidup berdampingan Perguruan tinggi merupakan harapan bagi
dengan baik. Moderasi beragama menjadi masyarakat untuk membawa perubahan

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI
Cirebon) GUNAWAN
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 8

yang lebih baik di masa mendatang.


Tanggungjawab dari setiap perguruan
tinggi dalam menghadapi situasi dan
tantangan dalam menanam dan
mengimplementasikan nilai-nilai moderasi
beragama adalah sebuah keharusan. Dalam
pelaksanaanya, Perguruan tinggi beserta
masyarakat harus bersinergi untuk
mewujudkan langkah-langkah preventif
terhadap merebaknya paham radikal
dikalangan mahasiswa. Salah satu bentuk
upaya preventif yang dapat dilakukan
adalah dengan mensosialisasikan moderasi Di sisi lain hanya ada 70%
beragama kepada mahasiswa. Mahasiswa mahasiswa yang setuju bahwa setiap
merupakan penyelenggara penting dalam gerakan politik untuk mengubah dasar
upaya menyemai nilai-nilai moderasi negara Pancasila dengan ideologi lain
beragama kepada masyarakat. Mahasiswa adalah tindakan makar. Sisanya
diharapkan berada di garda depan dalam sebanyak 30% mahasiswa tidak setuju.
melindungi persatuan bangsa dan dapat Artinya 30% mahasiswa setuju bahwa
tampil sebagai agen perubahan (agent of mengubah dasar negara Pancasila
change). Berikut adalah hasil penelitian dengan ideologi lain bukan merupakan
makar.
yang dilakukan untuk mengetahui
Sementara, mengenai Pancasila
pemahaman moderasi beragama pada
wajib dipertahankan oleh setiap umat
mahasiswa di Cirebon. Empat poin utama
Islam di Indonesia, sebanyak 98%
yang akan dibahas dalam temuan ini responden menjawab setuju. Untuk
adalah tentang komitmen kebangsaan, pertanyaan senada, yaitu bahwa
toleransi, pengharagaan terhadapa kearifan demokrasi tidak bertentangan dengan
lokal, dan sumber informasi keagamaan. ajaran Islam, 90% responden
menjawab setuju.
1. Komitmen Kebangsaan Selanjunya, 40% responden
Dari hasil penelitian diketahui 80% menjawab setuju ideologi khilafah
mahasiswa di Cirebon setuju bahwa diterapkan di Indonesia. Sisanya, 60%
Pancasila sebagai dasar negara dan hal responden setuju bahwa khilafah tidak
tersebut sudah final dan tidak tepat diterapkan di Indonesia.
bertentangan dengan ajaran Islam. Begitupun dengan mendirikan negara
Sisanya sebanyak 20 masih tidak Islam itu wajib, terdapat 38 responden
setuju. Artinya dari 108 mahasiswa yang setuju dan sisanya 70 responden
yang mengikuti survey terdapat 97 tidak setuju.
orang yang setuju dan 10 orang tidak Artinya mahasiwa di Cirebon
setuju. Sementara 1 orang tidak masih setia terhadap Pancasila meski
menjawab. Hal ini dapat terlihat pada ada juga beberapa yang juga masih
Gambar 1 berikut ini: setuju khilafah diterapkan di Indonesia
karena negeri ini mayoritas
Gambar 1 penduduknya menganut agama Islam.
Komitmen Kebangsaan

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI
Cirebon) GUNAWAN
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 9

2. Toleransi keagamaan yang berakulturasi dengan


Pada bagian ini, sebanyak 56 budaya lokal harus dipertahankan.
mahasiwa menjawab setuju Islam Sisanya, sebanyak 7 orang tidak
membolehkan non-muslim untuk setuju.
menjadi pemimpin publik, sementara
51 mahaswia menjawab tidak setuju. Gambar 3
Pertanyaan selanjutnya adalah tentang Kearifan Budaya Lokal
ijin pendirian tempat ibadah.
Pertanyaanya adalah bagaimana sikap
mereka terhadap umat Islam
membantu dan menyediakan tempat
ibadah agama lain bila tidak memiliki
tempat ibadah. Sebagian besar mereka, Meski begitu, hampir seluruh
yaitu 85 responden yang menjawab mahasiwa di Cirebon setuju dengan
setuju dan 22 responden menjawab konsep tradisi keagamaan yang
tidak setuju. Hal ini dapat terlihat pada berakulturasi dengan budaya lokal
Gambar 2 berikut ini, harus dipertahankan. Artinya
mahasiswa di Cirebon tingkat
Gambar 2 penghargaan terhadap kearifan budaya
Toleransi lokalnya masih tinggi.

Toleransi
4. Sumber Informasi Keagamaan
12356

Apakah Islam… Mayoritas mahasiwa di Cirebon


0% 50% 100%
menjadikan Youtube sebagai sumber
Keterangan Setuju informasi keagamaan Sumber
Keterangan Tidak Setuju informasi keagamaan. 62 responden
Keterangan Tidak Menjawab menggunakan Youtube sebagai
sumber informasi keagamaan. Sisanya,
9 responden menggunakan facebook, 8
Selain dua hal di atas mayoritas responden menggunakan twitter, 24
mahasiwa di Cirebon masih memiliki responden menggunakan instagram,
toleransi yang tinggi dengan masih dan 5 responden tidak menjawab.
menghargai umat beragama sebagai
kewajiban bagi setiap umat Islam. Gambar 4
Juga mereka setuju bahwa ajaran Sumber Informasi Keagamaan
takfiri tidak tepat untuk hubungan
antar umat beragama di Cirebon.
Selain itu, sebagian responden juga
setuju bahwa segala bentuk kekerasan,
meskipun tujuannya adalah amar
maruf dan nahi mungkar, itu tetap
dilarang dalam ajaran Islam.
3. Penghargaan terhadap Kearifan
Budaya Lokal
Dari 108 responden mahasiswa,
101 menjawab setuju bahwa tradisi
Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL
Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI
Cirebon) GUNAWAN
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 10

Perguruan Tinggi Sebagai Rumah Berakar dari masyarakat yang damai dan
Moderasi Beragama sejahtera, berbuahlah negara yang kuat
Berdasarkan analisis di atas, Perguruan dalam persatuan dan tidak akan mudah
Tinggi di Cirebon harus dapat menjadi dimasuki oleh paham-paham maupun
tempat yang menanamkan nilai-nilai ideologi diluar ideologi bangsa, Pancasila.
moderasi beragama di Indonesia,
Kesimpulan
khususnya di wilayah Cirebon. Rumah
Moderasi yang mana sebagai ruang Perguruan tinggi merupakan salah satu
edukasi, konseling, penyesuaian edukasi wadah untuk menanamkan moderasi
serta penguatan nilai-nilai moderasi agama agar Islam moderat dapat terwujud
beragama dilingkungan civitas akademik di Indonesia. Dalam kehidupan
(Perguruan Tinggi). Terbosan ini, tentunya multikultural, diperlukan suatu
tidak semena-mena menjadi trend belaka, pemahaman dan kesadaran multibudaya,
melainkan sebagai ruang dan epicentrum dan kemauan untuk berinteraksi dengan
gerakan mahasiswa dalam merealisasikan siapapun secara positif (inklusif).
nilai-nilai moderasi beragama Menghadapi perkembangan zaman dan
dilingkungan kampus yang moderat, teknologi yang begitu pesat saat ini,
humanis, dan religius. ditambah lagi dengan adanya
Paham moderasi beragama merupakan keberagaman. Maka, secara jelas
hal penting bagi negara-bangsa Indonesia diperlukannya sikap moderat dalam
yang multikultural. Civitas akademika beragama.
yang ada harus dapat menanamkan cara Agar nilai-nilai moderasi beragama dapat
berpikir moderat terhadap kaum-kaum berjalan, bertumbuh kembang dengan baik,
intelektual muda, dalam hal ini yakni diperlukan peran pemerintah, tokoh
mahasiswa, dimana dilakukan melalui masyarakat, dan akademisi dari berbagai
pendekatan religius sekaligus pendekatan disiplin ilmu untuk mensosialisasikan dan
multikultural. Selanjutnya melalui mengimplementasikan nilai-nilai moderasi
pendekatan multikultural yang beragama baik itu dilingkungan Perguruan
mengedepankan rasa hormat terhadap Tinggi, serta lingkungan tempat tinggal.
perbedaan yang merupakan sunnatullah.
Pendidikan moderasi beragama akan
melahirkan kelompok yang memiliki
Daftar Pustaka
tenggang rasa, menghargai perbedaan, dan
menghormati antarsesama makhluk. Akhmadi, A. 2019. Moderasi Beragama
Moderasi beragama harus dipahami Dalam Keragaman Indonesia
sebagai komitmen bersama. Praktik Religious Moderation In Indonesia‟s
moderasi beragama yang dapat diupayakan Diversity. Jurnal Diklat Keagamaan,
untuk masyarakat multikultural Vol. XIII, No. 2, 45-55.
diantaranya adalah dengan menjadikan Almu’tasim, A. (2019). Berkaca NU dan
lembaga pendidikan sebagai basis Muhammadiyah dalam Mewujudkan
penyemaian moderasi beragama dan Nilai-Nilai Moderasi Islam di
melakukan pendekatan moderasi sosio- Indonesia. TARBIYA ISLAMIA:
religius kepada masyarakat dalam Jurnal Pendidikan Dan
kehidupaan beragama dan bernegara. Keislaman, 8(2), 199-212.

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI
Cirebon) GUNAWAN
OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol 6. No. 1 Agustus 2021 11

Effendi, D. I. (2020). New Normal Dalam Kebangsaan. Edukais: Jurnal


Sudut Pandang Pemikiran Moderasi Pemikiran Keislaman, 4(1), 1-10.
Beragama Dan Kebangsaan. Sugiono. (2017). Metode Penelitan
Fahri, M., & Zainuri, A. (2019). Moderasi Kuantitatif, kualitatif dan R&D. In
Beragama di Indonesia. Intizar. Bandung: Alfabeta.
Hanafi, M. M. (2016). Konsep al- Zamimah, I. (2018). Moderatisme Islam
Wasathiyyah dalam Dalam Konteks
Islam. Harmoni, 8(32), 36-52. Keindonesiaan. Jurnal Al-
HERIANTO, H. (2020). Pengaruh Fanar, 1(1), 75-90.
Kesehatan Mental, Keaktifan
Berorganisasi Dan Prestasi
Akademikterhadap Tingkat
Pemahaman Moderasi Beragama.
James M. Henslin, Social Problems,
Prentice Hall, Edisi II, (New Jersey:
Englewood Cliffs, 1990), hlm. 154.
Kemenag RI. (2019). Moderasi Beragama.
Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat
Kementrian Agama.
M. Zaki Mubarok & Ahmad Fauzi Abdul
Hamid.https://www.benarnews.org/e
nglish/news/malaysian/conservative-
group-03202020181010.html, di
akses pada 29 Mei 2020, Pukul 14.16
WIB.
Moleong, L. J. (2017). Metodologi
Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
In PT. Remaja Rosda Karya.
Muqoyyidin, A. W. (2013). Membangun
kesadaran inklusifmultikultural untuk
deradikalisasi pendidikan
Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 2(1),
131-151.
Roy, O. (2005). Genealogi Islam Radikal.
Yogyakarta: Genta Press. Roy, O.
(2005). Genealogi Islam Radikal.
Yogyakarta: Genta Press.
Sahetapy, J. E. (1981). Kausa kejahatan
dan beberapa analisa kniminologik.
Penerbit Alumni. hlm. 10.
Samsudi, W. (2020). Menakar
Moderatisme antar Umat Beragama
di Desa Wisata

Moderasi Beragama Di Kalangan Muda; (Studi Kasus Pemahaman WAHYONO, AYUB AL


Moderasi Beragama Dikalangan Mahasiswa Pada Perguruan Tinggi Di ANSORI, EGI
Cirebon) GUNAWAN

You might also like