Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 15

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADA PUTUSAN

NOMOR: 214/G/2022/PTUN.PLG TERHADAP SENGKETA PENGURUS KONI


KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Novia Febriani1, Sri Suatmiati², Helwan Kasra³, Abdul Latif Mahfuz4


Email: Noviaviafeb@gmail.com, Ibunda.srisuatmiati@gmail.com, helwankasra@ymail.com,
mahfuz.abdul83@gmail.com

Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang

Abstract: National development through the development of sports in this reform era has become a
strategic vehicle, especially improving the quality of human resources, as well as the formation of
national character and character (nation and character building). One concrete form of national
sports development in the reform era is the passing of the Sports System Law which was previously
No. 3 of 2005 concerning the National Sports System. The method used in this research is descriptive
normative legal research. The study is an analysis of the decision of the State Administrative Court in
Decision Number: 214/G/2022/PTUN.PLG regarding the KONI Management Dispute in Musi
Banyuasin Regency. The result is that the judge's basis for consideration in decision number:
214/G/2022/PTUN.PLG is that the a quo dispute is a sports dispute, where sports disputes are
regulated in Law Number 11 of 2022 concerning Sports as contained in Article 102 and in the
Articles of Association and KONI's 2020 Bylaws, especially Article 41 paragraph (1) to paragraph
(4) and the Panel of Judges is of the view that the above regulations are special regulations for
resolving sports disputes so that the Court will be guided by the provisions of these special
regulations in resolving sports disputes in accordance with the stages of resolution and statutory
regulations.
Keywords: Court Decision, Dispute, Koni, Musi Banyuasin Regency
Abstrak: Pembangunan nasional melalui pengembangan olahraga pada era reformasi ini menjadi
wahana yang strategis, khususnya peningkatan kualitas SDM, serta pembentukan watak dan karakter
bangsa (nation and character building). Salah satu bentuk nyata perkembangan olahraga secara
nasional diera reformasi adalah telah disahkannya Undang-Undang Sistem Keolahragaan yang
sebelumnya No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian hukum Normatif yang bersifat deskriptif. Yang menjadi kajian adalah
Analisis Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Pada Putusan Nomor: 214/G/2022/PTUN.PLG
Terhadap Sengketa Pengurus KONI Kabupaten Musi Banyuasin. Hasilnya dasar pertimbangan hakim
dalam putusan nomor : 214/G/2022/PTUN.PLG bahwa permasalahan sengketa a quo merupakan
sengketa keolahragaan, dimana sengketa keolahragaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2022 tentang Keolahragaan yang termuat dalam Pasal 102 dan dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga KONI Tahun 2020 Khususnya Pasal 41 ayat (1) s.d. ayat (4) dan Majelis
hakim berpandangan bahwa peraturan-peraturan di atas merupakan peraturan khusus penyelesaian
sengketa keolahragaan sehingga Pengadilan akan berpedoman kepada ketentuan peraturan khusus
tersebut dalam penyelesaian sengketa keolahragaan sesuai tahapan-tahapan penyelesaiannya dan
peraturan perundang-undangan

Kata Kunci : Putusan Pengadilan, Sengketa, Koni Kabupaten Musi Banyuasin

A. Pendahuluan
Pembangunan nasional melalui pengembangan olahraga pada era reformasi ini
menjadi wahana yang strategis, khususnya peningkatan kualitas SDM, serta pembentukan
watak dan karakter bangsa (nation and character building). Salah satu bentuk nyata
perkembangan olahraga secara nasional diera reformasi adalah telah disahkannya Undang-
Undang Sistem Keolahragaan yang sebelumnya No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional. Penetapan hukum olahraga nasional ini membawa angin segar
sekaligus arah pembangunan olahraga yang jelas, terstruktur, terkoordinasi dan mendapatkan
kepastian hukum secara nasional. Penetapan hukum olahraga nasional disamping
memberikan peluang atau prospek, juga memberikan tantangan yang tidak ringan dalam
pembangunan olahraga secara nasional.
Persoalan olahraga telah berkembang begitu kompleks, sarat nuansa, dan jika tidak
terkelola secara sistematik dapat mengarah ke sisi yang berlawanan dari tujuan utamanya.
Olaragapun sangat identik dengan budaya disiplin, konsistensi, kompetisi, persahabatan,
kesatuan dan persatuan. Olahraga akan membentuk karakter suatu bangsa jika olahraga
dimaknai dan dihayati secara benar dan baik. Pada sisi lain olahraga merupakan wahana
pembelajaran yang efektif untuk pendidikan karakter yang dapat menjadikan setiap individu
untuk membangun dan menumbuhkan karakter positif.
Maka penyelenggaraan keolahragaan difungsikan untuk mengembangkan kemampuan
jasmani, rohani, sosial dan membentuk kesehatan keluarga dengan mernperhatikan atau
melakukan aktivitas fisik, Latihan fisik dan olahraga, serta membentuk watak dan
kepribadian yang bermartabat.1 Penyelenggaraan keolahragaan menjadi bagian strategis
dalam upaya perwujudan Visi dan Misi pembangunan daerah. Artinya, pembangunan dan
penyelenggaraan keolahragaan memiliki peran yang sama pentingnya dengan pembangunan
bidang lain seperti pendidikan, kesehatan, perekonomian dan lain-lain. Oleh karena itu,
penyelenggaraan keolahragaan perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari Pemerintah
maupun Pemerintah Daerah.
Keberhasilan atau kemajuan prestasi olahraga bagi negara atau daerah dapat
meningkatkan identitas nasional dan kebanggaan masyarakat terhadap negara. Ketika atlet
negara berhasil mencapai hasil yang gemilang di tingkat internasional, hal ini dapat
meningkatkan kepercayaan diri nasional dan membantu membangun citra positif tentang
negara tersebut di mata dunia. Selain itu, olahraga adalah platform diplomasi yang efektif.
Prestasi olahraga yang baik dapat memperkuat hubungan internasional dan mempromosikan
dialog antara negara-negara. Melalui kompetisi olahraga, negara dapat menjalin hubungan
yang lebih baik dengan negara-negara lain, mengurangi ketegangan politik, dan mempererat
ikatan di antara mereka disamping dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi
negara tersebut. Hal ini dapat berdampak positif pada perekonomian dan membantu
memperkenalkan budaya dan daya tarik Negara atau daerah kepada dunia.2
Mengingat dampak positif tersebut pemerintah memainkan peran penting untuk
mendorong kemajuan atau keberhasilan prestasi olahraga baik di tingkat daerah hingga
nasional. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengatur dan mengeluarkan regulasi
terkait olahraga di negara tersebut. Hal ini mencakup pembentukan hukum, kebijakan, dan
peraturan yang berlaku untuk organisasi olahraga, termasuk KONI.

1
Penyelenggaraan Keolahragaan. https://Jdih. Sukabumi Kota. Go.Id/ Uploads / Pdf/ Naskah Akademik
Raperda Kota Sukabumi Tentang Penyelenggaraan Keolahragaan Okt_2015.Pdf. Diakases Tanggal 31 Juli
2023 Pukul 15.14 WIB
2
Jerry Indrawan Muhammad Prakoso Aji, Olahraga Sebagai Sarana Pemersatu Bangsa Dan Upaya
Perdamaian Dunia, Yuridika Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasiona Veteran
Indonesia, Vol. 10. No. 20, Tahun 2018, hlm. 73.
Peran pemerintah dalam organisasi keolahragaan berbeda di setiap negara, tergantung
pada sistem pemerintahan, struktur organisasi olahraga, dan kebijakan olahraga nasional.
Namun, secara umum, pemerintah berupaya untuk mendukung pengembangan olahraga,
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi prestasi olahraga daerah dan nasional, dan
memastikan tata kelola yang baik dalam organisasi olahraga seperti KONI.
Berdasarkan Pasal 1 angka (24) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang
Sistem Keolahragaan Nasional disebutkan, “Organisasi olahraga adalah sekumpulan orang
yang menjalin kerja sama dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraan olahraga
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” lebih lanjut pada pasal 1 angka
(25) menyebutkan, “Induk organisasi cabang olahraga adalah organisasi olahraga yang
membina, mengembangkan, dan mengoordinasikan satu cabang/jenis olahraga atau gabungan
organisasi cabang olahraga dari satu jenis olahraga yang merupakan anggota federasi cabang
olahraga internasional yang bersangkutan.”
Mengingat peranan negara semakin besar dan luas memasuki hampir seluruh aspek
kehidupan masyarakat3 serta beranekaragamnya tantangan yang dihadapi yang berkembang
dengan cepat dan menutut segera penyelesaian, maka untuk itu pemerintah memerlukan
Freies Ermessen.
Freies Ermessen adalah wewenang yang diberikan kepada pemerintah untuk mengambil
tindakan guna meyelesaikan suatu masalah penting mendesak, yang datang secara tiba-tiba
dimana belum ada peraturannya. Jadi kebijaksanaan itu diambil tanpa dilandasi oleh
peraturan umum yang memberikan kewenangan kepada administrasi negara untuk membuat
kebijaksanaan tersebut4. Banyak konflik timbul disebabkan oleh cara-cara yang dipakai para
pejabat administrasi untuk menyelenggarakan kehendak-kehendak negara tersebut yang
kadang-kadang dianggap melawan hukum atau melanggar tata kesopanan. 5 Keputusan
pemerintah yang dianggap melanggar kepentingan perorangan atau badan hukum perdata
dapat dimintakan pembatalannya kepada Pengadilan Tata Usaha Negara tentunya
berdasarkan prosedur yang berlaku yang diatur dalam perundang-undangan. Oleh karena itu,
Peradilan Tata Usaha Negara diciptakan untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah
dan warga negaranya, yakni sengketa yang timbul akibat adanya tindakan-tindakan
pemerintah yang dianggap melanggar hak warga negaranya.6
Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang
berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana telah dirubah oleh Undang- Undang Nomor. 9 Tahun
2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara diadakan untuk
menghadapi kemungkinan timbulnya perbenturan kepentingan, perselisihan, atau sengketa
antara Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dengan warga masyarakat.7
Berdasarkan pengertian Sengketa Tata Usaha Negara terebut diatas, maka dapat
diketahui bahwa sebab dan timbulnya sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat dari
dikeluarkannya suatu Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN). Pengertian Keputusan Tata

3
Dr. Sri Suatmiati Dan Rapen Anstori, Peran Asisten Desa Dalam Memanfaatkan Pedoman Alokasi
Dana Desa Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Untuk Mewujudkan Pemerdayaan Masyarakat,
Yuridika Jural Hukum Rusia Program Studi Magister Hukum Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Palembang, Jidil 11, No. 5 Tahun 2023, hlm. 881.
4
S.F. Marbun, Peradilan Adaministrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta,1997, hlm. 12.
5
Victor Situmorang dan Soedibyo, Pokok-Pokok Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), Bina
Aksara, Jakarta,1987, hlm. 17.
6
Yuslim, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 19.
7
A. Siti Soetamin, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009,
hlm. 15.
Usaha Negara diatur dalam pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 yakni dari
segi penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan
hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
bersifat kongkret, individual, final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata. Sengketa kepengurusan tanpa kecuali didalam sebuah organisasi dapat
timbul dari tindakan-tindakan pemerintah dalam mengeluarkan suatu keputusan atau
kebijakan yang memberikan dampak merugikan. Pemerintah dalam mengeluarkan hal
tersebut mestinya mempunyai pertimbangan yang kuat jika keputusan atau kebijakan yang
berdampak langsung kepada warga negara sehingga dapat menghindari sengketa yang
kemungkinan akan timbul.
Menurut ketentuan yang terdapat dalam pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu Keputusan Tata usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis ke pengadilan yang
berwenang dengan tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara tersebut yang disengketakan
dinyatakan batal atau tidak sah. Menurut ketentuan pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2004, pengadilan yang berwenang maksudnya adalah pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan tergugat.
Pengelolaan olahraga pada tingkat provinsi di Sumatera Selatan dilakukan oleh
pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan dibantu oleh Komite Olahraga Provinsi
Sumatera Selatan, (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional), Pasal 37
ayat (1) yang menyebutkan: “pengelolaan olahraga pada tingkat provinsi dilakukan oleh
pemerintah provinsi dengan dibantu oleh komite olahraga provinsi”.
Adapun sumber pendanaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi
Sumatera Selatan berasal dari APBN dan APBD (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 ayat
(1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Pendanaan Keolahragaan).
Pasal 5 ayat (1): “Sumber pendanaan keolahragaan dari Pemerintah berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara”. Pasal 5 ayat (2): “Sumber pendanaan keolahragaan dari
pemerintah daerah berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah”
Selanjutnya, seperti halnya di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) ditingkat
provinsi, berdasarkan lampiran objek gugatan sumber pendanaan Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) Kabupaten Musi Banyuasin juga berasal dari APBN dan APBD, dimana
sebagai dewan penyantun adalah:
a. Sekretaris Daerah Kabupaten Musi Banyuasin;
b. Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Musi Banyuasin;
c. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD)
Kabupaten Musi Banyuasin;
d. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin;
e. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Musi Banyuasin;
f. Kepala Bank Sumsel Babel Cabang Sekayu;
g. Kepala Bank BRI Cabang Sekayu;
h. Kepala Bank Mandri Cabang Sekayu;
i. Kepala Bank BCA Cabang Sekayu;
j. Pimpinan Perusahaan BUMN/BUMD maupun swasta di Kabupaten Musi
Banyuasin;
Objek gugatan merupakan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
sehinga Pengadilan Tata Usaha Palembang bertugas dan memutus dan menyelesaikan
gugatan ditingkat pertama (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 47 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang
berbunyi: “Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara.”
Selain itu, gugatan Penggugat atas Surat Keputusan Ketua Umum KONI Provinsi
Sumatera Selatan Nomor: 189 Tahun 2022 Tentang Pengukuhan Susunan Personalia Dewan
Pelindung, Dewan Penyantun, Dewan Kehormatan, Dan Pengurus KONI Kabupaten Musi
Banyuasin Masa Bakti 2022-2026 tanggal 20 Mei 2022, menurut pandangan KONI Provinsi
Sumatera Selatan bukanlah kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara karena keputusan
yang dikeluarkan oleh KONI bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana
disebutkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional:
Pasal 36 ayat (3) “Induk organisasi cabang olahraga dan komite olahraga nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri”.
Pasal 88 ayat (1) “Penyelesaian sengketa keolahragaan diupayakan melalui
musyawarah dan mufakat yang dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga. Ayat (2)
“Dalam hal musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai,
penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Berdasarkan penjelasan diatas di rumuskan
permasalahan “Bagaimanakah Analisis Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Pada Putusan
Nomor: 214/G/2022/PTUN.PLG Terhadap Sengketa Pengurus KONI Kabupaten Musi
Banyuasin”.

B. Metedologi Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-
undangan mengutamakan bahan-bahan hukum berupa peraturan perundang-udangan sebagai
bahan acuan dalam melakukan penelitian, dan menggunakan metode pendekatan kasus
mengutamakan semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan
permasalahan Ilmu hukum sebagai ilmu yang bersifat preskriptif (nilai) dan terapan dalam
ilmu memiliki karakteristik yang sui generis dan tidak dapat diintegrasikan pada ilmu-ilmu
sosial.8 Dengan Teknik pengumpulan Data dilakukan melalui metode bola salju (snow ball
method) dan prosedur identifikasi serta inventarisasi bahan-bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder dengan menggunakan sistem kartu (card system) yang terbagi dalam tiga
kartu yaitu kartu abstrak, kartu kutipan, dan kartu analisis. Terhadap bahan-bahan hukum
yang terkumpul dilakukan klasifikasi secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian. Klasifikasi dimaksudkan untuk melakukan pemilahan bahan hukum sedasar
dengan tema-tema analisis yang relevan.

C. Pembahasan dan Analisa

Analisis Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Pada Putusan Nomor:


214/G/2022/PTUN.PLG Terhadap Sengketa Pengurus KONI Kabupaten Musi
Banyuasin.

8
Peter Mahmud Marzuki (I), Karakteristik Ilmu Hukum, Yuridika. Jurnal Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Airlangga Surabaya, Vol 23, No. 2. Mei – Agustus Tahun 2008, hlm. 331.
Negara hukum modem dicirikan antara lain dengan adanya perlindungan hukum terhadap
hak asasi manusia termasuk perlindungan hukum terhadap warga negara dari tindakan
sewenang-wenang penguasa.9 Dalam kehidupan berbangsa dan bemegara, selalu terjadi
interaksi hubungan antara pejabat negara dan masyarakat. Hubungan interaksi tersebut
kebanyakan biasanya terjadi karena adanya tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan yang
dilakukan oleh Pejabat negara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hubungan antara pejabat administrasi negara sebagai pelaksana urusan pemerintahan dan
pembangunan dengan masyarakat, sering terjadi benturan kepentingan yang melibatkan
kedua pihak. Benturan kepentingan ini biasanya diakibatkan oleh adanya keputusan pejabat
negara.
Berdasarkan prinsip negara hukum, keputusan pejabat negara yang merugikan
kepentingan masyarakat, dapat dilakukan gugatan terhadap keputusan yang dikeluarkan oleh
pejabat negara.10 Tindakan Badan/pejabat Tata Usaha Negara tidak selamanya sesuai dengan
keinginan masyarakat, walaupun tindakan tersebut dilakukan untuk menjalankan urusan
pemerintahan. Tindakan suatu Badan/Pejabat Tata Usaha Negara seringkali bertentangan atau
merugikan kepentingan masyarakat. Pertentangan antara keputusan Pejabat Tata Usaha
negara dengan kepentingan masyarakat secara individu seringkali terjadi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Tindakan hukum Badan/Pejabat Tata Usaha Negara dituangkan dalam bentuk Keputusan
tertulis, dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan. Disatu sisi, keputusan tersebut
diarnbil atas dasar kewenangan yang diberikan, narnun disisi lain, pelaksanaan keputusan
tidak boleh mengurangi hak-hak warga negara.11
Pada bab ini, difokuskan pada dua hal, pertama, Pertimbangan Hukum Hakim Dalam
Putusan PTUN Nomor: 214/G/2022/PTUN.PLG Dalam Perkara Surat Keputusan Ketua
Umum KONI Provinsi Sumatera Selatan Nomor: 189 Tahun 2022 Tentang Pengukuhan
Susunan Personalia Dewan Pelindung, Dewan Penyantun, Dewan Kehormatan Dan Pengurus
KONI Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bakti 2022-2026, Tanggal 20 Mei 2022. Kedua,
Implikasi Hukum atas Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor:
214/G/2022/PTUN.PLG.
a. Objek Gugatan
- Bahwa yang menjadi objek gugatan dalam perkara a quo adalah Surat Keputusan
Ketua Umum KONI Provinsi Sumatera Selatan Nomor: 189 Tahun 2022 Tentang
Pengukuhan Susunan Personalia Dewan Pelindung, Dewan Penyantun, Dewan
Kehormatan dan Pengurus KONI Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bakti 2022-2026,
tanggal 20 Mei 2022;
- Bahwa sesuai dengan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor:
51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang dimaksud dengan Keputusan Tata
Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,
individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata.

9
Eko Hidayat, Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Islam, Yuridika Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,Vol. 8, No.2. Tahun 2016, hlm. 80.
10
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonorni Daerah, Jakarta, Grasindo Cet 11,
2007, hlm. 340.
11
Ibid, hlm. 341.
1. Penetapan tertulis
Objek gugatan tersebut merupakan peraturan tertulis yang memuat norma hukum
yang mengikat secara individual dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara/pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Penetapan tertulis cukup hanya dengan tertulis di atas kertas.
Hal ini dikarenakan Penetapan tertulis hanya dimaksud untuk pembuktian nantinya;
2. Berisi tindakan hukum
Objek gugatan tersebut berisikan tindakan hukum tata usaha Negara yaitu administrasi
negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan di
daerah;
3. Bersifat konkrit
Konkret, karena KTUN objek gugatan tersebut nyata-nyata dibuat oleh Tergugat,
tidak abstrak tetapi berwujud tertentu dan dapat ditentukan apa yang harus dilakukan
yaitu Surat Keputusan Ketua Umum KONI Provinsi Sumatera Selatan Nomor: 189
Tahun 2022 Tentang Pengukuhan Susunan Personalia Dewan Pelindung, Dewan
Penyantun, Dewan Kehormatan dan Pengurus KONI Kabupaten Musi Banyuasin
Masa Bakti 2022-2026, diterbitkan pada tanggal 20 Mei 2022. Dengan demikian
objek gugatan yang diterbitkan oleh Tergugat bersifat konkrit;
4. Individual
Objek gugatan tidak ditujukan untuk umum, tetapi Individual. Surat Keputusan Ketua
Umum KONI Provinsi Sumatera Selatan Nomor: 189 Tahun 2022 Tentang
Pengukuhan Susunan Personalia Dewan Pelindung, Dewan Penyantun, Dewan
Kehormatan dan Pengurus KONI Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bakti 2022-2026,
diterbitkan pada tanggal 20 Mei 2022, dengan jelas menyatakan bahwa Saudara
Marjoni Khalik, S.E., sebagai Ketua Umum sehingga objek gugatan bersifat
individual;
5. Final
Objek gugatan tersebut tidak lagi memerlukan persetujuan dari instansi tertentu baik
bersifat horizontal maupun vertikal dan sudah definitif serta;
6. Menimbulkan akibat hukum
Objek gugatan menimbulkan suatu akibat hukum dimana berdasarkan KTUN objek
gugatan sudah dapat melakukan perbuatan hukum yang berkaitan dengan Pengurus
KONI Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bakti 2022-2026 (yang dapat menimbulkan
hak dan kewajiban pada orang lain);
b. Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara

1. Bahwa pengelolaan olahraga pada tingkat provinsi di Sumatera Selatan dilakukan oleh
pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan dibantu oleh Komite Olahraga Provinsi
Sumatera Selatan, (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional);
- Pasal 37 ayat (1): “pengelolaan olahraga pada tingkat provinsi dilakukan oleh
pemerintah provinsi dengan dibantu oleh komite olahraga provinsi”;
2. Bahwa sumber pendanaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi
Sumatera Selatan berasal dari APBN dan APBD (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal
5 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Pendanaan
Keolahragaan);
- Pasal 5 ayat (1): “Sumber pendanaan keolahragaan dari Pemerintah berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara”;
- Pasal 5 ayat (2): “Sumber pendanaan keolahragaan dari pemerintah daerah berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah”;
3. Bahwa berdasarkan lampiran objek gugatan a quo sumber pendanaan Komite
Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Musi Banyuasin berasal dari APBN
dan APBD, dimana sebagai dewan penyantun adalah:
1) Sekretaris Daerah Kabupaten Musi Banyuasin;
2) Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Musi Banyuasin;
3) Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD)
Kabupaten Musi Banyuasin;
4) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin;
5) Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Musi Banyuasin;
6) Kepala Bank Sumsel Babel Cabang Sekayu;
7) Kepala Bank BRI Cabang Sekayu;
8) Kepala Bank Mandri Cabang Sekayu;
9) Kepala Bank BCA Cabang Sekayu;
10) Pimpinan Perusahaan BUMN/BUMD maupun swasta di Kabupaten Musi
Banyuasin;
4. Bahwa objek gugatan a quo merupakan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara sehinga Pengadilan Tata Usaha Palembang bertugas dan memutus dan
menyelesaikan gugatan a quo ditingkat pertama (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal
47, 50, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara), yang berbunyi:
- Pasal 47: “Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara”;
- Pasal 50: “Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama”;
5. Bahwa Tergugat berdomisili hukum di Jalan Jendral Sudirman, Nomor 1048,
Telp/Fax (0711) 356358 – 310313 Palembang, maka gugatan a quo diajukan kepada
Pengadilan Tata Usaha Palembang (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 54 ayat (1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara), yang berbunyi:
- Pasal 54 ayat (1): “Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan
yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat”;
6. Bahwa Penggugat telah melakukan upaya administratif, akan tetapi Tergugat tidak
menanggapi upaya, administratif dari Penggugat sehingga Penggugat mengajukan
gugatan a quo di Pengadilan Tata Usaha Palembang berwenang (sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pemerintahan setelah menempuh Upaya Administratif), yang berbunyi:
- Pasal 2 ayat (1): “Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa administrasi pemerintahan setelah menempuh upaya
administratif”;
7. Bahwa perbuatan melawan hukum oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan
(Onrechtmatige Overheidsdaad) merupakan tindakan pemerintahan sehingga
menjadi kewenangan peradilan tata usaha Negara;
8. Berdasarkan uraian tersebut diatas objek gugatan a quo berupa merupakan
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang untuk memeriksa, memutus
dan menyelesaikan perkara a quo;
c. Tenggang Waktu Gugatan
1. Bahwa objek gugatan diterbitkan Tergugat tanggal 20 Mei 2022;
2. Bahwa objek gugatan tersebut diterima/diketahui Penggugat pada tanggal 20 Mei
2022 (sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa
Administrasi Pemerintahan setelah menempuh Upaya Administratif; Pasal 5 ayat (2):
“Pihak ketiga yang tidak dituju oleh keputusan hasil tindak lanjut upaya administratif
tenggang waktu pengajuan gugatan di pengadilan dihitung sejak yang bersangkutan
pertama kali mengetahui keputusan tata usaha negara yang merugikan
kepentingannya”; Bahwa gugatan a quo diajukan tanggal 13 Juni 2022;
3. Bahwa oleh karenanya gugatan a quo diajukan masih dalam tenggang waktu sesuai
dengan Pasal 55 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara Jo Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa
Administrasi Pemerintahan setelah menempuh Upaya Administratif; Pasal 55:
“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari
terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara”; Pasal 5 ayat (1): “Tenggang waktu pengajuan gugatan di
Pengadilan dihitung 90 (sembilan puluh) hari sejak keputusan atas upaya
administratif diterima oleh warga masyarakat atau diumumkan oleh Badan dan/atau
Pejabat Administrasi pemerintahan yang menangani penyelesaian upaya
administratif”.
d. Upaya Administrasi

1. Bahwa atas terbitnya objek gugatan tersebut Penggugat telah telah mengajukan
upaya administratif kepada Ketua Umum KONI Provinsi Sumatera Selatan,
melalui surat Penggugat tanggal 21 Mei 2022, dan diterima oleh Tergugat
tertanggal 28 Mei 2022;
2. Bahwa Penggugat dirugikan atas terbitnya objek gugatan tersebut sehingga
melakukan upaya administratif berupa keberatan (sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 75 ayat (1) dan (2) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor: 30 Tahun
2014 Tentang Administrasi Pemerintahan), yang berbunyi: Pasal 75 ayat (1):
“Warga masyarakat yang dirugikan terhadap Keputusan dan/atau Tindakan dapat
mengajukan Upaya Administratif kepada Pejabat Pemerintahan atau Atasan
Pejabat yang menetapkan dan/atau Tindakan”; Pasal 75 ayat (2): “Upaya
Administratif sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) terdiri atas: a. keberatan; dan
b. banding”;
3. Bahwa upaya administratif yang Penggugat sampaikan adalah setelah 1 (satu) hari
gugatan a quo diterbitkan (sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 77 ayat (1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintahan), yang berbunyi: Pasal 77 ayat (1): “Keputusan dapat
diajukan keberatan dalam waktu paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak
diumumkannya Keputusan tersebut oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan”;
4. Bahwa sampai dengan gugatan ini didaftarkan di Pengadilan Tata Usaha Negara
Palembang, Tergugat tidak menanggapi upaya administratif dari Penggugat
(sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 77 ayat (4) Undang- Undang Republik Indonesia
Nomor: 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan), yang berbunyi: Pasal 77
ayat (4): “Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan menyelesaikan keberatan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja”;
5. Bahwa upaya administratif yang diajukan oleh Penggugat merupakan proses
penyelesaian sengketa sebagai akibat dari diterbitkannya gugatan a quo (sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pemerintahan setelah menempuh Upaya Administratif), yang berbunyi : Pasal 1 angka 7:
“Upaya Administratif adalah proses penyelesaian sengketa yang dilakukan dalam
lingkungan administratif pemerintahan sebagai akibat dikeluarkan keputusan dan/atau
tindakan yang merugikan”.

e. Kepentingan Penggugat yang Dirugikan


1. Bahwa sebagaimana ketentuan dalam Pasal 53 ayat (1) Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang
menyatakan bahwa: “Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat
mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar
Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi”;
2. Bahwa sebagaimana ketentuan dalam Pasal 53 ayat (1) Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
menyatakan bahwa: “Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis
kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi”;
3. Bahwa sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1 angka (5) dan (6) Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia (PERMA) Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Pedoman
Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintah dan Kewenangan Mengadili Perbuatan
Melanggar Hukum Oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad); Pasal 1 angka 5: “Warga masyarakat adalah seseorang atau badan
hukum perdata yang terkait dengan tindakan pemerintahan”; Pasal 1 angka 6:
“Penggugat adalah warga masyarakat yang kepentingannya dirugikan sebagai akibat
dilakukannya tindakan pemerintahan”;
4. Bahwa sebagaimana ketentuan dalam Pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan “Setiap orang,
tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun
administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak,
sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang obyektif oleh hakim
yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar”;
5. Bahwa Penggugat adalah seseorang yang dirugikan/memiliki kepentingan langsung
atas terbitnya objek gugatan, dengan alasan- alasan sebagai berikut:
6. Bahwa Penggugat adalah selaku Ketua Umum KONI Kabupaten Musi Banyuasin,
berdasarkan Surat Keputusan KONI Provinsi Sumatera Selatan Nomor: 22 Tahun
2018 Tentang Pengukuhan Pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bakti 2018-2022, tanggal 9 Pebruari 2018;
7. Bahwa Penggugat adalah masih sebagai Ketua Umum KONI Kabupaten Musi
Banyuasin selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal 09 Pebruari 2022 s.d tanggal
09 Agustus 2022, berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum KONI Provinsi
Sumatera Selatan Nomor: 59 Tahun 2022, Tentang Perpanjangan Masa Bakti
Kepengurusan Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bakti 2018-2022, tanggal 9 Pebruari
2022;
8. Bahwa sebagai bagian dari perjuangannya, Penggugat sebagai Ketua Umum dalam
menjalankan amanat yang telah diberikan kepadanya, telah sesuai dengan AD/ART;
9. Bahwa Pengertian kepentingan dalam kaitannya dengan hukum acara TUN
sebagaimana pendapat Indroharto, SH dalam bukunya “Usaha Memahami Undang-
Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,” Buku II Beracara di Peradilan Tata
Usaha Negara, Pustaka Sinar Harapan, cetakan ke-7, Jakarta, 2000, hal. 37–40,
mengandung dua arti yang pada pokoknya:
- Menunjuk kepada nilai yang harus dilindungi oleh hukum.
Adanya kepentingan seperti itu merupakan syarat minimal untuk dapat dijadikan alasan
pengajuan suatu gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Yang dimaksud dengan
kepentingan disini adalah suatu nilai, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang
merugikan yang ditimbulkan atau yang menurut nalar dapat diharapkan akan timbul oleh
keluarnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara atau suatu Keputusan penolakan Tata Usaha
Negara.
f. Posita/Alasan Gugatan
Bahwa alasan-alasan Penggugat mengajukan gugatan adalah sebagai berikut:
1. Gugatan a quo tersebut bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku:
a) Bahwa dalam p erspektif teori perundang-undangan, pelimpahan kekuasaan atau
kewenangan dari pembentuk undang-undang kepada lembaga lain untuk mengatur
lebih lanjut suatu materi muatan undang-undang tertentu disebut dengan delegasi
(delegation of the rule making power);
b) Bahwa salah satu alasan pembentukan AD/ART KONI 2020 karena hal tersebut
merupakan perintah dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional. Ada banyak materi muatan dalam Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang aturan terperincinya
didelegasikan untuk diatur lebih lanjut dalam AD/ART;
c) Bahwa oleh karena fungsi dari AD/ART KONI 2020 adalah menerjemahkan
dan mengelaborasi lebih detail ketentuan-ketentuan yang ada dalam undang-undang
(Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional),
sudah selayaknya untuk memperlakukan dan memposisikan AD/ART sebagai bagian
dari peraturan perundang-undangan dibidang keolahragaan dalam arti luas (peraturan
hukum yang ditetapkan oleh pemerintah/external rules dan peraturan yang dibuat oleh
organisasi itu sendiri/internal rules);
d) Bahwa Surat Keputusan Ketua Umum KONI Provinsi Sumatera Selatan Nomor:
189 Tahun 2022 Tentang Pengukuhan Susunan Personalia Dewan Pelindung, Dewan
Penyantun, Dewan Kehormatan dan Pengurus KONI Kabupaten Musi Banyuasin
Masa Bakti 2022- 2026, yang diterbitkan pada tanggal 20 Mei 2022, dalam
pertimbangan/konsideran mengingat merujuk/didasarkan kepada Surat Keputusan
Ketua Umum KONI Provinsi Sumatera Selatan Nomor: 43 Tahun 2022 Tentang
Penunjukkan Saudara Ir. Suparman Romans sebagai Pejabat Sementara (Caretaker)
KONI Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bakti 2018-2022 pada poin (c) yang
menyatakan bahwa berdasarkan Anggaran Rumah Tangga KONI Tahun 2020 Pasal
32 Ayat (10) “KONI dapat mengambil alih sementara kepengurusan anggota jika
terjadi konflik kepengurusan yang mengakibatkan terganggunya roda organisasi”,
secara fakta tidaklah terjadi konflik kepengurusan yang mengakibatkan terganggunya
roda organisasi sebagaimana yang dinyatakan, melainkan merupakan sebagai alasan
pembenar untuk menerbitkan SK Nomor: 43 Tahun 2022 tersebut;
e) Bahwa berdasarkan Bagian Ketiga Belas, Pejabat Sementara (Caretaker) Pasal 30
huruf (b) Anggaran Rumah Tangga KONI Tahun 2020, penunjukan Pejabat
Sementara (Caretaker) apabila karena satu dan lain hal tidak dapat terselenggaranya
Musyawarah Olahraga;
f) Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Ketua Umum KONI Provinsi Sumatera Selatan
Nomor: 22 Tahun 2018, tanggal 09 Februari 2018 Tentang Pengukuhan Pengurus
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bakti
2018-2022, maka sebelum habis masa jabatan terhitung 09 Pebruari 2022 maka
Penggugat telah melaksanakan tugasnya sebagai Ketua Umum KONI Kabupaten
Musi Banyuasin untuk melaksanakan Musorkab KONI Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2022 dengan dibentuknya Panitia Rakerkab dengan Nomor :
028/PP-RAKER/IV/2022, tanggal 28 April 2022;
g) Bahwa untuk terlaksananya Musorkab tersebut sehubungan akan berakhirnya masa
jabatan Penggugat sebagai Ketua Umum KONI Kabupaten Musi Banyuasin Masa
Bakti 2018-2022 terhitung 09 Februari 2022 maka Ketua Umum KONI Propinsi
Selatan mengeluarkan/menerbitkan Surat Keputusan Ketua Umum KONI Propinsi
Selatan Nomor 59 Tahun 2022, Tentang Perpanjangan Masa Bakti Kepengurusan
Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA) Masa Bakti 2018-2022 tanggal 9 Februari 2022.
Perpanjangan Masa Bakti Kepengurusan KONI Kabupaten Musi Banyuasin selama 6
(enam) bulan terhitung sejak tanggal 09 Pebruari 2022 s.d tanggal 09 Agustus 2022;
h) Bahwa belum terlaksananya Musorkab KONI Kabupaten Musi Banyuasin Tahun
2022 bukanlah merupakan didasarkan pada terjadi konflik kepengurusan yang
mengakibatkan terganggunya roda organisasi sehingga Ketua Umum Komite
Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Sumatera Selatan menerbitkan SK
Caretaker tersebut, melainkan adalah didasarkan pada keterbatasan anggaran/dana
untuk dapat terlaksananya Musorkab tersebut;
i) Bahwa berdasarkan Bab V Musyawarah dan Rapat, Bagian Kesatu Musyawarah Pasal
37 angka (5) huruf (b) Anggaran Rumah Tangga KONI Tahun 2020 tentang Tempat
dan Pemberitahuan
1) Pemberitahuan tentang pelaksanaan Rakerkab dilakukan secara tertulis dan
dikirimkan ke anggota yang berhak untuk mengikuti Rakerkab KONI Kabupaten,
sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari kalender sebelum Rakerkab itu
diselenggarakan,
2) Bahan-bahan tertulis yang akan dibahas, dan diputuskan di dalam Rakerkab KONI
wajib dikirimkan kepada setiap dan seluruh peserta Rakerkab KONI yang berhak
sebagaimana dimaksud Pasal 37 (5) butir (b) point (i), sekurang-kurangnya 7 hari
kalender sebelum
3) Rakerkab KONI diselenggarakan.
j) Bahwa Saudara Ir. Suparman Romans sebagai Pejabat Sementara (Caretaker) KONI
MUBA Masa Bakti 2018-2022 menerbitkan Surat Undangan Rakerkab KONI
Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2022 Nomor: 03/PANPEL/KONI-MUBA/V/2022,
tanggal 6 Mei 2022. Pelaksanaan Rakerkab KONI Kabupaten Musi Banyuasin Tahun
2022 tersebut pada hari senin, tanggal 09 Mei 2022, waktu: 08.30 s.d selesai, tempat
Wisma Atlet, Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin;
k) Bahwa pelaksanaan Rakerkab KONI Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2022 pada
hari senin, tanggal 09 Mei 2022, waktu: 08.30 s.d selesai, tempat Wisma Atlet,
Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, tidak dapat dibenarkan dan dinyatakan batal
secara hukum karena telah melanggar/bertentangan dengan Pasal 37 (5) butir (b) point
(i) dan (ii) Anggaran Rumah Tangga KONI Tahun 2020 karena Penggugat selain
tidak menerima undangan Rakerkab tersebut juga bahan-bahan tertulis yang akan
dibahas dan diputuskan di dalam Rakerkab;
l) Bahwa berdasarkan Bab V Musyawarah dan Rapat, Bagian Kesatu Musyawarah Pasal
35 angka (3) huruf (b) Anggaran Rumah Tangga KONI Tahun 2020 Tentang Tempat
dan Pemberitahuan: Pemberitahuan tentang pelaksanaan Musorkab dilakukan secara
tertulis dan dikirimkan ke setiap anggota yang berhak untuk mengikuti Musorkab,
sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari kalender sebelum Musorkab itu
diselenggarakan, Bahan-bahan tertulis yang akan dibahas, dan diputuskan di dalam
Musorkab wajib dikirimkan kepada setiap dan seluruh peserta Musorkab yang berhak
sebagaimana dimaksud Pasal 35 (3) butir (b) point (i), sekurang-kurangnya 7 hari
kalender sebelum Musorkab diselenggarakan.
m) Bahwa undangan Musorkab KONI Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2022
disampaikan secara lisan pada acara Rakerkab KONI Kabupaten Musi Banyuasin
Tahun 2022 hari senin, tanggal 09 Mei 2022, waktu: 08.30 s.d selesai, tempat Wisma
Atlet, Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin;
n) Bahwa pelaksanaan Musorkab KONI Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2022
pada hari selasa, tanggal 10 Mei 2022, tempat Wisma Atlet, Sekayu Kabupaten Musi
Banyuasin, tidak dapat dibenarkan dan dinyatakan batal secara hukum karena telah
melanggar/bertentangan dengan Pasal 35 (3) butir (b) point (i) dan (ii) Anggaran
Rumah Tangga KONI Tahun 2020 karena Penggugat selain tidak menerima undangan
Musorkab tersebut juga bahan-bahan tertulis yang akan dibahas dan diputuskan di
dalam Musorkab;
o) Bahwa objek gugatan dari aspek prosedur dan substansi telah bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;

D. Penutup
Dalam putusan PTUN Palembang perkara Nomor : 214/G/2022/PTUN.PLG Majelis
Hakim berpendapat pokok permasalahan dalam perkara ini adalah tuntutan dari Penggugat
untuk menyatakan batal atau tidak sahnya objek sengketa, yang setelah Pengadilan cermati
objek sengketa tersebut telah memenuhi unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara atau
Keputusan Administrasi Pemerintahan, karena merupakan penetapan tertulis berupa
Keputusan yang dikeluarkan oleh Tergugat yaitu KONI Provinsi Sumatera Selatan, yang
berisi tindakan hukum tata usaha negara berupa Pengukuhan Susunan Personalia Dewan
Pelindung, Dewan Penyantun, Dewan Kehormatan dan Pengurus KONI Kabupaten Musi
Banyuasin Masa Bakti 2022-2026, yang bersifat konkrit, indivual untuk dan atas nama-nama
Tergugat II Intervensi, serta bersifat final karena tidak lagi memerlukan persetujuan, baik
dari instansi atasan maupun instansi lain, dan telah menimbulkan akibat hukum bagi
Penggugat dan Tergugat II Intervensi, kemudian yang menjadi dasar Gugatan, alat uji serta
penilaian Pengadilan adalah ketentuan perundang-undangan dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik dalam hal kewenangan, prosedur serta substansi penerbitan objek
sengketa, sehingga Pengadilan berkesimpulan bahwa sengketa ini termasuk dalam sengketa
tata usaha Negara.

E. Saran

Berdasarkan temuan dan kesirnpulan di atas, maka penulis menyarankan sebagai


berikut:
Kepada hakim agar lebih cermat dan jeli dalam melihat sengketa yang ditangani untuk
meminimalisir proses hukum yang panjang. Apabila hakim cermat dan jeli dalam
melihat permasalahan, maka proses hukum yang efektif dan efisien dapat diterapkan dan
dirasakan adil oleh masyarakat.

Dafar Pustaka
A. Buku
A. Hamid S. A. Attamimi dalam Siswanto Sunarno, 2008, Hukum Pemerintahan Daerah Di
Indonesia, PT. Sinar Grafika, Jakarta.
A. Siti Soetamin, 2009, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, PT. Refika Aditama,
Bandung.
A.S. Natabaya, 2000, Majalah Hukum, terbitan BPHN No. 1, Jakarta.
Eny Kusdarini, 2011, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara Dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik, UNY Press, Yogyakarta.
Faisal Abdullah, 2012, Hukum Kepegawaian Indonesia, Rangka Education, Yogyakarta.
Mochtar Kusumaatmadja, 1986, Fungsi Dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan
Nasional, LPH Fakultas Hukum Unpad, Bina Cipta, Bandung.
Paulus Efendi Lotulung, 2013, Hukum Tata Usaha Negara dan Kekuasaan, Salemba
Humanika, Jakarta.
R. Wiyono, 2010, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta.
Riduan Syahrani, 2009, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Press, Yogyakarta.
Rozali Abdullah,1986, Hukum Kepegawaian, Rajawali Press, Jakarta.
S.F. Marbun,1997, Peradilan Adaministrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,
Liberty, Yogyakarta.
Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung.
Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ketujuh, Yogyakarta,
Liberty.
Victor Situmorang, dan Soedibyo, 1987, Pokok-Pokok Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN), Bina Aksara, Jakarta.
W.J.S. Purwadarminta, 2003, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Yuslim, 2015, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Grafika, Jakarta.

B. Jurnal
Dio NovandraWibawa, Perlindungan Hukum Terhadap Atlet Pelatihan Daerah Dengan
Organisasi Komite Olahraga Nasional Indonesia Terkait Kontrak Kerja, Yuridika.
Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga,Vol 2, No. 6. Tahun 2019.
Dr. Sri Suatmiati, Dr. Khalisah Hayatuddin dan Khoirul Anwar, Implementasi Undang-
Undang Pengelolaan Sampah Yang Akan Membantu Mengurangi Perubahan Iklim
Dunia, Yuridika Jurnal Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang, Jilid. 18, No. 9. September 2023.
Eko Hidayat, Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Islam, Yuridika
Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,Vol.
8, No.2. Tahun 2016.
Jerry Indrawan Muhammad Prakoso Aji, Olahraga Sebagai Sarana Pemersatu Bangsa Dan
Upaya Perdamaian Dunia, Yuridika Jurnal Ilmu Hubungan Internasional Universitas
Pembangunan Nasiona Veteran Indonesia, Vol. 10, No. 20, Tahun 2018.
Peter Mahmud Marzuki (I), Karakteristik Ilmu Hukum, Yuridika Jurnal Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, Vol 23, No. 2, Mei – Agustus 2008.

C. Peraturan perundang - undangan:


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.

E. Internet:
https://id.wikipedia.org/wiki/Peradilan_Tata_Usaha_Negara. Diakses tanggal 3 Juli 2023
pukul 20.55 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pengurus. Diakses tanggal 2 Oktober 2023 pukul
14.51 WIB.
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-analisis.html. Diakses tanggal 3 Juli
2023 pukul 22.44 WIB.
Kbbi <https://kbbi.web.id/. Diakses pada tanggal 3 Juli 2023 pukul 22.56 WIB.
http://pusathukum.blogspot.com/2015/03/upaya-hukum-dalam-hukum-acara-perdata.html.
Diakses pada tanggal 5 Juli 2023 pukul 22.24 WIB.
https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Tanggung%20jawab. Diakses pada tanggal 5 Juli 2023
pukul 23.00 WIB.
Https://Jdih.Sukabumikota.Go.Id/Uploads/Pdf/
Naskah_Akademik_Raperda_Kota_Sukabumi_Tentang_Penyelenggaraan_Keolahraga
an_Okt_2015.Pdf. Diakses Pada Tanggal 31 Juli 2023 Pukul 15.14 WIB.
https://repository.ubt.ac.id/repository/UBT14-06-2022-091640.pdf.Diakses Tanggal 10
November 2023 Pukul 20.00 WIB.
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6210116/pengertian -implikasi- adalah-berikut-arti-
jenis-dan-contohnya. Diakses Tanggal 5 Januari 2024 Pukul 19.00 WIB.

You might also like