Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 2
Jurnal 2
481
Tanggal Upload: 08 Desember 2020
Budhi Suparningsih 1)
1)
Dosen Program Studi Manajemen FE UNKRIS
Email : budhiunkris@gmail.com
Ella Siti Chaeriah 2)
2)
Dosen Program Studi Manajemen FE UNKRIS
Alamat: Kampus UNKRIS, Jatiwaringin Jakarta Timur
Email : ellasiti.unkris@gmail.com
Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of price earning ratio, debt
to equity ratio, inflation, BI rate, and dollar exchange rate on stock prices. The population
used in this study were chemical sector companies that had gone public in the Indonesian
capital market until the end of 2018. The population in this study were 7 companies.
Sampling was done by using the census method. Sample selection criteria, namely:
a). Chemical sector companies listed on the Jakarta Stock Exchange before December 31,
2018. b). Remain listed on the Jakarta Stock Exchange until 31 December 2018.
c). Providing periodic financial reports to the Jakarta Stock Exchange on December 31.
Methods of data analysis using descriptive analysis and simple and multiple linear
regression analysis. The results show that: (1) Simultaneously, price earning ratio, debt to
equity ratio, inflation, BI rate, and dollar exchange rate on stock prices have a significant
effect on stock prices (2) Partially price earning ratio, debt to equity ratio, inflation , BI
rate, rupiah / dollar exchange rate do not have a significant effect on share prices. The
conclusion is that in general investors who invest in chemical sector stocks are more short-
term investors who only pay attention to stock price fluctuations in the market.
Keyword: Price earning ratio, debt to equity ratio, inflasi, BI rate, kurs dollar, harga saham
PENDAHULUAN
Naik turunnya harga saham di pasar ekonomi makro seperti inflasi, suku
modal menjadi sebuah fenomena yang bunga, dan nilai tukar.
menarik untuk dibicarakan. Krisis Di Indonesia perusahaan
ekonomi global yang terjadi pada tahun manufaktur merupakan perusahaan yang
2008 berdampak terhadap pasar modal. ikut terkena dampak dalam krisis
Kondisi seperti ini tentu akan ekonomi tersebut. Walaupun perusahaan
mempengaruhi para investor untuk manufaktur memiliki perkembangan yang
melakukan investasi di pasar modal begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari
khususnya saham, dan berdampak semakin bertambahnya perusahaan
terhadap harga pasar saham di bursa. manufaktur di Indonesia yang terdaftar di
Seorang investor dalam melalukan Bursa Efek Indonesia. Oleh sebab itu
aktivitas perdagangan saham di suatu bertambahnya perusahaan manufaktur
negara harus memperhatikan situasi tidak menutup kemungkinan perusahaan
moneter dan pergerakan variabel ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat
124 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
dan rencana kerja kedepannya akan perusahaan industri dasar dan kimia,
menguntungkan perusahaan untuk di salah satunya yaitu sub sektor kimia.
masa yang akan datang, akan tetapi “Harga saham adalah harga yang
persaingan pun semakin pesat. Adapun terbentuk melalui mekanisme permintaan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di dan penawaran di pasar modal. Apabila
Bursa Efek Indonesia terdiri atas sektor suatu saham mengalami kelebihan
industri dasar dan kimiau sektor aneka permintaan, maka harga saham
industri, dan sektor industri konsumsi. cenderung naik. Sebaliknya, apabila
Sektor industri dasar dan kimia kelebihan penawaran maka harga saham
merupakan suatu sektor yang memiliki cenderung turun”, menurut Sartono
unsur dasar yang sering digunakan (2015). Berikut data harga saham
sehari-hari merupakan produk dari perusahaan sub sektor kimia periode
2009 – 2018, yaitu:
125 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
permintaan dan penawaran yang terjadi di saham yang dikeluarkan. 2). Harga
pasar modal. Menurut para ahli harga perdana; Harga yang didapatkan pada
saham memiliki pengertian sebagai waktu harga saham tersebut dicatat di
berikut: bursa efek. 3). Harga pasar; Harga jual
“Harga saham terbentuk melalui dari investor yang satu dengan investor
mekanisme permintaan dan penawaran di yang lain. Jika pasar sudah ditutup maka
pasar modal. Apabila suatu saham harga pasar adalah harga penutupannya
mengalami kelebihan permintaan, maka (closing price).
harga saham cenderung naik. Sebaliknya Faktor yang mempengaruhi harga
apabila kelebihan penawaran maka harga saham menurut Fahmi (2015) sebagai
saham cenderung turun, menurut Sartono berikut: 1). Kondisi mikro dan makro
(2015)”. “Harga suatu saham yang terjadi ekonomi. 2). Kebijakan perusahaan
di pasar bursa pada saat tertentu yang di dalam memutuskan untuk ekspansi.
tentukan oleh pelaku pasar dan 3). Pergantian direksi secara tiba-tiba.
ditentukan oleh permintaan dan 4). Direksi atau pihak komisaris terlibak
penawaran saham yang bersangkutan di tindak pidana dan kasusnya sudah masuk
pasar modal menurut Jogiyanto (2014)” ke pengadilan. 5). Kinerja perusahan
“Harga saham ditentukan menurut yang terus mengalami penurunan dalam
hukum permintaan dan penawaran atau setiap waktunya. 6). Risiko sistematis,
kekuatan tawar– menawar. Makin banyak yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi
orang yang ingin membeli, maka harga secara menyeluruh dan telah ikut
saham tersebut cenderung bergerak naik. menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
sebaliknya, semakin banyak orang yang 7). Efek dari psikologi pasar yang
ingin menjual saham maka saham ternyata mampu menekan kondisi
terrsebut akan bergerak turun menurut teknikal jual beli saham.
Rusdin (2008)”
“Harga saham merupakan cerminan Rasio Keuangan
dan ekspektasi investor terhadap faktor – Menurut Fahmi (2015) rasio
faktor earning aliran kas dan tingkat keuangan memiliki beberapa jenis
return yang disyaratkan investor, yang sebagai berikut: 1). Rasio likuiditas;
mana ketiga faktor tersebut juga sangat Adalah rasio yang menggambarkan
berpengaruh oleh kinerja ekonomi makro kemampuan perusahaan untuk
menurut Tandelilin (2010)” “Harga menyelesaikan kewajiban jangka
saham menentukan kekayaan pemegang pendeknya secara tepat waktu, rasio
saham. Maksimalisasi kekayaan likuiditas memiliki bebrapa rasio antara
pemegang saham diterjemahkan menjadi lain: a). Current ratio. b). Quick ratio
maksimalkan harga saham perusahaan. atau acid test ratio. c). Net working
Harga saham pada waktu tertentu akan capital ratio. d). Cash flow liquidity
bergantung pada arus kas yang ratio. 2). Rasio leverage atau solvabilitas;
diharapkan diterima dimasa depan oleh Merupakan rasio yang mengukur
investor (rata-rata) jika investor membeli seberapa besar perusahaan dibiayai
saham, menurut Brigham dan Houston dengan utang. Penggunaan utang yang
(2010)” terlalu tinggi akan membahayakan
Harga saham memiliki tiga jenis perusahaan karena perusahaan akan
menurut Widoatmojo (2012), antara lain: masuk dalam kategori extreme leverage
1). Harga normal; Harga yang tercantum (utang ekstrem), yaitu perusahaan
dalam sertifikat, saham yang ditetapkan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi
oleh emiten untuk menilai setiap lembar dan sulit untuk melepaskan beban
126 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
Berikut rumus untuk menghitung debt to equity ratio menurut Sartono (2015):
127 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
menurut Pohan (2008) “Kenaikan harga- oleh kenaikan harga bahan-bahan baku,
harga barang itu tidaklah harus dengan misalnya: a). Harga bahan bakar naik.
persentase yang sama. Inflasi merupakan b). Upah buruh naik. 3). Tingginya
kenaikan harga secara terus-menerus dan Peredaran Uang; Inflasi yang terjadi
kenaikan harga yang terjadi pada seluruh karena uang yang beredar di masyarakat
kelompok barang dan jasa. Bahkan lebih banyak dibanding yang dibutuhkan.
mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut Ketika jumlah barang tetap sedangkan
tidak bersamaan, yang penting kenaikan uang yang beredar meningkat dua kali
harga umum barang secara terus-menerus lipat, maka bisa terjadi kenaikan harga-
selama suatu periode tertentu”. harga hingga 100%. Hal ini bisa terjadi
Sedangkan menurut Sukwiaty, et al, ketika pemerintah menerapkan sistem
(2009) “Inflasi adalah suatu proses atau anggaran defisit, dimana kekurangan
kejadian yang tidak berhubungan dengan anggaran tersebut diatasi dengan
tinggi rendahnya tingkat harga. Inflasi mencetak uang baru. Namun hal tersebut
berlangsung apabila proses kenaikan membuat jumlah uang yang beredar di
harga berjalan secara terus-menerus serta masyarakat semakin bertambah dan
saling mempengaruhi”. mengakibatkan inflasi.
“Kenaikan harga barang yang Inflasi dapat dibedakan menjadi 3
terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam jenis, yaitu berdasarkan tingkat
persentase yang cukup besar dan terus- keparahan, penyebab, dan sumbernya.
menerus, bukanlah merupakan inflasi”, Berikut penjelasan selengkapnya:
menurut Nopirin (2011). Kenaikan 1). Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat
sejumlah bentuk barang yang hanya Keparahannya; Berdasarkan tingkat
sementara dan sporadis tidak dapat keparahannya, inflasi dibagi menjadi 4
dikatakan akan menyebabkan inflasi. yaitu : a). Inflasi Ringan, yaitu inflasi
Inflasi tidak terjadi begitu saja, tapi yang mudah untuk dikendalikan dan
disebabkan oleh berbagai faktor. Secara belum begitu menganggu perekonomian
umum, penyebab inflasi adalah karena suatu negara. Terjadi kenaikan harga
terjadinya kenaikan permintaan dan biaya barang/jasa secara umum, yaitu di bawah
produksi. Selengkapnya, berikut ini 10% per tahun dan dapat dikendalikan.
adalah beberapa penyebab inflasi: b). Inflasi Sedang, yaitu inflasi yang
1). Meningkatnya Permintaan (Demand dapat menurunkan tingkat kesejahteraan
Pull Inflation); Inflasi yang terjadi masyarakat berpengahsilan tetap, namun
disebabkan karena peningkatan belum membahayakan aktivitas
permintaan untuk jenis barang/ jasa perekonomian suatu negara. Inflasi ini
tertentu. Dalam hal ini, peningkata berada di kisaran 10% – 30% per tahun.
permintaan jenis barang/ jasa tersebut c). Inflasi Berat, yaitu inflasi yang
terjadi secara agregat (agregat demand). mengakibatkan kekacauan perekonomian
Hal ini terjadi bisa disebabkan oleh di suatu negara. Pada kondisi ini
beberapa faktor, diantaranya: umumnya masyarakat lebih memilih
a). Meningkatnya belanja pemerintah. menyimpan barng dan tidak mau
b). Meningkatnya permintaan barang menabung karena bunganya jauh lebih
untuk diekspor. c). Meningkatnya rendah ketimbang nilai inflasi. Inflasi ini
permintaan barang untuk swasta. berada di kisaran 30% – 100% per tahun.
2). Meningkatnya Biaya Produksi (Cost d). Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation),
Pull Inflation); Inflasi yang terjadi karena yaitu inflasi yang telah mengacaukan
meningkatnya biaya produksi. Adapun perekonomian suatu negara dan sangat
peningkatan biaya produksi disebabkan sulit untuk dikendalikan meskipun
128 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
131 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
0 Quantitas US $
132 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
Tabel. 2 Pengaruh Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Inflasi, BI Rate, dan
Kurs Rupiah/Dollar Terhadap Harga Saham
Parameter
Variabel Koef.
R Square Konstanta Sig. α
Regresi
PER -99.867 0.267
0.910 8826.481 0.05
DER -5981.264 0.123
Inflasi 540.373 0.663
BI_Rate -599.952 0.037
Kurs_Rupiah 0.039 0.700
Pengujian Signifikansi
F hitung > F tabel = 8.057 > 6.256
Keterangan: Variabel Harga_Saham
Sumber: data diolah 2019
134 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
Price earning ratio memiliki nilai positif antara inflasi dengan harga saham
koefisien regresi sebesar -99.867. Hal ini Perusahaan Sub Sektor Kimia.
menggambarkan bahwa jika terjadi BI rate memiliki nilai koefisien
kenaikan price earning ratio sebesar 1 regresi sebesar -599.925. Hal ini
point atau 1%. Maka harga saham menggambarkan bahwa jika terjadi
Perusahaan Sub Sektor Kimia mengalami kenaikan BI rate sebesar 1 point atau 1%.
kenaikan sebesar -99.867 dengan asumsi Maka harga saham Perusahaan Sub
bahwa price earning ratio bernilai negatif Sektor Kimia akan meningkat sebesar -
artinya terdapat hubungan negatif antara 599.925 dengan asumsi bahwa BI rate
price earning ratio dengan harga saham bernilai negatif artinya terdapat hubungan
Perusahaan Sub Sektor Kimia. negatif antara BI rate dengan harga
Debt to equity ratio memiliki nilai saham Perusahaan Sub Sektor Kimia.
koefisien regresi sebesar -5981.264. Hal Kurs rupiah memiliki nilai
ini menggambarkan bahwa jika terjadi koefisien regresi sebesar 0.039. Hal ini
kenaikan debt to equity ratio sebesar 1 menggambarkan bahwa jika terjadi
point atau 1%. Maka harga saham kenaikan kurs rupiah sebesar 1 point atau
Perusahaan Sub Sektor Kimia mengalami 1%. Maka harga saham Perusahaan Sub
kenaikan sebesar -5981.264 dengan Sektor Kimia akan meningkat sebesar
asumsi bahwa debt to equity ratio 0.039 dengan asumsi bahwa kurs rupiah
bernilai negatif artinya terdapat hubungan bernilai positif artinya terdapat hubungan
negatif antara debt to equity ratio dengan positif antara kurs rupiah dengan harga
harga saham Perusahaan Sub Sektor saham Perusahaan Sub Sektor Kimia.
Kimia.
Inflasi memiliki nilai koefisien Analisis Regresi Linear Sederhana
regresi sebesar 540.373. Hal ini Untuk mengetahui pengaruh secara
menggambarkan bahwa jika terjadi parsial masing-masing variabel bebas
kenaikan inflasi sebesar 1 point atau 1%. terhadap Harga Saham, maka dilakukan
Maka harga saham Perusahaan Sub
uji statistik secara parsial dengan hasil
Sektor Kimia akan meningkat sebesar
540.373 dengan asumsi bahwa Inflasi sebagai berikut:
bernilai positif artinya terdapat hubungan
135 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
136 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
ekonomi yaitu dalam penelitian ini adalah investor terhadap harga saham
inflasi, BI rate, dan kurs rupiah/dollar. perusahaan terutama terkait dengan
Dengan melihat kondisi mikro dan makro berapa dana yang akan diinvestasikan
ekonomi tersebut, maka dapat membantu oleh investor untuk setiap pendapatan
investor untuk melakukan pengambilan yang dilaporkan oleh perusahaan. Price
keputusan yaitu pembelian atau penjualan earning ratio yang tinggi akan
saham. Karena harga saham merupakan meningkatkan penilaian investor terhadap
hal yang penting bagi investor yang saham perusahaan. Penilaian yang tinggi
nantinya digunakan investor untuk ini akan meningkatkan harga saham.
memprediksi naik turunnya harga saham Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
dan nantinya menghasilkan return. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih, et
penelitian ini sejalan dengan penelitian al, (2013) yang menyatakan bahwa price
yang dilakukan oleh Ginting, earning ratio tidak berpengaruh terhadap
Topowijoyo, dan Sulasmiyati (2016) harga saham.
yang menyatakan bahwa price earning
ratio, debt to equity ratio, inflasi, BI rate, Pengaruh Debt to Equity Ratio
dan Kurs Rupiah/Dollar berpengaruh Terhadap Harga Saham
terhadap Terhadap harga saham. Secara umum debt to equity ratio
merupakan salah satu rasio keuangan
Pengaruh Price Earning Ratio yang mengukur seberapa besar
Terhadap Harga Saham kemampuan perusahaan melunasi utang
Secara umum price earning ratio dengan modal yang dimiliki. Hal ini
merupakan indikator yang digunakan dapat dilihat semakin tinggi nilai debt to
untuk menghitug tingkat pengembalian equity ratio maka akan diikuti semakin
modal yang diinvestasikan pada suatu tinggi tingkat harga saham perusahaan
saham. Hal ini dapat dilihat dari yang bersangkutan. Harga saham
kemampuan yang kecil price earning perusahaan umumnya dapat menjadi
ratio dalam memprediksi harga saham tolak ukur atau memonitor perusahaan
sangat tidak dimungkinkan karena sifat dalam penelitian ini debt to equity ratio
dan pola price earning ratio yang mempengaruhi tingkat harga saham
dilakukan oleh perusahaan sangat tidak perusahaan yang bersangkutan. Hal ini
tepat sehingga ada sebagian aktiva yang disebabkan karena tingkat debt to equity
bekerja atau digunakan secara tidak ratio tidak berpengaruhi secara langsung
efisien sehingga harga saham yang sehingga tidak langsung akan semakin
diperoleh tidak maksimal. Selain itu meningkatkan harga saham. debt to
pendapatan yang dihasilkan oleh modal equity ratio menyatakan bahwa
yang berasal dari hutang tidak dapat monitoring yang dilakukan oleh investor
digunakan untuk menutup besarnya biaya perusahaan tentunya akan menjamin
modal dan kekurangan tersebut harus kemakmuran untuk pemegang saham,
ditutup oleh sebagian pendapatan yang pengaruh debt to equity ratio sebagai
berasal dari pemegang saham. Dengan agen pengawas ditekan melalui debt to
mengetahui besaran price earning ratio equity ratio mereka yang cukup besar
tersebut, calon investor potensial dapat dalam pasar modal. Tingkat debt to
mengetahui apakah harga sebuah saham equity ratio yang tinggi akan
tergolong wajar atau tidak sesuai dengan menimbulkan usaha pengawasan yang
kondisi saat ini dan bukan berdasarkan lebih besar oleh pihak investor
pada perkiraan di masa mendatang. Price perusahaan sehingga dapat mengurangi
earning ratio menunjukkan penilaian perilaku oportunistik manajer dan debt to
139 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
equity ratio. Debt to equity ratio yang (2016) yang menyatakan bahwa inflasi
tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham.
sangat bergantung pada pihak luar dalam
mendanai kegiatan sehingga beban Pengaruh BI Rate Terhadap Harga
perusahaan juga akan meningkat. Hasil Saham
penelitian ini sejalan dengan penelitian Bursa saham merupakan pasar yang
yang dilakukan oleh Ramadhani dan menjual reputasi perushaan-perusahaan
Pustikaningsih, (2017) yang menyatakan yang memiliki tingkat kelas. Kesetabilan
bahwa debt to equity ratio tidak perusahaan merupakan indikator utama.
berpengaruh terhadap harga saham. Untuk itu ada istilah perusahaan Blue
. Chip yang merupakan perusahaan-
Pengaruh Inflasi Terhadap Harga perushaan yang memiliki kestabilan
Saham dalam perjalanannya sehingga presentase
Secara umum Inflasi merupakan naik dan turunnya tidak berfluktuasi
indikator untuk melihat perubahan atau secara extrim dalam hal value serta
terjadinya proses kenaikan harga yang fluktuasinya tidak terus terjadi setiap
terjadi secara terus-menerus. Semakin waktu. Dalam hal ini tentu tentu ada
besar nilai inflasi merupakan bukti bahwa suatu bentuk badan yang menjadi acuan
nilai mata uang menjadi semakin kecil sebagai pengawas sebagai acuan rating.
dan roda ekonomi menjadi melambat. Dalam hal ini BI merupakan muara dari
Perusahaan – perusahaan yang dapat data dan informasi kesetabilan keuangan
memprediksi range analisis dengan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
cermat maka akan menjadi faktor penentu bursa saham. Hal ini dapat dilihat dari
perusahaan tersebut dapat memiliki status pengaruh BI Rate menjadi patokan bagi
kesetabilan dan perkembangan kedepan. investor untuk mengestimasi apakah
Tapi inflasi tidak berdampak sehebat nantinya suku bunga bank seperti suku
keperusahaan perusahaan non pokok. bunga deposito atau suku bunga kredit
Sedangkan sektor kimia merupakan akan naik atau turun. Berdasarkan
kategori perusahaan yang menghasilkan kaitannya dengan investasi, jika suku
kebutuhan pokok seperti dibidang bunga BI Rate naik maka return investasi
makanan, kesehatan hingga atribut yang terkait dengan suku bunga seperti
pendukung produksi seperti pupuk. Hal deposito akan naik juga. Kondisi seperti
ini dapat dilihat dari Inflasi yang terjadi ini akan menarik minat investor yang
sama sekali tidak mempengaruhi terhadap sebelumnya berinvestasi di saham untuk
perubahan harga saham. Kondisi ini dapat memindahkan dananya dari saham ke
dipahami, karena Inflasi yang terjadi pada dalam deposito. Jika sebagian besar
periode yang diteliti relatif stabil. investor melakukan tindakan yang sama
Walaupun Inflasi trennya menurun, dan maka banyak investor yang akan menjual
Harga Saham trennya naik, tetapi saham untuk berinvestasi dalam bentuk
penurunan Inflasi tidak mempengaruhi deposito. Jika banyak pihak yang menjual
Harga Saham secara signifikan. Investor saham, maka harga saham akan turun.
dan trader masih mempercayai bahwa Hal tersebut disebabkan oleh banyak
keadaan Inflasi tidak akan terlalu investor yang lebih memilih berinvestasi
berpengaruh terhadap perubahan Harga di deposito karena bunga yang
Saham karena kondisi inflasi yang terjadi ditawarkan oleh bank lebih tinggi
masih dalam batas wajar. Hasil penelitian dibandingkan berinvestasi dalam bentuk
ini sejalan dengan penelitian yang saham yang beresiko.
dilakukan oleh Indriyani dan Armereo
140 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Jurnal Manajemen Bisnis Krisnadwipayana Budhi Suparningsih dan Ella Siti Chaeriah
143 | P a g e
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.