Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Marhani R.A.

S | Hypertension Grade II in Elderly Men with a Family Approach

[ LAPORAN KASUS ]

HYPERTENSION GRADE II IN ELDERLY MEN WITH A FAMILY


APPROACH
R.A.Siti Marhani
Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Abstract
Hypertension is known as the silent killer is a state of increased systolic blood pressure greater than or equal to 140
mmHg and diastolic more than equal to 90 mmHg. According to the 2013 Basic Health Research reports the
prevalence of hypertension in Indonesia amounted to 25.8%. This figure is quite high and if not treated will lead to
death from heart attack, stroke, and kidney failure.. Mr. R, 82 years, BMI: 24.6 kg / m 2, BP 180/100 mmHg had a
history of hypertension since 5 years ago. Other risk factors identified in the development of hypertension in patients
who have advanced the age, history of smoking, poor lifestyle, and lack of patient activity. The clinical diagnosis of
the patients according to the JNC 7 is a grade II hypertension. Then do the management of the patient and family
education in the form of hypertension and hypertension treatment recommendation to perform on a regular basis,
and do lifestyle modification program. Life style modification is essential for hypertension in the elderly. The older a
person the greater the risk of developing arterial hypertension due to the loss of elasticity. For elderly patients,
lifestyle modification should be controlled by the family. Therefore we need the strong support of the family.
Keywords: Hypertension, Elderly, Family Approach

Abstrak
Hipertensi yang disebut sebagai the silent killer merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Menurut laporan Riset
Kesehatan Dasar 2013 prevalensi hipertensi di indonesia sebesar 25,8 %. Angka ini cukup tinggi dan bila tidak
mendapat pengobatan akan berakhir dengan kematian akibat serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tn. R, 82
tahun, IMT: 24,6 kg/m2, TD 180/100 mmHg memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Faktor risiko lain
yang teridentifikasi dalam perkembangan penyakit hipertensi pada pasien yaitu usia yang telah lanjut, riwayat
merokok, lifestyle yang buruk, dan kurangnya aktifitas pasien. Diagnosis klinis pasien menurut JNC 7 adalah
hipertensi grade II. Kemudian dilakukan tatalaksana pada pasien dan keluarga berupa edukasi penyakit hipertensi
dan anjuran untuk melakukan pengobatan hipertensi secara teratur, dan melaksanakani lifestyle modification
Program. Life style modification sangat penting untuk hipertensi pada usia lanjut. Semakin tua usia seseorang
semakin besar resiko terserang hipertensi karena arteri semakin kehilangan elastisitasnya. Untuk pasien usia lanjut,
lifestyle modification harus dikontrol oleh keluarga. Oleh karena itu diperlukan dukungan yang kuat dari keluarga.

Kata kunci: Hipertensi, Usia Lanjut, Pendekatan Keluarga

...
Korespondensi : R.A. Siti Marhani |ra.sitimarhani@yahoo.com

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 91


Marhani R.A.S | Hypertension Grade II in Elderly Men with a Family Approach

Pendahuluan
Hipertensi yang disebut sebagai antihipertensi yang tersedia hanya
the silent killer merupakan suatu membantu untuk menurunkan tekanan
keadaan meningkatnya tekanan darah darah pada hipertensi sekunder. Hal
sistolik lebih dari sama dengan 140 yang terpenting adalah mengeradikasi
mmHg dan diastolik lebih dari sama penyakit primer yang mencetuskan
dengan 90 mmHg. Hipertensi seringkali hipertensi dan mencegah terjadinya
tidak menimbulkan gejala, sementara komplikasi 11
tekanan darah yang terus-menerus Keadaan geriatri pada laki-laki
tinggi dalam jangka waktu lama dapat yang memiliki masalah utama
menimbulkan komplikasi.1,2,3 hipertensi merupakan masalah
Menurut laporan Riset kompleks pada pasien dan keluarganya.
Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas 2013) Hal ini tentu didukung oleh masalah
prevalensi hipertensi di indonesia internal dan eksternal dari pasien dan
sebesar 25,8 %. Angka ini cukup tinggi keluarganya. Oleh karena itu,
dan bila tidak mendapat pengobatan dibutuhkan partisipasi dan dukungan
akan berakhir dengan kematian akibat pelaku rawat keluarga yang optimal
serangan jantung, stroke, dan gagal dalam memotivasi, mengingatkan,
ginjal. Diperkirakan sekitar 80% serta memperhatikan pasien dalam
kenaikan kasus hipertensi terutama di penatalaksanaan penyakitnya.
negara berkembang pada tahun 2025
akan menjadi 1,15 milyar kasus. Kasus
Perdiksi ini didasarkan pada angka Tn. R, laki-laki, 82 tahun, datang
penderita hipertensi saat ini dan sendiri ke Puskesmas Karanganyar
pertambahan penduduk. Hipertensi dengan keluhan nyeri kepala terutama
merupakan penyebab kematian nomor di daerah tengkuk ± 1 hari yang lalu.
3 yakni mencapai 6,8 % dari populasi Nyeri kepala dirasakan terus-menerus
kematian pada semua umur di dan semakin memberat apabila pasien
indonesia4,5,6 sedang banyak pikiran. Nyeri kepala
Beberapa studi menunjukkan seperti ini mulai dialami pasien 1 bulan
bahwa pola hidup yang tidak sehat sebelum pasien mulai dinyatakan
mempunyai risiko yang lebih besar menderita tekanan darah tinggi 5 tahun
terkena hipertensi. Faktor risiko yang lalu. Apabila keluhan nyeri kepala
tersebut pada umumnya seperti timbul pasien pergi berobat ke
merokok, konsumsi alkohol, kafein, Puskesmas Karanganyar dan
kurang aktivitas fisik dan stress 7,8,9,10. memeriksakan tekanan darahnya serta
Penyakit hipertensi merupakan meminum obat yang diberikan berupa
penyakit yang tidak terlepas dari gaya captopril 2 kali sehari dan obat untuk
hidup. Gaya hidup yang tidak sehat nyeri kepala (pada data rekam medik
dapat menjadi faktor pencetus Puskesmas Karanganyar pun tertera
munculnya hipertensi, atau bahkan bahwa pengobatan pasien adalah
memperparah kejadian hipertensi. Oleh Captopril 2 kali sehari). Namun ketika
karena itu, hipertensi perlu dideteksi pasien merasa nyeri kepala hilang dan
dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan tidak ada keluhan, pasien berhenti
darah secara berkala. Obat-obat meminum obatnya.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 92


Marhani R.A.S | Hypertension Grade II in Elderly Men with a Family Approach

Pasien tidak mengetahui apakah dan keluarga mengenai penyakit


keluarganya ada yang menderita hipertensi, komplikasi, serta
hipertensi. Keluarga pasien tidak ada tatalaksananya yang harus seumur
yang memiliki penyakit DM, jantung hidup. Konseling dan motivasi pasien
serta stroke. agar mengkonsumsi obat dan
Pasien memiliki kebiasaan melakukan kunjungan rutin ke
makan makanan tinggi lemak dan lebih puskesmas secara teratur. Meminta
sering mengomsumsi kopi serta kurang kepada keluarga pasien akan
menyukai makanan berserat. Pola pentingnya keluarga dalam mengontrol
makan yang seperti itu tidak diimbangi penyakit yang diderita pasien baik
dengan kegiatan olah raga rutin. Pasien dalam waktu mengkonsumsi obat
memiliki riwayat merokok sejak SMA maupun dalam waktu kunjungan rutin
kurang lebih 60 tahun yang lalu. ke puskesmas. Konseling pasien dan
Biasanya pasien dapat menghabiskan 1 keluarga mengenai makanan yang
bungkus rokok per hari. Pasien memiliki diperbolehkan dan dihindari (meliputi
riwayat minum minuman keras sejak diet rendah garam, rendah lemak, dan
SMA. rendah kolesterol). Konseling kepada
Keadaan umum tampak sakit keluarga pasien (anak dan cucu) untuk
ringan. Didapatkan vital sign TD menjaga pola makan karena memiliki
180/100mmHg, nadi 90x/menit, keturunan hipertensi. Konseling kepada
frekuensi nafas 24x/menit, suhu 36,7oC. seluruh anggota keluarga pasien untuk
IMT pada pasien 24,6 kg/m2. Mata, rajin berolahraga minimal 3x/minggu
telinga, hidung, mulut, tenggorokan selama 30 menit.
dan leher dalam batas normal. Cor, Adapun tatalaksana yang telah
pulmo, abdomen, ekstremitas dan kami lakukan dievaluasi setelah
status neurologis tidak ada kelainan. seminggu, telah dilakukan pengukuran
Berdasarkan anamnesis dan kembali tekanan darah pasien,
pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis didapatkan hasil 140/100 mmHg. Hasil
pada pasien ini adalah hipertensi grade ini lebih kecil dari pada saat sebelum
II (ICD-X I.10). dilakukan intervensi.
Tatalaksana yang dilakukan
pada pasien adalah dengan farmakologi Pembahasan
dan non farmakologi dengan prinsip Diagnosis penyakit pada pasien
lifestyle modification. Prinsip lifestyle ini adalah hipertensi grade II karena
modification tidak dapat berhasil tanpa pada saat datang ke Puskesmas
adanya dukungan keluarga. Prinsip Karanganyar didapatkan hasil
lifestyle modification yang dilakukan pengukuran tekanan darah sebesar
dengan menurunkan tekanan darah, 180/100 mmHg12
latihan fisik atau olahraga teratur. Hipertensi pada pasien
Adapun tatalaksana farmakologi merupakan riwayat penyakit yang
dengan menggunakan Captopril 2x 12,5 sudah diderita sejak 5 tahun yang lalu
mg (PAPDI, JILID I, HAL 902). dan diketahui dari anamnesis bahwa
Tatalaksana non farmakologi pasien tidak rutin meminum obat
dengan prinsip lifestyle modification antihipertensi. Penyakit hipertensi yang
yaitu dengan konseling kepada pasien tidak terkontrol, akan menyerang
target organ, dan dapat menyebabkan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 93


Marhani R.A.S | Hypertension Grade II in Elderly Men with a Family Approach

serangan jantung, stroke, gangguan makin besar massa tubuh, makin besar
ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa darah yang dibutuhkan untuk memasok
penelitian dilaporkan bahwa penyakit oksigen dan makanan ke jaringan
hipertensi yang tidak terkontrol dapat tubuh. Ini berarti volume darah yang
menyebabkan peluang 7 kali lebih beredar melalui pembuluh darah
besar terkena stroke, 6 kali lebih besar menjadi meningkat sehingga memberi
terkena congestive heart failure, dan 3 tekanan lebih besar pada dinding
kali lebih besar terkena serangan arteri17,18,19. Diketahui dari anamnesis,
jantung5,12,13. pasien memang jarang berolahraga dan
Hipertensi juga dicetuskan oleh suka mengonsumsi makanan yang asin
beberapa faktor resiko baik yang tidak dan tinggi lemak.
dapat dimodifikasi seperti faktor Riwayat merokok pada pasien
keturunan, jenis kelamin, dan umur juga dapat menjadi faktor penyebab
juga faktor yang dapat dimodifikasi hipertensi. Merokok dapat
seperti kebiasaan merokok, obesitas, meningkatkan beban kerja jantung dan
kebiasaan kurang berolah raga, dan menaikkan tekanan darah. Menurut
stres.14 penelitian, diungkapkan bahwa
Begitu pula dengan umur pasien merokok dapat meningkatkan tekanan
yang telah memasuki usia lanjut darah.15,20,21,22 Pasien sudah merokok
mendukung terjadinya hipertensi kurang lebih 60 tahun sebelum
karena risiko hipertensi akan terdiagnosis hipertensi pada tahun
bertambah dengan semakin 1999. Namun sudah sekitar 5 tahun
bertambahnya umur 15. Pada faktor terakhir pasien berhenti merokok.
usia, semakin tua usia seseorang Pedoman JNC 8
semakin besar resiko terserang merekomendasikan perubahan gaya
hipertensi karena arteri semakin hidup sebagai komponen penting dari
kehilangan elastisitasnya. Hipertensi terapi23,24,25. Dari masalah pada pasien
paling sering dijumpai pada orang yaitu hipertensi dilakukan beberapa
berusia 35 tahun atau lebih. Tekanan intervensi berupa edukasi pada pasien
sistolik meningkat sesuai dengan usia, dan keluarga untuk memberikan
sedangkan tekanan diastolik tidak pemahaman pada pasien dan keluarga
berubah mulai dari dekade ke-5. bahwa sakit yang diderita pasien yaitu
Hipertensi sistolik terisolasi merupakan hipertensi merupakan penyakit yang
jenis hipertensi yang paling sering serius dan dapat mengakibatkan
ditemukan pada orang tua.3 komplikasi yang berat apabila tidak
Kebiasaan kurangnya ditangani secara tepat. Oleh karena itu
berolahraga pada pasien juga dibutuhkan kesadaran dan disiplin pada
meningkatkan kemungkinan timbulnya pasien serta dukungan dari keluarga
hipertensi dan jika asupan garam untuk mengontrol penyakit hipertensi
bertambah akan memudahkan pada pasein. Pada pasien telah
timbulnya hipertensi 16 . Sedangkan dilakukan tatalaksana lifestyle
kegemaran mengkonsumsi makanan modification program dengan
yang mengandung tinggi lemak dapat menurunkan tekanan darah dan latihan
meningkatkan resiko terjadinya fisik atau olahraga teratur18.
hipertensi karena beberapa sebab,

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 94


Marhani R.A.S | Hypertension Grade II in Elderly Men with a Family Approach

Pada intervensi dilakukan aktivitas fisik secara teratur bermanfaat


lifestyle modification berupa edukasi untuk pencegahan dan pengobatan
mengenai diet yang seharusnya dijalani hipertensi, status kesehatan fungsional,
oleh pasien dengan mengonsumsi dan untuk mengurangi semua
makanan yang tinggi serat, rendah penyebab kematian dan risiko penyakit
lemak, rendah lemak jenuh, dan rendah kardiovaskular. 19
kalori. Mengonsumsi asupan lemak <30 Latihan sedang > 4 jam selama
% dari total asupan energi, seminggu juga akan mengurangi angka
mengonsumsi asupan lemak jenuh < 10 kejadian hipertensi pada penderita
% dari total asupan energi, hipertensi sebesar 58% 19. Latihan fisik
mengonsumsi makanan berserat 15 atau olah raga yang dianjurkan untuk
g/1000kkal mengurangi resiko pasien yaitu aerobik berupa jogging
18
komplikasi hipertensi . Pasien juga atau berjalan kaki selama 30 menit
diminta untuk mengurangi asupan dengan frekuensi ≥ 5 kali dalam 1
garam karena asupan garam yang minggu 20.
berlebihan dapat meningkatkan Lifestyle modification sangat
tekanan darah pasien 16 . penting untuk hipertensi pada usia
Dengan menurunkan tekanan lanjut. Semakin tua usia seseorang
darah akan mengurangi resiko semakin besar resiko terserang
kerusakan target organ yang lain. hipertensi karena arteri semakin
Penurunan tekanan darah kehilangan elastisitasnya. Untuk pasien
berhubungan dengan lifestyle usia lanjut, lifestyle modification harus
modification. Begitu pula dengan diet dikontrol oleh keluarga. Oleh karena itu
rendah garam dapat menurunkan 2-8 diperlukan dukungan yang kuat dari
mmHg. Latihan fisik atau oleh raga keluarga.
teratur juga bermanfaat dalam Tekanan darah pasien
menurunkan tekanan darah 4-9 mmHg mengalami perubahan setelah terapi
12. Pada akhirnya target yang dengan lifestyle modification selama
diharapkan adalah menurunnya seminggu yaitu 140/90 mmHg hal ini
tekanan darah sampai pada tekanan telah sesuai dengan target terapi yang
darah yang normal. Waktu yang harus dicapai. Menurut Joint National
dibutuhkan bergantung pada pola Commission (JNC) 7 rekomendasi target
makan pasien yang sesuai dengan diet tekanan darah yang harus dicapai
yang tepat. Tentunya penurunan adalah < 140/90 mmHg dan target
tekanan darah pasien dengan lifestyle tekanan darah untuk pasien penyakit
modification juga ditunjang dengan ginjal kronik dan diabetes adalah ≤
meminum obat yang teratur. 130/80 mmHg. American Heart
Kami juga memberikan edukasi Association (AHA) merekomendasikan
tentang pentingnya berolah raga. Olah target tekanan darah yang harus
raga yang dianjurkan pada pasien dicapai, yaitu 140/90 mmHg, 130/80
dengan hipertensi yaitu tipe olah raga mmHg untuk pasien dengan penyakit
aerobik yaitu jogging atau berjalan kaki ginjal kronik, penyakit arteri kronik atau
selama minimal 30 menit dengan ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤
frekuensi 5-7 kali per minggu. Studi 120/80 mmHg untuk pasien dengan
epidemiologis menunjukkan bahwa gagal jantung12.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 95


Marhani R.A.S | Hypertension Grade II in Elderly Men with a Family Approach

Simpulan Indonesia study. Med J Indon.


Setelah dilakukan intervensi dan 2001;10(1):29-33.
11. Sustrani, L., S. Alam., dan I. Hadibroto.
evaluasi terhadap pasien hipertensi Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
grade II pada usia lanjut maka Utama, 2006.
disimpulkan bahwa keberhasilan terapi 12. Joint National Committee on Prevention,
hipertensi grade II pada usia lanjut Detection, Evaluation, and Treatment of
tidak hanya dengan terapi farmakologi High Blood Pressure (JNC). The Seventh
Report of the JNC (JNC-7). JAMA.
dan non farmakologi tetapi dapat 2003;289(19):2560-72.
menggunakan prinsip lifestyle 13. WHO-ISH Hypertension Guideline
modification yang butuh dukungan Committee. Guidelines of the
keluarga. management of hypertension. J
Hypertension. 2003;21(11): 1983-92.
14. Desmond G., Julian. J., Campbell Cowan.,
Daftar Pustaka James M. McLenachan. Cardiology 8th
Edition. Saunders : Elsevier Production,
1. Balitbangkes. Operational study an 2007.
integrated community- based intervention 15. Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M.,
program on common risk factors of major and Simpson, I.A. Kardiologi : Lecture
non-communicable diseases. Jakarta: Notes. ed 4. Jakarta : Penerbit Erlangga,
Depkes RI, 2006. 57-69, 2005.
2. Bonita R. Surveillance of risk factors for 16. Arjatmo T, Hendra U. Ilmu Penyakit
non-communicable diseases. Geneva: Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001.
World Health Organization, 2001. 17. Bramlage P, Pittrow D, Wittchen H-U,
3. A. Tjokronegoro, H. Utama. Buku Ajar Ilmu Kirch W, Boehler S, Lehnert H. Hipertensi
Penyakit Dalam II. ed. Hipertensi Primer. in overweight and obese primary care
Jakarta: Gaya Baru, 2001. patients is highly prevalent and poorly
4. Syah B. Non-communicable disease controlled. Am J Hypertens. 2004;17:904 –
surveillance and prevention in South-East 910.
Asia region. Report of an inter-country 18. Li J, Zheng H, Du HB, Tian XP, Jiang
consultation. New Delhi: WHO-SEARO, YJ, Zhang SL. The multiple lifestyle
2002. modification for patients with
5. WHO/SEARO. Surveillance of major non- prehypertension and hypertension
communicable diseases in South–East Asia patients: a systematic review protocol.
region. Report of an inter-country Am J Hypertens . 2014.
consultation. Geneva: WHO, 2005. 19. Allen R, Rogozinska E, Sivarajasingam
6. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar P, Khan KS, Thangaratinam S. Effect of diet
(Riskesdas) Indonesia. Jakarta: and life style based metabolic risk
Departemen Kesehatan Republik modifying interventions on hypertension:
Indonesia, 2014. A meta-analysis. Am J Hypertens. 2014
7. Darmojo B. Mengamati penelitian 20. Exercise Prescription, Doctor’s handbook.
epidemiologi hipertensi di Indonesia. Center for Health Protection. Hongkong:
Jakarta: PERKI, 2000. Department of Health, 2012.
8. Setiawan, Zamhir. Karakteristik 21. Costa RS, Nogueira LT. Family support in
sosiodemografi sebagai factor resiko the control of hypertension. Rev Latino-
hipertensi studi ekologi. Jakarta: Program am Enfermagem. 2008; 16(5):871-6.
Studi Epidemiologi Program Pasca Sarjana 22. Reyes M, Moran RM. Family Support of
FKM-UI, 2006. Treatment Complaince in Essential
9. Kaplan NM. Clinical hypertension. 8th ed. Arterial Hypertension. Salud Publica,
Lippincott. Williams & Wilkins, 2002. 2001; 43(4):336-9.
10. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, 23. Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi.
daily working load – past antihypertensive Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
drugs and risk of hypertension: a rural Jakarta: Balai Penerbit FK – UI, 2004.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 96


Marhani R.A.S | Hypertension Grade II in Elderly Men with a Family Approach

24. Departement of Health and Human


Service. Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in
Adults. Report from the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National
Committee (JNC 8), 2014.
25. Survei kesehatan nasional. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2004.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 97

You might also like