1440-Article Text-29925-3-10-20210823

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

ASPIRATOR, 12(2), 2020, pp.

115 – 122
Diterbitkan oleh Loka Litbang Kesehatan Pangandaran DOI 10.22435/asp.v12i2.1440

PENELITIAN | RESEARCH

Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis


Atraktan Berbeda di Kelurahan Tembalang Kota
Semarang

Adult Mosquitoes Trapped in Different Types of Attractants in Tembalang Village


Semarang City

Zainul Ambiya1, Martini1, Firda Yanuar Pradani2


1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
2Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pangandaran, Badan Litbang Kesehatan RI

Abstract. Tembalang Village is one of the endemic areas of DHF in the city of Semarang (IR 479,6/100.000
population). The discovery of chemical resistance cases in mosquitoes requires another alternative as an effort
to control dengue that is environmentally friendly, cheap and effective, namely by using mosquito traps with
attractants. This study aims to determine the differences in the types of effective attractant materials to be
used in mosquito traps as an effort to control mosquitoes. This type of research is experimental with the Post-
Test Only Control Group Design method. The sample of this study was 64 houses with repetitions of 6 times.
Testing of attractants was carried out on 3 types of attractants, namely brown sugar yeast, sugar yeast, straw
soaking water and PAM water as a control. Environmental observations were carried out to determine the
density of mosquitoes in Tembalang Village. The results showed that the type of attractant most favored by
mosquitoes was brown sugar yeast (73,37%) and sugar yeast (26,62%). Meanwhile, the mosquito density in
Tembalang sub-district was low at 1.375 with the most found mosquito population being Culex (55.7%) and
the highest fishing place in the house (59%).

Keywords: Tembalang Village, Vector Control, Attractant, Mosquito Density

Abstrak. Desa Tembalang merupakan salah satu daerah endemis DBD di Kota Semarang (IR
479,6/100.000 penduduk). Resistensi pada nyamuk terhadap insektisida kimiawi mendorong penelitian
tentang alternative upaya penanggulangan DBD yang ramah lingkungan, murah dan efektif. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan mengembangkan perangkap nyamuk menggunakan atraktan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan jenis bahan atraktan sebagai perangkap nyamuk. Jenis penelitian
ini adalah eksperimental dengan metode Post-Test Only Control Group Design. Sebanyak 64 rumah diambil
sebagai sampel dengan pengulangan sebanyak 6 kali. Pengujian atraktan dilakukan pada 3 jenis atraktan
yaitu ragi gula merah, ragi gula, dan air rendaman jerami. Air PAM digunakan sebagai kontrol. Dilakukan
penghitungan jumlah nyamuk yang tertangkap untuk menghitung kepadatan nyamuk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis atraktan yang paling disukai nyamuk adalah ragi gula merah (73,37%) dan ragi
gula putih (26,62%). Kepadatan nyamuk di Kecamatan Tembalang tergolong rendah yaitu 1,375 dengan
populasi nyamuk terbanyak ditemukan adalah Culex spp (55,7%) dan Aedes spp (44,3%). Berdasarkan
lokasi penangkapan, nyamuk lebih banyak tertangkap di dalam rumah (59%).

Kata Kunci: Desa Tembalang, Pengendalian Vektor, Atraktan, Kepadatan Nyamuk

Naskah masuk: 26 Februari 2019 | Revisi: 18 Oktober 2020| Layak terbit: 24 November 2020


Corresponding author. E-mail: ambiya.zainul@gmail.com | Phone : +62 8534 585 4341
+62-24-764806

115
Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda.... (Ambiya et al)

PENDAHULUAN selasih minyak kemangi maupun berbahan


sintetis dengan dasar metil eugenol. 6,7,8,9
Demam Berdarah Dengue (DBD), merupakan
Daerah Tembalang memiliki kasus DBD
satu diantara penyakit vector borne disease yang
cukup tinggi dan termasuk kelurahan endemis.
disebabkan oleh nyamuk. Menurut data WHO
Upaya untuk mengurangi risiko penularan, perlu
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 mencatat
dilakukan pengendalian vektor. Salah satu cara
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus
pengendalian yang dilakukan yaitu dengan
DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia
pemanfaatan atraktan buatan yang mudah dan
sendiri, kasus DBD menyebar hampir di seluruh
murah. Penelitian ini bertujuan untuk
wilayah secara merata. Banyak daerah yang
mengetahui atraktan mana yang paling efektif
menjadi daerah endemis DBD, salah satunya
dalam menarik nyamuk. Selanjutnya dapat
Kota Semarang1.
digunakan untuk mengetahui kepadatan dan
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota jenis nyamuk dewasa di Kelurahan Tembalang
Semarang kasus DBD di Kota Semarang menjadi Kota Semarang.10
penyebab kematian balita terbanyak ketiga
BAHAN DAN METODE
setelah diare dan ISPA. Kelurahan yang memiliki
jumlah IR tertinggi pada tahun 2015-2017 di Penelitian ini merupakan penelitian
Kota Semarang adalah Kelurahan Tembalang ekperimental untuk melihat hubungan antara
dengan IR 479,6/100.000 penduduk.2,3 jenis umpan atraktan terhadap jumlah nyamuk
dewasa yang terperangkap. Uji atraktan
Berbagai upaya pengendalian DBD telah
merupakan penelitian eksperimen dengan
dilakukan, baik secara biologi, mekanik dan
desain Post Test Only Control Group Desain.
kimia seperti 3M, tanaman pengusir nyamuk,
Penelitian dilaksanakan di kelurahan Tembalang
larvasida dan fogging.4 Akan tetapi bahan aktif
selama 6 hari untuk uji lapangan pengaruh
senyawa kimia sintetik yang digunakan sebagai
atraktan pada bulan juli 2018.
insektisida dapat menyebabkan resistensi pada
nyamuk sehingga dibutuhkan terobosan baru Bahan yang digunakan sebagai atraktan
pengendalian DBD yang ramah lingkungan, adalah ragi dan gula pasir, ragi dan gula merah,
murah dan efektif. Satu diantara cara yang dapat air rendaman jerami serta air PAM sebagai
dilakukan adalah dengan menggunakan kontrol. Botol bekas air mineral 1500 ml
perangkap nyamuk sederhana yang berisi digunakan sebagai perangkap nyamuk dan
umpan atau atraktan untuk menarik nyamuk plastik hitam sebagai penutupnya. Selain itu
masuk ke dalam perangkap. digunakan juga mosquito holder dan buku
identifikasi untuk mengidentifikasi nyamuk
Atraktan adalah zat yang memiliki daya tarik
dewasa yang tertangkap.
terhadap nyamuk baik secara kimiawi maupun
fisik. Atraktan dapat digunakan untuk Persiapan
memengaruhi perilaku, memantau kepadatan Perangkap nyamuk dibuat dengan
vektor atau menurunkan populasi nyamuk menggunakan botol bekas air mineral yang
secara langsung tanpa mengganggu binatang lain dipotong sepertiga menjadi dua bagian
dan manusia, serta tidak meninggalkan residu kemudian disusun terbalik untuk selanjutnya
pada makanan atau bahan pangan. Salah satu dibungkus dengan menggunakan plastik hitam di
atraktan yang biasa digunakan adalah hasil sekelilingnya agar sesuai dengan kondisi
fermentasi gula yang menghasilkan CO2 dan lingkungan kesukaan nyamuk.
beberapa senyawa lain seperti etanol, asam
Pembuatan atraktan dilakukan dengan
laktat dan hydrogen. CO2, asam laktat, dan etanol
melarutkan masing-masing 50 gr gula pasir dan
merupakan atraktan yang dikenali dengan
gula merah dengan 200 ml air, kemudian
sangat baik, senyawa yang terbukti
ditambahkan ragi masing-masing sebanyak 1gr.
memengaruhi saraf penciuman nyamuk.5
Diamkan selama 4 jam untuk proses fermentasi.
Jenis atraktan lain yang dapat digunakan
Kontrol menggunakan air PAM dan air
adalah ekstrak cabai merah, air rendaman
rendaman jerami yang dibuat dengan merendam
jerami, air rendaman sabut kelapa, air kelapa
jerami kering yang dipotong kecil-kecil sebanyak
muda, air rendaman udang windu, air ragi tape,
125 gr dengan 15 liter air. Diamkan selama 1
air ragi gula merah dan air ragi gula pasir hingga
minggu didalam derigen dalam keadaan tertutup
rendaman kulit jengkol. Selain itu ada juga
rapat.
atraktan dari minyak atsiri seperti minyak

116
ASPIRATOR, 12(2), 2020, pp. 115 – 122
Hak cipta ©2020 - Loka Litbang Kesehatan Pangandaran DOI 10.22435/asp.v12i2.1440

Gambar 1. Perangkap nyamuk

Pemasangan perangkap Uji beda antarperlakuan dilakukan


Perangkap diisi dengan atraktan ragi gula menggunakan one way anova dan dilanjutkan
pasir, ragi gula merah dan air rendaman jerami dengan analisis post hoc.
dan diberi label, untuk kemudian diletakkan di
dalam dan di luar rumah (sebanyak 64 rumah) HASIL
pada tempat-tempat yang berpotensi terdapat Sebanyak 154 nyamuk berhasil ditangkap
nyamuk. Masing-masing rumah dipasang 4 dari 64 rumah. Berdasarkan hasil identifikasi
perangkap yang berisi masing-masing atraktan ditemukan 2 genus nyamuk yaitu Culex dan Aedes.
dan kontrol di dalam maupun di luar rumah. Culex sp. ditemukan lebih banyak (55,7%)
Setelah 24 jam terpasang, perangkap nyamuk dibandingkan dengan Aedes aegypti (44,3%).
yang berisi atraktan diperiksa jumlah nyamuk Berdasarkan jenis atraktan, ragi dan gula
yang terperangkap. Nyamuk yang terperangkap merah yang paling banyak ditemukan nyamuk
diambil dan dihitung, serta dilakukan identifikasi terperangkap baik itu Culex spp. maupun Aedes
untuk mengetahui jenis nyamuk yang spp. dibandingkan dengan atraktan lain maupun
terperangkap. dengan control (Tabel.1). Hasil uji statistik
menunjukan adanya perbedaan jumlah nyamuk
Analisis data yang tertangkap pada perangkap dengan atraktan
Kepadatan nyamuk dihitung menggunakan ragi dan gula merah dengan ragi dan gula pasir, air
rumus sebagai berikut: jerami, dan air PAM. Hasil analisis menggunakan
one way anova menunjukan bahwa terdapat
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑦𝑎𝑚𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 perbedaan antarperlakuan. Hasil analisis lanjut
=
𝑁𝑦𝑎𝑚𝑢𝑘 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan
antara perangkap ragi gula merah dengan ragi
gula putih dan dua atraktan.

Tabel 1. Jumlah Nyamuk yang Terperangkap Berdasarkan Jenis Atraktan pada 64 Rumah di Kelurahan
Tembalang

Pengulangan Jumlah Nyamuk yang Terperangkap di Uji Atraktan


(hari) Ragi Gula Merah Ragi Gula Pasir Air Jerami Air PAM (Kontrol)
1 23 12 0 0
2 19 9 0 0
3 20 5 0 0
4 16 5 0 0
5 16 4 0 0
6 19 6 0 0
Jumlah 113 41 0 0
Rata-rata 18, 83a 6,83b 0c 0c

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda signifikan

117
Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda.... (Ambiya et al)

Tabel 2 Identifikasi Jenis Nyamuk dengan Jenis Atraktan pada 64 Rumah di Kelurahan Tembalang

Jenis Nyamuk Total


Jenis Umpan Aedes aegypti Culex sp.
F % F %
Ragi Gula Merah 38 74,5 74 71,8 112
Ragi Gula Pasir 13 25,5 29 28,2 41
Air Jerami 0 0,0 0 0,0 0
Air PAM (Kontrol) 0 0,0 0 0,0 0
Jumlah 51 100,0 103 100,0

Ada dua genus nyamuk yang masuk ke dalam masuk dalam perangkap yang terdapat atraktan
perangkap yakni Aedes sp. dan Culex sp. Jumlah ragi dan gula merah.5,12
nyamuk yang terperangkap berdasarkan lokasi
Penggunaan air rendaman jerami sebagai
ditemukan di dalam rumah sebanyak 41% (63
atraktan banyak diteliti. Meskipun ada penelitian
ekor) dan di Luar rumah sebanyak 59% (91 ekor).
yang menyebutkan bahwa air rendaman jerami
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
PEMBAHASAN terhadap jumlah Aedes aegyti dan Culex
Hasil penelitian menunjukan bahwa, larutan quinquiefasciatus yang terperangkap.9 Penelitian
fermentasi gula merah lebih disukai oleh nyamuk lain yang dilakukan menunjukan bahwa nyamuk
untuk bertelur. Fermentasi gula merah Aedes sp. lebih senang bertelur pada air rendaman
menghasilkan gas CO2 dan menimbulkan bau yang jerami dibandingkan pada air bekas kolonisasi.10
khas yang dapat berfungsi sebagai atraktan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa CO2
nyamuk. Bau khas akan ditangkap oleh sensilla yang dihasilkan oleh gula lebih besar daripada air
pada antena nyamuk yang mengandung ORNs jerami sehingga nyamuk lebih tertarik masuk
(olfactory receptor neurons). Saraf sensoris ini dalam perangkap yang berisi ragi gula merah dan
menghantarkan impuls kimia berupa respon ragi gula pasir. Hasil ini tidak terpengaruh oleh
elektrik dengan membawa informasi penciuman berapa lama jeraminya direndam.13,10 Penelitian
dari perifer ke lobus antena yang merupakan lain juga menunjukan bahwa air fermentasi ragi
tempat penghentian pertama dalam otak. dan gula juga lebih disukai oleh nyamuk untuk
bertelur dbandingkan air rendaman cabai.13,14
Setelah masuk ke dalam sendillum melewati
pori kutikula, molekul bau tersebut melewati Selain dapat menarik nyamuk, beberapa
cairan lymph menuju dendrit. Bau berikatan atraktan juga dapat memengaruhi daya tetas
dengan OBPs (odorant binding proteins) telur. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
kemudian melewati cairan lymph. Ketika Ridha et al. yang menyebutkan bahwa atraktan
kompleks bau OBPs mencapai membran dendrit, rendaman alang-alang, rumput belulang dan
bau akan berikatan dengan reseptor jerami dapat menurunkan persentase telur Aedes
transmembran, kemudian ditransfer ke albopictus yang menetas di Laboratorium.15
permukaan membran intraseluler. Selanjutnya Penambahan larvasida alami seperti ekstrak biji
impuls elektrik tersebut disampaikan ke pusat srikaya akan memiliki efek lethal pada larva
otak yang lebih tinggi dan berintegrasi untuk sehingga sinergisme antara larvasida alami
menghasilkan respon tingkah laku yang tepat, dengan atraktan ini dapat dimanfaatkan sebagai
sehingga nyamuk bergerak untuk mendekati salah satu alternatif pengendalian vektor
sumber bau tersebut.11 nyamuk.16

Gula merah mempunyai nilai kemanisan 10% Jumlah nyamuk yang terperangkap lebih
lebih tinggi daripada gula pasir dan air jerami. banyak ditemukan pada perangkap yang
Gula merah juga memiliki sedikit rasa asam diletakan di dalam rumah dibandingkan dengan
karena adanya kandungan asam organik sehingga perangkap yang di luar rumah. Hal ini sejalan
menghasilkan aroma asam yang khas dan berbau dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
karamel yang apabila di fermentasikan dengan Emantis Rosa, yang menyebutkan bahwa di dalam
ragi akan meningkatkan aroma asam dari gula rumah lebih banyak ditemukan nyamuk atau
merah.5 tempat perindukan nyamuk.17

Hasil fermentasi gula merah menimbulkan Nyamuk yang terperangkap di penelitian ini
rasa manis dan bau asam yang lebih tinggi dari lebih banyak ditemukan di dalam rumah
atraktan lain. Faktor-faktor inilah yang diduga dikarenakan banyak terdapat tempat untuk
menjadi penyebab nyamuk lebih tertarik untuk nyamuk beristirahat dan tempat perindukannya.

118
ASPIRATOR, 12(2), 2020, pp. 115 – 122
Hak cipta ©2020 - Loka Litbang Kesehatan Pangandaran DOI 10.22435/asp.v12i2.1440

Tempat hinggap yang disenangi nyamuk adalah dengan atraktan yang mudah didapat dan
benda-benda yang tergantung dan biasanya menyerupai aroma atau bau keringat manusia
ditempat yang agak gelap dan lembab. Nyamuk sangat dibutuhkan sehingga nyamuk akan lebih
akan bertelur dan berkembang biak di tempat tertarik pada atraktan dibandingkan menggigit
penampungan air seperti tempat penampungan manusia.22
air untuk keperluan sehari-hari, seperti bak
mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara KESIMPULAN
(tower air) yang tidak tertutup, dan sumur gali.
Aktivitas manusia yang lebih sering dilakukan di Atraktan ragi gula merah lebih disukai oleh
dalam rumah juga merupakan salah satu faktor nyamuk dibandingkan atraktan lain yang
penyebab banyak nyamuk yang ditemukan di diujikan. Berdasarkan uji umpan atraktan, jenis
dalam rumah.18 nyamuk yang terperangkap yaitu Aedes aegypti
dan Culex sp. Berdasarkan hasil perhitungan
Hasil perhitungan kepadatan nyamuk dewasa kepadatan nyamuk, tingkat kepadatan nyamuk di
di Kelurahan Tembalang didapatkan sebesar Kelurahan Tembalang rendah.
2,406 (kategori sedang). Kategori ini berdasarkan
kategorisasi dari Direktorat Jenderal SARAN
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan yang menyatakan apabila kepadatan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
= 1, berarti tergolong kepadatan rendah, masyarakat untuk membuat perangkap nyamuk
kepadatan = 2-5 tergolong sedang, dan kepadatan dengan memanfaatkan bahan-bahan sederhana
>6 termasuk kepadatan tinggi.19 Semakin rendah dan mudah ditemukan. Penggunaan atraktan
kepadatan nyamuk maka akan semakin rendah larutan gula jawa dan ragi diharapakan akan
pula risiko masyarakat tertular penyakit begitu menurunkan kepadatan populasi Aedes spp. di
pula sebaliknya meskipun ada beberapa faktor Tembalang.
lain yang memengaruhi penularan.
Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan UCAPAN TERIMA KASIH
Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
antara jenis kontainer, kondisi kontainer, dan
Universitas Diponegoro dan pihak-pihak yang
kemurnian container, meskipun tidak ditemukan
telah mendukung terlaksananya penelitian dan
hubungan yang signifikan antara keberadaan
terciptanya artikel penelitian ini.
larva dengan kejadian DBD di wilayah tersebut.20
Pola mengigit nyamuk dipengaruhi oleh
KONTRIBUSI PENULIS
kepadatan penduduk terutama pada nyamuk
Anopheles sp. Makin padat populasi penduduk, Peran penulis pada artikel ini yaitu Zainul
maka semakin tinggi keberadaan nyamuk karena Ambiya dan Firda Yanuar Pradani sebagai
ketersediaan makanan yang dibutuhkan oleh kontributor utama. Martini sebagai kontributor
nyamuk juga tinggi.21 anggota. Rincian kontribusi penulis dapat dilihat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pada rincian berikut:
Amrul Munif, jumlah jiwa per rumah
berhubungan dengan frekuensi menggigit Konsep : ZA, FYP
nyamuk, khususnya pada kasus penularan Kurasi Data : ZA, FYP
malaria oleh Anopheles spp.21 Frekuensi nyamuk
menggigit manusia, diantaranya dipengaruhi oleh Analisis Data : ZA,FYP
aktivitas manusianya. Orang yang diam (tidak Investigasi : ZA
bergerak), 3,3 kali akan lebih banyak digigit
nyamuk Aedes sp. dibandingkan dengan orang Metodologi : ZA,FYP
yang aktif dengan demikian orang yang kurang Manajemen Penelitian : ZA
aktif akan lebih besar risikonya untuk tertular
DBD dibandingkan orang yang lebih aktif.21 Administrasi : ZA
Frekuensi nyamuk menggigit manusia juga Sumberdaya : ZA
dipengaruhi keberadaan atau kepadatan manusia Pemrograman : ZA
sehingga diperkirakan nyamuk yang berada di
lingkungan yang padat penduduknya, akan lebih Pengawasan : ZA
tinggi frekuensi menggigitnya terhadap manusia Supervisi :M
dibanding yang kepadatan manusianya lebih
rendah. Pengembangan perangkap nyamuk Validasi :M

119
Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda.... (Ambiya et al)

Visualisasi : ZA, FYP 11. Jacquin J. Insect Olfactory Receptors:


Contribution of Molecular Biologi to
Menulis Pembuatan : ZA, FYP
Chemical Ecologi. 2004.
Draft
12. Astuti EP. Efektifitas Alat Perangkap (
Menulis-Mengkaji dan : ZA, FYP
Trapping ) Nyamuk Vektor Demam Berdarah
Mengedit
Dengue dengan Fermentasi Gula
Effectiveness of Mosquito Trap with Sugar
Fermented Attractant to the Vector of
DAFTAR RUJUKAN
Dengue Hemorrhagic Fever. 2011:41-48.
13. Arvita Kumala Sari, Devi Octaviana SPM.
1. Kemenkes. Demam Berdarah Dengue. Vol 2.;
Perbedaan Efektivitas Penggunaan Atraktan
2010.
Larutan Fermentasi Gula-Ragi Dan Air
2. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Rendaman Cabai Merah ( Capsicum Annum )
Kesehatan Kota Semarang 2016. 2016:1- Terhadap Jumlah Telur Aedes Sp . Yang
102. Terperangkap. J kesmas Indones.
2017;9(1):60-68.
3. Semarang DKK. Laporan Incidence Rate DBD
Kelurahan.; 2017. 14. Siti Rahayu, Whawan Bayu A, Destie Nur
Lailly V MAM. Uji Kefektifan Atraktan oryza
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
sativa, capsicum annum, trachisperum
Modul Pengendalian Demam Berdarah
roxburgianum pada Trapping nyamuk Aedes
Dengue. Direktorat Jenderal Pengendali
Aegypti. 2015;45835.
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Jakarta. 2011. 15. Ridha MR, Fadilly A, Hairani B, Sembiring
WR, Meliyanie G. Efektivitas Atraktan
5. Hasanah HU, Sukamto DS, Novianti I.
terhadap Daya Tetas dan Jumlah Telur
Efektivitas atraktan alami terhadap Aedes
Nyamuk Aedes albopictus di Laboratorium.
aegypti pada perbedaan warna perangkap. J
ASPIRATOR - J Vector-borne Dis Stud.
Biol dan Pembelajaran Biol. 2017;2(2):23-32.
2019;11(2):99-106.
6. Suyudi A, Fatiqin A, Salim M. Efektivitas Air doi:10.22435/asp.v11i2.1164
Rendaman Cabai Merah ( Capsicum annum )
16. Salim M, Satoto TBT. Uji Efektifitas Atraktan
Jerami ( Oryza sativa ) Serbuk Kulit Jengkol (
pada Lethal Ovitrap terhadap Jumlah dan
Pithecellobium lobattum ) sebagai Atraktan
Daya Tetas Telur Nyamuk Aedes aegypti. Bul
Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. In:
Penelit Kesehat. 2015;43(3):147-154.
Seminar Nasional Sains Dan Teknologi
doi:10.22435/bpk.v43i3.4342.147-154
Terapan. ; 2018:26-32.
17. Rosa E. Studi Tempat Perindukan Nyamuk
7. Devinta Lala, Suprijandani N. Fermentasi Air
Vektor Demam Berdarah Dengue di Dalam
Kelapa Muda Sebagai Atraktan Nyamuk
dan di Luar Rumah di Rajabasa, Bandar
Aedes Aegypti. Gema Kesehat Lingkung.
Lampung. J Sains MIPA Univ Lampung.
2018;16(1):50-59.
2007;13(1):57-60.
8. Hudiono K, Saputro P. Pengaruh Penggunaan
18. Gama A. Analisis faktor risiko kejadian
Berbagai Atraktan Terhadap Intensitas
demam berdarah dengue di Desa Mojosongo
Serangan Lalat Buah ( Bactrocera spp .) Pada
Kabupaten Boyolali. Eksplanasi. 2010;5(2).
Empat Varietas Semangka ( Citrullus vulgaris
S .). J Agron Tanam Trop. 2019;1(2):73-83. 19. P2M&PLP D. Program Dan Kebijakan
Pengendalian Vektor/Reservoir Penyakit Di
9. Iskandar Arfan ER. Perbedaan Ovitrap
Indonesia. Jakarta; 2006.
Ember Plastik Atraktan Rendaman Jerami,
Sabut Kelapa, Air Hujan terhadap Jumlah 20. Badriyah S. HN. Hubungan Antara Tempat
Telur Nyamuk Aedes sp. J Kesehat Masy Perindukan Nyamuk Aedes aegypti Dengan
Khatulistiwa. 2019:70-78. Kasus Demam Berdarah Dengue di
Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam
10. Dwinata I, Baskoro T, Indriani C,
Kabupaten Penajam Paser Utara. J
Kedokterantropis P, Kedokteran F, Gadjah U.
trop.pharm.chem. 2011;1(2).
Autocidal Ovitrap Atraktan Rendaman
Jerami Sebagai Alternatif Pengendalian 21. Munif A. Nyamuk Vektor Malaria dan
Vektor DBD Di Kab . Gunungkidul. J MKMI. Hubungannya Dengan Aktivitas Kehidupan
2015;Juni:125-131. Manusia Di Indonesia. Aspirator.
2009;1(2):94-102.

120
ASPIRATOR, 12(2), 2020, pp. 115 – 122
Hak cipta ©2020 - Loka Litbang Kesehatan Pangandaran DOI 10.22435/asp.v12i2.1440

22. Bernier UR, Kline DL, Schreck CE, Yost RA,


Barnard DR. Chemical analysis of human skin
emanations: comparison of volatiles from
humans that differ in attraction of Aedes
aegypti (Diptera: Culicidae). J Am Mosq
Control Assoc. 2002;18(3):186-195.

121
Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda.... (Ambiya et al)

122

You might also like