Professional Documents
Culture Documents
1440-Article Text-29925-3-10-20210823
1440-Article Text-29925-3-10-20210823
1440-Article Text-29925-3-10-20210823
115 – 122
Diterbitkan oleh Loka Litbang Kesehatan Pangandaran DOI 10.22435/asp.v12i2.1440
PENELITIAN | RESEARCH
Abstract. Tembalang Village is one of the endemic areas of DHF in the city of Semarang (IR 479,6/100.000
population). The discovery of chemical resistance cases in mosquitoes requires another alternative as an effort
to control dengue that is environmentally friendly, cheap and effective, namely by using mosquito traps with
attractants. This study aims to determine the differences in the types of effective attractant materials to be
used in mosquito traps as an effort to control mosquitoes. This type of research is experimental with the Post-
Test Only Control Group Design method. The sample of this study was 64 houses with repetitions of 6 times.
Testing of attractants was carried out on 3 types of attractants, namely brown sugar yeast, sugar yeast, straw
soaking water and PAM water as a control. Environmental observations were carried out to determine the
density of mosquitoes in Tembalang Village. The results showed that the type of attractant most favored by
mosquitoes was brown sugar yeast (73,37%) and sugar yeast (26,62%). Meanwhile, the mosquito density in
Tembalang sub-district was low at 1.375 with the most found mosquito population being Culex (55.7%) and
the highest fishing place in the house (59%).
Abstrak. Desa Tembalang merupakan salah satu daerah endemis DBD di Kota Semarang (IR
479,6/100.000 penduduk). Resistensi pada nyamuk terhadap insektisida kimiawi mendorong penelitian
tentang alternative upaya penanggulangan DBD yang ramah lingkungan, murah dan efektif. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan mengembangkan perangkap nyamuk menggunakan atraktan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan jenis bahan atraktan sebagai perangkap nyamuk. Jenis penelitian
ini adalah eksperimental dengan metode Post-Test Only Control Group Design. Sebanyak 64 rumah diambil
sebagai sampel dengan pengulangan sebanyak 6 kali. Pengujian atraktan dilakukan pada 3 jenis atraktan
yaitu ragi gula merah, ragi gula, dan air rendaman jerami. Air PAM digunakan sebagai kontrol. Dilakukan
penghitungan jumlah nyamuk yang tertangkap untuk menghitung kepadatan nyamuk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis atraktan yang paling disukai nyamuk adalah ragi gula merah (73,37%) dan ragi
gula putih (26,62%). Kepadatan nyamuk di Kecamatan Tembalang tergolong rendah yaitu 1,375 dengan
populasi nyamuk terbanyak ditemukan adalah Culex spp (55,7%) dan Aedes spp (44,3%). Berdasarkan
lokasi penangkapan, nyamuk lebih banyak tertangkap di dalam rumah (59%).
Naskah masuk: 26 Februari 2019 | Revisi: 18 Oktober 2020| Layak terbit: 24 November 2020
Corresponding author. E-mail: ambiya.zainul@gmail.com | Phone : +62 8534 585 4341
+62-24-764806
115
Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda.... (Ambiya et al)
116
ASPIRATOR, 12(2), 2020, pp. 115 – 122
Hak cipta ©2020 - Loka Litbang Kesehatan Pangandaran DOI 10.22435/asp.v12i2.1440
Tabel 1. Jumlah Nyamuk yang Terperangkap Berdasarkan Jenis Atraktan pada 64 Rumah di Kelurahan
Tembalang
Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda signifikan
117
Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda.... (Ambiya et al)
Tabel 2 Identifikasi Jenis Nyamuk dengan Jenis Atraktan pada 64 Rumah di Kelurahan Tembalang
Ada dua genus nyamuk yang masuk ke dalam masuk dalam perangkap yang terdapat atraktan
perangkap yakni Aedes sp. dan Culex sp. Jumlah ragi dan gula merah.5,12
nyamuk yang terperangkap berdasarkan lokasi
Penggunaan air rendaman jerami sebagai
ditemukan di dalam rumah sebanyak 41% (63
atraktan banyak diteliti. Meskipun ada penelitian
ekor) dan di Luar rumah sebanyak 59% (91 ekor).
yang menyebutkan bahwa air rendaman jerami
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
PEMBAHASAN terhadap jumlah Aedes aegyti dan Culex
Hasil penelitian menunjukan bahwa, larutan quinquiefasciatus yang terperangkap.9 Penelitian
fermentasi gula merah lebih disukai oleh nyamuk lain yang dilakukan menunjukan bahwa nyamuk
untuk bertelur. Fermentasi gula merah Aedes sp. lebih senang bertelur pada air rendaman
menghasilkan gas CO2 dan menimbulkan bau yang jerami dibandingkan pada air bekas kolonisasi.10
khas yang dapat berfungsi sebagai atraktan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa CO2
nyamuk. Bau khas akan ditangkap oleh sensilla yang dihasilkan oleh gula lebih besar daripada air
pada antena nyamuk yang mengandung ORNs jerami sehingga nyamuk lebih tertarik masuk
(olfactory receptor neurons). Saraf sensoris ini dalam perangkap yang berisi ragi gula merah dan
menghantarkan impuls kimia berupa respon ragi gula pasir. Hasil ini tidak terpengaruh oleh
elektrik dengan membawa informasi penciuman berapa lama jeraminya direndam.13,10 Penelitian
dari perifer ke lobus antena yang merupakan lain juga menunjukan bahwa air fermentasi ragi
tempat penghentian pertama dalam otak. dan gula juga lebih disukai oleh nyamuk untuk
bertelur dbandingkan air rendaman cabai.13,14
Setelah masuk ke dalam sendillum melewati
pori kutikula, molekul bau tersebut melewati Selain dapat menarik nyamuk, beberapa
cairan lymph menuju dendrit. Bau berikatan atraktan juga dapat memengaruhi daya tetas
dengan OBPs (odorant binding proteins) telur. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
kemudian melewati cairan lymph. Ketika Ridha et al. yang menyebutkan bahwa atraktan
kompleks bau OBPs mencapai membran dendrit, rendaman alang-alang, rumput belulang dan
bau akan berikatan dengan reseptor jerami dapat menurunkan persentase telur Aedes
transmembran, kemudian ditransfer ke albopictus yang menetas di Laboratorium.15
permukaan membran intraseluler. Selanjutnya Penambahan larvasida alami seperti ekstrak biji
impuls elektrik tersebut disampaikan ke pusat srikaya akan memiliki efek lethal pada larva
otak yang lebih tinggi dan berintegrasi untuk sehingga sinergisme antara larvasida alami
menghasilkan respon tingkah laku yang tepat, dengan atraktan ini dapat dimanfaatkan sebagai
sehingga nyamuk bergerak untuk mendekati salah satu alternatif pengendalian vektor
sumber bau tersebut.11 nyamuk.16
Gula merah mempunyai nilai kemanisan 10% Jumlah nyamuk yang terperangkap lebih
lebih tinggi daripada gula pasir dan air jerami. banyak ditemukan pada perangkap yang
Gula merah juga memiliki sedikit rasa asam diletakan di dalam rumah dibandingkan dengan
karena adanya kandungan asam organik sehingga perangkap yang di luar rumah. Hal ini sejalan
menghasilkan aroma asam yang khas dan berbau dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
karamel yang apabila di fermentasikan dengan Emantis Rosa, yang menyebutkan bahwa di dalam
ragi akan meningkatkan aroma asam dari gula rumah lebih banyak ditemukan nyamuk atau
merah.5 tempat perindukan nyamuk.17
Hasil fermentasi gula merah menimbulkan Nyamuk yang terperangkap di penelitian ini
rasa manis dan bau asam yang lebih tinggi dari lebih banyak ditemukan di dalam rumah
atraktan lain. Faktor-faktor inilah yang diduga dikarenakan banyak terdapat tempat untuk
menjadi penyebab nyamuk lebih tertarik untuk nyamuk beristirahat dan tempat perindukannya.
118
ASPIRATOR, 12(2), 2020, pp. 115 – 122
Hak cipta ©2020 - Loka Litbang Kesehatan Pangandaran DOI 10.22435/asp.v12i2.1440
Tempat hinggap yang disenangi nyamuk adalah dengan atraktan yang mudah didapat dan
benda-benda yang tergantung dan biasanya menyerupai aroma atau bau keringat manusia
ditempat yang agak gelap dan lembab. Nyamuk sangat dibutuhkan sehingga nyamuk akan lebih
akan bertelur dan berkembang biak di tempat tertarik pada atraktan dibandingkan menggigit
penampungan air seperti tempat penampungan manusia.22
air untuk keperluan sehari-hari, seperti bak
mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara KESIMPULAN
(tower air) yang tidak tertutup, dan sumur gali.
Aktivitas manusia yang lebih sering dilakukan di Atraktan ragi gula merah lebih disukai oleh
dalam rumah juga merupakan salah satu faktor nyamuk dibandingkan atraktan lain yang
penyebab banyak nyamuk yang ditemukan di diujikan. Berdasarkan uji umpan atraktan, jenis
dalam rumah.18 nyamuk yang terperangkap yaitu Aedes aegypti
dan Culex sp. Berdasarkan hasil perhitungan
Hasil perhitungan kepadatan nyamuk dewasa kepadatan nyamuk, tingkat kepadatan nyamuk di
di Kelurahan Tembalang didapatkan sebesar Kelurahan Tembalang rendah.
2,406 (kategori sedang). Kategori ini berdasarkan
kategorisasi dari Direktorat Jenderal SARAN
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan yang menyatakan apabila kepadatan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
= 1, berarti tergolong kepadatan rendah, masyarakat untuk membuat perangkap nyamuk
kepadatan = 2-5 tergolong sedang, dan kepadatan dengan memanfaatkan bahan-bahan sederhana
>6 termasuk kepadatan tinggi.19 Semakin rendah dan mudah ditemukan. Penggunaan atraktan
kepadatan nyamuk maka akan semakin rendah larutan gula jawa dan ragi diharapakan akan
pula risiko masyarakat tertular penyakit begitu menurunkan kepadatan populasi Aedes spp. di
pula sebaliknya meskipun ada beberapa faktor Tembalang.
lain yang memengaruhi penularan.
Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan UCAPAN TERIMA KASIH
Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara
Penulis menyampaikan terima kasih kepada
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
antara jenis kontainer, kondisi kontainer, dan
Universitas Diponegoro dan pihak-pihak yang
kemurnian container, meskipun tidak ditemukan
telah mendukung terlaksananya penelitian dan
hubungan yang signifikan antara keberadaan
terciptanya artikel penelitian ini.
larva dengan kejadian DBD di wilayah tersebut.20
Pola mengigit nyamuk dipengaruhi oleh
KONTRIBUSI PENULIS
kepadatan penduduk terutama pada nyamuk
Anopheles sp. Makin padat populasi penduduk, Peran penulis pada artikel ini yaitu Zainul
maka semakin tinggi keberadaan nyamuk karena Ambiya dan Firda Yanuar Pradani sebagai
ketersediaan makanan yang dibutuhkan oleh kontributor utama. Martini sebagai kontributor
nyamuk juga tinggi.21 anggota. Rincian kontribusi penulis dapat dilihat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pada rincian berikut:
Amrul Munif, jumlah jiwa per rumah
berhubungan dengan frekuensi menggigit Konsep : ZA, FYP
nyamuk, khususnya pada kasus penularan Kurasi Data : ZA, FYP
malaria oleh Anopheles spp.21 Frekuensi nyamuk
menggigit manusia, diantaranya dipengaruhi oleh Analisis Data : ZA,FYP
aktivitas manusianya. Orang yang diam (tidak Investigasi : ZA
bergerak), 3,3 kali akan lebih banyak digigit
nyamuk Aedes sp. dibandingkan dengan orang Metodologi : ZA,FYP
yang aktif dengan demikian orang yang kurang Manajemen Penelitian : ZA
aktif akan lebih besar risikonya untuk tertular
DBD dibandingkan orang yang lebih aktif.21 Administrasi : ZA
Frekuensi nyamuk menggigit manusia juga Sumberdaya : ZA
dipengaruhi keberadaan atau kepadatan manusia Pemrograman : ZA
sehingga diperkirakan nyamuk yang berada di
lingkungan yang padat penduduknya, akan lebih Pengawasan : ZA
tinggi frekuensi menggigitnya terhadap manusia Supervisi :M
dibanding yang kepadatan manusianya lebih
rendah. Pengembangan perangkap nyamuk Validasi :M
119
Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda.... (Ambiya et al)
120
ASPIRATOR, 12(2), 2020, pp. 115 – 122
Hak cipta ©2020 - Loka Litbang Kesehatan Pangandaran DOI 10.22435/asp.v12i2.1440
121
Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda.... (Ambiya et al)
122