Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Biopendix, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2023, hlm 51-57

ANALISIS KADAR ABU PADA SALAK MERAH (Salacca edulis) DI DESA RIRING
DAN DESA BURIA KECAMATAN TANIWEL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
PROVINSI MALUKU
Alwi Smith1*, Sintje Liline2, Solagratia Sahetapy3

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pattimura,
Jalan Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka, Ambon, Indonesia

Email: alwi.smith@fkip.unpatti.ac.id

Abstract
Background: Indonesia is a country suitable for growing salak plants. With this good climate it is
possible for types of plants and fruit to continue to grow and develop properly. in 100g of salak fruit
flesh has a high nutritional content such as carbohydrates 20.9 g, calories 77.0 cal, protein 0.40 g,
calcium 28.00 mg, phosphorus 18.0 mg, iron 4.20 mg, vitamin B 0.04 mg, vitamin C 2.00 mg and
water 78.00 mg.
Methods: Testing the ash content using the dry ashing method. Ash content can show the total
minerals in a food ingredient.
Results: The results showed that there was a difference between the ash content of red salak fruit
in buria village and riring village. For Buria Village, the ash content of red salak fruit is 1.79535%. As
for Riring Village, the percentage of ash content is 2.4744%.
Conclusion: There are differences between the two samples of red salak fruit taken from 2 different
locations. The effect of altitude is mainly related to plant metabolic processes, such as biochemical
processes and the synthesis of secondary metabolites, such as vitamins and minerals which affect
the size of the ash content in fruit.
Keywords: Ash content, Salacca edulis

Abstrak
Latar Belakang: Indonesia merupakan negara yang cocok ditumbuhi tanaman salak. Dengan iklim
yang baik ini memungkinkan untuk jenis tanaman dan buah untuk tetap bertumbuh dan berkembang
dengan baik. dalam 100g daging buah salak memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti karbohidrat
20,9 g, kalori 77,0 kal, protein 0,40 g, kalsium 28,00 mg, fosfor 18,0 mg, zat besi 4,20 mg, vitamin B
0,04 mg, vitamin C 2,00 mg dan air 78,00mg
Metode: Pengujian kadar abu menggunakan metode pengabuan kering. Kadar abu dapat
menunjukkan total mineral dalam suatu bahan pangan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kadar abu pada buah Salak
merah di desa buria dan desa riring. Untuk Desa Buria kadar abu buah salak merah sebesar
1.79535%. Sedangkan untuk desa riring presentase kadar abu sebesar 2.4744%.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara kedua sampel buah salak merah yang diambil dari 2 lokasi
berbeda. Pengaruh ketinggian tempat terutama berkaitan dengan proses metabolisme tanaman,
seperti proses biokimia dan sintesis senyawa metabolit sekunder, seperti vitamin dan mineral yang
berpengaruh terhadap besar kecilnya kadar abu dalam buah.

Kata Kunci: Kadar Abu, Salacca edulis

Alwi Smith, Sintje Liline, Solagratia Sahetapy. Analisis Kadar Abu Pada Salak Merah…
Biopendix, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2023, hlm 51-57
PENDAHULUAN dibandingkan Negeri Riring. Sebaliknya,
Indonesia merupakan negara yang kelembaban udara di Negeri Buria lebih
cocok ditumbuhi tanaman salak. Dengan rendah. Ini berarti bahwa intensitas
iklim yang baik ini memungkinkan untuk cahaya dan suhu lingkungan cenderung
jenis tanaman dan buah untuk tetap mengalami penurunan seiring
bertumbuh dan berkembang dengan bertambahnya ketinggian tempat.
baik. Adapun buah-buahan dan sayuran Dengan demikian, semakin tinggi tempat,
merupakan bahan makanan yang penting semakin rendah intensitas cahaya, maka
untuk kehidupan karena sangat semakin rendah pula suhu
dibutuhkan untuk memenuhi nutrisi dalam lingkungannya. Hal ini berbanding terbalik
tubuh manusia, seperti serat gizi, vitamin dengan kelembaban, dimana semakin
dan mineral (Asrina & Fadilah, 2021). tinggi tempat, semakin tinggi pula
Buah salak (Salacca edulis) kelembabannnya. Sedangkan ketinggian
merupakan salah satu komoditas yang tempat tidak berdampak pada pH tanah,
menguntungkan untuk dikembangkan. dimana hasil pengukukan pH pada kedua
Buah salak dapat ditanam secara lokasi adalah 7 (netral). Penanam salak
tumpang sari dengan tanaman lainnya, merah di Seram Bagian Barat yang
serta proses pemanenannya juga dapat berpusat di beberapat tempat seperti
dilakukan sepanjang tahun karena umur Desa Riring dan Desa Buria. Kedua
produktifnya relatif panjang. Adapun tempat tersebut memiliki ketinggian
pemasaran buah salak ini juga cukup tempat yang berbeda, dimana Desa
mudah karena biasanya dikonsumsi Riring merupakan dataran tinggi
sebagai buah segar mapuan hasil sedangkan Desa Buria merupakan
produksi lainnya seperti selai, asinan, dataran rendah. Ketinggian tempat
dodol dan lainnya. Untuk dikonsumsi, (elevasi) termasuk dalam faktor
dalam 100g daging buah salak memiliki fisiografis, sangat mempengaruhi iklim,
kandungan gizi yang tinggi seperti terutama curah hujan dan temperatur
karbohidrat 20,9 g, kalori 77,0 kal, protein udara. Menurut (Sulistyono, 1995), tinggi
0,40 g, kalsium 28,00 mg, fosfor 18,0 mg, tempat berpengaruh terhadap temperatur
zat besi 4,20 mg, vitamin B 0,04 mg, udara dan intensitas cahaya. Temperatur
vitamin C 2,00 mg dan air 78,00mg dan intensitas cahaya akan semakin kecil
(Mandiri, 2010). dengan semakin tingginya tempat
Bagian Seram Barat merupakan salah tumbuh. Berkurangnya temperatur dan
satu Kabupaten di Provinsi Maluku yang intensitas cahaya dapat menghambat
memiliki wilayah dengan topografi jalan pertumbuhan karena proses fotosintesis
sampai berbukit. Perubahan ketinggian terganggu. Daerah yang ada memiliki
dari wilayah dataran rendah ke datarn elevasi tinggi jumlah konsentrasi CO₂
tinggi cukup tajam menjadikan Kabupaten relatif lebih kecil bila dibandingkan pada
Seram Bagian Barat. banyak memiliki daerah yang lebih rendah (Muhdi, 2004).
topografi miring. Topografi miring tersebut Hal ini menyebabkan laju fotosintesis
pada daerah umumnya cocok untuk menjadi lambat, karbohidrat untuk
tanaman salak, karena topografi miring pertumbuhan menjadi berkurang, dan
umumnya memiliki drainase yang baik tinggi tanaman akan berkurang Salak
(Tonidan Warino, 2012). Penelitian yang yang ada di Kabupaten Seram Bagian
dilakukan oleh (Smith, dkk 2021) bahwa Barat merupakan salah satu kultivar
hasil pengkuran faktor lingkungan yang salak asli di Maluku. Hal ini disebabkan
terdiri atas ketinggian tempat, pH, kultivar ini memiliki keunggulan spesifik
kelembaban udara, suhu udara dan diantaranya penampilan daging buah
intensitas cahaya untuk Negeri Buria yang berwarna merah dan rasa yang
(dataran rendah) adalah, 308 m dpl, 7, manis asam (Elly, dkk 2018). Adapun
50%, 23oC, dan 2000 cd. Sedangkan jenis Salak yang dimaksud berasal dari
untuk Negeri Riring (dataran tinggi) Kabupaten Seram Bagian Barat ini, diakui
berturut-turut adalah 660 m dpl, 7, 80%, sebagai varietas unggul nasional
19oC, dan 1000 cd. Intensitas cahaya dan dikarenakan salak merah yang dimiliki
suhu udara di Negeri Buria lebih tinggi Kabupaten Seram Barat bersifat khas

Alwi Smith, Sintje Liline, Solagratia Sahetapy. Analisis Kadar Abu Pada Salak Merah… 52
Biopendix, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2023, hlm 51-57
secara botani (Latulake, 2021). Salah Menurut Kusumaningrum (2013)
satu jenis tanaman buah yang menjadi mengemukakan bahwa semakin tinggi
prioritas penelitian tanaman buah unggul nilai kadar abu maka semakin banyak
asli Indonesia adalah buah salak (Salacca kandungan bahan anorganik di dalam
edulis) (Herawati, dkk 2012). produk tersebut. Komponen bahan
Kadar abu yang terkandung dalam anorganik di dalam suatu bahan sangat
suatu bahan pangan menunjukkan bervariasi baik jenis maupun jumlahnya
besarnya jumlah mineral yang ada di (Roni, 2008).
dalam bahan pangan. Kadar abu
merupakan hasil yang tersisa atau MATERI DAN METODE
tertinggal dari sampel bahan pangan yang Tipe penelitian yang dilakukan yaitu
dibakar sempurna pada proses deskriptif. Penelitian deskriptif ini
pengabuan. Mineral atau kadar abu dari digunakan untuk mendeskripsikan kadar
suatu bahan pangan dengan cara abu pada buah salak (salacca edulis)
pengabuan untuk merusak senyawa pada ketinggian yang berbeda.
organik dan dan hanya mineral yang
disisakan (Handayani, 2015) . Salah satu Pengujian Kadar Abu
zat gizi yang dibutuhkan tubuh adalah Prosedur kerja ini mengacu pada (
mineral. Mineral memegang peranan Andarwulan,2010)
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, a. Sebelum dioven ukur berat cawan
baik pada tingkat sel, jaringan, organ, yang akan digunakan.
maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. b. Masukan sampel ke dalam cawan
Mineral juga berperan dalam berbagai sebanyak 3gr untuk masing-masing
tahap metabolisme terutama sebagai sampel.
kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. c. Kemudian masukan ke dalam oven
Kekurangan mineral dapat menyebabkan dengan suhu 105°C.
gangguan kesehatan seperti anemia d. Biarkan selama 24 jam.
karena kekurangan zat besi, gondok e. Setelah itu cawan yang berisi
karena kekurangan yodium, osteoporosis sampel diangkat dari dalam oven
karena kekurangan kalsium dan dan didinginkan.
osteomalasia karena kekurangan vitamin f. Setelah dingin sampel diangkat
D, fosfat dan kalsium. Pemenuhan
kemudian ditimbang
kebutuhan mineral pada manusia dapat
diperoleh dengan cara mengonsumsi g. Sampel diabukan selama 4 jam
bahan pangan baik yang berasal dari dengan suhu 550°C.
tumbuhan (mineral nabati) maupun h. Setelah itu, sampel yang telah
hewan (mineral hewani) (Almatsier, diabukan tersebut diangkat dan
2006). Kandungan mineral dalam bahan didinginkan kemudian ditimbang
pangan hanyalah salah satu parameter kembali.
awal untuk menilai kualitas suatu bahan i. Perhitungan Kadar Abu
pangan, karena yang lebih penting adalah Perhitungan kadar abu dengan
bioavailabilitasnya. cara pengabuan kering (AOAC, 1995)
Abu merupakan sisa hasil Kadar Abu (%) =
pembakaran bahan organik yang berupa 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢(𝑔𝑟)
zat organik yang berupa zat anorganik, 𝑥100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑔𝑟)
yaitu komposisi dan kandungannya
tergantung dari bahan dan cara HASIL DAN PEMBAHASAN
pengabuannya (Hutomo dkk, 2015). Hasil
Residu yang didapatkan merupakan total Penentuan kadar abu dilakukan
abu dari suatu sampel (Arziyah dengan cara langsung yaitu pada suhu
dkk,2019). Pengukuran kadar abu 5500C selama 4 jam. Kemudian kadar abu
merupakan salah satu parameter penting ditentukan dengan menimbang sisa
yang perlu dilakukan untuk mengevaluasi mineral hasil pembakaran bahan organik
nutrisi dan komposisi dalam suatu sampel yang tertinggal sebagai abu. Berikut
(Liu, 2019). adalah tabel hasil pengujian kadar abu.

Alwi Smith, Sintje Liline, Solagratia Sahetapy. Analisis Kadar Abu Pada Salak Merah… 53
Biopendix, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2023, hlm 51-57

Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Buah Salak merah (Salacca edulis)


Kode Sampel Berat Abu Kadar Abu
Buria U1 0.0536% 1.7545%
Buria U2 0.0560% 1.8362%
Riring U1 0.0765% 2.4354%
Riring U2 0.0785% 2.5134%

Kadar Abu
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Buria Riring

Gambar 1. Histogram Kadar Abu Total

Berdasarkan histogram di atas dapat Pengukuran faktor lingkungan


dijelaskan bahwa kadar abu buah salak berdasarkan ketinggian tempat yang
merah di Desa Riring lebih tinggi berbeda di lokasi pegambilan sampel
dibandingkan pada Desa Buria. yaitu Desa Riring dan Desa Buria dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengukuran faktor lingkungan berdasarkan ketinggian tempat


Ketinggian
Kelembaban Suhu Udara Intensitas
Lokasi Tempat ph Tanah
Udara (%) (°C) Cahaya (cd)
(mdpl)
Desa Buria 308 7 50 23 2000
Desa Riring 660 7 80 19 1000

Berdasarkan hasil pengukuran faktor menunjukan jumlah mineral yang


lingkungan pada tabel di atas dikandung dalam bahan pengan tersebut.
menunjukkan perbedaan tempat juga Adapun prinsip kerja abu akan diawali
mempengaruhi, pH, kelembaban udara, dengan cara membakar bahan pangan
suhu udara dan intensitas cahaya yang ingin diteliti. Prinsip kerja dalam
terhadap pertumbuhan dan kandungan penentuan kadar abu akan diawali
dari Salak Merah tersebut. Kandungan dengan cara membakar bahan pangan
gizi dari Salak Merah jika ditempat yang yang didalamnya buah dalam tungku
kelembabannya bagus, suhu udara dan pengabuan dengan memvariasikan suhu
intensitas cahaya yang didapat bagus pemanasan sampai mendapatkan abu
otomatis proses fotosintesis maupun yang berwarna putih. Untuk penentuan
penyerapan zat hara dari dalam tanah penetapan bobot abu dihitung
berjalan dengan baik. berdasarkan gravimetri (Herman dkk,
2013).
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang
Analisis Kadar Abu telah dilakukan dengan menggunakan
Kadar abu dalam bahan pangan yang sampel buah salak merah dari 2 lokasi
didalmnya terdapat buah-buahan berbeda yaitu Desa Buria dan Desa

Alwi Smith, Sintje Liline, Solagratia Sahetapy. Analisis Kadar Abu Pada Salak Merah… 54
Biopendix, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2023, hlm 51-57
Riring, ternyata diperoleh tingakat kematangan buah. dimana Buah salak
presentase kadar abu berbeda dengan yang dipetik pada saat buah telah matang
melakukan 2 kali pengulangan. Terlihat dan belum matang akan terus
jelas bahwa terdapat perbedaan antara 2 melangsungkan serangkaian proses yaitu
hasil tersebut dimana untuk desa Buria respirasi, dan transpirasi. Hal ini sejalan
kadar Abu Buah Salak merah sebesar dengan pendapat yang dikemukakan
1.79535%, sedangkan untuk Desa Riring menurut (Muchtadi,dkk 201 ) dan
presentase kadar abu sebesar 2.4744%. (Zuhairini, 1996) selama proses
Penelitian yang dilakukan oleh Ariasyah pematangan buah akan terjadi perubahan
dari Pusat Litbang Gizi dan makanan di fisik dan kimia seperti perubahan kadar
Departemen Kesehatan RI, mengatakan air, protein, lemak, asam organik, vitamin,
bahwa kandungan betakaroten dalam mineral dan karbohidrat yang akan
100 gr buah Salak kurang lebih dan lima berpengaruh pada kadar abu dalam buah.
kali lebih banyak dibandingkan dengan Kemampuan tanah untuk menyediakan
mangga dan tiga kali lebih banyak unsur hara tanaman tergantung pada sifat
dibandingkan dengan jambu biji, kimi tanah seperti pH, karbon organik dan
kandungan Betakaroten adalah kandungan mineral dari dalam tanah
kandungan yang dapat membantu orang (Kufa, 2011).
yang memiliki gangguan kesehatan Menurut Harefa dan Pato (2017)
(Latulake, 2021). Secara umum mutu bahwa semakin tinggi tingkat kematangan
buah salak dapat ditentukan oleh buah maka akan semakin meningkatkan
beberapa persyaratan mutu buah berupa kadar abu pada buah tersebut yang
ukuran buah, warna bentuk, kondisi, disebabkan semakin tingginya
tekstur, citarasa dan nilai nutrisi. Standar kandungan garam-garam mineral yang
mutu buah salak mengacu pada SNI terkandung dalam buah yang terbentuk
3167: 2019 (Badan Standar Nasional, seiring proses pematangan atau
2009). pemasakan Menurut B.Nurhidayah
Dijelaskan oleh Anarsis (1996) bahwa (2019) bahwa kadar abu yang tinggi
Tanaman salak dapat ditanam didataran disebabkan oleh masih banyak
rendah mulai dari tanah ngarai, daerah kandungan mineral pada sampel dan
pasisir dan tepi pantai kedataran tinggi dapat diminimalisir melalui demineralisasi
dilereng- lereng bukit atau pegunungan pada tahap awal ekstraksi. Menurut
sampai ketinggian 750 mdpl. Di dataran Kusumaningrum (2013) mengemukakan
tinggi, tanaman salak akan tumbuh baik bahwa semakin tinggi nilai kadar abu
pada daerah yang banyak mendapatkan maka semakin banyak kandungan bahan
curah hujan atau daerah yang termasuk anorganik di dalam produk tersebut.
wilayah hujan sepanjang tahun dengan Komponen bahan anorganik di dalam
curah hujan lebih dari 2000 mm pertahun, suatu bahan sangat bervariasi baik jenis
tetepi tidak lebih dari 4000 mm per tahun. maupun jumlahnya (Roni, 2008).
Ketinggian tempat berpengaruh Perubahan ketinggian dari wilayah
terhadap suhu udara dan curah hujan dataran rendah ke dataran tinggi cukup
(Ping, dkk 2013). Semakin tinggi tempat, tajam menjadikan tanaman salak cocok
suhu udara semakin rendah dan curah ditanam karena zona pada perakaran
hujan semakin tinggi serta tanahnya salak sangat relatif dangkal, oleh karena
semakin subur (Sari, dkk 2015). itu faktor curah hujan dan tekstur tanah
Perubahan faktor iklim dapat berdampak mempunyai peranan yang besar terhadap
pada proses dekomposisi bahan organik pertumbuhan tanaman salak. Sehingga
dan komposisi kimia di dalam tanah serta faktor lingkungan yang berpengaruh pada
prosesp pematangan buah (Somporn, tumbuhan adalah cahaya matahari,
dkk 2012). temperatur, air dan curah hujan, tanah
Salah satu faktor yang berpengaruh dan nutrisi serta pemupukan (Aprialdi,
terhadap kandungan mineral yang 2013).
berhubungan langsung dengan Pengaruh ketinggian tempat terutama
penentuan kadar abu yaitu tingkat berkaitan dengan proses metabolisme

Alwi Smith, Sintje Liline, Solagratia Sahetapy. Analisis Kadar Abu Pada Salak Merah…55
Biopendix, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2023, hlm 51-57
tanaman, seperti proses biokimia dan ekstrak akar kuning (Fibraurea
sintesis senyawa metabolit primer seperti chloroleuca Miers) secara gravimetri.
respirasi dan fotosintesis yang Jurnal Pendidikan Kimia dan Ilmu
merupakan proses esensial bagi Kimia, Vol., 3, No. 1, Hal. 51-59 .
tumbuhan. Respirasi adalah suatu proses Elly, S. S., Watuguly, T. W., dan
biologis, yaitu oksigen diserap untuk Rumahlatu, D. 2018. Genetic
digunakan (Octavianti Paramita, 2010). diversity of salacca edulis from west
seram district, Maluku, Indonesia
KESIMPULAN based on morphological characters
Kadar abu pada salak merah terdapat and RAPD profiles. Biodiversitas,
perbedaan yaitu untuk Desa Buria kadar Vol. 19, No. 5, Hal. 1777–1782.
Abu Buah Salak merah sebesar Fauzi, M., 2006. Analisa Pangan dan
1.79535%. dan untuk Desa Riring Hasil Pertanian, Jember: FTP UNEJ
presentase kadar abu sebesar 2.4744%. Hadiati, S., Susiloadi A., dan Budiyati T.
2008. Hasil persilangan dan
DAFTAR PUSTAKA pertumbuhan beberapa genotipe
Ago, A.Y., Wirawan, W dan Santoso, B. salak. Buletin Plasma Nutfah, Vol.
2014. Pembuatan yogurt dari kulit 14, No. 1, Hal. 26-32 .
pisang ambon serta keayakan usaha Harahap, S. S. 2011. Analisa Kritis Atas
(Pengaruh jenis dan konsentrasi Laporan Keuangan. Jakarta:
bahan penstabil). Jurnal Fakultas Rajawali Pers.
Partanian, Vol. 2, No. 2, Hal. 1-15. Herman, H., Rusli, R., Limu, E., Hamid,
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu R., Haeruddin. 2011. Analisis kadar
Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka mineral dalam abu buah Nipa
Utama (Nypapa fructicans) Kaliwangi,
Anarsis, W. 1996. Agribisnis Komoditas Kendari, Sulawesi Tenggara. Jurnal
Salak. Jakarta: Bumi Aksara Farmasi dan Kimia. Vol.1, No.2, Hal.
AOAC. 1995. Official Methods of 104-110
Analysis. Associationof Official Herawati, W., dan Yayu, W. 2010.
Analytical Chemists, Washington, D. Analisis fenetik beberapa varietas
C. kedelai berdasarkan karakteristik
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian morfologi dan anatomi (Makalah
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: seminar nasional hari lingkungan
PT. Rineka Cipta. hidup dengan tem pengelolaan
Arziyah, D., Yusmita, L., dan Ariyetti, A. sumber daya alam dan
2019. Analisis mutu tahu dari lingkungannya berbasis kearifan
beberapa produsen tahu di Kota lokal). PPLH Unsoed.
Padang. Jurnal Teknologi Pertanian Hutomo, H. D., Swastawati, F., dan
Andalas Vol. 23, No.2, Hal. 143-148. Rianingsih, L. 2015. Pengaruh
Asrina, J., dan Fadilah, R. 2021. Kualitas konsentrasi asap cair terhadap
keripik salak (Salacca zalacca) pada kualitas dan kadar kolestrol belut
berbagai variasi temperatur dan (Monopterus albus) Asap. Jurnal
waktu selama penggorengan hampa Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
udara. Jurnal Pendidikan Teknologi Perikanan, Vol. 4, No. 1, Hal. 7-14.
Pertanian, Vol. 7, No. 1, Hal. 67–78. Kusumaningrum, R., Supriadi, A. dan
Baihaqqi, S. F. 2017. Pengaruh macam Hanggita, S.R.J. 2013. Karakteristik
dan konsentrasi zat pengatur tumbuh dan mutu teh bunga lotus (Nelumbo
terhadap keberhasilan nucifera). Jurnal Fishtech, Vol. 2, No.
pencangkokakan salak ngulumut. 1 Hal. 9-21.
Prodi Agroteknologi Fakultas Liu, K. 2019. Effects of sample size, dry
Pertanian Universitas PGRI ashing temperature and duration on
Yogyakarta. determination of ash content in algae
Darma, W., dan Marpaung, M. P. 2020. and other biomass. Algal Research,
Analisis jenis dan kadar saponin Vol. 40, Hal. 1-5.

Alwi Smith, Sintje Liline, Solagratia Sahetapy. Analisis Kadar Abu Pada Salak Merah…56
Biopendix, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2023, hlm 51-57
Mandiri, T. K. 2010. Pedoman Budidaya Ping, C., Gary, J., Michaelson, Cynthia,
Buah Salak. Bandung: CV Nuansa A., Stiles, & González, G. (2013).
Aulia. Carbon stores, oil characteristics,
Muhdi. 2004. Pengaruh elevasi terhadap and nutrient distribution in eight forest
pertumbuhan dan kualitas kayu. types along an elevation gradient,
Program Ilmu Kehutanan, eastern Puerto Rico. Ecological
Fakultas Pertanian, Universitas Bulletins, No.54, Hal.67–86.
Sumatra Utara, Medan. Rai, I. N., Wiraatmaja, I. W., Semarajaya,
Nandariyah., Soemartono., Artam., dan C. G. A., Astawa, I. N. G.,
Taryono. 2004. Keragaman kultivar Sukewijaya, I. M., Mayadewi, N. A.,
salak (Salacca zalacca). Agrosains, dan Wijana, G. 2015. Pelatihan
Vol. 6, No. 2, Hal. 75-79. penerapan teknologi irigasi tetes
Nursalam, S. 2013. Metodologi Penelitian sederhana untuk memproduksi buah
Ilmu Keperawatan Pendekatan salak gula pasir di luar musim.
Praktis. Jakarta: Salemba Medika. Buletin Udayana Mengabdi, Vol. 14,
Núñez, P.A., Pimentel, A., Almonte, I., No. 1, Hal. 46-50.
Sotomayor-Ramírez, D., Martínez, Rina, Y .2015. Metode Analisis Pangan
N., Pérez1, A., & Céspedes1, C.M. dan Komponen Bioaktif. Andalas
2011. Soil fertility evaluation of coffee University Pres.
(Coffea spp.) production systems and Romelan, M. P. 2018. Analisis jenis dan
management recommendations for kadar saponin ekstrak metanol daun
the Barahona Province, Dominican kemangi (Ocimum basilicum L.)
Republic. Journal of Soil Science and dengan menggunakan metode
Plant Nutrition, Vol. 11, No.1, Hal. gravimetri. Jurnal Farmasi Lampung ,
127–140. Vol. 07, No.2, Hal. 81-86 .
Latulake, P 2021. Dampak budidaya Roni, M. A. 2008. Formulasi minuman
salak merah terhadap kondisi herbal instan antioksidan dari
kesejahteraan keluarga (Studi Di campuran teh hijau (Camellia
Negeri Riring Kecamatan Taniwel sinensis), pegagan (Centella
Kabupaten Seram Bagian Barat). asiatica), dan daun jeruk purut (Cytus
Skripsi UKIM Ambon. hystrix), Skripsi, Institut Pertanian
Purnomo, H. 2001. Budidaya Salak Bogor.
Pondoh. Semarang: Aneka Ilmu. Saeed, S., Barozai, M.Y.K., Ahmad, A., &
Pattinama M. J., Boreel A, Laisina J.K.J., Shah, S.H. 201). Impact of altitude on
Leimena H.E.P. 2007. The soil physical and chemical properties
ethnobotany of kenari (Canarium in Sra Ghurgai (Takatu mountain
indicum L) and salak (Salacca range) Quetta, Balochistan.
zalacca var Amboinensis) International Journal of Scientific &
commodities to strengthen the Engineering Research, Vol. 5, No. 3,
bargaining position of the economy Hal. 730–735.
as well as efforts to enhance the food Schuiling , D.L. dan Mogea, J.P. 1992.
security program for Alune society in Plant Resources of South-East Asia.
Seram Island. Universitas Pattimura, Edible Fruits and Nuts. Prosea Bogor
Ambon. Indonesia. Vol.2, Hal. 278-284

Alwi Smith, Sintje Liline, Solagratia Sahetapy. Analisis Kadar Abu Pada Salak Merah… 57

You might also like