Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 3
Jurnal 3
15566
Jl. Kyai Tapa, Grogol No.260, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, 11440.
Telepon: (021) 5655786, Email : magdalena.j@trisakti.ac.id
ABSTRACT
Background: Malocclusion is an occlusion that deviates from the normal state. Diagnosis and orthodontic treatment plan
might use Holdaway soft tissue cephalometric analysis. Holdaway's analysis is more detailed and clear because it has 11
parameters in soft tissue measurements, namely facial angle, nasal crest distance, upper lip sulcus depth, H angle, Subnasal
distance to H line, skeletal convexity, thickness of the base of the upper lip, upper lip strain, distance Li to H line, ILS distance
to H line and chin thickness. Objective: To describe the soft tissue profile of patients based on Holdaway analysis in patients
aged 6-12 years at RSGM-P FKG Usakti. Methods: Descriptive observational study with a cross-sectional design on
orthodontic patients aged 6-12 years at RSGM-P FKG Usakti in 2018-2019. Results: The mean facial angle of the patient was
88.3°, nasal crest was 5.12 mm, the mean upper lip sulcus depth was 3 mm, the mean H angle was 16.68°, the mean Sn-H was
7.77 mm, the skeletal convexity was 3.75 mm. , the thickness of the upper lip base was 11.37 mm, the upper lip strain was
11.52 mm, the Li-H average was 2.56 mm, the ILS-H average was 2.59 mm and the chin thickness measurement was 11.09
mm. Conclusion: This study showed that the patient had an ideal upper lip sulcus depth, ILS-H distance, and chin thickness
meanwhile the facial angle, H angle, and skeletal convexity are convex. The Sn-H distance, thickness of the upper lip base,
upper lip strain, and Li-H distance are less than ideal, accompanied by a small nose crest distance.
80
JKGT VOL. 4, NO.2, Desember (2022) 80-83, DOI : 10.25105/jkgt.v4i2.15566
perbedaan rata-rata konveksitas wajah jaringan lunak Tebal dasar bibir 11.37 0.05 11.33 11.40
antara laki-laki dan perempuan.14 atas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Strain bibir atas 11.52 0.19 11.38 11.65
profil jaringan lunak pasien berdasarkan analisis Li - H 2.18 0.16 2.06 2.29
Holdaway pada pasien usia 6-12 tahun di RSGM-P FKG ILS-H 2.59 0.12 2.50 2.67
Usakti. Tebal dagu 11.09 0.09 11.0 11.15
81
JKGT VOL. 4, NO.2, Desember (2022) 80-83, DOI : 10.25105/jkgt.v4i2.15566
pasien usia 6-12 tahun di RSGM-P FKG Usakti adalah 3 artinya tebal dasar bibir atas pasien usia 6-12 tahun
mm artinya bahwa pasien usia 6-12 tahun di RSGM-P RSGM-P FKG Usakti tidak ideal. Hasil ini menunjukkan
FKG Usakti memiliki kedalaman sulkus bibir atas yang bibir yang lebih tipis. Dalam penelitiannya Wirjodiarjo
ideal. mendapat perbedaan pada hasil pengukuran ketebalan
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan dasar bibir atas pasien laki-laki dan pasien perempuan.16
Rostina pada mahasiswa FKG USU dengan usia 20-25 Hal ini didukung juga oleh pernyataan Genescov bahwa
tahun yang mendapat hasil rata-rata pengukuran anak perempuan memiliki dimensi jaringan lunak yang
kedalaman sulkus bibir atas yaitu 6,90 mm.14 Perbedaan lebih kecil dibandingkan anak laki-laki yang terlihat jelas
hasil pengukuran kedalaman sulkus bibir atas pada pada relasi ketebalan jaringan lunak bibir dan dagu.17
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Kedelapan, strain bibir atas, yaitu jarak yang diukur
Rostina disebabkan karena dilakukan pada sampel dengan antara titik “vermilion border” bibir atas (Ls) ke
usia yang berbeda. Tebal jaringan lunak di daerah sulkus permukaan labial insisif atas. Parameter ini memiliki batas
labialis superior pada anak laki-laki yang berusia 7 tahun ideal 13 mm sampai 14 mm.6 Pada tabel 2 dapat dilihat
lebih tebal dibandingkan anak perempuan dengan usia hasil rata-rata strain bibir atas pada pasien usia 6-12 tahun
yang sama, hal ini juga berlaku untuk pertumbuhan di RSGM-P FKG Usakti yaitu sebesar 11,52 mm artinya
jaringan lunak di daerah lain karena pada umumnya anak strain bibir atas pasien usia 6-12 tahun di RSGM-P FKG
perempuan lebih sedikit perubahan pertumbuhan jaringan Usakti kurang ideal, karena jika strain bibir atas lebih tebal
lunaknya dibanding anak laki-laki seiring pertambahan nilainya dibandingkan dengan ketebalan dasar bibir atas
usia.17 yang mendapatkan hasil 11,37 mm maka biasanya di
Keempat, sudut H, yaitu sudut yang dibentuk oleh indikasikan adanya pertumbuhan wajah secara vertikal
perpotongan garis H dengan garis N´-Pog’. Sudut H dapat yang buruk pada wajah bagian bawah dengan gigitan
digunakan untuk menentukan bentuk profil jaringan lunak yang dalam. Dalam penelitiannya Rostina mendapatkan
koveks, konkaf atau lurus. Menurut Jacobson (1995) sudut hasil rata-rata strain bibir atas pada mahasiswa FKG USU
H memiliki batas ideal yaitu 7° sampai 15°. Apabila besar suku Deutro Melayu yaitu 13,5 mm.14
sudut lebih dari 15° bentuk profil dikatakan konveks dan Kesembilam, jarak bibir bawah (Li) ke garis H, yaitu
sebaliknya apabila besar sudut kurang dari 7° bentuk pengukuran jarak yang dilakukan pada bibir bawah (Li) ke
profil dikatakan konkaf.6 Pada tabel 2 hasil rata-rata sudut garis H dengan batas ideal menurut Holdaway adalah -1
H pasien usia 6-12 tahun di RSGM-P FKG Usakti adalah sampai +2 mm.6 Tanda (-) menunjukkan letak Li di
16,68° artinya bahwa rata-rata pasien usia 6-12 tahun di belakang garis H sedangkan tanda (+) menunjukkan letak
RSGM-P FKG Usakti memiliki bentuk profil konveks. bibir bawah di depan garis H.18 Pada tabel 2 dapat dilihat
Hal ini disebabkan karena letak dan besar sudut H jaringan hasil rata-rata pengukuran jarak bibir bawah terhadap
lunak lebih ditentukan oleh daerah dagu bukan di tentukan garis H adalah 2,56 mm yang artinya rata-rata hasil
oleh besar kecilnya sudut ANB.16 pengukuran pasien usia 6-12 tahun di RSGM-P FKG
Kelima, jarak subnasal (Sn) ke garis H, yaitu jarak Usakti kurang ideal karena letak bibir bawah berada
yang dihitung dari titik subnasal ke garis H. Jarak Sn ke terlalu di depan garis H. Wirjodiarjo mendapatkan hasil
garis H memiliki batas ideal 5 mm dengan jarak antara 3 pengukuran rata-rata jarak bibir bawah terhadap garis H
mm sampai 7 mm.6 Pada tabel 2 hasil rata-rata jarak Sn pada pasien laki-laki yaitu 2,96 mm ± 1,97 mm, dan pada
ke garis H yaitu 7,77 mm artinya jarak Sn ke garis H pasien perempuan 3,51 mm ± 1,57 mm yang juga
pasien usia 6-12 tahun yang datang ke RSGM-P FKG menunjukkan hasil yang tidak ideal.16
Usakti kurang ideal . Penelitian di Indonesia yang Kesepuluh, jarak sulkus inferior ke garis H, yaitu
dilakukan oleh Wirjodiarjo mendapat hasil rata-rata jarak jarak yang diukur dari titik maksimum lengkungan pada
Sn ke garis H pada laki-laki yaitu 11,15 mm dan pada bibir bawah ke garis H. Menurut Holdaway jarak sulkus
perempuan 10,50 mm.16 Sedangkan, penelitian yang inferior ke garis H sama seperti jarak kedalaman sulkus
dilakukan Hussein pada populasi di Palestina mendapat superior (sulkus bibir atas) mendekati 5 mm atau 1 sampai
hasil rata-rata 4,78 mm yaitu ideal.18 4 mm maka dapat dikategorikan harmonis dan seimbang.6
Keenam, kecembungan skeletal, yaitu jarak yang Dapat dilihat pada tabel 2 rerata hasil pengukuran jarak
diukur dari titik A ke garis Nasion kulit ke Pogonion kulit sulkus inferior ke garis H pada pasien usia 6-12 tahun di
(N’-Pog’). Kecembungan skeletal memiliki batas ideal RSGM-P FKG Usakti yaitu 2,59 mm artinya hasil rata-
yaitu -2 mm sampai +2 mm.6 Tabel 2 menunjukkan rata tersebut menunjukan jarak sulkus inferior ke garis H
bahwa rata-rata kecembungan skeletal pasien usia 6-12 pasien usia 6-12 tahun yang datang ke RSGM-P FKG
tahun yang datang ke RSGM-P FKG Usakti 3,75 mm Usakti ideal, hal ini disebabkan karena letak bibir bawah
artinya adalah hasil rata-rata ini masuk ke kategori tidak yang berada di depan garis H dan diikuti oleh letak sulkus
ideal dan menunjukkan hasil yang terlalu cembung. inferior lebih dekat dengan garis H. Berbeda dengan
Wirjodiarjo dalam penelitiannya mendapatkan hasil rata- Hussein yang melakukan penelitian pada populasi di
rata kecembungan skeletal pada pasien laki-laki yaitu 3,4 Palestina didapatkan hasil sulkus inferior ke garis H yaitu
mm ± 1,70 mm dan pada pasien perempuan 2,75 mm ± 5,37 mm yang menunjukkan jarak kedalaman sulkus
1,66 mm.16 Kecembungan skeletal sebenarnya bukan inferior ke garis H sedikit lebih dalam.18
ukuran untuk jaringan lunak, tetapi sebagai observasi Kesebelas, ketebalan dagu, yaitu jarak yang diukur
untuk menunjukkan apabila kecembungan skeletal antara bidang wajah jaringan keras dan jaringan lunak
bertambah maka kecembungan profil jaringan lunaknya pada supragonion (Pog-Pog´). Tebal dagu ideal menurut
akan bertambah.16 Holdaway apabila jaraknya berkisar 10 mm sampai 12
Ketujuh, ketebalan dasar bibir atas, yaitu jarak yang mm.6 Pada tabel 3 dapat dilihat rata-rata hasil pengukuran
diukur dari 3 mm di bawah titik A ke pertengahan bagian ketebalan dagu pada pasien usia 6-12 tahun di RSGM-P
kulit bibir atas. Ketebalan dasar bibir atas memiliki batas FKG Usakti adalah 11,09 mm artinya hasil tersebut dapat
ideal berkisar 15 mm.6 Dapat dilihat di tabel 2 pengukuran dikategorikan ideal menurut Holdaway. Di Indonesia,
hasil rata-rata ketebalan dasar bibir atas pasien usia 6-12 penelitian yang dilakukan oleh Rostina mendapatkan hasil
tahun di RSGM-P FKG Usakti adalah 11,37 mm yang rata-rata ketebalan dagu pada mahasiswa FKG USU suku
82
JKGT VOL. 4, NO.2, Desember (2022) 80-83, DOI : 10.25105/jkgt.v4i2.15566
Deutro Melayu adalah 13,19 mm yang artinya tebal dagu 7. Alam MK, Iberahim NFB, Mukai A, Imanishi T, Yusa T,
mahasiswa FKG USU suku Deutro Melayu kurang ideal Roszali NHB, et al. Sagittal and Vertical Occlusal
karena memiliki dagu yang lebih tebal.14 Perbedaan hasil Cephalometric Analyses of Pancherz Among Malaysian
Malays and Malaysian Chinese. J Hard Tissue Biol.
pengukuran ketebalan dagu ini disebabkan karena usia dan
2016;25(4):403–412.
latar belakang etnis populasi sampel yang berbeda. 8. Darwis R, Editiawarni T. Hubungan Antara Sudut
Struktur pada jaringan lunak yang menutupi jaringan Interinsisal Terhadap Profil Jaringan Lunak Wajah Pada
keras tidak menunjukkan pola yang sama perubahannya Foto Sefalometri. J Kedokeran Gigi Univ Padjadjaran.
karena rata-rata profil jaringan keras akan cenderung 2018;30(1):15-19.
menjadi lurus seiring berjalannya usia, sedangkan jaringan 9. Budianto E, Purwanegara MK, Siregar E. Karakteristik
lunak cenderung relatif stabil kecembungannya. Profil Jaringan Lunak Pada Penderita Obstruksi Saluran
Pengukuran pada jaringan lunak seperti posisi relasi bibir Napas Atas dengan Kebiasaan Bernapas Melalui Mulut. J
Dent Indonesia. 2013;15(1):44–49.
atas dengan jaringan lunak dagu cenderung tetap konstan
10. Shindy RA, Sahelangi OP. Gambaran Hasil Analisis
seiring berjalannya pertumbuhan anak, hal ini sangat Sefalometri Pada Pasien Ras Deutro Melayu Usia 8-12
penting diperhitungkan bagi seorang ortodontis dalam Tahun Menggunakan Analisis Ricketts. J Kedokt Gigi.
perencanaan perawatan. 2020;2:19–22.
11. Rahayu C, Juliani M. Gambaran Profil Jaringan Lunak
KESIMPULAN Wajah Dengan Metode Analisis Steiner (Kajian Pada
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian Pasien Ortodonti Usia 8-12 Tahun di Rumah Sakit Gigi dan
“Gambaran Profil Jaringan Lunak Pasien Berdasarkan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti). J
Kedokt Gigi. 2016;1:33-37.
Analisis Holdaway” pada pasien ortodonti usia 6-12 tahun
12. Susilowati. Hubungan Antara Derajat Konveksitas Profil
di RSGM-P FKG Usakti yang datang pada tahun 2018 Jaringan Keras dan Jaringan Lunak Wajah Pada Suku Bugis
sampai 2019 menunjukkan bahwa pasien memiliki: dan Makassar. J Dentofasial. 2009;8(2):125–130.
a. Sudut fasial, sudut H dan kecembungan skeletal yang 13. Aswandi F. Analisa Profil Wajah Suku Batak dan
konveks Minangkabau Ditinjau dari Radiografi Sefalometri Lateral
b. Jarak puncak hidung yang kecil. Mengukur Sudut Fasial dan Sudut H pada Metode
c. Kedalaman sulkus bibir atas, jarak ILS ke H dan Holdaway [Skripsi]. Medan: Fakultas Kedoktera Gigi
ketebalan dagu ideal. Universitas Sumatera Utara; 2019.
14. Rostina T. Analisa Profil Jaringan Lunak Menurut Metode
d. Jarak Sn ke garis H, ketebalan dasar bibir atas, strain
Holdaway Pada Mahasiswa FKG USU Suku Deutro
bibir atas dan jarak Li ke garis H kurang ideal. Melayu [Tesis]. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara; 2009.
DAFTAR PUSTAKA 15. Harahap N, Melisa. Hubungan Sudut Interinsisal Dengan
1. Cobourne M, DiBiase A. Handbook of Orthodontics. 1st ed. Profil Jaringan Lunak Wajah Menurut Analisis Holdaway
London: Elesevier; 2010. Pada Mahasiswa FKG USU Ras Campuran Proto Dan
2. Srivastava B, Bhatia HP, Singh R, Singh AK, Aggarwal A, Deutro-Melayu. J Dent.2013;17(1):314–318.
Gupta N. Validation of Tanaka and Johnston’s Analysis In 16. Wirjodiarjo W. Analisis Sefalometris Profil Jaringan Lunak
Western UP Indian Population. J Indian Soc Pedod Prev Fasial dari Sefalogram Pasien Orang Indonesia Yang
Dent. 2013;31(1):36-42. Datang Ke Bagian Ortodonsi Fakultas Kedokteran Gigi
3. Suresh M, Ratnaditya A, Kattimani VS, Karpe S. One Phase Universitas Indonesia. FKG UI [Tesis]. Jakarta: Fakultas
Versus Two Phase Treatment in Mixed Dentition: A Critical Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 1992.
Review. J Int Oral Health. 2015;7(8):144-147. 17. Genecove, SJ. Sinclair PDP, Dechow CP. Development of
4. Rahman HR, Susilarti, Suyatmi D. Karakteristik Maloklusi Nose and Soft Tissue Profile. J Angel Orthod. 1990;194–
Gigi Anterior Dengan Status Psikososial Remaja Awal 197.
SMPN Yogyakarta. J Keperawatan Gigi. 2014;1(2):74–78. 18. Hussein E, Khateeb SAl, Watted N, Aksoy A, Acar A, Abu
5. Sakinah N, Wibowo D, Helmi ZN. Peningkatan Lebar MM. Evaluation of Facial Soft Tissue Parameters for
Lengkung Gigi Rahang Atas Melalui Perawatan Ortodonti Palestinians Using Holdaway Analysis. J Saudi Dent.
Menggunakan Sekrup Ekspansi. Dentino. J Ked Gigi. 2011;23(4):191–5.
2016;1(1):83–87. 19. Holdaway RA. A soft-tissue cephalometric analysis and its
6. Saglam AMS, Gazilerli U. Analysis of Holdaway Soft- use in orthodontic treatment planning. Part II. Part II. J Am
Tissue Measurements in Children between 9 and 12 Years Orthod. 1984;85(4):279–293.
of Age. Eur. J Orthodonti. 2001;23(3):287–294.
83