Batu Menangis

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

A long time ago, there were two Kingdom in a region called Kahuripan.

They are Jenggala Kingdom,


ruled by King Jayengnegara, and Kediri Kingdom, ruled by King Jayengrana. The two kings were asked
to unify their kingdom by their ancestor King Airlangga. They finally decided to do it through a
marriage of their descendant, prince Panji Asmarabangun (son of king Jayengnegara) and princess Dewi
Sekartaji (daughter of king Jayengrana). They all live happily together as a big family.

One day the kingdom was attacked by enemy. The battle was fierce that it could endangered the live of
princess Dewi Sekartaji. The princess decided to flee and hide in a village far away from Jenggala. In
order to protect herself princess Dewi Sekartaji changed her identity into Kleting Kuning and lived in a
woman’s house by the name Nyai Intan with her daughter: Kleting Abang, Kleting Ijo and Kleting Biru

Nyai Intan turned out to be an evil lady. She made Kleting Kuning to do all the house work such as
cooking, doing the laundry, cleaning the house every day. Her daughter was no different, they acted as if
Kleting Kuning was their house maid. They yelled at her whenever they want something. They only fed
Kleting Kuning once a day.

Meanwhile at the kingdom, prince Panji Asmarabangun had successfully defeat the enemy. At that
moment, he realized that his beloved wife was not in the palace anymore and no one knew her
whereabout. He was so sad and he decided to sent some of his body guard to search for his wife. They
went for a couple of days until one day, one of the body guard returned to the palace with a news.

“Your majesty, please forgive me to interrupt your rest” said the body guard.
“It’s okay. Have you located my wife, soldier?” said the prince.

“My apology Your majesty, I have not find your wife yet, but I found a girl that looked like princess
Dewi Sekartaji in a village far away from here. I couldn’t confirmed it yet because she was working in a
house of a rich widow as a house maid.” Said the body guard.

The prince decided to disguise as a handsome and rich man looking for a wife to attract the girl to come
to him so that he will be able to see if the girl was truly his beloved wife or not. He went to Dadapan
village near Bengawan Solo river. The village was right across the village where Kleting Kuning lived.
The prince stayed in an old widow house by the name Mbok Randa and changed his name into Ande
Ande Lumut.

Kleting Abang, Ijo and Biru were very happy to hear the news. All of them wish to marry the handsome
Ande Ande Lumut. They prepared themselves and they wore their best clothes so they became pretty.
Kleting Kuning tried to praise them but she got mockery in return from her sisters. They did not allowed
Kleting Kuning to go to Dadapan village to see Ande Ande Lumut. They sent her to the river to do the
laundry and she followed.

Kleting Kuning collected all the dirty clothes and went to the river. Truthfully, she had no intention to
go with her sister to Dadapan village because she only love one man in her live and the man is her
husband, prince Panji Asmarabangun. She promised to herself that she will always be faithful to her
husband.
When she was doing the laundry, suddenly a crane came to her. The crane can talk just like human and it
brought a whip on its claw. The crane started talking to the princess, it said that the princess have to go
to Dadapan village and she will meet her husband, prince Panji Asmarabangun, in the village. The crane
also gave her the whip and ask her to use it when she needed it. After that the crane left. Kleting Kuning
rushed back to the house and prepare herself to go to Dadapan village.

Meanwhile Kleting Abang, Ijo and Biru were already at the river bank. The river was very large and
there was no boat around. When they were still trying to figure out how to get to the other side of the
river, Kleting Abang saw a huge creature floating on the water. It was a giant crab and its name is Yuyu
Kangkang. They didn’t know that Yuyu Kangkang was actually the servant of Ande Ande Lumut and it
was assigned to test every candidate of his wife.
Kleting Abang asked if Yuyu Kangkang was willing to take them to the other side of the river. Yuyu
Kangkang smiled and said, he will take them on his back to the other side of the river if they agree to
kiss him as the reward. All of them agree to Yuyu Kangkang request because they really want to go to
Dadapan village, so they kissed the giant crab. After that Yuyu Kangkang took all of them across the
river.

A couple of minutes later, Kleting Kuning also arrived at the river bank. She brought the whip from the
crane with her. Yuyu Kangkang gave her the same offer just like her sister but she refuse. She keep
asking to Yuyu Kangkang to take her and Yuyu Kangkang keep asking the same offer but she didn’t
change her mind. Loosing her patience, Kleting Kuning hit the whip to the river and in instant the water
subsided. Yuyu Kangkang was scared to see that and then he took Kleting Kuning to the other side of
the river for free.

The three sisters arrived first before Kleting Kuning. They show their beauty to Ande Ande Lumut right
away. Unfortunately, Ande Ande Lumut decided to not choose any of them. They were upset and ask
him to explain his reason. When Ande Ande Lumut was about to explain his reason to the three sisters,
suddenly Kleting Kuning arrived at the door. Ande Ande Lumut walked toward her right away and he
said, “I choose this girl to be my wife.”.

The three sisters became so angry, and they said “why don’t you choose one of us?”. After that Ande
Ande Lumut introduce them to his loyal friend, Yuyu Kangkang, and he said, “I didn’t choose any of
you because you give your precious kiss to Yuyu Kangkang so easily, and the only one who refuse to do
so is Kleting Kuning.”. Kleting Kuning was so happy because she recognized her husband since the
moment she stood at the door. She use the magic whip to turn her back into a beautiful princess. Finally
they reunited and live in their palace happily along with Mbok Randa who helped the prince to be back
with his wife.

Terjemahan Contoh Narrative Text Ande Ande Lumut


Pada jaman dahulu kala, terdapat dua kerajaan di sebuah wilayah yang disebut Kahuripan. Mereka
adalah Kerajaan Jenggala, dipimpin oleh Raja Jayengnegara, dan Kerajaan Kediri, dipimpin oleh Raja
Jayengrana. Kedua raja diminta untuk menyatukan kerajaan mereka oleh leluhur mereka Raja Airlangga.
Mereka akhirnya memutuskan untuk melakukannya melalui pernikahan keturunan mereka, pangeran
Panji Asmarabangun (anak dari Raja Jayengnegara) dan putri Dewi Sekartaji (anak dari Raja
Jayengrana). Mereka semua hidup bahagia sebagai keluarga besar.
Suatu hari kerajaan itu diserang oleh musuh. Pertarungan nya sangat sengit hingga itu bisa
membahayakan nyawa dari putri Dewi Sekartaji. Sang putri pun memutuskan untuk melarikan diri dan
bersembunyi di sebuah desa yang jauh dari Jenggala. Untuk melindungi dirinya sang putri Dewi
Sekartaji merubah identitasnya menjadi Klething Kuning dan tinggal di rumah seorang wanita bernama
Nyai Intan dengan anak-anak perempuannya: Kleting Abang, Kleting Ijo dan Kleting Biru.

Nyai Intan ternyata adalah seorang wanita yang jahat. Dia membuat Kleting Kuning mengerjakan semua
pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah itu setiap hari. Anak-
anak perempuannya juga tidak jauh berbeda, mereka bertindak seolah olah Kleting Kuning adalah
pembantu di rumah mereka. Mereka berteriak pada nya kapanpun mereka menginginkan sesuatu.
Mereka hanya memberi Kleting Kuning makan satu kali dalam sehari.

Sementara itu di kerajaan, pangeran Panji Asmarabangun telah berhasil mengalahkan musuh. Pada saat
itu, dia menyadari bahwa istri tercintanya tidak berada di istana lagi dan tidak ada satupun yang
mengetahui keberadaannya. Dia sangat sedih dan dia memutuskan untuk mengirim beberapa
pengwalnya untuk mencari istrinya. Mereka pergi selama beberapa hari hingga pada suatu hari, salah
satu pengawal kembali ke istana dengan sebuah berita.

“Yang mulia, mohon maafkan saya mengganggu istirahatanda” kata pengawal.

“Tidak apa. Apakah kamu sudah menemukan istriku, prajurit?” kata pangeran.

“Maafkan saya yang mulia, saya belum menemukan istri anda, namun saya menemukan seorang gadis
yang terlihat mirip dengan putri Dewi Sekartaji di sebuah desa yang jauh dari sini. Saya belum bisa
memastikan itu karena dia bekerja di sebuah rumah janda kaya sebagai pembantu.” Ungkap pengawal
itu.

Pangeran memutuskan untuk menyamar sebagai pria tampan dan kaya yang sedang mencari istri untuk
menarik gadis itu untuk datang padanya agar dia bisa memastikan apakah gadis itu benar-benar istri
tercintanya atau bukan. Dia pergi ke desa Dadapan dekat sungai Bengawan Solo. Desa itu berada tepat
di seberang desa dimana Kleting Kuning berada. Pangeran tinggal di rumah seorang janda tua yang
bernama Mbok Randa dan merubah namanya menjadi Ande Ande Lumut.

Kleting Abang, Ijo dan Biru sangat gembira mendengar berita itu. Mereka semua berharap bisa menikah
dengan si tampan Ande Ande Lumut. Mereka mempersiapkan diri dan memakai pakaian terbaik mereka
sehingga mereka terlihat cantik. Kleting Kuning mencoba memuji mereka namun dia mendapatkan
ejekan sebagai balasan dari kakak-kakak nya. Mereka tidak mengijinkan Kleting Kuning untuk pergi ke
desa Dadapan untuk melihat Ande Ande Lumut. Mereka menyuruhnya pergi mencuci baju di sungai dan
dia menuruti itu.

Kleting Kuning mengumpulkan semua pakaian kotor dan pergi ke sungai. Sebenarnya, dia tidak
memiliki niat untuk pergi bersama kakak-kakak nya ke desa Dadapan karena dia hanya mencintai satu
orang dalam hidupnya dan pria itu adalah suami nya, pangeran Panji Asmarabangun. Dia berjanji pada
drinya sendiri bahwa dia akan selalu setia pada suaminya.

Ketika dia sedang mencuci pakaian, tiba-tiba seekor burung bangau datang padanya. Burung bangau itu
bisa bicara layaknya manusia dan hewan itu membawa sebuah cambuk di cakarnya. Burung bangau itu
mulai berbicara pada sang putri, ia berkata bahwa sang putri harus pergi ke desa Dadapan dan dia akan
bertemu dengan suami nya, pangeran Panji Asmarabangun, di desa itu. Burung bangau itu juga
memberikannya cambuk itu dan memintanya untuk menggunakannya ketika dia membutuhkannya.
Setelah itu burung bangau itu pergi. Kleting Kuning bergegas kembali ke rumah dan menyiapkan
dirinya untuk pergi ke desa Dadapan.

Sementara itu, Kleting Abang, Ijo dan Biru telah berada di tepi sungai. Sungai itu sangat luas dan tidak
ada perahu disekitar sana. Ketika mereka sedang mencoba mencari cara untuk bisa sampai kesebrang
sungai, Kleting Abang melihat seekor makhluk berukuran besar mengambang di atas air. Itu adalah
seekor kepiting raksasa dan namanya adalah Yuyu Kangkang. Mereka tidak tau bahwa Yuyu Kangkang
sebenarnya adalah pelayan dari Ande Ande Lumut dan ia ditugaskan untuk menguji setiap calon
istrinya.
Kleting Abang menanyakan apakah Yuyu Kangkang bersedia membawa mereka ke sisi sebrang sungai.
Yuyu Kangkang tersenyum dan berkata, dia akan membawa mereka di punggungnya ke sisi sebrang
sungai jika mereka setuju untuk mencium nya sebagai imbalan. Mereka semua setuju dengan permintaan
Yuyu Kangkang karena mereka sangat ingin pergi ke desa Dadapan, jadi mereka mencium kepiting
raksasa itu. Setelah itu Yuyu kangkang membawa mereka semua menyebrangi sungai.

Beberapa menit kemudian, Kleting Kuning juga sampai di pinggir sungai. Dia membawa cambuk dari
burung bangau itu bersamanya. Yuyu kangkang memberikannya penawaran yang sama seperti kakak-
kakak nya namun dia menolak. Dia terus meminta Yuyu Kangkang untuk membawanya dan Yuyu
Kangkang terus meminta penawaran yang sama namun dia tidak merubah pemikirannya. Kehilangan
kesabarannya, Kleting Kuning memukulkan cambuk itu ke sungai dan dalam sekejap air nya surut.
Yuyu Kangkang ketakutan melihat hal itu dan dia membawa Kleting Kuning ke sebrang sungai dengan
gratis.

Ketiga saudari itu tiba duluan sebelum Kleting Kuning. Mereka menunjukkan kecantikan mereka
kepada Ande Ande Lumut dengan segera. Sayangnya, Ande Ande Lumut memutuskan untuk tidak
memilih salah satu dari mereka. Mereka kecewa dan meminta dia untuk menjelaskan alasannya. Ketika
Ande Ande Lumut baru saja akan menjelaskan alasannya kepada ketiga saudari itu, tiba-tiba Kleting
Kuning sampai di pintu. Ande Ande Lumut berjalan kearahnya dengan segera dan dia berkata,”Aku
memilih gadis ini untuk menjadi istriku.”.

etiga saudari itu menjadi sangat marah, dan mereka mengatakan “mengapa kau tidak memilih salah satu
dari kami?”. Setelah itu Ande Ande Lumut memperkenalkan mereka pada teman setianya, Yuyu
Kangkang, dan dia berkata, “Aku tidak memilih salah satu diantara kalian karena kalian memberikan
ciuman kalian yang berharga kepada Yuyu Kangkang dengan sangat mudahnya, dan satu-satunya yang
menolak untuk melakukan itu adalah Kleting Kuning”. Kleting Kuning sangat gembira karena dia
langsung mengenali suaminya sejak pertama dia berdiri di pintu itu. Dia menggunakan cambuk ajaib itu
dan merubah dirinya kembali menjadi seorang putri yang cantik. Akhirnya mereka bersatu kembali dan
hidup di istana mereka dengan bahagia bersama dengan Mbok Randa yang telah membantu pangeran
untuk kembali bersama istrinya.
The Legend of Batu Menangis
Sometime in the distant past, there was an old dowager who lived in a little house on the
highest point of a slope with her lovely girl. The old dowager is poor to the point that she must
buckle down consistently. She gathered dry woods in the wilderness and sold them in the
business once per week. She needed to fulfill her girl so she worked increasingly hard each
and every day.

The young lady, the old dowager’s girl, was clearly wonderful. Each man could without much
of a stretch experience passionate feelings for on the off chance that they saw her face.
Lamentably she had a terrible mentality. The young lady was extremely sluggish and never
helped her mom. Consistently she simply prepared and took a gander at the mirror to
appreciate her own particular excellence. She was additionally ruined young lady. The greater
part of his solicitations must be obeyed despite the fact that her mom was poor old woman.

Like normal, in consistently end, the old dowager went down to the business to offer dry
woods. This time, her little girl needed to run with her as well. She needed to purchase new
garments. The old dowager was cheerful to see her own girl went with her together to the
business sector. The old dowager likewise wanted to utilize the cash she got from offering the
wood to purchase new garments for her little girl. She was genuinely needed to see her girl
upbeat.

The business was so distant from their home. They ought to stroll down the slope and pass a
town. The young lady wore pleasant garments and spruce up so the individuals who saw her
will be appreciating her excellence. In opposite, her mom wore grimy garments with a crate
brimming with dry wood on her back. She needed that her mom to stroll behind her so that
individuals would feel that she was not her mom. The young lady can’t acknowledge if
individuals in the town realize that the old dowager was her mom. Without a doubt, none
realize that the young lady and the old dowager were mother and little girl on the grounds that
they lived alone on the highest point of slope.

When they started to enter the town, every one of the individuals who went by were taking a
gander at them. They were so interested by the magnificence of the young lady. They couldn’t
avoid to take a gander at her excellent face. Be that as it may, when individuals saw an old
woman who strolled behind her, it was so contrastive. It made individuals to ponder who the
old messy woman behind her was. Among the individuals who saw it, a young fellow drew
nearer and asked her, “Hey, beautiful young lady. Is that your mom behind you? ”

“No,” the young lady said pompously. “She is my hireling!”

The old woman could comprehend why her own little girl said as much. She just pointed the
finger at herself that she couldn’t be the mother that her little girl needed. The old woman just
kept noiseless and proceeded with the trip. Not far from there, a young fellow drew closer
again and asked the young lady the same inquiry.
Greetings sweetheart. Is it your mom who strolls behind you? ”

Again the young lady dismisses the actuality by saying no the old dowager was her mom. “No,
no, she is not my mom,” said the young lady. “She is my slave!”

The same inquiries proceeded with over and over a few times. Also, the young lady constantly
addressed the inquiries by telling that the old dowager was not her mom. The primary, second,
and the third ones, the old dowager could acknowledge it. However when it came a few times,
it made the old dowager miserable. It hurt the old woman so much that her own particular little
girl did not concede that she was her mom. The noiseless swung to bitterness. The trouble
swung to frenzy. Also, when a mother was frantic, a terrible thing would take after. At long last,
the poor old dowager can’t avoid any longer. The old dowager appealed to the God to rebuff
her insubordinate girl.

“Gracious my God, I was not ready to oppose this affront. Why my own particular little girl treat
her own mom like this. Yes, God rebuff this insubordinate youngster! Rebuff her…. ”

On the force of God Almighty, gradually her body was swung to stone. The change begins
from the feet. At the point when the change has come to a large portion of the body, the young
lady was crying asking absolution to her mom.

“Gracious, my mom, please overlook me. Pardon what I have done to you. It would be ideal if
you mother. I will change, mother. If you don’t mind excuse you’re little girl, your just girl,” cry
the young lady.

The young lady kept on wailing and cry begging his mom. Be that as it may, everything was
past the point of no return. The entire body of the young lady was in the long run transformed
into stone. Notwithstanding when she transformed into stone, individuals still can see the
tears. The stone cries. Accordingly, individuals start to call it “Crying Stone or Batu Menangis”.
Legenda Batu Menangis

Suatu ketika, tersebutlah seorang janda tua yang tinggal di sebuah rumah kecil di atas bukit
bersama dengan anak perempuannya yang cantik. Si janda tua tersebut sangatlah miskin
sehingga dia harus bekerja keras setiap hari. Dia mengumpulkan kayu kering di hutan dan
menjualnya di pasar seminggu sekali. Dia sangat ingin melihat anaknya perempuannya
bahagia untuk itu dia bekerja lebih keras dan lebih keras setiap hari.

Si gadis, anak perempuan si janda tua, adalah gadis yang benar-benar cantik. Setiap lelaki
dapat dengan mudah jatuh cinta jika mereka melihat wajahnya. Sayangnya dia memiliki sifat
yang sangat buruk. Si gadis tersebut sangat malas dan tidak pernah mau membantu ibunya.
Setiap hari kerjanya hanya bersolek diri dan bercermin untuk mengagumi kecantikannya
sendiri. Dia juga anak yang sangat manja. Semua permintaanya harus dikabulkan meskipun
ibunya adalah wanita tua yang miskin.

Seperti biasa, di setiap akhir pecan, si janda tua akan pergi ke pasar untuk untuk menjual
kayu kering yang dia sudah kumpulkan. Kali ini, anak perempuanya ingin ikut pergi
bersamanya juga. Dia ingin membli pakaian baru. Si janda tua sangat bahagia melihat
anaknya ingin pergi bersama-sama dengannya ke pasar. Si janda tua juga berencana
menggunakan uang yang dia terima dari hasil menjual kayu kering untuk membeli baju baru
untuk anaknya. Dia benar-benar ingin melihat anak perempuannya bahagia.

Letak pasarnya sangat jauh dari rumah mereka. Meraka harus menuruni bukit dan melewati
sebuah desa. Si gadis memakai baju yang sangat bagus dan juga berdandan supaya orang-
orang yang melihatnya akan terpesona akan kecantikanya. Sebaliknya, ibunya hanya
memakai baju lamga yang kotor dengan keranjang penuh kayu kering dipunggungnya. Dia
ingin ibunya berjalan dibelakangnya sehingga orang-orang akan mengira bahwa dia bukan
ibunya. Si gadis tidak bisa terima jika orang-oran di desa mengetahui bawah si janda tua
tersebut adalah ibunya. Memang, tak seorang pun tahu bahwa si gadis dan si janda tua
adalah anak dan ibu karena mereka tinggal sendiri di atas bukit.

Ketika mereka memasuki desa, semua orang yang lewat menatap mereka. Mereka begitu
terpesonda akan kecantikan si gadis itu. Mereka tidak bisa menolak untuk tetap menatap
wajahnya yang cantik. Namun, ketika orang-orang tersebut melihat wanita tua yang berjalan
dibelakangnya, mereka merasa sangat berbeda. Hal itu membuat mereka bertanya-tanya
siapa sebenarnya wanita tua kontor dibelakangnya. Diantara orang-orang tersebu, seorang
lelaki muda menghampirinya dan bertanya, “Hey, gadis cantik. Apakah itu ibu mu dibelakang
mu?”

“Bukan,” si gadis berkata dengan angkuh. “Dia adalah pembantuku!”

Janda tua itu masih bisa memahami mengapa anak perempuanya berkata seperti itu. Dia
hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena dia tidak bisa menjadi ibu seperti yang
diinginkan anaknya. Si janda tua tersebut tetap diam dan melanjutkan perjalananya. Tidak
jauh dari situ, pria muda yang lain mengampiri dan bertanya pada si gadis pertanyaan yang
sama.
“Hi, sayang. Apakah dia adalah ibu mu?”

Lagi, si gadi itu menolak fakta dengan berkata tidak bawah si jada tua tersebut adalah ibunya.
“Bukan, bukan, dia bukan ibu ku,” kata si gadis. “Dia adalah budak ku!”

Pertanyaan yang sama berlanjut berualng-ulang beberapa kali. Dan si gadis selalu menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memberitahu bawah si janda tua tersebut bukanlah
ibunya. Yang pertama, yang kedua, ya ketiga, si janda tua masih bisa menerimanya. Akan
tetapi, ketika hal tersebut terus berlanjut, hal itu membuat si janda tua sedih. Apa yang
dilakukan anaknya sangat menyakiti hati si janda tua tersebut dengan tidak mengakui bahwa
dia adalah ibunya. Diam berganti kesedihan. Kesedihan berganti kemarahan. Dan ketika
seorang ibu marah, hal buruk akan mengikuti. Akhirnya, si janda malang tersebut tidak dapat
menahanya lagi.

“Ya Tuhan ku, hamba tidak kuta menahan hinaan ini lagi. Bagaiman mungkin anak hamba
sendiri memperlakukan ibunya seperti itu. Ya, Tuhan tolong hukum anak durhaka ini!
Hukumlah dia…”

Dengan kekuatan Tuhan yang kuasa, secara berlahan tubuhnya berubah menjadi batu.
Perubahan tersebut dimulai dari kaki. Ketika perubahan tersebut mencapai setengah tubunya,
si gadis tersebut menaing dan meminta ampunan pada ibunya.

“Oh, ibu ku, mohon ampunilah aku Ampuni apa yang telah aku berbuat pada mu. Ku mohon,
ibu. Aku akan berubah, ibu. Ku mohon ampunilah anak mu ini, anak perempuan ibu satu-
satunya,” tangis si gadis.

Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya
telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi
batu, namun orang dapat melihat ari matanya. Batu tersebut menaing. Oleh karena itu,orang-
orang kemudian memenyebutnya “Batu Menangis”.

You might also like