Professional Documents
Culture Documents
Studi Perilaku Mahasiswa Arsitektur Terhadap Kantin
Studi Perilaku Mahasiswa Arsitektur Terhadap Kantin
Abstract ± This research study the relationship between behaviour and (canteen) environment, especially
correlation between behaviour which have been found with the context of studied. And only behaviour
which dealt with architectural problem will be selected, and then solved. And in this hand out also studied
the dominant environment influence by physical elements that caused certain behavioural appearance
(specially the negative behaviour).
In architecture study of behavioural and environmental, according to Haryadi and Setiawan in its book
Arsitektur Lingkungan dan Perilaku (1996: 17) mentioned that personal dimension divided into two
matters, physical factor and psychological factor which is in relation context between behaviour and its
environment, both will influence the individual response to the occurrence stimuli environment.
From that statement, we can be said that reaction of human through his motion and or its behaviour is
depending from the setting whereabouts he reside concerning both psychological and physical aspect, and
also his/her culture background and ability of to understanding the meaning of technological, economics
and political system will also give the influence to human behaviour.
Through the method of behavioural approach and mapping, canteen as object for this research showing us
that canteen which in function build as place to rest, in the reality also own the prerequisite that having a
very big effect to behavioural pattern of people around its. In example, canteen air circulation, wide,
lighting, etc.
1
Staff pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
21
22 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005
dan Perilaku, ruang diartikan sebagai suatu pe- demikian behavior setting mengandung unsur-
tak yang dibatasi oleh dinding dan atap baik unsur sekelompok orang yang melakukan se-
oleh unsur yang permanen ataupun tidak per- suatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari se-
manen. Dalam kaitannya dengan manusia hal kelompok orang tersebut, tempat dimana ke-
paling penting dari pengaruh ruang terhadap giatan tersebut dilakukan, serta waktu spesifik
perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian saat kegiatan tersebut dilaksanakan. Behavior
dari ruang tersebut. Pengaruh ruang-ruang setting dijabarkan dalam dua istilah yakni
tersebut ter-hadap perilaku pemakainya cukup system of setting dan system of activity dimana
jelas, karena pemakai melakukan kegiatan ter- keterkaitan dua hal ini membentuk satu
tentu di masing-masing ruang tersebut. Sesuai behavior setting tertentu.
dengan fungsi-nya, ruang-ruang tersebut di- System of setting merupakan tempat atau
harapkan mempunyai bentuk, perabot, dan kon- ruang yang diartikan sebagai rangkaian unsur-
disi ruang tertentu. (Sumber: Arsitektur Ling- unsur fisik atau spasial yang mempunyai hu-
kungan dan Perilaku) bungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai
Kantin menurut kamus umum bahasa untuk suatu kegiatan tertentu. Sementara system
Indonesia berarti warung kantor. Namun, sesuai of activity atau sistem kegiatan diartikan
dengan perkembangan jaman, kantin mulai di- sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara
dirikan di tempat-tempat umum lainnya. Ber- sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa
beda dengan warung lainnya, biasanya kantin orang.
letaknya menyatu atau menjadi bagian dari
bangunan atau tempat-tempat umum tersebut. b. Enviromental Perception (Persepsi tentang
(Sumber : Arsitektur Lingkungan dan Perilaku) Lingkungan)
Penataan perabot juga mempengaruhi kesan Persepsi lingkungan adalah interpretasi
yang ditimbulkan oleh kantin. Penyusunan meja tentang suatu setting oleh individu, berdasarkan
sebaiknya berkelompok-kelompok agar para latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman
pengunjung bisa saling berbincang-bincang. individu tersebut.
(Sumber : Majalah Kartini) Di dalam konteks studi antropologi
Selain itu, penggunaan warna yang santai lingkungan, isu mengenai lingkungan ini akan
dan lembut mampu memberikan kesan santai menyangkut apa yang disebut sebagai aspek
kepada yang melihatnya. (Sumber : Majalah emic dan etic. Emic menggambarkan
Kartini) bagaimana suatu lingkungan dipersepsikan oleh
Sistem pelayanan yang baik juga sangat kelompok di dalam sistem tersebut (bagaimana
mempengaruhi baik tidaknya sebuah kantin, suatu kelompok mempersepsikan
sebab apabila kantin dengan pelayanan yang lingkungannya). Sementara etic adalah
ku-rang teratur menyebabkan pengunjungnya bagaimana pengamat atau outsider (misalnya
me-rasa kurang nyaman berada di kantin yang perancang) mempersepsikan lingkungan yang
ber-sangkutan. (Sumber : Majalah Kartini) sama.
Kajian arsitektur lingkungan dan perilaku
menekankan bahwa ruang atau lingkungan itu c. Perceived Environment (lingkungan yang
bersifat sangat personal dan mempunyai arti terpersepsikan)
yang spesifik bagi setiap individu. Setiap in- Lingkungan yang terpersepsikan memiliki
dividu dan masyarakat cenderung mempunyai tiga proses yaitu kognisi (cognitive) dan afeksi
kapasitas yang berbeda dalam memberikan ja- (affective) serta kognasi (cognative). Proses
waban terhadap pengaruh lingkungan atau set- kognisi meliputi proses penerimaan,
ting disekitarnya. Beberapa konsep penting da- pemahaman, dan pemikiran tentang suatu
lam kajian arsitektur lingkungan dan perilaku lingkungan. Proses afeksi meliputi proses
adalah sebagai berikut: perasaan dan emosi, keinginan, serta nilai-nilai
tentang lingkungan. Sementara proses kognasi
a. Behavior Setting (Setting Perilaku) meliputi munculnya tindakan, perlakuan
Behavior setting dapat diartikan secara se- terhadap lingkungan sebagai respon dari proses
derhana sebagai suatu interaksi antara suatu kognisi dan afeksi.
kegiatan dengan tempat yang spesifik. Dengan
24 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005
Seringkali motif dasar kebutuhan biologis di terjadi interaksi misalnya saat duduk di
dalam masyarakat lebih kuat pengaruhnya jika kereta api, bus atau pesawat, pendek kata
dibandingkan dengan motif-motif dasar fisik. saling duduk berdekatan tetapi masing-
Hal ini disebabkan manusia pertama-tama masing tetap menjaga jarak interaksi.
memikirkan kelangsungan hidup ditinjau dari (Suptandar, 1999)
segi perumahan seperti yang terjadi sekarang
Ruang
ini. ( Suptandar, 1999)
Ada dua macam ruang yang dapat
mempengaruhi perilaku. Pertama, ruang yang
Jarak-Jarak Pada Manusia dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih
a. Intimate distance fleksibel. Masing-masing perancangan fisik
Yaitu pembicaraan antara dua orang atau ruang tersebut mempunyai variabel independen
lebih yang sudah sangat intim seperti mereka yang berpengaruh terhadap perilaku pe-
yang sedang berpacaran, pembicaraan antar makainya. Variabel tersebut adalah ukuran dan
anak-anak atau antar keluarga. Fase terjauh bentuk, perabot dan penataannya, warna serta
antara 15 ± 45 cm dan fase dekat antara 0 ± 15 unsur lingkungan ruang (suara, temperatur, dan
cm. pencahayaan). (Haryadi dan Setiawan 1996)
b. Personal distance
Yakni jarak antara kursi pemilik sejauh 60 ± Variabel-Variabel Ruang
100 cm dalam suatu ruang pribadi di mana tidak Adapun variabel-variabel dari ruang adalah
semua orang bisa memasukinya. sebagai berikut:
c. Data Perilaku
Denah pemetaan perilaku
ƒ Place Center Map
- Waktu pengamatan : Senin, 15 Maret 2004
pukul 08.00 ± 09.30
Aktivitas Kantin
Aktivitas di kantin berlangsung setiap
harinya kecuali pada hari Minggu yakni pada
jam 7.30 ± 15.30. Aktivitas yang terjadi di
kantin dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Aktivitas Pengelola Kantin
ƒ Membersihkan ruangan kantin
ƒ Menyiapkan kue-kue yang disajikan di
atas meja
ƒ Menyiapkan beberapa menu masakan
sebagai menu makan siang
ƒ Melayani setiap pesanan dari para
pengunjung dan menghidangkannya
Gambar 4. Denah Kantin Fakultas Teknik ƒ Membersihkan peralatan-peralatan yang
Banjarmasin kotor
Keterangan (Gambar 4): ƒ Mengantarkan pesanan ke ruang-ruang
Tepat pada pukul 10.15 WITA datang tertentu
VHRUDQJ PDKDVLVZD DQJNDWDQ ¶ 3DGD VDDW LWX ƒ Melayani pembayaran
keadaan kantin tidak terlalu ramai hanya ada 4
orang pengunjung saja. Tiga diantaranya 2. Aktivitas Pengunjung
wanita. Ketika memasuki kantin ia langsung ƒ Makan dan minum
menuju ke salah seorang pengelola kantin dan ƒ Membaca buku
memesan minuman. Setelah itu ia mengambil ƒ Santai seperti berbincang/ berdiskusi
tempat duduk dekat pintu. Ia mengambil tiga dengan teman, membicarakan masalah
buah makanan kecil lalu memakannya. Setelah yang sifatnya ringan dalam suasana non-
itu ia menambah lagi makanan kecilnya dua formal, hanya duduk sambil menunggu
buah. Setelah menghabiskan sisa makanan dan jam kuliah berikutnya atau hanya sekedar
minumannya ia lalu menuju ke pengelola kantin istirahat saja.
untuk membayar. Namun ia tidak membayar ƒ Aktivitas lainnya seperti membeli
sesuai dengan apa yang ia makan, ia membayar makanan ringan ataupun rokok,
segelas air dan tiga makanan kecil, padahal ia merapikan diri (bercermin), berdiri saja
tadi memakan lima buah makanan kecil. Setelah karena tidak ada kursi yang kosong,
membayar ia sempat mengobrol sebentar merokok, bersenandung (menyanyi),
dengan pengelola kantin, lalu setelah itu berlari mendengarkan musik (per individu).
keluar
ƒ Pola Sirkulasi Pengunjung Suasana Ruang
/DLOD =RKUD 5XGL +DUWRQR 3HULODNH 0DKDVLVZD $UVL« 29
4. Permasalahan:
Ada pengunjung yang suka berteriak ketika
memesan minuman dan apabila pesanan mereka
terlambat
- Analisis : Hal ini terjadi karena mereka malas
mendekati pengelola sebab ketika mereka
memasuki kantin mereka langsung mencari
tempat duduk. Agar tempat duduk mereka
tidak ditempati pengunjung lain maka mereka
memesan pesanan mereka dengan berteriak.
Hal ini juga disebabkan karena terlambatnya
pesanan mereka datang. Pengelola kantin
terkadang lupa dan bingung harus melakukan
beberapa kegiatan sekaligus, menyiapkan
pesanan dan melayani pembayaran
- Solusi : Agar lebih mudah, pengelola merupakan suatu institusi pendidikan di mana
menyediakan tempat khusus untuk memesan terjadi interaksi sosial antara mahasiswa, dosen,
minuman dan letaknya dekat pintu masuk, staf karyawan dan lainnnya. Terdapat berbagai
sehingga pengunjung bisa langsung memesan macam aktivitas do kampus seperti belajar
minuman baru mereka mencari tempat duduk mengajar, konsultasi tugas, praktikum dan
tanpa harus takut diambil pengunjung lain aktivitas pokok lainnya sesuai dengan jurusan
masing-masing. Seperti halnya yang terjadi
5. Permasalahan: pada kampus teknik arsitektur, begitu banyak
Pengunjung kebanyakan menikmati aktivitas yang dilakukan oleh para pelaku
makanan sambil membelakangi meja sehingga terdapat banyak objek yang dapat
diamati di sana.
- Analisis: Hal ini terjadi karena jarak antara
meja dan kursi terlalu rapat, sehingga Dari penjelasan yang ada, terbukti bahwa
pengunjung tidak punya ruang untuk sebuah lingkungan sangat mempengaruhi pola
menempatkan kaki. Kecilnya ukuran kantin perilaku manusia. Tidak hanya menghasilkan
tidak memungkinkan untuk memperlebar jarak pola perilaku yang positif saja melainkan juga
ini. negatif.
- Solusi : Agar lebih luas, kantin harus ditata Melalui pembahasan mengenai kantin
ulang sehingga jarak antara kursi dan meja sebagai objek dari penelitian ini dapat kita
tidak terlalu rapat. Dengan demikian temui bahwa kantin yang sebenarnya berfungsi
pengunjung dapat lebih santai menikmati sebagai tempat beristirahat, ternyata juga
makanan sambil menghadap meja. memiliki prasyarat yang berpengaruh sangat
besar pada pola perilaku orang-orang di
sekitarnya. Seperti halnya sirkulasi udara, luas
KESIMPULAN kantin, pencahayaan, dan lain sebagainya.
Pada hakikatnya manusia adalah individu/
pribadi yang memiliki ciri khas tertentu dengan DAFTAR PUSTAKA
latar belakang kultur dan pandangan hidup yang Ahmadi, A. 2000. Psikologi Umum. Ganesha. Bandung.
berbeda-beda. Secara kodrati, manusia juga
merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang Boedojo, P. 1986. Arsitektur, Manusia, dan
memerlukan orang lain untuk saling Pengamatannya. Djambatan: Jakarta
berinteraksi/ bersosialisasi.
Setiawan B dan Haryadi. 1996. Arsitektur Lingkungan
Kampus adalah salah satu dari sekian dan Perilaku. UGM. Yogyakarta.
lingkungan binaan di mana terdapat sub-sub
sistem dengan setting kegiatan yang berbeda di Suptandar, J dan Pamudji. 1999. Desain Interior.
Djambatan. Jakarta
dalamnya. Dilihat dari segi fungsinya, kampus
32 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005