Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Volume 6 No.

1, Juli 2005 (21 - 31)

Studi Perilaku Mahasiswa Arsitektur


Terhadap Kantin Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat

Laila Zohrah, Rudi Hartono1

Abstract ± This research study the relationship between behaviour and (canteen) environment, especially
correlation between behaviour which have been found with the context of studied. And only behaviour
which dealt with architectural problem will be selected, and then solved. And in this hand out also studied
the dominant environment influence by physical elements that caused certain behavioural appearance
(specially the negative behaviour).
In architecture study of behavioural and environmental, according to Haryadi and Setiawan in its book
Arsitektur Lingkungan dan Perilaku (1996: 17) mentioned that personal dimension divided into two
matters, physical factor and psychological factor which is in relation context between behaviour and its
environment, both will influence the individual response to the occurrence stimuli environment.
From that statement, we can be said that reaction of human through his motion and or its behaviour is
depending from the setting whereabouts he reside concerning both psychological and physical aspect, and
also his/her culture background and ability of to understanding the meaning of technological, economics
and political system will also give the influence to human behaviour.
Through the method of behavioural approach and mapping, canteen as object for this research showing us
that canteen which in function build as place to rest, in the reality also own the prerequisite that having a
very big effect to behavioural pattern of people around its. In example, canteen air circulation, wide,
lighting, etc.

Keywords ±behaviours, canteen, student

PENDAHULUAN Yang menarik dari kantin Fakultas Teknik


Unlam Banjarmasin adalah interaksi antar
individu di dalamnya yang menimbulkan
Latar Belakang
berbagai perilaku yang dipengaruhi oleh
Kantin merupakan salah satu fasilitas umum lingkungan kantin yang tidak sesuai dengan apa
yang menyediakan makanan dan minuman. yang diharapkan dari sebuah kantin.
Kantin biasanya digunakan oleh orang-orang Dalam penelitian ini dikaji hubungan antara
untuk melepaskan lelah, misalnya setelah perilaku dengan lingkungan (kantin), terutama
bekerja, kuliah, belajar, dan lain-lain. Tapi mengkaitkan antara perilaku yang telah
terkadang kantin juga berfungsi sebagai tempat ditemukan dengan konteks yang dikaji. Dan
untuk berbincang-bincang serta berdiskusi perilaku tersebut dipilih yang berhubungan
secara santai. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan masalah arsitektural, lalu dipecahkan.
kantin yang baik adalah kantin yang dapat Dan dalam makalah ini dikaji pula unsur-unsur
memberikan kenyamanan serta rasa betah bagi fisik lingkungan yang dominan mempengaruhi
para pengunjungnya. munculnya perilaku-perilaku tertentu
(khususnya negatif).

1
Staff pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin

21
22 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005

Pada kampus teknik arsitektur terdapat tiga KAJIAN TEORITIS


ruang kelas, tiga studio gambar, ruang dosen,
ruang administrasi dan sebuah kantin yang Kerangka Studi Perilaku
terletak di ujung sebelah belakang kampus. Dari
Pada dasarnya, kerangka pendekatan studi
fenomena yang ada, para mahasiswa kebanyak-
perilaku menekankan bahwa latar belakang
an lebih menyukai berkumpul di kantin.
manusia seperti pandangan hidup, kepercayaan
Berbagai aktivitas mereka lakukan di sana tidak
yang dianut, nilai-nilai dan norma-norma yang
hanya makan dan minum saja, di sana juga ada
dipegang akan menentukan perilaku seseorang
yang hanya sekedar duduk saja, ada yang
yang antara lain tercermin dalam cara hidup dan
berbincang, ada yang sedang membaca bahkan
peran yang dipilihnya di masyarakat. Lebih
ada yang sedang mengerjakan tugas kuliah dan
lanjut, konteks kultural dan sosial ini akan
masih banyak lagi lainnya. Umumnya, para
menentukan sistem aktivitas atau kegiatan
mahasiswa yang ke kantin lebih suka duduk di
manusia (Rapoport, 1997). Cara hidup dan
koridor kantin dibandingkan duduk di dalam
sistem kegiatan akan menentukan macam dan
kantin sehingga suasana kantin selalu terasa
wadah bagi kegiatan tersebut.
lebih hidup dibandingkan ruang lainnya.
Teori Pendekatan Dalam Studi Perilaku
Perumusan Masalah Dalam studi perilaku ada beberapa teori
Pada penelitian ini ada beberapa hal yang akan pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
dibahas, yaitu:
ƒ Mengidentifikasi mengapa kantin menjadi a. Pendekatan Semiotik
tempat favorit bagi para mahasiswa untuk Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.
berkumpul Semiotik terdiri dari tiga komponen, yaitu:
ƒ Bagian mana dari kantin yang lebih disukai ƒ Sintak yaitu hubungan antara pertanda dalam
oleh para pengunjung kantin suatu sistem pertanda
ƒ Bagaimana kecenderungan perilaku ƒ Semantik yaitu hubungan antara pertanda
pengunjung kantin sewaktu berada di kantin dengan sesuatu yang diwakilinya yang
menjelaskan makna pertanda tersebut
Ruang Lingkup Penelitian ƒ Pragmatik yaitu hubungan antara pertanda
Penelitian ini merupakan bagian dari evaluasi dengan hubungan manusia
pasca huni yang pengamatannya berfokus pada
perilaku menghuni dengan variabel pengamatan b. Pendekatan Simbolis
yaitu : Merupakan sesuatu yang mewakili makna
ƒ Pelataran/Tempat : Kantin Kampus tertentu yang disepakati bersama oleh suatu
Arsitektur UNLAM kelompok masyarakat. Simbol ada dua, yaitu:
Banjarmasin ƒ Simbol yang maknanya telah diketahui
ƒ Kelompok Pemakai : Mahasiswa Arsitektur masyarakat.
ƒ Fenomena Perilaku ƒ Simbol khusus yakni maknanya hanya
disepakati oleh kelompok tertentu.
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan tersebut di atas, tujuan dari c. Pendekatan Non-Verbal
penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu Perilaku manusia dapat dipengaruhi unsur-
format konsep serta alternatif desain dari kantin unsur non-verbal dari suatu budaya seperti
Kampus Teknik Arsitektur yang dapat pakaian; perletakan, bentuk dan susunan ruang;
memberikan stimulan dan reaksi positif yang jenis makanan; gerak tubuh dan lainnya.
berkesesuaian dengan perilaku mahasiswa
sebagai pelaku utama dalam penelitian ini
Hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai Metode Analisis Dalam Studi Perilaku
bahan masukan dalam desain ruang ber- Perilaku manusia sangat beragam dan ber-
sama/berkumpul pada lingkungan kampus. ubah, tergantung pada setting tempat manusia
itu berada. Dalam kajian Arsitektur Lingkungan
/DLOD =RKUD 5XGL +DUWRQR 3HULODNH 0DKDVLVZD $UVL« 23

dan Perilaku, ruang diartikan sebagai suatu pe- demikian behavior setting mengandung unsur-
tak yang dibatasi oleh dinding dan atap baik unsur sekelompok orang yang melakukan se-
oleh unsur yang permanen ataupun tidak per- suatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari se-
manen. Dalam kaitannya dengan manusia hal kelompok orang tersebut, tempat dimana ke-
paling penting dari pengaruh ruang terhadap giatan tersebut dilakukan, serta waktu spesifik
perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian saat kegiatan tersebut dilaksanakan. Behavior
dari ruang tersebut. Pengaruh ruang-ruang setting dijabarkan dalam dua istilah yakni
tersebut ter-hadap perilaku pemakainya cukup system of setting dan system of activity dimana
jelas, karena pemakai melakukan kegiatan ter- keterkaitan dua hal ini membentuk satu
tentu di masing-masing ruang tersebut. Sesuai behavior setting tertentu.
dengan fungsi-nya, ruang-ruang tersebut di- System of setting merupakan tempat atau
harapkan mempunyai bentuk, perabot, dan kon- ruang yang diartikan sebagai rangkaian unsur-
disi ruang tertentu. (Sumber: Arsitektur Ling- unsur fisik atau spasial yang mempunyai hu-
kungan dan Perilaku) bungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai
Kantin menurut kamus umum bahasa untuk suatu kegiatan tertentu. Sementara system
Indonesia berarti warung kantor. Namun, sesuai of activity atau sistem kegiatan diartikan
dengan perkembangan jaman, kantin mulai di- sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara
dirikan di tempat-tempat umum lainnya. Ber- sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa
beda dengan warung lainnya, biasanya kantin orang.
letaknya menyatu atau menjadi bagian dari
bangunan atau tempat-tempat umum tersebut. b. Enviromental Perception (Persepsi tentang
(Sumber : Arsitektur Lingkungan dan Perilaku) Lingkungan)
Penataan perabot juga mempengaruhi kesan Persepsi lingkungan adalah interpretasi
yang ditimbulkan oleh kantin. Penyusunan meja tentang suatu setting oleh individu, berdasarkan
sebaiknya berkelompok-kelompok agar para latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman
pengunjung bisa saling berbincang-bincang. individu tersebut.
(Sumber : Majalah Kartini) Di dalam konteks studi antropologi
Selain itu, penggunaan warna yang santai lingkungan, isu mengenai lingkungan ini akan
dan lembut mampu memberikan kesan santai menyangkut apa yang disebut sebagai aspek
kepada yang melihatnya. (Sumber : Majalah emic dan etic. Emic menggambarkan
Kartini) bagaimana suatu lingkungan dipersepsikan oleh
Sistem pelayanan yang baik juga sangat kelompok di dalam sistem tersebut (bagaimana
mempengaruhi baik tidaknya sebuah kantin, suatu kelompok mempersepsikan
sebab apabila kantin dengan pelayanan yang lingkungannya). Sementara etic adalah
ku-rang teratur menyebabkan pengunjungnya bagaimana pengamat atau outsider (misalnya
me-rasa kurang nyaman berada di kantin yang perancang) mempersepsikan lingkungan yang
ber-sangkutan. (Sumber : Majalah Kartini) sama.
Kajian arsitektur lingkungan dan perilaku
menekankan bahwa ruang atau lingkungan itu c. Perceived Environment (lingkungan yang
bersifat sangat personal dan mempunyai arti terpersepsikan)
yang spesifik bagi setiap individu. Setiap in- Lingkungan yang terpersepsikan memiliki
dividu dan masyarakat cenderung mempunyai tiga proses yaitu kognisi (cognitive) dan afeksi
kapasitas yang berbeda dalam memberikan ja- (affective) serta kognasi (cognative). Proses
waban terhadap pengaruh lingkungan atau set- kognisi meliputi proses penerimaan,
ting disekitarnya. Beberapa konsep penting da- pemahaman, dan pemikiran tentang suatu
lam kajian arsitektur lingkungan dan perilaku lingkungan. Proses afeksi meliputi proses
adalah sebagai berikut: perasaan dan emosi, keinginan, serta nilai-nilai
tentang lingkungan. Sementara proses kognasi
a. Behavior Setting (Setting Perilaku) meliputi munculnya tindakan, perlakuan
Behavior setting dapat diartikan secara se- terhadap lingkungan sebagai respon dari proses
derhana sebagai suatu interaksi antara suatu kognisi dan afeksi.
kegiatan dengan tempat yang spesifik. Dengan
24 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005

Behavior Mapping (Pemetaan Perilaku) ƒ Selera rohani


Di dalam kajian arsitektur lingkungan dan
perilaku, pemetaan perilaku banyak Perbedaan selera disebabkan oleh:
dimanfaatkan untuk melakukan ƒ Perbedaan latar belakang budaya
penyempurnaan-penyempurnaan perancangan, ƒ Perbedaan lingkungan fisik
terutama melalui teknik yang dikenal dengan ƒ Perbedaan status ekonomi
Evaluasi Purna Huni. Terdapat dua cara untuk ƒ Perbedaan kemampuan intelektual dan
melakukan pemetaan perilaku yakni: pengalaman
1. Place-centered Mapping (Pemetaan Selain perbedaan-perbedaan tersebut di atas,
Berdasarkan Tempat) perbedaan selera dari tiap individu juga
Teknik ini digunakanuntuk mengetahui disebabkan oleh perbedaan keinginan serta
bagaimana manusia atau sekelompok pengalaman.
manusia memanfaatkan, menggunakan atau
mengakomodasikan perilakunya dalam suatu c. Posisi dan Peranan
situasi waktu dan tempat tertentu. Dan Dalam melakukan kegiatan, tingkah laku
perhatian dari teknik ini meliputi satu tempat manusia pada umumnya terbatas pada:
yang spesifik baik kecil maupun besar. ƒ Posisi individu dalam kelompok masyarakat
2. Person-centered Mapping (Pemetaan ƒ Peranan yang dilakukan dalam posisi tersebut
berdasarkan seseorang)
Sedangkan teknik ini menekankan pada Posisi individu dapat dikategorikan dalam
pergerakan manusia pada suatu periode beberapa kelompok, yaitu:
tertentu. Dan yang diamati hanya satu orang ƒ Umur dan jenis kelamin
secara khusus. ƒ Keluarga
ƒ Pekerjaan dan pendidikan
Dasar Tindakan Manusia ƒ Kerabat dan handaitaulan
ƒ Status
Menurut Suptandar dalam bukunya Desain ƒ Latar belakang budaya/ ras/ kebiasaan
Interior, motif terbesar tindakan manusia adalah
akal budi. Sedangkan yang membatasi kegiatan
Kegiatan dan Tingkah Laku Manusia
dan tingkah laku manusia adalah norma; cita
rasa; posisi dan peranan.
Kegiatan dan tingkah laku manusia mem-
a. Norma punyai tuntutan untuk memenuhi keinginan-
Norma sengaja diciptakan, untuk mengatur keinginan yang ada dalam diri manusia yang
kehidupan tingkah laku bermasyarakat, tetapi bersangkutan.
oleh karena kelompok masyarakat itu banyak Kegiatan manusia timbul karena dorongan
dan masing-masing beraneka ragam normanya pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebagai
maka seringkali sifat norma itu menjadi relatif. makhluk hidup, jadi secara langsung kegiatan
Norma berfungsi sebagai pengaturan atas dan tingkah laku manusia timbul karena
ukuran yang mengatur kegiatan dan tingkah dorongan tersebut.
laku manusia agar orang tahu apa yang Dorongan dasar kegiatan dan tingkah laku
sebaiknya dilakukan. manusia hanya dapat diuraikan menurut do-
rongan dasar untuk pemenuhan kebutuhan
b. Cita rasa biologis, psikis, dan sosial. Misalnya:
Cita rasa adalah kepekaan yang timbul dalam ƒ Dorongan dasar untuk mempertahankan diri/
diri manusia untuk merasakan suatu suasana hidup, misalnya makan, minum, perumahan
atau keadaan dan kemampuan untuk menilai dan lainnya.
sesuatu obyek percobaan atau menilai obyek ƒ Dorongan dasar untuk pemenuhan kebutuhan
sebagai bahan perbandingan. psikis meliputi dorongan dasar untuk
Cita rasa/ selera manusia dapat dibedakan mendapatkan rasa aman, respon emosional
dalam dua kategori, yaitu: pengalaman baru, dan sebagainya.
ƒ Selera fisik
/DLOD =RKUD 5XGL +DUWRQR 3HULODNH 0DKDVLVZD $UVL« 25

Seringkali motif dasar kebutuhan biologis di terjadi interaksi misalnya saat duduk di
dalam masyarakat lebih kuat pengaruhnya jika kereta api, bus atau pesawat, pendek kata
dibandingkan dengan motif-motif dasar fisik. saling duduk berdekatan tetapi masing-
Hal ini disebabkan manusia pertama-tama masing tetap menjaga jarak interaksi.
memikirkan kelangsungan hidup ditinjau dari (Suptandar, 1999)
segi perumahan seperti yang terjadi sekarang
Ruang
ini. ( Suptandar, 1999)
Ada dua macam ruang yang dapat
mempengaruhi perilaku. Pertama, ruang yang
Jarak-Jarak Pada Manusia dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih
a. Intimate distance fleksibel. Masing-masing perancangan fisik
Yaitu pembicaraan antara dua orang atau ruang tersebut mempunyai variabel independen
lebih yang sudah sangat intim seperti mereka yang berpengaruh terhadap perilaku pe-
yang sedang berpacaran, pembicaraan antar makainya. Variabel tersebut adalah ukuran dan
anak-anak atau antar keluarga. Fase terjauh bentuk, perabot dan penataannya, warna serta
antara 15 ± 45 cm dan fase dekat antara 0 ± 15 unsur lingkungan ruang (suara, temperatur, dan
cm. pencahayaan). (Haryadi dan Setiawan 1996)

b. Personal distance
Yakni jarak antara kursi pemilik sejauh 60 ± Variabel-Variabel Ruang
100 cm dalam suatu ruang pribadi di mana tidak Adapun variabel-variabel dari ruang adalah
semua orang bisa memasukinya. sebagai berikut:

c. Social distance a. Ukuran dan Bentuk


Yaitu jarak interaksi publik dalam suatu Pada perancangan ruang, ukuran dan bentuk
ruang pertemuan atau konferensi sejauh 150 ± disesuaikan dengan fungsi yang akan diwadahi.
300 cm. Sedang dalam gedung semi publik bisa Ukuran ruang yang terlalu besar atau terlalu
mencapai 2 ±3 meter. Pada ruang konferensi kecil akan mempengaruhi psikologis dan
atau rapat yang terbatas jumlah pesertanya tingkah laku pemakainya. Seperti yang terjadi
dianjurkan agar satu sama lain maksimum pada kantin kampus yang menjadi objek
berjarak 4 meter agar tiap pembicaraan pengamatan, ruang kantin yang terlalu kecil
terdengar jelas. Hal yang sama juga terjadi menyebabkan terjadinya pola-pola tingkah laku
dalam ruang resepsi di mana para tamu yang beraneka (akan dijelaskan lebih lanjut
didudukkan tidak jauh, agar mudah dihubungi, pada uraian data). Ruang yang terlalu sempit
karena itu dianjurkan sebaiknya ruang tunggu akan menimbulkan suasana sesak dan kurang
tamu terletak agak menyamping dan tidak nyaman bagi pemakai.
mengganggu lalu lintas tamu yang akan masuk.
b. Perabot dan Penataannya
d. Public distance Perabot dibuat untuk memenuhi tujuan
Yaitu jarak bicara di dalam hall antara fungsional dan mempengaruhi perilaku
pembicara dengan audience/ public seperti pemakainya. Sebuah kursi difungsikan untuk orang
pada concert hall, convention hall, bisa duduk, tetapi juga untuk mempengaruhi perilaku
mencapai 20 ± 30 meter oleh karena itu orang tersebut. Misalnya perancangan kursi
harus dibantu dengan pengeras suara. Pada sedemikian rupa sehingga tidak nyaman diduduki
saat ini pembicara atau figure penyanyi di untuk waktu lam, seperti kursi di lapangan terbang,
panggung yang berjarak jauh bisa jelas kursi di restoran di mana pemiliknya tidak
menatap. menginginkan pengunjung untuk duduk berlama-
lama. Penataan perabot juga berperan penting
dalam mempengaruhi kegiatan dan perilaku
e. Proxemics distance pemakainya.
Yaitu jarak komunikasi yang terjadi di
dalam pertemuan umum di mana satu sama
lain tidak atau belum kenal tetapi bisa
26 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005

c. Warna Ruang mewadahi kegiatan mahasiswa dalam


Warna memiliki peranan penting dalam berkumpul
mewujudkan suasana ruang dan mendukung
terwujudnya perilaku-perilaku tertentu. Misalnya Objek Pengamatan
warna merah memberi kesan hangat, warna biru, Obyek yang diteliti adalah kantin kampus
hijau dapat memberikan kesan dingin atau teduh, Arsitektur FT UNLAM Banjarmasin
dan lainnya. Pengaruh warna cukup dominan
terhadap perilaku.
HASIL DAN PEMBAHASAN
d. Suara, Temperatur dan Pencahayaan
Empat unsur lingkungan ini juga Data Hasil Pengamatan
memberikan pengaruh terhadap kondisi ruang
a. Warna Ruang
dan perilaku pemakainya. Suara, yang diukur
Kantin kampus arsitektur terletak di ujung
dalam desibel, akan berpengaruh buruk apabila
kanan sebelah belakang kampus. Pencapaian
terlalu keras. Suara dari pesawat terbang yang
menuju ke kantin dapat ditempuh dari dua arah,
terlalu keras didengar orang-orang yang tinggal
yaitu dari arah entrance samping dan secara
didekat bandara akan mengakibatkan kerusakan
langsung dari selasar yang menghubungkan
gendang telinga atau ketulian.
kantin dengan ruang lainnya. Luas dari ruangan
Temperatur berkaitan dengan kenyamanan
kantin ini sekitar 32,4 m², pada awalnya ruang
pemakai ruang. Ruang yang panas karena
ini tidak diperuntukkan sebagai kantin akan
pembukaan atau jendela yang langsung terkena
tetapi sebagai kamar kecil (toilet).
sinar matahari, akan membuat pemakainya
Di sebelah luar kantin yaitu pada area selasar
kepanasan, berkeringat dan merasa pengap.
terdapat dua buah meja panjang yang letaknya
Pencahayaan dapat mempengaruhi kondisi
berdempetan dengan tembok dan sederetan
psikologis seseorang. Bagi seorang perancang,
kursi yang tersusun dengan arah yang
pencahayaan ruang difungsikan untuk
membelakangi tembok. Kondisi dari perabot
memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya dan
tersebut terutama kursi dapat dikatakan tidak
untuk segi estetika (Haryadi dan Setiawan,
layak untuk dipakai, ada beberapa di antara
1996)
kursi tersebut yang joknya rusak, tidak kokoh
lagi (peyot), dan warnanya yang kusam. Selain
METODE PENELITIAN itu pada area luar ini juga terdapat sebuah
bangku panjang terbuat dari kayu yang terletak
Teknik Pengumpulan Data di sebelah kiri jika dilihat dari depan pada
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka untuk
posisi feil lantai yang berbeda dari perabot
memperoleh/mengumpulkan data dilakukan
lainnya (hampir sejajar muka tanah). Dinding
langkah-langkah sebagai berikut:
eksterior kantin ini seringkali dijadikan sebagai
1. Melakukan observasi/pengamatan lapangan
tempat untuk memajang/ menempelkan
terhadap kondisi kantin yang ada saat ini,
pengumuman, sedangkan pada kolom-kolom
meliputi:
terlihat tulisan-tulisan tangan dari para oknum
- Jenis perabot / fasilitas pendukung
tertentu yang melakukannya.
- Tata letak / layout perabot
- Sirkulasi
- Perilaku yang terjadi b. Data Ruang
2. Melakukan pengukuran, meliputi: Detail Perabot dan Data Kantin
Menggambar ulang denah tata letak ƒ Warna
perabot/fasilitas penunjang beserta jaraknya Dinding dan plafond kantin berwarna
kuning. Namun keadaannya sangat kotor
Analisis Data sehingga berubah menjadi kusam.
Data yang diperoleh kemudian diolah dan ƒ Ketinggian Plafond
dianalisis berdasarkan teori. Keluaran yang Tinggi plafond dari lantai sekitar 3 meter
dihasilkan berupa arahan desain ruang yang
ƒ Jenis Material
/DLOD =RKUD 5XGL +DUWRQR 3HULODNH 0DKDVLVZD $UVL« 27

Dari segi jenis material dapat dilihat bahwa


kantin tersebut terbuat dari material-material
yang sama dengan material Fakultas Teknik,
yaitu beton.
ƒ Pencahayaan
Pencahayaan dalam kantin hanya me-
manfaatkan cahaya matahari yang masuk
melalui jendela.

Gambar 2. Denah Kantin Fakultas Teknik


Banjarmasin
Keterangan (Gambar 2):
1. Kelompok pembeli di daerah ini selain
menikmati makanan dan minuman mereka juga
sambil mengobrol bersama pengelola
2. Sedangkan kelompok pembeli yang ini hanya
satu orang saja yang menikmati makanan dan
minumannya dan lainnya terlihat asyik
berdiskusi masalah tugas. Ketika menikmati
Gambar 1. Denah Kantin Fakultas Teknik hidangan, biasanya pengunjung membelakangi
Banjarmasin meja
ƒ Keterangan denah kantin (Gambar 1): 3. Pengelola kantin terlihat sangat sibuk
1. meja panjang menyediakan makanan sambil sesekali
2. kursi panjang mengobrol bersama pengunjung yang
3. rak makanan mengajaknya berbincang
4. lemari
5. kulkas - Waktu pengamatan : Selasa, 16 Maret 2004
6. tempat cuci piring pukul 10.00 ± 11.00
7. kompor
8. drum
9. wc
10. bangku

c. Data Perilaku
Denah pemetaan perilaku
ƒ Place Center Map
- Waktu pengamatan : Senin, 15 Maret 2004
pukul 08.00 ± 09.30

Gambar 3. Denah Kantin Fakultas Teknik


Banjarmasin
Keterangan (Gambar 3):
28 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005

1. Sekelompok pembeli yang datang dan Keterangan (Gambar 4):


langsung duduk di dekat pintu. Mereka Karena pintu yang dimiliki kantin ini hanya satu
sedang asyik terlihat berkipas-kipas, karena sehingga pengunjung sulit untuk keluar-masuk.
memang suasana kantin terasa pengap Seperti yang terlihat pada Gambar 4. Biasanya
2. Tidak beberapa lama datang seorang sirkulasi pengunjung sangat bermacam, namun
pengunjung yang dari pintu masuk kantin terkadang juga menemui masalah ketika
langsung berteriak memesan minuman, dan pengunjung lagi banyak. Sebab pengunjung
duduk di luar kantin berkumpul bersama berkumpul di dekat pintu masuk, menunggu
teman-temannya tempat yang kosong.
Selain itu, pengelola kantin juga sering terlihat
ƒ Person Center Map
keluar masuk kantin untuk mengantarkan
- Waktu pengamatan : Kamis, 18 Maret
minuman kepada pengunjung. (Seperti yang
2004 pukul 10.00 ±
terlihat pada Gambar 4).
11.00

Aktivitas Kantin
Aktivitas di kantin berlangsung setiap
harinya kecuali pada hari Minggu yakni pada
jam 7.30 ± 15.30. Aktivitas yang terjadi di
kantin dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Aktivitas Pengelola Kantin
ƒ Membersihkan ruangan kantin
ƒ Menyiapkan kue-kue yang disajikan di
atas meja
ƒ Menyiapkan beberapa menu masakan
sebagai menu makan siang
ƒ Melayani setiap pesanan dari para
pengunjung dan menghidangkannya
Gambar 4. Denah Kantin Fakultas Teknik ƒ Membersihkan peralatan-peralatan yang
Banjarmasin kotor
Keterangan (Gambar 4): ƒ Mengantarkan pesanan ke ruang-ruang
Tepat pada pukul 10.15 WITA datang tertentu
VHRUDQJ PDKDVLVZD DQJNDWDQ ¶ 3DGD VDDW LWX ƒ Melayani pembayaran
keadaan kantin tidak terlalu ramai hanya ada 4
orang pengunjung saja. Tiga diantaranya 2. Aktivitas Pengunjung
wanita. Ketika memasuki kantin ia langsung ƒ Makan dan minum
menuju ke salah seorang pengelola kantin dan ƒ Membaca buku
memesan minuman. Setelah itu ia mengambil ƒ Santai seperti berbincang/ berdiskusi
tempat duduk dekat pintu. Ia mengambil tiga dengan teman, membicarakan masalah
buah makanan kecil lalu memakannya. Setelah yang sifatnya ringan dalam suasana non-
itu ia menambah lagi makanan kecilnya dua formal, hanya duduk sambil menunggu
buah. Setelah menghabiskan sisa makanan dan jam kuliah berikutnya atau hanya sekedar
minumannya ia lalu menuju ke pengelola kantin istirahat saja.
untuk membayar. Namun ia tidak membayar ƒ Aktivitas lainnya seperti membeli
sesuai dengan apa yang ia makan, ia membayar makanan ringan ataupun rokok,
segelas air dan tiga makanan kecil, padahal ia merapikan diri (bercermin), berdiri saja
tadi memakan lima buah makanan kecil. Setelah karena tidak ada kursi yang kosong,
membayar ia sempat mengobrol sebentar merokok, bersenandung (menyanyi),
dengan pengelola kantin, lalu setelah itu berlari mendengarkan musik (per individu).
keluar
ƒ Pola Sirkulasi Pengunjung Suasana Ruang
/DLOD =RKUD 5XGL +DUWRQR 3HULODNH 0DKDVLVZD $UVL« 29

a. Pencahayaan ƒ Pengunjung yang berada di dalam


Kantin ini mendapatkan pencahayaan alami cenderung tidak berlama-lama di dalam
yang cukup yang berasal dari jendela depan dan karena efek psikologis yang ditimbulkan
pintu depan. oleh ruang kantin yang sempit dan minim
akan bukaan membuat pengunjung
b. Penghawaan merasa sumpek dan bosan jika terlalu
Penghawaan alami berlangsung kurang baik lama berada di dalam. Ada pula sebagian
pada kantin ini. Ventilasi silang tidak diterap- di antaranya yang kemudian berpindah
kan, sehingga kantin terasa panas. duduk ke luar karena merasakan hal yang
demikian.
c. Privasi Ruang ƒ Pada waktu-waktu tertentu (jam
Privasi ruang pada kantin ini cukup tinggi. kunjungan terbesar) para pengunjung
Privasi ini terbentuk karena letak kantin yang harus rela berdesakan dan sebagian harus
berada di ujung bangunan. berpindah ke luar karena jumlah kursi
yang tidak mencukupi.
Pengguna dan Ruang Kantin ƒ Keberadaan fasilitas seperti kipas angin
Pada dasarnya kantin merupakan ruang yang perlu dipertahankan namun akan lebih
bersifat publik, dapat digunakan oleh semua baik lagi jika dapat diminimalisasi
orang yang terlibat dalam kegiatan di kampus penggunaan penghawaan buatan dengan
FT UNLAM Banjarmasin. Pengguna kantin penambahan bidang bukaan. Selain itu
dalam penelitian ini dapat dikelompokkan cermin pada ruang kantin ini menjadi
berdasarkan profesinya, yaitu mahasiswa, Staff suatu suguhan yang pas bagi pengunjung
Administrasi, Staff Pengajar, Pejabat Fakultas, yang ingin merapikan diri pada saat
Staff pembantu dan Tamu. Berikut hasil keluar/ masuk kantin.
pengamatan terhadap kegiatan dan waktu ƒ Susunan perabot yang saling
penggunaan koridor oleh masing-masing membelakangi membuat suasana ruang
kelompok: dalam menjadi tidak akrab.
Sesuai dengan hasil pengamatan bahwa
mahasiswa merupakan pengguna yang paling 2. Analisis terhadap pengunjung yang berada di
aktif dan paling mendominasi aktifitas di luar kantin.
kantin. Kecenderungan perilaku dari pengunjung
yang berada di luar, yaitu:
Analisis dan Pembahasan ƒ Pengunjung yang berada di luar bermacam-
Ternyata dari sebuah kantin terdapat sangat macam, ada yang hanya duduk saja sambil
banyak permasalahan yang perlu dipecahkan. megobrol ataupun menunggu jam kuliah
Permasalahan tersebut antara lain dapat kita berikutnya (dari kantin mahasiswa dapat
analisis seperti berikut ini. melihat secara langsung ruang dosen yang
Dari observasi yang dilakukan sebanyak berada di seberangnya), ada yang duduk
enam kali dalam jangka waktu lima hari serta santai sambil menikmati minuman ataupun
tinjauan langsung ke lokasi objek pengamatan sedang menyantap makanan, dan lainnya.
dan pemetaan perilaku pengunjung, analisis dan Pada dasarnya suasana di luar terlihat akrab
pembahasan akan dibedakan pada dua hal, dan santai dalam nuansa keterbukaan.
yaitu: ƒ Suasana keterbukaan kantin bagian luar
1. Analisis terhadap pengunjung yang ada di membuat pengunjung merasa lebih betah
dalam. dan nyaman berada di situ. Hal ini terlihat
Kecenderungan perilaku pengunjung yang dari durasi waktu kunjungan yang rata-rata
berada di dalam yaitu: di atas 30 menit.
ƒ Pengunjung yang berada di dalam ƒ Kecenderungan pengunjung yang
cenderung untuk langsung memesan bergerombol di selasar kantin menimbulkan
makanan/ minuman. Durasi waktu efek negatif yaitu yang pertama membuat
pengunjung di dalam kantin rata-rata 10 - pengunjung lainnya yang ingin ke kantin
30 menit setiap harinya. enggan melewati selasar tersebut dan yang
30 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005

kedua yaitu dapat mengganggu konsentrasi


mahasiswa yang berada di ruang Studio
Gambar.
ƒ Pengunjung yang berada di luar seringkali 9 9
mendapati kesulitan dalam memesan
7 8 77
makanan karena harus masuk terlebih
dahulu dan ada kalanya pesanan tersebut 6
datangnya lebih lambat. 1 3
ƒ Dinding bagian luar kantin terdapat 5
1
tempelan-tempelan pengumuman yang 4 1
ditempelkan begitu saja pada bidang 2
dinding. Selain itu ada beberapa pengunjung 12
yang seringkali mencoret dinding (bidang 2 1
kolom) dengan tulisan-tulisan tangan yang 1 2
tidak bertanggung jawab. 2 1
ƒ Bangku samping yang menjadi tempat 1
2
favorit bagi sebagian besar pengunjung pada
Gambar 5. Denah Sirkulasi Hawa di Kantin
siang hari tidak lagi demikian karena area
Fakultas Teknik Banjarmasin
ini terkena sinar matahari siang.
ƒ Seringkali pengunjung harus berdiri saja 2. Permasalahan:
karena kurangnya kursi yang tersedia. Ruang Banyak pengunjung yang lebih suka duduk
terbuka kantin yang relatif sempit ini di luar.
membuat para pengunjung duduk dengan - Analisis : Dengan ukuran yang kecil, kantin
pola yang tidak tertata sehingga ini tidak mampu untuk menampung
mengesankan kesemerawutan. pengunjung dalam jumlah banyak. Apabila
ƒ Perabot yang ada diluar selain kurang dari kantin telah penuh, pengunjung yang tidak
segi jumlah juga kurang layak untuk dipakai suka berdesak-desakan dan yang datang
dan penataannyapun tidak dapa belakangan memilih untuk duduk di luar
mengarahkan pada suatu pola yang - Solusi : Agar kantin yang kecil itu terlihat
mendukung terciptanya suatu setting yang besar alangkah baiknya barang-barang yang
dapat tertata (terkendali). tidak terpakai disingkirkan dan penataan letak
perabot di tata ulang
Secara garis besar analisis di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut: 3. Permasalahan:
1. Permasalahan Ada pengunjung yang membayar tidak
Banyak pengunjung kantin yang terlihat sesuai dengan apa yang ia makan
sedang kipas-kipas karena kepanasan karena - Analisis : Makanan yang disediakan di kantin
suasana kantin yang pengap ada yang diletakkan di meja-meja tempat para
- Analisis : Kantin ini hanya memiliki beberapa pengunjung duduk. Mereka akan lebih mudah
ventilasi sebagai tempat sirkulasi udara dan mengambil tanpa harus berdiri lagi. Namun
masuknya cahaya dari luar. Tapi jumlahnya hal ini sangat tidak menguntungkan bagi
tidak sesuai dengan ukuran kantin sehingga pengelola, karena makanan tersebut bisa
sirkulasi udara berjalan lambat. Hal ini terlindung dari penglihatan pengelola apabila
mengakibatkan suasana kantin terasa panas pengunjung banyak. Sehingga memungkinkan
dan pengap. pengunjung yang tidak membayar sesuai
- Solusi : Perlu dibuat lubang ventilasi lebih dengan yang dimakannya
banyak agar sirkulasi udara menjadi lancar. - Solusi : Agar lebih efektif, semua makanan
Lubang ventilasi ini bisa dibuat pada dinding ditempatkan pada satu tempat dimana tempat
belakang, depan, dan kiri. tersebut dapat dilihat dengan jelas oleh
pengelola kantin.
/DLOD =RKUD 5XGL +DUWRQR 3HULODNH 0DKDVLVZD $UVL« 31

4. Permasalahan:
Ada pengunjung yang suka berteriak ketika
memesan minuman dan apabila pesanan mereka
terlambat
- Analisis : Hal ini terjadi karena mereka malas
mendekati pengelola sebab ketika mereka
memasuki kantin mereka langsung mencari
tempat duduk. Agar tempat duduk mereka
tidak ditempati pengunjung lain maka mereka
memesan pesanan mereka dengan berteriak.
Hal ini juga disebabkan karena terlambatnya
pesanan mereka datang. Pengelola kantin
terkadang lupa dan bingung harus melakukan
beberapa kegiatan sekaligus, menyiapkan
pesanan dan melayani pembayaran
- Solusi : Agar lebih mudah, pengelola merupakan suatu institusi pendidikan di mana
menyediakan tempat khusus untuk memesan terjadi interaksi sosial antara mahasiswa, dosen,
minuman dan letaknya dekat pintu masuk, staf karyawan dan lainnnya. Terdapat berbagai
sehingga pengunjung bisa langsung memesan macam aktivitas do kampus seperti belajar
minuman baru mereka mencari tempat duduk mengajar, konsultasi tugas, praktikum dan
tanpa harus takut diambil pengunjung lain aktivitas pokok lainnya sesuai dengan jurusan
masing-masing. Seperti halnya yang terjadi
5. Permasalahan: pada kampus teknik arsitektur, begitu banyak
Pengunjung kebanyakan menikmati aktivitas yang dilakukan oleh para pelaku
makanan sambil membelakangi meja sehingga terdapat banyak objek yang dapat
diamati di sana.
- Analisis: Hal ini terjadi karena jarak antara
meja dan kursi terlalu rapat, sehingga Dari penjelasan yang ada, terbukti bahwa
pengunjung tidak punya ruang untuk sebuah lingkungan sangat mempengaruhi pola
menempatkan kaki. Kecilnya ukuran kantin perilaku manusia. Tidak hanya menghasilkan
tidak memungkinkan untuk memperlebar jarak pola perilaku yang positif saja melainkan juga
ini. negatif.
- Solusi : Agar lebih luas, kantin harus ditata Melalui pembahasan mengenai kantin
ulang sehingga jarak antara kursi dan meja sebagai objek dari penelitian ini dapat kita
tidak terlalu rapat. Dengan demikian temui bahwa kantin yang sebenarnya berfungsi
pengunjung dapat lebih santai menikmati sebagai tempat beristirahat, ternyata juga
makanan sambil menghadap meja. memiliki prasyarat yang berpengaruh sangat
besar pada pola perilaku orang-orang di
sekitarnya. Seperti halnya sirkulasi udara, luas
KESIMPULAN kantin, pencahayaan, dan lain sebagainya.
Pada hakikatnya manusia adalah individu/
pribadi yang memiliki ciri khas tertentu dengan DAFTAR PUSTAKA
latar belakang kultur dan pandangan hidup yang Ahmadi, A. 2000. Psikologi Umum. Ganesha. Bandung.
berbeda-beda. Secara kodrati, manusia juga
merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang Boedojo, P. 1986. Arsitektur, Manusia, dan
memerlukan orang lain untuk saling Pengamatannya. Djambatan: Jakarta
berinteraksi/ bersosialisasi.
Setiawan B dan Haryadi. 1996. Arsitektur Lingkungan
Kampus adalah salah satu dari sekian dan Perilaku. UGM. Yogyakarta.
lingkungan binaan di mana terdapat sub-sub
sistem dengan setting kegiatan yang berbeda di Suptandar, J dan Pamudji. 1999. Desain Interior.
Djambatan. Jakarta
dalamnya. Dilihat dari segi fungsinya, kampus
32 INFO TEKNIK, Volume 6 No. 1, Juli 2005

You might also like