Nolaj

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Volume 2 Issue 2, April 2023: pp. 110-123 Copyright @ NoLaJ.

NoLaJ
Master of Notary, Faculty of Law, Lambung Mangkurat University,
Banjarmasin, South Kalimantan, Indonesia. ISSN: 2808-7860 | e-ISSN: 2808-7348
Open Access at: https://notarylaw.journal.ulm.ac.id/index.php/nolaj

Pembatalan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kelurahan


Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya (Studi
Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby)

Angello Picasho Krusbeek Riwu

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada


Jalan Sosio Yustisia Nomor 1 Bulaksumur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Email: hendryjuliannoor@mail.ugm.ac.id
Submitted : 12-12-2022 Reviewed: 10-02-2023 Accepted:10-04-2023

Abstract: The research entitled “The Cancellation of Land and Building Sale and
Purchase Deed in Panjangjiwo Village, Tenggilis Mejoyo Sub-District, Surabaya
City (Decision Study Number 415/Pdt.G/2017/PN.Sby.)” aims to identify and
analyze legal considerations used by the judge to decide on the cancellation of
the sale and purchase deed in the Surabaya District Court decision Number 415/
Pdt.G/2017/PN.Sby. and whether a statement letter of actual land ownership can
be used to cancel a sale and purchase deed.This research is a normative juridical
research with secondary data as the main data source. Secondary data was obtained
from literature studies in the form of laws and regulations which are sources of
written law, studying decisions, documents or scientific works and supplemented
by direct interviews with informants as supporting data. Data analysis was carried
out using a qualitative approach and presented descriptively. Based on the results
of the research and discussion that has been carried out, it can be concluded as
follows: (1) The legal considerations used by the judge to decide on the cancellation
of the sale and purchase deed in Surabaya District Court decision Number 415/
Pdt.G/2017/PN. Sby. is that there is conformity between the arguments and the
evidence presented by the Defendants and there is no evidence to the contrary by the
Plaintiffs. The Defendants’ evidence in the form of receipts, recap of the Defendant’s
receipts and expenditures, and the Statement Letter of the Plaintiff’s deceased father
were considered by the Panel of Judges to be mutually compatible with one another
and strengthened the Defendants’ argument in their counterclaim. (2) A statement
letter of actual land ownership can become the basis for canceling a Sale and
Purchase Deed provided that the statement letter does not stand alone or in other
words is supported by other evidence which can be in the form of written evidence
and/or witness testimony.

Keywords: Statement Letter, Cancellation, Sale and Purchase Deed.

Abstrak :Penelitian dengan judul “Pembatalan Akta Jual Beli Tanah Dan Bangunan
Di Kelurahan Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya (Studi
Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby.)” bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis pertimbangan-pertimbangan hukum apa saja yang digunakan oleh

110
Pembatalan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kelurahan Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya
(Studi Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby)

hakim untuk memutuskan pembatalan Akta Jual Beli dalam putusan Pengadilan
Negeri Surabaya Nomor 415/Pdt.G/2017/ PN.Sby. dan apakah surat pernyataan
kepemilikan tanah yang sebenarnya dapat menjadi dasar dalam pembatalan Akta
Jual Beli. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan sumber
data utama adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka yang
berupa peraturan perundang-undangan yang merupakan sumber hukum tertulis,
melakukan studi putusan, dokumen atau karya ilmiah dan dilengkapi dengan
wawancara langsung dengan narasumber sebagai data pendukung. Analisis
data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan disajikan secara
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pertimbangan-pertimbangan hukum yang
digunakan hakim untuk memutuskan pembatalan Akta Jual Beli dalam putusan
Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 415/Pdt.G/2017/ PN.Sby. adalah adanya
kesesuaian antara dalil dan alat-alat bukti yang diajukan para Tergugat dan
tidak ada pembuktian sebaliknya oleh Penggugat. Alat bukti para Tergugat yang
berupa kuitansi, rekapan uang penerimaan dan pengeluaran Tergugat, dan Surat
Pernyataan almarhum ayah Penggugat dinilai Majelis Hakim saling berkesesuaian
satu dengan lainnya dan menguatkan dalil Tergugat dalam gugatan Rekonvensinya.
(2) Surat Pernyataan kepemilikan tanah yang sebenarnya dapat menjadi dasar
dalam pembatalan suatu Akta Jual Beli dengan syarat surat pernyataan tersebut
tidak berdiri sendiri atau dengan kata lain didukung dengan alat-alat bukti lainnya
yang dapat berupa alat bukti tertulis dan/atau alat bukti keterangan saksi.
Kata Kunci: Surat Pernyataan, Pembatalan, Akta Jual Beli.

I. PENDAHULUAN
Bantuan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan antara manusia yang satu dengan lain-
nya, akan menimbulkan suatu hubungan hukum.1 Hubungan hukum juga dapat terjadi antara
manusia dengan badan hukum. Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
maupun hubungan antara manusia dengan corporatie atau corporatie dengan corporatie, antara
manusia dan atau corporatie dengan penguasa dalam praktik sehari-hari seringkali dapat me-
nimbulkan hubungan hukum, yang mana dalam hubungan hukum tersebut antara satu dengan
yang lainnya akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.2 Salah
satu contoh dari hubungan hukum adalah hubungan mengenai jual beli antara satu orang dengan
yang lainnya, dimana pihak yang satu menyerahkan sejumlah uang untuk mendapatkan kepe-
milikan atas suatu benda, sedangkan pihak yang satu menyerahkan hak kepemilikan atas suatu
benda yang kemudian diganti dengan sejumlah uang.3
Masyarakat Indonesia dalam memperoleh kepemilikan tanah yang pada umumnya digu-
nakan untuk tempat tinggal, diperoleh melalui pewarisan dan/atau jual-beli. Masyarakat yang
melakukan jual beli tanah hanya dapat mendaftarkan peralihan tersebut jika dibuktikan dengan
akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disebut PPAT), yaitu Akta Jual-
Beli (AJB). Pasal 37 ayat (2) PP No. 24 Tahun 1997 mengatur bahwa dalam keadaan tertentu

1
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2010).
2
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik (Jakarta: Sinar Garfika, 2014).
3
Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

111
Notary Law Journal Vol 2 Issue 2 April 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348

sebagaimana yang ditentukan oleh Menteri, Kepala Kantor Pertanahan dapat mendaftar pemin-
dahan hak atas bidang tanah hak milik, yang dilakukan di antara perorangan warga negara In-
donesia yang dibuktikan dengan akta yang tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang menurut Kepala
Kantor Pertanahan tersebut kadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendaftar pemindahan
hak yang bersangkutan.
Akta Jual-Beli (AJB) yang dibuat oleh PPAT termasuk sebagai akta otentik, yang diatur
dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP No. 37 Tahun 1998) jo. Peraturan Pemerin-
tah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Nomor 37 Ta-
hun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP No. 24 Tahun 2016). Akta
PPAT sebagai akta autentik maka memiliki akibat hukum yaitu memiliki kekuatan pembuktian
sempurna. Arti dari memiliki kekuatan pembuktian sempurna adalah hakim menganggap isi
yang tertuang dalam akta tersebut adalah benar adanya.4
Isi dari Akta Jual-Beli PPAT harus dianggap benar adanya karena termasuk sebagai akta
autentik yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna sehingga tidak memerlukan alat bukti
lainnya untuk mendukung keterangan yang ada di dalamnya atau dengan kata lain suatu akta
otentik dapat berdiri sendiri dalam suatu pembuktian. Isi Akta Jual-Beli PPAT dapat disang-
kal kebenarannya apabila pihak yang menyangkalnya dapat membuktikan kesalahan pada isi
Akta Jual-Beli PPAT tersebut.5 Menurut Pendapat M. Yahya Harahap, nilai kekuatan pembuk-
tian Akta Autentik hanya sampai pada derajat atau kualitas yang sempurna dan mengikat, jadi
derajat kekuatan pembuktiannya tidak mencapai kualitas menentukan atau memaksa, sehingga
terhadapnya dapat diajukan bukti lawan. Apabila terjadi suatu sengketa terhadap akta tersebut
maka akta tersebut bisa dibatalkan atau batal demi hukum.6 Pembatalan akta Notaris/PPAT mel-
alui putusan pengadilan, bukan hanya karena akibat dari kesalahan atau kelalaian Notaris/PPAT
saja di dalam membuat akta, tetapi pembatalan akta Notaris/PPAT juga dapat disebabkan oleh
kesalahan atau kelalaian para pihak yang saling mengikatkan diri dalam akta tersebut, sehingga
dengan adanya kesalahan atau kelalaian menyebabkan adanya gugatan dari salah satu pihak.7
Hal tersebut pernah terjadi pada kasus yang diputus oleh Pengadilan Negeri Surabaya dengan
nomor putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/ PN.Sby.
Penggugat menggugat Tergugat pada tanggal 5 Juni 2017 di Pengadilan Negeri Surabaya.
Alasan Penggugat menggugat para Tergugat adalah karena Penggugat merasa dirugikan sebagai
pemilik rumah yang ditempati oleh para Tergugat. Penggugat memiliki rumah yang dipinjam
untuk ditempati sementara waktu oleh para Tergugat dengan kesepakatan sewaktu-waktu apa-
bila Penggugat membutuhkan rumah tersebut, maka pihak para Tergugat akan mengosongkan
rumah tersebut secepatnya.
Gugatan yang diajukan Penggugat kepada para Tergugat kemudian dibantah dan para Ter-
gugat mengajukan gugatan balik (rekonvensi). Bantahan yang diberikan para Tergugat adalah
bahwa rumah yang menjadi objek sengketa tersebut adalah milik dari ayah Tergugat I atau sua-
mi dari Tergugat II, bukan milik dari Penggugat. Pada tahun 1999, ayah Tergugat I atau suami
dari Tergugat II membeli tanah di Surabaya dengan meminta bantuan kepada almarhum ayah
Penggugat untuk mengurus proses jual-beli tersebut untuk kemudian diatasnamakan untuk Ter-

112
Pembatalan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kelurahan Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya
(Studi Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby)

gugat I, karena keluarga Tergugat berada di Ambon. Almarhum ayah Penggugat ternyata mem-
buat kesalahan dengan tidak mengatasnamakan tanah tersebut kepada Tergugat I, melainkan
mengatasnamakan untuk namanya sendiri tanpa seijin dan sepengetahuan ayah Tergugat I atau
suami dari Tergugat II. Ayah Tergugat I atau suami dari Tergugat II kemudian telah meminta
untuk mengatasnamakan rumah tersebut kepada Tergugat I karena kesalahan yang dilakukan
almarhum ayah Penggugat, tetapi oleh almarhum ayah Penggugat malah diatasnamakan ke-
pada Penggugat. Kesalahan yang dibuat almarhum ayah Penggugat kemudian menyebabkan ia
membuat Surat Pernyataan di bawah tangan pada tanggal 23 Juli 2003 yang menyatakan bahwa
rumah objek sengketa tersebut adalah benar milik ayah Tergugat I atau suami dari Tergugat II
dan nama almarhum ayah Penggugat hanya sebatas dipinjam. Surat Pernyataan tersebut ke-
mudian menjadi dasar dari para Tergugat untuk menggugat balik Penggugat dimana gugatan
rekonvensinya berisi menyatakan tidak sah dan batal demi hukum Akta Jual Beli Nomor 9.70/
JS/Tenggilis/VI/1999 tanggal 19 Juni 1999 yang dibuat oleh PPAT dan Sertipikat Hak Milik
Nomor 1203/K. Panjangjiwo yang atas nama Penggugat, sehingga yang sah sebagai pemilik
adalah nama Tergugat I.
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby tidak mengabulkan
gugatan yang diajukan oleh Penggugat, melainkan mengabulkan gugatan rekonvensi yang dia-
jukan oleh para Tergugat. Alasan yang menjadi dasar dikabulkannya gugatan rekonvensi para
Tergugat adalah karena para Tergugat berhasil membuktikan kebenaran dari dalil-dalil yang dia-
jukannya. Surat Pernyataan di bawah tangan yang dibuat oleh almarhum ayah Penggugat sesuai
dengan alat bukti lainnya, termasuk keterangan para saksi.
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 415/Pdt.G/2017/ PN.Sby tidak memberikan
penjelasan terkait kekuatan pembuktian Surat Pernyataan di bawah tangan dan syarat yang di-
perlukan agar Surat Pernyataan tersebut dapat membatalkan akta otentik. Kekuatan pembuktian
suatu akta di bawah tangan tidaklah sekuat dengan akta otentik, tetapi pada kasus Putusan Pen-
gadilan Negeri Surabaya Nomor 415/Pdt.G/2017/ PN.Sby tersebut, akta di bawah tangan dapat
mengalahkan isi dari suatu akta otentik. Majelis Hakim dalam pertimbangan hukumnya hanya
menyebutkan para Tergugat mampu membuktikan dalil gugatan rekonvensinya.
Pada kasus ini, Akta Jual Beli yang dibuat oleh PPAT Justitia Soetandyo tersebut tidak dise-
butkan melanggar ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu mengenai syarat subjektif dan ob-
jektif dari akta tersebut. Majelis Hakim dalam pertimbangan hukumnya tidak menjelaskan ter-
kait sejauh mana Surat Pernyataan di bawah tangan tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti.
Majelis Hakim hanya menyebutkan bahwa Surat Pernyataan di bawah tangan tersebut telah
sesuai dengan alat bukti lainnya sehingga mampu membuktikan dalil gugatan rekonvensi para
Tergugat. Secara kualitas maupun kuantitas terkait jumlah alat bukti yang harus berkesesuaian
antara alat bukti lainnya agar dapat mengalahkan akta otentik juga tidak dijelaskan oleh Majelis
Hakim. berdasarkan uraian latar belakang di atas Penulis merumuskan beberapa permasalahan
yakni sebagai berikut: Pertimbangan-pertimbangan hukum apa saja yang digunakan oleh hakim
untuk memutuskan pembatalan akta jual beli dalam putusan Pengadilan Negeri Surabaya No-
mor 415/Pdt.G/2017/ PN.Sby.? kedua Apakah surat pernyataan kepemilikan tanah yang sebe-
narnya dapat menjadi dasar dalam pembatalan akta jual beli?

113
Notary Law Journal Vol 2 Issue 2 April 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348

II. METODE PENELITIAN


Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif (nor-
mative legal research), karena berbasiskan data-data sekunder yang kemudian akan dilakukan
wawancara dengan narasumber, tetapi data hasil wawancara itu semata-mata untuk mendukung
penulis dalam menganalisis data sekunder. Adapun sifat dari penelitian ini adalah deskriptif,
yaitu bertujuan untuk melukiskan (menggambarkan) sesuatu permasalahan di daerah tertentu
atau pada saat tertentu. Peneliti berusaha mengungkapkan fakta selengkap-lengkapnya dan apa
adanya.8
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu
dengan menjabarkan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan pengambilan data
yang berkaitan denganpermasalahan yang diteliti dan kemudian diseleksi menurut kualitas dan
kebenarannya. Dalam penarikan kesimpulan, proses berpikir/prosedur bernalar digunakan se-
cara deduktif, yaitu berawal dari proposisi umum atau aksiomatik (kebenarannya telah diketa-
hui) dan berpikir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat khusus, atau dengan
kata lain menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus
dalam upaya menjawab permasalahan.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1.1 Pertimbangan-Pertimbangan Hukum Yang Digunakan Hakim Untuk Memutuskan
Pembatalan Akta Jual Beli Dalam Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor
415/Pdt.G/2017/PN.Sby.
Majelis Hakim berpendapat bahwa bukti sertifikat objek sengketa bersesuaian
dengan dalil gugatan Penggugat. Penggugat mendalilkan bahwa pada Juli tahun 1999
Penggugat telah membeli sebidang tanah dan rumah di Perumahan Panjangjiwo Per-
mai. Sertifikat tanah objek sengketa pada awalnya tercatat atas nama PT. Delta Multi
Persada Surabaya dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 311, yang sekarang
menjadi Sertipikat Hak Milik Nomor 1203 milik Penggugat. Majelis Hakim menerima
dalil yang diajukan oleh Penggugat.
Majelis Hakim dalam amar putusannya, salah satu poinnya adalah membatalkan
Akta Jual Beli yang dibuat di hadapan PPAT. Akta PPAT yang merupakan akta otentik
sehingga memiliki kekuatan pembuktian sempurna, dibatalkan oleh Majelis Hakim.
Akta Jual Beli yang dibuat PPAT Justisia Soetandyo kebenarannya tidak diakui oleh
Majelis Hakim dikarenakan adanya alat-alat bukti lainnya yang dapat membuktikan
ketidakbenaran dalam Akta Jual Beli tersebut. Majelis Hakim juga membatalkan
kepemilikan Penggugat atas objek sengketa. Sertifikat Hak Milik objek sengketa wajib
dicatatkan kepemilikannya atas nama para Tergugat.
Majelis Hakim berpendapat bahwa bukti rekapan penerimaan uang dan pengelu-
aran uang milik Tergugat untuk pembelian obyek sengketa dan kuitansi tanda peneri-

8
Suteki and Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori Dan Praktik) (Depok: PT Rajagrafindo
Persada, 2018).

114
Pembatalan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kelurahan Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya
(Studi Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby)

maan uang sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh juta rupiah) tanggal 10 Juni
1999 yang diterima oleh almarhum ayah Penggugat untuk pembelian obyek sengketa
adalah berkesesuaian. Kedua bukti surat tersebut memiliki kesesuaian, bahkan saling
terkait satu dengan lainnya. Kedua bukti surat tersebut juga berkesesuaian dengan dalil
para Tergugat, dimana menurut para Tergugat uang untuk membeli objek sengketa
berasal dari keluarga Tergugat. Kepemilikan objek sengketa atas nama Penggugat
hanya pinjam nama saja karena KTP ayah Tergugat I dan Suami Tergugat II masih
berdomisili di Ambon.
Majelis Hakim juga berpendapat bahwa bukti Surat Pernyataan Almarhum Yo-
hanes Tanudjaja (ayah Penggugat) tanggal 23 Juli 2003 berkesesuaian dengan dalil
para Tergugat. Surat Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa obyek sengketa dibeli
untuk Ayah Tergugat I dan Suami Tergugat II, bukan untuk Penggugat dan Penggugat
hanya dipinjam namanya saja. Surat Pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa orang
tua Tergugat I dan Suami Tergugat II meminta tolong kepada almarhum ayah Penggu-
gat agar mengurus pembelian obyek sengketa tersebut dan diatas namakan Tergugat I.
Kesalahan pencatatan nama pemilik objek sengketa yang diatas namakan Penggugat
tanpa sepengetahuan dan seijin orang tua Tergugat I dan Suami Tergugat II, menjadi
dasar oleh almarhum ayah Penggugat untuk membuat Surat Pernyataan.
Majelis Hakim juga berpendapat mengenai isi surat pernyataan bahwa tidak
mungkin seorang ayah menjebak anaknya dengan pernyataan tersebut. Almarhum
ayah Penggugat dalam membuat pernyataan tersebut berdasarkan kesadarannya send-
iri dan yang disampaikannya adalah suatu kebenaran. Majelis Hakim menilai bahwa
pernyataan tersebut jika dihubungkan dengan bukti kuitansi dan bukti rekapan peneri-
maan dan pengeluaran uang milik Tergugat, maka nama Penggugat dalam kepemilikan
objek sengketa hanyalah suatu pinjam nama saja sehingga secara substantif Penggugat
bukanlah pemilik obyek sengketa tersebut.
Majelis Hakim juga berpendapat bahwa jika dilihat dari KTP dan KK Penggugat,
maka pada saat pembelian objek sengketa Penggugat masih sangat muda dan Penggugat
tidak mempunyai bukti bahwa Penggugat sudah mempunyai penghasilan untuk mem-
beli objek sengketa. Dalil Penggugat yang menyatakan bahwa ia membeli sendiri objek
sengketa tidak terbukti. Bukti Surat Pernyataan yang dibuat almarhum ayah Penggugat
tertanggal 23 Juli 2003, terkait pembelian obyek sengketa adalah benar bahwa pembe-
lian tersebut menggunakan nama Penggugat hanya untuk kepentingan ayah Tergugat I
dan Suami Tergugat II bukan untuk Penggugat.
Majelis Hakim berpendapat bahwa kebenaran isi surat pernyataan yang dibuat
oleh almarhum ayah Penggugat adalah tidak terbantahkan. Semua proses yang terjadi
dari pembelian obyek sengketa dengan menggunakan nama Penggugat, kemudian
rumah tersebut dihuni oleh Tergugat I dan Tergugat II yang menguasai secara fisik objek
sengketa, terjadi dalam ruang lingkup keluarga. Almarhum ayah Penggugat, ayah Ter-
gugat I, dan suami Tergugat II masih memiliki hubungan pertalian darah (kekerabatan),
sehingga menurut Majelis Hakim bukti yang paling akurat adalah produk hukum yang

115
Notary Law Journal Vol 2 Issue 2 April 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348

dibuat oleh pihak keluarga sendiri seperti Surat Pernyataan almarhum ayah Penggugat
tertanggal 23 Juli 2003.
Adanya kesesuaian antara dalil dan alat-alat bukti yang diajukan para Tergugat
tidak dibuktikan sebaliknya oleh Penggugat. Pihak Penggugat tidak mengajukan bukti-
bukti lain yang bersifat tegen bewijs untuk membuktikan sebaliknya. Majelis Hakim
berpendapat bahwa bukti-bukti yang diajukan oleh para Tergugat adalah tidak terban-
tahkan kebenarannya, serta berdasarkan bukti-bukti yang diajukan para Tergugat ber-
hasil membuktikan dalilnya.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum tersebut, Majelis Hakim
berpendapat bahwa para Tergugat berhasil membuktikan obyek sengketa adalah mi-
liknya dan bukan milik Penggugat. Sebagaimana diketahui sebelum dilakukannya jual
beli tersebut, almarhum ayah Penggugat dengan Ayah Tergugat I dan suami Tergugat
II telah mengadakan kesepakatan, yaitu pengurusan jual-beli diuruskan oleh almarhum
ayah Penggugat dan sertipikat diatas namakan Tergugat I. Adanya kesalahan pencatatan
kepemilikan objek sengketa, kemudian diperbaiki dengan dibuatnya surat pernyataan
pemilikan tanah yang sebenarnya oleh almarhum Ayah Penggugat.
Pertimbangan hukum Majelis Hakim telah sesuai dengan hukum yang berlaku.
Alat bukti sertifikat yang diajukan oleh Penggugat pada awalnya dianggap benar ad-
anya. Hal ini karena sertifikat tersebut merupakan akta otentik dimana pembuktiannya
sempurna dan mengikat. Kebenaran sertifikat Penggugat dibantah oleh Para Tergugat,
dimana Majelis Hakim memberikan kesempatan untuk membuktikan sebaliknya.
Alat bukti yang diajukan oleh Para Tergugat bukanlah akta autentik melainkan bukti
bawah tangan dan keterangan saksi. Majelis Hakim merupakan penentu dalam menilai
kekuatan pembuktian alat bukti Para Tergugat. Majelis Hakim menilai alat bukti Para
Tergugat adalah saling bersesuaian dan menguatkan dalil-dalil Para Tergugat. Penilaian
Majelis Hakim tersebut menyebabkan kebenaran sertifikat Penggugat diragukan ke-
benarannya. Penggugat kemudian diberi kesempatan untuk membuktikan kembali atau
membantah alat bukti yang diajukan oleh Para Tergugat dengan dilengkapi alat bukti
lainnya, akan tetapi hal itu tidak dapat dilakukan Penggugat. Kesimpulan yang diambil
Majelis Hakim adalah mengabulkan dalil Para Tergugat karena Penggugat tidak dapat
membuktikan kembali atau membantah alat bukti yang diajukan Para Tergugat.
1.2Kekuatan Pembuktian Surat Pernyataan Dalam Pembatalan Suatu Akta Jual Beli
Yang Dibuat Oleh PPAT
Surat pernyataan pada hakikatnya merupakan sebuah pengakuan seseorang yang ben-
tuknya tertulis (surat). Surat pernyataan yang dibuat seseorang di luar pengadilan dapat
dikategorikan sebagai alat bukti tertulis. Kekuatan pembuktian surat pernyataan adalah
tidak sempurna karena proses pembuatannya di luar persidangan. Kekuatan pembuktian
surat pernyataan tergantung kepada pertimbangan Majelis Hakim, berbeda dengan pen-
gakuan seseorang yang dilakukan di persidangan karena memiliki kekuatan pembuktian
yang sempurna. Surat pernyataan meskipun kekuatan pembuktiannya tidak sempurna,
tetapi dapat menjadi suatu alat bukti di persidangan yang mengakibatkan pembatalan

116
Pembatalan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kelurahan Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya
(Studi Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby)

akta otentik, dalam hal ini akta jual beli yang dibuat oleh PPAT.
Pada Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby jo. Putusan Peninjauan Kembali
Nomor 197 PK/Pdt/2021 suatu surat dibawah tangan yang berupa Surat Pernyataan
dapat menggugurkan keterangan dalam akta otentik. Majelis Hakim tidak secara
otomatis menerima keterangan yang terdapat dalam suatu surat dibawah tangan, melain-
kan Majelis Hakim menguji terlebih dahulu terhadap keterangan yang ada dalam surat
dibawah tangan.
Peraturan perundang-undangan tidak mengatur mengenai bentuk Surat Pernyataan
dibawah tangan agar dapat menjadi suatu alat bukti. Pasal 1874 KUHPerdata hanya
menjelaskan bahwa suatu surat yang ada tandatangan pembuatnya telah dianggap
sebagai akta dibawah tangan. Pada prakteknya, akta dibawah tangan yang ditandatangani
pembuatnya tidak cukup untuk dapat menjadi alat bukti karena harus dilengkapi dengan
meterai.9 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai
mengatur pada intinya bahwa meterai menjadi tanda telah dibayarkannya pajak atas do-
kumen.
Surat Pernyataan selain harus bermeterai juga wajib berupa lembar aslinya ketika
diajukan sebagai bukti di persidangan. Surat Pernyataan dibawah tangan yang berupa
fotokopi wajib dicocokan terlebih dahulu dengan aslinya jika ingin diajukan sebagai
bukti. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1888 KUHPerdata. Surat Pernyataan dapat
dibuat dengan tulisan tangan ataupun diketik menggunakan mesin. Keaslian suatu Surat
Pernyataan ditentukan oleh Majelis Hakim, apabila Majelis Hakim tidak percaya akan
keasliannya maka Majelis Hakim berhak meminta untuk diperiksa oleh Laboratorium
Forensik.10
Surat pernyataan merupakan surat yang kekuatan pembuktiannya tidak sekuat akta
otentik, dan masih dapat dipertanyakan isi serta keaslian dari surat tersebut. Surat
Pernyataan dibawah tangan merupakan bukti bebas bagi Majelis Hakim.11 Majelis
Hakim dapat menolak atau menerima suatu Surat Pernyataan dibawah tangan tergantung
dari keyakinan Hakim.12 Keyakinan Majelis Hakim terhadap Surat Pernyataan dibawah
tangan didasarkan dari kesesuaian antara Surat Pernyataan tersebut dengan bukti-bukti
lainnya.13
9
Hasil Wawancara dengan Narasumber Ira Wati S.H., M.Kn., pada hari Senin, tanggal 29 November 2022, pukul
10.30 WIB, di Kantor Pengadilan Negeri Sleman Jl. KRT Pringgodiningrat No. 1, Tridadi, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
10
Hasil Wawancara dengan Narasumber Laurenzius C.S. Sembiring, S.H., M.Hum., pada hari Senin, tanggal 14
November 2022, pukul 13.00 WIB, di Jl. Raya Rungkut No. 23-25, Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut, Kota
Surabaya, Jawa Timur.
11
R. Subekti, Hukum Pembuktian (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2015).
12
Hasil Wawancara dengan Narasumber Ira Wati S.H., M.Kn., pada hari Senin, tanggal 29 November 2022, pukul
10.30 WIB, di Kantor Pengadilan Negeri Sleman Jl. KRT Pringgodiningrat No. 1, Tridadi, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
13
Hasil Wawancara dengan Narasumber Ira Wati S.H., M.Kn., pada hari Senin, tanggal 29 November 2022, pukul
10.30 WIB, di Kantor Pengadilan Negeri Sleman Jl. KRT Pringgodiningrat No. 1, Tridadi, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

117
Notary Law Journal Vol 2 Issue 2 April 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348

Surat Pernyataan hanya berlaku untuk orang yang membuatnya. Surat Pernyataan
tidak berlaku atau mengikat bagi orang lain, maka dari itu Surat Pernyataan harus di-
kuatkan oleh orang yang membuat pernyataan tersebut.14 Hal ini sesuai dengan Yuris-
prudensi Mahkamah Agung Nomor 3901 K/Pdt/1985 tanggal 29 November 1988 yang
menyatakan bahwa Surat Pernyataan merupakan pernyataan belaka dari orang-orang
yang memberi pernyataan tanpa diperiksa di persidangan dan tidak mempunyai kekuatan
pembuktian apa-apa. Kesimpulan dari yurisprudensi tersebut adalah Surat Pernyataan
sepihak saja tidak cukup kuat sebagai alat bukti di persidangan, kecuali apabila didukung
oleh bukti lain yang dapat berupa keterangan saksi dan/atau alat bukti tulisan lainnya.
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby memperlihatkan
bahwa sebuah Surat Pernyataan dapat mengakibatkan batal demi hukumnya Akta Jual
Beli dan sertipikat hak atas tanah. Surat pernyataan tersebut jika ditelaah tidaklah berdiri
sendiri, melainkan didukung oleh beberapa alat bukti lainnya, khususnya alat bukti surat-
surat dibawah tangan.15 Alat bukti surat dibawah tangan yang digunakan untuk batal
demi hukumnya Akta Jual Beli dan sertipikat hak atas tanah dalam Putusan Nomor 415/
Pdt.G/2017/PN.Sby adalah rekapan uang pengeluaran dan penerimaan Tergugat dan
kuitansi.
Bukti berupa rekapan uang pengeluaran dan penerimaan Tergugat dan kuitansi sebelum
dapat digunakan sebagai bukti, wajib dicocokan terlebih dahulu dengan aslinya jika
bukti-bukti tersebut adalah fotokopi. Pencocokan tersebut untuk memenuhi ketentuan
dalam Pasal 1888 KUHPerdata. Bukti-bukti surat yang telah dicocokan dengan aslinya
apabila berupa fotokopian, maka telah dapat digunakan untuk pembuktian di persidangan
meskipun kekuatan pembuktiannya adalah kekuatan pembuktian bebas.
Bukti rekapan uang penerimaan dan pengeluaran Tergugat termasuk kedalam alat bukti
tulisan yang memiliki kekuatan pembuktian bebas, begitu juga dengan bukti kuitansi.
Kedua bukti tersebut wajib berkesesuaian dengan keterangan yang terdapat dalam Surat
Pernyataan, sehingga antara bukti satu dengan lainnya memiliki keterkaitan. Keterkaitan
antara bukti yang satu dengan bukti lainnya dapat berupa adanya keterangan yang sama
atau adanya keterangan yang saling berkesinambungan.
Suatu bukti tertulis tidak harus memiliki keterangan yang sama dengan keterangan
yang ada dalam bukti tertulis lainnya. Suatu bukti tertulis yang keterangannya memiliki
kesinambungan dengan bukti tertulis lainnya sudah cukup untuk membuktikan suatu
kebenaran.16 Hal tersebut berlaku juga untuk bukti tertulis dengan keterangan saksi.
Keterangan yang terdapat dalam bukti kuitansi dan bukti rekapan uang penerimaan

14
Boris Tampubolon, “Kekuatan Hukum Surat Pernyataan Sebagai Alat Bukti,” Boris Tampubolon SH, 2022,
https://konsultanhukum.web.id/kekuatan-hukum-surat-pernyataan-sebagai-alat-bukti/.
15
Hasil Wawancara dengan Narasumber Laurenzius C.S. Sembiring, S.H., M.Hum., pada hari Senin, tanggal 14
November 2022, pukul 13.00 WIB, di Jl. Raya Rungkut No. 23-25, Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut, Kota
Surabaya, Jawa Timur.
16
Hasil Wawancara dengan Narasumber Ira Wati S.H., M.Kn., pada hari Senin, tanggal 29 November 2022, pukul
10.30 WIB, di Kantor Pengadilan Negeri Sleman Jl. KRT Pringgodiningrat No. 1, Tridadi, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

118
Pembatalan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kelurahan Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya
(Studi Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby)

dan pengeluaran Tergugat adalah saling berkesesuaian. Kedua bukti tersebut sama-sama
menyatakan bahwa terdapat pengeluaran uang milik Tergugat sejumlah Rp 350.000.000,00
(tiga ratus lima puluh juta rupiah) yang diterima oleh almarhum ayah Penggugat. Kedua
bukti tersebut memiliki keterangan yang sama. Kedua bukti tersebut meskipun memiliki
keterangan yang sama, tetapi juga harus berkesinambungan dengan keterangan yang
terdapat dalam Surat Pernyataan yang dibuat almarhum ayah Penggugat.
Surat Pernyataan yang dibuat almarhum ayah Penggugat menyatakan bahwa pada
intinya objek sengketa adalah milik ayah Tergugat I atau suami Tergugat II (menjadi milik
para Tergugat karena pewarisan). Almarhum ayah Penggugat membeli objek sengketa
dengan menggunakan uang ayah Tergugat I atau suami Tergugat II. Penggunaan nama
Penggugat pada serifikat hak atas tanah objek sengketa adalah suatu pinjam nama saja,
tidak menunjukan kepemilikan yang sebenarnya.
Bukti kuitansi dan rekapan uang penerimaan dan pengeluaran Tergugat memiliki
kesinambungan dengan keterangan yang terdapat dalam Surat Pernyataan yang dibuat
almarhum ayah Penggugat. Kedua bukti tersebut menyatakan bahwa terdapat pengeluaran
uang milik Tergugat sejumlah Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)
dan diterima oleh almarhum ayah Penggugat. Kedua bukti tersebut tidak menunjukan
keterangan tujuan penggunaan uang tersebut, akan tetapi dapat menunjukan bahwa uang
tersebut digunakan untuk membeli objek sengketa dimana hal tersebut telah dijelaskan
dalam dalil para Tergugat.
Bukti kuitansi dan rekapan uang telah menyatakan keterangan yang sama, selain itu
kedua bukti tersebut juga memiliki keterangan yang berkesinambungan dengan isi dari
Surat Pernyataan almarhum ayah Penggugat. Ketiga alat bukti tertulis tersebut memiliki
kesesuaian dan kesinambungan satu dengan lainnya, meskipun ketiga-tiganya bukanlah
akta otentik. Adanya beberapa alat bukti tertulis yang saling berkaitan satu dengan lain-
nya menjadi pertimbangan Hakim untuk membuat suatu Surat Pernyataan memiliki
kekuatan pembuktian, sehingga dapat membatalkan Akta Jual Beli dan sertifikat hak atas
tanah.17
Keterangan saksi yang berkesesuaian dengan alat bukti tertulis lainnya dapat
digunakan untuk terkabulkannya suatu dalil, bahkan jika bukti tertulis tidak ada maka
keterangan para saksi tetap dapat digunakan.18 Pasal 1907 KUHPerdata mengatur bahwa:
“Tiap-tiap kesaksian harus disertai dengan, alasan-alasan bagaimana diketahuinya hal-
hal yang diterangkan. Pendapat-pendapat maupun perkiraan-perkiraan khusus, yang
diperoleh dengan jalan pikiran, bukanlah kesaksian.” Hal tersebut menunjukan bahwa
keterangan seorang saksi haruslah pengalaman tentang apa yang dilihatnya atau yang
didengarnya sendiri.19 Para Tergugat mengajukan 2 (dua) orang saksi, yaitu mantan

17
Hasil Wawancara dengan Narasumber Ira Wati S.H., M.Kn., pada hari Senin, tanggal 29 November 2022, pukul
10.30 WIB, di Kantor Pengadilan Negeri Sleman Jl. KRT Pringgodiningrat No. 1, Tridadi, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
18
R. Subekti, Op. Cit., hlm. 37.
19
Ibid, hlm. 38.

119
Notary Law Journal Vol 2 Issue 2 April 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348

karyawan almarhum ayah Tergugat I atau suami Tergugat II (saksi I) dan mantan supir
almarhum ayah Penggugat (saksi II). Keterangan saksi yang merupakan mantan karyawan
diperbolehkan untuk diterima oleh Majelis Hakim.20
Saksi I menerangkan bahwa ia merupakan mantan karyawan almarhum ayah Tergugat
I atau suami Tergugat II pada waktu di Ambon. Saksi I merupakan karyawan yang
mengurusi bagian pencatatan dan pembukuan keuangan usaha almarhum ayah Tergugat I
atau suami Tergugat II. Saksi I memberikan kesaksian bahwa pada awal bulan Juni 1999,
almarhum ayah Tergugat I atau suami Tergugat II meminta saksi untuk mengirimkan
uang dengan total Rp 350.000.000,00 (tigaratus limapuluh juta rupiah) kepada almarhum
ayah Penggugat. Pengiriman uang tersebut dilakukan beberapa kali hingga tercapai
jumlah tersebut. Uang tersebut menurut keterangan saksi digunakan untuk membeli
objek sengketa.
Saksi II menerangkan bahwa ia merupakan mantan supir almarhum ayah Penggugat.
Saksi II telah bekerja pada almarhum ayah Penggugat sejak tahun 1980. Saksi II
menerangkan bahwa sekitar tahun 1999, saksi mengantarkan almarhum ayah Penggugat
untuk melihat-lihat objek sengketa. Saksi II sempat bertanya kepada almarhum ayah
Penggugat, “untuk siapa rumah ini (objek sengketa)?” dan kemudian dijawab “untuk
Ambon (ayah Tergugat I atau suami Tergugat II), nanti akan diatasnamakan Penggugat
dahulu karen ayah Tergugat I atau suami Tergugat II masih berdomisili di Ambon”.
Saksi II juga menerangkan bahwa pada saat pembelian objek sengketa, pihak Penggugat
masih berstatus mahasiswa. Menurut keterangan saksi II pihak Penggugat tidak pernah
menempati objek sengketa, bahkan setelah menikahpun pihak Penggugat tidak menempati
objek sengketa melainkan menempati rumah kontrakan.
Kesaksian yang diberikan para saksi merupakan kesaksian yang berdiri sendiri-
sendiri, tetapi memiliki kesinambungan. Keterangan saksi I adalah mengenai pengiriman
uang sejumlah Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah), dari almarhum
(ayah Tergugat I atau suami Tergugat II kepada almarhum ayah Penggugat. Keterangan
saksi II adalah mengenai kepemilikan objek sengketa dan keadaan Penggugat pada tahun
pembelian objek sengketa. Kedua keterangan tersebut meskipun berdiri sendiri-sendiri
tetapi juga memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menerangkan bahwa pembeli objek
sengketa adalah almarhum ayah Tergugat I atau suami Tergugat II.
Keterangan kedua saksi tersebut menurut Pasal 1908 KUHPerdata dapat
dipertimbangkan kebenarannya. Salah satu yang menjadi pertimbangan kebenaran
dari keterangan para saksi adalah dilihat dari kedudukan para saksi, yaitu pekerjaan
para saksi.21 Saksi I yang merupakan karyawan almarhum ayah Tergugat I atau suami
Tergugat II bagian pencatatan dan pembukuan keuangan, pasti mengetahui keuangan
20
Hasil Wawancara dengan Narasumber Ira Wati S.H., M.Kn., pada hari Senin, tanggal 29 November 2022, pukul
10.30 WIB, di Kantor Pengadilan Negeri Sleman Jl. KRT Pringgodiningrat No. 1, Tridadi, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
21
Hasil Wawancara dengan Narasumber Ira Wati S.H., M.Kn., pada hari Senin, tanggal 29 November 2022, pukul
10.30 WIB, di Kantor Pengadilan Negeri Sleman Jl. KRT Pringgodiningrat No. 1, Tridadi, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

120
Pembatalan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kelurahan Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya
(Studi Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby)

yang dimiliki almarhum ayah Tergugat I atau suami Tergugat II. Keterangan yang
diberikannya sesuai dengan pekerjaannya, begitu juga dengan saksi II. Keterangan
saksi II mengenai kepemilikan objek sengketa dan keadaan Penggugat adalah hal yang
dimungkinkan mengingat posisinya sebagai supir almarhum ayah Penggugat.
Keterangan para saksi apabila dikaitkan dengan isi Surat Pernyataan yang dibuat
almarhum ayah Penggugat memiliki kesesuaian. Keterangan para saksi dan isi Surat
Pernyataan sama-sama menyatakan bahwa pemilik dari objek sengketa adalah almarhum
ayah Tergugat I atau suami Tergugat II, yang kemudian diwariskan kepada Tergugat I.
Kesamaan keterangan antara para saksi dan Surat Pernyataan yang dibuat almarhum
ayah Penggugat menjadi salah satu dasar Majelis Hakim untuk membatalkan Akta Jual
Beli dan sertifikat hak atas tanah objek sengketa.22

IV. PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dijelaskan di atas, maka kesimpulan dari
penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada adalah:
a) Pertimbangan-pertimbangan hukum yang digunakan hakim untuk memutuskan pembatalan
Akta Jual Beli dalam putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 415/Pdt.G/2017/ PN.Sby.
adalah adanyakesesuaian antara dalil dan alat-alat bukti yang diajukan para Tergugat dan
tidak ada pembuktian sebaliknya oleh Penggugat. Alat bukti para Tergugat yang berupa kui-
tansi, rekapan uang penerimaan dan pengeluaran Tergugat, dan Surat Pernyataan almarhum
ayah Penggugat dinilai oleh Majelis Hakim saling berkesesuaian satu dengan lainnya dan
menguatkan dalil Tergugat dalam gugatan Rekonvensinya.
b) Surat pernyataan kepemilikan tanah yang sebenarnya dapat menjadi dasar dalam pembata-
lan suatu Akta Jual Beli yang dibuat oleh PPAT dengan syarat bahwa ketika surat pernyat-
aan tersebut diajukan sebagai alat bukti di persidangan oleh pihak-pihak yang berperkara,
ia tidak berdiri sendiri atau dengan kata lain didukung dengan alat-alat bukti lainnya yang
dapat berupa alat bukti tertulis dan/atau alat bukti keterangan saksi.
Saran
Saran gyang gdapat gdiberikan gberdasarkan gkesimpulan gdalam gpenelitian gini kepada
masyarakat gadalah:
a) Sebaiknya setiap orang atau badan hukum dalam melakukan segala macam bentuk perbua-
tan hukum termasuk jual-beli tanah sebaiknya sebisa mungkin dituangkan ke dalam akta
otentik, dan menyimpan salinan akta dari perbuatan hukum tersebut. Selain itu, mengenai
peralihan hak atas tanah berupa jual beli hak atas tanah kepada seluruh pihak yang terkait
juga perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Hak Atas Tanah;
b) Dalam melakukan jual-beli tanah pada hakikatnya para pihak baik penjual maupun pembeli

22
Hasil Wawancara dengan Narasumber Laurenzius C.S. Sembiring, S.H., M.Hum., pada hari Senin, tanggal 14
November 2022, pukul 13.00 WIB, di Jl. Raya Rungkut No. 23-25, Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut, Kota
Surabaya, Jawa Timur.

121
Notary Law Journal Vol 2 Issue 2 April 2023 P-ISSN:2808-7860| E-ISSN:2808-7348

hadir dan menandatangani akta jual-beli dihadapan PPAT. Apabila salah satu pihak tidak
dapat hadir maka hendaknya dibuatkan kuasa secara tertulis. Mengingat alat bukti tertulis
merupakan bukti yang lebih kuat dari lisan serta dapat memberikan kepastian hukum bagi
para pihak yang bersangkutan.

REFERENSI
Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, Dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Garfika, 2011.
Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka,
2015.
———. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2010.
Romolo, Levinin. “Tanggung Jawab Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah Terhadap Pembatalan
Akta Jual Beli Yang Surat Kuasanya Palsu Dan Tanpa Persetujuan Pemilik Tanah (Studi
Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor 106/PDT/2017/PT YYK).” Program
Studi Magister Kenotariatan-Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2013.
Sarwono. Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik. Jakarta: Sinar Garfika, 2014.
Subekti, R. Hukum Pembuktian. Jakarta: PT Balai Pustaka, 2015.
Suteki, and Galang Taufani. Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori Dan Praktik). Depok:
PT Rajagrafindo Persada, 2018.
Tampubolon, Boris. “Kekuatan Hukum Surat Pernyataan Sebagai Alat Bukti.” Boris Tampubolon
SH, 2022. https://konsultanhukum.web.id/kekuatan-hukum-surat-pernyataan-sebagai-alat-
bukti/.

Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 117 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4432
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 3
dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 120 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5893
Putusan dan Penetapan Pengadilan
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 415/Pdt.G/2017/ PN.Sby.

122
Pembatalan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan di Kelurahan Panjangjiwo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya
(Studi Putusan Nomor 415/Pdt.G/2017/PN.Sby)

123

You might also like