Professional Documents
Culture Documents
CKD HD Rutin, CHF
CKD HD Rutin, CHF
KELOMPOK 7
ACARA 2
CKD st V on HD rutin, CHF CF II dd e/c HHD
1
BAGIAN 1. ASSESMEN
A. ANAMNESIS
Indentitas Pasien
a. Nama : Ny L
b. Umur : 49 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pendidikan : SD
f. Agama : Islam
g. Ruang : Bugenvil 3/9
h. Tanggal masuk :-
i. Tanggal kasus : 4 Oktober 2011
j. Alamat : Gunung Kidul
k. Diagnosis Medis : CKD st V on HD rutin, EDA, HT st 1, obs efusi pleura, hemetemesis
susp stress ulcer, CHF CF II dd e/c HHD.
B. DATA SUBYEKTIF
1. Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Sesak, mual, perut tertekan, anoreksia, muntah, batuk, kaki bengkak, anuria.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
CKD st 5. HD rutin + pasang AU shunt ga paten 2 bulan lalu.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Cacar air, HT, gastritis
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi
2
rutin + pasang AU shunt ga paten 2 bulan lalu.Os termasuk kedalam golongan keluarga kurang berada
dengan penghasilan Rp.300.000 dalam sebulan. Aktivitas fisik os termasuk aktivitas ringan. Os datang
dengan keluhan mual, muntah, dan stomatitis pada mulut. Kebiasaan makan sudah teratur hanya frekuensi
makanan dan jumlah yang dikonsumsi masih kurang dikarenakan adanya keluhan mual.
Secara keseluruhan permasalah yang dialami pasien merupakan bawaan dari CKD yang diderita
oleh pasien seperti Sesak, mual, perut tertekan, anoreksia, muntah, batuk, kaki bengkak, anuria.
Dimungkinkan CKD yang dialami oleh pasien merupakan bentuk dari komplikasi hipertensi berdasarkan
riwayat penyakit dahulu.
C. DATA OBYEKTIF
1. Antropometri
TB LLA
150 cm 20 cm
Kesimpulan dan Pembahasan :
Status pasien berdasarkan IMT = BB/TB 2 tidak dapat dihitung menggunakan IMT, karena berdasarkan
pemeriksaan klinis pasien mengalami ascites ditambah pula dengan tidak adanya data mengenai BB saat
mengambil data dirumah sakit. Sedangkan berdasarkan LLA, pasien dapat dikatakan berisiko mengalami
KEK karena LLA nya 20 cm (masih kurang dari normal). Nilai normal LLA adalah >23,5 cm. Hal ini
mengindikasikan bahwa kondisi status gizi pasien buruk.
2. Biokimia
Pemeriksaan Nilai normal & satuan awal masuk Awal kasus interpretasi
HGB 12-16 g/dl 8.3 9.5 rendah
HCT 37-47% 25.4 28.4 rendah
MCV 79-99fl 92.8 87.1 normal
MCH 27-31 pg 30.3 29.1 normal
MCHC 33-37 g/dl - - -
Na 137-145 mmol/L 143 143,5 normal
K 3,1-5 mmol/L 5.6 3.06 normal
Alb 3,5-5 g/dl 2.73 - rendah
BUN 7-18 mg/dl 18.3 29.8 tinggi
Crea 0,6-1,3 mg/dl 7.8 3.45 tinggi
Asam urat 2,6-7,2 mg/dl 14.9 5.3 normal
SGOT 10-42 IU/L 75 89 tinggi
SGPT 10-40 IU/L 20 28 normal
T bil 0.2-1 mg/dL 2.29 3.26 tinggi
D bil 0-0.3 mg/dL 2.39 1.65 tinggi
GDS 80-140 mg/dl 119 109 normal
3
Kesimpulan :
Berdasarkan kesan umum, Os compos mentis sedang. Dari data vital sign, diketahui bahwa tekanan
darah Os tinggi, frekuensi nadi normal, pernafasan normal, dan suhu badan Os normal. Dari data
pemeriksaan kepala, abdomen atau ekstremitas diperoleh hasil adanya sembab pada muka dan ascites yang
dialami oleh pasien hal ini merupakan manifestasi dari CKD yang diderita oleh pasien.
4. Dietary
Kesimpulan :
Klasifikasi asupan :
> 80% = baik
51 – 80% = cukup, masih perlu peningkatan
< 51% = buruk/kurang (sumber : Gibson, 2005)
Dari hasil recall 24 jam pasien dan data rekam medis diketahui bahwa secara keseluruhan asupan
pasien kurang, oleh karena itu masih perlu peningkatan sehingga status gizi pasien menjadi lebih baik.
5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
6. Terapi Medis
Jenis obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan Solusi
zat gizi
O2 AIPM Inf I.V flug Membantu pernafasan saat sesak - -
nafas
Captopril (3x12,5) Pengobatan Hipertensi dan Retensi kalium sehingga perlu
gagal jantung congestif ringan sering diuretik yang
terjadi, terutama meretensi kalium
pada penderita seperti amilorida
gangguan ginjal, dan pemberiannya
harus dilakukan
dengan hati-hati.
CaCO3 (3x1) Sebagai Buffer darah pada - -
penderita gagal ginjal
Asam folat Mencegah defisiensi asam folat - -
pada penderita CKD
Inj.PPI 1A 12J Mengobati stress ulcer, gastritis, Penurunan Menyesuaiakan
GERD jumlah asam petunjuk dokter
klorida di
lambung
Inj. Ceftriaxon 1g/12 J Mengobati infeksi-infeksi yang Efek Diare Menyesuaikan
disebabkan oleh patogen yang petunjuk dokter
sensitif, seperti: infeksi saluran
nafas, infeksi THT, infeksi saluran
kemih, sepsis, meningitis, infeksi
tulang, sendi dan jaringan lunak,
infeksi intra abdominal, infeksi
genital (termasuk gonore),
profilaksis perioperatif, dan infeksi
pada pasien dengan gangguan
pertahanan tubuh.
4
Infuse NaCl 0.9% Menjaga keseimbangan asam - -
basa tubuh
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI
1. Asupan oral inadekuat (NI 2.1) berkaitan dengan gangguan makan terkait CKD dibuktikan dengan
tidak ada nafsu makan, hemetemesis, mual, muntah, dan asupan kurang.
2. Pembatasan garam (NI 5.4) berkaitan dengan CKD dibuktikan dengan asites dan anuria dengan
riwayat hipertensi dan CHF.
3. Peningkatan kebutuhan Fe (NI 5.1) berkaitan dengan gangguan produksi eritropoetin dan
hematemesis dibuktikan dengan Hb 9,5 g/dL dan asupan sumber protein kurang.
4. Pembatasan cairan (NI 3.2) berkaitan dengan CKD dibuktikan dengan ascites dan anuria.
5. Peningkatan kebutuhan protein (NI 52.1) berkaitan dengan hilangnya asam amino esensial dan
nitrogen dalam dialisat dibuktikan dengan hemodialisis rutin dengan riwayat CKD.
5
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian
Terapi Diet : Diet Dialisis
Bentuk makanan : Biasa
Cara pemberian : per-oral
2. Tujuan Diet
a. memenuhi kebutuhan energi dalam mempertahankan status gizi
b. memberikan protein yang tinggi untuk mengganti AAE dan N yang hilang dalam dialisat
c. membatasi asupan cairan dan Na untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
d. memenuhi kebutuhan zat besi yang meningkat
6
Anthropometri BB, LLA 3 hari sekali Batas normal
Biokimia BUN, Cre, K, albumin Disesuaikan anjuran Batas normal
dokter
Fisik Klinis Vital sign, Setiap hari Batas normal
oedema/ascites
Asupan zat gizi Asupan makanan Setiap hari Batas cukup
pemeriksaan penunjang - - -
7
B. IMPLEMENTASI
1. Rekomendasi Diet
waktu rekomendasi diet bahan makanan Jumlah
makan (gram)
makan Bubur sumsum Tepung beras 80 gr
pagi Santan 50 ml
Gula jawa 30 gr
selingan Susu nephrisol Nephrisol 200 ml
pagi
makan Nasi Beras 100 gr
siang Tumis sayur (buncis, wortel) Buncis 50 gr
Wortel 50 gr
Tim ayam dada Ayam bagian dada 50 gr
Bumbu (Kemiri, ketumbar, lada,
bawang putih, bawang merah, pala)
tempe
Tempe 50 gr
Air putih 100 ml
selingan Labu siam kukus Labu siam 100 gr
sore
makan Nasi Beras 100 gr
malam Cap cay Wortel 30 gr
Sawi 30 gr
Brokoli 30 gr
Jamur merang 25 gr
Telur dadar Telur ayam 60 gr
Tahu Tahu 50 gr
Teh hangat (200 ml) Gula pasir 8 gr
8
================================================================
HASIL PERHITUNGAN DIET/
================================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
_________________________________________________________________________
SARAPAN
tepung beras 80 g 288,7 kcal 63,6 g
santan 50 g 35,5 kcal 1,5 g
gula aren 30 g 110,7 kcal 28,3 g
Meal analysis: energy 434,9 kcal (26 %), carbohydrate 93,4 g (29 %)
Snack SIANG
nephrisol 200 g 200,8 kcal 76,6 g
Meal analysis: energy 200,8 kcal (12 %), carbohydrate 76,6 g (24 %)
MAKAN SIANG
nasi putih 200 g 260,0 kcal 57,2 g
buncis mentah 50 g 17,4 kcal 4,0 g
wortel 50 g 21,0 kcal 4,7 g
daging ayam 50 g 142,4 kcal 0,0 g
tempe kedele murni 50 g 99,5 kcal 8,5 g
Meal analysis: energy 540,5 kcal (33 %), carbohydrate 74,3 g (23 %)
Snack SORE
labu siam mentah 100 g 20,1 kcal 4,3 g
MAKAN MALAM
nasi putih 200 g 260,0 kcal 57,2 g
wortel 30 g 12,6 kcal 2,8 g
sawi hijau 30 g 4,5 kcal 0,6 g
brokoli 30 g 7,5 kcal 1,5 g
jamur coklat mentah 25 g 6,8 kcal 1,3 g
telur ayam 60 g 93,1 kcal 0,7 g
tahu 50 g 38,0 kcal 0,9 g
gula pasir 8g 31,0 kcal 8,0 g
Meal analysis: energy 453,5 kcal (27 %), carbohydrate 73,0 g (23 %)
================================================================
HASIL PERHITUNGAN
================================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
_________________________________________________________________________
energy 1649,8 kcal 2198,9 kcal 75 %
water 70,6 g - -
protein 57,8 g(13%) 50,0 g(12 %) 116 %
fat 33,2 g - -
carbohydr. 321,6 g - -
9
dietary fiber 9,5 g - -
alcohol 0,0 g - -
PUFA 7,3 g - -
cholesterol 293,9 mg - -
Vit. A 287,4 µg 800,0 µg 36 %
carotene 34909,1 mg - -
Vit. E 0,0 mg - -
Vit. B1 0,5 mg 1,1 mg 44 %
Vit. B2 0,8 mg 1,3 mg 63 %
Vit. B6 0,9 mg 1,6 mg 53 %
folic acid eq. 0,0 µg 180,0 µg 0%
Vit. C 24,8 mg 60,0 mg 41 %
sodium 231,1 mg - -
potassium 1218,7 mg - -
calcium 373,5 mg 800,0 mg 47 %
magnesium 236,9 mg 280,0 mg 85 %
phosphorus 741,9 mg 800,0 mg 93 %
iron 9,8 mg 15,0 mg 65 %
zinc 6,4 mg 12,0 mg 53 %
10
BAGIAN 4. KAJIAN PUSTAKA
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang irreversibel, terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda
kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73m². Tahapan gagal ginjal kronik dapat dibagi menurut beberapa cara antara lain dengan
memperhatikan faal ginjal yang masih tersisa. Bila faal ginjal yang sudah tersisa minimal sehingga usah-
usaha pengobatan konservatif yang berupa diet, pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain tidak memberi
pertolongan yang diharapkan lagi keadaan tersebut diberi nama gagal ginjal terminal (GGT), biasanya klirens
kreatinin tidak lebih dari 5 ml/menit/1,73 m2 (Suwitra, 2006).
Dari asal muasal pemicunya, penyakit ini dapat berasal dari dua kelompok; Turunan atau non
turunan. Yang turunan biasanya berupa batu ginjal. Kasus ini sangat jarang terjadi. Sedangkan dari kelompok
non turunan karena efek samping penyakit lain yang diderita pasien, misalnya diabetes mellitus, hipertensi,
dislipidemia atau kolesterol tinggi, dan obesitas yang notabene gangguan kesehatan karena pola dan gaya
hidup masyarakat urban. Kelompok terakhir ini biasanya akan menderita PGK tadi.
Gejalanya dapat digolongkan dalam kondisi akut dan kronis. Kondisi akut memiliki ciri mata yang
tampak bengkak, pinggang dan kaki yang kolik (nyeri), ketika kencing terasa sakit, demam, urine kadang
berdarah. Kelompok ini dapat sembuh bila ditangani dengan baik. Sedangkan ciri kronis, penderita tampak
lemas, tidak nafsu makan, mual, muntah, beberapa bagian tubuh bengkak, sedikit urine, sesak napas, dan
pucat. Tidak dapat sembuh, kecuali melakukan transplantasi (cangkok) ginjal. PGK dipicu oleh tekanan darah
tinggi (hipertensi) dan diabetes.
Pemeriksaan skrinning seperti pemeriksaan kadar kreatinin serum dan ekskresi albumin dalam urin
dianjurkan untuk individu yang menyandang faktor risiko penyakit ginjal kronik, yaitu pada:
Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai dilakukan pada stadium
dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah
penyakit ginjal dan kardiovaskular adalah:
a. pengobatan hipertensi yaitu makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal
b. pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia
c. penghentian merokok
d. peningkatan aktivitas fisik
e. pengendalian berat badan
f. obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat ACE (angiotensin converting
enzyme) dan penyekat reseptor angiotensin telah terbukti dapat mencegah dan menghambat
proteinuria dan penurunan fungsi ginjal (Rahardjo,dkk, 2006).
MANIFESTASI KLINIK
1. Sistem kardiovaskuler: mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif dan edema pulmoner (akibat cairan berlebih)
dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin uremik).
2. Sistem integrumenurum: rasa gatal yang parah (pruritus). Butiran uremik merupakan suatu
penunpukkan kristal urin di kulit, rambut tipis dan kasar.
3. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.
11
4. Sistem neurovaskuler: perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedura otot dan
kejang.
5. Sistem pulmoner: krekels, sputun kental, nafas dalam dan kusmaul.
6. Sistem reproduktif: amenore, atrifi testikuler.
KLASIFIKASI GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease) : (Mahan, et al, 2008)
Apapun etiologi penyakit ginjalnya pada gagal ginjal kronik (GGK) stadium V, diperlukan pengobatan
khusus dengan terapi pengganti, berupa 1. Dialisis, yang terdiri dari dialisis peritoneal dan hemodialisa, 2.
Transplantasi ginjal. Pada kasus ini dilakukan hemodialisa. Indikasi hemodialisa pada GGK adalah bila laju
filtrasi gromerolus (LFG) sudah kurang dari 5 ml/menit. Selain itu, bila dalam klinik sudah dijumpai salah satu
dari gejala dibawah ini, dapat dilakukan hemodialisa, yaitu a.) Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata,
b.) K serum > 6 m Eq/L, c.) Ureum darah > 200 mg/dl, d.) pH darah ˂ 7,1 , e.) anuria berkepanjangan
(>5hari), f.) fluid overload.
Stadium dini penyakit ginjal kronik dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Pengukuran
kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan penghitungan laju filtrasi glomerulus dapat mengidentifikasi pasien
yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan ekskresi albumin dalam urindapat mengidentifikasi
pada sebagian pasien adanya kerusakan ginjal. Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit ginjal
kronik terutama di negara berkembang tidak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk
dapat memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan
skrinning pada individu asimtomatik yang menyandang faktor risiko dapat membantu deteksi dini penyakit
ginjal kronik (PPNI, 2004).
12
Daftar Pustaka
Mahan, K.L., et al. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy. Missouri: Saunders Elsevier.
PPNI. 2004. Chronic Kidney Disease CKD/CRF. Persatuan Perawat nasional Indonesia. Klaten
Rahardjo, Susalit, Suhardjono. 2006. Hemodialisis ¾ Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I. Hlm. 590
– 591. Editor : Sudoyo, A.,dkk. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Rolfes, S.R. 2009. Understanding Normal and Clinical Nutrition. US: Wadsworth.
Suwitra,K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik ¾ Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I. Hlm. 581 – 584.
Editor : Sudoyo, A.,dkk. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
13