Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

LAPORAN REVISI PRAKTIKUM DIETETIK LANJUT

KELOMPOK 7
ACARA 2
CKD st V on HD rutin, CHF CF II dd e/c HHD

1
BAGIAN 1. ASSESMEN

A. ANAMNESIS
Indentitas Pasien
a. Nama : Ny L
b. Umur : 49 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pendidikan : SD
f. Agama : Islam
g. Ruang : Bugenvil 3/9
h. Tanggal masuk :-
i. Tanggal kasus : 4 Oktober 2011
j. Alamat : Gunung Kidul
k. Diagnosis Medis : CKD st V on HD rutin, EDA, HT st 1, obs efusi pleura, hemetemesis
susp stress ulcer, CHF CF II dd e/c HHD.

B. DATA SUBYEKTIF
1. Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Sesak, mual, perut tertekan, anoreksia, muntah, batuk, kaki bengkak, anuria.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
CKD st 5. HD rutin + pasang AU shunt ga paten 2 bulan lalu.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Cacar air, HT, gastritis
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi

2. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi


Data Sosio Ekonomi Jumlah anggota keluarga : 5 orang
Penghasilan: Rp. 300.000
Suku : Jawa
Aktifitas fisik Aktivitas pasien lebih banyak ditempat tidur.
Jam tidur: 3 jam per hari
Jam kerja: 4,5 jam per hari

Alergi makanan Tidak ada alergi makanan


Masalah gastrointestinal Mual, muntah, konstipasi, aneroksia, perubahan pengecapan dan penciuman.
Penyakit kronis Tidak ada penyakit kronik yang diderita pasien.
Kesehatan mulut Premolar atas (-)
Pengobatan -
Perubahan BB Sejak masuk rumah sakit pasien tidak menimbang sehingga tidak diketahui ada
tidaknya perubahan berat badan.
Mempersiapkan makanan Makanan yang dikonsumsi pasien dipersiapkan oleh anak pasien.
Riwayat/ pola makan Pasien biasa makan teratur 2-3 x/hari
Makanan pokok: bubur 5 sdm
Lauk hewani: lele 1x1, rendang 1 x/hari @1 potong
Lauk nabati: -
Sayur: sop (buncis wortel) 2-3 x/minggu
Buah: jeruk 1 x/hari @1 buah
Minuman: air putih, teh manis, nephrisol
Dari RS diet RPRKRG (P 1.2 g/kg/bb)

Kesimpulan dan Pembahasan :


Os adalah seorang ibu rumah tangga berumur 49 tahun terdiagnosa mengalami CKD dan memiliki
riwayat penyakit dahulu hipertensi datang ke rumah sakit dengan keluhan utama Sesak, mual, perut tertekan,
anoreksia, muntah, batuk, kaki bengkak, anuria. Riwayat penyakit sekarang yang dialami adalah CKD HD

2
rutin + pasang AU shunt ga paten 2 bulan lalu.Os termasuk kedalam golongan keluarga kurang berada
dengan penghasilan Rp.300.000 dalam sebulan. Aktivitas fisik os termasuk aktivitas ringan. Os datang
dengan keluhan mual, muntah, dan stomatitis pada mulut. Kebiasaan makan sudah teratur hanya frekuensi
makanan dan jumlah yang dikonsumsi masih kurang dikarenakan adanya keluhan mual.
Secara keseluruhan permasalah yang dialami pasien merupakan bawaan dari CKD yang diderita
oleh pasien seperti Sesak, mual, perut tertekan, anoreksia, muntah, batuk, kaki bengkak, anuria.
Dimungkinkan CKD yang dialami oleh pasien merupakan bentuk dari komplikasi hipertensi berdasarkan
riwayat penyakit dahulu.

C. DATA OBYEKTIF
1. Antropometri
TB LLA
150 cm 20 cm
Kesimpulan dan Pembahasan :
Status pasien berdasarkan IMT = BB/TB 2 tidak dapat dihitung menggunakan IMT, karena berdasarkan
pemeriksaan klinis pasien mengalami ascites ditambah pula dengan tidak adanya data mengenai BB saat
mengambil data dirumah sakit. Sedangkan berdasarkan LLA, pasien dapat dikatakan berisiko mengalami
KEK karena LLA nya 20 cm (masih kurang dari normal). Nilai normal LLA adalah >23,5 cm. Hal ini
mengindikasikan bahwa kondisi status gizi pasien buruk.
2. Biokimia
Pemeriksaan Nilai normal & satuan awal masuk Awal kasus interpretasi
HGB 12-16 g/dl 8.3 9.5 rendah
HCT 37-47% 25.4 28.4 rendah
MCV 79-99fl 92.8 87.1 normal
MCH 27-31 pg 30.3 29.1 normal
MCHC 33-37 g/dl - - -
Na 137-145 mmol/L 143 143,5 normal
K 3,1-5 mmol/L 5.6 3.06 normal
Alb 3,5-5 g/dl 2.73 - rendah
BUN 7-18 mg/dl 18.3 29.8 tinggi
Crea 0,6-1,3 mg/dl 7.8 3.45 tinggi
Asam urat 2,6-7,2 mg/dl 14.9 5.3 normal
SGOT 10-42 IU/L 75 89 tinggi
SGPT 10-40 IU/L 20 28 normal
T bil 0.2-1 mg/dL 2.29 3.26 tinggi
D bil 0-0.3 mg/dL 2.39 1.65 tinggi
GDS 80-140 mg/dl 119 109 normal

Kesimpulan dan Pembahasan:


Berdasarkan data biokimia diatas diperoleh bahwa HGB,HCT,Albumin pasien rendah, sedangkan
untuk BUN,Creatinin,SGOT,T bil dan D bil pasien tinggi. Untuk HGB dan HCT rendah mengindikasikan bahwa
pasien mengalami anemia. Albumin yang rendah disebabkan oleh kurangnya asupan hal ini berkenaan pula
dengan anoreksia disertai mual dan muntah yang dialami oleh pasien. Untuk BUN dan Creatinin yang tinggi
hal ini merupakan bawaan dari CKD yang dialami oleh pasien dimana terdapat gangguan ekskresi sisa
metabolism protein. SGOT, T bil dan D bil yang tinggi mengindikasikan adanya suspect ulcer pada pasien.
3. Fisik Klinis
a. Keadaan umum : Compos mentis
b. Vital Sign :
Jenis Pemeriksaan Nilai normal Awal Masuk RS Awal Kasus
Tekanan darah (mmHg) 120/80 150/100 -
Nadi (x/menit) 80-100 108 88
Respirasi (x/menit) 20-40 20 20
Suhu 36-37 36 -
c. Kepala/ abdomen/ extremitas dll : Ascites, muka sembab

3
Kesimpulan :
Berdasarkan kesan umum, Os compos mentis sedang. Dari data vital sign, diketahui bahwa tekanan
darah Os tinggi, frekuensi nadi normal, pernafasan normal, dan suhu badan Os normal. Dari data
pemeriksaan kepala, abdomen atau ekstremitas diperoleh hasil adanya sembab pada muka dan ascites yang
dialami oleh pasien hal ini merupakan manifestasi dari CKD yang diderita oleh pasien.

4. Dietary

Implementasi Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)


asupan oral 1027,97 36,18 21,3 169,57
Asupan parenteral
Kebutuhan (AKG) 1575 kkal 54 gr 44 gr 241 gr
% asupan/kebutuhan 65 % 67 % 48,4 % 70,3 %

Kesimpulan :
Klasifikasi asupan :
> 80% = baik
51 – 80% = cukup, masih perlu peningkatan
< 51% = buruk/kurang (sumber : Gibson, 2005)

Dari hasil recall 24 jam pasien dan data rekam medis diketahui bahwa secara keseluruhan asupan
pasien kurang, oleh karena itu masih perlu peningkatan sehingga status gizi pasien menjadi lebih baik.

5. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
6. Terapi Medis
Jenis obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan Solusi
zat gizi
O2 AIPM Inf I.V flug Membantu pernafasan saat sesak - -
nafas
Captopril (3x12,5) Pengobatan Hipertensi dan Retensi kalium sehingga perlu
gagal jantung congestif ringan sering diuretik yang
terjadi, terutama meretensi kalium
pada penderita seperti amilorida
gangguan ginjal, dan pemberiannya
harus dilakukan
dengan hati-hati.
CaCO3 (3x1) Sebagai Buffer darah pada - -
penderita gagal ginjal
Asam folat Mencegah defisiensi asam folat - -
pada penderita CKD
Inj.PPI 1A 12J Mengobati stress ulcer, gastritis, Penurunan Menyesuaiakan
GERD jumlah asam petunjuk dokter
klorida di
lambung
Inj. Ceftriaxon 1g/12 J Mengobati infeksi-infeksi yang Efek Diare Menyesuaikan
disebabkan oleh patogen yang petunjuk dokter
sensitif, seperti: infeksi saluran
nafas, infeksi THT, infeksi saluran
kemih, sepsis, meningitis, infeksi
tulang, sendi dan jaringan lunak,
infeksi intra abdominal, infeksi
genital (termasuk gonore),
profilaksis perioperatif, dan infeksi
pada pasien dengan gangguan
pertahanan tubuh.

4
Infuse NaCl 0.9% Menjaga keseimbangan asam - -
basa tubuh
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

1. Asupan oral inadekuat (NI 2.1) berkaitan dengan gangguan makan terkait CKD dibuktikan dengan
tidak ada nafsu makan, hemetemesis, mual, muntah, dan asupan kurang.
2. Pembatasan garam (NI 5.4) berkaitan dengan CKD dibuktikan dengan asites dan anuria dengan
riwayat hipertensi dan CHF.
3. Peningkatan kebutuhan Fe (NI 5.1) berkaitan dengan gangguan produksi eritropoetin dan
hematemesis dibuktikan dengan Hb 9,5 g/dL dan asupan sumber protein kurang.
4. Pembatasan cairan (NI 3.2) berkaitan dengan CKD dibuktikan dengan ascites dan anuria.
5. Peningkatan kebutuhan protein (NI 52.1) berkaitan dengan hilangnya asam amino esensial dan
nitrogen dalam dialisat dibuktikan dengan hemodialisis rutin dengan riwayat CKD.

5
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

A. PLANNING
1. Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian
Terapi Diet : Diet Dialisis
Bentuk makanan : Biasa
Cara pemberian : per-oral

2. Tujuan Diet
a. memenuhi kebutuhan energi dalam mempertahankan status gizi
b. memberikan protein yang tinggi untuk mengganti AAE dan N yang hilang dalam dialisat
c. membatasi asupan cairan dan Na untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
d. memenuhi kebutuhan zat besi yang meningkat

3. Prinsip dan Syarat Diet


a. energi sesuai kebutuhan
b. protein tinggi 1,2 gr/kgBB/hari
c. lemak sedang 25% total energi, rendah kolesterol
d. cairan 750-1000 ml/hari (1-2 gelas)
d. Na 1000-3000 mg/hari
e. asupan sumber zat besi

4. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


a. Kebutuhan Energi
BBI = (TB-100) – 10%(TB-100)
= (150 – 100) – 10%(150 – 100)
= 45 kg
TEE = 35 kkal/kgBB x 45 kg
= 1575 kkal
b. Kebutuhan Protein
Protein = 1,2 gr/kgBB/hari x 45 kg
= 54 gr
c. Kebutuhan Lemak
Lemak = 25% x 1575 kkal
= 393,75 kkal
= 44 gr
d. Kebutuhan Karbohidrat
Karbohidrat = (1575 – 216 – 393,75) : 4
= 241 gr

Pembahasan Preskripsi Diet


Dalam perhitungan energi digunakan 35 kkal/kgBB karena memperhitungkan pasien menjalani terapi
hemodialisis dengan BB yang digunakan adalah IBW atau BBI (Mahan, 2008). Menurut Rolfes (2009),
kebutuhan energi pada pasien CKD adalah cukup tinggi untuk menjaga berat badan dan mencegah wasting.
Pasien CKD sangat berisiko mengalami malnutrisi energy-protein dan wasting karena asupan oral yang
inadekuat terkait mual, muntah, anoreksia, dan gastrointestinal bleeding. Kebutuhan protein pasien adalah
tinggi sebesar 1,2 gr/kgBB/hari karena mempertimbangkan asam amino esensial dan Nitrogen yang hilang
dalam dialisat saat hemodialisis (Rolfes, 2009). Lemak menggunakan perhitungan 25 % karena pasien juga
menderita komplikasi CHF dimana dalam dietnya dianjurkan tidak tinggi lemak, terutama kolesterol.
Sedangkan untuk menangani hipertensi, CHF, dan kondisi anuria pasien, asupan cairan dan Na
dibatasi. Asupan cairan 750-1000 ml/hari mengingat tidak ada urine output (Mahan, 2008) dan Na rendah
1000-3000 mg/hari. Karena makanan menyumbang 500-700 ml cairan, maka kebutuhan minum pasien 250-
500 ml (1-2 gelas).Penggunaan makanan sumber zat besi juga perlu diperhatikan mengingat pada pasien
CKD terdapat gangguan produksi eritropoetin (Rolfes, 2009) dan diketahui terdapat hemetemesis.

5. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target

6
Anthropometri BB, LLA 3 hari sekali Batas normal
Biokimia BUN, Cre, K, albumin Disesuaikan anjuran Batas normal
dokter
Fisik Klinis Vital sign, Setiap hari Batas normal
oedema/ascites
Asupan zat gizi Asupan makanan Setiap hari Batas cukup

pemeriksaan penunjang - - -

6. Rencana Konsultasi Gizi


Masalah gizi Tujuan Materi Konseling
Asupan oral Memberi informasi diet yang perlu Pentingnya peningkatan kebutuhan energi
inadekuat dijalankan dan protein
Bahan makanan sumber energi dan protein
Pembatasan Memberi informasi diet yang perlu Asupan cairan yang dibutuhkan tiap hari
cairan dijalankan Kenaikan berat badan
Pembatasan Memberi informasi diet yang perlu Pentingnya menjaga kadar Na
Na dijalankan Makanan awetan
Peningkatan Memberi informasi diet yang perlu Pentingnya kebutuhan Fe
kebutuhan Fe dijalankan Makanan sumber Fe
Inhibitor dan enhancer Fe
Peningkatan Memberi informasi diet yang perlu Pentingnya kenaikan kebutuhan protein
kebutuhan dijalankan Jumlah kebutuhan protein
protein Makanan sumber protein

7
B. IMPLEMENTASI
1. Rekomendasi Diet
waktu rekomendasi diet bahan makanan Jumlah
makan (gram)
makan Bubur sumsum Tepung beras 80 gr
pagi Santan 50 ml
Gula jawa 30 gr
selingan Susu nephrisol Nephrisol 200 ml
pagi
makan Nasi Beras 100 gr
siang Tumis sayur (buncis, wortel) Buncis 50 gr
Wortel 50 gr
Tim ayam dada Ayam bagian dada 50 gr
Bumbu (Kemiri, ketumbar, lada,
bawang putih, bawang merah, pala)
tempe
Tempe 50 gr
Air putih 100 ml
selingan Labu siam kukus Labu siam 100 gr
sore
makan Nasi Beras 100 gr
malam Cap cay Wortel 30 gr
Sawi 30 gr
Brokoli 30 gr
Jamur merang 25 gr
Telur dadar Telur ayam 60 gr
Tahu Tahu 50 gr
Teh hangat (200 ml) Gula pasir 8 gr

2. Kajian Rekomendasi Diet


Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Rekomendasi diet 1649,8 57,8 33,2 321,6
Kebutuhan (planning) 1575 54 44 241
% rekomendasi/ kebutuhan 105% 107% 75% 133%

8
================================================================
HASIL PERHITUNGAN DIET/
================================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
_________________________________________________________________________

SARAPAN
tepung beras 80 g 288,7 kcal 63,6 g
santan 50 g 35,5 kcal 1,5 g
gula aren 30 g 110,7 kcal 28,3 g

Meal analysis: energy 434,9 kcal (26 %), carbohydrate 93,4 g (29 %)

Snack SIANG
nephrisol 200 g 200,8 kcal 76,6 g

Meal analysis: energy 200,8 kcal (12 %), carbohydrate 76,6 g (24 %)

MAKAN SIANG
nasi putih 200 g 260,0 kcal 57,2 g
buncis mentah 50 g 17,4 kcal 4,0 g
wortel 50 g 21,0 kcal 4,7 g
daging ayam 50 g 142,4 kcal 0,0 g
tempe kedele murni 50 g 99,5 kcal 8,5 g

Meal analysis: energy 540,5 kcal (33 %), carbohydrate 74,3 g (23 %)

Snack SORE
labu siam mentah 100 g 20,1 kcal 4,3 g

Meal analysis: energy 20,1 kcal (1 %), carbohydrate 4,3 g (1 %)

MAKAN MALAM
nasi putih 200 g 260,0 kcal 57,2 g
wortel 30 g 12,6 kcal 2,8 g
sawi hijau 30 g 4,5 kcal 0,6 g
brokoli 30 g 7,5 kcal 1,5 g
jamur coklat mentah 25 g 6,8 kcal 1,3 g
telur ayam 60 g 93,1 kcal 0,7 g
tahu 50 g 38,0 kcal 0,9 g
gula pasir 8g 31,0 kcal 8,0 g

Meal analysis: energy 453,5 kcal (27 %), carbohydrate 73,0 g (23 %)

================================================================
HASIL PERHITUNGAN
================================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
_________________________________________________________________________
energy 1649,8 kcal 2198,9 kcal 75 %
water 70,6 g - -
protein 57,8 g(13%) 50,0 g(12 %) 116 %
fat 33,2 g - -
carbohydr. 321,6 g - -

9
dietary fiber 9,5 g - -
alcohol 0,0 g - -
PUFA 7,3 g - -
cholesterol 293,9 mg - -
Vit. A 287,4 µg 800,0 µg 36 %
carotene 34909,1 mg - -
Vit. E 0,0 mg - -
Vit. B1 0,5 mg 1,1 mg 44 %
Vit. B2 0,8 mg 1,3 mg 63 %
Vit. B6 0,9 mg 1,6 mg 53 %
folic acid eq. 0,0 µg 180,0 µg 0%
Vit. C 24,8 mg 60,0 mg 41 %
sodium 231,1 mg - -
potassium 1218,7 mg - -
calcium 373,5 mg 800,0 mg 47 %
magnesium 236,9 mg 280,0 mg 85 %
phosphorus 741,9 mg 800,0 mg 93 %
iron 9,8 mg 15,0 mg 65 %
zinc 6,4 mg 12,0 mg 53 %

10
BAGIAN 4. KAJIAN PUSTAKA

Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang irreversibel, terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda
kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73m². Tahapan gagal ginjal kronik dapat dibagi menurut beberapa cara antara lain dengan
memperhatikan faal ginjal yang masih tersisa. Bila faal ginjal yang sudah tersisa minimal sehingga usah-
usaha pengobatan konservatif yang berupa diet, pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain tidak memberi
pertolongan yang diharapkan lagi keadaan tersebut diberi nama gagal ginjal terminal (GGT), biasanya klirens
kreatinin tidak lebih dari 5 ml/menit/1,73 m2 (Suwitra, 2006).

Dari asal muasal pemicunya, penyakit ini dapat berasal dari dua kelompok; Turunan atau non
turunan. Yang turunan biasanya berupa batu ginjal. Kasus ini sangat jarang terjadi. Sedangkan dari kelompok
non turunan karena efek samping penyakit lain yang diderita pasien, misalnya diabetes mellitus, hipertensi,
dislipidemia atau kolesterol tinggi, dan obesitas yang notabene gangguan kesehatan karena pola dan gaya
hidup masyarakat urban. Kelompok terakhir ini biasanya akan menderita PGK tadi.

Gejalanya dapat digolongkan dalam kondisi akut dan kronis. Kondisi akut memiliki ciri mata yang
tampak bengkak, pinggang dan kaki yang kolik (nyeri), ketika kencing terasa sakit, demam, urine kadang
berdarah. Kelompok ini dapat sembuh bila ditangani dengan baik. Sedangkan ciri kronis, penderita tampak
lemas, tidak nafsu makan, mual, muntah, beberapa bagian tubuh bengkak, sedikit urine, sesak napas, dan
pucat. Tidak dapat sembuh, kecuali melakukan transplantasi (cangkok) ginjal. PGK dipicu oleh tekanan darah
tinggi (hipertensi) dan diabetes.

Pemeriksaan skrinning seperti pemeriksaan kadar kreatinin serum dan ekskresi albumin dalam urin
dianjurkan untuk individu yang menyandang faktor risiko penyakit ginjal kronik, yaitu pada:

a. pasien dengan diebetes melitus atau hioertensi


b. individu dengan obesitas atau perokok
c. individu berumur lebih dari 50 tahun
d. individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga.

Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai dilakukan pada stadium
dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah
penyakit ginjal dan kardiovaskular adalah:

a. pengobatan hipertensi yaitu makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal
b. pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia
c. penghentian merokok
d. peningkatan aktivitas fisik
e. pengendalian berat badan
f. obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat ACE (angiotensin converting
enzyme) dan penyekat reseptor angiotensin telah terbukti dapat mencegah dan menghambat
proteinuria dan penurunan fungsi ginjal (Rahardjo,dkk, 2006).

MANIFESTASI KLINIK

1. Sistem kardiovaskuler: mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif dan edema pulmoner (akibat cairan berlebih)
dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin uremik).
2. Sistem integrumenurum: rasa gatal yang parah (pruritus). Butiran uremik merupakan suatu
penunpukkan kristal urin di kulit, rambut tipis dan kasar.
3. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah.

11
4. Sistem neurovaskuler: perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedura otot dan
kejang.
5. Sistem pulmoner: krekels, sputun kental, nafas dalam dan kusmaul.
6. Sistem reproduktif: amenore, atrifi testikuler.

KLASIFIKASI GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease) : (Mahan, et al, 2008)

Stage Gbran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)


1 Normal atau elevated GFR ≥ 90
2 Mild decrease in GFR 60-89
3 Moderate decrease in GFR 30-59
4 Severe decrease in GFR 15-29
5 Requires dialysis ≤ 15

Apapun etiologi penyakit ginjalnya pada gagal ginjal kronik (GGK) stadium V, diperlukan pengobatan
khusus dengan terapi pengganti, berupa 1. Dialisis, yang terdiri dari dialisis peritoneal dan hemodialisa, 2.
Transplantasi ginjal. Pada kasus ini dilakukan hemodialisa. Indikasi hemodialisa pada GGK adalah bila laju
filtrasi gromerolus (LFG) sudah kurang dari 5 ml/menit. Selain itu, bila dalam klinik sudah dijumpai salah satu
dari gejala dibawah ini, dapat dilakukan hemodialisa, yaitu a.) Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata,
b.) K serum > 6 m Eq/L, c.) Ureum darah > 200 mg/dl, d.) pH darah ˂ 7,1 , e.) anuria berkepanjangan
(>5hari), f.) fluid overload.

Stadium dini penyakit ginjal kronik dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Pengukuran
kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan penghitungan laju filtrasi glomerulus dapat mengidentifikasi pasien
yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan ekskresi albumin dalam urindapat mengidentifikasi
pada sebagian pasien adanya kerusakan ginjal. Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit ginjal
kronik terutama di negara berkembang tidak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk
dapat memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan
skrinning pada individu asimtomatik yang menyandang faktor risiko dapat membantu deteksi dini penyakit
ginjal kronik (PPNI, 2004).

12
Daftar Pustaka

Mahan, K.L., et al. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy. Missouri: Saunders Elsevier.

PPNI. 2004. Chronic Kidney Disease CKD/CRF. Persatuan Perawat nasional Indonesia. Klaten

Rahardjo, Susalit, Suhardjono. 2006. Hemodialisis ¾ Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I. Hlm. 590
– 591. Editor : Sudoyo, A.,dkk. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Rolfes, S.R. 2009. Understanding Normal and Clinical Nutrition. US: Wadsworth.

Suwitra,K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik ¾ Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I. Hlm. 581 – 584.
Editor : Sudoyo, A.,dkk. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.

13

You might also like