Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 155

STUDI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN

(Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir


Sumatera Selatan)

EKA MULYANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN


SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Pengembangan Wisata


Agro Berkelanjutan (Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera Selatan) adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

Eka Mulyana
NRP H351090091
iii

Abstract

Eka Mulyana, 2012. The Study on the sustainable development of Agrotourism


(The Case in Agrowisata Bina Darma in the District of Ogan Ilir, South
Sumatera). Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI as the leader and SETIA
HADI as member of supervisory commission.

Tourism is one of the sources of economy development which is growing so fast


now. The kind of tourisms which has the big potential to develop is agro tourism.
One of them is an Agro Wisata Bina Darma. Yet, it has not been developed fully
and utilised optimally up to now, so we need to do the study about the study on the
sustainable development of agrotourism, the case is taken in Agrowisata Bina
Darma. The purpose of the research is to estimate the carrying capacity,
prefeasibility on economy in the developing in Agrowisata Bina Darma and
formulating the sustainable agro tourism in Agrowisata Bina Darma. The result
of analysis on economy prefeasibilty determines that Agrowisata Bina Darma is
deserved to be developed sustainably either to scenarios on managing each
tourist area or roundtrip ticket. The carrying capacity to develop Agro Wisata
Bina Darma is still good. Analytical Hierarchy Process (AHP) shows that
appropriate strategy (prime priority) to develop Agro Wisata Bina Darma is the
sustainable strategy to increase promotion about Agro Wisata Bina Darma. The
recommendation which is proposed that the organiser can increase an extra hour
visit for each guest for tourist objects which have limited hour if there is an
increase significantly on visitors.

Keywords: Agrotourism; Carrying Capacity; economy prefeasibility; Analytical


Hierarchy Process (AHP)
iv

RINGKASAN

Eka Mulyana, 2012. Studi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan (Kasus


Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan). Dibimbing
oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI sebagai ketua dan SETIA HADI sebagai
anggota komisi pembimbing.

Agrowisata Bina Darma menerapkan konsep wisata agro yang ramah


lingkungan dengan panorama keindahan alam dan aneka fasilitas rekreasi. Melalui
wisata agro yang mendidik dan menghibur, memberikan pengenalan dan
pengetahuan pertanian dan rekreasi bagi masyarakat pengunjung dan memberikan
nilai tambah ekonomi bagi pemiliknya. Sebagai salah satu obyek wisata agro yang
mulai dikenal masyarakat, menjadi penting bagi Agrowisata Bina Darma untuk
menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan wisata agro yang berkelanjutan.
Agrowisata Bina Darma mengemban konsep wisata agro dengan harapan
dimasa yang akan datang dapat lebih mengembangkan berbagai fasilitas wisata
yang berkaitan dengan bidang pertanian, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
media pendidikan, sarana rekreasi dan sekaligus juga sebagai usaha (bisnis) di
bidang pertanian. Berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Agrowisata
Bina Darma, maka lokasi wisata agro ini sangat potensial untuk dikembangkan
sebagai wisata agro berkelanjutan. Namun sampai saat ini, potensi wisata agro
yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara
optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan
operasional guna tercapainya kemantapan pengelolaan Obyek wisata agro di era
globalisasi dan otonomi daerah.
Berdasarkan hal di atas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1)
Mengestimasi daya dukung lingkungan dalam pengembangan wisata agro
berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma, (2) Mengestimasi prakelayakan dalam
pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma, dan (3)
Memformulasi strategi pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata
Bina Darma. Tujuan pertama dilakukan dengan menghitung daya dukung
lingkungan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk menjawab
tujuan kedua yaitu analisis prakelayakan dengan menggunakan analisis biaya
manfaat, dengan kriteria kelayakan yang digunakan adalah Benefit Cost Ratio
(BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback
Period (PP). Tujuan ketiga dijawab dengan merumuskan strategi pengembangan
wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma dengan menggunakan
Analisis Hirarki Proses (AHP).
Hasil penelitian yang didapatkan adalah: Daya dukung Agrowisata Bina
Darma tanpa mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan
sekitarnya adalah 764 orang. Daya dukung lingkungan tertinggi dimiliki oleh
kegiatan wisata dalam bentuk kunjungan kebun agro (sayur-sayuran) sebesar 200
orang. Daya dukung lingkungan terendah dimiliki oleh kegiatan wisata berupa
shooting target (2 orang) dan delman (2 orang). Daya tampung wisatawan di
kawasan Agrowisata Bina Darma sekitar 7122 orang per hari. Daya tampung
wisatawan tertinggi dimiliki oleh kebun agro yang mencapai 3600 orang per hari
dan daya tampung terendah dimiliki oleh shooting target dan delman. Sebagian
besar (17 dari 23) obyek wisata masih terbuka untuk menerima tambahan
v

pengunjung/wisatawan baru, terutama taman satwa (rasio = 129 : 1) dan kebun


agro ( rasio = 60 : 1).
Kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma layak
dikembangkan secara berkelanjutan baik untuk skenario pengelolaan per wahana
maupun skenario pengelolaan tiket terusan, karena mempunyai nilai NPV>0,
BCR>1, IRR 16%, dan PP yang terjadi di bawah umur teknis fasilitas wahana.
Pengelolaan kegiatan wisata agro dengan tiket per wahana mempunyai nilai NPV
Rp 8.237.963.585,-, BCR 1,30, IRR 53%, dan PP 3 tahun 2 bulan. Pengelolaan
dengan pembayaran tiket terusan mempunyai NPV, BCR, dan IRR lebih baik,
yaitu NPV Rp 9.885.444.800,-, BCR 1,36, IRR 73%, dan PP 1 tahun. Apabila
terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 30 persen pertahun akibat dari
kenaikan BBM, maka untuk pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket per
wahana diperoleh NPV sebesar Rp 5.727.436.112,-, BCR sebesar 1,19, IRR
sebesar 44%, dan PP 3 tahun 5 bulan. Sedangkan untuk pengelolaan Agrowisata
Bina Darma dengan tiket terusan diperoleh NPV, BCR, IRR, dan PP berturut-
turut adalah Rp 7.374.917.327,-, 1,35, 65% dan 1 tahun. Bila melihat capaian
nilai parameter ekonomi tersebut terutama nilai BCR, maka pengelolaan
Agrowisata Bina Darma tetap layak diteruskan.
Strategi yang paling tepat (prioritas pertama) untuk pengembangan
Agrowisata Bina Darma adalah strategi meningkatkan promosi tentang
Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) (RK = 0,248).
Sedangkan strategi lainnya yang dapat menjadi back-up, berturut-turut
berdasarkan prioritas adalah strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi
wisata (S-CEGAH) (RK = 0,229), mengedepankan kualitas wisata agro (S-
KUALIT) (RK = 0,205), mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-
PENDIK) (RK = 0,168), dan melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-
TRABUD) (RK = 0,150). Formulasi strategi tersebut dapat dipercaya karena
mempunyai inconsistency rasio < 0,10, yaitu 0,07.
vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2012

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang


1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa ijin IPB.
vii

STUDI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN


(Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera Selatan)

EKA MULYANA

Tesis
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister sains pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
viii

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr
ix

Judul Tesis : STUDI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN


(Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera
Selatan)
Nama : Eka Mulyana
NRP : H351090091

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si
Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 18 Juni 2012 Tanggal lulus:


x

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
“Studi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan (Kasus Agrowisata Bina
Darma di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan)”.
Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan, karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyelesaian tesis
ini, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2012

Eka Mulyana
xi

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat


dan karunia-Nya selama penulis menyusun tesis ini. Penyusunan tesis ini tidak
akan terlaksana dengan baik jika tidak ada arahan dan bimbingan dari komisi
pembimbing dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing
atas segala bimbingan, arahan, saran, kritik, perhatian dan ilmu yang telah
diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si selaku Anggota Pembimbing atas segala
bimbingan dan arahan serta ilmu kepada penulis.
3. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) IPB yang selalu memberikan
bimbingan, perhatian, ilmu dan pelajaran kepada penulis.
4. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku penguji I dan Dr. Meti Ekayani, S.Hut,
M.Sc selaku penguji perwakilan program studi yang telah bersedia
menguji penulis pada saat ujian tesis.
5. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Departemen ESL atas bantuannya selama
penulis menempuh pendidikan pascasarjana.
6. Universitas Sriwijaya (UNSRI) yang telah mengizinkan dan mendukung
penulis untuk melanjutkan studi pascasarjana di IPB.
7. Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan beasiswa bagi penulis
dalam menyelesaikan studi pascasarjana.
8. Dekan dan Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UNSRI yang telah
memberikan ijin dan dukungan bagi penulis untuk melanjutkan dan
menyelesaikan studi.
9. Pengelola Agrowisata Bina Darma, Pemilik Agrowisata Bina Darma,
Kepala Dinas Parsenibudpora Kabupaten Ogan Ilir, Kepala Desa Pulau
Semambu beserta staf yang telah membantu penulis dalam penyediaan
data selama penelitian berlangsung di Agrowisata Bina Darma.
xii

10. Orang tua terkasih, H. Sofyan Hamid dan Hj. Faidah Mansyur serta
mertua, H. Hazawi dan Hj. Farha untuk segala doa, dukungan dan
semangat yang telah diberikan bagi penulis.
11. Suami tercinta, Yuristian, atas segala dukungan, perhatian, doa,
pengorbanan serta kasih sayang dan cinta bagi penulis.
12. Semua Saudara : Sari, Arif, Uci, Aulia dan Ica untuk doa, dukungan dan
semangat bagi penulis.
13. Semua ipar: Kak Yopi, Cak Meta, Aan dan Ikal.
14. Semua keponakan tersayang: Agif, Dira, Arif, Fadhil, Faiz, Ozin, Chalista,
Aditya dan nayza.
15. Rekan-rekan seperjuangan ESL angkatan 2009 untuk kebersamaan dan
kekompakan selama studi.
16. Teman-teman penulis: Asti, Sanda, Lely, Rezi, Anto dan Rita atas semua
dorongan semangat dan bantuan bagi penulis.

Bogor, Juli 2012

Eka Mulyana
xiii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Meranjat pada tanggal 14 oktober 1977 sebagai anak


pertama dari enam bersaudara dari pasangan H. Sofyan Hamid dan Hj. Faidah
Mansyur. Pada tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas di SLTA Negeri 1 Indralaya. Selanjutnya pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya (UNSRI). Penulis mendapatkan gelar Sarjana
Pertanian pada tahun 2000.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di
Universitas Sriwijaya. Saat ini penulis tercatat sebagai staf pengajar pada Fakultas
Pertanian UNSRI. Pada tahun 2009, penulis berkesempatan untuk melanjutkan
pendidikan pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
xiv

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 8

II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9


2.1 Wisata Agro ....................................................................................... 9
2.1.1 Definisi dan Konsep Wisata Agro........................................... 9
2.1.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Wisata Agro .......... 10
2.2 Manajemen Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan ................... 15
2.2.1 Wisata Agro Berkelanjutan ..................................................... 15
2.2.2 Pengembangan Wisata Agro ................................................... 18
2.3 Strategi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan ......................... 21
2.4 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 24

III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 27


3.1 Kerangka Teoritis .............................................................................. 27
3.1.1 Daya Dukung Lingkungan ...................................................... 27
3.1.2 Pendekatan Analisis Biaya dan Manfaat ................................. 27
3.1.3 Pendekatan Analisis Hirarki Proses (AHP) ........................... 30
3.2 Kerangka Operasional ....................................................................... 32

IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 35


4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 35
xv

4.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 36


4.3 Metode Pengambilan Sampel ............................................................. 36
4.4 Metode Analisis Data ......................................................................... 37

V GAMBARAN UMUM PENELITIAN ................................................. 43


5.1 Profil Agrowisata Bina Darma ........................................................... 43
5.2 Potensi Agrowisata Bina Darma ......................................................... 44
5.3 Permasalahan Agrowisata Bina Darma .............................................. 49
5.4 Karakteristik Wisatawan..................................................................... 53
5.4.1 Kelompok Wisatawan.............................................................. 53
5.4.2 Jumlah Kunjungan ................................................................... 57
5.4.3 Tujuan Kunjungan ................................................................... 58
5.4.4 Alasan Kunjungan ................................................................... 58
5.4.5 Ketersediaan Informasi mengenai Agrowisata Bina Darma ... 59
5.4.6 Biaya Perjalanan Berdasarkan Penggunaannya ....................... 60
5.4.7 Persepsi Wisatawan terhadap kondisi Agrowisata Bina
Darma ...................................................................................... 61

VI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN ANALISIS


PRAKELAYAKAN ............................................................................... 65
6.1 Daya Dukung Lingkungan Agrowisata Bina Darma ......................... 65
6.1.1 Hasil Analisis Kebutuhan Area dan Waktu Kunjungan
Wisatawan ............................................................................... 65
6.1.2 Hasil Analisis Daya Dukung Lingkungan, Koefisien Rotasi
dan Daya Tampung Wisatawan ............................................... 67
6.2 Analisis Prakelayakan Agrowisata Bina Darma ................................ 72
6.2.1 Nilai Net Present Value (NPV) ............................................... 74
6.2.2 Nilai Benefit-Cost Ratio (BCR) ............................................... 75
6.2.3 Nilai Internal Rate of Return (IRR) ......................................... 76
6.2.4 Nilai Payback Period (PP) ...................................................... 77
6.2.5 Sensitivitas Prakelayakan Agrowisata Bina Darma ................ 78

VII STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA AGRO


BERKELANJUTAN ............................................................................... 81
7.1 Kepentingan Aktor Pengembangan ................................................... 81
xvi

7.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan ........................ 83


7.3 Prioritas Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma .............. 92
7.4 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina
Darma yang Berkelanjutan ................................................................ 96
7.5 Implementasi Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma
Terpilih ............................................................................................. 100

VIII KESIMPULAN ...................................................................................... 105


8.1 Kesimpulan ....................................................................................... 105
8.2 Saran .................................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 107


LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 111
xvii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
4.1 Skala Utama Model AHP ......................................................................... 40
4.2 Contoh Matriks Perbandingan Berpasangan ............................................ 40
4.3 Matriks Penelitian..................................................................................... 41
5.1 Persentase Biaya Perjalanan berdasarkan Penggunaannya ...................... 61
5.2 Persepsi Wisatawan terhadap Kondisi Agrowisata Bina Darma.............. 62
6.1 Hasil analisis rata-rata kebutuhan area per individu dan rata-rata waktu
per kunjungan ........................................................................................... 66
6.2 Daya dukung lingkungan, koefisien rotasi dan daya tampung
wisatawan, jumlah wisatawan maksimal serta rasio kunjungan ............... 68
6.3 Hasil Analisis Prakelayakan Agrowisata Bina Darma ............................. 74
6.4 Hasil Analisis Sensitivitas Prakelayakan Agrowisata Bina Darma ......... 78
7.1 Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap aktor dalam
pengembangan Agrowisata Bina Darma .................................................. 82
7.2 Hasil analisis rasio kepentingan (bobot) setiap faktor pendukung
menurut pandangan aktor terkait .............................................................. 91
7.3 Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap opsi strategi dalam
pengembangan Agrowisata Bina Darma .................................................. 93
7.4 Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam
pandangan PEMDA ................................................................................. 94
7.5 Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait potensi pasar
dalam pandangan pengelola ..................................................................... 95
xviii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
3.1 Ilustrasi Model Hirarki AHP ................................................................... 32
3.2 Diagram Alir Kerangka Penelitian .......................................................... 33
4.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Ogan Ilir ................................... 35
4.2 Model Hierarki strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan ........................................................................................... 39
5.1 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Usia ............ 54
5.2 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 54
5.3 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pendidikan .. 55
5.4 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pekerjaan ... 55
5.5 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pendapatan . 56
5.6 Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Asal Daerah .................. 56
5.7 Persentase Frekuensi Kunjungan ke Agrowisata Bina Darma Setahun
Terakhir .................................................................................................. 57
5.8 Tujuan Kegiatan wisata oleh Wisatawan ............................................... 58
5.9 Alasan Kunjungan Wisatawan ke Agrowisata Bina Darma ................... 59
5.10 Ketersediaan Informasi mengenai Agrowisata Bina Darma ................... 60
7.1 Kepentingan Aktor dalam Pengembangan Agrowisata Bina Darma ..... 81
7.2 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan PEMDA ............. 84
7.3 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan Pengelola ........... 85
7.4 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan Wisatawan .......... 87
7.5 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan Lembaga
Pembina/Pendamping ............................................................................. 89
7.6 Kepentingan Faktor Pendukung Menurut Pandangan Aparat Desa
(Kepala Desa) .......................................................................................... 90
7.7 Hasil Analisis Pemilihan Strategi Pengembangan Agrowisata Bina
Darma yang Berkelanjutan (Berdasarkan Urutan Prioritas) ................... 93
7.8 Hasil Analisis Hierarki Strategi Pengembangan Agrowisata Bina
Darma yang Berkelanjutan ...................................................................... 99
xix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma 113

2. Analisis Prakelayakan Skenario Tiket Terusan Agrowisata Bina


Darma .................................................................................................... 115

3. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Sensitivitas 30%


Agrowisata Bina Darma ........................................................................ 117

4. Analisis Prakelayakan Skenario Tiket Terusan Sensitivitas 30%


Agrowisata Bina Darma ........................................................................ 119

5. Biaya Perjalanan Responden Wisatawan Berdasarkan


Penggunaannya ..................................................................................... 121

6. Tampilan Hierarki Pengembangan dalam Format Team EC 9.5 ......... 125

7. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Aktor Terkait ...... 125

8. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor


Pendukung dalam Pandangan PEMDA ................................................. 126

9. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor


Pendukung dalam Pandangan Pengelola ............................................... 126

10. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor


Pendukung dalam Pandangan Wisatawan ............................................. 127

11. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor


Pendukung dalam Pandangan Lembaga Pembina/ Pendamping .......... 127

12. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Faktor


Pendukung dalam Pandangan Aparat Desa (Kepala Desa) ................... 128

13. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait Investasi dalam Pandangan PEMDA ........................................ 128

14. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait Fasilitas dalam Pendangan PEMDA ......................................... 129

15. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait SDM dalam Pandangan Pengelola ........................................... 129

16. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait Potensi Pasar dalam Pandangan Pengelola ............................... 130
xx

17. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait Investasi dalam Pandangan Wisatawan ................................... 130

18. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait Fasilitas dalam Pandangan Wisatawan .................................... 131

19. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait Investasi dalam Pandangan Lembaga Pembina/Pendamping .. 131

20. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait Fasilitas Dalam Pandangan Lembaga Pembina/Pendamping .. 132

21. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait SDM dalam Pandangan Aparat Desa (Kepala Desa) .............. 132

22. Hasil Analisis Perbandingan Berpasangan Diantara Opsi Strategi


Terkait Potensi Pasar dalam Pandangan Aparat Desa (Kepala Desa) . 133

23. Perbandingan Kepentingan Strategi Terpilih (Meningkatkan Promosi


tentang Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan (S-PRMOSI))
dengan strategi S-CEGAH .................................................................... 133

24. Perbandingan Kepentingan Strategi Terpilih (Meningkatkan Promosi


Tentang Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan (S-PRMOSI))
dengan Strategi S-KUALIT .................................................................. 134

25. Perbandingan Kepentingan Strategi Terpilih (Meningkatkan Promosi


tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI))
dengan strategi S-PENDIK ................................................................... 134

26. Perbandingan Kepentingan Strategi Terpilih (Meningkatkan Promosi


tentang Agrowisata Bina Darma yang Berkelanjutan (S-PRMOSI))
dengan Strategi S-TRABUD................................................................. 135

27. Foto-foto Kawasan Agrowisata Bina Darma ........................................ 137

28. PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Juta Rp) .................................................................... 141

29. PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp) ..................................................... 142

30. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha ...................................................... 143
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Tahun 2010, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia sejak Tahun 2004 (5.321.165 kunjungan) hingga Tahun 2009 mencapai
6.452.259 kunjungan, dengan pertumbuhan mencapai 19,12 persen. Demikian
pula dengan kunjungan wisatawan nusantara, terus meningkat dimana pada tahun
2001 sebesar 103.884.000 orang (rata-rata perjalanan 1880 orang per hari) dengan
total pengeluaran Rp. 58,71 triliun. Pada Tahun 2009 meningkat menjadi
119.944.000 orang (rata-rata perjalanan 1.920 orang per hari) dengan total
pengeluaran mencapai Rp. 137,91 triliun. Hal ini menunjukkan sektor pariwisata
merupakan pilihan usaha yang prospektif untuk terus dikembangkan.
Menurut Kementerian Pertanian (2010), Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati (biodiversity) nomor tiga terbesar di dunia setelah Brazilia
dan Costa Rica. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai sumber plasma nutfah/genetik dan atau sebagai areal wisata. Demikian
pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, peluang untuk
mengembangkan berbagai komoditas pertanian pun semakin besar dengan
menerapkan sistem pengelolaan lahan yang sesuai. Hal ini tercemin pada berbagai
teknologi pertanian lokal yang berkembang di masyarakat dengan
menyesuaikannya dengan tipologi lahan. Keunikan-keunikan tersebut merupakan
aset yang dapat menarik bangsa lain untuk berkunjung/berwisata ke Indonesia.
Salah satu jenis wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia
adalah wisata agro. Potensi pengembangan wisata agro di Indonesia telah
mendapat perhatian serius dari pemerintah dengan membentuk Komisi Wisata
Agro (KWA) di bawah arahan Menteri Pertanian dengan menjalin kerjasama
dengan beberapa asosiasi, pengusaha wisata agro, dan instansi terkait seperti
AWAI (Asosiasi Wisata Agro Indonesia), ASITA (Asosiasi Tour and Travel), dan
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kementan, 2010).
Wisata agro merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan
usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas
2

pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.


Melalui pengembangan wisata agro yang menonjolkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi
lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi
lingkungan alaminya (Kementan, 2010).
Obyek wisata agro tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala
hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala
kecil yang karena keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Cara-
cara bertanam tebu, acara panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara-cara
penciptaan varietas baru tebu merupakan salah satu contoh obyek yang kaya
dengan muatan pendidikan. Cara pembuatan gula merah kelapa juga merupakan
salah satu contoh lain dari kegiatan yang dapat dijual kepada wisatawan yang
disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi
media promosi, karena dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula
merah yang dihasilkan pengrajin. Dengan datangnya masyarakat mendatangi
obyek wisata juga terbuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dan obyek
wisata agro yang bersangkutan, namun pasar dan segala kebutuhan masyarakat.
Wisata agro bukan semata merupakan usaha/bisnis dibidang jasa yang
menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara
yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian,
menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan signal bagi peluang
pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi
kawasan pertumbuhan baru wilayah. Dengan demikian maka wisata agro dapat
menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru deerah, sektor pertanian dan
ekonomi nasional.
Potensi wisata agro yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya
dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan
langkah-langkah kebijakan yang konkrit dan operasional guna tercapainya
kemantapan pengelolaan obyek wisata agro di era globalisasi dan otonomi daerah.
Sesuai dengan keunikan kekayaan spesifik lokasi yang dimiliki, setiap daerah dan
setiap obyek wisata dapat menentukan sasaran dan bidang garapan pasar yang
3

dapat dituju. Dalam pengembangan wisata agro, dibutuhkan kerjasama sinergis di


antara pelaku yang terlibat dalam pengelolaan wisata agro, yaitu masyarakat,
swasta dan pemerintah.
Wisata agro berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan dan
partisipasi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung,
sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sumberdaya
wisata agro, dilakukan sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan
estetika, dapat terpenuhi dengan memelihara integritas kultural, proses ekologi
yang esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan.
Salah satu lokasi wisata agro dimaksud adalah Agrowisata Bina Darma.
Agrowisata Bina Darma menerapkan konsep wisata agro yang ramah lingkungan
dengan panorama keindahan alam dan aneka fasilitas rekreasi, beralamatkan di Jl
Palembang- Indralaya KM 26 Pulau Semambu Kecamatan Indralaya, Ogan Ilir,
Sumatera Selatan, dengan total luas areal 30 ha yang sudah dikelola sebanyak 15
ha. Melalui wisata agro yang mendidik dan menghibur, memberikan pengenalan
dan pengetahuan pertanian dan rekreasi bagi masyarakat pengunjung dan
memberikan nilai tambah ekonomi bagi pemiliknya. Sebagai salah satu obyek
wisata agro yang mulai dikenal masyarakat, menjadi penting bagi Agrowisata
Bina Darma untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan wisata agro yang
berkelanjutan.
Agar industri pariwisata Agrowisata Bina Darma dapat berkelanjutan,
faktor lamanya waktu kunjungan dan jumlah belanja dari para wisatawan sangat
berperan. Pada kondisi sekarang, wisatawan yang datang ke Agrowisata Bina
Darma melakukan kunjungan untuk 1 (satu) hari atau diteruskan keesokan harinya
lagi apabila berupa kegiatan dari kantor mereka. Sedangkan kegiatan
pembelanjaan para wisatawan terdiri dari pembelian bibit tanaman, aneka sayuran
dan jamur yang ditanam pada kebun Agrowisata Bina Darma, serta pupuk kompos
dan obat tanaman.
Berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Agrowisata Bina Darma,
maka lokasi wisata agro ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata
agro berkelanjutan. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang studi pengembangan
wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma.
4

1.2 Perumusan Masalah


Menurut Sumarno (2008), dalam pengembangan kawasan wisata agro
yang berkelanjutan, pengelolaannya harus dilakukan secara terintegrasi dengan
sektor-sektor terkait seperti pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan,
perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan dan lain
sebagainya dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan.
Wisata agro dapat berkelanjutan apabila produk wisata agro yang ditampilkan
dapat harmonis dengan lingkungan lokal. Masyarakat akan peduli terhadap
sumberdaya wisata karena memberikan manfaat, sehingga masyarakat merasakan
kegiatan wisata sebagai suatu kesatuan dalam kehidupannya.
Agrowisata Bina Darma merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang pariwisata yang ada di wilayah Sumatera Selatan, dengan visi dan misi
menjadi tempat wisata alam yang terbaik di Sumatera Selatan dan menjadi
pelayan terbaik (Service Excellent.). Tempat ini mengemban konsep wisata agro
dengan harapan dimasa yang akan datang dapat lebih mengembangkan berbagai
fasilitas wisata yang berkaitan dengan bidang pertanian, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai media pendidikan, sarana rekreasi dan sekaligus juga
sebagai usaha (bisnis) di bidang pertanian. Sementara itu berbagai wahana
permainan yang telah disediakan dimaksudkan sebagai pelengkap atraksi wisata
bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini (Pengelola Agrowisata Bina
Darma, 2010).
Namun pada kenyataannya, didalam pengelolaan Agrowisata Bina Darma
ini, pihak pengelola menghadapi berbagai permasalahan. Salah satunya adalah
permasalahan yang menyangkut pengoperasian kawasan wisata agro ini sendiri.
Seperti terlihat saat ini, Agrowisata Bina Darma masih harus mengandalkan
kegiatan operasionalnya pada aneka wahana permainan yang ada, padahal
semestinya wahana permainan tersebut hanya sebagai pelengkap dalam bisnis
wisata agro. Hal ini dikarenakan, mayoritas wisatawan yang berkunjung, masih
bertujuan untuk mencoba berbagai wahana permainan, sementara hanya sebagian
saja yang melakukan kegiatan agro, meskipun pihak pengelola sendiri telah
menyediakan beberapa kegiatan wahana agrobisnis, seperti penjualan bibit
tanaman dan sayuran, kebun sayuran, rumah jamur, tempat pembuatan pupuk
5

kompos, bank sampah, tempat pemancingan ikan serta kebun buah yang masih
dalam tahap pengembangan. Secara otomatis, pendapatan yang diperoleh oleh
pihak pengelola Agrowisata Bina Darma ini sebagian besar masih bergantung
kepada pendapatan yang berasal dari wahana permainan yang tersedia,
dibandingkan dari sektor wisata agronya sendiri.
Lokasi dimana Agrowisata Bina Darma berada, pada awalnya merupakan
hamparan rawa lebak yang secara ekonomi kurang produktif. Tanaman yang
mendominasi wilayah ini adalah pohon gelam, dimana keberadaan jenis tanaman
ini mengindikasikan bahwa tanah tersebut mempunyai sifat asam dan tergolong
tanah yang kurang subur.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan wisata agro
ini adalah kurangnya tenaga ahli untuk setiap wahana permainan yang ada. Hal ini
mengakibatkan pihak pengelola masih harus mendatangkan tenaga ahli dari luar
daerah khususnya dari pulau Jawa. Ini berarti biaya yang dikeluarkan untuk
menggaji tenaga ahli tersebut akan lebih besar bila dibandingkan dengan
penggunaan tenaga ahli yang berasal dari daerah setempat. Permasalahan lain
yang tidak kalah penting adalah mulai munculnya para pesaing dalam industri
pariwisata ini di kota Palembang, misalnya telah dibukanya Water Park di daerah
Jakabaring, disamping pesaing lama dalam bisnis ini yaitu Fantasi Island yang
letaknya tidak jauh dari lokasi wisata agro ini sendiri. Walaupun Agrowisata Bina
Darma mengusung konsep wisata agro yang memberikan ciri khas tersendiri
dalam konsep wisata yang ditawarkan, namun karena masih tergantungnya roda
perekonomian tempat wisata ini dengan wahana-wahana permainan yang ada,
mengakibatkan munculnya tempat rekreasi yang baru tersebut berpengaruh
terhadap jumlah pengunjung Agrowisata Bina Darma sendiri. Hal ini membuat
pengelola Agrowisata Bina Darma harus berfikir dan bekerja keras lagi dalam
mempertahankan dan meningkatkan jumlah wisatawan.
Untuk mengantisipasi dampak negatif pariwisata, perlu pendekatan daya
dukung dalam pengelolaan wisata agro sesuai dengan batas-batas yang dapat
diterima. Daya dukung wisata agro dipengaruhi faktor motivasi wisatawan dan
faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Perspektif daya dukung pariwisata
tidak hanya terbatas pada jumlah kunjungan, namun juga meliputi aspek-aspek
6

lainnya seperti kapasitas ekologi (kemampuan lingkungan alam untuk memenuhi


kebutuhan wisatawan), kapasitas fisik (kemampuan sarana dan prasarana untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan), kapasitas sosial (kemampuan daerah tujuan
untuk menyerap pariwisata tanpa menimbulkan dampak negatif pada masyarakat
lokal), dan kapasitas ekonomi (kemampuan daerah tujuan untuk menyerap usaha-
usaha komersial namun tetap mewadahi kepentingan ekonomi lokal).
Berdasarkan hal tersebut, Agrowisata Bina Darma memiliki permasalahan
yang berkaitan dengan kondisi daya dukung lingkungan, dengan masih kurangnya
sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan misalnya sarana
penginapan yang direncanakan bagi para wisatawan berupa cottage tradisional
Kampung Bidar yang berada di atas permukaan air dengan menggunakan bahan
kayu dan bambu, walaupun sudah ada tapi belum dapat dimanfaatkan,
dikarenakan masih belum siap untuk ditempati, karena sarana penunjangnya
seperti jembatan menuju cottage belum seratus persen pembangunannya.
Kemampuan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, dari total
luas area 30 hektar, yang sudah dikelola sekarang adalah seluas 15 hektar, dimana
peruntukkannya adalah bagi restoran Gubuk Makan Mang Engking bersama
saung-saungnya, taman satwa, kolam pemancingan, serta aneka wahana
permainan seperti disebutkan sebelumnya, para wisatawan dapat mengakses
semua tempat-tempat tersebut. Sisanya sebanyak 15 hektar lagi, direncanakan
untuk lokasi Sport Centre, perluasan areal kampus Universitas Bina Darma,
pengembangan taman satwa dan Camping Ground, serta penambahan wahana-
wahana agro seperti kampung petani, kampung ternak, kampung kelinci, kampung
madu dan kampung keramik.
Untuk mencapai wisata agro yang berkelanjutan, diperlukan formulasi
strategi yang tepat dengan berbagai pertimbangan aspek terkait secara sinergi.
Suatu kebijakan yang dirumuskan dengan menyaring dan memilih tuntutan yang
harus dipenuhi dalam waktu bersamaan, terutama disebabkan jumlah dan kualitas
sumberdaya yang terbatas dibanding tuntutan atau kebutuhan. Permasalahan yang
dihadapi oleh pihak pengelola terkait dengan pemerintah setempat diantaranya
adalah terkait masalah prosedur yang kurang jelas. Idealnya peranan pemerintah
dalam upaya mengembangkan Agrowisata Bina Darma adalah berkaitan dengan
7

pembuatan dan penetapan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan wisata agro


itu sendiri. Pemerintah juga diharapkan memberikan pembinaan dan penyuluhan
untuk mendorong pengembangan Agrowisata Bina Darma. Fungsi pengawasan
dari pemerintah juga diperlukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan,
misalnya timbulnya masalah lingkungan akibat dari pengelolaan agrowisata Bina
Darma.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Agrowisata
Bina Darma, maka penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang analisis prakelayakan dan formulasi strategi pengembangan untuk
mencapai wisata agro berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma, dimana selama
ini belum ada yang melakukan penelitian dengan pokok bahasan tersebut di
Agrowisata Bina Darma ini. Berdasarkan hal tersebut, masalah penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah daya dukung lingkungan dalam pengembangan wisata agro
berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma?
2. Bagaimanakah prakelayakan dalam pengembangan wisata agro berkelanjutan
di Agrowisata Bina Darma?
3. Bagaimanakah strategi pengembangan wisata agro berkelanjutan di
Agrowisata Bina Darma ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan studi pengembangan
Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Secara khusus, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengestimasi daya dukung lingkungan dalam pengembangan wisata agro
berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma.
2. Mengestimasi prakelayakan dalam pengembangan wisata agro yang
berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma.
3. Memformulasi strategi pengembangan wisata agro berkelanjutan di Agrowisata
Bina Darma.
8

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi penentu
kebijakan, khususnya di bidang wisata agro dalam merumuskan program
pembangunan wisata agro yang berkelanjutan. Penelitian juga dapat bermanfaat
bagi pihak swasta yang membutuhkan data dan masalah lain yang berkaitan
dengan pengelolaan wisata agro berkelanjutan.
Selain pemerintah dan swasta, pihak lain yang cukup penting untuk
memperoleh nilai guna penelitian ini adalah masyarakat, khususnya pelaku usaha
wisata agro. Secara khusus penelitian ini berguna:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan di
bidang pengembangan kepariwisataan khususnya menyangkut wisata agro
berkelanjutan.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pelaku wisata agro
mengenai daya dukung lingkungan, prakelayakan dan formulasi strategi
pengembangan wisata agro berkelanjutan.
3. Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa maupun
peneliti serta referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Studi ini berupaya untuk menghitung daya dukung lingkungan terhadap
kunjungan wisatawan, melakukan analisis prakelayakan dan menformulasikan
strategi pengembangan yang tepat agar wisata agro yang berkelanjutan dapat
diwujudkan di Agrowisata Bina Darma.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Wisata Agro


2.1.1 Definisi dan Konsep Wisata Agro
Wisata agro merupakan bagian dari wisata alam yang memanfaatkan usaha
pertanian (agro) sebagai objek wisata. wisata agro menjadi kegiatan
kepariwisataan yang pada akhir-akhir ini telah dimanfaatkan oleh kalangan usaha
perjalanan untuk meningkatkan kunjungan wisata pada beberapa daerah tujuan
wisata agro. Wisata agro berasal dari terjemahan dari istilah Bahasa Inggris,
agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata/kepariwisataan.
Wisata agro adalah berwisata ke daerah pertanian. Dalam istilah sederhana,
agrotourism atau wisata agro didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata
dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau
kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian
aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal
perkebunan atau taman (www.farmstop.com). Sutjipta (2001) mendefinisikan,
wisata agro adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk
pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan
pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani.
Damardjati (1995:5) dalam bukunya “Istilah-istilah Dunia Pariwisata”
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wisata agro adalah wisata pertanian
dengan objek kunjungan daerah pertanian atau perkebunan yang sifatnya khas,
yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga berbagai aspek yang terkait
dengan jenis tumbuhan yang dibudidayakan itu telah menimbulkan motivasi dan
daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Aspek-aspek itu antara lain
jenis tanaman yang khas, cara budidaya dan pengelolaan produknya, penggunaan
teknik dan teknologi, aspek kesejarahannya, lingkungan alam dan juga sosial
budaya disekelilingnya.
Masih dalam konteks yang sama, Arifin (1992) dalam
http://www.namagraph.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4
4:agrowisata-wisata-lanskap-pertanian&catid=18:arsitektur-lanskap&Itemid=77
berpendapat bahwa wisata agro adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang
10

dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam


kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan
lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai
dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk
pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Wisata agro tersebut ikut melibatkan
wisatawan dalam kegiatan-kegiatan pertanian. Senada dengan pendapat Arifin,
Nurisjah (2001) dalam http://www.namagraph.com/index.php?option=com_
content&view=article&id=44:agrowisata-wisata-lanskap-pertanian&catid=18:
arsitektur-lanskap&Itemid=77, mengatakan bahwa agrotourism, wisata agro atau
wisata pertanian merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dan aktivitas
pertanian.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), pengertian wisata agro juga
terdapat dalam Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri
Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Nomor: 204/KPTS/30 HK/050/4/1989 dan
Nomor KM. 47/PW.DOW/MPPT/89 Tentang Koordinasi Pengembangan Wisata
Agro, yang mendefinisikan wisata agro sebagai suatu bentuk kegiatan pariwisata
yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan, perjalanan, rekreasi dan hubungan usaha di bidang
pertanian. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa wisata agro adalah kawasan agro (pertanian) yang diperuntukkan secara
khusus, dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan rekreasi
masyarakat.

2.1.2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Wisata Agro


Upaya pengembangan wisata agro secara garis besar mencakup aspek
pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan
sarana, dan kelembagaan (http://database.deptan.go.id). Selanjutnya aspek-aspek
tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a) Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat
berperan penting dalam keberhasilan pengembangan wisata agro. Kemampuan
pengelola wisata agro dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan,
mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus
11

sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam


mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai
sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu
dan keterampilan menjual produk wisata sangat menentukan. Pengetahuan
pemandu wisata seringkali tidak hanya terbatas kepada produk dari objek wisata
yang dijual tetapi juga pengetahuan umum terutama hal-hal yang lebih mendalam
berkaitan dengan produk wisata tersebut.
b) Promosi
Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan wisata
agro. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti
melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan
atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat public (hotel,
restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara objek wisata
agro dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan.
Salah satu metoda promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan objek
wisata agro adalah metoda "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada calon
konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan
menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa
betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua
dan berantai dengan sendirinya.
c) Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha wisata agro sangat
mengandalkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam dan
lingkungan tersebut mencakup sumberdaya objek wisata yang dijual serta
lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan
kelestarian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan yang dijual sangat
menentukan keberlanjutan usaha wisata agro. Kondisi lingkungan masyarakat
sekitar sangat menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun
objek wisata yang ditawarkan namun apabila berada di tengah masyarakat tidak
menerima kehadirannya akan menyulitkan dalam pemasaran objek wisata. Antara
usaha wisata agro dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan terdapat
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha wisata agro
12

berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan lingkungan yang


lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat diciptakan
sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari.
d) Dukungan Sarana dan Prasarana
Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-
kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan
akomodasi dan transportasi sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya.
Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan
suasana santai serta kesan bersih dan aman merupakan aspek penting yang perlu
diciptakan.
e) Kelembagaan
Pengembangan wisata agro memerlukan dukungan semua pihak,
pemerintah, swasta terutama pengusaha wisata agro, lembaga yang terkait seperti
perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat.
Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya wisata
agro dalam bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah
terbatas kepada pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan.
Untuk itu kerjasama baik antara pengusaha objek wisata agro, maupun antara
objek wisata agro dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan
lainnya) sangat penting. Terobosan kegiatan bersama dalam rangka lebih
mengembangkan usaha agro diperlukan.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), terdapat beberapa manfaat
wisata agro, antara lain:
a) Meningkatkan konservasi lingkungan
Pengembangan dan pengelolaan wisata agro yang obyeknya benar-benar
menyatu dengan lingkungan alamnya harus memperhatikan kelestarian
lingkungan. Jangan sampai pembuatan atau pengembangannya merugikan
lingkungan. Nilai-nilai konservasi yang ditekankan pada keseimbangan ekosistem
yang ada menjadi salah satu tujuan pengelolaan wisata agro.
b) Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam
Pengembangan setiap komponen obyek tentunya perlu dipertimbangkan
secara masak. Jangan sampai pembuatan unsur-unsur tambahan, seperti fasilitas
13

bangunan, justru menurunkan nilai keindahannya. Walaupun disajikan secara


artifisial, tetapi unsur-unsurnya hendaknya dibuat sedemikian rupa agar menyatu
dengan alam. Oleh karenanya, dalam pembuatan wisata agro diperlukan
perencanaan tata letak, arsitektur bangunan, dan lansekap yang tepat.
c) Memberikan nilai rekreasi
Sebagai tempat rekreasi, pengelola wisata agro perlu membuat atau
menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang atau paket-paket acara yang dapat
menimbulkan kegembiraan di tengah alam.
d) Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
Pengelolaan dan peningkatan kualitas tempat wisata agro antara lain
membina hubungan dengan lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan. Para
peneliti dan mahasiswa diberi kesempatan melakukan penelitian di areal wisata
agro. Bentuk kerja sama ini tentunya akan sangat berguna bagi kedua belah pihak.
Pihak pengelola wisata agro menyediakan tempat dan sarana penelitian,
sedangkan para peneliti dapat menyumbangkan hasil penelitian bagi
pengembangan obyek wisata agro selanjutnya.
e) Mendapatkan keuntungan ekonomi
Keuntungan ekonomi ini tentu sangat erat kaitannya dengan tujuan
pengelolaan wisata agro itu. Keuntungan tersebut tidak hanya bagi pengelola
wisata agro itu, tetapi juga bagi masyarakat di sekitarnya, pemerintah daerah, dan
negara pada umumnya.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu wisata agro
dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata,
diidentifikasikan oleh Syamsu (2001) sebagai berikut:
a) Kelangkaan
Jika wisatawan melakukan wisata di suatu kawasan wisata agro,
wisatawan mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang
mengandung unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang
ditemukan pada saat ini.
b) Kealamiahan
Kealamiahan atraksi wisata agro, juga akan sangat menentukan
keberlanjutan dari wisata agro yang dikembangkan. Jika objek wisata tersebut
14

telah tercemar atau penuh dengan kepalsuan, pastilah wisatawan akan merasa
sangat tertipu dan tidak mungkin berkunjung kembali.
c) Keunikan
Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dengan
objek wisata yang ada. Keunikan dapat saja berupa budaya, tradisi, dan
teknologi lokal dimana objek wisata tersebut dikembangkan.
d) Pelibatan Tenaga Kerja
Pengembangan wisata agro diharapkan dapat melibatkan tenaga kerja
setempat, setidak-tidaknya meminimalkan tergusurnya masyarakat lokal
akibat pengembangan objek wisata tersebut.
e) Optimalisasi Penggunaan Lahan
Lahan-lahan pertanian atau perkebunan diharapkan dapat dimanfaatkan
secara optimal, jika objek wisata agro ini dapat berfungsi dengan baik. Tidak
ditemukan lagi lahan tidur, namun pengembangan wisata agro ini berdampak
positif terhadap pengelolaan lahan, jangan juga dieksploitasi dengan semena-
mena.
f) Keadilan dan Pertimbangan Pemerataan
Pengembangan wisata agro diharapkan dapat menggerakkan
perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petani/desa,
penanam modal/investor, regulator. Dengan melakukan koordinasi didalam
pengembangan secara detail dari input-input yang ada.
g) Penataan Kawasan
Wisata agro pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang
mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk
objek wisata yang menarik.
Menurut Spillane (1994), untuk dapat mengembangkan suatu kawasan
menjadi kawasan pariwisata (termasuk juga wisata agro) ada lima unsur yang
harus dipenuhi seperti dibawah ini:
a) Attractions
Dalam konteks pengembangan wisata agro, atraksi yang dimaksud adalah,
hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya
15

petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas


pertanian tersebut.
b) Facilities
Fasilitas yang diperlukan mungkin penambahan sarana umum,
telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.
c) Infrastructure
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, Jaringan
komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan
energi, sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan raya dan sistem
keamanan.
d) Transportation
Transportasi umum, terminal bis, sistem keamanan penumpang, sistem
informasi perjalanan, tenaga Kerja, kepastian tarif, peta kota/objek wisata.
e) Hospitality
Keramah-tamahan masyarakat akan menjadi cerminan keberhasilan
sebuah sistem pariwisata yang baik.
Pemilihan lokasi wilayah pertanian yang akan dijadikan objek wisata agro
perlu dipertimbangkan, di antaranya mempertimbangkan kemudahan mencapai
lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan
agroindustri. Pemilihan lokasi juga dapat dilihat berdasarkan karakteristik alam,
apakah merupakan dataran rendah atau dataran tinggi, pantai, dan danau/waduk.
Pemilihan juga dapat dilakukan dengan melihat potensi daerah seperti sentra
produksi pertanian, letak daerah yang strategis, sejarah dan budaya ataupun
pemilihan dilakukan dengan melihat potensi wisata agro suatu wilayah
(http://lampungpost.com).

2.2. Manajemen Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan


2.2.1. Wisata Agro Berkelanjutan
Wisata agro yang berkelanjutan adalah wisata agro yang tetap
mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam. Wisata agro berkelanjutan harus bertitik tolak dari kepentingan
dan partisipasi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan wisatawan/
pengunjung, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan kata lain
16

bahwa pengelolaan sumberdaya wisata agro dilakukan sedemikian rupa sehingga


kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi dengan memelihara
integritas kultural, proses ekologi yang esensial, keanekaragaman hayati dan
sistem pendukung kehidupan.
National Geograpic Online dalam The Global Development Research
Center (2002) mendifinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai berikut:
(1) Pariwisata yang memberikan penerangan. Wisatawan tidak hanya belajar
tentang kunjungan (negara/daerah yang dikunjungi) tetapi juga belajar
bagaimana menyokong kelangsungan karakter (negara/daerah yang
dikunjungi) selama dalam perjalanan mereka. Sehingga masyarakat yang
dikunjungi dapat belajar (mengetahui) bahwa kebiasaan dan sesuatu yang
sudah biasa dapat menarik dan dihargai oleh wisatawan;
(2) Pariwisata yang mendukung keutuhan (integritas) dari tempat tujuan.
Pengunjung memahami dan mencari usaha yang dapat menegaskan
karakter tempat tujuan wisata mengenai hal arsitektur, masakan, warisan,
estetika dan ekologinya;
(3) Pariwisata yang menguntungkan masyarakat setempat. Pengusaha
pariwisata melakukan kegiatan yang terbaik untuk mempekerjakan dan
melatih masyarakat lokal, membeli persediaan-persediaan lokal, dan
menggunakan jasa-jasa yang dihasilkan dari masyarakat lokal;
(4) Pariwisata yang melindungi sumber daya alam. Dalam pariwisata ini
wisatawan menyadari dan berusaha untuk meminimalisasi polusi,
konsumsi energi, penggunaan air, bahan kimia dan penerangan di malam
hari;
(5) Pariwisata yang menghormati budaya dan tradisi. Wisatawan belajar dan
melihat tata cara lokal termasuk menggunakan sedikit kata-kata sopan dari
bahasa lokal. Masyarakat lokal belajar bagaimana memperlakukan/
menghadapi harapan wisatawan yang mungkin berbeda dari harapan yang
mereka punya;
(6) Pariwisata ini tidak menyalahgunakan produk. Stakeholder mengantisipasi
tekanan pembangunan (pariwisata) dan mengaplikasikan batas-batas dan
teknik-teknik manajemen untuk mencegah sindrom kehancuran (loved to
17

death) dari lokasi wisata. Stakeholder bekerjasama untuk menjaga habitat


alami dari tempat tempat warisan budaya, pemandangan yang menarik dan
budaya lokal;
(7) Pariwisata ini menekankan pada kualitas, bukan kuantitas (jumlah).
Masyarakat menilai kesuksesan sektor pariwisata ini tidak dari jumlah
kunjungan belaka tetapi dari lama tinggal, jumlah uang yang dibelanjakan,
dan kualitas pengalaman yang diperoleh wisatawan;
(8) Pariwisata ini merupakan perjalanan yang mengesankan. Kepuasan,
kegembiraan pengunjung dibawa pulang (ke daerahnya) untuk kemudian
disampaikan kepada teman-teman dan kerabatnya, sehingga mereka
tertarik untuk memperoleh hal yang sama, hal ini secara terus menerus
akan menyediakan kegiatan di lokasi tujuan wisata.
Jamieson dan Noble (2000) menuliskan beberapa prinsip penting dari
pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu:
1. Pariwisata tersebut mempunyai prakarsa untuk membantu masyarakat agar
dapat mempertahankan kontrol/pengawasan terhadap perkembangan
pariwisata tersebut;
2. Pariwisata ini mampu menyediakan tenaga kerja yang berkualitas kepada dan
dari masyarakat setempat dan terdapat pertalian yang erat (yang harus dijaga)
antara usaha lokal dan pariwisata;
3. Terdapat peraturan tentang perilaku yang disusun untuk wisatawan pada
semua tingkatan (nasional, regional dan setempat) yang didasarkan pada
standar kesepakatan internasional. Pedoman tentang operasi pariwisata,
taksiran penilaian dampak pariwisata, pengawasan dari dampak komulatif
pariwisata, dan ambang batas perubahan yang dapat diterima merupakan
contoh peraturan yang harus disusun;
4. Terdapat program-program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
serta menjaga warisan budaya dan sumber daya alam yang ada.
Prinsip-prinsip penting pembangunan pariwisata berkelanjutan yang
dimaksud adalah ”Berbasis Masyarakat”. Tentu saja prinsip-prinsip tersebut
paling kental pada wisata agro, selain secara geografis berada di pedesaan juga
18

secara sistem, langsung menyentuh lapisan masyarakat pada level paling bawah
(petani kecil) baik secara langsung maupun tidak langsung.
Prinsip ini menekankan keterlibatan masyarakat secara langsung, terhadap
seluruh kegiatan pembangunan pariwisata dari mulai perencanaan, pelaksanaan
hingga pengawasan. Masyarakat diletakkan sebagai faktor utama, yang memiliki
kepentingan berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui upaya konservasi serta pemanfaatan
sumber daya alam dengan dilandaskan pada opsi pemilikan sendiri sarana dan
prasarana pariwisata oleh masyarakat setempat, kemitraan dengan pihak swasta
dan sewa lahan atau sumber daya lainnya baik oleh masyarakat maupun kerja
sama dengan swasta.

2.2.2. Pengembangan Wisata Agro


Pengembangan sebuah tempat wisata harus menggunakan pendekatan
yang berkelanjutan karena sumberdaya alam, lingkungan, dan budaya yang
terpelihara dan terjaga kualitasnya merupakan potensi dan modal utama yang
dapat menarik kedatangan wisatawan dan juga dapat memberikan pengalaman
yang memuaskan bagi wisatawan.
Tiga elemen kunci yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
wisata yang berkelanjutan, yaitu 1) Quality of the experiences; 2) Quality of the
resources; dan 3) Quality of life. Keserasian, keharmonisan hubungan antara
ketiga elemen tersebut mencerminkan dasar dari pembangunan yang
berkelanjutan. Dengan pendekatan wisata agro yang berkelanjutan, kualitas
pengalaman wisatawan, kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat
diharapkan dapat terjaga keberlanjutannya. Di samping itu, sumberdaya alam
dan budaya masyarakat dapat terus berjalan seiring dengan kepuasan wisatawan,
pecinta lingkungan dan masyarakat lokal tetap terjalin dengan baik (Schouten,
1992, dalam Lubis, 2006).
Pengembangan kawasan wisata agro juga menuntut pengelolaan ruang
(tata ruang) yang lebih menyeluruh baik yang meliputi pengaturan, evaluasi,
penertiban maupun peninjauan kembali pemanfaatan ruang sebagai kawasan
wisata agro, baik dari sisi ekologi, ekonomi maupun sosial budaya. Penataan
kawasan wisata agro ini sangat mungkin beririsan dengan pemanfaatan kawasan
19

lain seperti kawasan pemukiman atau kawasan industri. Dalam hal ini perlu
dilakukan prioritas dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang. Oleh
karena itu dalam pengembangannya diperlukan pendekatan kawasan yang bukan
hanya meliputi sisi ekologi, tetapi juga sosial budaya dan ekonomi. Sehingga
dalam jangka panjang, bukan hanya pelestarian daya dukung lingkungan saja yang
tercapai, tetapi juga pertumbuhan ekonomi yang stabil serta budaya yang lestari.
Pengembangan kawasan wisata agro juga harus dilakukan secara
terintegrasi dengan sektor-sektor terkait seperti pertanian, peternakan, perikanan,
pengolahan, perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan dan
sebagainya dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan.
Wisata agro dapat merupakan pengembangan dari sektor lain yang diharapkan
mampu menunjang pengembangan ekonomi secara berkelanjutan, misalnya
pengembangan kawasan wisata agro pada kawasan agropolitan, pengembangan
kawasan wisata agro pada kawasan perkebunan, pengembangan kawasan wisata
agro pada tanaman pangan dan hortikultura, pengembangan kawasan wisata agro
pada kawasan peternakan, pengembangan kawasan wisata agro pada kawasan
perikanan darat dan lain sebagainya.
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996), kegiatan pengelolaan
kawasan wisata agro dimulai dengan perencanaan yang matang, dimana dalam
perencanaan dikumpulkan sejumlah data-data yang berguna bagi persiapan dan
pengembangan suatu kawasan wisata agro. Prinsip yang harus dipegang dalam
sebuah perencanaan wisata agro yaitu:
1. Sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat wisata agro itu berada.
2. Dibuat secara lengkap tetapi sesederhana mungkin.
3. Mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di
sekitarnya.
4. Selaras dengan sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan
teknik-teknik yang ada.
5. Perlu sesuai dengan perkembangan yang ada.
Masih dalam konteks yang sama Sumarno (2008) mengemukakan bahwa
terdapat beberapa prinsip dalam pengembangan kawasan wisata agro, yaitu
sebagai berikut:
20

a. Pengembangan kawasan wisata agro harus mempertimbangkan penataan dan


pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi,
ekologi maupun sosial budaya setempat. Pengembangan kawasan wisata agro
perlu mempertimbangkan RTRWN yang lebih luas sebagai dasar
pengembangan kawasan, mendorong apresiasi yang lebih baik bagi
masyarakat luas tentang pentingnya pelestarian sumber daya alam yang
penting dan karakter sosial budaya, dan menghargai dan melestarikan
keunikan budaya, lokasi dan bangunan-bangunan bersejarah maupun
tradisional.
b. Pengembangan fasilitas dan layanan wisata yang mampu memberikan
kenyamanan pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat
setempat. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memberikan nilai tambah bagi
produk-produk lokal dan meningkatkan pendapatan sektor agro, merangsang
tumbuhnya investasi bagi kawasan wisata agro sehingga menghidupkan
ekonomi lokal, merangsang tumbuhnya lapangan kerja baru bagi penduduk
lokal, menghidupkan gairah kegiatan ekonomi kawasan wisata agro dan
sekitarnya, dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya lokal.
c. Pengembangan kawasan wisata agro harus mampu melindungi sumber daya
dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat. Pengembangan
kawasan wisata agro ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar semata, tetapi
harus dalam koridor melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi
komoditas utama pengembangan kawasan. Penggalian terhadap nilai-nilai,
lokasi, kegiatan, atraksi wisata yang unik ditujukan untuk mendorong
pertumbuhan kawasan wisata agro secara berkelanjutan.
d. Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitive) dan
melibatkan pihak-pihak yang relevan baik dari unsur masyarakat, swasta
maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan perencanaan &
pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta
terdokumentasi dengan baik.

2.3. Strategi Pengembangan Wisata Agro Berkelanjutan


Pengembangan wisata agro berbasis kawasan merupakan pengembangan
kawasan yang tumbuh dan berkembang dengan memadukan berbagai kelebihan
21

dan keuntungan agribisnis dengan kegiatan wisata secara berkelanjutan. Hal ini
memerlukan rencana pengembangan yang menyentuh hal-hal yang paling
mendasar baik dari sisi penataan wilayah dan kawasan, pengelolaan sumber daya
lokal (baik alam, penduduk, ekonomi, sosial maupun budaya). Penetapan dan
pengembangan kawasan wisata agro dapat dilakukan pada beberapa kawasan
secara terpadu seperti kawasan sentra produksi pertanian dengan kawasan danau
dan sungai. Dengan demikian kawasan wisata agro bukanlah kawasan yang secara
khusus diperuntukkan bagi industri wisata, melainkan dapat saja berupa kawasan
lain dengan memberikan pengembangan fasilitas, kegiatan serta promosi wisata.
Fandeli dan Nurdin (2005), berpendapat bahwa arah pengembangan dasar
kebijakan ekowisata yang dapat diterapkan dalam kebijakan wisata agro, antara
lain:
1. Lingkungan alam dan sosial budaya harus menjadi dasar pengembangan
pariwisata dengan tidak membahayakan kelestariannya.
2. Wisata agro bergantung pada kualitas lingkungan alam dan sosial budaya yang
baik. Keduanya menjadi pondasi untuk meningkatkan ekonomi lokal dan
kualitas kehidupan masyarakat yang timbul dari industri pariwisata.
3. Keberadaan organisasi yang mengelola agar tetap terjaga kelestariannya,
berkaitan dengan pengelolaan yang baik dari dan untuk wisatawan; saling
memberikan informasi dan pengelolaan dengan operator wisata, masyarakat
lokal dan mengembangkan potensi ekonomi yang sesuai.
Dalam hal ini, Sumarno (2008) berpendapat bahwa arah pengembangan
kawasan wisata agro harus mampu menyentuh komponen-komponen kawasan
secara mendasar. Hal ini antara lain meliputi:
1. Pemberdayaan masyarakat pelaku wisata agro
2. Pengembangan pusat-pusat kegiatan wisata sebagai titik pertumbuhan.
3. Pengembangan sarana dan prasarana yang menunjang.
4. Adanya keterpaduan antar kawasan yang mendukung upaya peningkatan dan
pelestarian daya dukung lingkungan serta sosial dan budaya setempat.
5. Adanya keterpaduan kawasan wisata agro dengan rencana tata ruang wilayah
daerah dan nasional.
22

Selanjutnya Sumarno (2008) menyatakan bahwa strategi dan arah


kebijakan pengembangan kawasan wisata agro sekurang-kurangnya dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Adanya pedoman pengelolaan ruang kawasan wisata agro sebagai bagian dari
RTRWN, yang berupa strategi pola pengembangan kawasan wisata agro
tersebut.
2. Penetapan kawasan wisata agro dilakukan berdasarkan studi kelayakan yang
secara mendasar mempertimbangkan kelayakan ekologis, kelayakan
ekonomis, kelayakan teknis (agroklimat, kesesuaian lahan, dll), dan kelayakan
sosial budaya.
3. Pengembangan kawasan wisata agro harus melalui tahapan-tahapan yang jelas
dan terarah. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
a. Persiapan Kawasan Wisata Agro
Merupakan rencana pengembangan jangka pendek antara 0-1 tahun.
Kawasan ini merupakan daerah potensi pengembangan yang diidentifikasi
memiliki potensi yang layak dikembangkan karena kekayaan alamnya dan
topologinya, peruntukan maupun sosial budaya. Kawasan ini dapat juga
berupa kawasan yang diarahkan untuk kawasan wisata agro, misalnya
kawasan bantaran sungai atau danau yang akan direhabilitasi. Melalui
pengembangan fasilitas yang mendukung, daerah ini dapat dikembangkan
sebagai kawasan wisata agro.
b. Pra Kawasan Wisata Agro
Merupakan rencana pengembangan jangka menengah 1 – 5 tahun, dimana
kawasan mulai dikembangkan sesuai dengan arah perencanaan dan
pengembangan. Pada tahap ini kawasan sudah mulai berkembang dan
kegiatan wisata agro sudah mulai berjalan. Hal ini dapat dicirikan dengan
adanya kesadaran yang mulai tumbuh di masyarakat tentang
pengembangan kawasan wisata agro di daerahnya serta kegiatan agribisnis
dan wisata agro yang berjalan bersama secara serasi. Kegiatan
pengembangan sumber daya manusia dan lingkungan pada tahap ini harus
dilakukan secara intensif, untuk mempersiapkan sebuah kawasan dengan
kesadaran wisata agro.
23

c. Tahap Kawasan Wisata Agro


Pada tahap ini kawasan sudah mapan sebagai kawasan wisata agro. Pada
tahapan ini kawasan wisata agro sudah berkembang dan memiliki ciri-ciri
seperti: optimalisasi sumberdaya alam, adanya pusat-pusat kegiatan wisata
terpadu dengan berbagai kegiatan budidaya, pengolahan dan pemasaran;
minimalnya dampak lingkungan yang terjadi; pemberdayaan masyarakat
lokal, seni, sosial dan budaya.
4. Pengembangan kawasan wisata agro dalam jangka panjang berorientasi pada
pelestarian daya dukung lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini menuntut
pola agribisnis yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan karakter dan
kesesuaian lahan, memiliki dampak lingkungan minimal (misalnya tidak
diperkenankan penggunaan pestisida secara berlebihan atau aplikasi pestisida
organik yang aman secara ekologis). Berbagai kebijakan, program, prosedur
dan petunjuk pelaksanaan harus dirumuskan secara lebih rinci dengan
melibatkan berbagai pihak terkait.
5. Pengembangan kawasan wisata agro diharapkan mampu memelihara dan
bahkan memperbaiki daya dukung lingkungan dan kelestarian sumber daya
alam secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Upaya-upaya pelestarian
flora dan fauna yang mulai langka diharapkan dapat dilakukan dan
memberikan nilai ekonomi bagi pelaku usaha wisata agro misalnya dengan
mengembangkan kawasan budidaya tanaman obat atau tanaman pangan yang
sudah mulai jarang dikonsumsi pada masyarakat modern. Hal ini dapat juga
dilakukan pada bidang peternakan dan perikanan.
6. Manfaat Pengembangan wisata agro (warta penelitian dan pengembangan
pertanian vol 24 no, 1, 2002). Pengembangan wisata agro sesuai dengan
kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung
terhadap kelestarian sumberdaya lahan dan pendapatan petani dan masyarakat
sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung meningkatkan persepsi positif
petani serta masyarakat di sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian
sumberdaya lahan pertanian. Pengembangan wisata agro pada gilirannya akan
menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga
kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi
24

arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat
diperoleh dari wisata agro antara lain adalah melestarikan sumberdaya alam,
melestarikan teknologi lokal dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat
sekitar lokasi wisata.
Dalam kaitannya dengan pengembangan wisata agro sebagai kerangka
pengembangan masyarakat petani pada kehidupan yang lebih baik, maka
diperlukan gerakan serentak (Sutjipta, 2001), berupa:
1. Menjaga kelestarian lingkungan: Pengembangan Pariwisata harus
memperhatikan kelestarian lingkungan karena jika lingkungan rusak mustahil
pariwisata bisa terus berkembang.
2. Pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana: Sumberdaya alam yang ada
bukan untuk dinikmati oleh generasi sekarang saja tetapi untuk anak cucu kita
juga, dari sinilah diharapkan kita tidak melakukan ekploitasi alam dengan
semena-mena.
3. Keseimbangan antara konsumsi dan produksi: berproduksi sesuai dengan
permintaan pasar, bukan melakukan penawaran secara berlebihan sehingga
tercipta kondisi over suplay, jika kondisi ini terjadi maka segala sesuatu akan
bernilai rendah.
4. peningkatan sumber daya manusia: Jika sumberdaya manusia tidak cakap,
maka ada potensi dalam waktu panjang SDM yang ada akan tergusur oleh
SDM global yang lebih potensi dan kompeten, disinilah diperlukan
pengembangan SDM secara terus menerus.
5. Pemberantasan kemiskinan: Program-program yang ditawarkan oleh
pemerintah sebaiknya tidak hanya memberikan kemudahan bagi kapitalis
tetapi juga sebaiknya memperhatikan masyarakat petani yang sebagian besar
tergolong miskin bahkan melarat.

2.4. Penelitian Terdahulu


Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu tahun 2004,
Gune Purnamasari melakukan penelitian dengan judul Kajian Pengembangan
Produk Wisata Alam berbasis Ekologi di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember
Kabupaten Bogor. Kriteria yang digunakan untuk menentukan produk wisata alam
berbasis ekologi yang dipilih ditentukan berdasarkan aspek sumberdaya alam,
25

karakteristik pengunjung, dukungan stakeholder dan masyarakat serta sarana dan


prasarana, dilihat dari kegiatan menikmati produk wisata air terjun, pengobatan
dengan air terjun, tracking, menikmati pemandangan alam, kemping, outbond,
serta pengamatan flora, fauna dan kupu-kupu. Dari kegiatan-kegiatan menikmati
produk wisata yang diidentifikasi selanjutnya dianalisis berdasarkan AHP
(Analitical Hierarchy Process). Produk wisata alam berbasis ekologi dari yang
tertinggi hingga terendah adalah:
1. Menikmati air terjun (0,2766) 6. Pengamatan flora (0,0665)
2. Menikmati pemandangan alam (0,1623) 7. Pengamatan kupu-kupu (0,0563)
3. Kemping (0,1405) 8. Pengamatan fauna lainnya (0,0525)
4. Tracking (0,1073) 9. Outbound (0,0380)
5. Pengobatan dengan air terjun (0,0885)

Penelitian selanjutnya telah dilakukan oleh Halomoan Hutajulu (2010)


dengan judul Kerugian Ekonomi Negara Akibat Penebangan Liar dan Dampak
Kerusakan Hutan Cagar Alam Pegunungan Cycloops (CAPC) terhadap
masyarakat di Distrik Sentani Kabupaten Jayapura. Hasil penelitian menggunakan
analisis AHP menunjukkan untuk mengatasi kerusakan hutan Cycloops pada
tataran kepentingan stakeholder yakni stakeholder LMA dan masyarakat dengan
nilai masing-masing sebesar 0,30. Pendekatan kebijakan yang paling tepat adalah
kebijakan hutan lestari dan ramah lingkungan sebesar 0,66 nilai rasio konsistensi
sebesar 0,04. Sedangkan alternatif kebijakan pengembangan kawasan CAPC,
kebijakan pemberdayaan masyarakat hutan dengan bobot nilai rata-rata 0,34.
Penelitian berjudul Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Bahan Bakar
Nabati Berbasis Kelapa di Propinsi Sulawesi Utara, dilakukan oleh Andriani
Rahayu pada tahun 2011. Penelitian ini melakukan analisis finansial, dengan dua
pendekatan, yaitu analisis biaya per kWh dan analisis Benefit Cost Ratio (BCR),
yang terdiri atas analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
dan Pay Back Period (PBP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan
ekonomi kelapa sebagai bahan baku BBN melihat dua aspek perhitungan, yaitu
usahatani komoditas kelapa dan industri biodiesel. Investasi usahatani komoditas
kelapa berdasarkan indikator ekonomi (NPV, IRR, B/C) layak dilakukan apabila
pengembangan industri BBN mampu menawarkan harga komoditas kelapa sama
26

atau lebih tinggi dengan harga pasar saat ini, maka secara ekonomi akan ada
insentif bagi usahatani kelapa untuk mengembangkan usahanya melalui
intensifikasi maupun perluasan areal. Investasi industri biodiesel kelapa (pabrik),
berdasarkan indikator ekonomi layak dilakukan dengan harga biodiesel Rp 9.000
perliter. Namun, dengan harga biodiesel-10 (non subsidi) sebesar Rp 7.000,- per
liter maka usaha pengembangan cocodiesel hanya mungkin dilakukan dalam skala
kecil baik perorangan atau kelompok tani.
Penelitian tentang analisis dari daya dukung lingkungan dilakukan oleh
Ahmad Bahar tahun 2004 dengan judul ”Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung
Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanateke
Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan daya dukung
kawasan dari aktivitas mengamati burung (10m2/orang), memandang alam
(10m2/orang), jalan-jalan (10m2/orang), pemotretan (10m2/orang) dan interpretasi
alam (20m2/orang).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Penekanan penelitian ini adalah menghitung daya dukung lingkungan terhadap
kunjungan wisatawan, menghitung analisis prakelayakan, dan memformulasi
strategi pengembangan untuk mewujudkan Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis


3.1.1 Daya Dukung Lingkungan
Carrying capacity atau daya dukung lingkungan mengandung pengertian
kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara
optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula
diartikan kemampuan lingkungan memberikan kehidupan organisme secara
sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan (Soemarwoto,
1997).
Menurut Hadi (2005), Appropriated carrying capacity adalah lahan yang
dibutuhkan untuk dapat menyediakan sumber daya alam dan mengabsorbsi limbah
yang dibuang. Konsep daya dukung lahan ini menjadi alat untuk menguji lahan
yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas ekonomi kita.
Selanjutnya, daya dukung lingkungan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Libosada, 1998):

area yang digunakan wisatawan


Carrying Capacity (CC) = --------------------------------------------
rata-rata kebutuhan area per individu

Daya tampung wisatawan per hari = CC X koefisien rotasi

Di mana koefisien rotasi diperoleh dari:

Jumlah jam area terbuka untuk wisatawan


Koefisien Rotasi = -------------------------------------------------
Rata-rata waktu satu kunjungan

3.1.2 Pendekatan Analisis Biaya dan Manfaat


Analisis manfaat dan biaya merupakan penerapan konsep ekonomi
kesejahteraan modern yang ditujukan untuk memperbaiki efisiensi ekonomi dalam
alokasi sumberdaya. Karena itu, nilai ekonomi masyarakat dijadikan untuk
menilai usulan-usulan tertentu (Abelson, 1979).
Untuk menghitung analisis prakelayakan dalam pengembangan wisata
agro digunakan :
28

1. Benefit Cost Ratio (BCR)


Yaitu rasio jumlah nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Kriteria
alternatif yang layak adalah BCR > 1 dan kita meletakkan alternatif yang
mempunyai BCR tertinggi pada tingkat pertama. Secara matematis, BCR
dapat disajikan sebagai berikut (Gittinger, 1986):
t n
Bt
t 1 (1 i) t
BCR t n
Ct
t 1 (1 i) t

Dimana :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
t = 1, 2, . . . . . , n
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto).

2. Net Present Value (NPV)


NPV atau nilai sekarang bersih adalah jumlah nilai sekarang dari manfaat
bersih. Kriteria keputusan yang lebih baik adalah nilai NPV yang positif
dan alternatif yang mempunyai NPV tertinggi pada peringkat pertama.
Secara matematis, Net Present Value dapat disajikan sebagai berikut
(Gittinger, 1986):
t n
Bt - C t
NPV
t 1 (1 i) t
Dimana :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
t = 1, 2, . . . . . , n
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto).
29

3. Internal Rate of Return ( IRR)


Internal rate of return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya
the net present value (NPV) proyek sama dengan nol (0), atau yang dapat
membuat B/C ratio = 1. Dalam perhitungan IRR ini diasumsikan bahwa
setiap benefit neto tahunan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun
berikutnya dan memperoleh rate of return yang sama dengan investasi-
investasi sebelumnya. Besarnya IRR ini tidak ditemukan secara langsung,
dan harus dicari dengan coba-coba. Mula-mula dipakai discount rate yang
diperkirakan mendekati besarnya IRR. Kalau perhitungan ini memberikan
NPV yang positif, maka harus dicoba discount rate yang lebih tinggi, dan
seterusnya, sampai diperoleh NPV yang negatif. Kalau hal ini sudah
tercapai, maka diadakan interpolasi antara discount rate yang tertinggi (i’)
yang masih memberi NPV yang positif (NPV’), dan discount rate terendah
(i’’) yang memberi NPV yang negatif (NPV’’), sehingga diperoleh NPV
sebesar nol (0). Secara matematis, internal rate of return dapat disajikan
sebagai berikut (Kadariah, 1988):

Dimana :
i’ = discount ratetertinggi yang menghasilkan NPV positif
i’’ = discount rate terendah yang menghasilkan NPV negatif
NPV’ = NPV positif
NPV’’ = NPV Negatif
Layak bila IRR ≥ Discount Rate

4. Payback Period (PP)


Payback Period adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk membuat
manfaat dapat menutup biaya (Kadariah, 1988). Masa pengembalian biaya
investasi atau payback period merupakan jangka waktu yang diperoleh
untuk membayar kembali seluruh investasi yang dikeluarkan melalui
keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek (Gittinger, 1986). Secara
matematis, Payback Period (PP) dapat dirumuskan sebagai berikut
(Ibrahim, 2003):
30

I
Payback Period
Ab
Dimana :
I = besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya dan
telah didiskontokan

Nilai pertimbangan yang mendasar dari analisis manfaat biaya adalah


anggapan bahwa:
1) Kegiatan yang menyumbang terhadap peningkatan kesejahteraan secara
positif terhadap ekonomi masyarakat haruslah dapat diukur dengan nilai
moneter, dimana barang dan jasa yang masyarakat bersedia
mengeluarkannya sebagai ganti.
2) Dampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat perlu diukur dengan
ukuran satuan uang, barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat sebagai
imbalan terhadap kondisi buruk yang mungkin muncul.
Menurut Suparmoko (2000), dalam penerapannya Analisis Manfaat dan
Biaya akan terdapat banyak kesulitan antara lain :
1) Bagaimana mengukur manfaat;
2) Bagaimana mengenal dan mengukur biaya;
3) Bagaimana menentukan waktu dan tingkat diskonto (discount rate)
Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan langkah-langkah tetap
untuk melakukan analisa, yaitu :
1) Menentukan dampak dari proyek, yaitu barang dan jasa apa yang akan
diperoleh dari proyek tersebut, dan
2) Menyatakan dampak dari proyek tersebut secara kuantitatif

3.1.3 Pendekatan Analisis Hirarki Proses (AHP)


Menurut Dermawan (2009), Model proses analitis berjenjang
diperkenalkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty pada era 1970-an. Model yang
berada di wilayah probabilistik ini merupakan model pengambilan keputusan dan
perencanaan stretegis. Ciri khas dari model ini adalah penentuan skala prioritas
atas alternatif pilihan berdasarkan suatu proses analitis secara berjenjang dan
31

terstruktur atas variabel keputusan. Ide dasar dari model ini memiliki kemiripan
dengan konsep taksonomi dalam disiplin biologi. Dalam model ini, proses analitis
terhadap suatu masalah dilakukan secara berjenjang dan terstruktur. Adapun
bangun dasar konsep matematis yang dipakai adalah matriks. Oleh karena itu,
pemahaman yang cukup baik tentang konsep matriks akan membantu memahami
sejumlah konsep dasar dan penggunaan dari model kuantitatif ini.
Hal-hal berikut ini merupakan langkah standar dalam proses pengambilan
keputusan secara berjenjang (Dermawan, 2009):
1. Tentukan tujuan utama. Tentukan apa yang hendak diwujudkan? Apa yang
hendak diraih? Mengapa tujuan yang ditetapkan penting untuk diraih? Dan
sebagainya.
2. Identifikasikan bagian-bagian dari tujuan. Setiap tujuan utama selalu
dihadapkan pada sejumlah batasan atau masalah. Batasan atau masalah inilah
yang dinamakan dengan sub tujuan, atau faktor-faktor yang mempengaruhi
tujuan. Tentukan pula cakupan waktu yang mempengaruhi tujuan; jangka
pendek, menengah dan panjang.
3. Identifikasi kriteria dan faktor dan sub kriteria secara jelas dan rinci. Langkah
ini membutuhkan pengelompokkan sub kriteria berdasarkan wilayah tertentu,
seperti: harga, kualitas, tingkat kepentingan dan sebagainya.
4. Identifikasikan alternatif pilihan yang memungkinkan. Karena proses analitis
secara berjenjang merupakan metode perbandingan antar alternatif pilihan,
maka tentukan alternatif pilihan yang diasumsikan memiliki nilai yang sama.
5. Tentukan dan identifikasi konsekuensi dan risiko atas setiap kriteria dan
alternatif.
6. Tentukan pola relasi antar tujuan, variabel keputusan dan alternatif pilihan.
7. Tentukan evaluasi numeris manfaat dan biaya dari setiap alternatif.
8. Tentukan keputusan akhir berdasarkan hasil perbandingan nilai numeris yang
tersedia. Bandingkan pula nilai risiko yang terkandung di setiap alternatif
solusi.

Secara umum, hirarki dalam Analisis Hirarki proses (AHP) dapat dibagi
menjadi dua jenis (Saaty, 1991):
32

1. Hirarki Struktural. Dalam hirarki ini masalah yang kompleks diuraikan


menjadi komponen-komponen pokoknya dalam urutan menurun menurut sifat
strukturalnya. Misalnya membagi-bagi objek menjadi sejumlah gugusan, sub
gugusan dan gugusan yang lebih kecil.
2. Hirarki fungsional. Hirarki fungsional menguraikan masalah yang kompleks
menjadi elemen-elemen pokoknya menurut hubungan esensial mereka. Setiap
perangkat elemen dalam hirarki fungsional menduduki satu tingkat hirarki.
Tingkat puncak disebut fokus, terdiri dari satu elemen yaitu sasaran
keseluruhan yang sifatnya luas.

Tingkat-tingkat berikutnya masing-masing dapat memiliki beberapa elemen


(gambar bagan hirarki):

Tujuan

Kriteria

Sub Kriteria

Alternatif

Sumber: Saaty (1980)


Gambar 3.1. Ilustrasi Model Hirarki AHP

3.2.Kerangka Operasional
Agrowisata Bina Darma (ABD) merupakan obyek wisata agro yang
menawarkan panorama alam dan kenyamanan. Keberadaan Agrowisata Bina
Darma tentu diharapkan untuk dapat menguntungkan secara ekonomi, secara
sosial dapat diterima oleh masyarakat dan secara lingkungan dapat tetap lestari.
Berikut bagan alur penelitian studi pengembangan wisata agro
berkelanjutan di Agrowisata Bina Darma :
33

Pengelolaan Agrowisata Bina Darma

Secara ekonomi Secara sosial dapat Lingkungan lestari


menguntungkan diterima

Analisis ekonomi Daya dukung


Kebijakan (stakeholder) lingkungan

Analisis Biaya dan Metode


Manfaat AHP
(BCR,NPV,IRR,PP)

Rekomendasi pengelolaan Agrowisata Bina Darma


yang berkelanjutan

Gambar 3.2. Diagram Alir Kerangka Penelitian

Berdasarkan kerangka penelitian diatas, untuk menentukan daya dukung


lingkungan atas pemanfaatan Agrowisata Bina Darma digunakan pendekatan
Carrying Capacity (CC). Untuk mengestimasi prakelayakan ekonomi dalam
pengembangan Agrowisata Bina Darma digunakan analisis biaya dan manfaat
dimana pendekatan yang digunakan dalam analisis ini adalah Benefit Cost Ratio
(BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback
Period (PP). Sedangkan teknik AHP (Analisis Hirarki Proses) digunakan untuk
menentukan kebijakan prioritas untuk strategi pengembangan Agrowisata Bina
darma berkelanjutan.
IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011 bertempat di
Agrowisata Bina Darma di Jl. Palembang-Indralaya Km 26 Pulau Semambu
Kecamatan Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan. Pengambilan lokasi ini
dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan tempat ini memiliki potensi
yang besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata agro yang berkelanjutan.

Lokasi penelitian

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Ogan Ilir


36

4.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, pandangan tentang keberadaan Agrowisata Bina
Darma. Data primer ini bersumber dari wisatawan yang datang ke Agrowisata
Bina Darma, Pemerintah setempat dan pengelola, dengan metode wawancara
maupun kuesioner.
Data sekunder berasal dari laporan statistik, laporan penelitian, laporan
tahunan, maupun data lain berupa tulisan, tabel, diagram, grafik, gambar dan
informasi lain yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang
dikumpulkan berupa gambaran umum wilayah Agrowisata Bina Darma serta
komponen biaya dalam pengelolaan Agrowisata Bina Darma.

4.3 Metode Pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan domestik yang
mengunjungi kawasan Agrowisata Bina Darma, pengelola kawasan, lembaga
Pembina/pendamping serta pemerintah daerah setempat. Dasar penentuan sampel
yakni Purposive sampling, yaitu memilih sampel secara sengaja, dengan jumlah
responden yang diambil terdiri atas tiga kelompok yaitu:
1. Responden untuk menentukan daya dukung lingkungan/Carrying Capacity
(CC) atas pemanfaatan Agrowisata Bina Darma, terdiri dari pihak pengelola
Agrowisata Bina Darma dan wisatawan domestik sebanyak 150 orang serta
literatur terkait.
2. Informan untuk analisis prakelayakan adalah pengelola Agrowisata Bina
Darma Hasil wawancara dengan informan digunakan untuk melengkapi data
sekunder berupa laporan keuangan yang diperoleh dari Agrowisata Bina
Darma.
3. Responden untuk Analytic Hierarchy Process (AHP) berjumlah 5 orang,
terdiri dari pihak pengelola Agrowisata Bina Darma, aparat desa setempat,
dinas pariwisata,wisatawan, lembaga Pembina/pendamping.
Penggalian data dilakukan dengan kuesioner yang telah disiapkan untuk
masing-masing responden.
37

4.4 Metode Analisis Data


Untuk menghitung daya dukung lingkungan digunakan pendekatan CC
(Carrying Capacity) dengan formula sebagai berikut (Libosada, 1998) :
area yang digunakan wisatawan di ABD
Carrying Capacity (CC) = ---------------------------------------------------
rata-rata kebutuhan area per individu

Daya tampung wisatawan di ABD per hari = CC X koefisien rotasi

Di mana koefisien rotasi diperoleh dari:


Jumlah jam area terbuka untuk wisatawan di ABD
Koefisien Rotasi = --------------------------------------------------------------
Rata-rata waktu satu kunjungan

Untuk mengestimasi prakelayakan dalam pengembangan Agrowisata Bina


Darma digunakan analisis biaya dan manfaat, pendekatan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Benefit Cost Ratio (BCR)
Yaitu rasio jumlah nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Kriteria alternatif
yang layak adalah BCR > 1 dan kita meletakkan alternatif yang mempunyai
BCR tertinggi pada tingkat pertama. Secara matematis, BCR dapat disajikan
sebagai berikut :
t n
Bt
t 1 (1 i) t
BCR t n
Ct
t 1 (1 i) t
Dimana :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
t = 1, 2, . . . . . , n
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto).

2. Net Present Value (NPV)


NPV atau nilai sekarang bersih adalah jumlah nilai sekarang dari manfaat
bersih. Kriteria keputusan yang lebih baik adalah nilai NPV yang positif dan
38

alternatif yang mempunyai NPV tertinggi pada peringkat pertama. Secara


matematis, Net Present Value dapat disajikan sebagai berikut :
t n
Bt - C t
NPV
t 1 (1 i) t
Dimana :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
t = 1, 2, . . . . . , n
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto).

3. Internal Rate of Return ( IRR)


Internal rate of return adalah discount rate yang dapat membuat besarnya the
net present value (NPV) proyek sama dengan nol (0), atau yang dapat
membuat B/C ratio = 1. Secara matematis, internal rate of return dapat
disajikan sebagai berikut :

Dimana :
i’ = discount rate tertinggi yang menghasilkan NPV positif
i” = discount rate terendah yang menghasilkan NPV negatif
NPV’ = NPV positif
NPV’’ = NPV Negatif
Layak bila IRR ≥ Discount Rate

4. Payback Period (PP)


Pendapatan yang diterima pada awal pelaksanaan proyek oleh pelaksana
proyek masih menunjukkan nilai yang negatif, karena biaya investasi yang
harus dikeluarkan cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis
untuk melihat jangka waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi
nilai negatif pada awal proyek dijalankan. Payback period adalah jangka
waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan secara kumulatif
sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback
39

period menunjukkan lamanya suatu proyek yang dikerjakan untuk dapat


mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan.
I
Payback Period
Ab
Dimana :
I = besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya dan telah
didiskontokan

Nilai net benefit setiap tahunnya didiskontokan terlebih dahulu sebelum


dikumulatifkan, sehingga diperoleh present value dari net benefit setiap
tahunnya. Lalu dilihat periode tahun yang dapat mengembalikan seluruh nilai
investasi. Semakin kecil angka yang dihasilkan, mempunyai arti semakin cepat
tingkat pengembalian investasinya, dan usaha tersebut semakin layak untuk
dilaksanakan.
Untuk mengkaji strategi yang akan diterapkan agar Agrowisata Bina
Darma bisa menjadi wisata agro yang berkelanjutan digunakan Metode Analisis
Hirarki Proses (AHP), yang dideskripsikan pada gambar berikut :

Tujuan yang dicapai Mewujudkan Agrowisata Bina Darma yang


berkelanjutan

Pemerintah Pengelola Wisatawan Lembaga Kepala Desa


Aktor
Daerah Pembina/Pendamping

Kualitas Investasi Potensi Fasilitas


Faktor-faktor Pasar
SDM

Meningkatkan Mengembangkan Melestarikan Mencegah Mengedepankan


Strategi yang promosi tentang wisata agro tradisi dan kerusakan dan kualitas wisata
dapat ditempuh Agrowista Bina berbasis program budaya kehancuran agro
Darma yang pendidikan masyarakat lokasi wisata
berkelanjutan lokal

Gambar 4.2. Model Hierarki strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma


yang berkelanjutan
40

Dalam upaya mencapai prioritas strategi yang akan dipilih, dilakukan


dengan membandingkan antara satu pilihan strategi dengan yang lain, dan juga
membandingkan kelebihan yang dimiliki satu pilihan terhadap pilihan lain. Nilai
dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan berpasangan dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Skala utama model AHP


Intensitas
Kepentingan/
Definisi Penjelasan
Tingkat
Preferensi
1 Equal importance Dua aktivitas memberikan kontribusi
sama terhadap tujuan
3 Moderate importance Pengalaman dan penilaian memberikan
nilai tidak jauh berbeda antara satu
aktivitas terhadap aktivitas lainnya.
5 Strong importance Pengalaman dan penilaian memberikan
nilai kuat berbeda antara satu aktivitas
terhadap aktivitas lainnya
7 Very strong importance Satu aktivitas sangat lebih disukai
dibandingkan aktivitas lain
9 Extreme importance Satu aktivitas secara pasti menempati
urutan tertinggi dalam tingkatan
preferensi
2,4,6,8 Nilai kompromi atas nilai-nilai Penilaian kompromi secara numeris
di atas dibutuhkan semenjak tidak ada kata yang
tepat untuk menggambarkan tingkat
preferensi
Sumber: (Saaty 2000:73, perubahan pen. RD)

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan


menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses
perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan
untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan
dibandingkan misalnya A1, A2 dan A3. Susunan elemen-elemen yang
dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini:

Tabel 4.2. Contoh matriks perbandingan berpasangan


A1 A2 A3
A1 1 - -
A2 - 1 -
A3 - - 1
41

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala


bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada tabel diatas. Penilaian ini dilakukan oleh
seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang
dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen
dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i
dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j
dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.
Secara ringkas, berikut disajikan matriks penelitian:

Tabel 4.3. Matriks Penelitian


Data
No Tujuan Alat Analisis Jumlah
Jenis Sumber
Reponden
1 Untuk - CC (Carrying Data primer dan Wawancara 150 orang
menghitung daya Capacity) sekunder tentang dengan
dukung - Daya rata-rata kebutuhan pengelola dan
lingkungan tampung area/individu, luas wisatawan
terhadap wisatawan area, jumlah jam serta literatur
Agrowisata Bina - Koefisien kunjungan dan rata- terkait
Darma rotasi rata waktu yang
dihabiskan
wisatawan untuk
satu kali kunjungan

2 Mengestimasi - BCR Data sekunder Pengelola -


prakelayakan - NPV berupa laporan Agrowisata
dalam - IRR keuangan Bina Darma
pengembangan - PP Agrowisata Bina
Agrowisata Bina Darma
Darma

3 Untuk mengkaji - Analisis Data primer tentang Wawancara 5 orang


strategi yang Hirarki pilihan strategi dan
akan diterapkan Proses (AHP) yang tepat untuk Kuesioner
agar Agrowisata mencapai
Bina Darma bisa Agrowisata Bina
menjadi wisata Darma yang
agro yang berkelanjutan
berkelanjutan

Berdasarkan matriks penelitian diatas, dapat diketahui tujuan penelitian,


alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini serta jenis dan sumber data guna
menjawab masalah penelitian untuk mencapai wisata agro berkelanjutan di
Agrowisata Bina Darma.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI

5.1. Profil Agrowisata Bina Darma


Agrowisata Bina Darma adalah salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pariwisata yang ada di wilayah Sumatera Selatan, soft louncing 27
Desember 2009. Adapun visi dan misi Agrowisata Bina Darma adalah menjadi
satu-satunya tempat wisata yang terkenal dan terbesar di wilayah Sumatera
Selatan. Maskot dari Agrowisata Bina Darma adalah pohon duku dan ikan belida
yang merupakan flora dan fauna populer dari Sumatera Selatan.
Agrowisata Bina Darma ditetapkan sebagai kawasan Agrowisata,
berdasarkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Nomor:
510/2/KOPERINDAG/XII/2009, yang dikeluarkan oleh Plh Kepala Dinas
Koperasi UMKM Indag Kabupaten Ogan Ilir tertanggal 7 Desember 2009. Nama
perusahaannya adalah CV. AGROWISATA BINA DARMA, dengan alamat
kantor perusahaan adalah, di jalan Palembang-Indralaya KM 26 RT III Dusun II
Desa Pulau Semambu, Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir telp
(0711) 5455111 Sumatera Selatan.
Kegiatan awal tempat ini adalah rumah makan, kolam renang dan tempat
pemancingan ikan, yang kemudian berkembang seperti yang terlihat saat ini. Total
luas areal Agrowisata Bina Darma ini adalah 30 hektar, dimana yang sudah
dikelola adalah seluas 15 hektar, dan sisanya sebanyak 15 hektar lagi masih dalam
tahap pengembangan sesuai perencanaan, untuk perluasan kampus Universitas
Bina Darma, lokasi sport centre, pengembangan taman satwa dan camping
ground. Kondisi asli dari kawasan ini adalah rawa-rawa lebak, adapun tanaman
yang mendominasi adalah pohon akasia (Acacia indica) dan pohon gelam
(Melaleuka leucadendron).
Pada gerbang utama untuk masuk ke Agrowisata Bina Darma, kita harus
membayar tiket parkir, untuk kendaran dikenakan biaya: Mobil Rp. 5.000,-, Bis
Rp. 10.000,-, dan Motor Rp. 2.000,- kemudian diteruskan dengan membayar tiket
masuk terusan sebesar Rp.30.000,-/orang, sudah bisa menikmati panorama alam
dan wahana wisata di Agrowisata Bina Darma. Atraksi wisata yang disediakan
berupa wahana permainan seperti flying fox, kolam renang, tangkap ikan, wahana
44

perahu naga, wahana berkuda, water ball, sepeda air, motor ATV, aqua taddler
boat (perahu tangan), shooting target, paintball, sepeda BMX, gajah tunggang,
delman, spider game, komedi putar, kereta agro dan kereta mini. Wisata agro
yang ditawarkan adalah kunjungan ke kebun sayuran, kunjungan ke kebun bibit
buah-buahan, taman satwa, kolam pancing keluarga. Wisata edukasi yang
disediakan pada Agrowisata Bina Darma adalah cara penanaman jamur tiram dan
cara memetik sendiri jamur tiram yang siap panen. Oleh-oleh dari Agrowisata
Bina Darma yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan dengan cara membeli
adalah bibit tanaman, pupuk dan obat tanaman yang dijual di kios agrobisnis.
Fasilitas pendukung yang disediakan di Agrowisata Bina Darma adalah
sebagai berikut : resto buah di dua titik area permainan, puja sera, resto Mang
Engking yang menyediakan makanan/nasi dengan aneka lauk dan aneka
minuman, saung-saung kecil tempat bersantai, toilet, lapangan sepak bola,
mushola dan aula. Promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola, untuk menarik
para wisatawan, agar mengetahui keberadaan Agrowisata Bina Darma, antara lain
melalui publikasi lewat internet, stasiun televisi lokal, stasiun radio dan brosur
wisata, serta koran. Mendatangi langsung ke sekolah-sekolah yang ada disekitar
Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan juga dilakukan dalam
rangka promosi tentang Agrowisata Bina Darma.

5.2. Potensi Agrowisata Bina Darma


1. Potensi sebagai Lokasi Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Agrowisata Bina Darma dapat berfungsi sebagai lokasi penelitian bagi
mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Sriwijaya dan Universitas Bina
Darma. Mahasiswa Universitas Bina Darma selama kurang lebih satu tahun
terakhir ini, telah memanfaatkan Agrowisata Bina Darma sebagai tempat
praktek untuk mahasiswa fakultas olah raga dan Jurusan Ilmu Komputer.
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya memanfaatkan
Agrowisata Bina Darma sebagai tempat untuk mengadakan kuliah lapangan,
karena lokasinya juga relatif dekat dengan kampus terpadu Universitas
Sriwijaya di Kota Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, yang jaraknya kurang lebih
9 km dari lokasi Agrowisata Bina Darma. Untuk proyek penelitian dan
pengembangan pohon kayu gelam, pihak Agrowisata Bina Darma bekerja
45

sama dengan Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Selatan, dimana pihak


dinas kehutanan memberikan bibit tanaman, sedangkan pihak Agrowisata
Bina Darma menyediakan tempat/areal untuk penanaman dan pemeliharaan
tanaman seluas satu hektar.
2. Potensi sebagai Salah Satu Obyek Wisata Agro Unggulan Daerah
Agrowisata Bina Darma sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pariwisata, mempunyai kekhasan tersendiri dibandingkan dengan
tempat wisata lain yang ada di Kabupaten Ogan Ilir. Agrowisata Bina Darma
menawarkan aneka kegiatan dan fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian dalam arti luas. Di kawasan wisata agro ini disediakan kolam
pemancingan ikan, kebun buah, wahana berkuda, kebun sayuran, penjualan
bibit buah, bunga dan sayuran, taman satwa, rumah jamur dan aneka wahana
permainan. Hal inilah yang membedakan Agrowisata Bina Darma dengan
tempat wisata lain yang ada di Kabupaten Ogan Ilir. Disamping keindahan
alam dan kenyamanan suasana yang ditawarkan oleh tempat ini, hal lain yang
menunjang Agrowisata Bina Darma berpotensi sebagai salah satu obyek
wisata agro unggulan adalah letaknya yang strategis karena berada di pinggir
jalan raya negara. Hal ini merupakan salah satu bentuk promosi langsung,
karena para pemakai jalan raya bisa langsung mengetahui keberadaan lokasi
Agrowisata Bina Darma ini.
3. Potensi sebagai Pemanfaatan Lahan Tidur Menjadi Lahan Produktif
Wilayah bagian utara Kabupaten Ogan Ilir merupakan hamparan rawa
lebak yang sangat luas mulai dari Kecamatan Pemulutan, Pemulutan Barat,
Pemulutan Selatan, sampai Indralaya Utara tempat dimana Agrowisata Bina
Darma berada, hingga Indralaya dan sebagian di Kecamatan Indralaya
Selatan. Wilayah daratan Kabupaten Ogan Ilir mencapai 65% serta wilayah
berair dan rawa-rawa sekitar 35%. Derajat keasaman tanah berkisar antara pH
4,0 sampai 6,0.
Desa Pulau Semambu Kabupaten Ogan Ilir sendiri mempunyai tanah
basah rawa seluas 458 ha. Kondisi awal lahan dimana Agrowisata Bina
Darma berada adalah rawa lebak yang merupakan lahan tidur. Setelah melalui
proses pengolahan yang panjang dan menelan dana yang tidak sedikit, maka
46

berubahlah lahan tidur tersebut menjadi lahan yang produktif. Kawasan


Agrowisata Bina Darma sendiri masih memiliki kesempatan untuk
pengembangan/perluasan wilayah, hal ini dikarenakan lingkungan sekitar
Kawasan wisata agro ini merupakan hamparan rawa.
4. Potensi sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah
Pariwisata di Kabupaten Ogan Ilir dipersepsikan sebagai wahana untuk
meningkatkan pendapatan, baik pendapatan masyarakat maupun pendapatan
pemerintah, khususnya perolehan pendapatan asli daerah (PAD).
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Ogan Ilir diharapkan lebih bersifat
ekonomi dan berorientasi pada pertumbuhan. Perolehan devisa ditentukan
oleh jumlah kunjungan wisatawan, pengeluaran dan lama kunjungan
wisatawan ke lokasi wisata. Tolok ukur keberhasilan pengembangan
Agrowisata Bina Darma akan dinilai dengan pencapaian target:
a. Jumlah kunjungan wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara
b. Pengeluaran wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara
c. Lama tinggal wisatawan lokal, nusantara dan mancanegara
d. Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Agrowisata Bina Darma
Kontribusi nyata yang telah diberikan oleh Agrowisata Bina darma kepada
pemerintah daerah Kabupaten Ogan Ilir, adalah sebagai wajib pajak daerah.
Pajak yang dibayar berupa pajak rumah makan dan tontonan/permainan serta
pajak bumi dan bangunan, dimana total pembayarannya telah mencapai angka
belasan juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Agrowisat Bina
Darma ini benar-benar dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi
pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Ogan Ilir.
5. Potensi sebagai Tempat Pemberdayaan Masyarakat Lokal
Sikap apatis dan ketidakpedulian terhadap kondisi aset-aset wisata yang
terdapat dalam suatu obyek wisata, merupakan cermin hubungan yang tidak
harmonis antara pihak manajemen obyek wisata dengan lingkungannya.
Tumbuhnya rasa kepedulian akan timbul apabila masyarakatnya merasa
diuntungkan secara sosial ekonomi, dan akan menjaga aset-aset wisata
tersebut karena ketergantungan ekonomi.
47

Keberadaan Agrowisata Bina Darma diharapkan secara sosial dapat


mengharumkan nama Desa Pulau Semambu khususnya, dan nama Kabupaten
Ogan Ilir pada umumnya. Agrowisata Bina darma diharapkan dapat menjadi
tempat untuk pertunjukan atraksi seni dan budaya masyarakat lokal. Secara
ekonomi dapat berfungsi sebagai tempat penampungan dan pemasaran hasil
industri kerajinan dan hasil pertanian masyarakat lokal, sehingga timbul suatu
bentuk interaksi positif, antara pihak Agrowisata Bina Darma dan masyarakat
lokal, dalam bentuk rasa ikut memiliki untuk menjaga eksistensi Agrowisata
Bina Darma.
6. Potensi sebagai Penciptaan Peluang Kerja
Pembauran dan keanekaragaman produk wisata dengan sifat saling
tergantung, membuat industri pariwisata menjanjikan peluang kerja yang
sangat besar. Kejelian insan pariwisata dalam mengenali karakteristik pasar
dan kemampuan menangkap berbagai peluang serta kreatifitasnya untuk
memenuhi permintaan guna memenangkan pasar yang otomatis akan
berimbas pada terciptanya peluang-peluang kerja pada berbagai
bidang/sektor.
Keberadaan Agrowisata Bina Darma di Desa Pulau Semambu diharapkan
dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya, sehingga
mampu mengurangi angka pengangguran. Kontribusi nyata yang sudah
dirasakan dengan adanya Agrowisata Bina Darma dibidang lapangan kerja
bagi masyarakat sekitarnya adalah dengan dipekerjakannya mereka sebagai
karyawan, mulai dari pekerjaan pembukaan areal (tukang tebas), tukang
parkir, petugas kebersihan, operator wahana permainan, penjaga tiket, satpam
hingga sebagai kepala divisi. Penempatan tenaga kerja tersebut disesuaikan
dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut.
7. Potensi sebagai Sarana Pendidikan
Sebagai suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro
(agrobisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian,
48

maka keberadaan Agrowisata Bina Darma dapat berpotensi sebagai sarana


pendidikan.
Wisata edukasi yang ditawarkan oleh Agrowisata Bina Darma adalah cara
penanaman jamur tiram dan para pengunjung juga bisa langsung memetik
sendiri jamur tiram yang telah siap dipanen. Mengetahui cara pembuatan
pupuk kompos yang memanfaatkan sampah organik dan kotoran hewan juga
merupakan wisata edukasi yang menyenangkan dan memperluas pengetahuan
para wisatawan.
Disamping itu disediakan juga permainan flying fox yang bertujuan untuk
melatih keseimbangan, kekuatan dan koordinasi tubuh, melatih kerjasama,
mematuhi aturan permainan dan berinteraksi, melatih berimajinasi dan
mengakomodasi orang lain, melatih berfikir dan merencanakan, memecahkan
masalah baik secara individu maupun kelompok. Selain flying fox, juga
disediakan program perang-perangan yaitu shooting target yang bertujuan
untuk melatih kesigapan, dan kemampuan mengatur strategi.
8. Potensi sebagai Wisata Agro Berkelanjutan
Daerah Sumatera Selatan kaya akan flora dan fauna yang beraneka ragam
dan mempunyai kekhasan. Namun beberapa jenis satwa kini terancam punah,
karena perburuan liar yang terus berlangsung, pengrusakan habitat,
penebangan liar dan sebab lainnya. Kelestarian satwa tersebut merupakan
tanggung jawab bersama. Salah satu usaha untuk melestarikannya adalah
melalui taman satwa/kebun binatang, yang merupakan benteng terakhir dari
satwa yang dipelihara secara ilmiah, dengan penuh kasih sayang dan
bertanggung jawab tanpa dibatasi oleh macam jenis dan jumlahnya.
Pembangunan taman satwa sebagai salah satu fasilitas/sarana di Agrowisata
Bina Darma dengan tujuan menjadi salah satu obyek rekreasi/wisata
kebanggaan daerah dan sebagai media pendidikan, pembinaan cinta alam dan
pelestarian satwa sehingga akan terciptanya suatu kesadaran masyarakat
untuk berperan serta dalam pelestarian sumber daya alam.
Pembuatan pupuk kompos dengan memanfaatkan sampah organik dan
kotoran hewan yang terdapat di areal Agrowisata Bina Darma, juga
merupakan salah satu bentuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas
49

lingkungan. Pemisahan sampah organik dari sampah anorganik yang


dilakukan, pengumpulan kotoran hewan yang ada di areal wisata agro,
merupakan tindakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Pengolahan
bahan-bahan tersebut menjadi pupuk kompos, telah menjadikan bahan
sampah tersebut menjadi zat yang berguna bagi kesuburan tanaman yang
dibudidayakan di areal wisata agro, sekaligus bernilai ekonomi dengan
menjual pupuk kompos tersebut kepada wisatawan dan masyarakat yang
membelinya. Sampah anorganik yang terdapat di kawasan ini, juga
dipisahkan antara yang masih bisa dijual untuk didaur ulang sehingga bisa
menambah penghasilan dan sisanya dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Tanaman teratai liar yang banyak terdapat di areal wisata agro ini juga
tetap dipelihara dan dipertahankan keberadaannya, dimana tanaman air ini
berperan dalam fotosintesis (pertukaran O2 dan CO2), sehingga disamping
menambah keindahan juga sebagai cara untuk melestarikan sumber daya
alam. Pada sungai kecil, yang digunakan untuk pengoperasian wahana perahu
naga mengelilingi areal wisata agro, masih banyak dijumpai jenis-jenis ikan
liar yang merupakan penghuni habitat rawa, seperti ikan gabus, patin, nila,
sepat, lele, gurami dan belut. Pohon-pohon seperti akasia dan gelam yang
banyak tumbuh liar di sekitar kawasan wisata agro ini, juga diusahakan untuk
tetap dipertahankan keberadaannya serta ditingkatkan kualitasnya dengan
penambahan penanaman pohon-pohon gelam jenis unggulan.

5.3. Permasalahan Agrowisata Bina Darma


Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Agrowisata Bina Darma
meliputi:
1. Belum tersedianya pemandu wisata
Salah satu unsur penting dan strategis dalam pengembangan rekreasi/
pariwisata adalah pemandu wisata (interpreter), yang memiliki kemampuan
pengetahuan dan keterampilan serta etika yang memadai, karena interpreter
dapat memainkan peranan kunci dalam menarik minat wisatawan melalui
pelayanan yang baik dan memuaskan. Fungsi terpenting dari seorang
pemandu wisata adalah, menghubungkan wisatawan dengan pusat-pusat ikon
destinasi dan khasanah budaya lokal. Agrowisata Bina Darma belum
50

memiliki pemandu wisata, sehingga informasi yang didapat para wisatawandi


lokasi wisata, hanya berasal dari brosur wisata dan bagian informasi di lokasi
wisata.
2. Kurangnya tenaga operator di setiap wahana
Permasalahan yang dihadapi oleh Agrowisata Bina Darma adalah,
kekurangan tenaga operator untuk setiap wahana permainan. Hal ini terjadi
karena jumlah pegawai yang ada belum mencukupi untuk berjaga pada setiap
wahana, padahal seringkali untuk satu wahana permainan diperlukan lebih
dari satu orang tenaga operator. Pada awal pendirian tempat ini, jumlah
karyawan telah mencukupi untuk berjaga di setiap wahana yang ada, namun
karena belum stabilnya manajemen Agrowisata Bina darma ini,
mengakibatkan pihak manajemen harus merampingkan jumlah pegawai yang
ada, tentu saja hal ini berdampak pada pelayanan kepada pengunjung yang
ingin bermain dengan nyaman di setiap wahana yang disediakan.
3. Kurangnya pemeliharaan fasilitas-fasilitas
Kemungkinan kerusakan obyek-obyek wisata disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya:
a. Kegagalan pengelolaan
b. Sikap “acuh tak acuh” dari masyarakat terhadap kelestarian obyek
c. Umur bangunan, dan beberapa sebab lain.
Pada Agrowisata Bina Darma, ditemukan beberapa fasilitas/bangunan
wahana yang mengalami kerusakan, seperti pada wahana perosotan untuk
anak-anak, dimana terdapat papan-papan jembatan yang terlepas dari talinya,
kemudian terdapatnya genangan air di sekitar areal permainan prosotan dan
komedi putar anak-anak. Bangku taman yang rusak satu, dan jebolnya
pinggiran kolam pemancingan sehingga pada saat hujan air bisa merembes
sampai ke jalan. Jarak antara kolam pemancingan dan sungai buatan terlalu
rendah dan sejajar, sehingga pada saat musim hujan air dari sungai bisa
merembes masuk ke dalam kolam pemancingan dan sebaliknya. Hal yang
tidak kalah pentingnya adalah banyaknya tumbuhan hydrilla di wahana
sepeda air yang bisa mengganggu kenyamanan para pengguna wahana wisata
ini.
51

4. Belum mampu menampung hasil industri kerajinan, pertanian dan budaya


masyarakat lokal
Potensi masyarakat lokal, dimana Agrowisata Bina Darma berada adalah
petani sayuran/palawija, buruh/tukang, kerajinan tenun songket, keranjang
bambu, anyaman kipas dari bambu,anyaman tikar purun, sangkek dan tampa
dari plastis bekas limbah pabrik, industri makanan seperti kemplang ikan.
Kesenian masyarakat yang tersedia: rebana ibu-ibu, seropal anam, kelompok
campur sari kuda lumping, peternak ikan patin, lele jumbo dan gurame.
Namun sayangnya, keberadaan Agrowisata bina Darma belum mampu
menampung potensi masyarakat tersebut, dikarenakan masih dalam tahap
pengembangan, hanya pada saat acara-acara seremonial dan seminar-seminar
yang sifatnya temporer yang diadakan di Agrowisata Bina Darma, kesenian
masyarakat setempat tersebut akan ditampilkan.
5. Belum berfungsinya beberapa fasilitas penunjang
Keberadaan fasilitas penunjang kepariwisataan seperti penginapan
merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan demi kemajuan dari lokasi wisata
itu sendiri. Belum berfungsinya cottage tradisional yang ada di Agrowisata
Bina Darma dikarenakan jembatan yang menghubungkan antara cottage
tersebut dengan daratan belum rampung dibuat, sementara akses untuk
menuju cottage tersebut harus melewati rawa kecil yang penuh dengan air.
6. Pemasaran/promosi yang masih kurang
Walaupun pihak pengelola sudah melakukan promosi dengan cara
mempublikasikan tempat wisata ini lewat media massa seperti Koran lokal
(Sumatera Ekspres dan Sriwijaya Post) dan media elektronik seperti TV lokal
(Pal TV) dan radio lokal (Indralaya FM), website, namun promosi yang
dilakukan masih kurang, terutama promosi dengan pihak-pihak instansi
pemerintah dan perkantoran yang merupakan calon wisatawan potensial.
7. Pegawai di lapangan kurang komunikatif
Wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata biasanya mengharapkan
kualitas pelayanan yang baik, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Pelayanan yang baik tidak hanya diharapkan dari fasilitas-fasilitas yang
diberikan, namun juga dari sikap dan etika para pegawai kawasan wisata.
52

Para pegawai yang ada dilapangan/wahanan permainan dirasakan kurang


ramah dan kurang berkomunikasi dengan para pengunjung, sehingga para
pengunjung agak merasa segan untuk memulai percakapan.
8. Manajemen yang masih belum stabil
Seringnya terjadi bongkar pasang pegawai di Agrowisata Bina Darma
disebabkan karena tempat wisata ini masih dalam tahap pengembangan dan
penyesuaian dengan pendapatan yang diperoleh oleh pihak pengelola.
Pegawai yang ada di Agrowisata Bina Darma terdiri dari pegawai tetap dan
pegawai freelance.Jumlah pegawai tetap ada 33 orang dan pegawai freelance
ada 35 orang. Akibat dari belum stabilnya manajemen yang ada di tubuh
Agrowisata Bina darma ini juga mengakibatkan tempat wisata ini belum
mampu untuk berperan optimal sebagai tempat untuk menampung hasil bumi
dan kerajinan serta seni budaya masyarakat lokal.
9. Harga tiket tergolong mahal
Harga tiket terusan yang dikenakan oleh pihak pengelola Agrowisata Bina
Darma sebesar Rp 30.000,00 ini dirasakan cukup mahal oleh sebagian
pengunjung, apalagi dengan kondisi yang ada sekarang, dimana kadang-
kadang pengunjung tidak dapat menikmati seluruh wahana permainan yang
ada.
10. Banyaknya wahana permainan yang tergenang pada saat musim hujan
Kondisi Agrowisata Bina Darma yang merupakan bekas daerah rawa lebak
yang ditimbun, mengakibatkan banyaknya wahana permainan yang masih
tergenang air pada saat musim hujan.
11. Lokasi wisata masih bersuhu panas
Belum besarnya tanaman peneduh merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan suhu udara di areal wisata masih terasa panas, disamping
memang letaknya yang berada di dataran rendah.
12. Adanya fasilitas yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya
Misalnya: Kereta wisata terkadang dijadikan alat untuk mengangkut
rumput untuk makanan hewan sehingga wisatawan yang ingin memanfaatkan
kereta wisata tersebut terkadang agak kurang leluasa.
53

13. Luas Kebun agro masih terlalu sempit


Suatu lokasi wisata agro sejatinya mempunyai kebun agro yang luas,
namun pada Agrowisata Bina Darma kebun agro yang dimiliki masih
terlampau sedikit (hanya ½ hektar).
14. Belum ada stand tempat penjualan souvenir
Para pengunjung suatu lokasi wisata biasanya ingin membawa oleh-oleh
dari tempat wisata yang dikunjunginya, begitupun para wisatawan yang
berkunjung ke Agrowisata Bina Darma. Namun, Agrowisata Bina Darma
belum memiliki stand yang menjual souvenir yang berlogo Agrowisata Bina
Darma, ataupun barang-barang lain sebagai kenang-kenangan bagi wisatawan
dari kunjungan yang mereka lakukan ke tempat wisata ini.
15. Harga makanan di restoran Mang Engking masih tergolong mahal bagi
sebagian wisatawan
Wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma terdiri dari
berbagai kalangan dan berbagai tingkat pendapatan. Tidak semua wisatawan
yang berkunjung ke lokasi wisata ini mampu menjangkau harga makanan
yang tersedia di restoran yang ada.
16. Belum adanya pengolahan hasil dari produksi rumah jamur
Produksi jamur tiram yang dihasilkan dari tempat ini baru dijual dalam
bentuk segar kepada para wisatawan dan pengumpul serta untuk menyuplai
kebutuhan dari restoran Mang Engking.
17. Belum ada petugas medis yang berjaga di lokasi
Beberapa wahana permainan cukup beresiko terutama bagi anak-anak,
oleh karena itu keberadaan petugas medis untuk berjaga-jaga sangat
diperlukan , tidak cukup hanya kotak P3K.
18. Kurang koordinasi antara pihak Agrowisata Bina Darma dengan pemerintah
daerah, khususnya dinas terkait seperti dinas pariwisata.

5.4. Karakteristik Wisatawan


5.4.1. Kelompok Wisatawan
Minat untuk berkunjung ke Agrowisata Bina Darma banyak dilakukan
oleh masyarakat usia muda. Hal ini terlihat pada gambar 5.1 berikut ini.
54

15% 10% 15-20 tahun : 10%


21-25 tahun : 26%
17% 26% 26-30 tahun : 15%
17% 15% 31-35 tahun : 17%
36-40 tahun: 17%
>40 tahun : 15%

Gambar 5.1. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Usia

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa, sebagian besar responden wisatawan


berusia 21-25 tahun yaitu sebesar 26 persen, hal ini menunjukkan bahwa, kawasan
Agrowisata Bina Darma ini adalah kalangan muda, yang memang cenderung
untuk menyukai jenis wisata alam terbuka. Responden wisatawan yang berusia
31-35 tahun dan responden yang berusia 36-40 tahun yaitu 17 persen. Kelompok
usia 26-30 tahun dan > dari 40 tahun sebanyak 15 persen dan sisanya sebesar 10
persen merupakan kelompok usia 15-20 tahun.

38% Laki-laki : 38%


62%
Perempuan : 62%

Gambar 5.2 . Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan gambar 5.2 diketahui bahwa reponden yang berkunjung ke


Agrowisata Bina Darma lebih dari setengahnya yaitu sebanyak 62 persen berjenis
kelamin perempuan dan sisanya sebanyak 38 persen berjenis kelamin laki-laki.
Hal ini sesuai dengan sifat kaum wanita yang menyukai kegiatan yang bersifat
rileks dan menyenangkan.
55

6%
SMA/SMK : 51%
34% 51% D3 : 9%
S1 : 34%

9% S2 : 6%

Gambar 5.3. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, responden wisatawan yang berkunjung ke


Agrowisata Bina Darma sebagian besar yaitu 51 persen merupakan tamatan
SMA/SMK, ini menunjukkan bahwa peminat dari wisata agro ini adalah, mereka
yang berasal dari tingkat pendidikan menengah, dimana mereka cenderung bisa
memahami dan menikmati kelebihan yang dimiliki oleh suatu wisata agro.
Tamatan S1 sebanyak 34 persen dan tingkat pendidikan D3 sebanyak 9 persen
disusul tingkat pendidikan S2 sebanyak 6 persen.

14%
27% Karyawan : 14%
59% Wiraswasta : 59%
PNS : 27%

Gambar 5.4. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Kelompok Pekerjaan

Responden wisatawan yang berkunjung ke Agrowisata Bina Darma


berdasarkan kelompok pekerjaan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok
wiraswasta sebanyak 59 persen, hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan
mayoritas wisatawan yang berasal dari tamatan SMA/SMK, dimana jenis
pekerjaan yang mayoritas bisa dilakukan oleh kelompok pendidikan ini adalah
bergerak di bidang swasta. Kelompok PNS sebanyak 27 persen dan kelompok
karyawan sebanyak 14 persen.
56

≤1500000 : 18%
21% 18%
1.600.000-
61% 3.000.000 : 61%
>3.000.000 : 21%

Gambar 5.5. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan tingkat pendapatan sesuai dengan kelompok pekerjaan,


responden wisatawan Agrowisata Bina Darma terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu kelompok 1 adalah responden yang berpendapatan 1.600.000,- sampai
Rp 3.000.000,-sebanyak 61 persen, dimana mereka mayoritas berasal dari tingkat
pendidikan SMA/SMK. Kelompok 2 adalah responden yang berpendapatan > Rp
3.000.000,- sebanyak 21 persen dan kelompok 3 adalah responden yang
berpendapatan ≤ 1.500.000,- sebanyak 18 persen.

1% 3% 1%1%
5%
Palembang : 61%
Ogan Ilir : 28%
28% Muara Enim : 5%
61% Ogan Komering Ilir : 1%
Musi Banyu Asin : 3%
Banyu Asin : 1%
Ogan Komering Ulu : 1%

Gambar 5.6. Distribusi Responden Wisatawan Berdasarkan Asal Daerah

Berdasarkan hasil survei pada 150 responden, hasil analisa menunjukkan


bahwa sebagian besar responden lebih dari setengahnya 61 persen responden
berasal dari Palembang, kemudian Kabupaten Ogan Ilir sebesar 28 persen, hal ini
dimungkinkan karena jarak Agrowisata Bina Darma ini dengan Kotamadya
Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir yang relatif dekat. Untuk daerah-daerah lain
seperti Kabupaten Muara Enim sebesar 5 persen. Kabupaten Musi Banyu Asin
57

sebesar 3 persen sedangkan Kabupaten Banyu Asin, Kabupaten Ogan Komering


Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ilir masing-masing sebesar 1 persen.

5.4.2. Jumlah Kunjungan


Jumlah kali kunjungan wisatawan ke Agrowisata Bina Darma
menggambarkan tingkat kepuasan terhadap kunjungan sebelumnya. Semakin
banyak frekuensi kunjungan wisatawan ke Agrowisata Bina Darma, maka kondisi
tersebut menggambarkan tingkat kepuasan kunjungan terhadap Agrowisata Bina
Darma. Jumlah kunjungan wisatawan ke Agrowisata Bina Darma dalam setahun
terakhir ditunjukkan pada gambar berikut.
3% 1%
5% 2 kali : 64%
5%
3 kali : 22%
4 kali : 5%
22% 5 kali : 5%

64% 6 kali : 3%
7 kali : 1%

Gambar 5.7. Persentase Frekuensi Kunjungan ke Agrowisata Bina Darma Setahun


Terakhir
Sumber : Data diolah (2011)

Gambar 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan sudah


berkunjung sebanyak dua kali adalah sebanyak 64 persen, hal ini dimungkinkan
karena lokasi wisata agro ini sangat strategi, jarak yang relatif dekat dari
Kotamadya Palembang dan Kabupaten Ogan Ili, serta warga Kabupaten Ogan Ilir
dan Kotamadya Palembang memang relatif kekurangan tempat hiburan, sehingga
adanya Agrowisata Bina Darma ini memang disambut cukup baik, khususnya
bagi warga kedua kota tersebut. Wisatawan yang berkunjung sudah tiga kali
adalah sebanyak 22 persen. Kunjungan untuk keempat kali dan kelima kali
masing-masing sebanyak 5 persen. Sisanya adalah kunjungan untuk keenam kali
sebanyak 3 persen dan terakhir adalah kunjungan untuk yang ketujuh kali
sebanyak 1 persen. Semua wisatawan responden sudah mengetahui keberadaan
58

Agrowisata Bina Darma sebagai objek wisata karena sudah pernah berkunjung
sebelumnya.

5.4.3. Tujuan Kunjungan


Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 150 wisatawan yang berkunjung
ke Agrowisata Bina Darma menunjukkan bahwa tujuan dari kegiatan wisatawan
adalah menikmati pemandangan alam, menikmati atraksi permainan, makan di
gubuk mang Engking, pendidikan/penelitian, membeli bibit, pupuk, dan sayuran.
Tujuan utama kegiatan wisata tertinggi dari wisatawan adalah menikmati
pemandangan alam yaitu sebanyak 44 persen. Tujuan wisatawan berikutnya yaitu
menikmati atraksi mainan yakni sebesar 39 persen. Agrowisata Bina Darma
mempunyai banyak atraksi mainan yaitu 19 jenis atraksi mainan sehingga dapat
menarik wisatawan untuk mengunjungi lokasi wisata tersebut. Selain itu, dari
hasil wawancara juga teridentifikasi bahwa tujuan wisatawan yaitu membeli bibit,
pupuk, dan sayuran yakni sebesar 9 persen. Kemudian tujuan yang selanjutnya
adalah makan di Gubuk Mang Engking sebesar 7 persen dan terakhir adalah
tujuan untuk pendidikan/penelitian sebesar 1 persen. Secara rinci tujuan kegiatan
wisata oleh wisatawan Agrowisata Bina Darma disajikan pada Gambar berikut.
Menikmati Pemandangan : 44%
Alam
1%
9%
Menikmati Atraksi : 39%
7% Permainan
44% Makan di Gubuk Mang : 7%
Engking

Pendidikan/Penelitian : 1%
39%

Membeli Bibit, Pupuk, dan : 9%


Sayuran

Gambar 5.8. Tujuan Kegiatan wisata oleh Wisatawan

5.4.4. Alasan Kunjungan


Sebagian besar dari wisatawan mempunyai alasan kunjungan karena jarak
yang dekat yaitu 44 persen. Alasan kedua wisatawan datang berkunjung ke
Agrowisata Bina Darma, yaitu adanya kemudahan transportasi sebesar 21 persen,
hal ini dimungkinkan oleh lokasi wisata agro ini yang berada tepat di pinggir jalan
59

raya. Namun, potensi alam Agrowisata Bina Darma juga menjadi salah satu alasan
kunjungan wisatawan Agrowisata Bina Darma yaitu sebesar 17 persen. Alasan
kunjungan lain yaitu biaya yang murah sebanyak 11 persen, lingkungan yang sepi
dan alami sebanyak 6 persen dan alasan untuk semuanya sebesar 1 persen. Secara
rinci alasan kunjungan wisatawan ke Agrowisata Bina Darma dapat dilihat pada
Gambar berikut.
1%
Jarak yang Dekat : 44%
6%
Kemudahan : 21%
17% Transportasi
44% Biaya yang Murah : 11%

Potensi Alamnya : 17%


11%
Lingkungan yang sepi : 6%
21% dan alami
Semuanya : 1%

Gambar 5.9. Alasan Kunjungan Wisatawan ke Agrowisata Bina Darma

Berdasarkan gambar 5.9 diatas, terlihat bahwa sebagian besar pengunjung


yang berwisata ke Agrowisata Bina Darma dikarenakan jaraknya yang relatif
dekat. Hal ini dimungkinkan karena Agrowisata Bina Darma ini terletak di
perbatasan Kabupaten Ogan Ilir dan Kotamadya Palembang. Kemudahan
transportasi juga menjadi alasan yang cukup penting, hal ini dimungkinkan karena
Agrowisata Bina Darma Ini terletak di pinggir jalan raya negara, sehingga para
wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi atau pun kendaraan umum untuk
menuju ke lokasi Agrowisata Bina Darma ini.

5.4.5. Ketersediaan Informasi mengenai Agrowisata Bina Darma


Sebelum berkunjung ke Agrowisata Bina Darma perlu adanya informasi
yang jelas mengenai kawasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi
bahwa asal informasi mengenai keberadaan Agrowisata Bina Darma berasal dari
teman, media cetak dan elektronik, biro perjalanan, dan lain-lain. Hasil
menunjukkan bahwa asal informasi yang diperoleh para wisatawan mengenai
keberadaan Agrowisata Bina Darma tertinggi adalah berasal teman/keluarga
sebesar 75 persen, berasal dari media cetak dan elektronik sebesar 15 persen,
berasal dari biro perjalanan sebesar 1 persen, dan lain-lain sebesar 9 persen. Hal
60

ini menunjukkan bahwa informasi objek wisata Agrowisata Bina Darma dari
publikasi atau promosi sudah cukup bagus. Secara rinci disajikan pada Gambar
berikut.
1%
Biro Perjalanan : 1%
9%
15%
Media Cetak & : 15%
Elektronik

Teman/Keluarga : 75%

75%
Lain-lain : 9%

Gambar 5.10. Ketersediaan Informasi mengenai Agrowisata Bina Darma

5.4.6. Biaya Perjalanan Berdasarkan Penggunaannya


Komponen biaya perjalanan merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan
oleh wisatawan untuk sampai ke Agrowisata Bina Darma hingga kembali ke
tempat tinggal. Biaya perjalanan tersebut terdiri dari tiket masuk, transportasi,
konsumsi, dan dokumentasi. Hasil perhitungan untuk biaya total per responden
menunjukkan bahwa sebagian besar biaya perjalanan ke Agrowisata Bina Darma
berasal dari konsumsi yaitu sebesar 48,5 persen, selanjutnya berasal dari tiket
masuk sebesar 28,5 persen, penggunaan untuk transportasi 13,3 persen, dan
penggunaan untuk dokumentasi sebesar 9,7 persen. Penggunaan biaya untuk
konsumsi paling besar karena di Agrowisata Bina Darma juga memang tersedia
rumah makan dan restoran buah. Dari hasil penjumlahan seluruh komponen
aktifitas, didapatkan total rata-rata sebanyak Rp 105.165,- artinya setiap satu
orang responden wisatawan menghabiskan sebesar jumlah tersebut. Jumlah biaya
perjalanan berdasarkan komponen-komponen biaya tersebut secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut.
61

Tabel 5.1. Persentase Biaya Perjalanan berdasarkan Penggunaannya


Biaya Total per responden Biaya Total Wisatawan per bulan
Aktivitas
Nominal Persentase (%) Nominal Persentase (%)
Tiket Masuk 30.000 28,5 218.940.000 28,5
Transportasi 13.947 13,3 101.782.773 13,3
Konsumsi 51.027 48,5 372.392.613 48,5
Dokumentasi 10.191 9,7 74.376.791 9,7
Total 105.165 100 4.189.292.834 100
Sumber: Data diolah (2011)

Biaya total wisatawan perbulan dapat menggambarkan jumlah pengeluaran


wisatawan Agrowisata Bina Darma. Biaya total wisatawan ini diperoleh dari
perkalian antara masing-masing biaya total per responden dengan rata-rata jumlah
pengunjung/wisatawan yang datang ke Agrowisata Bina Darma dalam satu bulan
selama satu tahun terakhir yaitu sebanyak 7.298 orang. Hasil perhitungan biaya
total wisatawan pertahun menunjukkan persentase yang sama dengan biaya total
per responden.

5.4.7. Persepsi Wisatawan terhadap kondisi Agrowisata Bina Darma


Dalam penelitian ini, persepsi wisatawan terhadap keberadaan Agrowisata
Bina Darma yang dinilai adalah kondisi jalan, aksesibilitas, keindahan, tata ruang,
fasilitas, keamanan, dan kebersihan. Hasil menunjukkan bahwa persepsi
wisatawan terhadap kondisi jalan 23 persen menilai masih dalam keadaan baik
dan sebagian besar beranggapan kondisi jalan cukup baik. Namun, masih ada
wisatawan yang masih beranggapan bahwa kondisi jalan masih tidak baik yakni
sebesar 9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu ada perhatian khusus
terhadap kondisi jalan agar dapat menarik wisatawan.
62

Tabel 5.2. Persepsi Wisatawan terhadap Kondisi Agrowisata Bina Darma


Persepsi Responden Kriteria Jumlah %
Jalan Sangat Baik 0 0
Baik 34 23
Cukup 103 69
Tidak Baik 13 9
Aksesibilitas Sangat Mudah 8 5
Mudah 74 49
Cukup 64 43
Tidak Mudah 4 3
Keindahan Sangat Indah 4 3
Indah 50 33
Cukup 91 61
Kurang Indah 5 3
Tata Ruang Sangat Baik 1 1
Baik 51 34
Cukup 90 60
Tidak Baik 8 5
Fasilitas Sangat Lengkap 0 0
Lengkap 45 30
Cukup 93 62
Kurang Lengkap 12 8
Keamanan Sangat Aman 4 2
Aman 115 77
Cukup 31 21
Kurang Aman 0 0
Kebersihan Sangat Bersih 0 0
Bersih 49 33
Cukup 99 66
Kurang Bersih 2 1
Sumber: Data diolah (2011)

Dari tabel 5.2 diatas terlihat bahwa, untuk aksesibilitas menuju Agrowisata
Bina Darma, sebesar 49 persen menyatakan bahwa aksesibilitas ke Agrowisata
Bina Darma mudah dan sebesar 43 persen menyatakan aksesibilitas ke
Agrowisata Bina Darma cukup mudah. Sementara, untuk persepsi keindahan,
wisatawan beranggapan bahwa keindahan di Agrowisata Bina Darma cukup
indah, sebesar 33 persen beranggapan indah, dan sebesar 3 persen beranggapan
63

sangat indah. Namun, masih ada wisatawan yang masih beranggapan Agrowisata
Bina Darma kurang indah. Selain itu, dari segi tata ruang sebagian besar
wisatawan yaitu sebesar 60 persen menyatakan bahwa tata ruang Agrowisata Bina
Darma masih cukup baik. Sebesar 34 persen dari wisatawan menyatakan bahwa
tata ruang Agrowisata Bina Darma sudah baik. Hanya satu persen dari wisatawan
yang beranggapan bahwa tata ruang Agrowisata Bina Darma sudah sangat baik.
Akan tetapi, masih ada wisatawan yang menyatakan bahwa tata ruang Agrowisata
Bina Darma masih tidak baik.
Selain itu, persepsi lain yang dilihat yaitu fasilitas Agrowisata Bina
Darma. Sebesar 62 persen, wisatawan menyatakan bahwa fasilitas Agrowisata
Bina Darma sudah cukup. Sebanyak 30 persen wisatawan menyatakan bahwa
fasilitas di Agrowisata Bina Darma sudah lengkap. Namun, masih ada sebesar 8
persen dari wisatawan menyatakan bahwa fasilitas di Agrowisata Bina Darma
masih kurang lengkap. Untuk mengenai persepsi terhadap keamanan, sebagian
besar dari wisatawan yaitu sebesar 77 persen beranggapan bahwa keamanan di
Agrowisata Bina Darma sudah aman. Sebesar 2 persen dari wisatawan bahkan
beranggapan bahwa Agrowisata Bina Darma sudah sangat aman. Namun, masih
ada wisatawan yang beranggapan bahwa keamanan di Agrowisata Bina Darma
cukup aman yaitu sebesar 21 persen. Dari segi kebersihan, sebagian besar dari
wisatawan yaitu sebesar 66 persen menyatakan bahwa kebersihan di Agrowisata
Bina Darma yaitu sudah cukup. Namun, sebanyak 33 persen dari wisatawan
Agrowisata Bina Darma menyatakan bahwa Agrowisata Bina Darma sudah
bersih. Hanya ada satu persen dari wisatawan yang menyatakan bahwa
Agrowisata Bina Darma masih kurang bersih.
VI. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN ANALISIS PRAKELAYAKAN

6.1. Daya Dukung Lingkungan Agrowisata Bina Darma


Informasi daya dukung lingkungan berguna untuk mengetahui kapasitas
atau kemampuan optimal kawasan Agrowisata Bina Darma dalam memberi
pelayanan jasa wisata agro secara jangka panjang. Informasi daya dukung juga
berguna bagi pengelola dalam mengatur pola pemanfaatan kawasan wisata
terutama terkait dengan jumlah maksimum pengunjung/wisatawan tanpa
mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya. Menurut
Libosada (1998) dan Hadi (2005), daya dukung (carrying capacity) merupakan
perbandingan antara luas area kawasan yang digunakan wisatawan/pengunjung
dengan rata-rata kebutuhan luas area per individu wisatawan/ pengunjung. Setiap
wisatawan/pengunjung akan membutuhkan suatu luasan area tertentu untuk dapat
menikmati kegiatan wisata dengan baik, dan oleh karenanya harus menjadi
perhatian bagi pengelola wisata disamping juga bertujuan mempertahankan mutu
lingkungan yang ada.

6.1.1. Hasil Analisis Kebutuhan Area dan Waktu Kunjungan Wisatawan


Kebutuhan area digunakan individu wisatawan dan waktu kunjungannya
merupakan dua hal penting yang perlu diketahui sebelum analisis daya dukung
lingkungan. Untuk waktu kunjungan, informasi yang dibutuhkan ada dua jenis
yaitu waktu terbuka untuk kunjungan yang disediakan oleh pengelola Agrowisata
setiap hari dan rata-rata waktu satu kunjungan yang dimanfaatkan oleh
wisatawan/pengunjung.
Selain kebun dan taman satwa, ada 19 obyek wisata yang bisa
dimanfaatkan oleh wisatawan bila berkunjung ke kawasan Agrowisata Bina
Darma, dan sebagian besar terdapat di dalam wahana utama dengan tiket khusus
(sebelum Mei 2011). Hasil analisis terkait kebutuhan area per individu
pengunjung dan rata-rata waktu satu kunjungan untuk setiap obyek wisata tersebut
di kawasan Agrowisata Bina Darma disajikan pada Tabel 6.1.
66

Tabel 6.1. Hasil analisis rata-rata kebutuhan area per individu dan rata-rata waktu
per kunjungan
Rata-Rata
Rata-Rata Kebutuhan Waktu Terbuka
Luas Area Waktu Satu
Kegiatan Wisata Area Per Individu Untuk Kunjungan
(m2) Kunjungan
(m2/org) (jam/hari)
(jam/hari)
(a) (b) (c) (d) (e)
Kunjungan Kebun
5000 25 9 0,5
Agro
Rumah Jamur 800 40 9 0,5
Kunjungan Kebun
5000 70 9 0,5
Bibit Buah-Buahan *)
**)
Taman Satwa 4800 84 9 0,5
Flying Fox
1000 18 0,5 0,5
(Outbound)
***)
Kolam Renang 3000 40 9 2
Kolam Pancing
2000 40 3 3
Keluarga
Hiburan Tangkap
150 7,5 0,17 0,17
Ikan
Wahana Perahu Naga 16400 450 0,25 0,25
Wahana Berkuda 1000 200 0,17 0,17
Roller Ball 50 17 0,5 0,5
Sepeda Air****) 4800 125 0,25 0,25
Motor ATV 200 7 0,17 0,17
Aqua Taddler Boat
200 6 0,17 0,17
(Perahu Tangan)
Shooting Target 40 20 0,17 0,17
Paintball 1500 150 0,42 0,42
Sepeda BMX 2500 312.5 0,25 0,25
Gajah Tunggang 150 25 0,25 0,25
Delman*****) 300 150 0,33 0,33
Spider Game 600 60 9 0,5
Komedi Putar 100 16.67 0,08 0,08
Kereta Agro 1000 50 0,33 0,33
Kereta mini 50 8.33 0,08 0,08
Sumber : Hasil analisis data lapang (2011)
*)
Termasuk jenis tanaman bonsai /kecil yang sedang tumbuh dimana pengunjung tidak boleh
terlalu padat agar tanamannya tidak stres (Libosada, 1998)
**)
Umumnya dari jenis biota unik /dilindungi/reproduksi terbatas, dimana pengunjung tidak
boleh terlalu padat agar hewannya tidak stres (Libosada, 1998)
***)
Renang merupakan kegiatan yang mobile/berpindah-pindah, untuk kenyamanan dibutuhkan
area yang cukup luas (Calimag, P.1994)
****)
Bersifat mobile, daya jelajah bisa lebih tinggi dari kegiatan renang, tapi di bawah kegiatan
mobile di daratan (Calimag, P. 1994)
*****)
Bersifat mobile, jelajah bisa lebih tinggi dari kegiatan di air, (Calimag, P. 1994)

Setiap obyek wisata akan menggunakan area atau lintasan khusus dalam
memberi pelayanan kepada wisatawan/pengunjung. Luas area yang ada,
kebutuhan area per individu, waktu terbuka untuk kunjungan yang disediakan oleh
pengelola Agrowisata akan mempengaruhi rata-rata waktu satu kunjungan
67

pengunjung/wisatawan. Selanjutnya rata-rata waktu satu kunjungan tersebut akan


mempengaruhi dinamika kegiatan wisata agro yang terdapat di kawasan
Agrowisata Bina Darma. Kebun agro, rumah jamur, kebun bibit buah-buahan,
kolam renang, taman satwa dan spider game terbuka selama 9 jam per kunjungan
setiap harinya. Kolam pancing untuk keluarga dibuka selama 3 jam per kunjungan
perwisatawan setiap harinya, sedangkan obyek wisata lainnya (permainan dan
sejenisnya) lebih pendek, yaitu kurang dari 1 jam untuk setiap kunjungannya.
Walaupun waktu terbuka untuk kebun dan taman satwa cukup lama, tetapi
wisatawan hanya memanfaatkannya rata-rata 0,5 jam, sedangkan untuk obyek
wisata sejenis permainan dimanfaatkan sesuai dengan waktu terbuka untuk
kunjungan. Menurut Syamsu (2001) dan Carter (1993), pemanfaatan waktu
terbuka untuk kunjungan sangat dipengaruhi oleh ketertarikan dan tingkat
kepuasan yang didapat oleh pengunjung, dimana bila mereka tertarik dan belum
puas, mereka akan menggunakan waktu kunjungan yang lebih lama, sedangkan
bila sebaliknya akan lebih pendek.

6.1.2. Hasil Analisis Daya Dukung Lingkungan, Koefisien Rotasi dan Daya
Tampung Wisatawan
Informasi kebutuhan area per individu, luas area, dan waktu kunjungan
pada Bagian 6.3.1, akan digunakan untuk analisis penentuan daya dukung
lingkungan (carrying capacity), koefisien rotasi, serta daya tampung wisatawan
per hari di kawasan Agrowisata Bina Darma. Menurut Hadi (2005), pendekatan
daya dukung berguna untuk menyediakan sumberdaya secara optimal dalam
mendukung pelayanan produk dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia. Terkait
dengan ini, maka informasi tentang kebutuhan area per individu, luas area, dan
waktu kunjungan merupakan data penting untuk menduga kapasitas kawasan
Agrowisata Bina Darma dalam memberikan pelayanan jasa wisata kepada
pengunjungnya.
Koefisien rotasi berguna untuk melihat perputaran kunjungan wisatawan/
pengunjung pada kondisi daya dukung yang ada, sehingga berbagai tindakan
pengelolaan yang diperlukan dapat dilakukan dengan baik. Hal ini penting
mengingat fasilitas wisata mempunyai ketahanan terbatas, dan supaya pengunjung
tidak cepat bosan, maka tindakan penyempurnaan dan menciptakan variasi
68

layanan sangat diperlukan. Informasi daya tampung wisatawan setiap hari berguna
untuk mendukung pelayanan teknis wisata setiap harinya sehingga wisatawan
terpuaskan dan fasilitas wisata tetap terjaga. Hasil analisis terkait daya dukung
lingkungan (carrying capacity), koefisien rotasi, daya tampung wisatawan, jumlah
maksimum wisatawan, serta rasionya di kawasan Agrowisata Bina Darma
disajikan pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Daya dukung lingkungan, koefisien rotasi dan daya tampung
wisatawan, jumlah wisatawan maksimal serta rasio kunjungan
Daya
Daya Dukung Koefisien Jumlah
Tampung
Lingkungan Rotasi Wisatawan Rasio
Kegiatan Wisata Wisatawan
(orang/hari) (perhari) Maksimal (4):(5)
(orang/hari)
(b/c) (d/e)
(b/c)x(d/e)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kunjungan Kebun Agro 200 18 3600 60 60:1
Rumah Jamur 20 18 360 8 45:1
Kunjungan Kebun Bibit
Buah-Buahan 71 18 1286 60 21:1
Taman Satwa 57 18 1029 8 129:1
Flying Fox (Outbound) 56 1 56 6 9:1
Kolam Renang 75 4,5 338 8 42:1
Kolam Pancing Keluarga 50 1 50 8 6:1
Hiburan Tangkap Ikan 20 1 20 6 3:1
Wahana Perahu Naga 36 1 36 6 6:1
Wahana Berkuda 5 1 5 2 3:1
Roller Ball 3 1 3 2 2:1
Sepeda Air 38 1 38 8 5:1
Motor ATV 29 1 29 8 4:1
Aqua Taddler Boat
(Perahu Tangan) 33 1 33 8 4:1
Shooting Target 2 1 2 2 1:1
Paintball 10 1 10 10 1:1
Sepeda BMX 8 1 8 6 1:1
Gajah Tunggang 6 1 6 6 1:1
Delman 2 1 2 2 1:1
Spider Game 10 18 180 8 23:1
Komedi Putar 6 1 6 6 1:1
Kereta Agro 20 1 20 7 3:1
Kereta mini 6 1 6 6 1:1
Total 764 7122
Sumber : Hasil analisis data lapang (2011)

Berdasarkan Tabel 6.2, jumlah maksimum wisatawan yang dapat


menggunakan Agrowisata Bina Darma tanpa mengubah keadaan fisik atau
menurunkan mutu lingkungan sekitarnya adalah 764 orang setiap harinya. Daya
69

dukung lingkungan ini termasuk rendah bila dibandingkan dengan daya dukung
taman wisata, ekowisata pesisir, dan lainnya. Hasil penelitian Semet (2012) di
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari misalnya menunjukkan
bahwa daya dukung TWA tersebut mencapai 58.092 orang. Hal ini terjadi karena
luas kawasan wisata alam tersebut sangat luas yang meliputi seluruh kawasan
gunung meja. Ini tentu berbeda sekali dengan luas kawasan Agrowisata Bina
Darma yang hanya 30 hektar, sementara berbagai aktivitas (23 obyek wisata)
dipadatkan.
Dari 23 obyek wisata yang ada, daya dukung lingkungan tertinggi dimiliki
oleh kegiatan wisata berupa kunjungan kebun agro (sayur-sayuran) sebesar 200
orang. Relatif tinggi daya dukung kebun agro ini lebih karena berupa wilayah
perkebunan palawija yang luas (5000 m2) dan dominan ditumbuhi oleh sayur-
sayuran, sehingga memberi ruang yang cukup luas bagi pengunjungnya.
Disamping itu, kebun agro lebih diarahkan untuk memberikan pemandangan yang
menyejukkan mata, sehingga dalam penataannya di kawasan Agrowisata Bina
Darma menempati area yang relatif lebih luas dibandingkan obyek wisata lainnya.
Eagles, et.all (2002) menyatakan bahwa pengembangan kawasan wisata harus
dilakukan sesuai tujuan peruntukannya, supaya manfaat yang didapat pengunjung
maksimal dan sesuai dengan tujuan wisata yang dilakukannya. Bila hal ini dapat
dilakukan dengan baik, maka pengunjung semakin tertarik berkunjung dan
keberlanjutan kegiatan wisata dapat terus berlanjut.
Taman satwa mempunyai daya dukung yang lebih rendah (57 orang)
daripada kebun agro meskipun luas areanya (4800 m2) hampir sama dengan kebun
agro. Hal ini terjadi karena taman satwa membutuhkan luas area per individu
pengunjung yang lebih tinggi (84 m2/org). Menurut Libosada (1998), kebutuhan
area per individu pengunjung sangat ditentukan oleh karakteristik obyek wisata
dan kenyamaan pengunjung. Taman satwa umumnya didiami oleh satwa langka
dan unik yang jarang berinteraksi dengan manusia, seperti orang utan, burung
elang, siamang, beruang, buaya rawa, yang karenanya akan mudah stress bila
terlalu banyak pengunjung, dan ini sedikit berbeda dengan obyek lainnya yang
tidak banyak terganggu oleh kepadatan pengunjung. Bahar (2004) dalam
penelitiannnya di Gugus Pulau Tanakeke, Kabupaten Takalar juga menunjukkan
70

pola yang sama, yang mana untuk kegiatan ekowisata berupa pengamatan burung
mensyaratkan adanya standar kenyamanan bagi pengunjung dan burung yang
diteropong. Standar kenyamanan tersebut diperhatikan supaya burung yang
diteropong merasa nyaman, tidak stress dan lari, serta tujuan wisata mengamati
burung juga tercapai.
Kolam renang mempunyai daya dukung sedang 75 orang pada luas area
3000 m2, dimana setiap individu pengunjung membutuhkan area rata-rata sekitar
40 m2. Sepintas luas area 3000 m2 yang hanya bisa menampung maksimal 75
orang cukup mubazir. Hasil survai dilapangan menunjukkan bahwa area kolam
renang terbagi jadi dua bagian, yaitu area kolam untuk anak-anak dan area kolam
renang untuk dewasa. Penataan seperti ini dilakukan untuk memberi kenyamana
kepada pengunjung baik dalam berenang dan bercengkerama dengan pengunjung
lainnya, terutama dari keluarga. Pengunjung kolam renang di kawasan Agrowisata
Bina Darma banyak berupa rombongan keluarga atau teman kerja yang sengaja
berlibur dengan berenang bersama-sama. Dengan pelayanan seperti ini,
pengunjung kolam renang akan lebih betah sehingga memberi peluang untuk
mengulanginya kembali di kemudian hari.
Daya dukung lingkungan terendah dimiliki oleh kegiatan wisata berupa
shooting target dan delman. Komedi putar dan kereta mini mempunyai luas area
yang rendah, sehingga dalam pelayanannya gampang membludak. Daya dukung
yang rendah untuk delman, berkuda, dan sepeda BMX lebih karena karakter
wisata tersebut yang bersifat petualang/melancong dan bergerak cepat, sehingga
dalam pergerakannya membutuhkan area yang cukup luas. Hal yang berbeda
terjadi untuk wisata dengan mengunjungi kebun agro, rumah jamur, yang
karakternya cenderung pasif menikmati kesegaran, kedamaian, dan keindahan
tanaman sekitar. Calimag (1994) menyatakan bahwa daya dukung lingkungan
suatu kegiatan wisata sangat dipengaruhi oleh karakter wisata, tingkat pelayanan,
dan fasilitas pelayanan. Fasilitas pelayanan yang lengkap dan lancar juga
mempengaruhi pola pemanfaatan area oleh wisatawan dalam kegiatan wisatanya.
Koefisien rotasi merupakan jumlah rotasi yang bisa dilakukan oleh
wisatawan untuk satu kali kunjungan (hari) berdasarkan jumlah jam yang dibuka
bagi kegiatan wisata per rata-rata waktu kunjungan untuk setiap kegiatan wisata
71

berbeda. Koefisien rotasi tertinggi yaitu pada kegiatan wisata kunjungan kebun
sayuran, rumah jamur, kunjungan kebun bibit buah-buahan, taman satwa dan
spider game, yaitu masing-masing sebanyak 18 kali. Hal ini terjadi karena rata-
rata wisatawan hanya memanfaatkan waktu 0,5 jam dari alokasi waktu terbuka (9
jam) untuk kunjungan. Libosada (1998) menyatakan bahwa pola pemanfaatan
waktu tersedia dapat menjadi acuan bagi pengelola kegiatan wisata dalam
mempertahankan keberlanjutan kegiatan wisata. Bila volume kunjungan tetap
stabil, maka pengelolaan sudah cukup baik pada kondisi saat ini (walau waktu
satu kunjungan dimanfaatkan singkat), sedangkan bila volume kunjungan
menurun, maka terjadi kebosanan, sehingga pengelola harus segera mengambil
tindakan pengelolaan yang diperlukan.
Koefisien rotasi yang cukup tinggi yaitu terdapat pada kegiatan wisata
kolam renang (4,5 kali), sedangkan 17 kegiatan wisata lainnya mempunyai
koefisien rotasi masing-masing 1 kali. Fadeli dan Nurdin (2005) menyatakan
bahwa pola pemanfaatan kegiatan wisata oleh wisatawan ini dengan waktu yang
singkat dapat membantu pengistirahatan beberapa fasilitas/obyek wisata sehingga
tidak membahayakan keberlangsungannya dan mengecewakan pengunjung. Hal
ini penting mengingat kegiatan wisata agro lebih mengandalkan pada kualitas
obyek wisata yang dominan merupakan lingkungan alam.
Pada Tabel 6.2. juga memperlihatkan daya tampung wisatawan atau
jumlah pengunjung yang bisa diakomodasi di kawasan Agrowisata Bina Darma.
Secara umum daya tampung wisatawan di kawasan Agrowisata Bina Darma tanpa
mengubah keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya adalah
7122 orang per hari. Daya tampung wisatawan ini diperoleh dari hasil perkalian
antara daya dukung lingkungan dengan koefisien rotasi. Daya tampung wisatawan
tertinggi dimiliki oleh kebun agro yang mencapai 3600 orang per hari. Kebun
bibit buah-buahan dan taman satwa mempunyai daya tampung wisatawan yang
juga tinggi, yaitu masing–masing 1.286 orang per hari dan 1.029 orang per hari.
Menurut Libosada (1998), lokasi wisata yang memuat tanaman bonsai, bibit, dan
satwa peliharaan umumnya lebih mudah stres bila dikunjungi banyak orang.
Terkait dengan ini, maka meskipun luas area kebun bibit buah-buahan dan taman
72

satwa hampir sama dengan kebun agro, tetapi daya tampung wisatawannya lebih
rendah.
Kegiatan wisata shooting target, delman, rollerball, wahana berkuda,
sepeda BMX, komedi putar, dan kereta mini mempunyai daya tampung
wisatawan yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh karakter wisata yang cenderung
dinamis, luas area yang lebih sempit, dan lainnya. Menurut Carter (1993),
kegiatan wisata dengan daya tampung yang rendah tidak akan berdampak negatif
selama pelayanan yang diberikan baik, dan kegiatan wisata penopang lainnya
lainnya lebih hidup dan menyenangkan.
Berdasarkan rasio wisatawan, sebagian besar obyek wisata masih terbuka
untuk menerima tambahan pengunjung/wisatawan baru. Hanya ada enam obyek
wisata yang jumlah wisatawan maksimalnya sama dengan daya tampung obyek
wisata tersebut, diantaranya sepeda BMX, gajah tunggang, delman, komedi putar,
dan kereta mini. Taman satwa dan kunjungan kebun agro merupakan dua obyek
wisata dengan rasio yang tinggi (masing-masing 129 : 1 dan 60 : 1), sehingga
sangat berpeluang untuk dikembangkan lanjut. Terkait dengan ini, maka untuk
keberlanjutan pengembangan Agrowisata Dina Darma, perhatian menyeluruh
terhadap obyek wisata yang ada harus diperhatikan, terutama yang memiliki
peluang besar (rasio tinggi) untuk dikembangkan. Bila dilakukan pengembangan
seperti perbaikan sistem layanan, penambahan fasilitas, dan lainnya sebaiknya
dikomunikasikan kepada wisatawan dan masyarakat luas, sehingga mereka
mengetahui dan tertarik mengunjunginya.

6.2. Analisis Prakelayakan Agrowisata Bina Darma


Hasil analisis prakelayakan ini memberi petunjuk tentang kemungkinan
pengembangan kegiatan wisata agro secara jangka panjang dengan memanfaatkan
berbagai obyek wisata yang terdapat di kawasan Agrowisata Bina Darma.
Disamping itu, hasil analisis prakelayakan juga berguna untuk mengetahui
bargaining position Agrowisata Bina Darma sebagai obyek wisata yang dikelola
dengan baik dan menjadi salah satu lokasi alternatif yang bisa dikunjungi
wisatawan. Menurut Hanley dan Spash (1993) dan Cahyo (1995), analisis
prakelayakan memberi informasi penting tentang bargaining position usaha
ekonomi dalam persaingan bisnis yang menentukan bertahan tidaknya usaha
73

ekonomi tersebut secara jangka panjang dalam memberikan pelayanan kepada


pelanggannya.
Untuk memastikan hal ini dan kemungkinan pengembangan kegiatan
wisata agro secara jangka panjang di kawasan Agrowisata Bina Darma, maka
dianggap perlu dilakukan analisis prakelayakan dalam pengelolaan wahana
hiburan dan fasilitas wisata lainnya berdasarkan parameter ekonomi yang relevan.
Parameter ekonomi tersebut mencakup Benefit-Cost Ratio (BCR), Net Present
Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP). Hanley dan
Spash (1993), Griffin dan Ronald (1991) memberi petunjuk tentang perimbangan
manfaat dan biaya dari suatu usaha ekonomi sehingga peluang pengembangan
secara berkelanjutan lebih dapat dipastikan. Dalam penelitian ini, prakelayakan
Agrowisata dibuat menjadi dua skenario, yaitu skenario pengelolaan tiket per
wahana dan skenario pengelolaan tiket terusan. Kedua skenario ini dipilih karena
pada tahun 2011, wisata agro mengalami perubahan sistem pengelolaan dalam
pembayaran tiket. Dimana sebelum bulan Mei 2011, pembayaran tiket adalah per
wahana. Sementara, setelah bulan tersebut sistem yang diterapkan adalah tiket
terusan yaitu Rp 30.000 per satu kali kunjungan per orang. Artinya, untuk
menggunakan fasilitas atau wahana yang berada di dalam Agrowisata Bina Darma
setiap pengunjung tidak perlu membayar kembali setelah membayar tiket terusan
tersebut. Masa operasi efektif rata-rata fasilitas yang terdapat di wahana hiburan
agrowisata Bina Darma diperkirakan mencapai 14 tahun.
Kedua skenario tersebut dikembangkan dalam penelitian ini, supaya bisa
menjadi bahan perbandingan, sehingga pengelola wisata agro dapat
mempertimbangkan sistem pengelolaan terbaik yang nantinya dapat diberlakukan
permanen dan jangka panjang. Hasil analisis prakelayakan skenario pengelolaan
per wahana dan skenario pengelolaan tiket terusan di Agrowisata Bina Darma
tersebut disajikan Tabel 6.3.
74

Tabel 6.3. Hasil Analisis Prakelayakan Agrowisata Bina Darma


Skenario
Parameter Ekonomi Standar Pengelolaan Per Pengelolaan Tiket
Wahana Terusan
NPV >0 Rp 8.237.963.582- Rp 9.885.444.800,-
BCR >1 1,30 1,36
IRR >16 % 53% 73%
PP 3 tahun 2 bulan 1 tahun
Layak Layak
Sumber : Hasil analisis data lapang (2011)

Pada perhitungan analisis prakelayakan dengan skenario pengelolaan


perwahana, diasumsikan bahwa penerimaan naik sebesar 5% setiap tahun
terhitung mulai tahun 2012 sedangkan biaya operasional naik 2% pertahun mulai
dari tahun 2012, biaya administrasi dan perkantoran naik 2% pertahun mulai dari
tahun 2012, biaya bunga angsuran dan Pajak Bumi dan Bangunan dianggap tetap
sedangkan biaya lingkungan dianggap naik 2% pertahun mulai dari tahun 2012.
Demikian halnya dengan perhitungan analisis prakelayakan dengan skenario tiket
terusan juga berlaku asumsi yang sama dengan tiket per wahana.
Hasil analisis prakelayakan kedua skenario pengelolaan menggunakan
parameter Benefit-Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate
Return (IRR), dan Payback Period (PP) akan dibahas pada bagian berikut.

6.2.1 Nilai Net Present Value (NPV)


Parameter Net Present Value (NPV) digunakan untuk mengetahui
prakelayakan pengembangan Agrowisata Bina Darma berdasarkan selisih antara
nilai sekarang (present) dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran
pada tingkat bunga tertentu yang berlaku yang terjadi selama menjalankan
kegiatan wisata agro di lokasi. Sedangkan suku bunga yang berlaku untuk kredit
perbankan, yaitu sekitar 16 % (Bank Indonesia, 2010). Suku bunga ini dijadikan
acuan karena pembangunan obyek wisata agro di kawasan Agrowisata Bina
Darma berasal dari dana investor, yang secara rutin harus dibayarkan oleh
pengelola Agrowisata Bina Darma. Berdasarkan Tabel 6.3, pengelolaan wisata
agro dengan tiket terusan mempunyai nilai NPV yang lebih tinggi yaitu sebesar
Rp 9.885.444.800,- daripada pengelolaan agrowisata dengan tiket per wahana
yaitu NPVsebesar Rp 8.237.963.585,-. namun kedua skenario pengelolaan ini
75

layak dilakukan dari segi NPV untuk mendukung pengembangan Agrowisata


Bina Darma. Nilai NPV sebesar Rp 9.885.444.800,- menunjukkan bahwa
pengelolaan agrowisata dengan tiket terusan dapat memberikan keuntungan bersih
sebesar itu selama 14 tahun masa operasi efektifnya jika diukur dari tahun 2009,
setelah mempertimbangkan suku bunga kredit sekitar 16 %. Sedangkan nilai NPV
sebesar Rp 8.237.963.585,- menunjukkan bahwa pengelolaan agrowisata dengan
tiket per wahana memberikan keuntungan bersih sebesar itu 14 tahun masa
operasi efektifnya jika diukur dari tahun 2009.
Keuntungan bersih dari pengelolaan wisata agro dengan tiket terusan lebih
tinggi, memberi indikasi bahwa pembayaran yang sedikit lebih tinggi dengan
implikasi membebaskan wisatawan berwisata di semua wahana yang ada akan
lebih baik daripada menyuruh mereka pembayaran untuk setiap wahana yang
diminati. Untuk pengelolaan per wahana, harga tiket totalnya untuk semua
wahana bisa lebih tinggi daripada harga tiket terusan, tetapi tidak semua
pengunjung akan memanfaatkan semua wahana tersebut. Hasil analisis Tabel 6.3,
telah menunjukkan hal tersebut. Menurut Fandeli dan Nurdin (2005) dan Bygrave
(1997), pelanggan/wistawan selalu memilih fasilitas yang disukai selama
berwisata, namun mereka umumnya tidak menolak membayar lebih tinggi bila
ada diskon dan diperbolehkan menggunakan fasilitas secara bebas, meskipun
dalam pelaksanaan tidak dimanfaatkan semua.

6.2.2. Nilai Benefit-Cost Ratio (BCR)


Dalam penelitian ini, parameter Benefit-Cost Ratio (BCR) digunakan
untuk prakelayakan pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan melihat
perimbangan antara penerimaan yang didapat dengan pengeluarannya dalam
menjalankan kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Nilai BCR
ini diharapkan lebih dari 1 (satu), yang berarti penerimaan kegiatan wisata agro
lebih besar daripada pembiayaannya.
Berdasarkan Tabel 6.3, dari segi BCR pengelolaan Agrowisata Bina
Darma dengan tiket per wahana maupun tiket terusan layak dikembangkan lanjut
karena keduanya mempunyai nilai BCR yang lebih dari 1 (satu), yaitu masing-
masing 1,30 dan 1,36. Untuk pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket
per wahana, setiap 1 (satu) satuan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
76

kegiatan wisata agro, maka akan mendatangkan penerimaan bersih sekitar 1,30
satuan. Hal yang sama juga untuk pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan
tiket terusan, dimana setiap 1 satuan biaya yang dikeluarkan akan mendatangkan
penerimaan bersih masing-masing 1,36 satuan.
Secara sepintas, jumlah penerimaan bersih berdasarkan analisis BCR ini
tidak terlalu besar. Hal ini karena pembandingnya merupakan akumulasi biaya
yang dikeluarkan selama menjalankan kegiatan wisata agro tersebut (14 tahun).
Setiap penerimaan yang didapat oleh pengelola, maka sebagian disisihkan untuk
biaya operasional wahana, biaya tenaga kerja, biaya perkantoran, biaya angsuran,
bunga, dan lainnya, belum lagi alokasi biaya penyusutan dari modal investasi
yang digunakan pada saat pembangunan fasilitas wisata agro. Bila semua biaya-
biaya tersebut diperhitungkan, maka tentu sangat banyak, sehingga sangat wajar
bila rasio penerimaan dikatakan baik dengan hanya lebih beberapa satuan dari
akumulasi biaya tersebut (Hanley dan Spash, 1993). Bila kedua skenario
pengelolaan yang ada diperbandingkan, maka dari segi BCR ini pengelolaan
Agrowisata Bina Darma dengan tiket terusan lebih tinggi daripada pengelolaan
dengan tiket per wahana.

6.2.3. Nilai Internal Rate of Return (IRR)


Dalam penelitian ini, paramater Internal Rate Return (IRR) digunakan
untuk mengetahui batas untung rugi pengelolaan Agrowisata Bina Darma, yang
ditunjukkan oleh suku bunga maksimal yang menyebabkan NPV=0. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket per
wahana mempunyai IRR sekitar 53% dan pengelolaan dengan tiket terusan
mempunyai IRR sekitar 73% (Tabel 6.3).
Nilai IRR 53% untuk pengelolaan dengan tiket per wahana memberi
pengertian bahwa menginvestasikan uang untuk pengelolaan dengan meminta
pengunjung/wisatawan membayar tiket untuk setiap wahana yang dikunjungi
(skenario I) akan mendatangkan keuntungan sekitar 53% per tahunnya.
Sedangkan nilai IRR 73% menunjukkan bahwa pengelolaan Agrowisata Bina
Darma dengan meminta pengunjung membeli tiket terusan Rp 30.000 per orang
(hanya sekali bayar untuk semua wahana, skenario II) akan mendatangkan
keuntungan sekitar 73% per tahunnya. Terkait dengan ini, maka skenario
77

pengelolaan dengan tiket terusan lebih baik dari segi IRR dibandingkan skenario
pengelolaan dengan tiket per wahana.
Namun demikian, kedua skenario pengelolaan tersebut termasuk bagus
dan layak dikembangkan, karena nilai IRR keduanya lebih tinggi dari suku bunga
perbankan yang berlaku hanya 16% (bunga kredit). Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan modal pinjaman dari pihak luar (univesitas, perbankan, dan
lainnya) untuk mengelola kawasan Agrowisata Bina Darma masih
menguntungkan bagi pengelola karena persentase keuntungan bersih yang didapat
(53% untuk skenario I dan 73% untuk skenario II) lebih besar dari suku bunga
kredit pinjamannya (16%).

6.2.4. Nilai Payback Period (PP)


Dalam penelitian ini, paramater Payback Period (PP) digunakan untuk
mengetahui jumlah tahun yang diperlukan untuk dapat menutupi seluruh biaya
yang digunakan. Pada kondisi ini pengelola Agrowisata Bina tidak memperoleh
keuntungan maupun kerugian dalam dalam menjalankan kegiatan wisata agro.
Bila skenario pengelolaan dipilih per wahana, maka Payback period (PP) adalah 3
tahun 2 bulan (Tabel 6.3) sedangkan skenario pengelolaan tiket terusan
mempunyai Payback period (PP) selama 1 tahun (Tabel 6.3). Terkait dengan ini,
maka PP untuk skenario pengelolaan tiket terusan ini terjadi pada masih di bawah
umur teknis fasilitas agrowisata yang rata-rata mencapai 14 tahun. Dengan
demikian, maka dari segi PP kedua skenario pengelolaan layak dilakukan.
Oleh karena semua parameter ekonomi (NPV, BCR, IRR, dan PP) dapat
dipenuhi dengan baik bila menggunakan kedua skenario tersebut, maka kegiatan
wisata agro “layak” dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan di kawasan
Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Bila mulai Mei 2011, pengelolaan
dengan tiket terusan telah diberlakukan, maka dapat terus dilakukan karena
membawa manfaat ekonomi yang lebih baik. Namun demikian, bila dikemudian
hari ada keberatan dari pengunjung/wisatawan terutama dengan tujuan khusus dan
hanya ingin berwisata pada salah satu wahana, maka dapat ditinjau kembali,
misalnya dengan pemberlakuan terbatas skenario pengelolaan dengan tiket per
wahana. Menurut BisnisUKM.com (2011) dan Bygrave (1997), pengelolaan
bisnis harus mengedepankan kebutuhan pelanggan dan trend pasar yang terjadi.
78

Setiap kegiatan bisnis akan menghadapi fase perkenalan, pertumbuhan,


pendewasaan, dan kemunduran, sehingga dibutuhkan strategi pengelolaan yang
tepat yang memungkinkan pelanggan tetap setia terhadap pelayanan yang
diberikan.

6.2.5. Sensitivitas Prakelayakan Agrowisata Bina Darma


Kegiatan wisata agro di kawasan Argowisata Bina Darma dapat dikatakan
masih baru, karena pengelolaan efektif dilakukan pada tahun 2010, dan bulan Mei
2011 baru memberlakukan pengelolaan dengan tiket terusan. Kondisi ini
menyebabkan pengunjung/wisatawan yang datang cenderung fluktuatif. Kajian
sensitivitas perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh pengelolaan Agrowisata
Bina Darma dapat dipertahankan secara layak. Untuk mengakomodir hal ini,
maka terhadap dua skenario pengelolaan yang ditawarkan (pengelolaan per
wahana dan pengelolaan tiket terusan) akan dianalisis sensitivitasnya.

Tabel 6.4. Hasil analisis sensitivitas prakelayakan Agrowisata Bina Darma


Skenario
Parameter Ekonomi Standar Pengelolaan Per Pengelolaan Tiket
Wahana Terusan
NPV >0 Rp 5.727.436.112,- Rp 7.374.917.327,-
BCR >1 1,19 1,35
IRR >16 % 44% 65 %
PP 3 tahun 5 bulan 1 tahun
Layak Layak
Sumber : Hasil analisis data lapang (2011)

Berdasarkan Tabel 6.4, diasumsikan apabila terjadi kenaikan biaya


operasional sebesar 30 persen pertahun akibat dari kenaikan BBM, maka untuk
pengelolaan Agrowisata Bina Darma dengan tiket per wahana diperoleh NPV
sebesar Rp 5.727.436.112,-, BCR sebesar, 1,19, IRR sebesar 44 %, dan PP pada 3
tahun 5 bulan. Pengelolaan Agrowisata Bina dengan tiket terusan diperoleh NPV,
BCR, IRR, dan PP berturut-turut Rp 7.374.917.327,-, 1,35, 65%, dan 1 tahun.
Bila melihat capaian nilai parameter tersebut terutama nilai BCR, maka
pengelolaan Agrowisata Bina Darma tetap layak secara ekonomi diteruskan.
79

Apabila dibandingkan antara hasil analisis prakelayakan dengan hasil analisis


sensitivitas, terjadi penurunan nilai, baik dari hasil NPV, BCR, IRR maupun PP.
Terkait dengan ini, maka pengelola harus melakukan berbagai upaya untuk
menarik minat pengunjung/wisatawan terutama pada kondisi sepi tidak bertepatan
dengan liburan sekolah, perayaan hari besar, dan lainnya. Penggalakan promosi
melalui media, pentas seni dan budaya, pameran, dan lainnya dapat menjadi
alterntif yang bisa dilakukan untuk menarik minat pengunjung/wisatawan.
Pengembangan seperti perbaikan sistem layanan, penambahan fasilitas dan
peningkatan promosi wahana yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan
seperti taman satwa dan kebun agro. Semua ini tentu memerlukan biaya, sehingga
didalam analisis telah dialokasikan sebagai biaya promosi. Namun bila hal
dilakukan dengan baik, maka alokasi biaya tersebut dapat tertutupi kembali,
sedangkan operasional jasa layanan wisata agro tidak banyak berubah. Menurut
Cahyono (1995), kegiatan bisnis yang produk dominannya berupa jasa pelayanan,
cenderung memberi manfaat ekonomi yang lebih baik pada kondisi permintaan
meningkat daripada kegiatan bisnis yang menjual produk habis pakai. Hal ini
terjadi karena layanan tambahan dapat diberikan menggunakan fasilitas yang
sama pada waktu yang sama pula dari kondisi biasa, asalkan daya dukung fasilitas
tidak terlampaui. Bila kedua skenario diperbandingkan, maka skenario
pengelolaan dengan tiket terusan tetap dapat dipertahankan baik pada kondisi
pengunjung biasa (kondisi saat ini), maupun bila terjadi peningkatan jumlah
pengunjung di tahun-tahun berikutnya.
VII. STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA AGRO BERKELANJUTAN

7.1 Kepentingan Aktor Pengembangan


Kawasan Agrowisata Bina Darma merupakan kawasan wisata agro yang
terdapat di Kabupaten Ogan Ilir yang karena potensi alam yang dimilikinya dapat
dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Pengembangan kawasan wisata ini, tentu
sangat tergantung dari dukungan/kepentingan semua aktor yang terkait di lokasi.
Aktor yang berkepentingan tersebut, diantaranya pemerintah daerah (PEMDA),
pengelola kawasan, wisatawan, lembaga pembina/pendamping, dan aparat desa
(kepala desa). Oleh karena itu, sejauhmana kepentingan setiap aktor tersebut akan
menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma.
Gambar 7.1 menyajikan hasil analisis kepentingan setiap aktor terkait bagi
pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan
Ilir, sedangkan Tabel 7.1 menyajikan susunan nilai rasio kepentingan (bobot) dan
prioritasnya.

Abbreviation Definition
Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan
PEMDA Pemerintah Daerah
PNGELOLA Pengelola Agrowisata
WSTAWAN Wisatawan
LMBGBINA Lembaga Pembina/Pendamping
KPLDESA Kepala Desa

Gambar 7.1. Kepentingan aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma


82

Tabel 7.1. Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap aktor dalam
pengembangan Agrowisata Bina Darma

Aktor Pengembangan Rasio Kepentingan Prioritas


Pengelola Agrowisata 0,353 1
Pemerintah Daerah 0,208 2
Lembaga Pendamping/ 0,206 3
Pembina
Wisatawan 0,167 4
Kepala Desa 0,066 5

Berdasarkan Gambar 7.1 dan Tabel 7.1, pengelola Agrowisata Bina Darma
mempunyai tingkat kepentingan yang paling tinggi bagi pengembangan
Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio
kepentingan (RK) 0,353. Informasi ini dapat dipercaya karena mempunyai
inconsistency ratio (IR) 0,09. Sedangkan secara statistik, batas inconsistency yang
diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,1. Nilai RK tersebut memberi petunjuk
bahwa kepentingan pengelola harus menjadi prioritas pertama dalam
pengembangan Agrowisata Bina Darma baik dengan skenario pengelolaan per
wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan.
Besarnya kepentingan pengelola wisata agro sangat wajar karena mereka
merupakan pelaku langsung usaha wisata yang maju mundurnya sangat
tergantung pada kemampuan mereka dalam mengelola dan memberi pelayanan
terbaik kepada pengunjung (wisatawan). Menurut Jamieson dan Noble (2000),
pengelola pariwisata mempunyai kepentingan mempertahankan eksistensi obyek
wisata, manfaat dan dampak pengelolaan pariwisata, serta bersama-sama dengan
masyarakat menjalin pertalian yang erat antara usaha lokal dengan pariwisata.
Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Ogan Ilir dan lembaga
pembina/pendamping mempunyai kepentingan tertinggi kedua dan ketiga bagi
pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan
Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,208 dan
0,206 pada incosistency terpercaya 0,09. Menurut Depdagri (2005), dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, PEMDA
diberi kewenangan untuk menetapkan bentuk pengelolaan terhadap daerah,
mengatur dan mengontrol jenis kegiatan yang prospektif bagi daerah, dan
mendorong peluang pengembangan usaha yang mendukung pengembangan
83

daerah. Terkait hal tersebut, maka cukup wajar bila PEMDA Kabupaten Ogan Ilir
mempunyai kepentingan tinggi terhadap pengembangan Agrowisata Bina Darma.
Untuk lembaga pembina/pendamping, mereka juga berperan penting dalam
memberikan pelatihan, pendampingan, dan mendukung pembiayaan yang
dibutuhkan Agrowisata Bina Darma, sehingga kepentingan mereka juga cukup
besar di kawasan Agrowisata Bina Darma.
Aparat desa (kepala desa) mempunyai tingkat kepentingan paling rendah
bagi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di Kabupaten
Ogan Ilir, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,066 pada
incosistency terpercaya 0,09. Rendahnya tingkat kepentingan aparat desa (kepala
desa) ini bisa jadi karena pengembangan wisata agro ini dapat membawa manfaat
langsung kepada anggota masyarakat desa tersebut, sehingga strategi manapun
yang terpilih dengan tujuan mendapatkan manfaat lebih bagi anggota masyarakat,
aparat desa akan sangat senang meskipun secara institusi tidak banyak dirasakan.
Disamping itu, pengembangan wisata agro ini tidak banyak melibatkan aparat
desa karena semua perijinan dan pembiayaan tergantung PEMDA dan pengelola,
serta pola pengembangannya dikonsultasikan dengan lembaga pembina/
pendamping. Sayogyo (1977) menyatakan bahwa pola pemerintahan desa lebih
menunjukkan keramahan, keluwesan, dan penerimaan yang baik, daripada sifat
birokratis terhadap suatu program pembangunan. Mereka umumnya mendukung
penuh berbagai kegiatan yang membangun dan memajukan wilayah desanya.

7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan


1. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut PEMDA
Untuk memilih strategi yang tepat bagi pengembangan Agrowisata Bina
Darma, PEMDA Kabupaten Ogan Ilir mempunyai penilaian tersendiri terhadap
faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan. Hal ini
wajar karena setiap aktor mempunyai interest/penilaian tersendiri yang didasarkan
pada pengalaman atau apa yang dipahami tentang suatu faktor pengembangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata agro, termasuk di
kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir, diantaranya kualitas SDM,
investasi, potensi pasar, dan fasilitas pendukung. Gambar 7.2 menyajikan hasil
84

analisis kepentingan faktor terkait dalam mendukung pengembangan Agrowisata


Bina Darma menurut pandangan PEMDA.

Abbreviation Definition
Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan
PEMDA Pemerintah Daerah
SDM Kualitas Sumberdaya Manusia
INVSTASI Investasi
PASAR Potensi Pasar
FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.2. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan PEMDA

Menurut pandangan PEMDA, potensi pasar merupakan faktor pendukung


yang paling penting dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma, Kabupaten
Ogan Ilir. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepentingan (RK) potensi pasar
dibandingkan tiga faktor pendukung lainnya, yaitu sekitar 0,389 pada
inconsistency terpercaya 0,06. Menurut pandangan PEMDA, investasi merupakan
faktor pendukung yang penting kedua (RK = 0,303 pada incosistency terpercaya
0,06) dan harus menjadi perhatian berikutnya setelah potensi pasar dikelola
dengan baik.
Penilaian PEMDA yang baik terhadap potensi pasar dan investasi ini, bisa
jadi karena PEMDA melihat bahwa pasar yang baik akan lebih menjamin
keberlanjutan suatu kegiatan pengembangan, dan investasi menjadi faktor penting
dalam aktualisasinya. Bila dikaitkan dengan manfaat yang bisa diterima oleh
PEMDA yaitu pendapatan asli daerah (PAD), maka penekanan terhadap potensi
pasar dan investasi wajar dan memang sangat dibutuhkan untuk menggerakkan
ekonomi sekaligus peningkatan kontribusi terhadap PAD.
Fasilitas tidak menjadi perhatian penting PEMDA yang ditunjukkan oleh
nilai RK yang paling kecil (0,130) pada inconsistency terpercaya 0,06. Fasilitas
pengembangan kawasan wisata agro umumnya dibangun oleh investor dalam hal
85

ini pihak Agrowisata Bina Darma. Menurut PEMDA, bila dukungan investor kuat
maka dengan sendirinya fasilitas akan tersedia dengan baik. Untuk infrastruktur
jalan masih cukup memadai ke lokasi Agrowisata Bina Darma, sehingga dianggap
belum merupakan kebutuhan mendesak oleh PEMDA. Penilaian PEMDA ini
sebenarnya tidak bertentangan dengan Spillane (1994) yang menyatakan bahwa
fasilitas merupakan satu dari lima unsur penting (atraksi, fasilitas, infrastrukur,
transportasi, dan rumah sakit) yang perlu diperhatikan untuk pengembangan
kawasan wisata. PEMDA beranggapan bahwa kondisi fasilitas yang ada saat ini
masih bagus dan bila ada kekurangan akan ditangani langsung investor, sehingga
PEMDA tidak perlu turun tangan langsung.

2. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Pengelola


Bagi pengelola, kawasan Agrowisata Bina Darma perlu diperhatikan
dengan optimal agar dapat menjadi aset penting daerah dan juga banyak
membantu ekonomi dan kehidupan masyarakat sekitar. Dalam kaitan dengan
pengembangan, pengelola mempunyai penilaian tersendiri terkait faktor-faktor
apa yang perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina
Darma tersebut, dan hasilnya disajikan pada Gambar 7.3.

Abbreviation Definition
Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan
PNGELOLA Pengelola Agrowisata
SDM Kualitas Sumberdaya Manusia
INVSTASI Investasi
PASAR Potensi Pasar
FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.3. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan pengelola

Menurut pengelola, potensi pasar merupakan faktor paling penting yang


perlu diperhatikan untuk mengembangkan kawasan Agrowisata Bina Darma.
Penilaian pengelola ini ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) potensi
86

pasar tersebut yang mencapai 0,487 pada inconsistency terpercaya 0,06. Dalam
kaitan ini maka menurut pengelola, strategi pengembangan yang dipilih haruslah
strategi yang dapat memanfaatkan secara optimal potensi pasar dari wisata agro
tersebut, baik yang ada di Kabupaten Ogan Ilir maupun di luar Kabupaten Ogan
Ilir. Untuk wilayah Kabupaten Ogan Ilir, potensi pasar tersebut dapat mencakup
penduduk kota, masyarakat kecamatan terdekat, kelompok pencinta alam, dan
pengawai/ karyawan instansi pemerintah dan swasta. Menurut pengelola, strategi
pengembangan yang terpilih haruslah yang dapat mengoptimalkan potensi pasar
tersebut, dan menjadikan obyek lokal sebagai tujuan utama wisatanya.
Fasilitas dan investasi merupakan faktor pendukung kedua dan ketiga yang
perlu diperhatikan menurut pandangan pengelola, namun tingkat kepentingannya
sangat jauh di bawah potensi pasar. Menurut pandangan pengelola, rasio
kepentingan fasilitas dan investasi masing-masing hanya sekitar 0,223 dan 0,162
pada inconsistency terpercaya 0,06. Bank Indonesia (2007) menyatakan bahwa
investasi menjadi kebutuhan utama dalam pengembangan suatu wilayah, namun
bila biaya investasi tersebut bisa disiapkan secara mandiri, maka investasi menjadi
komponen yang mengikuti kegiatan pengembangan tersebut. Terkait dengan ini,
bisa jadi pengelola Agrowisata Bina Darma mempunyai kemampuan finansial
yang baik, dengan adanya pihak Universitas Bina Darma sebagai penyandang
dana, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan masalah investasi dalam
pengembangan kegiatan wisata agro yang dikelolanya.
Kualitas SDM merupakan faktor pendukung yang tidak terlalu penting
menurut pandangan pengelola, yaitu dengan rasio kepentingan 0,127 pada
inconsistency terpercaya 0,06. Pengelola beranggapan bahwa wisata agro di
kawasan Agrowisata Bina Darma ini difokuskan pada pemanfaatan wahana
permainan dan pengembangan aktifitas di bidang pertanian dalam arti luas.
Syamsu, dkk (2001) menyatakan unsur keunikan dan kelangkaan menjadi daya
tarik penting dalam pengembangan suatu kawasan wisata agro, sehingga keunikan
suatu kegiatan pola tanam, kelangkaan suatu hamparan tanaman perlu dilestarikan
dan dibina terus di kawasan wisata agro.
87

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Wisatawan


Wisatawan merupakan perorangan atau kelompok orang yang melakukan
kegiatan wisata pada suatu obyek wisata dengan tujuan untuk mendapatkan
kepuasan tertentu. Terkait dengan ini, maka dalam pengembangan Agrowisata
Bina Darma harus juga memperhatikan kepentingan atau penilaian wisatawan
terkait faktor-faktor pendukung yang perlu diperhatikan dalam pengembangan.
Hasil penilaian wisatawan terkait pengembangan Agrowisata Bina Darma secara
berkelanjutan yang diolah menggunakan program AHP (Expert Choice 9.5)
disajikan pada Gambar 7.4.

Abbreviation Definition
Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan
WSTWAN Wisatawan
SDM Kualitas Sumberdaya Manusia
INVSTASI Investasi
PASAR Potensi Pasar
FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.4. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan wisatawan

Dalam pandangan wisatawan, fasilitas dan investasi merupakan faktor


pendukung yang paling penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan
Agrowisata Bina Darma secara berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) masing-masing 0,309 pada
inconsistency terpercaya 0,06. Penilaian ini cukup beralasan karena kepuasan
dalam berwisata akan didapat oleh wisatawan bila mereka menikmati dan merasa
nyaman dengan fasilitas yang ada. Investasi akan mendukung pengadaan fasilitas
yang dimaksud, sehingga wisatawan memberi perhatian penting terhadap faktor
investasi ini. Terkait dengan ini, maka wisatawan akan lebih menyukai strategi
pengembangan yang dapat membenahi secara maksimal fasilitas wisata yang ada,
pengembangan investasi untuk mempertahankan keberlanjutannya. Pada kondisi
88

tertentu, fasilitas yang ada mungkin sudah memadai/menarik hanya kebanyakan


wisatawan tidak menyadari atau belum mengetahui. Strategi pengembangan yang
mengakomodir hal ini tentu sangat baik sehingga fasilitas dan obyek menarik
yang terdapat di kawasan Agrowisata Bina Darma dapat diketahui semua calon
wisatawan.
Kualitas SDM merupakan faktor pendukung ketiga yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan
wisatawan. Meskipun urutan ketiga, tetapi perhatian wisatawan relatif tinggi
terhadap kualitas SDM ini dibandingkan aktor lainnya yang ditunjukkan oleh nilai
RK 0,241 pada inconsistency terpercaya 0,06. Ini bisa jadi supaya pihak pengelola
Agrowisata Bina Darma semakin kreatif dan inovatif dalam mengelola areal
wisata agronya. Potensi pasar menjadi faktor pendukung yang paling rendah
tingkat kepentingannya menurut wisatawan, yaitu dengan RK 0,142 pada
inconsistency terpercaya 0,06. Pandangan wisatawan tentang faktor pendukung
tersebut menjadi pertimbangan penting dalam penentuan prioritas strategi yang
akan digunakan untuk mengembangkan kawasan Agrowisata Bina Darma,
Kabupaten Ogan Ilir.

4. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Lembaga


Pembina/Pendamping
Di kawasan Agrowisata Bina Darma, keterlibatan lembaga pembina/
pendamping disamping berperan sebagai pembina dan pendamping dalam
pengelolaan kawasan wisata, lembaga ini juga membantu pengelola wisata agro
bila kesulitan dalam keuangan. Lembaga pembina/pendamping ini telah menjadi
bagian penting dalam pengembangan kawasan Agrowisata Bina Darma
Kabupaten Ogan Ilir.
Dalam kaitan dengan pengembangan tersebut, lembaga pembina/
pendamping ini mempunyai penilaian tersendiri terkait faktor-faktor apa yang
perlu diperhatikan untuk mendukung pengembangan Agrowisata Bina Darma
secara berkelanjutan. Hasil penilaiannya yang diolah menggunakan program
AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.5.
89

Abbreviation Definition
Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan
LMBGBINA Lembaga Pembina/Pendamping
SDM Kualitas Sumberdaya Manusia
INVSTASI Investasi
PASAR Potensi Pasar
FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.5. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan lembaga


pembina/pendamping

Berdasarkan Gambar 7.5, potensi pasar merupakan faktor pendukung yang


pertama yang harus diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma
secara berkelanjutan menurut pandangan lembaga pembina/pendamping. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK) 0,365 pada inconsistency
terpercaya 0,08. Kepentingan potensi pasar ini tidak terlalu dominan dibandingkan
menurut penilaian pengelola (Bagian 2). Hal ini lebih karena lembaga
pembina/pendamping tidak berinteraksi langsung dengan aktivitas wisatanya
dibandingkan dengan pengelola yang bisa merugi bila wisata agro kurang diminati
pasar. Penilaian lembaga pembina/pendamping terhadap potensi pasar ini menjadi
pertimbangan penting dalam penentuan strategi terbaik untuk pengembangan
Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir. Kompas (2003) menyatakan
bahwa pasar produk merupakan penyebab utama pengembangan suatu usaha
termasuk di bidang pariwisata, dan strategi pengembangan usaha tersebut sangat
ditentukan oleh trend pasar bagi produk yang dihasilkan.
Ketersediaan fasilitas merupakan faktor pendukung kedua yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan kawasan wisata agro tersebut dengan RK
0,260 pada inconsistency terpercaya 0,08. Lembaga pembina/pendamping melihat
bahwa fasilitas yang ada termasuk infrastruktur jalan ke lokasi perlu dibenahi lagi,
sehingga kegiatan wisata agro di Agrowisata Bina Darma semakin nyaman.
Kualitas SDM merupakan faktor pendukung yang dianggap tidak begitu penting
90

oleh lembaga pembina/pendamping, yang ditunjukkan oleh rasio kepentingannya


paling kecil, yaitu 0,139 pada inconsistency terpercaya 0,08.

5. Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Menurut Aparat Desa


Sebagaimana aktor lainnya, aparat desa juga mempunyai harapan
tersendiri terkait pengembangan kawasan Agrowisata Bina Darma Kabupaten
Ogan Ilir, meskipun mereka mempunyai tingkat kepentingannya rendah seperti
ditunjukkan pada Gambar 7.6. Harapan ini ada karena aparat desa (kepala desa)
ingin melihat masyarakatnya lebih sejahtera bila kawasan Agrowisata Bina Darma
akan dikembangkan lebih lanjut. Harapan atau penilaian aparat desa (kepala desa)
terkait faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Agrowisata
Bina Darma secara berkelanjutan yang diolah lebih lanjut menggunakan program
AHP (Expert Choice 9.5) disajikan pada Gambar 7.6.

Abbreviation Definition
Goal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Berkelanjutan
KPLDESA Kepala Desa
SDM Kualitas Sumberdaya Manusia
INVSTASI Investasi
PASAR Potensi Pasar
FSLITAS Fasilitas

Gambar 7.6. Kepentingan faktor pendukung menurut pandangan aparat desa


(kepala desa)

Menurut pandangan aparat desa (kepala desa), pembenahan fasilitas


merupakan faktor paling penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
Agrowisata Bina Darma, yang ditunjukkan oleh nilai rasio kepentingan (RK)
0,358 pada inconsistency terpercaya 0,02. Investasi menjadi menjadi faktor paling
penting kedua yang perlu diperhatikan yang ditunjukkan oleh nilai rasio
kepentingan (RK) 0,302 pada inconsistency terpercaya 0,02. Menurut aparat desa
(kepala desa), kedua hal ini perlu dibenahi lebih awal karena menjadi daya tarik
91

pengelolaan Agrowisata Bina Darma secara jangka panjang. Keberadaan investor


akan menjamin keberlanjutan pemeliharaan fasilitas wisata yang ada.
Bila kedua faktor tersebut sudah dibenahi, maka menurut aparat desa,
pasar akan tercipta dengan sendirinya, karena bila wisatawan tertarik, maka
mereka akan datang. Potensi pasar ini menjadi faktor pendukung ketiga yang
perlu diperhatikan menurut pandangan aparat desa, yang ditunjukkan oleh nilai
rasio kepentingan (RK) 0,230 pada inconsistency terpercaya 0,02. Kualitas SDM
tidak penting menurut aparat desa (RK = 0,110) pada inconsistency terpercaya
0,02). Pearce dan Moran (1994) menyatakan bahwa tradisi masyarakat yang unik
dan potensi sumberdaya alam lokal merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh
suatu kawasan, yang keberadaannya tidak membutuhkan investasi besar, tetapi
hanya membutuhkan kearifan manusia.
Secara keseluruhan, kepentingan setiap faktor terkait dalam mendukung
pengembangan Agrowisata Bina Darma menurut pandangan setiap aktor terkait di
lokasi disajikan pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2. Hasil analisis rasio kepentingan (bobot) setiap faktor pendukung
menurut pandangan aktor terkait

Aktor Rasio Kepentingan Faktor Pembatas Inconsistency


Pengembangan SDM INVESTASI PASAR FASILITAS Ratio

Pemerintah Daerah 0,178 0,303 0,389 0,130 0,06


Pengelola
0,06
Agrowisata 0,127 0,162 0,487 0,223
Wisatawan 0,241 0,309 0,142 0,309 0,06
Lembaga
Pendamping/ 0,139 0,237 0,365 0,260 0,08
Pembina
Kepala Desa 0,110 0,302 0,230 0,358 0,02

Pada Tabel 7.2, terlihat bahwa setiap faktor pendukung mempunyai


urgensi tersendiri bagi setiap aktor dalam mendukung pengembangan Agrowisata
Bina Darma. Untuk faktor fasilitas misalnya, pemerintah daerah memandangnya
tidak begitu penting dibandingkan tiga faktor pendukung lainnya, sedangkan
aparat desa (kepala desa), menjadikan fasilitas sebagai faktor pembatas yang
92

paling menentukan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma. Untuk faktor


investasi, pengelola agrowisata memandangnya tidak begitu penting (RK =
0,162), tetapi bagi aktor lainnya termasuk faktor pendukung yang lumayan
penting. Perbedaan pandangan ini cukup wajar terjadi karena perbedaan
kepentingan masing-masing aktor dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma.
Hal ini menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan strategi yang paling tepat
untuk pengembangan kawasan wisata agro tersebut.

7.3 Prioritas Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma


Pemilihan opsi strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan ini ditentukan melalui pertimbangan integral terhadap kepentingan
semua aktor dan kepentingan setiap faktor pendukung pengembangan. Bila
melihat hasil analisis Bagian 7.1 dan bagian 7.2, maka setiap aktor mempunyai
kepentingan dan peran yang berbeda-beda, begitu juga dengan penilaian terhadap
faktor yang dianggap penting dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma,
Kabupaten Ogan Ilir. Hasil analisis terkait kepentingan setiap aktor (5 aktor), dan
penilaian terhadap setiap faktor pendukung (4 faktor) akan mempengaruhi
pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan di
Kabupaten Ogan Ilir.
Mengacu kepada jumlah aktor yang berkepentingan dan jumlah faktor
yang mempengaruhi kegiatan pengembangan, maka jumlah pertimbangan untuk
memilih setiap opsi strategi pengembangan yang ditawarkan ada sekitar 20
pertimbangan. Bila mengacu kepada Saaty (1991), maka kombinasi pertimbangan
yang menyeluruh (integratif) ini memberi indikasi bahwa strategi pengembangan
Agrowisata Bina Darma yang dipilih akan lebih dapat mengakomodir semua
kepentingan, kondisi/keterbatasan yang ada untuk pengembangan kegiatan wisata
agro yang lebih baik di Agrowisata Bina Darma, Kabupaten Ogan Ilir.
Berdasarkan rancangan hirarki dalam metodologi yang di cek kembali
kesesuaiannya dengan kondisi dilapangan, maka ada 5 (lima) opsi strategi
pengembangan Agrowisata Bina Darma yang ditawarkan, yaitu :
a. Meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan (S-PRMOSI)
b. Mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK)
93

c. Melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD)


d. Mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH)
e. Mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT)
Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina Darma
yang berkelanjutan tersebut setelah diolah menggunakan sofware Team EC
ditunjukkan pada Gambar 7.7, sedangkan hasil penetapan prioritas strategi
berdasarkan nilai rasio kepentingan disajikan pada Tabel 7.3.

Gambar 6.17. Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina


Darma yang berkelanjutan

Gambar 7.7 Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan Agrowisata Bina


Darma yang berkelanjutan (berdasarkan urutan prioritas)

Tabel 7.3. Hasil analisis rasio dan prioritas kepentingan setiap opsi strategi
dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma

Strategi Pengembangan Rasio Kepentingan Prioritas


S-PRMOSI 0,248 1
S-CEGAH 0,229 2
S-KUALIT 0,205 3
S-PENDIK 0,168 4
S-TRABUD 0,150 5

Berdasarkan Gambar 7.7 dan Tabel 7.3, opsi strategi meningkatkan


promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI)
mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan empat opsi strategi
lainnya, yaitu sekitar 0,248 pada inconsistency terpercaya 0,07. Secara statistik,
batas inconsistency yang diperbolehkan tidak lebih dari 0,1. Tabel 7.4 dan Tabel
94

7.5 menyajikan contoh hasil analisis yang menunjukkan strategi meningkatkan


promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lebih
baik dari strategi lainnya terkait beberapa faktor pendukung dalam pandangan
aktor terkait.

Tabel 7.4. Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait investasi dalam
pandangan PEMDA

Berdasarkan Tabel 7.4, strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata


Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lima kali lebih penting daripada
strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) dan
strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT). Strategi promosi (S-
PRMOSI) tiga kali lebih penting daripada strategi mengembangkan wisata agro
berbasis pendidikan (S-PENDIK) dan strategi mencegah kerusakan dan
kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH). Terkait dengan ini, maka dalam pandangan
PEMDA, untuk meningkatkan investasi maka strategi promosi tentang
Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) jauh lebih baik dari
semua strategi lainnya.
95

Tabel 7.5. Perbandingan berpasangan diantara opsi strategi terkait potensi pasar
dalam pandangan Pengelola

Berdasarkan Tabel 7.5, strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata


Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) lima kali lebih penting daripada
strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) dan
strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD). Strategi
promosi (S-PRMOSI) tiga kali lebih penting daripada strategi mencegah
kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-CEGAH) dan dan strategi
mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT). Terkait dengan ini, maka
strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan (S-PRMOSI) merupakan strategi yang paling tepat bagi
pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir (prioritas
pertama). Hal ini sesuai dengan pendapat Tamba (2004) yang menyatakan bahwa
promosi merupakan ujung tombak pemasaran produk (termasuk wisata), dan oleh
karenanya pengembangan usaha harus memberikan perhatian khusus kepada
kegiatan promosi sehingga produk yang dihasilkan dapat dikenal luas dan
diterima dengan baik oleh pasar. Hasil analisis perbandingan lainnya ditunjukkan
pada Lampiran 13 – 22, sedangkan hasil analisis perbandingan dalam memenuhi
harapan/kepentingan aktor terkait disajikan pada Lampiran 23 – 26.
96

Opsi strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-


CEGAH) menjadi strategi prioritas kedua untuk pengembangan Agrowisata Bina
Darma yang berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir (RK = 0,229 pada
inconsistency terpercaya 0,07). Strategi mencegah kerusakan dan kehancuran
lokasi wisata (S-CEGAH) dapat menjadi back-up bagi pengembangan kegiatan
wisata agro di Agrowisata Bina Darma, terutama bila banyak kendala untuk
mengembangkan kegiatan promosi wisata, seperti dana promosi yang minim,
konflik pengelolaan, dan isu destruksi lingkungan yang menyebabkan kegiatan
promosi tidak menarik.
Opsi strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) dan
Mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK) menjadi strategi
prioritas ketiga dan keempat untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan. Kedua opsi strategi mempunyai rasio kepentingan (RK) masing-
masing 0,205 dan 0,168 pada inconsistency terpercaya 0,07. Sedangkan opsi
strategi melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-TRABUD) menjadi
strategi prioritas terakhir untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan di Kabupaten Ogan Ilir (RK = 0,150 pada inconsistency terpercaya
0,07). Pelestarian tradisi dan budaya masyarakat lokal tidak menjadi prioritas, bisa
jada karena tradisi dan budaya tersebut telah menyatu dengan kehidupan dan
kegiatan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, sehingga tanpa
diprogramkan tradisi dan budaya tersebut tetap lestari.

7.4 Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma


yang Berkelanjutan
Pada bagian ini, semua elemen yang terkait dengan penentuan strategi
pengembangan Agrowisata Bina Darma akan dibahas secara menyeluruh dan
vertikal mulai dari aktor yang dominan berperan, faktor pendukung dominan yang
mempengaruhi pengembangan, sampai terpilihnya satu strategi terbaik (prioritas)
untuk pengembangan kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma.
Hal ini supaya implementasi strategi terpilih lebih efektif dan tepat sasaran dengan
mengoptimalkan peran aktor serta faktor pendukung yang dominan.
Hasil analisis vertikal pada level pertama (tingkat aktor) menunjukkan
bahwa kepentingan pengelola mempunyai rasio paling tinggi, yaitu mencapai
97

0,353. Hal ini menunjukkan bahwa peran pengelola sangat penting dalam
mendukung keberlanjutan pengembangan Agrowisata Bina Darma, dimana maju
mundurnya kegiatan wisata agro sangat tergantung pada pola pengelolaan yang
dikembangkan oleh mereka. Untuk mengelola Agrowisata Bina Darma, pihak
Universitas Bina Darma (pemilik lokasi), menunjuk pengelola khusus yang
mempunyai kewenangan untuk menetapkan jenis kegiatan wisata yang
dikembangkan, lama kunjungan, jenis atraksi, menetapkan tarif tiket, serta
pengadaan dan perawatan berbagai fasilitas yang dibutuhkan. Terkait ini, maka
cukup wajar bila pengelola mempunyai peran dan kepentingan dominan bagi maju
mundurnya kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma.
Untuk level kedua (tingkat faktor pembatas), potensi pasar mempunyai
rasio kepentingan paling tinggi, yaitu mencapai 0,323. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor pendukung berupa potensi pasar sangat dominan dalam mendukung
pengembangan kegiatan wisata agro di lokasi. Hasil identifikasi lapang
menunjukkan bahwa anak-anak sekolah, masyarakat Kota Palembang, dan
masyarakat kota terdekat lainnya menjadi pasar potensial bagi kegiatan wisata
agro di kawasan Agrowisata Bina Darma. Hal ini cukup realistis karena jarak
yang dekat dan sifat wisata yang mendekatkan masyarakat dengan alam. Anak
sekolah dan masyarakat kota biasanya ingin mencari ketenangan dan
meninggalkan sejenak kepenatan serta hiruk-pikuknya kota atau aktivitas yang
ramai. Hasil analisis vertikal yang memberi rasio kepentingan tinggi bagi potensi
pasar ini dapat menjadi arahan bagi pengelola untuk mengembangkan pasar,
sehingga aktivitas kunjungan lebih meningkat dan keberlanjutan Agrowisata Bina
dapat lebih terjamin. Musim libur harus dimanfaatkan dengan baik untuk menarik
minat pengunjung dari kalangan anak sekolah dan pekerja kantoran.
Dengan memperhatikan peran aktor dan faktor pendukung yang dominan,
maka pada analisis vertikal level ketiga, didapatkan strategi prioritas untuk
pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan. Strategi prioritas
tersebut adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan (S-PRMOSI) dengan rasio kepentingan 0,248. Strategi promosi
dianggap sebagai strategi yang paling tepat untuk memanfaatkan pasar potensial
Agrowisata Bina Darma lebih karena paling cocok untuk memberi informasi dan
98

pengertian kepada masyarakat calon pengunjung, sehingga mereka dapat


mengetahui jenis-jenis obyek wisata yang dapat dinikmati di kawasan Agrowisata
Bina Darma, dan kemudahan untuk mengunjunginya.
Implementasi strategi Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-
PRMOSI) akan efektif, bila memperhatikan :
1. Dukungan PEMDA baik dalam kemudahan ijin, penyertaan dan pelibatan
Agrowisata Bina Darma dalam berbagai kegiatan promosi daerah, dan
kegiatan daerah lainnya harus dipertahankan.
2. Pengelola wisata agro harus tetap menjalankan kegiatan pelayanan wisata
agro secara rutin dan selalu memelihara obyek wisata yang ada baik pada
kondisi ramai maupun sepi pengunjung (manfaat finansial kecil).
3. Kegiatan promosi dapat memanfaatkan wisatawan yang berkunjung
dengan member pelayanan yang baik, selebaran pamflet serta promosi
lewat media elektronika, surat kabar, internet, dan lainnya.
4. Kemitraan dengan lembaga pembina/pendamping perlu terus
dipertahankan dalam bentuk memberikan pendampingan pengelolaan.
Secara keseluruhan, hasil analisis vertikal penentuan strategi
pengembangan Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan disajikan pada
Gambar 7.8. Berdasarkan Gambar 7.8, untuk keberlanjutan pengembangan
Agrowisata Bina Darma, maka strategi prioritas pertama pengembangan kegiatan
wisata adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma. Hal ini
perlu dilakukan dengan memberi perhatian penting pada pengembangan potensi
pasar serta mengakomodir secara maksimal kepentingan pengelolaan. Menurut
Tamba (2004) dan Spillane (1994), upaya promosi yang dilakukan selaras dengan
potensi pasar yang ada merupakan aktivitas penting yang perlu dilakukan oleh
pengelola wisata alam secara terus menerus, sehingga kawasan selalu menarik
minat pengunjung (wisatawan). Kepentingan pengelola juga perlu diberi perhatian
utama, karena mereka adalah pelaku langsung kegiatan wisata agro dan menjadi
penentu akhir maju-mundurnya Agrowisata Bina Darma ke depan.
99

Tujuan yang dicapai Mewujudkan Agrowisata Bina Darma yang


berkelanjutan

Pemerintah Pengelola Wisatawan Lembaga Pembina/ Kepala Desa


Aktor
Daerah (0,208) (0,353) (0,167) Pendamping (0,206) (0,066)

Kualitas Investasi Potensi Fasilitas


Faktor-faktor
SDM (0,263) Pasar (0,256)
(0,159) (0,323)

Strategi yang Meningkatkan Mengembangkan Melestarikan Mencegah Mengedepan


dapat ditempuh promosi tentang wisata agro tradisi dan kerusakan dan kan kualitas
Agrowista Bina berbasis program budaya kehancuran wisata agro
Darma yang pendidikan masyarakat lokasi wisata (0,205)
berkelanjutan (0,168) lokal (0,150) (0,229)
(0,248)

Gambar 7.8. Hasil analisis vertikal strategi pengembangan Agrowisata Bina


Darma yang berkelanjutan

Pada saat intensitas strategi promosi (S-PRMOSI) dikurangi, strategi yang


menjadi back-up dapat dintensifkan implementasinya. Seperti dijelaskan
sebelumnya, strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-
CEGAH) merupakan strategi kedua/back-up utama dari strategi promosi tersebut
(RK = 0,229). Strategi mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-
CEGAH) dapat dilakukan, misalnya dalam bentuk memperbaiki fasilitas wisata
yang rusak, melakukan konservasi pada lingkungan sekitar yang kurang terawat,
dan membangun wahana/obyek wisata tambahan di lokasi.
Strategi mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT) menjadi
strategi prioritas ketiga untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma yang
berkelanjutan (RK = 0,205). Oleh karena semua fasilitas termasuk masih baru,
maka kualitas pelaksanaan kegiatan wisata agro diduga dapat berjalan dengan
baik dalam beberapa tahun ke depan. Pada waktu tertentu nantinya fasilitas
tersebut mungkin sudah ada yang rusak dan kurang maksimal dalam operasinya,
maka perlu menjadi perhatian bagi pengelola untuk memberikan penanganan
perbaikan secara cepat dan terus-menerus melakukan perawatan rutin. Bila hal ini
100

dapat dilakukan dengan baik, maka kualitas pelakasanaan kegiatan wisata agro
terus terjaga hingga di masa datang.
Strategi mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan dan strategi
melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal merupakan strategi prioritas
keempat dan kelima yang dapat dikembangkan di kawasan Agrowisata Bina
Darma. Fasilitas yang masih baik terutama kebun buah dan taman satwa dapat
mendukung peningkatan pendidikan bagi pengunjung terutama dari kalangan
anak-anak, dan hal ini harus terus dipertahankan. Tradisi dan tata nilai budaya
lokal dapat diintroduksi dalam paket wisata nantinya, sehingga kegiatan wisata
lebih variatif dan lebih menarik minat. Kedua strategi ini tidak begitu mendesak
sehingga bisa dilakukan bila kegiatan promosi, dan kualitas layanan sudah
dimaksimalkan. Wisata dengan basis edukasi dan muatan budaya lokal dapat
menjadi variasi atau pilihan baru bagi pengunjung nantinya untuk berwisata di
kawasan Agrowisata Bina Darma. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka
keberlanjutan kegiatan Agrowisata Bina Darma dapat dipertahankan hingga masa
mendatang.

7.5 Implementasi Strategi Pengembangan Agrowisata Bina Darma Terpilih


Pada Bagian 7.3 dinyatakan bahwa strategi meningkatkan promosi tentang
Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) terpilih sebagai strategi
yang paling tepat (prioritas pertama) untuk pengembangan kegiatan wisata agro di
Agrowisata Bina Darma Kabupaten Ogan Ilir. Dalam implementasinya, strategi
terpilih ini perlu ditunjukkan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang
terjadi di kawasan Agrowisata Bina Darma.
Untuk tahap pertama, implementasi strategi terpilih dapat dilakukan dalam
bentuk pemberian pembekalan kepada pegawai yang dimiliki oleh Agrowisata
Bina Darma. Hal ini karena pegawai merupakan SDM yang sudah tersedia,
berinteraksi langsung dengan calon pengunjung/wisatawan, serta menjadi ikon
dalam promosi, terutama terkait dengan layanan. Bila pegawai diberi pemahaman
promosi atau diberi pembekalan yang maksimal, yang memudahkan mereka
dalam menjelaskan obyek wisata yang bisa dikunjungi secara lengkap, maka akan
sangat mungkin mereka dapat menyakinkan dan menarik pengunjung/wisatawan.
Keberhasilan penempaan pegawai sehingga mampu meningkatkan daya tarik bagi
101

pengunjung, merupakan hal penting dalam salah satu keberhasilan implementasi


strategi peningkatan promosi (strategi terpilih). Keberhasilan ini juga sekaligus
memecahkan masalah manajerial usaha yang belum stabil di Agrowisata Bina
Darma, karena pegawai terlatih tentu akan lebih siap pakai, ulet, dan lebih kuat
bertahan terhadap berbagai krisis pengelolaan yang terjadi.
Pelaksanaan strategi promosi (strategi terpilih) dapat juga didekati dengan
rekrutmen dan pembinaan tenaga operator, pemeliharaan fasilitas serta perbaikan
bangunan/fasilitas yang sudah tua, menjadi bagian penting dari obyek kegiatan
wisata agro. Kekurangan operator dan pemeliharaan fasilitas serta umur bangunan
yang sudah tua menjadi masalah di Agrowisata Bina Darma selama ini. Bila
sebagian dari anggaran program promosi dapat digunakan pada pembenahan hal
ini, maka kegiatan wisata dan berbagai atraksi di setiap obyek wisata dapat
berjalan maksimal karena operator dapat berperan aktif sesuai tugasnya dan
fasilitas wisata berfungsi baik. Aksi nyata dari hal ini adalah dengan menambah
tenaga operator sesuai kebutuhan setiap obyek wisata, kemudian mereka dilatih
bagaimana cara mengoperasikan obyek wisata dengan baik termasuk mengenai
perawatan rutin harian, perawatan rutin mingguan dan bulanan, serta teknik cepat
mengatasi masalah mendadak yang terjadi pada mesin.
Selama masa rekrutmen dan pelatihan, perbaikan fasilitas utama, fasilitas
penunjang, dan pembangunan fasilitas utama yang baru perlu terus dikebut,
sehingga tersedia pada waktu yang tepat dan peningkatan pelayanan lebih
maksimal dan signifikan. Perbaikan dan pembangunan tersebut dapat mencakup :
perbaikan area wahana yang masih becek dan tergenang air, perbaikan area dan
pembangunan stand penjualan souvenir, pembangunan unit pengolahan di rumah
jamur, penambahan area kebun agro, dan pembangunan fasilitas pelayanan medis.
Operator yang terampil dan fasilitas wisata yang baik dan memadai tentu dapat
meningkatkan kenyamanan dalam berwisata, ini merupakan hal positif dalam
peningkatan promosi, sehingga secara tidak langsung hal ini juga merupakan
implementasi dari strategi terpilih (peningkatan promosi).
Strategi peningkatan promosi (strategi terpilih) berikutnya juga dapat
dikembangkan melalui pemberdayaan potensi masyarakat sekitar, misalnya
dengan memperkenalkan dan menampung hasil industri kerajinan, pertanian dan
102

budaya masyarakat lokal. Selama ini, hasil usaha dari petani sayuran/palawija,
kerajinan tenun songket, keranjang bambu, anyaman kipas dari bambu, anyaman
tikar purun, sangkek dan tampa, serta hasil industri makanan seperti kemplang
ikan belum banyak dijajakan di sekitar Agrowisata Bina Darma. Padahal ini dapat
meningkatkan daya tarik pengunjung, karena selain berekreasi di obyek wisata,
mereka juga dapat berwisata jalan-jalan dan berbelanja beberapa hasil usaha dan
kerajinan masyarakat lokal yang disukai. Stand souvenir yang telah dibangun pada
tahap sebelumnya dari pelaksanaan strategi terpilih ini akan sangat menentukan
dan mendukung keberhasilan hal ini. Untuk bidang kesenian, potensi masyarakat
seperti rebana ibu-ibu, seropal anam, kelompok campur sari, kuda lumping, dan
lainnya juga dapat dipentaskan sebagai bagian dari kegiatan wisata di kawasan
Agrowisata Bina Darma.
Pengembangan promosi dengan melibatkan potensi masyarakat lokal
tersebut akan sangat positif, selain meningkatkan daya tarik wisata juga dapat
membantu ekonomi masyarakat lokal. Pada kondisi ini juga permasalahan berupa
harga tiket dan makan di restoran yang dirasa mahal, dapat langsung terpecahkan,
dimana dengan adanya hal ini, pengunjung/wisatawan dapat menikmati banyak
hal dan mendapat kepuasan lebih, sehingga biaya tiket dan makan di restoran
terasa wajar. Strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma
yang berkelanjutan (S-PRMOSI) melalui pemberdayaan potensi lokal cukup
mudah diimplementasikan karena birokrasi yang ada di desa sekitar tidak sulit dan
bahkan aparat desa cenderung mendukung.
Pada tahap selanjutnya, strategi peningkatan promosi ini dapat dilakukan
dengan menjalinkan kerjasama dengan PEMDA terkait (PEMDA Kabupaten
Ogan Ilir). Bila selama ini belum banyak komunikasi yang dilakukan dengan
Dinas Pariwasata Kabupaten Ogan Ilir, melalui implementasi strategi, hal ini
dapat ditingkatkan. Kondisi ini dapat dipahami karena pemilik wilayah (termasuk
PEMDA), akan selalu menginginkan kemajuan, pembangunan, peningkatan
ekonomi masyarakat di wilayahnya, sehingga semua upaya yang mempromosikan
atau memperkenalkan potensi wilayah akan selalu didukung dan dianggap sebagai
upaya yang sangat baik. Menurut Sayogyo (1977) dan Syamsu (2001), ikatan
emosional suatu kelompok usaha masyarakat dengan suatu wilayah (PEMDA)
103

akan menyebabkan mereka terus berupaya mengembangkan dan memperkenalkan


potensi wilayah tersebut, meskipun secara individu mereka tidak memperoleh
manfaat banyak. Promosi yang mengintegrasikan potensi obyek wisata, potensi
masyarakat lokal (kerajinan, makanan, dan kesenian) merupakan ikatan emosional
yang dikembangkan dalam pengembangan Agrowisata Bina Darma di Kabupaten
Ogan Ilir.
VIII. SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan
a. Daya dukung untuk pengembangan Agrowisata Bina Darma tanpa mengubah
keadaan fisik atau menurunkan mutu lingkungan sekitarnya adalah 764 orang.
Sebagian besar (17 dari 23) obyek wisata masih terbuka untuk menerima
tambahan pengunjung/wisatawan baru, terutama taman satwa (rasio = 129 :
1) dan kebun agro ( rasio = 60 : 1).
b. Kegiatan wisata agro di kawasan Agrowisata Bina Darma layak
dikembangkan secara berkelanjutan baik untuk skenario pengelolaan per
wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan, karena mempunyai nilai
NPV>0, BCR>1, IRR 16 %, dan PP yang terjadi di bawah umur teknis
fasilitas wahana. Apabila terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 30
persen pertahun akibat dari kenaikan BBM, maka pengelolaan Agrowisata
Bina Darma tetap layak untuk dilakukan, baik untuk skenario pengelolaan per
wahana maupun skenario pengelolaan tiket terusan.
c. Strategi yang paling tepat (prioritas pertama) untuk pengembangan
Agrowisata Bina Darma adalah meningkatkan promosi tentang Agrowisata
Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI) (RK = 0,248). Sedangkan
strategi lainnya yang dapat menjadi back-up, berturut-turut berdasarkan
prioritas adalah mencegah kerusakan dan kehancuran lokasi wisata (S-
CEGAH) (RK = 0,229), mengedepankan kualitas wisata agro (S-KUALIT)
(RK = 0,205), mengembangkan wisata agro berbasis pendidikan (S-PENDIK)
(RK=0,168), dan melestarikan tradisi dan budaya masyarakat lokal (S-
TRABUD) (RK = 0,150). Formulasi strategi tersebut dapat dipercaya karena
mempunyai inconsistency rasio < 0,10, yaitu 0,07.

8.2 Saran
a. Pengelola diharapkan dapat menambah waktu terbuka untuk kunjungan bagi
obyek wisata agro yang dibuka dalam waktu yang singkat. Bila saat ini obyek
wisata agro tersebut hanya dibuka 0,17 – 0,5 jam per hari perwisatawan,
maka secara bertahap bisa ditingkatkan menjadi 2, 3 atau 4 jam per hari
perwisatawan. Daya tampung yang ada saat ini yang mencapai 7122 orang
106

per hari dapat dioptimalkan pemanfaatannya terutama dengan


mempromosikan obyek wisata agro dengan rasio tinggi (seperti taman satwa
dan kebun agro).
b. Pengelolaan dengan tiket terusan yang telah diberlakukan di Agrowisata Bina
Darma sejak Mei 2011 dapat terus dilakukan karena membawa manfaat
ekonomi yang lebih baik. Namun demikian, bila dikemudian hari ada
keberatan dari pengunjung/wisatawan terutama dengan tujuan khusus dan
hanya ingin berwisata pada salah satu wahana, maka dapat ditinjau kembali,
misalnya dengan pemberlakuan terbatas pengelolaan dengan tiket per
wahana.
c. Bila strategi meningkatkan promosi tentang Agrowisata Bina Darma
diimplementasikan secara nyata, maka akomodasi kepentingan Pemda,
wisatawan, dan lembaga pembina/pendamping harus benar-benar
diperhatikan. Koordinasi dengan Pemda harus dipelihara karena cenderung
mendukung atau memberi kemudahan bagi pengembangan Agrowisata Bina
Darma, termasuk melalui berbagai ajang promosi daerah. Interaksi dengan
wisatawan dan lembaga pembina/pendamping perlu dilakukan secara
terkontrol, sehingga tidak memperlemah kegiatan promosi yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Abelson. P. 1979. Cost Benefit Analysis and Environment Problems. Gower


Publishing Company Limited. England.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2007. Buku Pegangan


Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah –
Pengembangan Ekonomi Daerah dan Sinergi Kebijakan Investasi Pusat-
Daerah. Jakarta: BAPPENAS

Bahar Ahmad. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove
untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau Tanakeke Kabupaten
Takalar Sulawesi Selatan. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB.

Bank Indonesia (BI). 2007. Pengembangan Kredit Usaha Kecil dan Menengah
Dalam Mendukung Investasi di Sektor Rill. www. bi.co.id

BisnisUKM.com. 2011. Strategi Pemasaran, Menghadapi Pasang Surut


Penjualan. http://bisnisukm.com/strategi-pemasaran-menghadapi-pasang-
surut-penjualan.html

Bygrave, W. D. 1997. The Portable MBA Entrepreneurship. John Wiley dan


Soons, Inc, USA. 248 hal.

Cahyono Bambang Tri. 1995, Manajemen Strategi Pemasaran. Sekolah Tinggi


Ilmu Ekonomi IPWI Program Magister Manajemen. Badan Penerbit
IPWI Jakarta.

Calimag, P. 1994. Ecotourism Status, Gains, Gap, and Prospects in Forest Lands
with Emphasis on Protected Areas. The Symposium-Workshop on
Ecological Torurism. Los Banos.

Carter, Eslet. 1993. Ecotourism in the Third : Problems for Sustainable Tourism
Development. Tourism Management. London.

Damarjati R.S. 2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Departemen Dalam Negeri. 2005. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004


Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.

Dermawan Rizky. 2009. Model Kuantitatif Pengambilan Keputusan dan


Perencanaan Strategi. Alfabeta. Bandung.

Eagles, P.F.J., S.F. McCool, and C.D. Haynes. 2002. Sustainable Tourism in
Protected Areas : Guidelines for Planning and Management. WTO and
IUCN-The World Conservation Union.
108

Fandeli Chafid. 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. (Editorial):


Liberty. Yogyakarta.

Fandeli Chafid dan Muhammad Nurdin, 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis


Konservasi di Taman Nasional. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada bekerjasama dengan Pusat Studi Pariwisata Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.

Gittinger. J. Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Universitas


Indonesia. Jakarta.

Griffin. Ronald C. 1991. The Welfare Analytics of Transaction Costs,


Externalities and Institutional Choice. American Journal of Agricultural
Economics, 73(3): 601-614.

Hadi Sudharto P. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Hanley, N. D. and C. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and the Environment.


Edward Elgar, Cheltenham, UK.

http://www.namagraph.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4
4:agrowisata-wisata-lanskap-pertanian&catid=18:arsitektur-
lanskap&Itemid=77. Diakses pada 23 Februari 2011.

Hutajulu Halomoan. 2010. Kerugian Ekonomi Negara Akibat Penebangan Liar


Dan Dampak Kerusakan Hutan Cagar Alam dan Pegunungan Cycloops
(CAPC) terhadap Masyarakat Distrik Sentani Kabupaten Jayapura. Tesis
Sekolah Pascasarjana IPB.

Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Ed Revisi. Jakarta. Rineka Cipta.

Jamieson, W. and Noble, A. 2000. A Manual for Community Tourism Destination


Management. Canadian Universities Consortium Urban Environmental
Management Project Training and Technology Transfer Program.

Kadariah. 1988. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia. Jakarta.

Kantor Pariwisata Seni Budaya Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ogan Ilir. 2007.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Indralaya.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2010. Statistik


Pariwisata. www.budpar.go.id. Diakses tanggal 28 Desember 2010.
109

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2010. Wisata Agro Indonesia.


Tersedia pada: http://database.deptan.go.id/agrowisata. Diakses tanggal 29
Desember 2010.

Kompas. 2003. Mampukah Indonesia Jadi Pemain Utama di Pasar Dunia?,


http://www.kapet.org/articles/. Diakses tanggal Januari 2011.

Libosada Carlos. 1998. Ecotourism in the Philippines. Bookmark. Makati City.

Lubis Haris Sutan. 2006. Perencanaan Pengembangan Ekowisata Berbasis


Komunitas Di Kawasan Wisata Tangkahan Kabupaten Langkat Sumatera
Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.

Pearce, D. dan D. Moran. 1994. The Economic Value of Biodiversity. IUCN –


The World Conservation Union. London, UK.

Purnamasari Gune. 2004. Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam Berbasis


Ekologi di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) kabupaten
Bogor. Tesis Sekolah Pascasarjana IPB.

Rahayu Andriani 2011. Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Bahan Bakar


Nabati berbasis Kelapa di Propinsi Sulawesi Utara. Tesis Sekolah
Pascasarjana IPB.

Saaty, Thomas. L. 1991. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. PT.


Pustaka Binaman Pressindi. Jakarta.

Sayogyo. 1977. Metode Pengukuran Kesejahteraan Rumah Tangga Petani dan


Masyarakat Pedesaan. IPB. Bogor.

Semet Maria Magdalena. 2012. Analisis Ekonomi Wisata Alam Keberlanjutan


Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja Manokwari, Papua Barat.
Tesis SPS-IPB. Bogor.

Sumarno. 2008. Perencanaan–Pengembangan Kawasan Agrowisata. Tersedia


pada: http://images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/attachment
/0/S6P80AooCtgAAB. Diakses tanggal 28 Desember 2010.

Spillane, James.1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan prospeknya. Kanisius.


Yogyakarta.

Subowo. 2002. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol.24 No.1, 2002.

Sutjipta I Nyoman. 2001. Agrowisata. Magister Manajemen Agribisnis.


Universitas Udayana. Bali.
110

Soemarwoto Otto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan


Ketujuh (Edisi Revisi). Penerbit Djambatan. Jakarta.

Syamsu Yoharman. 2001. “Penerapan Etika Perencanaan pada kawasan wisata,


studi kasus di kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jakarta: LP3M STP Tri Sakti, Jurnal
Ilmiah, Vol 5. No. 3 Maret 2001

Tamba, H. 2004. Mencari Format Kebijakan Pemasaran UKM. dalam Majalah


Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004. hal. 90-98. Proyeksi Pengembangan
UKMK Menuju 2010. Jakarta: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah. www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/EDISI%2025/
kebijakan pemasaran ukm.pdf.

Tim Pengelola Agrowisata Bina Darma. 2010. Agrowisata Bina Darma. Pengelola
Agrowisata Bina Darma. Indralaya.

Tirtawinata Mohammad Reza dan Lisdiana Fakhruddin, 1996. Daya Tarik dan
Pengelolaan Agrowisata, Deskripsi Fisik, Jakarta.

Utama I Gusti Bagus Ray. Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif. Tersedia


pada: www.gdnet.org/CMS/fulltext/1164925881 Buku Agrowisata.doc.
diakses pada 23 Februari 2011.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma

Tahun
Komponen
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Penerimaan
Kebun Agro 34200000 36000000 37800000 39690000 41674500 43758225 45946136 48243443 50655615 53188396 55847816 58640207 61572217
Rumah Jamur 159885000 168300000 176715000 185550750 194828288 204569702 214798187 225538096 236815001 248655751 261088539 274142966 287850114
Kios Pupuk 22116000 23280000 24444000 25666200 26949510 28296986 29711835 31197427 32757298 34395163 36114921 37920667 39816700
Kebun Bibit Buah-buahan 7221900 7602000 7982100 8381205 8800265 9240279 9702292 10187407 10696777 11231616 11793197 12382857 13002000
Wahana Outbound 1635414067 1618381364 1699300432 1784265453 1873478726 1967152662 2065510296 2168785810 2277225101 2385664391 2504947611 2630194991 2761704741
Wahana Kolam Renang 252265333 251702727 264287864 277502257 291377370 305946238 321243550 337305728 354171014 371879565 390473543 409997220 430497081
Wahana Kolam Pancing Keluarga 145813067 166793291 175132955 183889603 193084083 202738288 212875202 223518962 234694910 246429656 258751138 271688695 285273130
Wahana Hiburan Tangkap Ikan 786667 938182 985091 1034345 1086063 1140366 1197384 1257253 1320116 1386122 1455428 1528199 1604609
Wahana Perahu Naga 115426667 119116364 125072182 131325791 137892080 144786684 152026019 159627320 167608686 175989120 184788576 194028005 203729405
Wahana Berkuda 49806667 39376364 41345182 43412441 45583063 47862216 50255327 52768093 55406498 58176823 61085664 64139947 67346945
Wahana Water Ball 35932500 24529091 25755545 27043323 28395489 29815263 31306026 32871328 34514894 36240639 38052671 39955304 41953070
Wahana Sepeda Air 407820000 328832727 345274364 362538082 380664986 399698235 419683147 440667304 462700670 485835703 510127488 535633863 562415556
Restoran Mang Engking 1485261933 1112645455 1168277727 1226691614 1288026194 1352427504 1420048879 1491051323 1565603889 1643884084 1726078288 1812382202 1903001313
Restoran Buah 117186667 146683091 154017245 161718108 169804013 178294214 187208924 196569371 206397839 216717731 227553618 238931299 250877864
Parkiran 132751667 113780727 119469764 125443252 131715414 138301185 145216244 152477057 160100909 168105955 176511253 185336815 194603656
Sewa Kios 9334627
Manfaat Kesuburan 9234000 9720000 10206000 10716300 11252115 11814721 12405457 13025730 13677016 14360867 15078910 15832856 16624499
Penerimaan Lain-Lain 13239429 22420689 23541723 24718809 25954750 27252487 28615112 30045867 31548161 33125569 34781847 36520939 38346986
Total Penerimaan 4633696191 4190102071 4399607174 4619587533 4850566909 5093095255 5347750018 5615137519 5895894394 6185267150 6494530507 6819257032 7160219884
Present Value Total Penerimaan 4633696191 4190102071 3792764805 3433106074 3107552912 2812871170 2546133387 2304689703 2086141542 1886663938 1707756151 1545813757 1399227970
Pengeluaran
A. Biaya Investasi
Fasilitas/Bangunan 2202491698
Sub Total Biaya Investasi 2202491698
B. Biaya Operasional
Biaya Pemeliharaan 141700433 125375591 127883103 130440765 133049580 135710572 138424783 141193279 144017144 146897487 149835437 152832146 155888789
Wahana Outbound 215143407 225968338 230487705 235097459 239799408 244595396 249487304 254477050 259566591 264757923 270053081 275454143 280963226
Wahana Kolam Renang 24097333 21171927 21595366 22027273 22467819 22917175 23375518 23843029 24319889 24806287 25302413 25808461 26324630
Wahana Kolam Pancing Keluarga 136445867 131977800 134617356 137309703 140055897 142857015 145714155 148628439 151601007 154633027 157725688 160880202 164097806
Wahana Hiburan Tangkap Ikan 3288000 3235636 3300349 3366356 3433683 3502357 3572404 3643852 3716729 3791064 3866885 3944223 4023107
Wahana Perahu Naga 1932000 7220291 7364697 7511991 7662230 7815475 7971785 8131220 8293845 8459722 8628916 8801494 8977524
Wahana Berkuda (Pakan, dll) 4350667 3559636 3630829 3703446 3777515 3853065 3930126 4008729 4088903 4170681 4254095 4339177 4425960
Wahana Water Ball 1200000 1224000 1248480 1273450 1298919 1324897 1351395 1378423 1405991 1434111 1462793 1492049
Wahana Sepeda Air 424000 561273 572498 583948 595627 607540 619690 632084 644726 657620 670773 684188 697872
Restoran Mang Engking 1071444107 887302123 905048165 923149128 941612111 960444353 979653240 999246305 1019231231 1039615856 1060408173 1081616336 1103248663
Restoran Buah 31756800 38174836 38938333 39717100 40511442 41321671 42148104 42991066 43850887 44727905 45622463 46534913 47465611
Pembibitan 11760000 12000000 12240000 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492
Produksi Sayur-Sayuran 22344000 22800000 23256000 23721120 24195542 24679453 25173042 25676503 26190033 26713834 27248111 27793073 28348934
Produksi Jamur 12465600 12720000 12974400 13233888 13498566 13768537 14043908 14324786 14611282 14903507 15201577 15505609 15815721
Pembuatan Pupuk Kompos 11760000 12000000 12240000 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492
Taman Satwa 11760000 12000000 12240000 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492
Sub Total Biaya Operasional 1700672214 1517267451 1547612800 1578565056 1610136357 1642339085 1675185866 1708689584 1742863375 1777720643 1813275056 1849540557 1886531368
C. Biaya Tenaga Kerja
Gaji dan Honor Karyawan Langsung 747749333 694504364 708394451 722562340 737013587 751753858 766788936 782124714 797767209 813722553 829997004 846596944 863528883

113
114
Tahun
Komponen
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Gaji dan Honor Karyawan Tidak Langsung 532493333 630673636 643287109 656152851 669275908 682661426 696314655 710240948 724445767 738934682 753713376 768787644 784163396
Sub Total Biaya Tenaga Kerja 1280242666 1325178000 1351681560 1378715191 1406289495 1434415285 1463103591 1492365662 1522212976 1552657235 1583710380 1615384587 1647692279
D. Biaya Administrasi Perkantoran
Administrasi dan Pelayanan 184567660 186517847 190248204 194053168 197934231 201892916 205930774 210049390 214250378 218535385 222906093 227364215 231911499
PAM, Listrik, dan Telpon 87335663 88209291 89973477 91772947 93608406 95480574 97390185 99337989 101324749 103351244 105418268 107526634 109677167
Promosi 75682800 64146218 65429143 66737725 68072480 69433930 70822608 72239060 73683841 75157518 76660669 78193882 79757760
Sub Total Biaya Adminstrasi Perkantoran 347586123 338873356 345650823 352563840 359615117 366807419 374143567 381626439 389258968 397044147 404985030 413084730 421346425
Beban Angsuran 101104505 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 39166667 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492
Biaya Lingkungan 28910000 29500000 30090000 30691800 31305636 31931749 32570384 33221791 33886227 34563952 35255231 35960335 36679542
Sub Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya 169181172 127105211 127695211 128297011 128910847 129536960 130175595 130827003 131491439 132169163 132860442 133565547 134284753
Total Pengeluaran 2202491698 3497682175 3308424019 3372640395 3438141099 3504951817 3573098749 3642608619 3713508688 3785826757 3859591188 3934830908 4011575421 4089854826
Present Value Total Pengeluaran 2202491698 3497682175 3308424019 2907448616 2555098914 2245474277 1973390631 1734293374 1524180878 1339537302 1177273565 1034675513 909358372 799226749.5
Penerimaan-Pengeluaran (Net Benefit) -2202491698 1136014016 881678052 1026966779 1181446434 1345615093 1519996506 1705141398 1901628831 2110067637 2325675962 2559699600 2807681611 3070365058
DF 16% 1 0.862068966 0.743162901 0.640657674 0.552291098 0.476113015 0.410442255 0.35382953 0.305025457 0.26295298 0.226683603 0.1954169
Present Value Net Benefit -2202491698 1136014016 881678052 885316188.7 878007159.6 862078634.9 839480539.2 811840012.8 780508824.9 746604240.2 709390372.6 673080637.6 636455384.9 600001220.1
NPV 8237963585
BCR 1.30
IRR 53%
PP 3 tahun 2 bulan

2202491698 -1066477682 73776349


-184799630 9.495137225
700516558 2.504862775
Lampiran 2. Analisis Prakelayakan Skenario Tiket Terusan Agrowisata Bina Darma

Tahun
Komponen
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Penerimaan
Kebun Agro 34200000 36000000 37800000 39690000 41674500 43758225 45946136 48243443 50655615 53188396 55847816 58640207 61572217
Rumah Jamur 159885000 168300000 176715000 185550750 194828288 204569702 214798187 225538096 236815001 248655751 261088539 274142966 287850114
Kios Pupuk 22116000 23280000 24444000 25666200 26949510 28296986 29711835 31197427 32757298 34395163 36114921 37920667 39816700
Kebun Bibit Buah-buahan 7221900 7602000 7982100 8381205 8800265 9240279 9702292 10187407 10696777 11231616 11793197 12382857 13002000
Tiket Terusan 3712020000 2627574545 2758953273 2896900936 3041745983 3193833282 3353524946 3521201194 3697261253 3882124316 4076230532 4280042059 4494044161
Restoran Mang Engking 1485261933 1112645455 1168277727 1226691614 1288026194 1352427504 1420048879 1491051323 1565603889 1643884084 1726078288 1812382202 1903001313
Restoran Buah 117186667 146683091 154017245 161718108 169804013 178294214 187208924 196569371 206397839 216717731 227553618 238931299 250877864
Parkiran 132751667 113780727 119469764 125443252 131715414 138301185 145216244 152477057 160100909 168105955 176511253 185336815 194603656
Sewa Kios 9334627
Manfaat Kesuburan 9234000 9720000 10206000 10716300 11252115 11814721 12405457 13025730 13677016 14360867 15078910 15832856 16624499
Penerimaan Lain-Lain 13239429 22420689 23541723 24718809 25954750 27252487 28615112 30045867 31548161 33125569 34781847 36520939 38346986
Total Penerimaan 5702451223 4268006507 4481406832 4705477174 4940751033 5187788584 5447178013 5719536914 6005513760 6305789448 6621078920 6952132866 7299739509
Present Value Total Penerimaan 5702451223 4268006507 3863281752 3496936069 3165330062 2865169453 2593472349 2347539627 2124928110 1923426307 1741032433 1575934530 1426492462
Pengeluaran
A. Biaya Investasi
Fasilitas/Bangunan 2202491698
Sub Total Biaya Investasi 2202491698 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B. Biaya Operasional
Biaya Pemeliharaan 141700433 125375591 127883103 130440765 133049580 135710572 138424783 141193279 144017144 146897487 149835437 152832146 155888789
Wahana Outbound 215143407 225968338 230487705 235097459 239799408 244595396 249487304 254477050 259566591 264757923 270053081 275454143 280963226
Wahana Kolam Renang 24097333 21171927 21595366 22027273 22467819 22917175 23375518 23843029 24319889 24806287 25302413 25808461 26324630
Wahana Kolam Pancing Keluarga 136445867 131977800 134617356 137309703 140055897 142857015 145714155 148628439 151601007 154633027 157725688 160880202 164097806
Wahana Hiburan Tangkap Ikan 3288000 3235636 3300349 3366356 3433683 3502357 3572404 3643852 3716729 3791064 3866885 3944223 4023107
Wahana Perahu Naga 1932000 7220291 7364697 7511991 7662230 7815475 7971785 8131220 8293845 8459722 8628916 8801494 8977524
Wahana Berkuda (Pakan, dll) 4350667 3559636 3630829 3703446 3777515 3853065 3930126 4008729 4088903 4170681 4254095 4339177 4425960
Wahana Water Ball 1200000 1224000 1248480 1273450 1298919 1324897 1351395 1378423 1405991 1434111 1462793 1492049
Wahana Sepeda Air 424000 561273 572498 583948 595627 607540 619690 632084 644726 657620 670773 684188 697872
Restoran Mang Engking 1071444107 887302123 905048165 923149128 941612111 960444353 979653240 999246305 1019231231 1039615856 1060408173 1081616336 1103248663
Restoran Buah 31756800 38174836 38938333 39717100 40511442 41321671 42148104 42991066 43850887 44727905 45622463 46534913 47465611
Pembibitan 11760000 12000000 12240000 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492
Produksi Sayur-Sayuran 22344000 22800000 23256000 23721120 24195542 24679453 25173042 25676503 26190033 26713834 27248111 27793073 28348934
Produksi Jamur 12465600 12720000 12974400 13233888 13498566 13768537 14043908 14324786 14611282 14903507 15201577 15505609 15815721
Pembuatan Pupuk Kompos 11760000 12000000 12240000 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492
Taman Satwa 11760000 12000000 12240000 12484800 12734496 12989186 13248970 13513949 13784228 14059913 14341111 14627933 14920492
Sub Total Biaya Operasional 1700672214 1517267451 1547612800 1578565056 1610136357 1642339085 1675185866 1708689584 1742863375 1777720643 1813275056 1849540557 1886531368
C. Biaya Tenaga Kerja
Gaji dan Honor Karyawan Langsung 747749333 694504364 708394451 722562340 737013587 751753858 766788936 782124714 797767209 813722553 829997004 846596944 863528883
Gaji dan Honor Karyawan Tidak Langsung 532493333 630673636 643287109 656152851 669275908 682661426 696314655 710240948 724445767 738934682 753713376 768787644 784163396
Sub Total Biaya Tenaga Kerja 1280242666 1325178000 1351681560 1378715191 1406289495 1434415285 1463103591 1492365662 1522212976 1552657235 1583710380 1615384587 1647692279
D. Biaya Administrasi Perkantoran
Administrasi dan Pelayanan 184567660 186517847 190248204 194053168 197934231 201892916 205930774 210049390 214250378 218535385 222906093 227364215 231911499
PAM, Listrik, dan Telpon 87335663 88209291 89973477 91772947 93608406 95480574 97390185 99337989 101324749 103351244 105418268 107526634 109677167
Promosi 75682800 64146218 65429143 66737725 68072480 69433930 70822608 72239060 73683841 75157518 76660669 78193882 79757760
Sub Total Biaya Adminstrasi Perkantoran 347586123 338873356 345650823 352563840 359615117 366807419 374143567 381626439 389258968 397044147 404985030 413084730 421346425
F. Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya
Beban Angsuran 101104505 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720

115
116
Tahun
Komponen
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 39166667 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492
Biaya Lingkungan 28910000 29500000 30090000 30691800 31305636 31931749 32570384 33221791 33886227 34563952 35255231 35960335 36679542
Sub Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya 169181172 127105211 127695211 128297011 128910847 129536960 130175595 130827003 131491439 132169163 132860442 133565547 134284753
Total Pengeluaran 2202491698 3497682175 3308424019 3372640395 3438141099 3504951817 3573098749 3642608619 3713508688 3785826757 3859591188 3934830908 4011575421 4089854826
Present Value Total Pengeluaran 2202491698 3497682175 3308424019 2907448616 2555098914 2245474277 1973390631 1734293374 1524180878 1339537302 1177273565 1034675513 909358372 799226749.5
Penerimaan-Pengeluaran (Net Benefit) -2202491698 2204769048 959582488 1108766437 1267336075 1435799216 1614689836 1804569394 2006028227 2219687003 2446198260 2686248013 2940557445 3209884684
DF 16% 1 0.862068966 0.743162901 0.640657674 0.552291098 0.476113015 0.410442255 0.35382953 0.305025457 0.26295298 0.226683603 0.1954169
Present Value Net Benefit -2202491698 2204769048 959582488 955833135.5 941837154.5 919855785.4 891778822 859178975.7 823358748.2 785390808.7 746152741.6 706356919.9 666576157.7 627265712.7
NPV 9885444800
BCR 1.36
IRR 73%
PP 1 tahun

2202491698
2277350
Lampiran 3. Analisis Sensitivitas Skenario Per Wahana (Kenaikan Biaya Operasional sebesar 30 %)

Tahun
Komponen
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Penerimaan
Kebun Agro 34200000 36000000 37800000 39690000 41674500 43758225 45946136 48243443 50655615 53188396 55847816 58640207 61572217
Rumah Jamur 159885000 168300000 176715000 185550750 194828288 204569702 214798187 225538096 236815001 248655751 261088539 274142966 287850114
Kios Pupuk 22116000 23280000 24444000 25666200 26949510 28296986 29711835 31197427 32757298 34395163 36114921 37920667 39816700
Kebun Bibit Buah-buahan 7221900 7602000 7982100 8381205 8800265 9240279 9702292 10187407 10696777 11231616 11793197 12382857 13002000
Wahana Outbound 1635414067 1618381364 1699300432 1784265453 1873478726 1967152662 2065510296 2168785810 2277225101 2385664391 2504947611 2630194991 2761704741
Wahana Kolam Renang 252265333 251702727 264287864 277502257 291377370 305946238 321243550 337305728 354171014 371879565 390473543 409997220 430497081
Wahana Kolam Pancing Keluarga 145813067 166793291 175132955 183889603 193084083 202738288 212875202 223518962 234694910 246429656 258751138 271688695 285273130
Wahana Hiburan Tangkap Ikan 786667 938182 985091 1034345 1086063 1140366 1197384 1257253 1320116 1386122 1455428 1528199 1604609
Wahana Perahu Naga 115426667 119116364 125072182 131325791 137892080 144786684 152026019 159627320 167608686 175989120 184788576 194028005 203729405
Wahana Berkuda 49806667 39376364 41345182 43412441 45583063 47862216 50255327 52768093 55406498 58176823 61085664 64139947 67346945
Wahana Water Ball 35932500 24529091 25755545 27043323 28395489 29815263 31306026 32871328 34514894 36240639 38052671 39955304 41953070
Wahana Sepeda Air 407820000 328832727 345274364 362538082 380664986 399698235 419683147 440667304 462700670 485835703 510127488 535633863 562415556
Restoran Mang Engking 1485261933 1112645455 1168277727 1226691614 1288026194 1352427504 1420048879 1491051323 1565603889 1643884084 1726078288 1812382202 1903001313
Restoran Buah 117186667 146683091 154017245 161718108 169804013 178294214 187208924 196569371 206397839 216717731 227553618 238931299 250877864
Parkiran 132751667 113780727 119469764 125443252 131715414 138301185 145216244 152477057 160100909 168105955 176511253 185336815 194603656
Sewa Kios 9334627
Manfaat Kesuburan 9234000 9720000 10206000 10716300 11252115 11814721 12405457 13025730 13677016 14360867 15078910 15832856 16624499
Penerimaan Lain-Lain 13239429 22420689 23541723 24718809 25954750 27252487 28615112 30045867 31548161 33125569 34781847 36520939 38346986
Total Penerimaan 4633696191 4190102071 4399607174 4619587533 4850566909 5093095255 5347750018 5615137519 5895894394 6185267150 6494530507 6819257032 7160219884
Present Value Total Penerimaan 4633696191 4190102071 3792764805 3433106074 3107552912 2812871170 2546133387 2304689703 2086141542 1886663938 1707756151 1545813757 1399227970
Pengeluaran
A. Biaya Investasi
Fasilitas/Bangunan 2202491698
Sub Total Biaya Investasi 2202491698
B. Biaya Operasional
Biaya Pemeliharaan 141700433 125375591 166248034 169572994 172964454 176423743 179952218 183551262 187222288 190966733 194786068 198681789 202655425
Wahana Outbound 215143407 225968338 299634016 305626696 311739230 317974015 324333495 330820165 337436568 344185300 351069006 358090386 365252193
Wahana Kolam Renang 24097333 21171927 28073976 28635455 29208164 29792327 30388174 30995937 31615856 32248173 32893137 33551000 34222020
Wahana Kolam Pancing Keluarga 136445867 131977800 175002563 178502614 182072666 185714120 189428402 193216970 197081310 201022936 205043394 209144262 213327148
Wahana Hiburan Tangkap Ikan 3288000 3235636 4290454 4376263 4463788 4553064 4644125 4737008 4831748 4928383 5026950 5127489 5230039
Wahana Perahu Naga 1932000 7220291 9574106 9765588 9960900 10160118 10363320 10570586 10781998 10997638 11217591 11441943 11670781
Wahana Berkuda (Pakan, dll) 4350667 3559636 4720078 4814479 4910769 5008984 5109164 5211347 5315574 5421886 5530323 5640930 5753749
Wahana Water Ball 1200000 1591200 1623024 1655484 1688594 1722366 1756813 1791950 1827789 1864344 1901631 1939664
Wahana Sepeda Air 424000 561273 744248 759133 774315 789802 805598 821710 838144 854907 872005 889445 907234
Restoran Mang Engking 1071444107 887302123 1176562614 1200093867 1224095744 1248577659 1273549212 1299020196 1325000600 1351500612 1378530625 1406101237 1434223262
Restoran Buah 31756800 38174836 50619833 51632230 52664874 53718172 54792535 55888386 57006154 58146277 59309202 60495386 61705294
Pembibitan 11760000 12000000 15912000 16230240 16554845 16885942 17223661 17568134 17919496 18277886 18643444 19016313 19396639
Produksi Sayur-Sayuran 22344000 22800000 30232800 30837456 31454205 32083289 32724955 33379454 34047043 34727984 35422544 36130995 36853615
Produksi Jamur 12465600 12720000 16866720 17204054 17548135 17899098 18257080 18622222 18994666 19374560 19762051 20157292 20560438
Pembuatan Pupuk Kompos 11760000 12000000 15912000 16230240 16554845 16885942 17223661 17568134 17919496 18277886 18643444 19016313 19396639
Taman Satwa 11760000 12000000 15912000 16230240 16554845 16885942 17223661 17568134 17919496 18277886 18643444 19016313 19396639
Sub Total Biaya Operasional 1700672214 1517267451 2011896640 2052134573 2093177265 2135040810 2177741626 2221296459 2265722388 2311036836 2357257572 2404402724 2452490778
C. Biaya Tenaga Kerja
Gaji dan Honor Karyawan Langsung 747749333 694504364 708394451 722562340 737013587 751753858 766788936 782124714 797767209 813722553 829997004 846596944 863528883
Gaji dan Honor Karyawan Tidak Langsung 532493333 630673636 643287109 656152851 669275908 682661426 696314655 710240948 724445767 738934682 753713376 768787644 784163396
Sub Total Biaya Tenaga Kerja 1280242666 1325178000 1351681560 1378715191 1406289495 1434415285 1463103591 1492365662 1522212976 1552657235 1583710380 1615384587 1647692279
D. Biaya Administrasi Perkantoran
Administrasi dan Pelayanan 184567660 186517847 190248204 194053168 197934231 201892916 205930774 210049390 214250378 218535385 222906093 227364215 231911499
PAM, Listrik, dan Telpon 87335663 88209291 89973477 91772947 93608406 95480574 97390185 99337989 101324749 103351244 105418268 107526634 109677167
Promosi 75682800 64146218 65429143 66737725 68072480 69433930 70822608 72239060 73683841 75157518 76660669 78193882 79757760
Sub Total Biaya Adminstrasi Perkantoran 347586123 338873356 345650823 352563840 359615117 366807419 374143567 381626439 389258968 397044147 404985030 413084730 421346425

117
118
Tahun
Komponen
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
F. Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya
Beban Angsuran 101104505 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 39166667 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492
Biaya Lingkungan 28910000 29500000 30090000 30691800 31305636 31931749 32570384 33221791 33886227 34563952 35255231 35960335 36679542
Sub Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya 169181172 127105211 127695211 128297011 128910847 129536960 130175595 130827003 131491439 132169163 132860442 133565547 134284753
Total Pengeluaran 2202491698 3497682175 3308424019 3836924235 3911710616 3987992724 4065800474 4145164379 4226115563 4308685770 4392907381 4478813424 4566437588 4655814236
Present Value Total Pengeluaran 2202491698 3497682175 3308424019 3307693306 2907038210 2554938141 2245505408 1973566712 1734576400 1524540260 1339948581 1177717337 1035136527 909824782.8
Penerimaan-Pengeluaran (Net Benefit) -2202491698 1136014016 881678052 562682939 707876917 862574186 1027294781 1202585638 1389021956 1587208625 1792359769 2015717083 2252819444 2504405648
DF 16% 1 0.862068966 0.743162901 0.640657674 0.552291098 0.476113015 0.410442255 0.35382953 0.305025457 0.26295298 0.226683603 0.1954169
Present Value Net Benefit -2202491698 1136014016 881678052 485071499 526067863.5 552614771 567365762.4 572566674.6 570113303.4 561601281.5 546715357.2 530038813.8 510677229.5 489403186.9
NPV 5727436112
BCR 1.19
IRR 44%
PP 3 tahun 5 bulan
7975988943

2202491698
-1066477682
-184799630
300271869 40422625
7
5
Lampiran 4. Analisis Sensitivitas Skenario Tiket Terusan (Kenaikan Biaya Operasional sebesar 30 %)

Tahun
Komponen
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Penerimaan
Kebun Agro 34200000 36000000 37800000 39690000 41674500 43758225 45946136 48243443 50655615 53188396 55847816 58640207 61572217
Rumah Jamur 159885000 168300000 176715000 185550750 194828288 204569702 214798187 225538096 236815001 248655751 261088539 274142966 287850114
Kios Pupuk 22116000 23280000 24444000 25666200 26949510 28296986 29711835 31197427 32757298 34395163 36114921 37920667 39816700
Kebun Bibit Buah-buahan 7221900 7602000 7982100 8381205 8800265 9240279 9702292 10187407 10696777 11231616 11793197 12382857 13002000
Tiket Terusan 3712020000 2627574545 2758953273 2896900936 3041745983 3193833282 3353524946 3521201194 3697261253 3882124316 4076230532 4280042059 4494044161
Restoran Mang Engking 1485261933 1112645455 1168277727 1226691614 1288026194 1352427504 1420048879 1491051323 1565603889 1643884084 1726078288 1812382202 1903001313
Restoran Buah 117186667 146683091 154017245 161718108 169804013 178294214 187208924 196569371 206397839 216717731 227553618 238931299 250877864
Parkiran 132751667 113780727 119469764 125443252 131715414 138301185 145216244 152477057 160100909 168105955 176511253 185336815 194603656
Sewa Kios 9334627
Manfaat Kesuburan 9234000 9720000 10206000 10716300 11252115 11814721 12405457 13025730 13677016 14360867 15078910 15832856 16624499
Penerimaan Lain-Lain 13239429 22420689 23541723 24718809 25954750 27252487 28615112 30045867 31548161 33125569 34781847 36520939 38346986
Total Penerimaan 5702451223 4268006507 4481406832 4705477174 4940751033 5187788584 5447178013 5719536914 6005513760 6305789448 6621078920 6952132866 7299739509
Present Value Total Penerimaan 5702451223 4268006507 3863281752 3496936069 3165330062 2865169453 2593472349 2347539627 2124928110 1923426307 1741032433 1575934530 1426492462
Pengeluaran
A. Biaya Investasi
Fasilitas/Bangunan 2202491698
Sub Total Biaya Investasi 2202491698 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B. Biaya Operasional
Biaya Pemeliharaan 141700433 125375591 166248034 169572994 172964454 176423743 179952218 183551262 187222288 190966733 194786068 198681789 202655425
Wahana Outbound 215143407 225968338 299634016 305626696 311739230 317974015 324333495 330820165 337436568 344185300 351069006 358090386 365252193
Wahana Kolam Renang 24097333 21171927 28073976 28635455 29208164 29792327 30388174 30995937 31615856 32248173 32893137 33551000 34222020
Wahana Kolam Pancing Keluarga 136445867 131977800 175002563 178502614 182072666 185714120 189428402 193216970 197081310 201022936 205043394 209144262 213327148
Wahana Hiburan Tangkap Ikan 3288000 3235636 4290454 4376263 4463788 4553064 4644125 4737008 4831748 4928383 5026950 5127489 5230039
Wahana Perahu Naga 1932000 7220291 9574106 9765588 9960900 10160118 10363320 10570586 10781998 10997638 11217591 11441943 11670781
Wahana Berkuda (Pakan, dll) 4350667 3559636 4720078 4814479 4910769 5008984 5109164 5211347 5315574 5421886 5530323 5640930 5753749
Wahana Water Ball 1200000 1591200 1623024 1655484 1688594 1722366 1756813 1791950 1827789 1864344 1901631 1939664
Wahana Sepeda Air 424000 561273 744248 759133 774315 789802 805598 821710 838144 854907 872005 889445 907234
Restoran Mang Engking 1071444107 887302123 1176562614 1200093867 1224095744 1248577659 1273549212 1299020196 1325000600 1351500612 1378530625 1406101237 1434223262
Restoran Buah 31756800 38174836 50619833 51632230 52664874 53718172 54792535 55888386 57006154 58146277 59309202 60495386 61705294
Pembibitan 11760000 12000000 15912000 16230240 16554845 16885942 17223661 17568134 17919496 18277886 18643444 19016313 19396639
Produksi Sayur-Sayuran 22344000 22800000 30232800 30837456 31454205 32083289 32724955 33379454 34047043 34727984 35422544 36130995 36853615
Produksi Jamur 12465600 12720000 16866720 17204054 17548135 17899098 18257080 18622222 18994666 19374560 19762051 20157292 20560438
Pembuatan Pupuk Kompos 11760000 12000000 15912000 16230240 16554845 16885942 17223661 17568134 17919496 18277886 18643444 19016313 19396639
Taman Satwa 11760000 12000000 15912000 16230240 16554845 16885942 17223661 17568134 17919496 18277886 18643444 19016313 19396639
Sub Total Biaya Operasional 1700672214 1517267451 2011896640 2052134573 2093177265 2135040810 2177741626 2221296459 2265722388 2311036836 2357257572 2404402724 2452490778
C. Biaya Tenaga Kerja
Gaji dan Honor Karyawan Langsung 747749333 694504364 708394451 722562340 737013587 751753858 766788936 782124714 797767209 813722553 829997004 846596944 863528883
Gaji dan Honor Karyawan Tidak Langsung 532493333 630673636 643287109 656152851 669275908 682661426 696314655 710240948 724445767 738934682 753713376 768787644 784163396
Sub Total Biaya Tenaga Kerja 1280242666 1325178000 1351681560 1378715191 1406289495 1434415285 1463103591 1492365662 1522212976 1552657235 1583710380 1615384587 1647692279
D. Biaya Administrasi Perkantoran
Administrasi dan Pelayanan 184567660 186517847 190248204 194053168 197934231 201892916 205930774 210049390 214250378 218535385 222906093 227364215 231911499
PAM, Listrik, dan Telpon 87335663 88209291 89973477 91772947 93608406 95480574 97390185 99337989 101324749 103351244 105418268 107526634 109677167
Promosi 75682800 64146218 65429143 66737725 68072480 69433930 70822608 72239060 73683841 75157518 76660669 78193882 79757760
Sub Total Biaya Adminstrasi Perkantoran 347586123 338873356 345650823 352563840 359615117 366807419 374143567 381626439 389258968 397044147 404985030 413084730 421346425
F. Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya
Beban Angsuran 101104505 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720 95402720
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 39166667 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492 2202492
Biaya Lingkungan 28910000 29500000 30090000 30691800 31305636 31931749 32570384 33221791 33886227 34563952 35255231 35960335 36679542

119
120
Tahun
Komponen
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Sub Beban Angsuran, Pajak, dan Lainnya 169181172 127105211 127695211 128297011 128910847 129536960 130175595 130827003 131491439 132169163 132860442 133565547 134284753
Total Pengeluaran 2202491698 3497682175 3308424019 3836924235 3911710616 3987992724 4065800474 4145164379 4226115563 4308685770 4392907381 4478813424 4566437588 4655814236
Present Value Total Pengeluaran 3497682175 3308424019 3307693306 2907038210 2554938141 2245505408 1973566712 1734576400 1524540260 1339948581 1177717337 1035136527 909824782.8
Penerimaan-Pengeluaran (Net Benefit) -2202491698 2204769048 959582488 644482597 793766558 952758309 1121988110 1302013634 1493421351 1696827990 1912882067 2142265496 2385695278 2643925273
DF 16% 1 0.862068966 0.743162901 0.640657674 0.552291098 0.476113015 0.410442255 0.35382953 0.305025457 0.26295298 0.226683603 0.1954169
Present Value Net Benefit -2202491698 2204769048 959582488 555588445.7 589897858.3 610391921.6 619664045.2 619905637.5 612963226.6 600387850 583477726.3 563315096.1 540798002.3 516667679.5
NPV 7374917327
BCR 1.35
IRR 65%
PP 1 tahun

2202491698
2277350
121

Lampiran 5. Biaya Perjalanan Responden Wisatawan Berdasarkan Penggunaannya

Responden ke- Tiket Transportasi Konsumsi Dokumentasi Total


1 30,000 15,000 40,000 4,167 89,167
2 30,000 25,000 30,000 20,000 105,000
3 30,000 10,000 20,000 10,000 70,000
4 30,000 30,000 25,000 4,545 89,545
5 30,000 25,000 50,000 30,000 135,000
6 30,000 12,000 35,000 20,000 97,000
7 30,000 7,000 25,000 3,889 65,889
8 30,000 15,000 35,000 10,000 90,000
9 30,000 3,000 8,000 10,000 51,000
10 30,000 7,000 30,000 3,750 70,750
11 30,000 12,000 25,000 20,000 87,000
12 30,000 25,000 25,000 6,667 86,667
13 30,000 12,000 30,000 13,333 85,333
14 30,000 15,000 40,000 8,333 93,333
15 30,000 6,000 30,000 8,889 74,889
16 30,000 15,000 35,000 20,000 100,000
17 30,000 25,000 25,000 4,412 84,412
18 30,000 20,000 45,000 5,000 100,000
19 30,000 25,000 60,000 6,667 121,667
20 30,000 6,000 95,000 10,000 141,000
21 30,000 15,000 35,000 5,000 85,000
22 30,000 15,000 80,000 8,000 133,000
23 30,000 15,000 70,000 8,000 123,000
24 30,000 15,000 30,000 10,000 85,000
25 30,000 5,000 20,000 6,000 61,000
26 30,000 7,500 18,000 5,000 60,500
27 30,000 15,000 50,000 7,000 102,000
28 30,000 15,000 50,000 6,250 101,250
29 30,000 15,000 60,000 4,000 109,000
30 30,000 15,000 45,000 5,000 95,000
31 30,000 15,000 80,000 5,000 130,000
32 30,000 15,000 30,000 5,000 80,000
33 30,000 4,000 100,000 20,000 154,000
34 30,000 4,000 50,000 2,500 86,500
35 30,000 15,000 55,000 10,000 110,000
36 30,000 20,000 50,000 10,714 110,714
37 30,000 10,000 70,000 10,000 120,000
38 30,000 50,000 50,000 10,000 140,000
39 30,000 10,000 20,000 25,000 85,000
40 30,000 10,000 100,000 10,000 150,000
41 30,000 20,000 50,000 5,000 105,000
42 30,000 15,000 20,000 5,000 70,000
43 30,000 10,000 70,000 20,000 130,000
44 30,000 25,000 45,000 13,333 113,333
45 30,000 15,000 40,000 5,000 90,000
46 30,000 25,000 25,000 15,000 95,000
47 30,000 10,000 40,000 7,000 87,000
48 30,000 60,000 70,000 8,333 168,333
49 30,000 25,000 30,000 10,000 95,000
50 30,000 15,000 50,000 7,500 102,500
51 30,000 10,000 50,000 12,500 102,500
52 30,000 10,000 50,000 10,000 100,000
53 30,000 6,000 11,000 15,000 62,000
122

Responden ke- Tiket Transportasi Konsumsi Dokumentasi Total


54 30,000 10,000 60,000 10,000 110,000
55 30,000 4,000 50,000 10,000 94,000
56 30,000 15,000 125,000 20,000 190,000
57 30,000 15,000 155,000 15,000 215,000
58 30,000 10,000 10,000 5,000 55,000
59 30,000 10,000 85,000 8,333 133,333
60 30,000 10,000 30,000 16,667 86,667
61 30,000 10,000 60,000 15,000 115,000
62 30,000 10,000 30,000 7,143 77,143
63 30,000 5,000 80,000 3,750 118,750
64 30,000 7,000 80,000 8,571 125,571
65 30,000 9,000 80,000 3,000 122,000
66 30,000 25,000 20,000 5,000 80,000
67 30,000 4,000 30,000 5,000 69,000
68 30,000 5,000 40,000 5,000 80,000
69 30,000 4,000 110,000 10,000 154,000
70 30,000 2,000 60,000 10,000 102,000
71 30,000 15,000 40,000 30,000 115,000
72 30,000 15,000 20,000 926 65,926
73 30,000 10,000 40,000 15,000 95,000
74 30,000 5,000 50,000 10,000 95,000
75 30,000 10,000 50,000 15,000 105,000
76 30,000 5,000 30,000 10,000 75,000
77 30,000 12,500 45,000 20,000 107,500
78 30,000 15,000 30,000 15,000 90,000
79 30,000 20,000 45,000 10,000 105,000
80 30,000 20,000 30,000 10,000 90,000
81 30,000 6,000 50,000 10,000 96,000
82 30,000 10,000 50,000 24,000 114,000
83 30,000 12,000 60,000 23,000 125,000
84 30,000 50,000 85,000 24,000 189,000
85 30,000 50,000 70,000 20,000 170,000
86 30,000 10,000 25,000 10,000 75,000
87 30,000 5,000 45,000 15,000 95,000
88 30,000 5,000 60,000 10,000 105,000
89 30,000 20,000 75,000 10,000 135,000
90 30,000 20,000 45,000 15,000 110,000
91 30,000 25,000 30,000 30,000 115,000
92 30,000 5,000 50,000 20,000 105,000
93 30,000 20,000 55,000 10,000 115,000
94 30,000 12,000 50,000 10,000 102,000
95 30,000 10,000 35,000 15,000 90,000
96 30,000 5,000 75,000 15,000 125,000
97 30,000 10,000 45,000 12,000 97,000
98 30,000 10,000 70,000 7,143 117,143
99 30,000 10,000 50,000 10,000 100,000
100 30,000 12,500 65,000 5,000 112,500
101 30,000 10,000 55,000 10,000 105,000
102 30,000 12,500 125,000 10,000 177,500
103 30,000 4,000 30,000 8,333 72,333
104 30,000 10,000 60,000 15,000 115,000
105 30,000 7,000 100,000 6,667 143,667
106 30,000 8,000 60,000 6,667 104,667
107 30,000 8,000 60,000 7,143 105,143
108 30,000 10,000 70,000 4,444 114,444
123

Responden ke- Tiket Transportasi Konsumsi Dokumentasi Total


109 30,000 8,000 75,000 7,143 120,143
110 30,000 12,500 30,000 5,000 77,500
111 30,000 20,000 100,000 10,000 160,000
112 30,000 3,000 20,000 10,000 63,000
113 30,000 60,000 25,000 5,000 120,000
114 30,000 10,000 30,000 10,000 80,000
115 30,000 10,000 45,000 6,000 91,000
116 30,000 10,000 45,000 9,615 94,615
117 30,000 10,000 - 5,000 45,000
118 30,000 10,000 65,000 11,538 116,538
119 30,000 35,000 50,000 10,000 125,000
120 30,000 10,000 90,000 3,750 133,750
121 30,000 5,000 75,000 5,455 115,455
122 30,000 15,000 100,000 7,500 152,500
123 30,000 15,000 100,000 7,500 152,500
124 30,000 4,000 50,000 5,714 89,714
125 30,000 5,000 60,000 5,000 100,000
126 30,000 3,000 70,000 10,500 113,500
127 30,000 10,000 72,000 7,143 119,143
128 30,000 4,000 30,000 10,000 74,000
129 30,000 100,000 50,000 10,000 190,000
130 30,000 25,000 30,000 12,500 97,500
131 30,000 12,500 100,000 7,500 150,000
132 30,000 12,500 40,000 7,500 90,000
133 30,000 10,000 100,000 10,000 150,000
134 30,000 10,000 45,000 3,333 88,333
135 30,000 10,000 45,000 2,000 87,000
136 30,000 10,000 40,000 18,000 98,000
137 30,000 4,000 35,000 10,000 79,000
138 30,000 7,000 50,000 20,000 107,000
139 30,000 8,000 20,000 6,667 64,667
140 30,000 12,500 20,000 5,000 67,500
141 30,000 5,000 55,000 5,000 95,000
142 30,000 7,000 50,000 5,000 92,000
143 30,000 8,000 60,000 5,000 103,000
144 30,000 15,000 115,000 13,333 173,333
145 30,000 6,000 85,000 8,333 129,333
146 30,000 10,000 15,000 5,263 60,263
147 30,000 20,000 25,000 10,000 85,000
148 30,000 10,000 30,000 7,143 77,143
149 30,000 20,000 25,000 13,333 88,333
150 30,000 9,000 30,000 9,375 78,375
Total 4,500,000 2,092,000 7,654,000 1,528,709 15,774,709
Rata-Rata 30,000 13,947 51,027 10,191 105,165
Persentase 28.5 13.3 48.5 9.7 100
125

Lampiran 6. Tampilan hierarki pengembangan dalam format TeamEC 9.5

Lampiran 7. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara aktor terkait


126

Lampiran 8. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara faktor pendukung


dalam pandangan PEMDA

Lampiran 9. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara faktor


pendukung dalam pandangan Pengelola
127

Lampiran 10. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara faktor


pendukung dalam pandangan Wisatawan

Lampiran 11. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara faktor


pendukung dalam pandangan Lembaga Pembina/Pendamping
128

Lampiran 12. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara faktor


pendukung dalam pandangan Aparat Desa (Kepala Desa)

Lampiran 13. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait investasi dalam pandangan PEMDA
129

Lampiran 14. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait fasilitas dalam pendangan PEMDA

Lampiran 15. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait SDM dalam pandangan Pengelola
130

Lampiran 16. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait potensi pasar dalam pandangan Pengelola

Lampiran 17. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait investasi dalam pandangan Wisatawan
131

Lampiran 18. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait fasilitas dalam pandangan Wisatawan

Lampiran 19. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait investasi dalam pandangan Lembaga Pembina/Pendamping
132

Lampiran 20. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait fasilitas dalam pandangan Lembaga Pembina/Pendamping

Lampiran 21. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait SDM dalam pandangan Aparat Desa (Kepala Desa)
133

Lampiran 22. Hasil analisis perbandingan berpasangan diantara opsi strategi


terkait potensi pasar dalam pandangan Aparat Desa (Kepala Desa)

Lampiran 23. Perbandingan kepentingan strategi terpilih (meningkatkan promosi


tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI))
dengan strategi S-CEGAH
134

Lampiran 24. Perbandingan kepentingan strategi terpilih (meningkatkan promosi


tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI))
dengan strategi S-KUALIT

Lampiran 25. Perbandingan kepentingan strategi terpilih (meningkatkan promosi


tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI))
dengan strategi S-PENDIK
135

Lampiran 26. Perbandingan kepentingan strategi terpilih (meningkatkan promosi


tentang Agrowisata Bina Darma yang berkelanjutan (S-PRMOSI))
dengan strategi S-TRABUD
137

Lampiran 27. Foto-foto Kawasan Agrowisata Bina Darma

Pintu Gerbang Maskot

Wahana Renang Kebun Agro

Taman Satwa Wahana Berkuda

Wahana Tangkap Ikan Wahana Kolam Pancing


138

Penginapan Kampung Bidar Wahana Paint Ball

Kios Pupuk Kios Bibit Buah

Rumah Jamur Pembuatan Kompos

Wahana Perahu Naga Wahana Sepeda Air


139

Wahana Flying Fox Wahana Motor ATV Kecil

Wahana Kereta Agro Wahana Sepeda BMX

Wahana Gajah Tunggang Wahana Delman

Wahana Roller Ball Wahana Komedi Putar


140

Wahana Shooting Target Wahana Kereta Mini

Area Parkir Mobil dan Motor Wawancara dengan responden

Kuliah Lapangan Mahasiswa Maket Agrowisata Bina Darma


Universitas Sriwijaya
141

Lampiran 28. PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp)

LAPANGAN USAHA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 r) 2008 r) 2009*) 2010 **)
1. PERTANIAN 490,471 538,395 606,639 686,106 770,667 842,110 917,663 944,794 1,038,251
a. Tanaman Bahan Makanan 143,296 151,977 165,397 185,228 202,435 222,193 244,546 261,447 284,172
b. Tanaman Perkebunan 152,768 173,637 201,346 235,669 279,481 311,978 331,265 324,105 372,819
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 57,947 61,053 67,489 72,830 79,642 816,370 91,797 93,806 100,669
d. Kehutanan 41,304 44,522 48,943 52,754 53,912 61,579 65,409 75,677 79,476
e. Perikanan 95,156 107,206 123,464 139,625 155,197 164,990 184,646 189,759 201,115

2. PERTAMBANGAN & PENGGAJIAN 78,634 85,881 98,443 120,953 136,914 153,475 183,436 195,118 226,994
a. Minyak dan Gas Bumi 19,620 22,164 28,742 44,442 51,574 57,979 71,165 57,979 69,385
b. Pertambangan Tanpa Migas 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Penggalian 59,014 63,717 69,701 76,511 85,340 95,496 112,271 137,139 157,609

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 167,344 181,634 198,530 218,302 241,097 268,135 294,987 320,906 353,832
a. Industry migas 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1) Pengilangan Minyak Bumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2) Gas Alam Cair 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Industri tanpa migas 167,344 181,634 198,530 218,302 241,097 268,135 294,987 320,906 353,032
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 121,745 129,918 138,604 148,749 160,813 175,817 192,766 213,661 238,002
2) Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,910 2,046 2,265 2,520 2,831 3,195 3,611 4,110 4,522
3) Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya 30,330 35,421 42,332 50,412 59,355 69,322 76,536 78,833 83,359
4) Kertas dan Barang Cetakan 148 161 175 191 209 228 249 279 317
5) Pupuk, Kimia Dan Barang dari Karet 2,906 3,228 3,588 412 4,724 5,297 5,871 6,449 7,235
6) Semen dan Barang Galian Bukan Logam 5,825 6,226 6,592 7,046 7,586 8,358 9,673 10,654 11,986
7) Logam Dasar Besi dan Baja 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8) Alat Angkat, Mesin dan Peralatannya 4,480 4,634 4,974 5,260 5,579 5,918 6,281 6,920 7,611
9) Barang lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 2,069 2,624 2,909 3,287 3,901 5,287 6,486 7,177 7,982
a. Listrik 1,813 2,341 2,598 2,937 3,477 4,737 5,746 6,307 6,959
b. Gas 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Air Bersih 256 283 311 350 424 550 740 870 1,023

5. BANGUNAN 185,800 202,021 231,093 267,860 314,012 378,070 475,347 539,805 321,625

6. PERDAG, HOTEL & RESTORAN 269,200 282,873 307,261 341,626 384,901 434,680 490,089 545,320 621,674
a. Perdagangan Besar & Eceran 249,151 261,669 284,567 317,002 357,360 403,531 457,645 509,272 572,561
b. Hotel 172 184 208 241 284 324 368 412 458
c. Restoran 19,877 21,020 22,486 24,383 27,257 30,825 32,076 35,636 39,655
87,109
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 26,301 30,372 34,361 42,059 52,847 62,553 75,282 79,598 73,270
a. Pengankutan 23,099 26,606 29,676 36,740 46,352 54,699 65,808 68,050 0
1) Angkutan Rel 0 0 0 0 0 0 0 0 70,775
2) Angkutan Jalan Raya 22,048 25,418 28,359 35,271 44,692 52,795 63,629 65,691 0
3) Angkutan Laut 0 0 0 0 0 0 0 0 2,117
4) Angk. Sungai Danau & Penyebrangan 887 1,003 1,111 1,239 1,404 1,616 1,853 2,011 0
5) Angkutan Udara 0 0 0 0 0 0 0 0 378
6) Jasa Penunjang Angkutan 164 185 206 230 256 288 326 348 13,839
b. Komunikasi 3,202 3,766 4,865 5,319 6,495 7,854 9,474 11,548 13,179
1) Pos dan Telekomunikasi 2,962 3,494 4,356 4,918 6,041 7,342 896 10,926 660
2) Jasa Penunjang Komunikasi 240 272 329 401 454 512 578 622 0
135,384
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 61,999 66,845 72,914 80,094 88,501 97,073 108,276 221,236 7,947
a. Bank 4,604 4,889 5,040 5,316 5,707 6,201 6,826 7,125 1,104
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 533 594 667 755 823 882 940 1,012 0
c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0 0 0 0 0 0 114,058
d. Sewa Keuangan 50,887 55,156 60,539 66,720 74,019 81,176 90,890 101,896 12,275
e. Jasa Perusahaan 5,975 6,206 6,668 7,303 7,952 8,814 9,620 11,193 0
0 577,951
9. JASA-JASA 118,667 139,370 158,235 193,857 240,365 298,303 374,905 488,915 502,116
a. Pemerintahan umum 83,285 101,348 117,841 150,498 193,643 248,134 318,009 422,079 502,116
1) Adm. Pemerintah & Pertahanan 83,285 101,348 117,841 150,498 193,643 248,134 318,009 422,079 502,116
2) Jasa Pemerintah lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Swasta 35,382 37,822 40,394 43,359 46,722 50,169 56,896 66,836 75,835
1) Sosial Kemasyarakatan 16,268 17,767 19,409 21,344 23,497 25,780 31,109 37,695 43,567
2) Hiburan & Rekreasi 138 153 174 198 224 259 298 334 382
3) Perorangan & Rumahtangga 18,976 18,902 20,811 21,817 23,001 24,130 25,489 28,807 31,886

PDRB DENGAN MIGAS 1,400,485 1,530,015 1,710,385 1,954,144 2,233,205 2,539,686 2,926,471 3,242,859 3,661,002
PDRB TANPA MIGAS 1,380,865 1,507,861 1,681,643 1,909,702 2,181,631 2,481,707 2,855,306 3,184,880 3,591,617

Keterangan : r) Angka Revisi


*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
142

Lampiran 29. PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp)

LAPANGAN USAHA 2002 2003 2004 2005 2006 2007 r) 2008 r) 2009*) 2010 **)
1. PERTANIAN 399,336 418,338 438,831 460,297 481,217 494,778 504,200 515,668 533,772
a. Tanaman Bahan Makanan 112,495 115,960 120,228 125,097 130,251 135,761 1,241,572 146,196 150,363
b. Tanaman Perkebunan 128,312 135,870 144,179 153,940 167,348 174,377 176,571 180,150 187,842
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 45,095 46,524 48,213 50,060 52,177 49,119 50,016 51,551 53,628
d. Kehutanan 39,681 41,312 42,929 44,487 42,525 44,667 43,452 42,015 41,338
e. Perikanan 73,753 78,672 83,282 86,713 88,916 90,854 92,589 95,756 100,601

2. PERTAMBANGAN & PENGGAJIAN 68,348 71,074 73,990 77,209 81,478 85,850 90,090 95,355 100,600
a. Minyak dan Gas Bumi 231,649 22,749 23,950 25,262 26,685 27,642 28,203 28,601 28,753
b. Pertambangan Tanpa Migas 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Penggalian 46,699 48,325 50,040 51,947 54,793 58,208 61,887 66,754 71,847

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 133,366 138,374 143,910 149,890 156,641 164,052 170,688 177,739 185,339
a. Industry migas 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1) Pengilangan Minyak Bumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2) Gas Alam Cair 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Industri tanpa migas 133,366 138,374 143,910 149,980 156,641 164,052 170,688 177,739 185,339
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 95,404 99,068 103,159 107,605 112,759 118,560 124,998 131,770 139,103
2) Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1,877 1,989 2,108 2,240 2,399 2,574 2,763 2,995 3,124
3) Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya 25,315 26,213 27,123 28,075 29,013 29,947 29,447 28,849 28,139
4) Kertas dan Barang Cetakan 135 140 145 150 156 163 170 179 189
5) Pupuk, Kimia Dan Barang dari Karet 2,237 2,348 2,467 2,595 2,732 2,857 2,978 3,102 3,280
6) Semen dan Barang Galian Bukan Logam 4,184 4,274 4,407 4,549 4,707 4,861 5,017 5,284 5,631
7) Logam Dasar Besi dan Baja 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8) Alat Angkat, Mesin dan Peralatannya 4,214 4,342 4,501 4,676 4,875 5,090 5,315 3,560 5,873
9) Barang lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1,329 1,391 1,457 1,543 1,722 2,169 2,335 2,509 2,702
a. Listrik 1,134 1,189 1,247 1,323 1,484 1,904 2,024 2,158 2,310
b. Gas 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Air Bersih 195 202 210 220 238 265 311 351 392

5. BANGUNAN 158,007 164,794 172,522 181,183 191,909 205,669 224,015 243,818 267,761

6. PERDAG, HOTEL & RESTORAN 257,376 266,338 276,215 286,710 298,069 310,340 322,043 335,670 353,292
a. Perdagangan Besar & Eceran 239,645 248,192 257,549 267,465 278,190 289,791 301,255 313,998 330,357
b. Hotel 158 162 166 170 175 179 184 192 201
c. Restoran 17,573 17,984 18,500 19,075 19,704 20,370 20,604 21,480 22,734

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 17,374 18,243 19,167 20,448 21,979 23,656 25,736 28,247 30,869
a. Pengankutan 14,463 15,068 15,739 16,456 17,253 18,098 19,073 20,141 21,322
1) Angkutan Rel 0 0 0 0 0 0 0 0
2) Angkutan Jalan Raya 13,557 14,119 14,743 15,411 16,152 16,934 17,843 18,843 19,958
3) Angkutan Laut 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4) Angk. Sungai Danau & Penyebrangan 765 797 833 870 914 964 1,014 1,072 1,126
5) Angkutan Udara 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6) Jasa Penunjang Angkutan 141 152 163 175 187 200 214 226 238
b. Komunikasi 2,911 3,175 3,428 3,992 4,726 5,558 6,665 8,106 9,547
1) Pos dan Telekomunikasi 2,708 2,955 3,188 3,730 4,440 5,247 6,326 7,749 9,175
2) Jasa Penunjang Komunikasi 203 220 240 262 286 311 339 357 372

8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 53,668 54,747 56,005 57,427 59,025 60,639 63,205 67,743 72,707
a. Bank 4,098 4,312 4,333 4,458 4,598 4,759 4,957 5,121 5,381
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 421 444 469 496 524 552 580 614 651
c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
d. Sewa Keuangan 43,445 44,217 45,084 46,035 47,140 48,215 50,210 54,174 58,470
e. Jasa Perusahaan 5,704 5,874 6,119 6,438 6,763 7,113 7,458 7,836 8,205

9. JASA-JASA 98,259 103,774 108,785 117,006 129,517 145,557 166,048 184,530 198,878
a. Pemerintahan umum 67,622 72,207 75,922 82,778 93,829 108,382 125,717 139,837 151,066
1) Adm. Pemerintah & Pertahanan 67,622 72,207 75,922 82,778 93,829 108,382 125,717 139,837 151,066
2) Jasa Pemerintah lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Swasta 30,637 31,567 32,863 34,228 35,688 37,175 40,331 44,693 47,812
1) Sosial Kemasyarakatan 13,783 14,291 14,888 15,515 16,188 16,866 19,173 21,824 23,310
2) Hiburan & Rekreasi 133 140 148 157 165 174 183 194 207
3) Perorangan & Rumahtangga 16,721 17,136 17,827 318,556 19,335 20,135 20,975 22,675 24,295

PDRB DENGAN MIGAS 1,187,063 1,237,037 1,290,882 1,351,713 1,421,557 1,492,710 1,568,360 1,651,281 1,745,920
PDRB TANPA MIGAS 1,165,414 1,214,324 1,266,932 1,326,451 1,394,872 1,465,068 1,540,157 1,622,680 1,717,169

Keterangan : r) Angka Revisi


*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
143

Lampiran 30. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Ogan Ilir Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Dengan Migas)

LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 r) 2008 r) 2009*) 2010 **)
1. PERTANIAN 33.69 35.02 35.19 35.47 35.11 34.51 33.16 31.36 29.13 28.36
a. Tanaman Bahan Makanan 10.31 10.23 9.93 9.67 9.48 9.06 8.75 8.36 8.06 7.76
b. Tanaman Perkebunan 10.16 10.91 11.35 11.77 12.06 12.51 12.28 11.32 9.99 10.18
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4.02 4.14 3.99 3.95 3.73 3.57 3.2 3.14 2.89 2.75
d. Kehutanan 3.06 2.95 2.91. 2.86 2.7 2.41 2.42 2.24 2.33 2.17
e. Perikanan 6.41 6.79 7.01 7.22 7.15 6.95 6.5 6.31 5.85 5.49

2. PERTAMBANGAN & PENGGAJIAN 5.76 5.61 5.61 5.76 6.19 6.13 6.04 6.27 6.02 6.2
a. Minyak dan Gas Bumi 1.75 1.4 1.45 1.68 2.27 2.31 2.28 2.43 1.79 1.9
b. Pertambangan Tanpa Migas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Penggalian 4.01 4.21 4.16 4.08 3.92 3.82 3.76 3.84 4.23 4.31

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11.92 11.95 11.87 11.61 11.17 10.8 10.56 10.08 9.9 9.64
a. Industry migas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1) Pengilangan Minyak Bumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2) Gas Alam Cair 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Industri tanpa migas 11.92 11.95 11.87 11.61 11.17 10.8 10.56 10.08 9.9 9.64
1) Makanan, Minuman dan Tembakau 8.43 8.69 8.49 8.1 7.61 7.2 6.92 6.59 6.59 6.5
2) Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 0.14 0.14 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 12 0.13 0.12
3) Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya 2.36 2.17 2.32 2.47 2.58 2.66 2.73 2.62 2.43 2.28
4) Kertas dan Barang Cetakan 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
5) Pupuk, Kimia Dan Barang dari Karet 0.22 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 0.2 0.2 0.2
6) Semen dan Barang Galian Bukan Logam 0.42 0.42 0.41 0.39 0.36 0.34 0.33 0.33 0.33 0.33
7) Logam Dasar Besi dan Baja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8) Alat Angkat, Mesin dan Peralatannya 0.34 0.32 0.3 0.29 2.27 0.25 0.23 0.21 0.21 0.21
9) Barang lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0.12 0.15 0.17 0.17 0.17 0.17 0.21 0.22 0.22 0.22
a. Listrik 0.1 0.13 0.15 0.15 0.15 0.16 0.19 0.2 0.19 0.19
b. Gas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
c. Air Bersih 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03

5. BANGUNAN 13.36 13.27 13.2 13.51 13.71 14.06 14.89 16.24 16.65 16.98

6. PERDAG, HOTEL & RESTORAN 20.25 19.22 18.49 17.96 17.48 17.24 17.12 16.75 16.82 16.74
a. Perdagangan Besar & Eceran 18.79 17.79 17.1 16.64 16.22 16 15.89 15.64 15.7 15.64
b. Hotel 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
c. Restoran 1.45 1.42 1.37 1.31 1.25 1.22 1.21 1.1 1.1 1.08

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1.68 1.88 1.99 2.01 2.15 2.37 2.46 2.57 2.45 2.38
a. Pengankutan 1.47 1.65 1.74 1.74 1.88 2.08 2.15 2.25 2.1 2
1) Angkutan Rel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2) Angkutan Jalan Raya 1.4 1.57 1.66 1.66 1.8 2 2.08 2.17 2.03 1.93
3) Angkutan Laut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4) Angk. Sungai Danau & Penyebrangan 0.06 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06
5) Angkutan Udara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6) Jasa Penunjang Angkutan 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
b. Komunikasi 0.2 0.23 0.25 0.27 0.27 0.29 0.31 0.32 0.36 0.38
1) Pos dan Telekomunikasi 0.19 0.21 0.23 0.25 0.25 0.27 0.29 0.3 0.34 0.36
2) Jasa Penunjang Komunikasi 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 4.27 4.43 4.37 4.26 4.1 3.96 3.82 3.7 3.74 3.7
a. Bank 0.35 0.33 0.32 0.29 0.27 0.26 0.24 0.23 0.22 0.22
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank 0.04 0 0.04 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.036 0.03
c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
d. Sewa Keuangan 3.44 3.63 3.6 3.54 3.41 3.31 3.2 3.11 3.14 3.12
e. Jasa Perusahaan 0.45 0.43 0.41 0.39 0.37 0.36 0.35 0.33 0.35 0.34

9. JASA-JASA 8.69 8.47 9.11 9.25 9.92 10.76 11.75 12.81 15.08 15.79
a. Pemerintahan umum 6.17 5.95 6.64 6.89 7.7 8.67 9.77 10.87 13.02 13.72
1) Adm. Pemerintah & Pertahanan 6.17 5.95 6.64 6.89 7.7 8.67 9.77 10.87 13.02 13.72
2) Jasa Pemerintah lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Swasta 2.51 0.53 2.47 2.36 2.22 2.09 1.98 1.94 2.06 2.07
1) Sosial Kemasyarakatan 1.14 1.16 1.16 1.13 1.09 1.05 1.02 1.06 1.16 1.19
2) Hiburan & Rekreasi 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
3) Perorangan & Rumahtangga 1.37 1.35 1.3 1.22 1.12 1.03 0.95 0.87 0.89 0.87

JUMLAH 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Keterangan : r) Angka Revisi


*) Angka sementara
**) Angka sangat sementara

You might also like