Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAELANI

IBADAH LAHIR-IBADAH BATIN

Muhyi-al-Din Abu Muhammad bin Abu Saleh 'Abd al-Qadir al-Gilani (lahir pada 470 H/1078 M
di Amol, Iran dan meninggal pada 561 H/1166 M) adalah seorang ulama yang sangat dihormati.
Syekh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang wali dalam dunia tarekat dan sufisme.

Macam-macam ilmu

➢ Ilmu Lahir (Syari’ah)_Perintah, Larangan dan Semua Jenis Hukum


➢ Ilmu Batin (Batin Syari’ah)_Ilmu Tariqah
➢ Ilmu Batin (Batin Tariqah)_Ilmu Ma’rifah
➢ Ilmu Batin (Batin segala yang batin/batin al-bawatin)_Ilmu Hakikat

Dari syariat menuju hakikat

➢ “Perbuatan yang baik mestilah dilakukan dengan cara yang benar”.


➢ “Berhati-hatilah di dalam beramal agar amalan itu dilakukan bukan untuk dipertontonkan atau
diperdengarkan kepada orang lain. Semuanya mestilah dilakukan semata-mata kerana Allah,
demi mencari keredaan-Nya”.

Menetapi tafakur

➢ Nilai sesuatu amalan itu tersembunyi di dalam hakikatnya. Untuk menemukannya


diperlukan tafakur.
➢ Barang siapa merenungi sesuatu perkara dan mencari penyebabnya ia akan mendapati
segala sesuatu mempunyai bagian-bagian dan menjadi penyebab bagi hal-hal yang lain.
Tafakur begini bernilai satu tahun ibadah.

Meraih cinta Ilahi

➢ Agar cinta Ilahi dapat menempati hatimu, pertama-tama kau harus menyucikan dirimu
dari hawa nafsu.
➢ Perangilah lebih dahulu nafsu hewanimu (rakus, tidur berlebihan, lalai/malas) dan sifat
hewan buas (amarah, keras, suka menyakiti, kejam), lalu jauhkan dirimu dari kebiasaan
jahat (angkuh, sombong, iri, dendam, tamak, dan semua penyakit lahir maupun batin).
➢ Setelah itu kau akan memiliki kesadaran meskipun tidak sepenuhnya bersih dari dosa.
Kau akan memiliki rasa bersalah.

Mewujudkan tasawuf

➢ Huruf pertama, “t”, adalah singkatan dari tawbah, tobat.


➢ Huruf kedua adalah “s”, dari kata shafa, suci, tenteram dan bahagia. Ketenteraman datang
dari hati yang bebas dari kecemasan. Kecemasan disebabkan oleh kesenangan kepada
dunia.
➢ Huruf ketiga adalah “w”, singkatan dari wilayah, yakni tingkatan kewalian para pencinta
dan kekasih Allah (tidak ada ketakutan dan kesedihan, sepenuhnya mencintai dan
terhubung dengan Allah).
➢ Huruf keempat, “f”, merupakan singkatan dari kata Fana, penidadaan diri. Diri yang batil
dan keakuan luruh musnah ketika sifat-sifat Ilahi memasuki jiwa. Keakuan digantikan
oleh keesaan.

Menyingkap kegelapan, menemukan cahaya

➢ Ibadah sejati hanya dapat dilakukan jika tabir yang menutupi hati telah diangkat sehingga cahaya
Ilahi dapat meneranginya. Hanya setelah itulah jiwa akan melihat melalui pelita ruhani.
➢ Hati menjadi gelap terhijab disebabkan oleh kelalaian, yang membuat seseorang lupa kepada
Allah dan lupa kepada kewajiban, tujuan, dan ikrar mereka dengan Allah. Sebab utama kelalaian
adalah kejahilan terhadap hakikat (kebenaran) ajaran Tuhan.

Godaan para pejalan

➢ Alam materi ini adalah godaan bagi orang berilmu. Alam malakut adalah godaan bagi
kaum bijak, dan alam sifat-sifat Ilahi adalah godaan bagi ahli hakikat.
➢ Siapa saja yang merasa puas pada salah satunya, ia tertolak dari karunia Allah yang akan
membuatnya lebih dekat kepada-Nya.
➢ Jika seseorang terperdaya oleh semua godaan ini, ia akan berhenti, tak bisa meneruskan
langkah, dan tak kuasa bergerak ke tempat yang lebih tinggi lagi. Meskipun bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, ia takkan pernah bisa mencapainya. Ia
terhalang; ia hanya memiliki sebelah sayap.

Jangan berlindung dibalik ‘takdir’

➢ Seseorang tidak boleh berlindung pada rahasia takdir untuk meninggalkan amal saleh.
Seperti alasan, “Kalaupun aku di zaman azali sudah ditakdirkan menderita maka tidaklah
ada manfaatnya beramal saleh. Dan, jika aku memang ditakdirkan bahagia maka tidaklah
membahayakan bagiku untuk melakukan amal buruk”.

Syahadat

➢ La ilaha illallah
➢ Allah
➢ Hu
➢ Haqq
➢ Hayy
➢ Qayyum
➢ Qahhar
➢ Fattah
➢ Wahhab
➢ Wahid
➢ Ahad
➢ Shamad

Semua nama ini harus dilafalkan bukan hanya oleh lisan, melainkan juga oleh hati. Hanya
setelah itulah mata hati akan melihat cahaya hakikat.

Dua jenis penyucian:

➢ Pertama, penyucian zahir, ditentukan oleh peraturan agama dan dilakukan dengan
membasuh tubuh badan dengan air yang bersih.
➢ Kedua, penyucian batin, dilakukan dengan menyadari kekotoran di dalam diri, menyadari
dosanya dan bertaubat dengan ikhlas. Penyucian batin memerlukan perjalanan kerohanian
dan dibimbing oleh guru kerohanian.
Zakat

➢ Zakat, ‘sedekah yang indah’ adalah perbuatan yang baik. Sebagian dari rezeki yang kita
terima, baik kebendaan dan kerohanian, belanjakanlah kerana Allah, kepada Allah.
➢ Walaupun balasan berlipat dijanjikan, jangan melakukannya karena balasan tersebut.
Jangan meminta dan mengharapkan faedah keduniaan bagi perbuatan baik kamu.
Lakukanlah karena Allah semata.
➢ Faedah lain daripada sedekah ialah kesan penyuciannya. Ia menyucikan harta dan diri
seseorang. Jika diri dibersihkan daripada sifat-sifat ego maka tujuan sedekah atau zakat
batin (kerohanian) tercapai.
➢ Segala sesuatu yang diberikan sebagai zakat akan melalui tangan Allah sebelum sampai
kepada orang miskin. Karena itu, tujuan zakat tidak semata-mata untuk membantu kaum
fakir, karena Allah Maha Memenuhi semua kebutuhan, termasuk kebutuhan kaum fakir.
Tujuan sejati zakat adalah agar niat orang yang berzakat diterima oleh Allah.

Puasa

➢ Selain puasa lahir, ada puasa batin. Puasa batin adalah menjaga semua indra dan pikiran
dari segala yang diharamkan. Sedikit saja niat buruk hinggap di hatimu, puasamu rusak.
Jika puasa lahir dibatasi oleh waktu, puasa batin dijaani selama-lamanya, selama hidup di
dunia hingga kehidupan di akhirat. Itulah puasa sejati.
➢ Puasa paling baik adalah puasa hakikat, yaitu mencegah hati dari menyembah selain
Allah. Caranya adalah dengan membutakan mata hati dari segala yang ada, sehingga
yang tersisa hanyalah cinta kepada Allah. Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk
manusia, dan Dia menciptakan manusia untuk diri-Nya sendiri.

Selalu hati-hati dari sifat buruk yang menyusup

➢ Walaupun perbuatan seseorang itu tampak baik, dan kesehariannya tampak saleh, namun
bila sifat-sifat buruk yang merusak menyusupinya, orang itu termasuk kelompok
mufsidin. Misalnya sabda Nabi:
➢ Marah itu merusak keimanan sebagaimana cuka merusak madu
➢ Hasad itu membakar kebaikan, sebagaimana api membakar kayu
➢ Ghibah itu jauh lebih buruk dari pada zina
➢ Fitnah itu sesuatu yang tertidur, Allah melaknat siapa yang membangunkannya
➢ Orang bakhil itu tidak akan masuk surga meskipun ‘abid atau zahid
➢ Riya itu syirik khafy
➢ Para pemfitnah itu tidak akan masuk surga

You might also like