pelarutan sehingga menghasilkan menyebabkan formasi Poh kemudian
porositas sekunder berupa vug tersingkap baik di permukaan. Pada saat
Dari model diagenesis yang telah ini proses diagenesis yang terjadi adalah dibuat, proses diagenesis ini berawal meteoric vadose. Sehingga pembentukan pada saat Oligosen Akhir ± Miosen porositas seperti vug dapat berkembang Tengah dimana terbentuknya formasi dengan baik. salodik pada Mandala Banggai Sula yang kemudian diikuti oleh terbentuknya 3. Porositas Visual Formasi Poh pada Mandala Banggai Porositas merupakan suatu rongga Sula, lihat pada Lampiran 1. Pada saat dalam batuan yang dapat dilalui ataupun ini diagenesis yang terjadi adalah marine diisi oleh fluida. Pada pengamatan phreatic. Kemudian terjadi perubahan sayatan tipis dapat terlihat porositas dari lingkungan diagenesis dari marine 22 sampel batuan. Porositas yang phreatic menjadi meteoric phreatic dan berkembang umumnya terbentuk pada mixing zone yang disebabkan oleh saat proses diagenesis batuan karbonat penuruan muka air laut (sea level drop). seperti vug, fracture, dan intercrystal. Penurunan muka air laut ini Pada sayatan PG 02, 18, 20, 21, 33, dan menyebabkan pengaruh air dari daratan 41 mempunyai persentasi porositas vug atau air tawar lebih dominan sehingga berkisar antara 5 ± 10%, berdasarkan suplai Mg lebih banyak daripada Ca. klasifikasi Koesoemadinata, 1980 maka Hasil dari proses penggantian atau kualitas persentase porositas batuan ini replacement CaCO3 menjadi MgCO3 adalah buruk atau poor. Pada sayatan PG mengakibatkan terjadinya replacement 15, 19, 23, 24, 27, 31, 34, dan 44 kalsit menjadi dolomit, lihat pada mempunyai porositas fracture sebesar 5 Gambar 4.24. Kemudian Pada Kala ± 11%, berdasarkan klasifikasi Miosen Akhir tumbukan mandala koesoemadinata, 1980 maka kualitas Banggai ± Sula dan Mandala Sulawesi persentase porositas batuan ini adalah Timur semakin intensif, yang buruk atau poor. Pada sayatan PG 05, menyebabkan formasi Salodik dan 07, 11, 13, 28, dan 43 mempunyai Formasi Poh terdeformasi dan porositas vug dan fracture sebesar 5 ± merupakan awal terjadinya 13% berdasarkan klasifikasi pengangkatan. Pada saat ini diagenesis Koesoemadinata (1980) maka kualitas yang terjadi adalah perubahan dari persentase porositas batuan ini adalah marine phreatic ± mixing zone menuju buruk - cukup. Sedangkan pada sayatan burial, lihat pada Lampiran 1. PG 12 dan 30 mempunyai jenis porositas Pada saat Miosen Akhir diikuti oleh vug dan intercrystal sebesar 8 ± 10%, mulai tererosinya Mandala Sulawesi berdasarkan klasifikasi Koesoemadinata Timur yang menyebabkan pengendapan (1980) maka kualitas persentase kearah cekungan. Erosi ini kemudian porositas batuan ini adalah buruk atau diikuti oleh proses transportasi dan poor. pengendapan sedimen yang merupakan awal terbentuknya Formasi Bongka yang 4. Umur Relatif menyebabkan perubahan proses Dari hasil zonasi foraminifera besar diagenesis menjadi burial. Semakin yang telah dibuat, umur batuan adalah intensifnya tumbukan antara Mandala antara P21 sampai N11 yaitu Oligosen Banggai ± Sula dengan Mandala Akhir sampai dengan Miosen Tengah Sulawesi Timur pada Kala Pliosen - lihat pada Lampiran 2, yaitu berkisar Sekarang menyebabkan terbentuknya antara 25 juta tahun yang lalu sampai sesar ± sesar naik seperti patahan Pasini, dengan 15 juta tahun yang lalu. patahan Poh, dan patahan Batui yang Biozonasi ini dilakukan dengan