Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN

WAHAM

RSJ. Dr. Soeharto Heerdjan

Dosen Pembimbing:

Ns. Duma Lumban Tobing, M. Kep., Sp. Kep J.

Ns. Dwi Suratmini, M. Kep.

Disusun oleh :

Zahra Deswita Mufti 2110711065

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

TAHUN 2023
A. PENGERTIAN
Menurut SDKI (2017) dan Keliat (2022) waham adalah keyakinan yang salah tentang
isi pikiran dan dipertahankan secara kuat dan terus menerus namun tidak sesuai realita.
Waham adalah keyakinan atau sebuah presepsi palsu yang tetap tidak dapat diubah
meskipun ada bukti yang membantahnya. Gangguan prosespikir waham ini
mengacupada suatu kondisi seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan yang
ganjil salama paling sedikit sebulan (Fitrianingsih, 2022). Waham muncul dari fisiologi
otak seseorang, rangsangan lingkungan saat ini, dan kerangka acuan seseorang
mengenai dunia. Waham dapat berupa waham kebesaran, curiga, persekusi, somatik,
dan kendali pikir.

B. ETIOLOGI
• Faktor biologis
Menurut Supriyanto sejumlah kondisi medis dan substance use disorder bisa
menimbulkan waham, misalnya tumor otak, epilepsi, dan cannabis use disorder.
Faktor biologis yang terlibat terutama adalah kerusakan sistem limbik dan
ganglia basalis. Faktor lainnya yang juga sering ditemukan adalah riwayat
trauma kepala dan penyalahgunaan zat. (Supriyanto, 2022)
• Faktor psikologis
Pasien dengan gangguan waham banyak menggunakan reaksi formasi, denial,
dan sebagai mekanisme adaptasi. Reaksi formasi adalah sikap
menyembunyikan dorongan atau ide yang mengancam ke alam bawah sadar dan
menunjukkan perilaku yang sebaliknya di alam sadar.
• Faktor sosial
Waham juga dikaitkan dengan faktor-faktor seperti isolasi sosial dan sensori
halusinasi, deprivasi sosio-ekonomi, dan gangguan dalam kepribadian.

C. RENTANG RESPON
Menurut (Tobing & Suratmini, 2022) berikut adalah rentang respon pada pasien dengan
waham.
Pada respon adaptif terdiri atas pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, perilaku
sesuai hubungan sosial.
• Pada saat pikiran logis pasien dapat berpikir secara norma dan ide yang teratur.
• Persepsi akurat adalah dimana klien dapat mengendalikan dengan stabil
emosinya.
• Klien memiliki emosi yang stabil dan kemampuan kontrol emosi yang baik
• Perilaku klien sesuai dengan hubungan dalam kehidupan sehari hari

Disamping itu pada rentang diantara respon adpatif dan maladaptif terdapat keadaan
dimana kadang indvidu mengalami proses pikir yang menyimpang, antara lain:

• Distoris pikiran yaitu terhentinya arus pikir atau pembicaraan secara tiba-tiba
• Ilusi yaitu penafsiran yang keliru mengenai suatu pengalaman yang sunguh
terjadi
• Menarik diri yaitu menghindarkan diridari situasi konflik yang bisa
menyebabkan kegagalan dalam menyelesaikan maslah.
• Reaksi emosi yaitu suatu keadaan dari organisme atau individu pada suatu
waktu secara berlebihan.
• Perilaku tidak biasa yaitu keadaan dimana individu tidak dapat berperilaku yang
sewajarnya

Fase maladaptif adalah kondisi klien tidak bisa berpikir secara jernih dan
menyimpang dari norma-norma sosial budaya yang ada di masyarakat. Respon dari
maladaptif itu sendiri meliputi:

• Delusi yaitu gangguan karena keyakinan yang tidak dapat dibuktikan sehingga
individu tidak dapat mengontrol emosi dan tetap mempertahankan
keyakinannya.
• Isolasi sosial yaitu gangguan karena merasa terisolasi, tersekat, terkunci,
terpencil dari masyarakat, tidak disukai orang lain, rasa tidak enak bila
berkumpul dengan orang lain dan lebih suka menyendiri.
• Halusinasi yaitu merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada, pasien merasa
ada suara padahal tidak ada stimulus suara.

D. JENIS-JENIS
Menurut (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015) membagi waham menjadi 4 klasifikasi
diantaranya:
1. Waham kebesaran
Klien yakin bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan tertentu. Misalnya,
“Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..” atau “Saya ini pemimpin kerajaan
Sunda Empire”.
2. Waham curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya. Misalnya, “Saya tahu kalian semua
memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Klien meyakini terhadap suatu agama secara berlebihan. Misalnya, “Kalau saya
mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatik
Klien yakin bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit.
Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular ganas loh suster”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal. Misalnya, “Ini
sudah di alam kubur ya, semua yang ada di sini cuma arwahnya saja”
6. Waham Sisip Pikir
Keyakinan klien bahwa pikiran orang lain disisipkan ke dalam pikirannya.
7. Waham Siar Pikir
Keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang mereka pikirkan,
meskipun mereka tidak pernah menyatakan pikiran tersebut kepada orang
tersebut.

8. Waham Kontrol Pikir


Keyakinan klien bahwa pikiran mereka dikontrol oleh kekuatan di luar diri
mereka.

E. FASE-FASE
Menurut (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015) terdapat enam fase yang dialami oleh
pasien dengan waham diantaranya:
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan
antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal
diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil,
rumah, atau telepon genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan
tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial
(isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah
pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian
traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Biologis
Waham dapat terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel otak,
atau perubahan sel kortikal dan limbik. Abnormalitas menyebabkan respon
neurologis yang maladaptif.
b) Faktor Psikologis
Keluarga merupakan penyebab yang memicu waham disini dapat
disebabkan oleh perbedaan perlakuan dari keluarga. Misalnya sosok ibu
yang pencemas dan ayah yang kurang peduli.
c) Faktor Sosial Budaya
Menurut Yosep (dalam Sutejo, 2009) Kebudayaan turut memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang. Unsur-unsur dalam
sosial-budaya ini meliputi kestabilan keluarga, pola asuh anak, tingkat
ekonomi, perumahan, masalah kelompok minoritas yang merupakan
prasangka, faskes, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai,
pengaruh rasial dan keagamaan, serta nilai-nilai.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor biologis
Timbulnya waham bisa merupakan respon normal terhadap pengalaman
abnormal pada sistem saraf pusat. Bisa muncul dari berbagai zat dan
kondisi medis non-psikiatrik dan menyebabkan waham.
b. Faktor psikodinamik
Hampir seluruh klien dengan gangguan waham pasti memiliki suatu
kondisi sosial terisolasi dan pencapaian sesuatu dalam kehidupannya
tidak sesuai dengan apa yang mereka impikan.

G. TANDA DAN GEJALA


Menurut Keliat (2022) dan SDKI (2017) ada beberapa tanda gejala yang biasa
muncul pada pasien dengan waham antara lain:
• Tanda Mayor
I. Subjektif
1. Mengatakan bahwa ia adalah artis, nabi, president, wali dan
lainnya yang tidak sesuai kenyataan
2. Curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu
3. Merasa diintai dan akan membahayakan dirinya
4. Merasa yakin menderita penyakit fisik
5. Mengungkapkan isi waham
II. Objektif
1. Mudah tersinggung
2. Marah
3. Waspada
4. Menarik diri
5. Isi pikiran tidak sesuai realitas
6. Inkoheren/pembicaraan sulit dimengerti
7. Perilaku seperti isi waham
• Minor
i. Subjektif
a. Tidak mampu mengambil keputusan
b. Merasa khawatir sampai panik
c. Merasa sulit berkonsentrasi
ii. Objektif
a. Bingung
b. Curiga berlebihan
c. Waspada berlebihan
d. Bicara berlebihan
e. Sikap menentang atau permusuhan
f. Wajah tegang
g. Produktifitas kerja menurun
h. Menarik diri
i. Perubahan pola tidur
j. Kehilangan selera makan

H. SUMBER KOPING
a) Personal ability
Keterampilan dalam menyelesaikan masalah meliput kemampuan
mencari informasi, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan
alternatif dan mengimplementasikan rencana tindakan.
1) Pengetahuan dan intelegensi merupakan sumber koping yang
memungkinkan seseorang mengidentifikasi berbagai cara yang
berbeda dalam mengatasi stress.
2) Keterampilan sosial seperti membantu menyelesaikan masalah
dnegan melibatkan orang lain, meningkatkan kemungkinan
untuk bekerjasama dan memperoleh dukungan dari orang lain,
dan memberikan pada individu kontrol sosial yang lebih besar.
b) Sosial support
1) Hubungan antar individu, keluarga dan kelompok masyarakat
2) Budaya yang stabil
3) Komitmen dengan jaringan sosial
4) Material assets
c) Penghasilan individu/finansial
1) Benda-benda atau barang yang dimiliki
2) Pelayanan kesehatan
d) Positive beliefs sebagai sumber harapan dan dapat mempertahankan
upaya koping seseorang dalam disituasi yang paling tidak diharapkan.

I. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping secara umum dibagi menjadi tiga yaitu berfokus secara
kognitif, berfokus pada ego dan berfokus pada masalah (Stuart,2016). Klien
dengan gangguan waham biasanya menggunakan mekanisme koping berupa
proyeksi, penyangkalan, dan pembentukan reaksi(Sutejo, 2009).

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Psikoterapi
Psikoterapi yang efektif untuk gangguan waham adalah psikoterapi
individual, berorientasi insight, suportif, kognitif, dan behavioral.
Cognitive behavioral therapy (CBT) bisa diaplikasikan untuk
memperbaiki bias pengenalan informasi yang timbul akibat waham,
sensitivitas interpersonal, kecemasan, dan insomnia. Metacognitive
training adalah terapi yang dikembangkan untuk menolong pasien
dengan waham untuk mengenali pola pikir yang tidak sesuai.
(Supriyanto, 2022)
b. Medikamentosa
Farmakoterapi dimulai dari dosis kecil, misalnya haloperidol 2 mg/24
jam atau risperidone 2 mg/24 jam, kemudian dititrasi perlahan. Jika
dalam waktu 6 minggu pasien tidak menunjukkan respons, maka
sebaiknya ditukar dengan antipsikotik kelas lainnya.
Rata-rata pasien dengan waham mengalami depresi, sehingga
antidepresan sangat diperlukan. Antidepresan yang direkomendasikan
adalah golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI),
misalnya fluoxetine, sertraline, citalopram, escitalopram, atau golongan
serotonin norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), misalnya
venlafaxine dan duloxetin. (Supriyanto, 2022)

K. POHON MASALAH
Menurut (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015) pohon masalah pada pasien waham
seperti dibawah ini:

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Waham SDKI D.0105, HAL 228 berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.

M. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


• Tujuan Umum:
1. Klien secara bertahap mampu berhubungan dengan realitas atau kenyataan
• Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimilikinya.
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dimilikinya.
4. Klien dapat berhubungan dengan kenyataan atau mampu berorientasi
dengan realitas secara bertahap.
5. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

SLKI SIKI
Status Orientasi SLKI L.09090,hal 1. Manajemen waham SIKI
123 I.09295, hal 232
Setelah dilakukan tindakan 2 x 24 2. Orientasi realita SIKI I.09297,
jam diharapkan masalah waham hal 235
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Verbalisasi waham menurun
2. Perilaku waham menurun
3. Perilaku sesuai realita membaik
4. Isi berpikir sesuai realita
membaik
5. Pembicaraan membaik

N. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
• SP 1 p
1. Membantu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
• SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
• SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianingsih. (2022). LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. P DENGAN


GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM KEBESARAN DI WISMA SRIKANDI RSJ GRAHASIA
DIY. Other thesis, POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA.

Keliat, B. A. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Supriyanto, I. (2022, November 10). Etiologi Gangguan Waham Menetap. Dipetik Juli 2023,
15, dari www.alomedika.com:
https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/gangguan-waham-menetap/etiologi

Tobing, D. L., & Suratmini, D. (2022). MODUL PEMBELAJARAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA. Depok: Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). BUKU AJAR KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

You might also like