Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

KERAJAAN TARUMANEGARA

Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan tertua kedua di nusantara setelah Kerajaan Kutai. Berikut
pembahasan tentang seni rupa, kesusastraan, seni pertunjukkan, upacara, dan sistem kalender.

1. Seni rupa Kerajaan Tarumanegara mencerminkan pengaruh kuat dari budaya India pada periode
antara abad ke-5 hingga ke-7 Masehi. Ciri-ciri seni rupa ini melibatkan relief dan arca yang
menggambarkan adegan mitologis dan agama Hindu-Buddha. Arca-arca tersebut sering kali
menggambarkan dewa-dewa dan tokoh-tokoh agama.

Salah satu situs arkeologis yang memberikan gambaran tentang seni rupa Tarumanegara adalah situs
Batujaya di Karawang, Jawa Barat. Di sana, terdapat batu-batu bersurat dan arca yang menjadi saksi
bisu dari keberadaan dan kehidupan masyarakat pada masa itu.

2. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dijelaskan terkait kesusastraan Kerajaan
Tarumanegara:

A. Pengaruh Hindu-Buddha:

- Kesastraan Kerajaan Tarumanegara diyakini memiliki pengaruh kuat dari tradisi Hindu-Buddha.
Sastra Hindu dan Buddha, seperti kitab-kitab suci dan naskah-naskah keagamaan, mungkin telah
menjadi bagian penting dari kehidupan intelektual dan spiritual masyarakat Tarumanegara.

B. Prasasti sebagai Sumber Informasi:

- Prasasti, seperti Prasasti Tugu, dapat memberikan petunjuk tentang aspek-aspek kehidupan
kesastraan. Meskipun lebih berfokus pada urusan pemerintahan dan administrasi, prasasti dapat
mencerminkan penggunaan bahasa dan sistem tulisan pada masa tersebut.

C. Kehidupan Budaya dan Ritual:

- Kesastraan Kerajaan Tarumanegara mungkin mencakup karya-karya sastra yang mencerminkan


kehidupan budaya, keagamaan, dan ritual masyarakat. Ini bisa termasuk puisi, prosa keagamaan,
atau teks-teks yang diucapkan selama upacara keagamaan.

D. Lisan dan Tradisi Lisan:

- Penting untuk diingat bahwa sebagian besar kesastraan pada periode tersebut mungkin bersifat
lisan. Cerita-cerita, mitos, dan legenda mungkin disampaikan secara lisan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Sayangnya, informasi ini mungkin telah hilang seiring waktu.

E. Pengaruh Periode Berikutnya:

- Kesastraan Kerajaan Tarumanegara juga dapat dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan yang muncul
setelahnya, seperti Kerajaan Sunda dan Pajajaran. Penggabungan elemen-elemen budaya dan sastra
dari kerajaan-kerajaan ini dapat memberikan warna tersendiri pada kesastraan Tarumanegara.

3. Informasi tentang seni pertunjukan Kerajaan Tarumanegara sangat terbatas, dan banyak hal
masih menjadi misteri. Meskipun demikian, kita dapat mengasumsikan bahwa seni pertunjukan
pada masa itu juga mencerminkan pengaruh kuat dari budaya India, khususnya dalam konteks seni
pertunjukan Hindu-Buddha.

Mungkin ada bentuk pertunjukan seperti tarian, musik, dan drama yang dilakukan sebagai bagian
dari upacara keagamaan atau acara istana. Pertunjukan ini kemungkinan besar memuat unsur-unsur
mitologis dan cerita agama yang diambil dari warisan budaya India.
Namun, tanpa bukti konkret atau penemuan arkeologis yang mendukung, informasi tentang seni
pertunjukan Kerajaan Tarumanegara tetap menjadi bidang yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
Seiring dengan penemuan-penemuan baru, kita mungkin akan mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang seni pertunjukan pada masa itu.

4. Pada salah satu Prasasti Yupa yang ditemukan di Murakaman, Kalimantan Timur (Kaltim)
dikisahkan Raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ribu ekor sapi kepada para Brahmana untuk
upacara di tanah suci yang bernama Vaprakeswara. Yupa semacam jadi penekanan, bahkan
disebutkan tiang atau tugu yang dijadikan tempat mengikat hewan kurban. ritual kurban ini ada
dalam Prasasti Tugu yang ditemukan di Kelurahan Tugu, Koja, Jakarta Utara. Dalam Prasasti Tugu
disebutkan Punawaran menyumbang 1.000 ekor sapi sebagai persembahan untuk upacara yang
dilakukan oleh para Brahmana. Pada Prasasti Dinoyo juga menyebutkan upacara penggantian arca
resi Agastya yang berbahan kayu cendana menjadi marmer hitam dan indah. Di dalam upacara itu,
raja akan dibantu para imam Weda. Adanya ahli Rgveda yaitu ahli Weda dalam upacara, para
pertapa (yati) terbaik, para pemahat, dan para ahli lainnya dari penduduk negeri ketika itu. Raja
kemudian menganugerahkan tanah lapang, lembu-lembu gemuk bersama dengan kawanan kerbau,
serta sekelompok budak laki-laki dan perempuan.semua hadiah tersebut disediakan dalam berbagai
upacara, seperti prawara-caru-hawis-snana. Bagi Soejatmi, bila dibandingkan dengan upacara Weda
di India upacara ini sangat dekat dengan Somayajna. Di Nusantara, ucapnya tradisi Weda cenderung
melakukan persembahan kepada Dewa Wisnu. Hal ini dipercaya akan mendatangkan banyak hal,
seperti mengatasi permusuhan dan menghancurkan rumah. Karena bagi raja, mereka akan
mendapatkan kekuatan dan energi yang melekat dalam kerajaan untuk menjadi raja dunia

5. Sistem kalender yang digunakan oleh Kerajaan Tarumanegara pada masa itu didasarkan pada
kalender Saka, yang merupakan kalender lunar yang umumnya digunakan oleh kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia pada periode tersebut. Kalender Saka terdiri dari 12 bulan dan mengikuti
siklus peredaran bulan.

You might also like