Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.

1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

Analisis Penggunaan Media Sosial Instagram Sebagai Media Pendukung Perkembangan


Literasi Mahasiswa

Latifah Najwa Nayla Al Hafizd, Saldanu Africo Mardianto, Rizky Aditya Pratama,
Muhammad Ferizky, Syarifuddin
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya
Email : najwaalhafizd@gmail.com, saldanuam@gmail.com, goldpointion@gmail.com,
muhammadferizky2005@gmail.com,

ABSTRAK

Berbicara merupakan sarana berkomunikasi untuk dapat berkomunikasi dengan orang


lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang berbeda, kemampuan
menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain dan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan sedemikan rupa sehinnga dapat dimengerti.
Komunikasi dapat dilakukan dalam setiap bentuk bahasa tertulis, lisan, isyarat tangan,
ungkapan musik dan artistik dan sebaginya. Tatapi dalam banyak hal, bahasa lisan
merupakan bahasa yang paling efisien karena kemungkinan terjadinya salah paham sangan
kecil sekali. Perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang
lain, mulai dari orangtua, saudara, hingga masyarakat luas. Pengalaman sosial
yang dini memainkan peranan yang penting dalam menentukan hubungan sosial
orang lain, dan karena kehidupan bayi berpusat di sekitar rumah,maka dirumah lah
diletakkan dasar prilaku dan sikap sosialnya kelak. Terdapat sedikit bukti yang
menyatakan bahwa sikap sosial atau anti sosial merupakan sikap bawaan. Malahan
apakah seseorang menjadi introvert atau ekstrovert bergantung terutama pada
pengalaman sosial awal. dalam tahap perkembangan moral yang disebut moralitas
dengan paksaan yang merupakan tahap pertama dari 3 tahapan perkembangan
moral.

Kata Kunci: perkembangan bicara, sosialisasi, moral, masa bayi

ABSTRACT
Speaking is a means of communication to be able to communicate with other people, all
individuals must be able to master two different functions, the ability to grasp the meaning
that other people want to communicate and the ability to communicate with other people in
such a way that they can be understood. Communication can be carried out in any form of
written, spoken language, hand signals, musical and artistic expressions and so on. But in
many cases, spoken language is the most efficient language because the possibility of
misunderstanding is very small. Social development is the level of a child's interactions with
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

other people, from parents, siblings, to the wider community. Early social experiences play
an important role in determining the social relationships of other people, and because a
baby's life is centered around the home, it is at home that the foundations of his future social
behavior and attitudes are laid. There is little evidence to suggest that social or anti-social
attitudes are innate. Instead, whether someone becomes an introvert or an extrovert depends
primarily on early social experiences. in the stage of moral development called morality by
coercion which is the first stage of the 3 stages of moral development.

Keywords: perkembangan bicara, sosialisasi, moral, masa bayi

Perkembangan Masa bayi

PENDAHULUAN

Kemampuan manusia dalam menguasai bahasa berbeda-beda. Ada yang memiliki kualitas
yang baik dan ada yang tidak, sesuai tingkat pengetahuan bahasa yang dimiliki. Alquran
menggambarkan perbedaan kualitas tersebut dengan memperlihatkan bahwa Alquran
merupakan kitab dengan kualitas bahasa yang baik. Keterampilan berbahasa merupakan
gabungan dari keseluruhan sistem perkembangan anak. Keterampilan berbahasa melibatkan
kemampuan motorik, psikologis, emosional dan perilaku. (Marta Pastari, 2022)

Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Alquran itu
diajarkah oleh seorang manusia kepada- nya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka
tuduhkan, Untuk menguasai bahasa dengan baik, manusia harus menggunakan kemampuannya
untuk mempelajari bahasa. Alquran mengajarkan bahwa Allah mengajarkan manusia agar dapat
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, baik bahasa lisan maupun tulisan. Bacalah. Dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-Alaq [96])

Dengan bahasa, seseorang dapat menguasai hikmah dan ilmu pengeta- huan.
Keterampilan menggunakan bahasa dikuasai secara berangsur- angsur. Kemajuan
seseorang dalam mempelajari bahasa terlihat dari perkembangan kemampuan bahasa
yang dimiliki.Perkembangan bahasa sudah dimulai dari awal kehidupan. Bayi telah
dipersiapkan dengan baik dalam belajar bahasa. Selama tahap pralinguistik
(prelinguistic phase), mereka dengan mudah membedakan suara yang mirip percakapan
dan lebih sensitif terhadap berbagai variasi bunyi bahasa daripada orang dewasa.
Mereka sensitif terhadap isyarat intonasi dari awal dan pada usia 7 - 10 bulan dapat
melakukan seg- mentasi dari bunyi percakapan ke dalam frasa atau unit seperti kata.
(Hasan, 2006)
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

Masa bayi disebut juga sebagai periode vital sebab di lihat dari segi psikologi
kondisi sosial maupun emosional bayi merupakan sesuatu yang sangat berguna untuk
perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Zulkifli, 2003)

Moral yang berasal dari kata mores yang berarti tatacara, kebiasaan, dan adat.
Istilah moral selalu terkait dengan kebiasaan, aturan, maupun tatacara suatu dalam
masyarakat. Maka moral merupakan suatu aturan maupun nilai terhadap lingkungan
sekitar. Perilaku moral manusia sesuai harapan, aturan, dan kebiasaan seseorang.
Perilaku moral juga bisa dikatakan sebagai salah satu kodrat manusia yang bisa
diterapkan dalam bersosial masyarakat.

Diketahui bahwa masa keemasaan dan masa kritis pada anak dihitung sejak anak
lahir sampai anak memasuki pendidikan dasar,yang nantinya akan menentukan
perkembangan anak selanjutnya baik dari segi sosial maupun emosional. (Mansur,
2014)

Perkembangan moral serta budi pekerti yang baik pada anak usia dini dapat
lebih diarahkan dengan pengenalan kehidupan pribadi anak yang berkaitan dengan
orang lain. Pada pengenalan orang lain dengan lebih bersosialisasi sehingga dapat
mengembangkan kesadaran anak akan adanya tanggung jawab untuk diri sendiri
maupun oranglain. Tujuan dalam pengembangan moral yang dapat merespond orang
lain dengan pengalaman baru, anak yang mempunyai teman baru akan mudah bersosial.
Hal ini dapat melatih perkembangan moral anak dengan berbagai pembentukkan
karakter, seperti dalam kepribadian anak serta perkembangan bersosial. Maka guru
disekolah harus lebih banyak memiliki serta menguasai strategi dalam perkembangan
moral anak yang dapat membangkitkannya

KAJIAN PUSTAKA
1. Perkembangan Bicara Pada Masa Bayi
Berbicara merupakan sarana berkomunikasi untuk dapat berkomunikasi
dengan orang lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang berbeda,
kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain dan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan sedemikan rupa sehinnga
dapat dimengerti. Komunikasi dapat dilakukan dalam setiap bentuk bahasa tertulis,
lisan, isyarat tangan, ungkapan musik dan artistik dan sebaginya. Tatapi dalam
banyak hal, bahasa lisan merupakan bahasa yang paling efisien karena kemungkinan
terjadinya salah paham sangan kecil sekali.

2. Perkembangan Sosialisasi Pada Masa Bayi


Perkembangan sosial pada anak usia dini merupakan sebagai bentuk
kematangan anak dalam berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya dari hubungan
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

sosial yang dilakukannya. Selaras dengan itu,menyatakan bahwa perkembangan


sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
Dari itu, dapat dinyatakan bahwa perkembangan sosial dapat berarti pula proses
belajar anak dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi yang menyatu, saling berkomunikasi serta bekerja sama.

3. Perkembangan Moral Pada Masa Bayi

Istilah moral berasal dari bahasa latin mos ( moris ) yang berarti adat
istiadat,kebiasaan, tata cara kehidupan. Pengertian Moralitas yaitu berhubungan dengan
keadaan nilai-niai moral yang berlaku dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat.
Jadi suatu tingkah laku dikatakan bermoral apabila tingkah laku itu sesuai dengan nilai-
nilai moral yang berlaku dalam kelompok sosial dimana anak tersebut hidup (Gunarsa,
2008)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dengan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, informasi
yang muncul lebih banyak berupa kata-kata, bukan kumpulan dari susunan angka. Analisis
data kualitatif sering dipandang sebagai suatu proses dan sebagai bukti dari komponen-
komponen yang diperlukan selama menganalisis suatu data.
Analisis dilakukan pada artikel ilmiah yang terkait perkembangan pada masa bayi.
Peneliti kemudian menganalisis dan mendeskripsikan hasil dari temuan yang ada berdasarkan
hasil kajian dan pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Bicara / Bahasa

Berbicara merupakan sarana berkomunikasi untuk dapat berkomunikasi


dengan orang lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang
berbeda, kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang
lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan sedemikan
rupa sehinnga dapat dimengerti. Komunikasi dapat dilakukan dalam setiap
bentuk bahasa tertulis, lisan, isyarat tangan, ungkapan musik dan artistik dan
sebaginya. Tatapi dalam banyak hal, bahasa lisan merupakan bahasa yang
paling efisien karena kemungkinan terjadinya salah paham sangan kecil sekali.

Perkembangan bahasa pada anak usia dini merupakan proses yang


kompleks dan penting dalam tahap perkembangan anak. Selama masa
perkembangan, anak belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi
secara verbal, menggunakan bahasa untuk menyampaikan gagasan, perasaan
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

dan keinginan. Perlu diketahui bahwa ada beberapa tahapan pada anak usia
dini perkembangan bahasa berdasarkan usia. Dimulai pada tahap pra-bahasa
(0-12 bulan). Pada awalnya bayi berkomunikasi dengan menangis, memohon,
dan menggunakan bahasa tubuh. (Jasiah, 2023)

Kedua aspek komunikasi, yaitu mengerti apa yang dimaksud oleh orang
lain dan kemapuan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan diri kepada
orang lain sehingga dapat dimengerti, terasa sulit dan tidak cepat dapat
dikuasai. Tetapi dasar – dasar kedua aspek itu telah diletakkan selama masa
bayi, meskipun kemampuan untuk mengerti biasanya lebih besar dari pada
kemampuan berbicara pada menjelang berakhirnya masa bayi.

1. Pengertian Bicara

Tugas pertama dalam berkomunikasi dengan orang – orang lain berupa


pemahaman akan perkataan orang lain. Dalam setiap tahapan usia, anak – anak
lebih dapat mengerti apa yang dikatakan orang lain dari pada mengutarakan
pikiran dan perasaan- perasaan mereka sendiri dalam kata – kata. Hal ini tampak
lebih jelas dalam masa bayi dari pada tahun – tahun masa kanak – kanak.
Eskpresi muka pembicara, nada suara dan isyarat –isyarat tangan membantu bayi
untuk mengerti apa yang dikatakan kepadanya. Rasa senang, marah dan takut
sudah dapat dimengerti sejak usia 3 bulan. (Hurlock E. B., 1991)

Sampai bayi berusia 18 bulan, kata – kata harus diperkuat dengan isyarat, seperti
menunjuk benda. Pada usia 2 tahun, menurut tes intelegensi skala terman – merill, rata –
rata harus cukup dapat mengerti dan beraksi terhadap dua dari enam perintah sederhana,
seperti “berikan kucing itu pada saya” dan “masukkan sendok kedalam cangkir” kalau
benda – benda itu mudah diraih. Tetapi besarnya pengertian tergantung sebagian
sebagian pada kemampuan intelektual bayi sendiri dan sebagian pada rangsangan dan
dorongan orang lain agar bayi berusaha mengerti apa yang mereka katakan

Sebelum mampu berbicara, bayi lebih dahulu dapat mengerti apa yang dikatakan
tanpa dapat bereaksi dengan kata hanya dengan ekspresi dan gerakan. (Jahja, 2011).

Oleh karena itu, mimik dan ekspresi bayi jug dapat dimengerti setelah usia tiga
bulan. Rata – rata bayi dapat berekasi terhadap perintah – perintah pada usia kurang
lebih dua tahun. Rata – rata bayi belajar menyampaikan kebutuhan – kebutuhan dan
keniginan pada usia tahun – tahun pertama yang disebut dengan komunikasi pra bicara.
Bentuk – bentuk pra bicara ini antara lain menangis, berceloteh, isyarat, dan ungkapan –
ungkapan emosi (Thahir, 2018). Pada masa bayi menagis merupakan satu – satunya alat
komunikasi bayi. Perbedaan dalam nada, pola, dan intensitas menandakan lapar.
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

kantuk, atau kemarahan. Antara usia 6 minggu dan 3 bulan, bayi mulai
mengeluarkan suara mendengkur tak jelas ketika mereka senang, menjerit,
menggumam, dan mengeluarkan suara vocal seperti “aaah”. Pada sekitar usia 3 hinnga 6
bulan, bayi mulai bermain dengan suara pembicaraan dengan menyesuaikan suara yang
merekan dengar dari orang – orang disekelilingnya. Berceloteh adalah pengulangan
konsunan dan untain vocal seperti “ma – ma” terjadi antara usia 6 dan 10 bulan dan
seiiring disalhkaprahkannya sebagai kata pertama bayi. Celoteh bukanlah kata pertama
dari bayi karena tidak membawa makna bagi bayi tersebut tetapi hanya mirip dengan
kata – kata yang ada

1. Belajar Berbicara

Tugas kedua dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah belajar


bicara. Karena belajar bicara adalah tugas yang lama dan sulit, dan karena bayi –
bayi belum cukup matang untuk belajar hal yang sulit dan ruwet ini selama
tahun pertama, maka alam memberikan bentuk – bentuk komunikasi yang
digunakan sampai mereka siap untuk berbicara. Banyak bayi selama tahun
pertama dan kedua, mencoba memberitahukan kebutuhan dan keinginannya
dengan cara ini. Bentuk – bentuk komunikasi ini dikenak sebagi bentuk – bentuk
pra bicara. (Elizabeth, 1991)

2. Bentuk – bentuk cara bicara bayi sebagai berikut:

a. Menangis

Seperti ditunjukkan oleh Ostwald dan Pelzman , “Menangis adalah salah


satu dari cara-cara pertama bayi berkomunikasi dengandunia pada umumnya.”
Meskipun orang tidak selalu tepat menafsirkan apa yang hendak disampaikan
oleh bayi,tetapi tangisan menandakan bahwa bayi berusaha untuk
berkomunikasi .Selanjutnya,Ostwald dan Pelzman menerangkan bahwa
“Menangis adalah tindakan sosial yang pertama dari bayi.Ini menandakan suatu
peralihan dari pihak bayi,dari diam-diam bergantung pada ibu menjadi mampu
berhubungan dengan dunis luas”. (Alfiansyah, 2020)

Tangisan bayi neonatal berangsur-angsur berbeda sehingga pada minggu ketiga


atau keempat dapat apa maksud tangis bayi melalui nada ,intensitas dan gerakan-
gerakan badan yang mengiringinya,rasa sakit,misalnya,diungkapkan dengan tangisan
keras yang melengking dengan rintihan dan rengekan diantaranya,menangis karena
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

sakit perut disertai dengan jeritan aneh yang tinggi nadanya berganti-ganti dengan otot
kaki yang tegang dan tarikan-tarikan kaki.Sebelum usia tiga tahun kebanyakan bayi
sudah belajar bahwa menangis adalah cara yang manjur untuk memperoleh perhatian.

Menangis selama bulan-bualan pertama juga mempunyai tujuan lain yang


bermanfaat: Hal ini menandakan apakah bayi sehat dan normal atau apakah ada satu
kesalahan.Misalnya,tangisan nada tinggi dengan intensitas lemah dan terus menerus
serinng kali berarti bahwa bayi menderita kurang gizi atau kerusakan otak.

b. Berceloteh

Dengan berkembangnya mekanisme suara,bayi dapat


mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif. Beberapa diantaranya di tahan
dan akhirnya berkembang menjadi ocehan. Jumlah bunyi-bunyi eksplosif
yang timbul dalam berceloteh lambat laun meningkat.

Pada usia enam bulan sebagian besar bayi dapat menggabungkan huruf hidup
tertentu dengan huruf mati,seperti “ma-ma”, “da-da”, dan “na-na”. Berceloteh dimulai
pada bulan kedua atau ketiga,mencapai puncaknya pada delapan bulan dan kemudian
berangsur-angsur berubah menjadi bicara yang benar-benar.Ocehan menghilang sama
sekalipada saat masa bayi berakhir.

c. Isyarat

Bayi menggunakan gerakan isyarat sebagai pengganti bicara,bukan


sebagai pelengkap pembicaraan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan anak
yang lebih tua,remaja,dan orang dewasa.Bahkan sekalipun bayi sudah dapat
mengucapkan beberapa kata,banyak bayi terus menggunakan isyarat yang di
kombinasikan dengan kata-kata untuk membuat kalimat.Dengan mengulurkan
tangan dan tersenyum,bayi dapat menyampaikan gagasan bahwa ia ingin
digendonng. Kalau bayi memndorong piringnya pada saat bersamaan
mengatakan “tidak” jelaslah bahwa ia mencoba menyampaikan pada orang lain
bahwa ia tidak mau makan. Melambaikan lengan dan kaki,tersenyum,dan
menyuarakan bunyi-bunyi seperti bentuk tertawa. (Elizabeth B, 1991)

3. Tugas – tugas dalam belajar berbicara

a. Pengucapan

Bayi belajar mengucapkan kata-kata sebagian melalui coba-coba


tetapi terutama dengan meniru ucapan orang dewasa. Huruf mati dan
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

campuran huruf mati lebih sulit diucapkan bayi dari pada huruf hidup.
Banyak ucapan bayi yang tidak dapat dimengerti sampai usia 18 bulan,
setelah it berangsur-angsur terjadi kemajuan yang mencolok.

b. Membangun kosa kata

Mula-mula bayi belajar nama-nama orang dan benda, kemudian kata-


kata kerja “memeberi” dan “mengambil”. Sesaat sebelum masa bayi belajar
beberapa kata sifat seperti “manis” dan “nakal” dan juga beberapa kata
keterangan. Kata depan, kata penghubung dan kata ganti umumnya belum
dipelajari awal masa kanak-kanak, kosakata meningkat dengan
bertambahnya usia.

c. Kalimat

“kalimat” bayi yang pertama muncul antara usia 12 dan 18 bulan,


biasanya terdiri dari satu kata yang disertai dengan isyarat. Lambat launnya
kata-kata merambat dalam kalimat, tetapi isyarat masih banyak digunakan
sampai memasuki masa kanak-kanak. (Elizabeth B, 1991)

B. Perkembangan Sosialisasi

1. Pola perilaku sosial masa bayi

Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting dalam


menentukan hubungan sosial orang lain, dan karena kehidupan bayi berpusat di
sekitar rumah,maka dirumah lah diletakkan dasar prilaku dan sikap sosialnya kelak.
Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap sosial atau anti sosial
merupakan sikap bawaan. Malahan apakah seseorang menjadi introvert atau
ekstrovert bergantung terutama pada pengalaman sosial awal. (Elizabeth B, 1991)

Penelitian tentang penyesuaian sosial anak –anak yang lebih besar dan bahkan
para remaja menunjukkan pentingnya peletakan dasar – dasar sosial pada masa bayi.
Hal ini berdasarkan dua alasan sebagai berikut:

a. Pertama jenis perilakau yang diperlihatkan bayi – bayi dalam situasi


sosial mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya “ seorang anak
yang senyum cendrung lebih banyan memancing perasaan yang intensif
dari ibu dan menjadi pasangan yang baik dalam ahubungannya dengan
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

ibunya atau pengasuh yang lain dan memperoleh perhatian pengasuh yang
lain dan memperoleh perhatian yang lebih banyak dari orang dewasa dari
pada nereka yang kurang senyum”.

b. Kedua mengapa dasar – dasar sosial yang dini itu penting adalah bahwa
sekali terbentuk dasar – dasar itu cenderung menetap kalau anak menjadi
besar. Anak pada saat bayi banyak menangis cenderung agresif dan
menunjukkan perilaku – perilaku yang mencari perhatian lain. Sebaliknya,
bayi yang ramah dan lebih bahagaia biasanya penyesuaian sosialnya lebih
baik apabila telah menjadi besar nantinya. (Elizabeth B, 1991)

sebagaimana yang diketahui Anak Usia Dini (AUD) adalah individu yang
berada dalam rentang usia 0-6 tahun atau menurut pakar 0-8 tahun. Usia ini disebut
sebagai usia emas (Golden Age), sebab anak di usia ini mengalami perkembangan
yang sangat signifikan dalam proses tahapan perkembangannya. Masa usia ini penting
dikarenakan pada masa ini terjadi pematangan fungsifungsi fisik dan psikis yang siap
merespon stimulasi yang datang dari lingkungannya. Masa ini stimulus yang diberikan
pada berbagai aspek perkembangannya memiliki peranan penting untuk tugas
perkembangan selanjutnya. Perkembangan adalah proses menyeluruh ketika individu
beradaptasi sebagaimana yang diketahui Anak Usia Dini (AUD) adalah individu yang
berada dalam rentang usia 0-6 tahun atau menurut pakar 0-8 tahun. (Zahrani, 2021)

Usia ini disebut sebagai usia emas (Golden Age), sebab anak di usia ini
mengalami perkembangan yang sangat signifikan dalam proses tahapan
perkembangannya. Masa usia ini penting dikarenakan pada masa ini terjadi
pematangan fungsifungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang datang
dari lingkungannya. Masa ini stimulus yang diberikan pada berbagai aspek
perkembangannya memiliki peranan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya.
Perkembangan adalah proses menyeluruh ketika individu beradaptasi.

Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang perlu di stimulus dengan tepat
antara lain yaitu salah satunya “aspek perkembangan sosial”. Sebab, aspek ini secara
umum termasuk kebutuhan bagi anak sebagai individu dalam proses interaksi atau
disebut kebutuhan sosial (Suhada, 2013). Adapun yang termasuk kebutuhan sosial
anak yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan-tindakan dalam kaitannya
dengan orang lain, seperti pertemanan dengan sebayanya, komunikasi dengan orang
tua maupun orang dewasa lainnya.

Perkembangan sosial pada anak usia dini merupakan sebagai bentuk


kematangan anak dalam berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya dari hubungan
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

sosial yang dilakukannya. Selaras dengan itu,menyatakan bahwa perkembangan sosial


berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Dari itu,
dapat dinyatakan bahwa perkembangan sosial dapat berarti pula proses belajar anak
dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi yang
menyatu, saling berkomunikasi serta bekerja sama.

Pada akhir masa bayi, balita, prasekolah, dan usia sekolah, gerakan negatif,
aktivitas, kemampuan bersosialasi, dan rasa malu / hambatan dipelajarai melalui
peringkat orang tua dalam skala EAS, yang didasarkan pada kriteria keturunan.

2. Pola reaksi sosial pada masa bayi

Perilaku sosial dini mengikuti pola yang cukup dapat diramalkan meskipun dapat
terjadi perbedaan – perbedaan karena keadaan kesehetan atau keadaan emosi atau
kondisi lingkungan pada saat dilahirkan bayi tidak memilih dalam arti tidak
memperdulikan siapa yang mengurus kebutuhan fisiknya. Nyatanya bayi dapat
ditenangkan baik oleh botol air panas, bantal yang empuk, maupun oleh balaian –
belain manusia, tetapi sekitar usia enam bulan timbul senyum sebagai reaksi terhadap
seseorang dan bukan reaksi terhadap terhadap seseorang dan bukan reaksi terhadap
rangsangan peradaban yang dikenakan pada bibir yang menimbulkan refleks senyum
dan ini dianggap sebagai permulaan dari sosialilsasi. (Elizabeth B, 1991)

Pola perkembangan emosional pada bayi yang sesuai dengan tingkat usia dan
kematangannya berperan sangat penting bagi kedewasaan dalam mengontrol emosi
ketika bayi sudah beranjak dewasa, pola kontrol emosi yang baik pasti akan
berpengaruh bagi perkembanganperkembangan bayi lainnya sebut saja seperti
perkembangan refleks, perkembangan sosial dan bahkan perkembangan otak, bila
perkembangan emosi yang tidak baik karena pola interaksi dan komunikasi yang
sering salah dari orang tua ke anak maka hal tersebut bisa saja menghambat
perkembangan yang lainnya seperti ketika seorang bayi yang diacuhkan secara
emosional anak akan mengalami kegagalan tumbuh yakni keterlambatan dan
tertahannya pertumbuhan fisik sehingga menyebabkan bayi tidak mendapatkan berat
badan yang seharusnya. (Desmita, 2013)

Pola reaksi sosial kepada orang dewasa berbeda dengan reaksi sosial kepada
aorang dewasa berbeda dengan reaksi sosial kepada bayi – bayi lain. Hal ini diuraikan
secara terpisah reaksi sosial pertama di ditujukan kepada orang dewasa, sedangkan
reaksi sosial kepada bayi – bayi lain timbul kemudian.

Dapat dilihat pada tabel berikut :


Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

Reaksi sosial kepada orang Reaksi sosial kepada bayi lain


dewasa

Dua sampai tiga bulan Empat sampai lima bulan

bayi pada masa ini bayi dapat Bayi mencoba menarik perhatian
membedakan manusia dari benda bayi atau anak lain dengan
mati dan bayi tahu bahwa melambungkan badan keatas dan
manusialah yang memenuhi kebawah, menendang, tertawa
kebutuhan-kebutuhannya. Bayi puas atau bermain dengan ludah.
bila berda bersama manusia dan
tidak senang ditiggak semdiri. Pada
usia ini bayi tidak menunjukkan rasa
lebih menyukai satu orang tertentu
dibandingan dengan orang- orang
lain.

Empat sampai lima bulan Empat sampai tujuh bulan

Bayi ingin digendong oleh siapa saja Bayi tersenyum kepada bayi lain
yang mendekatinya. Ia memberikan dan menunjukkan minat
reaksi yang berbeda kepada wajah- terhadap tangisannya
wajah yang tersenyum, suara-suara
yang ramah dan suara-suara yang
menunjukkan amarah.

Enam sampai tujuh bulan Sembilan sampai tiga belas


bulan
Bayi membedakan ‘teman’dan
‘orang asing’ dengan tersenyum Bayi mencoba meremasi pakaian
pada pertama dan memperlihatkan dan rambut bayi-bayi lain,
ketakutan akan kehadiran pada meniru perilaku dan suara
orang yang terakhir. . ini merupakan mereka dan bekerja sama dalam
awal dari “masa lalu”juga menggunakan mainan, meskipun
merupakan permulaan dari “ masa ia cenderung bingung bila bayi
terikat” yaitu masa dimana bayi lain mengambil salah satu
menunjukkan ketertarikan yang kuat mainnanya.
kepada ibunya atau ibu pengganti
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

dan berkurangnya keramhtamahan.

Delapan sampai sembilan bulan Tiga belas sampai delapan


bulan
Bayi mencoba meniru kata – kata,
isyarat dan gerakan – gerakan Berebut mainan sekarang
sederhana dari oranglain berkurang dan bayi lebih bekerja
samadalam bermain dan mau
berbagi rasa

Dua belas bulan Delapan belas sampai dua


puluh empat bulan
Bayi beraksi terhadap larangan “
jangan – jangan”. Bayi lebih berminat bermain
dengan bayi lain dan
menggunakan bahan – bahan
permainan untuk membentuk
hubungan sosial dengannya.

Enam belas sampai delapan belas

Negativisme dalam bentuk keras


kepala tidak mau mengikuti
pemintaan atau printah dari orang
dewasa ditunjungkan jangan
perilaku menarik diri atau ledakan
amarah

Dua puluh dua sampai dua puluh


empat bulan

Bayi bekerja sama dalam sejumlah


dalam kegiatan rutin seperti makan
dan madii.
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

Dikutup dari buku. (Elizabeth B, 1991)

3. Pola bermain pada masa bayi

1. Pengertian Bermain

Bermain merupakan tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan


dalam batas batas tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan yang mengikat
tetapi diakui secara suka rela dengan tujuan yang ada dalam dirinya sendiri,
disertai dengan perasaan tegang dan senang serta dengan pengertian bahwa
bermain merupakan sesuatu yang lain daripada kehidupan biasa. Kemudian
bermain juga dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau
kewajiban. Selaras dengan yang dikemukakan oleh Bettelheim kegiatan bermain
adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan
pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
(Hurlock E. B., 1978)

Pola bermain yang umum pada masa bayi

Sensomotorik

Ini adalah bentuk permainan yang paling awal dan terdiri dari tendangan,
gerakan-gerakan mengangakat-angkat tubuh, bergoyang-goyang, menggerak-
gerakkan jari-jemari tangan dan kaki, memanjat, berceloteh dan
menngelinding.

Menjelajah

Dengan perkembangannya koordinasi lengan dan tangan, bayi mulai


mengamati tubuhnya dengan menarik rambut, menghisap jari-jari tangan dan
kaki, memasukkan jari-jari ke dalam pusar dan memainkan alat kelamin.
Mereka mengocok, membuang, membanting, menghisap dan menarik-narik
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

mainan dan menjelajah dengan caramenarik, membanting dan merobek


benda-benda yang dapat di raihnya.

Meniru

Dalam tahun kedua bayi mencoba meniru kelakuan orang-orang yang


disekitar mereka, seperti, membaca majalah, menyapu lantai, atau menulis
dengan pensil atau krayon.

Berpura-pura

Selama tahun kedua, kebanyakan bayi memberikan kepada mainannya seperti


sifat-sifat yang sesungguhnya. Boneka-boneka hewan diberi sifat hewan
sungguhan sama halnya boneka atau mobil-mobilan dianggap seperti orang
atau mobil.

Permainan

Sebelum berusia satu tahun bayi memainkan permainan-permainan


tradisional seperti “ciluk ba”, “petak umpet” ( sembunyi-sembunyian ), dan
sebagainya. Biasanya di lakukan bersama orang tua, nenek, atau kakak-kakak.

Hiburan

Bayi senang di nyanyikan, di ceritai, dan di bacakan dongeng-dongeng.


Kebanyakan bayi menyenangi siaran radio dan tv melihat gambar-gambar.

Dikutup dari buku. (Elizabeth B, 1991)

C. Perkembangan Moral

1. Pengertian Moral

Istilah moral berasal dari bahasa latin mos ( moris ) yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, tata cara kehidupan. Pengertian Moralitas yaitu berhubungan dengan
keadaan nilai-niai moral yang berlaku dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat.
Jadi suatu tingkah laku dikatakan bermoral apabila tingkah laku itu sesuai dengan
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

nilai-nilai moral yang berlaku dalam kelompok sosial dimana anak tersebut hidup
(Gunarsa, 2008)

Bayi tidak memiliki hierarki nilai dan suara hati. Bayi tergolong nonmoral,
tidak bermoral maupun tidak amoral, dalam artian bahwa perilakunya tidak
dibimbing norma-norma moral. Lambat laun ia akan mempelajari kode moral dari
orang tua dan kemudian dari guru-guru dan teman-teman ber main dan juga ia belajar
pentingnya mengikuti kode-kode moral ini. (Muhiyatul Huliyah S. M., 2021)

2. Tahap Perkembangan Moral Pada Masa Bayi

1. Menurut Piaget

Piaget mengatakan bayi berada dalam tahap perkembangan moral yang


disebut moralitas dengan paksaan yang merupakan tahap pertama dari 3 tahapan
perkembangan moral. Tahap ini berakhir sampai usia tujuh atau delapan tahun
dan ditandai oleh kepatuhan otomatis kepada aturan-aturan tanpa penalaran atau
penilaian. (Elizabeth B, 1991)

Pada tahap ini disebut juga tingkatan pramoral yaitu anak pada tahap ini
anak hanya tahu konsep aturan dan tidak tahu moralitas bersifat internal dan
eksternal, pertumbuhan rasa moralitas dengan konsep diri terhadap orang lain.
(Elizabeth B, 1991)

2. Menurut Kohlberg

Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam


penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi
tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama.
Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respons yang
dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda.

Adapun yang termasuk tahap perkembangan moral pada masa bayi sebagai
berikut :

1. Prakonvensional

Tingkat prakonvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-


anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalar- an dalam
tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat prakonvensio- nal menilai
moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung.
Tingkat prakonvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan
moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

Penalaran prakonvensional adalah tingkat terendah dari penalaran moral


menuerut Kohberg. Pada tahap ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui
reward ( imbalan ) dan punishment ( hukuman ) eksternal. Pada tahap ini
dibagi prakonvensional ini dibagi menjadi dua yaitu :

a. Tahap 1 moralitas heteronom

Moralitas heteronom adalah tahap pertama dalam penalaran


prakonvensional. Pada tahp ini, penalaran moral terkait dengan
punisment atau hukuman. Sebagai contoh anak berfikir bahwa
mereka harus patuh karena mereka takut hukuman terhadap perilaku
pelanggar.

b. Tahap 2 individualisme, tujuan intrumental dan pertukaran.

Individualisme, tujuan intrumental dan pertukaran adalah


tahap kedua dari penalaran prakonvensional. Pada tahap ini,
penalaran individu yang memikirkan kepentingan diri sendiri adalah
hal yang dan ini juga berlaku untuk orang lain.. Menurut mereka apa
yang benar adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang setara.
Mereka berfikir apabila mereka baik terhadap orang lain maka orang
lain akan baik terhadap mereka. (Kohlberg, 1995)

KESIMPULAN

Berbicara merupakan sarana berkomunikasi untuk dapat berkomunikasi dengan orang


lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang berbeda, kemampuan
menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang lain dan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan sedemikan rupa sehinnga dapat dimengerti.
Komunikasi dapat dilakukan dalam setiap bentuk bahasa tertulis, lisan, isyarat tangan,
ungkapan musik dan artistik dan sebaginya. Tatapi dalam banyak hal, bahasa lisan
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

merupakan bahasa yang paling efisien karena kemungkinan terjadinya salah paham sangan
kecil sekali.

Tugas pertama dalam berkomunikasi dengan orang – orang lain berupa pemahaman
akan perkataan orang lain. Dalam setiap tahapan usia, anak – anak lebih dapat mengerti apa
yang dikatakan orang lain dari pada mengutarakan pikiran dan perasaan- perasaan mereka
sendiri dalam kata – kata. Hal ini tampak lebih jelas dalam masa bayi dari pada tahun – tahun
masa kanak – kanak. Eskpresi muka pembicara, nada suara dan isyarat –isyarat tangan
membantu bayi untuk mengerti apa yang dikatakan kepadanya. Rasa senang, marah dan takut
sudah dapat dimengerti sejak usia 3 bulan.

Perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari
orangtua, saudara, hingga masyarakat luas. Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan
yang penting dalam menentukan hubungan sosial orang lain, dan karena kehidupan bayi
berpusat di sekitar rumah,maka dirumah lah diletakkan dasar prilaku dan sikap sosialnya
kelak. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap sosial atau anti sosial merupakan
sikap bawaan. Malahan apakah seseorang menjadi introvert atau ekstrovert bergantung
terutama pada pengalaman sosial awal.

Piaget mengatakan bayi berada dalam tahap perkembangan moral yang disebut
moralitas dengan paksaan yang merupakan tahap pertama dari 3 tahapan perkembangan
moral. Tahap ini berakhir sampai usia tujuh atau delapan tahun dan ditandai oleh kepatuhan
otomatis kepada aturan-aturan tanpa penalaran atau penilaian, dan tahap perkembagan moral
pada masa bayi menurut kohberg berada pada tahap Penalaran prakonvensional,
prakonvensional adalah tingkat terendah dari penalaran moral menuerut Kohberg. Pada tahap
ini baik dan buruk diinterpretasikan melalui reward ( imbalan ) dan punishment ( hukuman )
eksternal.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, M. (2020). Analysis of Social Emotional Development In Infants Based on


Psychological Studies. Golden Age : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4, 33 - 41.
doi:https://doi.org/10.29313/ga:jpaud.v4i2.5993
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Elizabeth B, H. (1991). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Elizabeth, B. H. (1991). Psikologi Perkembangan. jakarta: Erlangga.

Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (S. R. Mulia, Penyunt.)
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Hasan, A. B. (2006). Psikologi Perkembangan Islam. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Hurlcok, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan. Erlangga.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Aak. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembanga Suatu Pendekatan Rentang Kehidupan. Jakarta :


Erlangga.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan. Jakarta.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan. Jakarta.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Rentang kehidupan. 83.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi Perkembangan, suatu pendekatan rentang kehidupan. Jakarta.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jahja, Y. (2011). Perkembangan Psikologi. Jakarta: Cet 1.

Jasiah, d. (2023). Improving Early Childhood Language Development thourgh "Kiki Miu-Miu"
YouTube Videos. JCD:Journal of Childhood Development, 24-35.

Kohlberg, L. (1995). Tahap Perkembangan Moral. Yogyakarta: Kanisius.

Mansur. (2014). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Marta Pastari, d. (2022). The Effect of Baby Massage on Language Develpment Disorder
(Speech Delay). Undapest international research and critics institute- journal (BIRC
Journal), 5, 11238-11247. doi:https://doi.org/10.33258/birci.v5i2.4941

Muhiyatul Huliyah, S. M. (2021). Strategi Pengembangan Moral Anak dan Karakter Anak Usia
Dini. (R. A. Nugroho, Penyunt.) Banguntapan Bantul Yogyakarta: Jejak Pustaka.

Muhiyatul Huliyah, S. M. (2021). Strategi Pengembangan Moral Anak dan Karakter Anak Usia
Dini. Yogyakarta: Jejak Pustaka.
Jurnal Pendidikan, Vol 2. , No.1 , Desember 2023
e-ISSN: 2337-7593

Reber, A. S. (1985). Dictionary of psychology. London: Penguin.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Suhada, I. (2013). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Suryana, D. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Thahir, A. (2018). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aura Publishing.

Zahrani, K. d. (2021). Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. Medan: Merdeka Kreasi.

Zulkifli. (2003). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

You might also like