Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

MAKALAH

TEORI PENJAS ADAPTIF UNTUK

TUNA GRAHITA (INTELEKTUAL)

Dosen Pengampu : Sri Murniati, S.Pd., M.Pd.

Yonifia Anjanika, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Septian Nusantari Yuliawan (A1h122179)

Alif Nofitra Firly (A1h122067)

Alya Rivani Putri Erpana (A1h122138)

Sandi Firmansah (A1h122105)

Hesti Dian Ananda (A1h122173)

Kurniawan Tri Wibowo (A1h122175)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA & KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2024


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi tuhan yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik

Kami mengucapkan Syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehatnya,


baik itu sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Teori Penjas Adaptif Untuk Tuna
Grahita (Intelektual)”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai Diksi Kaidah Makna dan Kaidah Kalimat bagi para pembaca dan
bagi penulis.

Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan tugas tehadap kami.

Tidak lepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, 4 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumuan masalah .................................................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian penjas adaptif ............................................................................................. 4


2. Pengertian, penyebab, ciri-ciri tuna grahita ................................................................. 6
3. Bentuk-bentuk permainan untuk tuna grahita untuk jenjang (SD, SMP, Dan SMA ... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
B. Saran ....................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Memiliki kondisi fisik yang cacat bukanlah hal yang diinginkan oleh setiap individu

karena harus menjalani hidup dengan keterbasan fisik, sehingga dapat menghambat

sebagian aktivitas yang harus dilakukan layaknya individu dalam kondisi normal.

Kondisi cacat fisik, salah satunya adalah penyandang tuna netra.cacat netra tidak

hanya dalam kondisi mata mereka yang buta, tetapi mencakup juga kondisi mata

mereka yang mampu melihat tapi sangat terbatas dan kurang dapat di manfaatkan

untuk kepentingan hidup sehari hari. Keterbatasan dalam melihat mengakibatkan para

penyandang cacat netra tidak memiliki gambaran jelas tentang bagamaina

menggerakkan dianggota tubuh mereka, kemudian memposisikanya dan

mengkoordinasikan gerakkan tubuh dengan apa yang di pikirkan atau di inginkan,

sehingga banyak diantara mereka yang tidak atau kurang memahami konsep dan

penampilan diri.

Begitu pula dalam hal memperoleh sumber informasi. Terganggunya sistem syaraf

pada indra penglihatan, tidak dapat dipung kiri dapat mengurangi perolehan informasi

kegiatan sehari harinya pada umumnya dan informasi tentang pendidikan jasmani

pada khususnya.

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani

biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan

1
secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian

layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui,

menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis

ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah

psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan

dalam kemampuan belajar.

Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku.

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan

mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

2
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian penjas adaptif

2. Pengertian, penyebab, ciri-ciri tuna grahita

3. Bentuk-bentuk permainan untuk tuna grahita untuk jenjang (SD, SMP, Dan SMA)

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian penjas adaptif

2. Untuk mengetahui Pengertian, penyebab, ciri-ciri tuna grahita

3. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk permainan untuk tuna grahita untuk jenjang (SD,

SMP, Dan SMA)

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Penjas Adaptif

Pembelajaran Penjas adaptif mempunyai peranan yang nyata dalam meningkatkan

kemampuan dan daya serap siswa berkebutuhan khusus,karena siswa dapat

menyalurkan kemampuan yang ada dalam dirinya,dan dapat di implementasikan

melalui penjas.Tujuan Utama Pembelajaran Penjas Adaptif adalah meningkatkan

kemampuan Psikomotor,Afektif,Kognitif. Supaya mereka dapat mandiri dan dapat

menjalani masa depanya secara mandiri agar mereka dapat terjun di masyarakat.

Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama yang satu dengan lainnya. Tidak

ada satu anak manusia tidak memiliki kekurangan. Tidak ada satu anak manusia yang

ingin dilahirkan ke dunia ini dengan menyandang kelainan atau memiliki kecacatan.

Demikian juga tidak akan ada seorang Ibu yang menghendaki kelahiran anaknya

menyandang kecacatan. Dengan demikian maka sejak kelahirannya ke dunia, anak

cacat atau dikenal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah tidak dikehendaki

oleh kedua orang tuanya

Koskuensi logis bila ABK akan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan

keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan.

Kelahiran seorang ABK tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya, keluarga

berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak. Bila Tuhan

menghendaki keluarga itu dititipi seorang ABK maka kemungkinan semua itu bisa

4
terjadi. Akan tetapi Tuhan melihat dan menghargai manusia tidak dari kecacatannya

secara fisik, mental atau social.

Tuhan melihat manusia dari ketakwaan kepada Nya. Dititipkannya ABK pada satu

keluarga bukan berarti keluarga tersebut mendapat kutukan, tetapi dititipkannya ABK

pada satu keluarga karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan pada keluarga

tersebut untuk berbuat yang terbaik pada anaknya.

Sebagai manusia, ABK memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-

tengah keluarga, masyarakatdan bangsa. Ia memiki hak untuk sekolah sama seperti

saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal.

Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar (SD) umum

dimanapun adanya, melarang ABK untuk masuk di sekolah tersebut. Bersama Guru

Pembimbing Khusus yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan PLB,

Sekolah dapat merancang pelayanan PLB bagi anak tersebut yang sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan anak. Apakah anak tersebut membutuhkan kelas khusus,

program khusus dan atau layanan khusus tergantung dari tingkat kemampuan dan

kondisi kecacatan anak.

Semakin dini diberi kesempatan berinteraksi dengan anak seusianya, semakin kuat

mental ABK menghadapi tantangan lingkungan. Ia juga akan jauh lebih berkembang

bila dibandingkan dengan mereka yang diasingkan dan tidak disekolahkan.

Semakin dini mendapatkan layanan pendidikan semakin baik hasil yang diperoleh.

5
Sesuai dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan sekolah biasa ini tidak

hanya diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh orang lain anak lainnya.

Banyak orang awam berpandangan yang salah tentang pendidikan bagi ABK. Seolah

olah PLB hanya ada di SLB. Sehingga sering orang bila menemukan anak

menyandang kelainan atau ABK ia langsung menyuruh untuk masuk ke Sekolah Luar

Biasa (SLB). Hal ini tidak benar, sebab SLB bukan habitatnya. Habitat ABK sama

dengan habitat anak pada umumnya yang normal. Ia berada dilingkungan SLB bila di

Sekolah Biasa sudah tidak dapat menangani pendidikannya, atau memang kehendak

dan hak dari anak itu sendiri.

Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umum yaitu seolah-olah PLB

hanya bisa diberikan di SLB atau seolah-olah PLB itu sama dan identik dengan SLB.

Hal tersebut tidak benar, sebab pelayanan PLB bisa diberikan di sekolah biasa dengan

pembelajaran yang di adaptifkan pada anak berdasarkan kelainan dan karakteristiknya

oleh guru biasa. Karena itu informasi tentang Pembelajaran adaptif bagi ABK perlu

juga bagi Guru biasa, sehingga bila ABK datang kesekolah biasa dapat diberikan

pelayanan PLB.

2. Pengertian, penyebab, ciri-ciri tuna grahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan ketika anak mengalami keterbatasan

intelektual maupun adaptif. Tunagrahita berasal dari kata intellectual disability. Itu

sebabnya, saat ini tunagrahita diartikan sebagai disabilitas intelektual, tidak lagi

disebut keterbelakangan mental. Menurut American Academy of Pediatrics,

6
ungkapan keterbelakangan mental dinilai kurang pas, menyinggung, dan tidak

mewakili maksud tunagrahita.

Penyebutan ini justru bisa memengaruhi perkembangan anak serta kehidupan sehari-

harinya. Anak yang mengalami tungarahita umumnya punya kesulitan fungsi

intelektual. Sebagai contoh, sulit berkomunikasi, belajar, hingga memecahkan

masalah. Sementara pada fungsi adaptif, anak bisa mengalami kesulitan melakukan

kegiatan sehari-hari, baik dalam komunikasi hingga sulit melakukan sesuatu secara

mandiri. Kondisi ini bisa terjadi dalam tingkat yang ringan atau lebih parah.

Penyebab tunagrahita

Berikut beberapa penyebab yang paling umum terjadinya tunagrahita pada anak.

1. Cedera kepala

Cedera kepala yang serius pada bayi atau anak dapat menyebabkan disabilitas

intelektual. Hal ini menyebabkan otak tidak dapat berkembang secara normal.

Kondisi ini dapat terjadi sejak di dalam kandungan, selama kelahiran, atau bahkan

setelah bayi lahir. Beberapa kerusakan bersifat sementara, tetapi bisa juga permanen.

Itulah sebabnya sangat penting untuk memakaikan helm, sabuk pengaman, dan

menjaga bagian lain pada anak untuk mengindari cedera kepala.

2. Kondisi genetik

Terkadang, disabilitas intelektual bisa disebabkan oleh gen abnormal yang diturunkan

orangtua atau terjadi kesalahan ketika gen bergabung.

7
Jadi, bayi mungkin menerima gen abnormal atau gen mungkin berubah saat bayi

berkembang di dalam kandungan.

Beberapa kondisi genetik yang mungkin dialami adalah berikut.

 Sindrom Down.

 Sindrom fragile X.

 Fenilketonuria.

3. Komplikasi saat kehamilan dan persalinan

Tunagrahita juga bisa terjadi pada bayi karena ibu hamil mengalami komplikasi saat

kehamilan.

Hal ini bisa diakibatkan ketika Anda mengonsumsi alkohol atau terkena infeksi

penyakit seperti rubella selama kehamilan.

Sementara saat Anda mengalami komplikasi saat persalinan, anak bisa mengalami

tunagrahita karena lahir secara prematur atau tidak mendapatkan cukup oksigen.

4. Penyakit atau paparan racun

Ada beberapa penyakit yang bisa meningkatkan peluang anak mengalami tunagrahita,

seperti batuk rejan, campak, hingga meningitis.

Anak mengalami kekurangan gizi parah dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat

juga berisiko mengalami kondisi ini.

8
Hal lainnya yang perlu diketahui orangtua bahwa tunagrahita atau disabilitas

intelektual bukanlah penyakit menular. Maka dari itu, anak tidak bisa tertular dari

anak lainnya.

Ciri-ciri Tunagrahita

Kondisi anak berkebutuhan khusus ini mempunyai beberapa ciri-ciri atau tanda yang

bisa diamati. Ciri-ciri umum anak memiliki disabilitas intelektual atau tunagrahita

adalah cara belajar dan kemampuan berkembangnya lebih lambat daripada anak-anak

lain.

Anak dengan disabilitas intelektual biasanya akan kesulitan belajar dan melakukan

aktivitas sehari-hari. Semakin parah kondisinya, orangtua diharapkan bisa

mengetahui dengan cepat tanda-tandanya. Beberapa ciri-ciri yang bisa tampak dari

anak dengan kondisi tuna grahita antara lain sebagai berikut.

1) Duduk, merangkak, atau berjalan lebih lambat dari anak-anak lain seusianya.

2) Mengalami kesulitan berbicara.

3) Memiliki kesulitan memahami aturan sosial.

4) Memiliki kesulitan dalam mengendalikan sikap atau gerakannya.

5) Sulit memecahkan masalah.

6) Sulit berpikir secara logis.

Sebagai contoh, anak usia 10 tahun dengan kondisi tunagrahita biasanya belum dapat

berbicara atau menulis. Padahal, pada usia tersebut seharusnya anak sudah mampu

menulis dan berbicara dengan lancar. Anak dengan kondisi ini umumnya juga lebih

9
lambat untuk belajar keterampilan lainnya. Misalya, ia sulit untuk berpakaian sendiri

atau belum memahami bagaimana sebaiknya bereaksi ketika melakukan interaksi

dengan orang lain.

3. Bentuk-bentuk permainan untuk tuna grahita untuk jenjang (SD, SMP,

Dan SMA)

Permainan untuk Tunagrahita jenjang SD

Media belajar yang cocok untuk anak tunagrahita tingkatan SD antara lain yaitu

geometri tiga dimensi, gradasi balok, silinder, menara gelang, puzzle bola, puzzle

kontruksi, puzzle binatang, multi indra, konsentrasi mekanik, kotak bilangan, pias

huruf, pias kalimat, alphabet fibre box, papan keseimbangan, abacus dan papan

bilangan.

Permainan untuk Tunagrahita jenjang SMP

(Griffin, Linda, 2005:2) mengklasifikasikan olahraga permainan dalam Teaching

Games for Understanding (TGfU) menjadi 4 kelompok, yaitu:

1) Invasion Games (Permainan Serangan) Menurut (Griffin, Linda, 2005:44)

permainan tersebut merupakan permainan 15 tim dimana tujuannya adalah untuk

menyerang wilayah lawan dengan tujuan untuk mencetak poin sebanyak-banyaknya

dalam batas waktu tertentu sambil berusaha untuk menjaga nilai musuh terbatas.

Berbagai permainan yang bisa dilakukan oleh tim seperti menembak bola ke target,

dipukul dengan tongkat, memasukan ke dalam gawang atau keranjang.

10
2) Net and Wall Games (Permainan Net) Menurut (Griffin, Linda, 2005:44) tujuan

dari permainan net bagi pemain/tim untuk mengirim objek ke daerah lawan sehingga

tidak bisa dimainkan atau dikembalikan dalam batas daerahnya. Contoh permainan

net adalah tenis dan voli.

Permainan untuk Tunagrahita jenjang SMA

1. Striking/Fielding Games (Permainan Pukul-Tangkap-Lari) Menurut (Griffin,

Linda, 2005:44) permainan yang dilakukan oleh tim dengan cara memukul bola,

kemudian pemukul berlari mencari daerah yang aman dan waktu yang telah

ditentukan. Contohnya adalah baseball, softball, cricket.

2. Target Games (Permainan Target) Menurut (Griffin, Linda, 2005:44) tujuan dari

permainan target untuk menempatkan proyektil dekat, atau target untuk memiliki skor

yang terbaik. Pemain target dapat dikelompokan sebagai dilawan atau menantang.

Dalam permainan ini pemain akan mendapatkan skor apabila bola atau proyektil

sejenis dilempar atau dipukul dengan terarah mengenai sasaran yang telah ditentukan

dan semakin sedikit pukulan yang menuju sasaran semakin baik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran Penjas adaptif mempunyai peranan yang nyata dalam meningkatkan

kemampuan dan daya serap siswa berkebutuhan khusus,karena siswa dapat

menyalurkan kemampuan yang ada dalam dirinya,dan dapat di implementasikan

melalui penjas.Tujuan Utama Pembelajaran Penjas Adaptif adalah meningkatkan

kemampuan Psikomotor,Afektif,Kognitif. Supaya mereka dapat mandiri dan dapat

menjalani masa depanya secara mandiri agar mereka dapat terjun di masyarakat.

B. Saran

Kami harap bagi pembaca bila menemukan kekeliruan atau kata yang mempunyai

makna menyinggung ataupun salah dalam penerapan dalam kehidupan

pembaca/bertentangan maka kami mohon maaf, karena kami pembuat makalah ini

hanya ciptaan yang mungkin masih memilikin kekurangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Delphie, B. 2007.Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung : PT Refika

Aditama Maksum, A. 2007. Statistik Dalam Olahraga. Surabaya : Unesa University

Press.

Maksum, A. 2012. Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya :Unesa

University Press.

Purnama, Riyan. 2007. Efektivitas Permainan BoyBoyan Terhadap Peningkatan

Kemampuan Motorik Anak Tunagrahita. Online. Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung. Repository.upi.edu

Somantri, S. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung :PT.Refika Aditama.

13

You might also like