Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 8 - Perawatan Resusitasi Cairan
Kelompok 8 - Perawatan Resusitasi Cairan
Tingkat 1.A
Disusun Oleh:
Jiriansyah PO.71.20.1.23.015
Rindi Antika PO.71.20.1.23.021
Aisyah Amanda PO.71.20.1.23.035
Dosen Pengampu:
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2024
A. Pendahuluan
Resusitasi cairan merupakan tata laksana yang paling sering dilakukan pada
manajemen kasus akut. Secara umum, resusitasi cairan diindikasikan pada pasien dengan
ketidakstabilan hemodinamik yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti sepsis,
trauma, maupun gangguan kardiovaskuler. Tindakan resusitasi cairan ini dilakukan sebagai
tindakan life-saving sebelum klinisi mencari sebab dari ketidakstabilan hemodinamik.
Pemberian cairan secara agresif pada keadaan yang tidak sesuai indikasi resusitasi cairan
dapat menyebabkan komplikasi seperti edema paru akut yang justru memperburuk keadaan
pasien.
Resusitasi cairan dapat dilakukan dengan berbagai jenis cairan. Secara umum,
cairan terbagi menjadi dua, yaitu kristaloid dan koloid. Pemilihan dan penggunaan cairan
dalam resusitasi harus tepat, agar target terapi tercapai dan komplikasi dapat dihindari.
Resusitasi cairan diikuti dengan pemantauan pasien secara berkala, seperti tanda vital dan
urine output, untuk menilai fluid responsiveness secara objektif kepada pasien. Bila pasien
tidak berespons terhadap resusitasi cairan, klinisi harus menentukan alur tata laksana
selanjutnya dalam menangani ketidakstabilan hemodinamik.
Pemilihan cairan resusitasi yang ideal adalah cairan yang dapat membawa atau
mentransport oksigen ke jaringanbertahan di ruangan intravaskular beberapa jam, memiliki
komposisi yang serupa dengan cairan ekstraseluler, isi dari cairan mudah di metabolisme
dan diekskresikan, steril, tidak toksik, dan biaya yang terjangkau. Namun, cairan resusitasi
yang ideal tersebut tidak ada. Sehingga pemilihan cairan resusitasi tergantung dari keadaan
dan kondisi pasien.
1
• Operasi besar atau trauma
• Hipovolemia akibat pendarahan internal atau eksternal
• Penyakit gastrointestinal seperti gastroenteritis
• Kehilangan cairan akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol
• Sindrom nefrotik
• Kehilangan cairan karena ketidakseimbangan elektrolit
• Penyakit Addison
• Sepsis atau infeksi berat
2
E. Keseimbangan Perawatan Resusitasi Cairan
• Evaluasi terus menerus
• Resusitasi cairan yang tepat
• Monitor respons pasien secara berkala
• Hindari overhydration
• Prioritaskan pasien dengan risiko keseimbangan cairan tinggi
• Gunakan teknik resusitasi cairan yang sesuai
• Pertimbangkan kondisi penyerta pasien
• Monitor tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan
• Lakukan reevaluasi secara berkala
• Sesuaikan terapi cairan sesuai kebutuhan pasien
3
• Memperbaiki perfusi jaringan dengan meningkatkan aliran darah ke organ-organ
vital.
• Mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
• Mendukung fungsi jantung dengan meningkatkan preload (volume darah kembali)
dan afterload (tekanan yang harus diatasi oleh jantung).
• Meningkatkan fungsi ginjal dengan memastikan pasokan darah dan filtrasi
glomerulus yang memadai.
• Membantu menjaga suhu tubuh yang normal dengan memberikan cairan pada pasien
dengan demam atau hipotermia.
• Mengoptimalkan oksigenasi jaringan dengan meningkatkan pengangkutan oksigen
oleh darah.
• Memfasilitasi distribusi obat-obatan dan nutrisi yang diberikan secara intravena.
• Mencegah komplikasi seperti kerusakan organ atau kematian akibat syok
hipovolemik.
4
• Tingkat kegiatan fisik dan suhu lingkungan
• Respons pasien terhadap terapi cairan yang diberikan
• Jenis cairan yang digunakan (misalnya, kristaloid vs. koloid)
• Kemungkinan adanya kebocoran cairan atau perdarahan yang terus menerus
• Kemungkinan terjadinya edema atau penimbunan cairan yang berlebihan
• Ketersediaan sumber daya medis dan kemampuan untuk memantau dan
menyesuaikan terapi cairan secara tepat.
5
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan Monitor tanda dan
gejala ketidakseimbangan kadar elektrolit:
A. Sarung tangan bersih
B. Cairan kristaloid (Ringer Laktat, NaCl 0,9% atau
Asering)
C. Produk darah, jika perlu
D. Set infus atau set transfusi (blood sef)
E. Kateter IV ukuran besar (nomor 16 atau 18)
F. Torniket
G. Spuit 3 cc
H. Tabung sampel darah
I. Alcohol swab
J. Plester
K. Monitor jantung
L. Gunting
M. Oksimetn nadi
N. Stetoskop
O. Pengalas
P. Bengkok
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangen
6. Monitor status hemodinamik (rokuensi napas, frekuensi nadi,
kekuatan nadi, TD, tekanon nadi, MAP)
7. Monitor status oksigenasi (sæturasi oksigen, AGD)
8. Monñor status cairan (intake-output akral, CRT, turgor kulit)
Sumber Bacaan 1. Buku PPNI
2. Modul Teori Keperawatan Dasar D III Keperawatan
Palembang
3. Modul Praktikum Keperawatan D III Keperawatan
Palembang
6
4. dr. Rizal Fadli. Gangguan Elektrolit. Diakses dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-elektrolit
pada 23 Februari 2024.
K. Penjelasan Istilah
Istilah Pengertian
Hipovolemia Suatu kondisi saat kadar bagian cair dari
darah (plasma) terlalu rendah.
Overhydration Suatu kondisi yang terjadi dari minum
terlalu banyak air, mengganggu
keseimbangan elektrolit.
Hiponatremia Kondisi yang terjadi ketika kadar natrium
dalam darah terlalu rendah.
Hipernatremia Konsentrasi natrium yang tinggi dalam
darah.
Hipokalemia Kadar potasium, zat kimia yang penting
bagi tubuh, yang rendah dalam darah.
Masalah ini dapat menyebabkan lelah,
kram otot, irama jantung tidak normal.
Hiperkalemia Kadar kalium elektrolit dalam darah yang
tinggi.
Hipokalsemia Kondisi ketika darah memiliki terlalu
sedikit kalsium.
Hiperglikemia Kadar gula darah tinggi.
Asidosis Penumpukan asam dalam darah.
Alkalosis Kondisi medis ketika darah dalam tubuh
mengandung terlalu banyak basa.