Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Aplikasi Teori Virginia Henderson Pada Klien Dengan Hipertensi Dengan

Terapi Tawa Di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Merindu Kabupaten


Seluma Tahun 2022
Yuni Dartiana 1, Ida Samidah 2
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu

ABSTRAK

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada otak (stroke), jantung (Infark Miokard),
dan juga gangguan koroner lainnya. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, maka dapat
dilakukan pengobatan hipertensi. Ada dua cara pengobatan hipertensi yaitu terapi farmakologis
dan nonfarmakologis. Terapi farmakologis membutuhkan waktu yang lama serta memberi efek
samping terhadap tubuh, Terapi Non Farmakologis menjadi alternatif terapi yang
dikembangkan mampu mengatasi hipertensi lebih sederhana serta cost effective. Terapi Tawa
adalah suatu metode relaksasi yang diduga dapat menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Terapi ini merupakan salah satu yang paling sederhana dan mudah dipelajari, dan
dianggap mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
Tujuan umum studi kasus ini adalah untuk menerapkan teori keperawatan Virginia
Henderson pada pasien hipertensi dengan melakukan dan mengajarkan terapi tawa untuk
mengetahui pengaruh terapi tawa terhadap penurunan tekanan darah. Penelitian ini juga
dilakukan untuk mengetahui apakah teori Virginia Henderson dapat diaplikasikan pada pasien
hipertensi dengan yang diberi terapi tawa.
Metode studi kasus ini adalah metode kualitatif dengan strategi penelitian Case study
reseach. Jenis studi kasus saat melakukan asuhan keperawatan adalah Case study reseach
dengan mengaplikasikan teori model keperawatan Virginia Henderson pada pasien yang
menderita hipertensi.
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi menggunakan teori Virginia
Henderson antara lain: Pengkajian 14 kebutuhan dasar manusia, Observasi dan Penetapan
Masalah, Intervensi dan implementasi keperawatan, Evaluasi keperawatan. Masalah dan
Diagnosa yang ditetapkan adalah Ketidakmampuan Pemenuhan Kebutuhan Belajar
mnegendalikan tekanan darah. Sedangkan intervensi keperawatan yang disusun diarahkan pada
bantuan untuk menurunkan tekanan darah dengan terapi tertawa. Teori Virginia Henderson ini
dapat diterapkan dan diaplikasikan dengan baik dalam perawatan berfokus pada kasus
hipertensi.
Teori Virginia Henderson ini dapat diterapkan dan diaplikasikan dengan baik dalam
perawatan berfokus pada kasus hipertensi. Diharapkan penelitian terapi tawa ini dapat dijadikan
terapi komplementer sebagai tindakan mandiri untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi yang dapat digunakan oleh masyarakat.

Kata Kunci : Hipertensi, Virginia Henderson, Terapi Tawa

232
PENDAHULUAN

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu
keadaan tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg
untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik (Agrina, et al., 2011). Pada populasi lansia,
hipertensi ditetapkan padatekanan darah sistolik > 160 dan diastolic > 90, hipertensi merupakan
penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal (Brunner & Suddarth, 1996).
Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan Negara, menurut World
Health Organisation (WHO) pada tahun 2013 terdapat 839 juta kasus hipertensi, dimana
penderitanya lebih banyak wanita (30%) dibanding pria (29%). Diseluruh dunia sekitar 40%
dari total orang dewasa berusia 25 tahun ke atas telah terdiagnosa hipertensidan sekitar 80%
kenaikan hipertensi terjadi di negara-negara berkembang (Endang, 2014). Yundini (2006)
mengatakan bahwa dari penelitian epidiomologi di Indonesia menunjukkan sebanyak 1,8%
sampai 28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Hipertensi
muncul pada usiaantara 20 sampai 55 tahun dan Menurut Hart & Fahey (2010) prevalensi
hipertensi pada umur 18 tahun keatas sebesar 31,7%. Berdasarkan hasil riset kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa hipertensi adalah penyakit nomor satu Indonesia,
yakni mencapai 25,8% dari hasil pengukuran pada umur diatas 18 tahun, dan sebagian besar
kasus hipertensi dimasyarakat belum terdeteksi.
Hingga saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum diketahui dengan jelas. Hal itu
disebabkan kompleksnya faktor-faktor pemicu, namun dilihat dari faktor pemicunya, penyebab
hipertensi ada duayaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer masih belum dapat diketahui
penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder penyebabnya sudah dapat diketahui. Sekitar 90%
pasien hipertensi tergolong hipertensi primer atau ensensial, sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder. Pada pasien hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler,
aldesteronism, pheochro–mocytoma, gagal ginjal, dan penyakit lainnya dan ini hanya terdapat
pada hipertensi sekunder (Darmojo & Martono, 2004). Beberapa hal yang dapat memicu
tekanan darah tinggi adalah ketegangan, kekhawatiran, status sosial, kebisingan, gangguan dan
kegelisahan. Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah gaya hidup
(merokok, minuman beralkohol), stres, obesitas (kegemukan), kurang olahraga, keturunan dan
tipe kepribadian (Darmojo,2014).
Pengobatan hipertensi sendiri harus dilakukan oleh pasien sepanjang hidup. Berbagai
metode pengobatan telah banyak dilakukan oleh masyarakat. Penggunaan terapi farmakologis
anti hipertensi telah terbukti dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas, serta menurunkan
risiko untuk terjadinya komplikasi pada pasien hipertensi (Aronow, 2011). Laporan Duthie dan
Katz, (dalam Tage, 2014) menjelaskan bahwa penggunaan terapi farmakologis dalam waktu
panjang, dapat menimbulkan beberapa kerugian, antara lain efek samping, efek ketergantungan,
tingginya biaya dan masalah lainnya yang semakin memperberat beban pasien. Untuk
mengurangi resiko efek terapi farmakologis saat ini yang menjadi pilihan adalah pengobatan
komplementer atau alternatif. Terapi komplementer dan kedokteran alternatif semakin
meningkat dan diterima masyarakat. Di Amerika terapi komplementer kedokteran dibagi
233
menjadi empat jenis terapi; chriopractic, teknik relaksasi, terapi masase dan akupuntur, lainnya
terapi komplementer yang dapat dilakkukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas
yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan tindakan keperawatan seperti teknik
sentuhan, masase, dan manajemen stres. Berikut macam-macam terapi komplementer dan
kedokteran dan kedokteran alternatif: masase, diet, terapi musik, produk herbal, teknik
relaksasi, imagenary, humor, terapi sentuhan, akupuntur, acuppressure, chriopractice, dan
dukungan kelompok, hipnotis, meditasi, aromatherapy, yoga, biofeedback. Menurut
Darmojodan Martono (2004) menjelaskan bahwa penatalaksanaan hipertensi yang dianjurkan
adalah terapi nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan latihan fisik aerobik. Tertawa 20
menit setara dengan berolahraga ringan selama 2 jam karena dengan tertawa peredaran darah
dalam tubuh lancar, kadar oksigen dalam darah meningkat, dan tekanan darah akan normal.
Tertawa sama dengan efek latihan fisik yang membantu meningkatkan suasana hati,
menurunkan hormon stres, meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh, menurunkan kolesterol
jahat dan tekanan darah sistolik serta meningkatkan kolesterol baik (Berk et al,1996).
Agar pemenuhan pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi dalam batas normal,
diperlukan pemahaman dan keterampilan dari perawat untuk dapat membantu klien mencapai
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Sehingga pasien akan mendapatkan
pelayanan professional dan memadai dalam rangka mencegah berbagai komplikasi baik secara
fisik maupun psikologis (Topcu SY, 2012). Adapun upaya yang dapat dilakukan,
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan pendekatan aplikasi teori model
keperawatan yang dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan (Ackley BJ., et al,
2017). Pendekatan model keperawatan yang dapat digunakan dalam praktik keperawatan salah
satunya adalah Virginia Henderson yaitu 14 Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia yang
bertujuan untuk memandirikan pasien (Herdman H, 2018). Dalam menangani kasus hipertensi,
perawat mengajarkan terapi tawa yang bisa dilakukan oleh pasien dibantu keluarga.
Menurut Asmadi (2008) Virginia Henderson memperkenalkan definisi keperawatan,
definisinya tentang keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya dan
kecintaanya dengan keperawatan saat la melihat korban-korban perang dunia. Ia mengatakan
bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis. Menurutnya,
"tugas unik perawat ialah membantu individu, baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui
usahanya melakukan berbagai aktifitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu
atau proses meninggal dengan damai" dengan begitu maksud dari teori Virginia Henderson
yaitu menjelaskan bahwa tugas perawat adalah berusaha mengembalikan kemandirian individu
dalam memenuhi 14 komponen kebutuhan dasar (Susanto.,dkk, 2015).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan hasil riset
tentang Aplikasi Teori Virginia Henderson Pada Klien Dengan Hipertensi Dengan Terapi
Tawa Di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Merindu Kabupaten Seluma Tahun 2022.

234
METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Case
Study research. Variabel penelitian ini adalah 14 kebutuhan dasar manusia, Terapi Tawa,
dan Hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling
melalui purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini 2 responden dengan
diagnosis Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Suka Merindu Kabupaten Seluma yang
memenuhi kriteria inklusi. Waktu penelitian ± 7 hari pada bulan Agustus 2022. Penelitian ini
menggunakan instrumen berupa wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan kuesioner format
pengkajian empat belas kebutuhan dasar berdasarkan teori keparawatan Virginia Henderson.

HASIL PENELITIAN

A. Pengkajian
1. Biologi
Berdasarkan data pengkajian, Kedua pasien dengan penyakit hipertensi bernama Tn.B
dan Tn. H berusia 75 tahun dan 52 tahun. Keduanya tinggal di desa bakal dalam,
kecamatan talo, kabupaten seluma. pada saat pengkajian dirumah klien Tn. B, klien
mengatakan punggung terasa berat, klien mengatakan sakit kepala, klien mengatakan
terkadang susah tidur, mual, hasil tekanan darah saat dilakukan pengkajian adalah
160/90 mmHg, frekuensi nadi 95 x/menit, suhu tubuh 36,4oC, pernafasan 20x/menit.
Sedangkan klien Tn. H mengatakan kepala pusing, tengkuk sakit, hasil tekanan darah
saat dilakukan pengkajian adalah 150/100 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, suhu tubuh
36,2oC, pernafasan 22x/menit. Kedua klien memiliki Riwayat sudah menderita
hipertensi sejak beberapa tahun lalu.
Tn. B mengatakan jika sehabis banyak makan makanan yang berlemak, kalien akan
merasakan nyeri, penyebab (P): hipertensi, kualitas (Q): kaku-kaku, terasa tegang, lokasi
(R) : kepala bagian belakang menjalar sampai tengkuk dan kadang ke punggung. skala
(S) : 6/sedang, waktu (T): hilang timbul. klien mengatakan pusing dan terkadang sulit
tidur. klien tampak memegang punggung yang terasa berat,tekanan darah 160/90 mmHg.
Begitu juga dengan Tn H mengatakan jika sehabis banyak makan makanan yang
berlemak, kalien akan merasakan nyeri, penyebab (P): hipertensi, kualitas (Q): kaku-
kaku, terasa tegang, lokasi (R) : kepala bagian belakang menjalar sampai tengkuk dan
kadang ke punggung. skala (S) : 5/sedang, waktu (T) : hilang timbul. klien mengatakan
pusing dan terkadang sulit tidur. klien tampak memegang punggung yang terasa berat,
tekanan darah 150/100 mmHg.
2. Psikologis
klien berkomunikasi dengan baik Cukup kooperatif. Dalam Berkomunikasi, Kedua klien
cukup kooperatif dan menggunakan bahasa daerah ketika berkomunikasi dengan
keluarga, dan orang sekitar lingkungan. klien berekspresi sesuai dengan keadaan yang di

235
ceritakannya, ketika ia mengeluh nyeri ekspresi klien meringis. Kadang klien berobat ke
puskesmas atau bidan jika sudah merasakan gejalan tekanan darah tinggi.
3. Sosiologi
Tn. B Sehari-hari klien hanya di rumah saja. Umumnya kegiatannya adalah melakukan
pekerjaan ringan di rumah atau berkebun di halaman. Kadang klien juga memberi makan
ayam peliharaan. Tn H Sehari-hari klien bekerja di kebun sebagai petani. Klien jarang
olahraga karena sering berangkat pagi-pagi sekali dan pulang malam. Jadi jarang sempat
berolahraga.
4. Spiritual
Berdasarkan data hasil pengkajian tentang Kepercayaan Agama dan Ibadah. Kedua klien
sholat 5 waktu dan mendengarkan ceramah agama Ketika sholat jumat. Klien menerima
dengan kondisi sakitnya sekarang, klien menganggap sakitnya ini adalah normal di
usianya yang Sudah tua.
Hasil pengkajian dianalisa untuk menentukan komponen 14 kebutuhan dasar manusia
menurut teori Virginia Henderson, selanjutnya ditegakkan diagnosa keperawatan. Format
nursing assessment sebagai instrument disusun berdasarkan teori Henderson. Selanjutnya
dilakukan nursing assessment mendalam pada klien dengan tuberculosis paru. Data hasil
assessment lalu dianalisis dan dikelompokkan, untuk ditentukan masalah keperawatan yang
muncul.
B. Observasi dan Penetapan Masalah
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan hasil pengkajian aktual
atau potensial dari Klien terhadap masalah kesehatan dan perawat dan juga mempunyai izin
dan berkompeten untuk mampu mengatasinya. Respon aktual dan potensial Klien diketahui
dari data dasar yang didapat hasil pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, Riwayat
medis Klien pada masa lalu yang dikumpulkan selama pengkajian (Potterdan Perry, 2005).
Peneliti menemukan dua masalah yang sama pada pasien 1 dan 2, yaitu Pemenuhan
Peneliti menemukan dua masalah yang sama pada pasien 1 dan 2, yaitu ditemukan pada
pasien yaitu Ketidakmampuan Pemenuhan Kebutuhan Belajar. Kebutuhan belajar ini terkait
pengendalian tekanan darah pada klien.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam prilaku keperawatan dimana tujuan yang
terpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005). Intervensi yang
dibuat untuk kedua klien bertujuan agar kedua klien dapat secara mandiri belajar
mengendalikan tekanan darah dengan tertawa yang diajarkan oleh perawat. Pada masalah
Ketidakmampuan Pemenuhan Kebutuhan Belajar intervensi yang diberikan yaitu evaluasi
tekanan darah, anjurkan klien dan keluarga untuk mengontrol pola makan rendah lemak dan
rendah garam, jelaskan pada klien tentang terapi non farmakologi tertawa, bimbing klien
untuk melakukan terapi tertawa untuk menurunkan tekanan darah, evaluasi perasaan klien,
dan evaluasi TTV.

236
D. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan dari implementasi keperawatan kepada pasien, penulis melakukan
beberapa aktifitas seperti komunikasi setiap tindakan dan kegiatan yang dilakukan,
pendidikan kesehatan dan memberikan asuhan keperawatan langsung, serta memberikan
motivasi baik secara psiko sosial dan spiritual pada kleuarga dan klien. Komunikasi yang
digunakan adalah komunikasi terapeutik dimana penulis dan keluarga menjalin hubungan
saling percaya, sehingga pasien nyaman saat dilakukan Tindakan.
E. Evaluasi
Dari hasil evaluas, Respon yang didapatkan Tn. B dan Tn. H pada kunjungan pertama
yaitu punggung terasa berat, terkadang sulit tidur, serta tekanan darah 160/90 mmHg. Setelah
dilakukan terapi tertawa dengan campuran garam selama 5 kali tindakan dilakukan setiap
kali tindakan 10-15 menit respon yang didapatkan yaitu klien mengatakan punggung sudah
tidak terasa berat, bisa tidur saat malam hari dengan nyenyak, serta untuk tekanan darah
sudah turun. Menurut hasil studi kasus penerapan terapi tertawa diperoleh hasil adanya
penurunan tekanan darah yang dilakukan pada dua responden, dari yang sebelumnya 160/90
mmHg menjadi 148/86 mmHg dan 150/100 mmHg menjadi 140/80 mmHg. Berdasarkan
kedua kasus diperoleh tekanan darah mengalami penurunan. Berdasarkan kedua kasus
diperoleh tekanan darah mengalami penurunan.

Pembahasan
Darmojo dan Martono (2004) menjelaskan penatalaksanaan hipertensi yang dianjurkan
bagi lansia adalah terapi nonfarmakologis, salah satunya yaitu dengan latihan fisik aerobik.
Tertawa 20 menit setara dengan berolahraga ringan selama 2 jam karena dengan tertawa
peredaran darah dalam tubuh lancar, kadar oksigen dalam darah meningkat, dan tekanan darah
akan normal. Tertawa sama dengan efek latihan fisik yang membantu meningkatkan suasana
hati, menurunkan hormon stres, meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh, menurunkan
kolesterol jahat dan tekanan darah sistolik serta meningkatkan kolesterol baik (Berk et al,
1996). Lansia tidak mampu melakukan banyak latihan fisik karena masalah otot lemah dan
radang persendian, oleh karena itu tawa merupakan latihan ideal bagi mereka yang mempunyai
keterbatasan fisik (Kataria, 2004). Mengingat terapi tertawa bisa dilakukan oleh siapa saja dan
orang yang akan menjadi tutor hanya perlu sedikit latihan maka terapi tertawa ini layak
diterapkan.
Terapi tertawa yang dapat merelaksasi tubuh yang bertujuan melepaskan endorphin ke
dalam pembuluh darah sehingga apabila terjadi relaksasi maka pembuluh darah dapat
mengalami vasodilatasi sehingga tekanan darah dapat turun (Kataria, 2004).
Terapi tertawa merupakan terapi komplementer yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah pada pasien yang mengalami hipertensi sistolik terisolasi. Pengaruh terapi
tertawa terhadap penurunan tekanan darah dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti di Panti Sosial Budi Agung Kupang. Peneliti menemukan bahwa ada 100%
perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia penderita hipertensi sebelum dan

237
sesudah diberikan terapi tertawa dimana perubahan tekanan darah sistolik berada dalam
rentangan 3 mmHg-24 mmHg dan perubahan tekanan darah diastolik berada dalam rentangan
2 mmHg-24 mmHg.
Mangoenprasodjo & Hidayati (2006), Menjelaskan tertawa 1 menit ternyata sebanding
dengan bersepeda selama 15 menit. Hal ini membuat tekanan darah menurun, terjadi
peningkatan oksigen pada darah yang akan mempercepat penyembuhan. Tertawa terbukti
memperbaiki suasana hati dalam konteks sosial.Tertawa akan merelaksasikan otot- otot yang
tegang. Tertawa juga melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke
seluruh tubuh. Selain itu, tertawa juga berperan dalam menurunkan kadar hormone stress
epinephrine dan kortisol. Jadi, bisa dikatakan bahwa tertawa merupakan meditasi dinamis atau
tehnik relaksasi.
Sambriong (2012) dalam penelitian tentang pengaruh terapi tertawa yang hanya melihat
penurunan tekanan darah sitolik pada pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi memaparkan
bahwa terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tekanan darah sistolik. Terapi
tawa adalah salah satu cara untuk mencapai kondisi rileks. Tertawa merupakan paduan dari
peningkatan sistem saraf simpatik dan juga penurunan kerja sistem saraf simpatik.
Peningkatannya berfungsi untuk memberikan tenaga bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini
kemudian juga diikuti oleh enurunan sistem saraf simpatik yang salah satunya disebabkan oleh
adanya perubahan kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan
terhadap nitric oxide yang membawa pada pelebaran pembuluh darah, sehingga rata-rata
tertawa menyebabkan aliran darah sebesar 20%, sementara stres menyebabkan penurunan
aliran darah sekitar 30%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi tertawa dapat menurunkan
tekanan darah khususnya pada penderita hipertensi.

Kesimpulan dan Saran


Asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi dengan menerapkan terapi
tawa menggunakan teori keperawatan Virginia Henderson dilakukan dengan menggunakan
proses keperawatan mulai dari pengkajian 14 pemenuhan kebutuhan dasar manusia, Observasi
dan Penetapan Masalah, Tindakan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
Pada tahapan pengkajian, diketahui Kedua pasien dengan penyakit hipertensi bernama
Tn.B dan Tn. H berusia 75 tahun dan 52 tahun. Kedua klien memiliki Riwayat sudah menderita
hipertensi sejak beberapa tahun lalu. Kedua klien mengatakan jika sehabis banyak makan
makanan yang berlemak, kalien akan merasakan nyeri, penyebab (P): hipertensi, kualitas (Q):
kaku-kaku, terasa tegang, lokasi (R) : kepala bagian belakang menjalar sampai tengkuk dan
kadang ke punggung. skala (S) : 6/sedang, waktu (T): hilang timbul. klien mengatakan pusing,
terkadang sulit tidur, klien mengatakan pusing dan terkadang sulit tidur, dan klien tampak
memegang punggung yang terasa berat. tekanan darah 160/90 mmHg dan 150/100 mmHg.
Observasi dan Penetapan Masalah, ditemukan pada pasien yaitu Ketidakmampuan Pemenuhan
Kebutuhan Belajar. Tindakan keperawatan yang disusun pada masalah Ketidakmampuan

238
Pemenuhan Kebutuhan Belajar yaitu evaluasi tekanan darah, anjurkan klien dan keluarga untuk
mengontrol pola makan rendah lemak dan rendah garam, jelaskan pada klien tentang terapi non
farmakologi tertawa. Dari hasil implementasi yang dilakukan adalah mengevaluasi tekanan
darah, menganjurkan klien dan keluarga untuk mengontrol pola makan rendah lemak dan
rendah garam, menjelaskan pada klien tentang terapi non farmakologi tertawa, membimbing
klien untuk melakukan terapi tertawa untuk menurunkan tekanan darah, evaluasi perasaan
klien, dan mengevaluasi TTV. Implementasi dilakukan selama 5 hari. Dari hasil evaluasi
dilakukan bahwa masalah teratasi. Ketidakmampuan Pemenuhan Kebutuhan Belajar dapat
teratasi dalam waktu 5 x 24 jam atau 5 kali pertemuan. Klien dan keluarga mampu menerapkan
terapi tertawa Ketika tekanan darah terlalu tinggi.
Dari hasil penelitian ini diharapkan perawat mampu memberikan dan meningkatkan
kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien khususnya pada klien
dengan hipertensi melalui pendekatan Virginia Henderson dengan mengajarkan tehnik terapi
tawa.

Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.


Brunner & Suddarth. 1996.Keperawatan Medical Bedah. Edisi ke-8. Jakarta:EGC. Brunner &
Suddarth. 2001.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi ke-8. Jakarta : EGC.
Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisike-3. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Darmojo, B. (2014). Buku ajar Boedhi-Darmojo geriatric (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
Endang, Triyanto. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kataria, M. (2004). Laugh for no reason (terapi tawa). India: Madhuri International.
Susanto, Joko .,dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Selemba Medika
Tage, Petrus Sanisius Siga. 2014. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sistolik Terisolasi Di Panti Sosial Budi Agung
Kupang. Surabaya: Universitas Airlangga Library.
Topcu SY. Original Article Effect of Relaxation Exercises on Controlling Postoperative
Pain. Pain Management Nursing; 11–17, 2012.

239

You might also like