Professional Documents
Culture Documents
Siti Nur Asyisyah - 23012010345 - Jurnal MANAJEMEN DALAM IMPLEMENTASI MORAL GENERASI MILENIAL ERA REVOLUSI 4
Siti Nur Asyisyah - 23012010345 - Jurnal MANAJEMEN DALAM IMPLEMENTASI MORAL GENERASI MILENIAL ERA REVOLUSI 4
23012010345@student.upnjatim.ac.id
Abstract Management plays an important role in dealing with the moral challenges faced by the millennial generation in
the Revolution 4.0 Era. This generation is growing up in a rapid technological transformation and cultural
change, which affects their views on moral values. The development of digital technology and widespread access to
information through the internet shapes the millennial generation's moral perspective with both positive and
negative impacts. Moral management is expected to shape the character of millennials, improving their integrity,
ethics, and responsibility. In the context of Revolution 4.0, management needs to integrate moral values in
organisations and managerial practices. The involvement of other parties such as families, educational
institutions, and community organisations is also important in the moral education of the millennial generation.
Moral implementation requires a holistic and adaptive approach, as well as effective communication using
technology. Moral management can help build a moral generation, create a work environment that encourages
morality, and ensure positive changes in the outlook and behaviour of millennials.
Keyword Moral management, Millennial generation, Revolution 4.0, Moral values, Digital technology, Technological
transformation, Fast changing culture, Holistic approach
Abstrak Manajemen memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan moral yang dihadapi
oleh generasi milenial di Era Revolusi 4.0. Generasi ini tumbuh dalam transformasi
teknologi dan perubahan budaya yang cepat, yang mempengaruhi pandangan mereka
terhadap nilai-nilai moral. Perkembangan teknologi digital dan meluasnya akses informasi
melalui internet membentuk cara pandang moral generasi milenial dengan dampak positif
dan negatif. Manajemen moral diharapkan dapat membentuk karakter generasi milenial,
meningkatkan integritas, etika, dan tanggung jawab mereka. Dalam konteks Revolusi 4.0,
manajemen perlu mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam organisasi dan praktik
manajerial. Keterlibatan pihak-pihak lain seperti keluarga, institusi pendidikan, dan
organisasi masyarakat juga penting dalam pendidikan moral generasi milenial.
Implementasi moral membutuhkan pendekatan yang holistik dan adaptif, serta komunikasi
yang efektif dengan menggunakan teknologi. Manajemen moral dapat membantu
membangun generasi yang bermoral, menciptakan lingkungan kerja yang mendorong
moralitas, dan memastikan perubahan positif dalam pandangan dan perilaku generasi
milenial.
Kata Kunci Manajemen moral, Generasi milenial, Revolusi 4.0, Nilai-nilai moral, Teknologi digital,
Transformasi teknologi, Budaya yang berubah dengan cepat, Pendekatan holistik
PENDAHULUAN
Manajemen dalam Implementasi Moral Generasi Milenial di Era Revolusi 4.0 memegang
peranan yang penting dalam menghadapi tantangan moral yang dihadapi oleh generasi milenial
saat ini. Era Revolusi 4.0 telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk nilai-nilai moral dan pandangan generasi milenial. Generasi milenial
adalah kelompok masyarakat yang lahir antara tahun 1980-an hingga awal 2000-an, mereka
1
tumbuh dalam periode transformasi teknologi yang pesat dan perubahan budaya yang cepat
(Aisyah & Ardiningsing, 2022). Perkembangan teknologi digital dan akses yang luas terhadap
informasi melalui internet telah mempengaruhi cara pandang dan nilai-nilai moral generasi
milenial. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang diwarnai oleh media sosial, di mana informasi
dan perspektif dapat disebarkan dengan cepat dan luas. Hal ini telah memberikan dampak positif
dan negatif pada pandangan moral generasi milenial. Di satu sisi, generasi milenial menjadi lebih
terbuka terhadap isu-isu kebebasan individu, inklusi dan kesetaraan. Mereka juga lebih peka
terhadap isu-isu lingkungan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain, terdapat juga
dampak negatif dari perubahan ini. Ketergantungan pada teknologi dan kehidupan online dapat
menyebabkan penurunan etika dan nilai-nilai tradisional yang dianggap penting oleh generasi
sebelumnya. Generasi milenial juga dikenal dalam beberapa kasus tertentu sering menggunakan
kendali media sosial untuk memperoleh popularitas, sehingga mengorbankan moralitas dan
integritas pribadi.
Era Revolusi 4.0 telah memberikan berbagai perubahan signifikan dalam berbagai aspek
kehidupan manusia, termasuk cara generasi milenial memandang moral dan nilai-nilai. Generasi
milenial dikenal sebagai generasi yang tumbuh dalam kecanggihan teknologi dan perubahan
budaya yang cepat. Dalam konteks ini, manajemen memainkan peran penting dalam implementasi
moral di kalangan generasi milenial. Pertumbuhan teknologi yang pesat dalam Revolusi 4.0 telah
mengubah pandangan generasi milenial terhadap moral dan nilai-nilai., manajemen moral juga
harus berkembang sesuai dengan perkembangan tersebut. Teknologi dapat digunakan sebagai alat
untuk memfasilitasi implementasi dan pengawasan moral di kalangan generasi milenial. Misalnya,
dengan menggunakan platform digital, manajer dapat mengkomunikasikan nilai-nilai moral
kepada anak buahnya dan memantau pencapaian moral dalam organisasi. Manajemen moral
sangat penting dalam membentuk karakter generasi milenial yang berkualitas (Handayani &
Muliastrini, 2020). Generasi milenial cenderung lebih mandiri, kritis, dan berdaya saing dalam
menghadapi tantangan yang ada. Manajemen moral yang tepat dapat membantu meningkatkan
integritas, etika, dan tanggung jawab generasi milenial dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Keterlibatan manajemen dalam pembentukan moral generasi milenial juga bisa mencegah
berbagai masalah sosial seperti kejahatan, korupsi, dan nihilisme (Hendayani, 2019).
Manajemen moral di era Revolusi 4.0 perlu mencakup penerapan nilai-nilai moral yang
diintegrasikan dalam organisasi dan praktik manajerial. Manajer perlu menjadi teladan bagi
generasi milenial dalam menerapkan moral dalam setiap keputusan dan tindakan yang mereka
ambil. Penyusunan kode etik organisasi juga perlu dilakukan dengan melibatkan generasi milenial
agar mereka merasa memiliki dan berkomitmen terhadap nilai-nilai moral yang dianggap penting
(Sakinah & Dewi, 2021). Ada kemajuan di era kontemporer ini, khususnya Revolusi Industri 4.0,
seperti yang dilaporkan oleh Bakri (2016). Orang-orang di seluruh dunia telah menggunakan
Industri 4.0, atau internet of thinking, untuk menggerakkan aktivitas manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Sejak memasuki abad ke-21, Indonesia telah mengalami berbagai tahapan perubahan.
Sebagai hasilnya, budaya asing dengan mudah dikenali oleh masyarakat Indonesia, yang bahkan
dapat menentukan tren di dalamnya. Manajemen moral di era Revolusi 4.0 juga harus
menciptakan lingkungan kerja yang mendorong moralitas. Generasi milenial cenderung mencari
tujuan yang bermakna dan berharga dalam pekerjaan mereka. Oleh karena itu, manajemen harus
memberikan ruang bagi generasi milenial untuk mengembangkan potensi mereka secara moral.
2
Ini dapat mencakup pengembangan kurikulum atau program pelatihan yang fokus pada
pengembangan karakter dan moral generasi milenial. Banyak orang Indonesia yang tidak
menyadari makna ideologi kita, Pancasila, di era globalisasi dan revolusi industri keempat ini.
Meskipun Pancasila dikembangkan dalam jangka waktu yang sangat lama dan membutuhkan
banyak pengorbanan dalam kehidupan sehari-hari, namun tetap penting untuk menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur, terutama yang terdapat dalam Pancasila, agar karakter bangsa tercermin di
dalamnya. Maka dari itu, Manajemen moral di era Revolusi 4.0 perlu memperhatikan pendidikan
moral yang diberikan kepada generasi milenial. Pendidikan moral yang komprehensif dapat
membantu generasi milenial memahami nilai-nilai moral yang penting dalam kehidupan sehari-
hari mereka.
Keterlibatan keluarga, institusi pendidikan, dan organisasi masyarakat dalam pendidikan
moral juga perlu diperhatikan dalam manajemen moral generasi milenial. Hasil riset (Vania et al.,
2021), menunjukkan bahwa manajemen dalam implementasi moral generasi milenial di era
Revolusi 4.0 membutuhkan pendekatan yang holistik dan adaptif. Manajemen perlu memahami
perubahan pandangan dan nilai-nilai moral generasi milenial serta menciptakan lingkungan dan
praktik manajerial yang mendukung perkembangan moral mereka. Dalam meningkatkan nilai dan
moralitas generasi milenial, manajemen dapat memainkan peran penting dalam menciptakan masa
depan yang lebih baik dan membangun generasi yang bermoral di era Revolusi 4.0. Teknologi
informasi berkembang dengan cepat dalam revolusi industri keempat dan mempengaruhi setiap
aspek kehidupan manusia. Perkembangan internet of things yang merasuk ke berbagai aspek
kehidupan manusia saat ini menjadi salah satu penanda era revolusi industri 4.0. Salah satunya di
sektor pendidikan. Untuk itu, ada dua hal yang perlu dilakukan: 1) merevitalisasi kurikulum; dan
2) menggunakan teknologi informasi secara tepat. Penetrasi Revolusi Industri 4.0 ke dalam
sistem pendidikan, menurut Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menuntut
adanya perbaikan kurikulum dengan meningkatkan tingkat kompetensi siswa, termasuk (Yusnaini,
2019): 1) Menerapkan pemikiran kritis 2) Orisinalitas dan daya cipta 3) Keterampilan komunikasi
dan sosial 4) Kerja sama dan kerja tim.
Selain itu, implementasi moral juga memerlukan komunikasi yang efektif. Manajemen
harus mampu mengkomunikasikan nilai-nilai moral yang dianggap penting kepada generasi
milenial dengan cara yang relevan dan memotivasi. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan
teknologi, seperti platform digital atau aplikasi khusus yang dapat menjadi alat untuk
menyampaikan nilai-nilai moral secara efektif dan memantau perubahan perilaku generasi
milenial. Tantangan lain yang dihadapi oleh manajemen dalam implementasi moral generasi
milenial adalah menciptakan lingkungan kerja yang mendorong moralitas. Generasi milenial
cenderung mencari tujuan yang bermakna dan bernilai dalam pekerjaan mereka. Oleh karena itu,
manajemen harus menciptakan lingkungan kerja yang mendorong nilai-nilai moral dan
memberikan ruang bagi generasi milenial untuk mengembangkan potensi mereka secara moral.
Maka, Ini dapat mencakup program pelatihan khusus yang fokus pada pengembangan karakter
dan moral generasi milenial. Dalam menjalankan peran mereka, manajemen juga perlu bekerja
sama dengan pihak lain seperti keluarga, institusi pendidikan, dan organisasi masyarakat untuk
memastikan pendidikan moral yang komprehensif. Keterlibatan pihak lain ini penting karena
moralitas tidak hanya terbentuk di tempat kerja, tetapi juga dalam konteks sosial dan budaya yang
lebih luas.
3
METODE PENELITIAN
Melalui penggunaan metode studi literatur, penelitian ini menggunakan metodologi
deskriptif kualitatif. menerapkan metode studi literatur. Sesuai dengan perspektif (Budiman et al.,
2020), pendekatan ini melibatkan pembandingan berbagai sudut pandang tentang tokoh tertentu.
Penulis kemudian perlu menarik kesimpulan. Para peneliti melakukan analisis literatur untuk
mengidentifikasi asal-usul teori dan titik awal diskusi yang akan mengarah pada kesimpulan. Para
peneliti melakukan tinjauan literatur untuk mengumpulkan sumber-sumber dari berbagai sumber,
termasuk publikasi yang diterbitkan dalam jurnal yang dihormati atau jurnal yang terakreditasi
Sinta dan buku-buku yang penulisnya menggunakan data atau teori yang sebelumnya telah mereka
periksa secara mendalam untuk analisis lebih lanjut (Fauziatun, 2021). Untuk mencapai
kesimpulan, hasil pengolahan data akan diorganisir dan diperiksa secara menyeluruh. Peneliti
perlu mencari sumber-sumber teori yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini
mengenai manajemen dalam implementasi akhlak di Era Revolusi 4.0.
5
membagikan pencapaian mereka kepada dunia berkat konektivitas digital memicu persaingan dan
keinginan untuk mendapatkan pengakuan individu.
Prinsip-prinsip moral seperti empati dan kepedulian terhadap orang lain mungkin akan
terpengaruh. Namun, revolusi 4.0 juga menawarkan kesempatan bagi generasi milenial untuk
mengembangkan nilai-nilai moral dan perspektif yang lebih inklusif dan mengglobal. Mereka
dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya dan kelompok lain secara online. Selain itu,
generasi milenial dapat memperluas perspektif moral mereka dan memahami keragaman nilai
dalam masyarakat global dengan memiliki akses yang lebih mudah terhadap informasi dan terlibat
dalam lebih banyak wacana dengan sudut pandang yang berbeda. (Sakinah & Dewi, 2021).
Ciri-ciri masyarakat sebelum dan sesudah terhubung ke internet adalah sebagai berikut:
Masyarakat Citizen Masyarakat Netizen
Memperoleh pengetahuan Menemukan informasi melalui
melalui percakapan dan pencarian online
obrolan dengan tetangga
Hanya di dalam lingkunganKonektivitas dan jaringan
atau di antara kenalan atau
global yang memungkinkan
keluarga seseorang untuk
berkomunikasi dengan pihak
berwenang atau bahkan
selebriti
Pembicaraan berlangsung Misalnya, di ruang nyata.
dalam pengaturan fisik, Rapat digital digunakan untuk
seperti pada pertemuan diskusi selama rapat (obrolan
atau pertemuan. grup, forum, mailist, dll.)
Tabel 1.1 Perbandingan antara Masyarakat Citizen dengan Masyarakat Netizen
Sebagai hasilnya, perkembangan psikologis generasi milenial dapat dilihat dari
penggunaan teknologi internet, jaringan, dan media sosial untuk pertemuan dan pengumpulan
informasi. Hal ini berbeda dengan aspek sosial masyarakat, yang menekankan interaksi tatap
muka untuk membina hubungan komunikasi yang lebih baik, seperti yang dikatakan oleh Zemke
dkk. (2013). Generasi milenial menginginkan pertemuan yang dilakukan melalui teknologi dan
lebih suka menggunakannya untuk berkomunikasi. Michael Laitman menyoroti pentingnya
pendidikan nilai-nilai moral ketika membahas bagaimana revolusi 4.0 telah mempengaruhi
pandangan dan nilai-nilai moral generasi milenial. Dia percaya bahwa mengajarkan prinsip-prinsip
moral yang lebih tinggi kepada generasi milenial seperti menghormati satu sama lain,
mempertimbangkan kebutuhan orang lain, dan pelestarian lingkungan sangatlah penting.
(Maghfiroh & Sholeh, n.d.). Mereka dapat mengembangkan karakter moral yang kuat dan
pandangan moral dengan bantuan pendidikan nilai-nilai moral ini, membantu mereka mengatasi
efek negatif dari revolusi 4.0. Kemampuan generasi milenial untuk menjalankan fungsi sosialnya
terkait erat dengan lingkungannya. Keberfungsian ini memandang generasi milenial secara
keseluruhan (sistem sosial dan jaringan sosial) dalam hal memenuhi kebutuhan dasarnya,
menjalankan peran sosial, dan mengelola stres. Ketiga aspek ini saling berhubungan dan bekerja
sama untuk membentuk kapasitas generasi milenial dalam menjalankan fungsi sosialnya. Temuan
penelitian (Taspcott, 2008; Suryadi, 2015; dan Oktavianus, 2017) menguatkan hal ini. Generasi
milenial sangat bergantung pada kerja sama tim ketika mereka masih muda. Generasi milenial
akan menjadi individu yang lebih termotivasi untuk bekerja dalam kelompok seiring
bertambahnya usia. lebih-lebih pada saat keadaan darurat. Generasi milenial akan lebih berjiwa
petualang, mampu mengambil keputusan, dan mampu menjadi pemimpin yang kuat saat mereka
mencapai usia paruh baya. Generasi milenial akan menjadi generasi lansia yang dapat mengkritik
6
dan memberikan kontribusi kepada masyarakat saat mereka menjadi tua. Media sosial memiliki
dampak yang signifikan terhadap bagaimana generasi milenial berfungsi. Menurut Harlock (1978),
media sosial berdampak pada bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri dan dapat membantu
orang mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri, dan kemampuan untuk
melihat diri mereka sendiri dalam kehidupan nyata. Media sosial juga dapat secara akurat
mengevaluasi hubungan interpersonal, yang mendorong penyesuaian sosial yang positif.
Menurut (Asyari, 2019), pendekatan pendidikan dengan media sosial yang komprehensif
disarankan untuk mencapai hal ini. Perkembangan fisik, emosional, intelektual, dan moral harus
ditekankan dalam pendidikan, menurutnya. Untuk memastikan bahwa generasi milenial memiliki
dasar moral yang kuat, pendidikan moral harus diberikan sejak usia dini dan dipertahankan dari
waktu ke waktu. Pengaruh lingkungan terhadap pola pikir generasi milenial perlu diperhatikan
dengan sangat serius karena, di mata mereka, lingkungan terbagi menjadi dua kategori: citizen dan
nitizen. Karena mereka menghabiskan begitu banyak waktu secara online, netizen generasi
milenial yang terpengaruh oleh internet memiliki kecenderungan untuk menjadi penyendiri.
Kesepian adalah hasil dari hal ini. Untuk mendukung ambisi dan tujuan mereka, seseorang di usia
dewasa awal harus membangun hubungan dekat dengan banyak individu. Ini adalah periode
ketika individu membangun hubungan yang intim satu sama lain. Namun demikian, karena
dampak dari proses keintiman dan sosialisasi tidak berjalan dengan baik di internet. Seseorang,
terutama remaja atau dewasa muda, dapat menjadi kecanduan internet karena pengaruhnya. Saat
ini, gangguan bermain game internet banyak terjadi di negara-negara Asia. Kecanduan internet
gaming disorder bermanifestasi sebagai gejala seperti kehilangan minat pada hobi dan kehilangan
kontrol diri. Sikap negatif generasi milenial dapat diubah oleh faktor lingkungan dari tiga sudut
pandang: pertama, dengan mengevaluasi penampilan mereka, yang mengharuskan mereka untuk
berhenti menggunakan media sosial secara teratur; kedua, dengan mengevaluasi perilaku mereka.
Dengan penekanan pada penampilan, generasi milenial berusaha untuk meningkatkan aktualisasi
diri mereka di dunia nyata sebagai upaya untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri mereka.
Ketiga, generasi milenial tidak lagi mengkategorikan status sosial berdasarkan klasifikasi diri
mereka sendiri mereka sendiri di dunia digital. Hal ini merupakan salah satu inisiatif untuk
meningkatkan kepercayaan diri dan perasaan (Harahap & Adeni, 2020). Dengan demikian,
dampak Revolusi Industri 4.0 terhadap prinsip-prinsip moral dan pandangan dunia generasi
milenial merupakan fenomena yang memiliki banyak segi dan rumit. Bagi generasi milenial,
revolusi ini menawarkan peluang dan tantangan dalam hal memperkuat keyakinan moral mereka.
9
menghadapi ekspektasi yang tinggi, stres, dan tekanan saat menghadapi dilema moral (Ridho et
al., 2022). Dengan mengambil pendekatan yang komprehensif, manajemen moral dapat
menginstruksikan generasi milenial tentang cara meningkatkan kesadaran mereka melalui teknik-
teknik seperti kesadaran atau meditasi. Generasi milenial yang memiliki tingkat kesadaran yang
tinggi dapat berpikir lebih dalam, membuat keputusan yang lebih matang, dan memasukkan
prinsip-prinsip moral ke dalam aktivitas sehari-hari. Selain itu, pendekatan holistik memasukkan
komponen emosional ke dalam manajemen moral. Psikolog dan penulis buku Prof. Daniel
Goleman menyoroti nilai pengembangan kecerdasan emosional saat menghadapi dilema moral.
Generasi milenial sering terpapar dengan teknologi digital dalam revolusi 4.0, yang dapat
menyebabkan reaksi emosional yang kuat seperti iri hati, jengkel, dan marah (Laoli & Siahaan,
2023). Melalui latihan pengaturan emosi dan pemahaman menyeluruh tentang bagaimana emosi
memengaruhi keputusan moral mereka, manajemen moral yang holistik dapat membantu
generasi milenial dalam mengembangkan kecerdasan emosional dengan mengajarkan mereka cara
mengelola emosi secara bertanggung jawab (Nuraini & Wahjoedi, 2023).
Dimensi spiritual juga dipertimbangkan dalam pendekatan holistik untuk manajemen
moral. Ronald Inglehart menekankan pentingnya dimensi spiritual dalam menjawab tantangan
moral generasi milenial dalam konteks Revolusi 4.0. Inglehart berfokus pada hubungan antara
nilai-nilai individu dan perubahan sosial. Generasi milenial sering merasa kosong secara spiritual
dan mengalami disorientasi moral di dunia yang digerakkan oleh teknologi dan materialisme.
Dengan mengeksplorasi nilai-nilai spiritual seperti keyakinan agama, praktik kehidupan yang
bermakna, atau refleksi diri yang mendalam, manajemen moral holistik dapat membantu generasi
milenial menemukan makna dan tujuan hidup mereka (Pratiwi et al., 2015). Generasi milenial
dapat membuat keputusan moral dan berperilaku bermoral dengan mengembangkan sisi spiritual
yang kuat. Elemen-elemen praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari generasi
milenial juga merupakan bagian dari pendekatan holistik terhadap manajemen moral. Kolumnis
dan penulis buku tentang moralitas modern, David Brooks, menyoroti pentingnya manajemen
moral yang komprehensif yang berpusat pada tindakan praktis dan nyata. Generasi milenial harus
memiliki fondasi moral yang kuat yang dapat mereka jalani untuk menavigasi tantangan moral di
era Revolusi 4.0. Etika kerja, tanggung jawab sosial, dan pola pikir yang sadar lingkungan
hanyalah beberapa prinsip dan praktik praktis yang dapat ditawarkan oleh manajemen moral
holistik (Mustofa, 2020).
Berdasarkan interpretasi penulis terhadap pendapat para ahli, penulis dapat mengatakan
bahwa, dalam konteks Revolusi 4.0, pendekatan manajemen moral yang komprehensif dan
menyeluruh merupakan cara terbaik untuk mengatasi masalah moral generasi milenial.
Komponen fisik, emosional, intelektual, dan spiritual semuanya tercakup dalam pendekatan ini
untuk membentuk dan membimbing moral generasi milenial. Pendekatan holistik ini mengakui
pentingnya mengembangkan keadaan kesadaran yang mendalam, kecerdasan emosional,
perkembangan intelektual, dan pertumbuhan spiritual dalam manajemen moral. Melalui
pendekatan ini, generasi milenial dapat memperkuat karakter mereka, menghadapi stres dan
tantangan moral yang kompleks, dan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai moral yang
kokoh. Manajemen moral holistik juga menekankan pentingnya menghubungkan aspek praktis
dengan teori moralitas. Generasi milenial dapat memasukkan prinsip-prinsip moral ke dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan pribadi maupun profesional dengan diberikan
pedoman dan strategi khusus. Pendekatan holistik ini mengakui aspek emosional, spiritual, dan
praktis dari moralitas di samping komponen intelektualnya. Generasi milenial membutuhkan
kompas moral yang kuat dan praktik gaya hidup praktis di dunia yang semakin terhubung dan
kompleks (Jannah & Setiawan, 2022).
Maka dari itulah, pendekatan holistik dalam manajemen moral memberikan landasan yang
kokoh dalam mengatasi tantangan moral generasi milenial di era Revolusi 4.0. Melalui integrasi
10
aspek fisik, emosional, intelektual, dan spiritual, generasi milenial dapat mengembangkan karakter,
mengelola emosi, memahami nilai-nilai moral kompleks, dan mengambil tindakan yang konsisten
dengan nilai-nilai etis. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya praktik moral yang konkret
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks era yang terus berubah, manajemen moral holistik
menawarkan kerangka kerja yang komprehensif dan praktis dalam membawa generasi milenial
menuju moralitas yang baik.
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas yang sudah dijelaskan oleh penulis, maka bisa diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pendekatan fisik dalam manajemen moral mencakup pemahaman tentang dampak
teknologi terhadap gaya hidup generasi milenial. Dengan memahami perubahan gaya
hidup yang dihasilkan oleh revolusi 4.0, manajemen dapat memberikan panduan praktis
tentang penggunaan teknologi secara seimbang. Hal ini termasuk memastikan generasi
milenial dapat membangun hubungan interpersonal yang sehat, meskipun pengaruh
media sosial dan teknologi digital. Penggunaan teknologi yang bertanggung jawab juga
termasuk pemilihan sumber informasi yang dapat dipercaya dan memahami risiko privasi
yang mungkin timbul.
b. Aspek emosional juga menjadi fokus penting dalam manajemen moral holistik. Teknologi
sering kali memicu reaksi emosional yang kuat, seperti rasa iri hati, jengkel, atau marah.
Manajemen moral harus memberikan pendekatan untuk membantu generasi milenial
mengelola emosi mereka dengan baik. Ini dapat melibatkan latihan pengaturan emosi,
kesadaran diri, dan pemahaman mendalam tentang bagaimana emosi dapat memengaruhi
keputusan moral.
c. Pendekatan holistik juga mencakup aspek intelektual. Generasi milenial perlu dilibatkan
dalam pendidikan etika dan integritas. Manajemen dapat menyelenggarakan workshop,
seminar, atau program pelatihan lainnya untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang
etika dalam berbisnis dan menjunjung tinggi integritas dalam tugas-tugas mereka.
Pendidikan ini harus berkelanjutan dan mencakup isu-isu etis yang muncul dalam
penggunaan teknologi.
d. Dampak revolusi 4.0 terhadap pandangan dan nilai-nilai moral generasi milenial
mencakup perubahan gaya hidup, cara memperoleh informasi, dan tantangan dalam nilai-
nilai moral. Generasi ini dihadapkan pada pertarungan antara individualisme dan
kolektivisme. Meskipun terdapat risiko, revolusi 4.0 juga menawarkan kesempatan bagi
generasi milenial untuk mengembangkan nilai-nilai moral yang inklusif dan mengglobal.
e. Dalam mengatasi dampak tersebut, manajemen memiliki peran strategis. Mereka perlu
memahami kebutuhan generasi milenial untuk terlibat dalam pengambilan keputusan,
memberikan lingkungan kerja yang mendukung perkembangan mereka, dan membimbing
mereka dalam menghadapi dilema moral. Pendidikan nilai-nilai moral, baik melalui
workshop atau melibatkan generasi milenial dalam tim proyek, dapat membantu
membangun moral yang kuat.
f. Manajemen moral yang holistik bukan hanya tentang memberikan panduan praktis, tetapi
juga tentang membimbing generasi milenial dalam mengembangkan karakter yang kuat,
integritas yang tinggi, dan etika yang baik. Melalui pendekatan ini, generasi milenial dapat
menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, memahami dampak teknologi dengan bijak,
dan berkontribusi pada masyarakat dengan nilai-nilai moral yang kokoh. Manajemen
moral yang holistik adalah kunci untuk membentuk generasi milenial yang siap
menghadapi tantangan kompleks dalam era revolusi 4.0.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, W. R. (2011). Faktor Penghambat Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM): Studi di Kabupaten Banyumas (Artikel web).
Aisyah, M., & Ardiningsing, T. A. (2022). Pengaruh Persepsi Risiko Dan Dukungan Pemerintah
Terhadap Minat Penggunaan Mobile Banking: Peran Pemediasi Persepsi Kegunaan. Jurnal
Fokus Manajemen Bisnis.
http://www.journal2.uad.ac.id/index.php/fokus/article/view/5987
Arsini, Y., Yoana, L., & Prastami, Y. (2023). Peranan Guru Sebagai Model dalam Pembentukan
Karakter Peserta Didik. MUDABBIR Journal Reserch and Education Studies, 3(2), 27-35.
Asyari, F. (2019). Tantangan Guru Pai Memasuki Era Revolusi Industri 4.0 Dalam
Meningkatkan Akhlaq Siswa Di Smk Pancasila Kubu Raya Kalimantan Barat. Muslim
Heritage, 4(2). https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v4i2.1779
Basrowi. 2006. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Kediri: Jenggala Pustaka Utama.
Budiman, H., Seminar, K. B., & Saptono, I. T. (2020). Formulasi Strategi Pengembangan Digital
Banking (Studi Kasus Bank Abc). Jurnal Aplikasi Bisnis Dan Manajemen, 6(3), 489–500.
https://doi.org/10.17358/jabm.6.3.489
Endang R Winarti. 2005. Usulan Penelitian Tindakan Kelas: Penerapan Pembelajaran Kooperatif
dengan Memanfaatkan Media Kartu dan Poster dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan
Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di SD Sekaran 01 Semarang. Semarang: Unnes.
Fakhriyah, F., Rusilowati, A., & ... (2021). Mengembangkan kemampuan argumentasi ilmiah calon
guru sekolah dasar sebagai bentuk penguatan keterampilan abad 21. Prosiding Seminar ….
https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/view/847
Familia. Nata, A. (2018). Pendidikan Islam Di Era Milenial. Conciencia, 18(1), 10–28.
https://doi.org/10.19109/conciencia.v18i1.2436
Fauziatun, N. (2021). A. Implementasi Microsoft Teams for Education. Tesis Program Studi
Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.
12
Febry (2015). Konsep Diri Pengguna Aktif Jejaring Sosial Path (Studi Deskriptif Kualitatif
Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Santo Bellarminus Bekasi Sebagai Pengguna Aktif
Jejaring Sosial Path). Ejurnal. Universitas Atma jaya Yogyakarta.
Gazali, E. (2018). Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Dunia Pendidikan Era
Revolusi Industri 4.0. Oasis, 2(2), 94–109.
Giarti, S., & Astuti, S. (2016). Implementasi Tqm Melalui Pelatihan Model in House Training
Untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Sd. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 6(2), 80. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2016.v6.i2.p80-91 Gunawan.
(2015). Percikan Pemikiran Pendidikan Islam: Antologi Konfigurasi Pendidikan Masa Depan
(Gunawan, Ed.; Cet. I). Rajawali Pers.
Handayani, N. N. L., & Muliastrini, N. K. E. (2020). Pembelajaran Era Disruptif Menuju Era
Society 5.0 (Telaah Perspektif Pendidikan Dasar). Prosodong Seminar Nasional IAHN-TP
Palangka Raya, 0, 1–14. https://prosiding.iahntp.ac.id
Harahap, M. A., & Adeni, S. (2020). Tren Penggunaan Media Sosial Selama Pandemi Di
Indonesia. Jurnal Professional FIS UNIVED, 7(2), 13–23.
Harsanti, Maulana. Hubungan Kohesvitas Dan Kepercayaan Diri Pada Pria Dewasa Awal
Anggota Klub Mobil. Jurnal Gunadharma.
Harususilo, Y. E. (2019, December 4). Skor PISA Terbaru Indonesia, Ini 5 PR Besar Pendidikan
pada Era Nadiem Makarim. Kompas.id.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaruindonesia-ini-
5-pr-besar-pendidikan-pada-era-nadiem-makarim?page=all Hasanah, S. I. (2014). Sumber
belajar matematika dari lingkungan alam sekitar berbasis pondok pesantren. Interaksi, 9(1),
28–31.
Hendayani, M. (2019). Problematika Pengembangan Karakter Peserta Didik di Era 4.0. Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam, 7(2), 183. https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.368
Hurlock, E.B. (1993). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan
(edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Jannah, D. F., & Setiawan, R. (2022). Evaluasi Implementasi Program PAUD Holistik Integratif.
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(6), 7163–7172.
13
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i6.2970
Khoeriyah, I. N. (2019). Integrasi Islam dan Sains dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMA Sains Al-Quran Yogyakarta [UIN Sunan Kalijaga]. In UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Koesoema, D. A. (2010). Pendidikan Karakter: Stategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta:
Grasindo.
Kurniawan, S. (2019). Tantangan Abad 21 bagi Madrasah di Indonesia. Intizar, 25(1), 5568.
https://doi.org/10.19109/intizar.v25i1.3242
Laoli, A. E. J., & Siahaan, E. M. (2023). Hubungan Intensitas Bermain Game Online dengan
Tingkat Stres pada Remaja Kota Medan. Innovative: Journal Of Social Science …. http://j-
innovative.org/index.php/Innovative/article/view/3447
Latif, L. (2016). Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Maghfiroh, N., & Sholeh, M. (n.d.). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Dalam Menghadapi Era Disrupsi Dan Era Society 5.0. Ejournal.Unesa.Ac.Id.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inspirasi-manajemen-
pendidikan/article/view/44137
Masruroh, N. dan Umiarso. (2011). Modernisasi Pendidikan Islam – Ala Azyumardi Azra. Jakarta:
Arruz Media.
Mulyadi, B. (2014). Model Pendidikan Karakter Dalam Masyarakat Jepang. Izumi, 3(1), 69.
https://doi.org/10.14710/izumi.3.1.69-80
14
Mumtahanah, N. (2014). Penggunaan Media Visual Dalam Pembelajaran PAI. AL HIKMAH
Jurnal Studi Keislaman, Volume 4, Nomor 1, Maret 2014, 4.
Nastiti, F. E., Ni’mal ’abdu, A. R., & Kajian, J. (2022). Kesiapan Pendidikan Indonesia
Menghadapi era society 5.0. Edcomtech, 5(1), 61–66.
Nuraini, F., & Wahjoedi, W. (2023). Pengaruh modernitas individu dan pemanfaatan teknologi
informasi terhadap minat berwirausaha generasi z pada siswa SMA di Kota Malang. Jurnal
Pendidikan Ekonomi. http://journal2.um.ac.id/index.php/jpe/article/view/32785
Palo Alto, CA: Davies-Black Mulyono, Sugeng dan Kresnaini, Enlik. (2015). Memetakan
Perubahan Organisasi dalam Desain Learning Organization pada Usaha Kecil Menengah di
Kota Malang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 18(1): 101-118
Pratiwi, I., Moeliono, N., S1, P., Bisnis, A., Komunikasi, F., Bisnis, D., & Telkom, U. (2015).
Pengaruh Celebrity Endorser Maudy Ayunda Terhadap Minat Beli Produk Teh Javana (Studi
Pada Masyarakat Di Kota Bandung). E-Proceeding of Management, 2(3), 3576–3585.
Priatmoko, S. (2018). Urgensi Pendidikan Islam Dalam Keluarga. Ta’lim, 11(1), 117.
https://doi.org/10.32505/at.v11i1.531
Priyanto, A. (2020). Pendidikan Islam dalam Era Revolusi Industri 4.0. J-PAI: Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 6(2), 80–89. https://doi.org/10.18860/jpai.v6i2.9072
Rahman A. (2022). Moderasi Beragama: Implementasi Refleksi Generasi Milenial yang Bijaksana.
Jurnal Fakultas Ilmu Keislaman, 3(1), 46–52.
Rahman, A. (2019). Pendidikan Islam di Era Revolusi Industri 4.0. Komojoyo Press.
https://doi.org/10.5281/zenodo.3376797
15
Rahmat, N., Sepriadi, S., & Daliana, R. (2017). Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Melalui
Guru Kelas Di Sd Negeri 3 Rejosari Kabupaten Oku Timur. JMKSP (Jurnal Manajemen,
Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 2(2).
https://doi.org/10.31851/jmksp.v2i2.1471
Ramadhan, D., Yahya, E. S., & ... (2021). Analisis Loyalitas Wisatawan Studio Alam PAL 16
Cikole Lembang. … Research Workshop and …. https://jurnal.polban.ac.id/ojs-
3.1.2/proceeding/article/view/2885/2236
Ridho, A., Wardhana, K. E., Yuliana, A. S., & ... (2022). Implementasi Pendidikan Multikutural
Berbasis Teknologi Dalam Menghadapi Era Society 5.0. EDUCASIA: Jurnal ….
http://educasia.or.id/index.php/educasia/article/view/131
Rivai, Veithzal. (2004). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan, Cetakan Pertama.
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Riyanto, F., Astuti, S. D., Mahmud, M., & ... (2023). Hard Skill Sebagai Faktor Dominan Kesiapan
Kerja Di Era Industri 4.0. Jurnal Nusantara ….
https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen/article/view/18676
Sakinah, R. N., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Karakter Dasar
Para Generasi Muda Dalam Menghadapi Era Revolusi Industrial 4.0. Jurnal
Kewarganegaraan, 5(1), 152–167. https://doi.org/10.31316/jk.v5i1.1432
Samir, Alfin dan Larso, Dwi. (2011). Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
UKM Catering di Kota Bandung. Jurnal Manajemen Teknologi. 10 (2).
Soleh, Soemirat. (2008). Dasar-Dasar Public Relation. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Vania, A. S., Dewi, D. A., Robi’ah, F., Nugraha, I. F. C., & Furnamasari, Y. F. (2021). Revitalisasi
Pancasila dalam Memfilter Dampak Globalisasi dan Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal
16
Basicedu, 5(6), 5227–5233. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1612
Yusuf, A. I. (2023). Penguatan karakter pelajar: perspektif merdeka belajar pada Era Post Truth.
17