Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

BALANCE : Jurnal Ekonomi

p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467


pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

PENGARUH KONSUMSI RUMAH TANGGA DAN PENGELUARAN


PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI
SELATAN PERIODE 2012-2016
Andi Hakib

Universitas Muhammadiyah Makassar


andihakib@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the effect of household consumption and government spending partially on the
economic growth of South Sulawesi and to determine the dominant variable affecting the economic
growth of South Sulawesi. The type of research that is used is quantitative with econometric approach, the
data used is time series data obtained from BPS of South Sulawesi province from 2012 until 2016. Based on
the analysis of household consumption to Per Capita GRDP in South Sulawesi during the period of 2012 to
2016 shows the value of t-count larger than t-table that is 21.469> t table 4.302 with probability
value 0.002 below 0.05 or 5% means consumption variable households have a positive and significant
impact on Per Capita GRDP in South Sulawesi. Based on the result of analysis of government expenditure to
Per Capita Gross Regional Domestic Product in South Sulawesi period 2012 to show that t value is calculated
more kecill than t table that is -0,063 <t table 4,302 with probability value 0,956 above 0,05 or 5% meaning
government expenditure variable have negative effect and not significant to Per Capita GRDP in South
Sulawesi. Based on the analysis, the dominant variable affecting the economic growth of South Sulawesi is
household consumption, it can be seen from the beta value of 1.002 bigger than other beta value.

Keywords: Household Consumption, Government Expenditure, Economic Growth

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi rumah tangga dan pengeluaran
pemerintah secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dan untuk mengetahui
variabel dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Berdasarkan analisis
konsumsi rumah tangga terhadap PDRB Per Kapita di Sulawesi Selatan selama periode 2012 hingga 2016
menunjukkan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel yaitu 21,469> t tabel 4,302 dengan nilai probabilitas
0,002 di bawah 0,05 atau berarti 5% variabel konsumsi rumah tangga memiliki dampak positif dan
signifikan terhadap PDRB Per Kapita di Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil analisis pengeluaran
pemerintah terhadap Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita di Sulawesi Selatan periode 2012
menunjukkan bahwa nilai t dihitung lebih kecill daripada t tabel yaitu -0,063 <t tabel 4,302 dengan nilai
probabilitas 0,956 di atas 0,05 atau 5% artinya variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap PDRB Per Kapita di Sulawesi Selatan. Berdasarkan analisis, variabel
dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan adalah konsumsi rumah tangga,
hal ini dapat dilihat dari nilai beta 1,002 lebih besar dari nilai beta lainnya.

Kata kunci: Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Pemerintah, Pertumbuhan Ekonomi

34
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

1. PENDAHULUAN perekonomian makro daerah (propinsi,


kabupaten/kota).
Pembangunan ekonomi merupakan suatu Konsep konsumsi yang merupakan
usaha untuk meningkatkan produktifitas konsep dari bahasa inggris Consumption,
dari pemanfaatan sumberdaya potensial yang berarti pembelaanjaan yang dilakukan
yang dimiliki oleh suatu wilayah atau suatu untuk rumah tangga keatas barang-barang
negara. Sumberdaya potensial dimaksud akhir dan jasa dengan tujuan untuk
adalah sumberdaya alam, sumberdaya memenuhi kebutuhan dari orang yang
manusia, dan sumberdaya finansial. melakukan pembelanjaan tersebut.
Peningkatan produktifitas mengandung Pembelanjaan masyarakat atas makanan,
makna bahwa pemanfaatan sumberdaya pakaian dan barang-barang kebutuhan
tersebut secara ekonomis dapat diproduksi merekan yang lainnya digolongkan atas
dengan hasil yang optimal dari kapasitas pembelanjaan atau pengeluaran konsumsi.
sumberdaya yang digunakan. Upaya seperti Barang-barang yang diproduksi khusus
ini merupakan sebuah proses pembangunan digunakan oleh masyarakat untuk
ekonomi yang bertujuan untuk melakukan memenuhi kebutuhannya dinamakan barang
perubahan tingkat kesejahteraan konsumsi (Sukirno, 2011:337). Data
masyarakat yang lebih baik dari keadaan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia
sebelumnya. pada masa krisis 1998-2000
Berbagai studi telah dilakukan mengapa mengungkapkan bahwa terjadi penurunan
perekonomian suatu negara mengalami tingkat investasi dalam negeri, dan tingkat
pertumbuhan, baik pertumbuhan positif ekspor yang rendah namun disisi lain
maupun pertumbuhan negatif. Teori tercapai pertumbuhan ekonomi sekalipun
ekonomi klasik menyatakan bahwa dalam tingkat pertumbuhan yang rendah.
pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh Fakta tersebut juga mengungkapkan
faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga bahwa pertumbuhan perekonomian makro,
kerja, dan teknologi. Jadi untuk tidak serta merta berimplikasi langsung
meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka pada kondisi ekonomi mikro. Hal ini dapat
diperlukan peningkatan pemanfaatan faktor- dijelaskan melalui perilaku konsumsi
faktor tersebut. Lebih spesifik lagi, dapat masyarakat. Kondisi perekonomian pada
diuraikan dalam pertanyaan berapa tingkat tahun 1997-2000 terjadi krisis, namun
pertumbuhan modal, tingkat pertumbuhan terdapat peningkatan pengeluaran
kesempatan kerja, serta peningkatan masyarakat. Fakta lain adalah peningkatan
teknologi yang dibutuhkan untuk mencapai pengeluaran pemerintah untuk peningkatan
tingkat pertumbuhan produksi tertentu. kapasitas sumberdaya manusia dan
Dengan demikian maka pertumbuhan pembangunan infrastruktur dasar telah
ekonomi dapat diukur dengan pertumbuhan menjadi pemicu peningkatan pertumbuhan
produksi nasional atau pendapatan nasional. perekonomian daerah dan nasional.
Teori Keynes menyatakan bahwa Hubungan ini dapat dilihat juga pada hasil
pertumbuhan pendapatan nasional penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
ditentukan oleh besarnya pengeluaran Ram (1986), dan Grossman (1988),
konsumsi, pengeluaran pemerintah, mengungkapkan bahwa terjadi hubungan
investasi dan net ekspor. Jadi menurut positif antara peningkatan pengeluaran
Keynes untuk meningkatkan pertumbuhan pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi
ekonomi yang diukur pada peningkatan dengan mengabaikan disagregasi
pendapatan nasional maka diperlukan pengeluaran tersebut.
peningkatan permintaan konsumsi, Sementara itu perkembangan
permintaan pengeluaran pemerintah, pengeluaran pemerintah juga mengalami
permintaan investasi, serta permintaan peningkatan dari tahun ke tahun. Tercatat
ekspor dan impor. Implementasi kedua dua jenis pengeluaran pada format lama
konsep dan teori tersebut (klasik dan APBD yaitu pengeluaran rutin dan
Keynesian) dapat digunakan untuk pengeluaran pembangunan. Kemudian pada
menghitung pertumbuhan ekonomi baik tahun 2003, format APBD tersebut berubah
pada skala nasional maupun pada skala dengan format baru dimana pos pengeluaran

35
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

pembangunan menjadi belanja aparatur Berbagai faktor pendukung kinerja


daerah yang meliputi belanja administrasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan
umum, belanja operasi dan pemeliharaan, tahun 2012 yaitu dari sisi permintaan
dan belanja modal dan pengeluaran rutin yang tetap tumbuh tinggi, terutama
menjadi belanja pelayanan publik yang didukung oleh kinerja investasi dan
meliputi belanja administrasi umum, belanja konsumsi. Sementara dari sisi penawaran
administrasi dan pemeliharaan serta tingginya kinerja perekonomian Sulawesi
belanja modal. Selatan yaitu dari sektor pertanian dan
Pada skala perekonomian makro daerah, sektor pertambangan yang tumbuh positif
pertumbuhan ekonomi diukur melalui dan sektor industri, sektor konstruksi,
pertumbuhan produk domestik regional sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa
bruto (PDRB). Berdasar pada pendekatan tetap tumbuh hingga akhir tahun 2012.
Keynes tersebut bahwa pertumbuhan Demikian juga dengan inflasi pada triwulan
pendapatan ditentukan oleh peningkatan I 2013 di Sulawesi Selatan cukup tinggi
permintaan pengeluaran faktor-faktor yaitu di kisaran 4,61% bila dibandingkan
penentunya yaitu konsumsi, pengeluaran dengan periode yang sama tahun 2012 yaitu
pemerintah, investasi dan ekspor dan 4,41% dan masih lebih rendah disbanding
impor. Hubungan antara pengeluaran nasional 5,90%. Pengaruh cuaca dan
konsumsi, pengeluaran pemerintah kebijakan pembatasan inpor hortikultura
terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi antara lain yang menjadi penyebab naiknya
menarik untuk dikaji ketika hasil kajian harga kelompok bahan makanan disamping
Solow mengatakan bahwa investasi peningkatan harga properti dan bahan
bukanlah satu-satunya kunci penentu bangunan.
pertumbuhan ekonomi.
Kondisi perekonomian Sulawesi Selatan 2. METODE
secarah menyeluruh masih menunjukkan
perkembangan yang positif. Pertumbuhan a. Uji Asumsi Klasik
perekonomian Sulawesi Selatan pada Untuk mengetahui apakah model regresi
triwulan I tahun 2013 adalah sebesar 7,79 % estimasi baik atau tidak dan memberikan
pertumbuhan ini lebih rendah bila hasil yang akurat serta efisien dalam
dibandingkan dengan pertumbuhan pendugaan, pengujian, dan peramalan maka
ekonomi pada triwulan I tahun 2012 yaitu model regresi tersebut perlu terlebih dahulu
sebesar 7,95 % dan lebih tinggi bila diuji asumsi klasik.
dibandingkan secara nasional pada periode Uji normalitas
yang sama tahun 2013 yang baru mencapai Uji normalitas merupakan salah satu
0,02%. Secara umum capaian kinerja bagian dari uji persyaratan analisis data atau
tersebut didukung oleh pertumbuhan pada uji asumsi klasik, artinya sebelum
sektor pertanian pada angka sebesar melakukan analisis yang sesungguhny, data
15,67%, sektor industri pengolahan sebesar penelitian tersebut harus di uji kenormalan
1,43%, sektor listrik gas dan air sebesar distribusinya. Uji normalitas bertujuan
0,78%, dan sektor perdagangan, hotel, untuk menguji apakah data penelitian yang
restoran yang tumbuh 0,48%. Sedangkan dilakukan memiliki distribusi yang normal
sektor-sektor lainnya yang mengalami atau tidak. Adapun dasar pengambilan
penurunan adalah sektor pertambangan keputusan memenuhi normalitas atau tidak,
dan penggalian (minus 11,31%), sektor adalah sebagai berikut:
kontruksi (4,43%), sektor jasa-jasa (minus 1) Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05
3,27%), sektor keuangan, persewaan dan maka data tersebut berdistribusi normal,
jasa perusahaan sebesar (1,12%) dan sektor maka model regresi memenuhi asumsi
pengangkutan dan komunikasi (minus normalitas.
0,54%). Demikian pula pada tahun 2012 2) Jika nilai signifikan lebih kecil dari
angka pertumbuhan mencapai 8,397% 0,05 maka data tersebut tidak
lebih tinggi daripada pertumbuhan tahun berdistribusi normal, maka model regresi
sebelumnya yaitu 7,61% dan pertumbuhan tidak memenuhi asumsi normalitas.
nasional yaitu 6,23%.

36
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

Uji Multikolinieritas <nilai t tabel maka H0 gagal ditolak artinya


Uji multikolonieritas bertujuan untuk variabel individu tidak berpengaruh
menguji apakah model regresi ditemukan terhadap variabel dependen secara
adanya kolerasi antar variabel bebas signifikan.
(independent). Model regresi yang baik Bila dengan membandingkan
seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara probabilitasnya pada derajat keyakinannya
variabel bebas (tidak terjadi 5% maka bila probabilitas<0,05, berarti
multikolinieritas). Jika variabel bebas saling variabel independen berpengaruh terhadap
berkoleraji, maka variabel-variabel ini tidak variabel dependen secara signifikan.
ortogonal adalah variabel bebas yang nilai Sebaliknya, bila probabilitas lebih dari 0,05
korelasi antar sesama variabel bebas maka variable independen tidak
sama dengan nol. Dasar pengambilan berpengaruh secara signifikan. Hipotesis
keputusan keputusan pada uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Multikolonieritas dapat dilakukan dengan hipotesis yang digunakan melalui uji
melihat nilai Tolerance dan VIF (Variance hipotesis satu sisi
Inflation Factor). Melihat nilai tolerance 1) Jika hipotesis positif
yaitu: H0 : βi ≤ 0
a) Jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,10 Ha : βi > 0
maka artinya tidak terjadi 2) Jika uji hipotesis negatif
Multikolinieritas terhadap data yang di H0 : βi ≥ 0
uji. Ha : βi < 0
b) Jika nilai Tolerance lebih kecil dari 0,10 Jika T-tabel ≥ t-hitung maka H0 diterima
maka artinya terjadi Multikolinieritas berarti variabel independen secara
terhadat data yang di uji. individual tidak berpengaruh secara
Melihat nilai VIF (Variance Inflation signifikan terhadap variable dependen
Factor) adalah : sebaliknya, Jika t-tabel < t-hitung maka H0
a) Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00 maka ditolak berarti variabel independen secara
artinya tidak terjadi Multikolinieritas individu berpengaruh secara signifikan
terhadat data yang di uji. terhadap variabel dependen.
b) Jika nilai VIF lebih besar dari 10,00 maka
artinya terjadi Multikolinieritas terhadap Uji Signifikan Simultan (Uji F)
data yang di uji. Uji F digunakan untuk mengetahui
Uji Heteroskedastisitas hubungan antar variabel independen,
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk apakah variabel Tingkat Konsumsi Rumah
menguji apakah dalam sebuah model Tangga (X1), dan Tingkat Pengeluaran
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari Pemerintah (X2), benar-benar berpengaruh
residual dari satu pengamatan ke secara simultan (bersama-sama) terhadap
pengamatan yang lain. variabel dependen Y (PDRB Per Kapita). Uji
F dilakukan dengan membandingkan nilai F-
b. Analisis regresi berganda hitung dan F-tabel. Untuk menghitung nilai F
Uji t Statistik statistik dapat digunakan dengan rumus
Uji-t digunakan untuk menunjukan mencari nilai F hitung dengan formulasi
apakah masing-masing variabel independen persamaan dan nilai F kritis dari tabel
berpengaruh terhadap variabel dependen. distribusi F. Nilai F kritis berdasarkan
Pengujian ini dapat dilakukan dengan besarnya α dan df dimana besarnya
membandingkan hasil dari t hitung dan t ditentukan oleh numerator (k-1) dan df
tabel atau dapat juga dilakukan dengan untuk denominator (n-k). Adapun dasar
memebandingkan probabilitasnya pada pengambilan keputusan dalam uji simultan
derajat keyakinan tertentu. Jika nilai (uji F) yaitu:
sig<0,05, atau t hitung > nilai t tabel maka 1) Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima
H0 ditolak atau menerima Ha artinya dan Ha ditolak yang artinya variabel
variabel independen berpengaruh terhadap independen secara bersama-sama tidak
variabel dependen secara signifikan. mempengaruhi variabel dependen secara
Sedangkan, jika nilai sig>0,05, atau t hitung signifikan.

37
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

2) Jika F-hitung > F tabel maka H0 ditolak Uji Asumsi Klasik


dan Ha diterima, artinya variabel Uji asumsi klasik bertujuan untuk
independen secara bersama-sama menberikan kepastian bahwa regresi yang
mempengaruhi (negatif/positif) variabel diperoleh memiliki ketepatan dalam
dependen secara signifikan. estimasi, tidak bias dan konsisten. Adapun
Koefisien Determinasi (R2) uji asumsi klsiak yang digunakan dalam
Kooefisien R2 digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
mengukur seberapa baik regresi sesuai a. Uji Normalitas
dengan data yang aktualnya. Artinya Uji normalitas dilakukan untuk
semakin besar R2 pengaruh model dalam mengetahui apakah data penelitian
menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berdistribusi normal atau tidak. Dalam
terletak antara 0 dan 1. Semakin mendekati penelitian ini, digunakan uji Kolmogorov-
angka satu maka semakin baik garis regresi Smimov. Pengujian dilakukan dengan
dan sebaiknya jika mendekati angka 0 maka bantuan program SPSS. Uji normalitas
garis regresi kurang baik. Koefisien dilakukan terhadap seluruh variabel
determinasi (R2) berfungsi untuk penelitian, yang berarti ada 3 hasil uji
mengetahui berapa persen pengaruh yang normalitas, yaitu variabel PDRB Per Kapita
diberikan variabel independen secara (Y), Konsumsi Rumaha Tangga (X1),
simultan terhadap variabel dependen. Pengeluaran Pemerintah (X2). Berikut
3. HASIL DAN PEMBAHASAN adalah output analisisnya.

Sumber: Data Diolah 2018

Sebagaimana terlihat dalam grafik b. Uji Multikolinearitas


Normal P-P plot of regression Standardized Uji multikolinearitas adalah uji untuk
Residual , terlihat bahwa titik – titik mengatahui apakah terdapat suatau
menyebar disekitar garis diagonal , serta hubungan linear antara masing-masing
penyebarannya mengikuti arah garis variabel independen di dalam model regresi.
diagonal (membentuk garis lurus ), maka Multikolinearitas ini biasa terjadi ketika
dapat dikatakan bahwa data berdistribusi sebagian besar variabel yang digunakan
normal dan model regresi layak dipakai saling terkait satu sama lain di dalam model.
untuk memprediksi pertumbuhan ekonomi Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas
berdasarkan variabel bebasnya. dengan melihat nilai tolerance dan VIF

38
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

(Variance Inflation Factor). Berikut adalah lebih kecil dari 10,00. Sehingga dapat
output dari uji Multikolinearitas: disimpulkan bahwa tidak terjadi
Multikolonieritas berdasarkan pada nilai
Tabel 1. Uji Multikolinearitas tolerance dan VIF tersebut.

Keputusan c. Uji Heteroskedastisitas


Variabel Bebas Tolerance VIF terhadap Tujuan dari pengujian ini adalah untuk
Asumsi
Konsumsi rumah 7,3
menguji apakah dalam sebuah model
0,136 Terpenuhi regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari
tangga(X1) 45
Pengeluaran 7,3 residual dari satu pengamatan ke
0,136 Terpenuhi
pemerintah(X2) 45 pengamatan yang lain. Jika varians dari
Sumber: Data Diolah 2018 residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Berdasarkan output pada tabel 4.5 dapat Homoskedastisitas, dan jika varians
diketahui bahwa nilai Toerance variabel berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model
Konsumsi Rumah Tangga (X1) sebesar 0,136 regresi yang baik adalah tidak terjadi
lebih besar dari 0,10, sementara variabel Heteroskedastisitas. Hasil pengujian
Pengeluaran Pemerintah (X2) yakni 0,136 ditunjukkan dalam tabel berikut:
lebih besar dari 0,10. Sementara itu, nilai VIF
variabel Konsumsi Rumah Tangga (X1) yakni
7,345 lebih kecil dari 10,00, dan variabel
Pengeluaran Pemerintah (X2) sebesar 7,345

Sumber: Data Diolah 2018

Berdasarkan grafik Scatterplot tersebut, Analisis Regresi Berganda


terlihat titik –titik menyebar secara acak dan Analisis regresi merupakan alat untuk
tidak membentuk suatu pola tertentu yang meramalkan nilai peubah variabel bebas
jelas, serta tersebar baik diatas maupun terhadap variabel terikat. Model pengaruh
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini anatar variabel bebas dengan variabel
berarti tidak terjadi heretoskedastisitas terikat dalam penelitian ini, dapat disusun
pada model regresi, sehingga model regresi dalam fungsi atau persamaan sebagai
layak dipakai untuk memprediksi berikut:
pertumbuhan ekonomi berdasar masukan
variabel independent-nya.
Tabel 2. Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa

39
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

Standardized t
Unstandardized Coefficients Sig.
Model Coefficients
B Std. Error Beta
,0
-6,36
(Constant) -70575686,889 11083124,885 2
8
4
Konsumsi 1,002 21,4 ,0
2,403
1 Rumah Tangga ,112 69 0
2
,9
Pengeluaran
-,060 ,963 -,003 -,063 5
Pemerintah
6
a. Dependent Variable: PDRB
Sumber: Data Diolah 2018

Y = β0+ β1X1+ β2X2 ekonomi sebesar 2,403 persen. Selain itu,


Y = -70575686,889 + 2,403 X1 + -0,060 X2 untuk variabel pengeluaran pemerintah di
Keterangan: Sulawesi Selatan memiliki hubungan negatif
Y = PDRB Per Kapita dan tidak signifikan pada α=5% sehingga
X1 = Konsumsi Rumah Tangga
X2 = Pengeluaran Pemerintah berpengaruh terhadap pertumbuhan
Persamaan regresi linear berganda ekonomi di Sulawesi Selatan.
tersebut menunjukkan bahwa nilai
konstanta sebesar -70575686,889, yang Koefisien Diterminasi (R2)
berarti bahwa jika variabel jumlah konsumsi Koefisien determinasi (R2) berfungsi
rumah tangga, dan pengeluaran pemerintah untuk mengetahui berapa persen pengaruh
sama dengan nol, maka besarnya yang diberikan variabel independen secara
pertumbuhan ekonomi adalah - simultan terhadap variabel dependen. Nilai
70575686,889. Variable Tingkat komsumsi koefisien detreminasi menunjukkan
rumah tangga memiliki pengaruh terhadap besarnya variasi yang dapat dijeaskan oleh
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. persamaan regresi yang dihasilkan. Untuk
Selain itu, pada nilai koefisien Konsumsi menetahui besarnya pengaruh antar
Rumah Tangga sebesar 2,403 maka variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y yang
hubungannya jika terjadi perubahan dikuadratkan (R square). Nilai R square pada
Konsumsi Rumah Tangga sebesar satu output SPSS sebagai berikut :
persen maka akan mengubah pertumbuhan

Tabel 3. Output Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
912969,9695
1 1,000 a ,999 ,999 1,391
5
a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pemerintah, Konsumsi Rumah Tangga
b. Dependent Variable: PDRB
Sumber: Data Diolah 2018
Uji Parsial (Uji-t)
Berdasarkan tabel 3, besarnya R2 (R
square) yang diperoleh dari pengolahan Uji-t digunakan untuk menunjukan
data dengan menggunakan SPSS sebesar apakah masing-masing variabel independen
0,999. Dengan demikian besarnya pengaruh yaitu konsumsi rumah tangga dan
antar variabel bebas dan variabel terikat pengeluaran pemerintah secara parsial
adalah sebesar 99,9%. Sedangkan sisanya berpengaruh signifikan terhadap variabel
sebesar 0,1% dapat dipengaruhi oleh faktor dependen yaitu PDRB Per Kapita (Y). tabel
lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini. 4.8 menunjukkan hasil analisis koefisien
regresi secara parsial sebagai berikut:

40
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

Tabel 4. Analisis Koefisien Regresi Secara Parsial

Coefficientsa
Standardized t
Unstandardized Coefficients Sig.
Model Coefficients
B Std. Error Beta
,0
-6,36
(Constant) -70575686,889 11083124,885 2
8
4
Konsumsi 1,002 21,4 ,0
2,403
1 Rumah Tangga ,112 69 0
2
,9
Pengeluaran
-,060 ,963 -,003 -,063 5
Pemerintah
6
a. Dependent Variable: PDRB
Sumber: Data Diolah 2018
Pemerintah berpengaruh negatif dan
a. Diketahui nilai Sig. Untuk pengaruh X1 tidak signifikan terhadap PDRB Sulawesi
terhadap Y adalah sebesar 0,002 < 0,05 Selatan.
dan nilai t hitung 21,469 > t tabel 4,302, Uji Simultan (Uji F)
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 Uji ini digunakan untuk mengetahui
diterima yang berarti terdapat pengaruh apakah variabel independen (X) yang
X1 terhadap Y. Konsumsi Rumah Tangga meliputi X1 (Konsumsi Rumah Tangga), dan
berpengaruh positif dan signifikan X2 (Pengeluaran Pemerintah), secara
terhadap PDRB Sulawesi Selatan. simultan berpengaruh signifikan terhadap
b. Diketahui nilai Sig. Untuk pengaruh X2 variabel dependen (Y) yaitu PDRB Per
terhadap Y adalah sebesar 0,956 >0,05 Kapita. Pada tabel 4.5 menunjukkan hasil
dan nilai t hitung -0,063 < t tabel 4,302, dari regresi secara simultan
sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 sebagai berikut
diterima yang berarti tidak terdapat
pengaruh X2 terhadap Y. Pengeluran

Tabel 5. Hasil Uji Simultan (Uji F)

Model Summaryb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 2806545503574436,000 2 1403272751787218,000 1683,562 1,391
1 Residual 1667028330614,407 2 833514165307,204
Total 2808212531905050,500 4
a. Dependent Variable: PDRB
b. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pemerintah, Konsumsi Rumah Tangga

Berdasarkan output di atas diketahui nilai signifikan terhadap Produk Domestik


signifikansi untuk pengaruh X1 dan X2 Regional Bruto (PDRB) ini terlihat dari
secara simultan terhadap Y adalah sebesar hasil analisis regresi yang dilakukan dimana
0,001 < 0,5 dan nilai F hitung 1.683,562 > F koefisien menunjukkan nilai t-hitung lebih
tabel 19,00, sehingga dapat disimpulkan besar dari t-tabel yaitu 21,469 > t tabel
bahwa secara simultan variabel independent 4,302 dengan nilai probabilitas 0.002 di
(X1 dan X2) berpengaruh terhadap variabel bawah 0,05 atau 5%. Berdasarkan tingkat
dependent (Y). konsumsi masyarakat tiap tahun mengalami
peningkatan yang signifikan dengan
Pembahasan demikian, peningkatan konsumsi rumah
Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga tangga itu sangat mempengaruhi Produk
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Domestik Regional Bruto (PDRB). Hasil
Selatan Periode 2012-2016. Konsumsi penelitian sejalan dengan penelitian yang
Rumah Tangga berpengaruh positif dan dilakukan oleh Rafiq (2016), Ernita (2013),

41
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

dan Chalid (2010), dimana ditemukan 0,05 atau 5% artinya variabel


bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga pengeluaran pemerintah berpengaruh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap negatif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. pertumbuhan ekonomi di Sulawesi
Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Selatan.
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi c. Variabel yang berpengaruh dominan
Selatan 2012-2016. Pengeluaran Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan Sulawesi Selatan adalah konsumsi rumah
terhadap Produk Domestik Regional Bruto tangga. Hal ini terlihat dari nilai Beta
(PDRB) ini terlihat dari hasil regresi yang sebesar 1,002 lebih besar dibandingkan
dilakukan dimana koefisien menunjukkan dengan nilai Beta variabel pengeluaran
nilai t hitung lebih kecill dari t tabel yaitu - pemerintah sebesar -0,003
0,063 < t tabel 4,302 dengan nilai
probabilitas 0,956 di atas 0,05 atau 5%. 5. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan tingkat pengeluaran
pemerintah yang tiap tahun mengalami Badan Pusat Statistik : Sulawesi Selatan
peningkatan dengan demekian, peningkatan Dalam Angka, Edisi 2012 - 2016.
yang terjadi itu tidak berpengrauh terhadap Basri, Zainal dan Yusman Subri Mulyadi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 2003. Keuangan Negara dan
Hasil penelitian tidak sejalan dengan Analisis Kebijakan Utang Luar
penelitian yang dilakukan oleh Rafiq (2016), Negeri. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
dan Masruf (2008), dimana ditemukan Easterly, William. 2002. The Elusive quest
bahwa pengeluaran pemerintah For growth: Economists’
berpengaruh signifikan terhadap Adventures and Misadventures in
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan analisis the Tropics, MIT Press.
data time series dengan menggunakan data Djokohadikusumo, S. 1996. Perkembangan
yang terbatas hanya 5 tahun (2012-2016), Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori
maka dengan regresi berganda, maka besar Ekonomi, Pertumbuhan Dan
kemungkinan hasil regresinya tidak Perkmbangan Ekonomi. Jakarta :
maksimal. LP3ES Grosman, P. 1998.
Government and Economic
4. KESIMPULAN growth : A Non Linear
Relationship. Public Choice.
Berdasarkan pada hasil penelitian dan Jhingan, L. M. 2012. Ekonomi Pembangunan
pembahasan yang telah diuraikan Perencanaan. Jakarta : Rajawali
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa Pers.
kesimpulan sebagai berikut : Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29
a. Berdasarkan hasil analisis konsumsi Tahun 2002 Tentang Pedoman
rumah tangga terhadap PDRB Per Pengurusan, Pertangungjawaban
Kapita di Sulawesi Selatan selama periode dan Pengawasan Keuangan Daerah
2012 hingga 2016 menunjukkan nilai t- Serta Tata Cara Penyusunan
hitung lebih besar dari t-tabel yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja
21,469 > t tabel 4,302 dengan nilai Daerah, Bappeda Provinsi Sulawesi
probabilitas 0.002 di bawah 0,05 atau 5% Selatan, Makassar.
artinya variabel konsumsi rumah tangga Palupi, Sri. 2002. “Pengaruh Pengeluaran
berpengaruh positif dan signifikan Pemerintah Daerah Terhadap
terhadap pertumbuhan ekonomi di Pertumbuhan Ekonomi Daerah (
Sulawesi Selatan. Studi Kasus Di Kabupaten
b. Berdasarkan hasil analisis pengeluaran Purworejo). Tesis-S2. Yogyakarta :
pemerintah terhadap PDRB Per Kapita MEP UGM.
di Sulawesi Selatan periode 2012 hingga Pujiani, Andi. 2009. Pengaruh Konsumsi
menunjukkan nilai t hitung lebih kecill Rumah Tangga, Investasi dan
dari t tabel yaitu -0,063 < t tabel 4,302 Pengeluaran Pemerintah terhadap
dengan nilai probabilitas 0,956 di atas

42
BALANCE : Jurnal Ekonomi
p-ISSN: 1858-2192 | e-ISSN: 268-5467
pp: 34-43 Volume 15, Nomor 1, Juni 2019

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi


Selatan
(1997-2007) , Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Samuelson, Paul dan William
Nordhaus, 2003, Makro Ekonomi,
edisi 17. Jakarta: Erlangga.
Soamole, Ema Firawati. 2005. Pengaruh
Pertumbuhan Konsumsi Rumah
Tangga, Dan Pertumbuhan
pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia tahun 1983-2003.
Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi.
Makassar.
Subri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya
Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan. Jakarta. Rajawali
Pers.

43

You might also like