Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEART FAILURE


STASE KEPERAWATAN KRITS

Pembimbing Akademik: Ns. R.A. Gabby Novikadarti, M.Kep


Pembimbing Klinik: Ns. Ika Saputri, S.Kep

Disusun Oleh:
Fadila Ramadhani
I031201074

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
Laporan Pendahuluan
Nama Mahasiswa : Fadila Ramadhani
NIM : I1031201074
Tgl. Praktek : 13 November 2023 – 18 November 2023
Judul Kasus : CHF (Congestive Heart Failure)
Ruangan : ICU RS Kota
A. Konsep CHF
1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah
lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot
jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk
waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan
menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan
dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Lilik & Budiono,
2021).
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat
lagi memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh, walaupun darah balik masih dalam keadaan normal. Gagal jantung
Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang
berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Susanti, 2023).
Dengan kata lain, gagal jantung merupakan suatu ketidakmampuan jantung
untuk 3 memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh (forward failure) atau kemampuan tersebut hanya
dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi (backward)
(Astuti, 2017).
2. Etiologi
Menurut (Astuti, 2017) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
A. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
B. Faktor interna (dari dalam jantung)
1. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
2. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
3. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
4. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut.
3. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal
jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat
mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah
dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung.
Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi
organ vital normal. Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga
mekanisme respon primer yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis,
meningkatnya beban awal akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi
ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung. Mekanisme- mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal
pada gagal jantung dini pada keadaan normal. Mekanisme dasar dari gagal
jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah
jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume
sekuncup yang harus menyesuaikan.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi,
yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah yang mengisi
jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung
dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
terganggu maka curah jantung akan menurun. Kelainan fungsi otot jantung
disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau
pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal
ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah
ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel
dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan (Rahmadhani, 2020).
4. PATHWAY
hipertensi sistemik pulmonal Hipertensi malignan
Aterosklerosis koroner Gambar 2.1 Insufiensi katup AV
stenosis katup jantung semiluner
tahanan vaskuler sistemik peradangan & penyakit miokardium
Peningkatan

pulmonal
aliran darah ke otot jantung Pengosongan jantung
Aliran darah melalui jantung terganggu mendadak
terganggu peningkatan afterload abnormal afterload
Disfungi miokard merusak serabut otot jantung
beban kerja jantung
TD Sistemik
Hipertropi serabut otot jantung meningkat
MK :Resiko
Ketidakefektifan Kontraktilitas menurun
perfusi jaringan
jantung
CHF Kiri (Gagal jantung kiri) MK : Resiko penurunan CHF Kanan (Gagal jantung kanan)
curah jantung
Tekanan vena pulmonal
COP Tekanan vena kava tekanan vena kava inferior
Suplai darah superior
Tekanan kapiler pulmonal ke otak
Suplai darah ke
jaringan Kongestivisera & jaringan perifer
Tekanan vena jugularis
MK : Kongesti paru Penurunan nutrisi & O2 ke sel Aliran balik vena
ganggua MK : Tekanan vena Kongesti Kongesti
terganggu
n dipsneu katabolisme yang tidak adekuat ketidakefektif ekstremitas vena
hepar
pertuka dari jaringan an perfusi abdomen
ran gas Penurunan kesadaran
Nyeri dada saat jaringan Edema
Kelemahan Tekanan
bernafas cerebral Statis vena
ekstremitas pembuluh abdomen
portae
MK : nyeri akut

Edema paru MK : intoleransi aktivitas


Efusi pleura MK : Anoreksia
Roncki basah asites
kelebihan MK :
volume ketidakseim
Iritasi mukosa paru Penekanan bangan
cairan
Pengembangan MK : ketidakefektifan pada nutrisi
Reflek batuk perfusi jaringan perifer
paru diafragma kurang dari
Penumpukan sekret MK : kebutuhan
Sesak nafas tubuh
Ansietas Distress
MK : ketidakefektifan MK : pernapasan
bersihan jalan nafas Ketidakefektifan
pola nafas
Kasron,2012; Smeltzer & Bare,2013;
Wijaya & Yessi,2013;
5. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis CHF menurut (Rahmadhani, 2020) seperti
berikut:
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi
jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat
berubah menjadi batuk berdahak.
b. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan
jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomondasikan semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.
1) Edema ekstremitas bawah
2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena dihepar.
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan
Sumber : (Rahmadhani, 2020).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnostik
1. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
2. Ekokardiografi
1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume
balik dan kelainan regional, model M paling sering diapakai dan
ditanyakan bersama EKG).
2) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung).
3. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung.
Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau
perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
Sumber : (Rahmadhani, 2020).
b. Laboratorium
1. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan
fungsi ginjal terapi diuretic.
2. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
3. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2
(akhir).
4. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan
kreatinin merupakan indikasi.
Sumber : (Rahmadhani, 2020).
7. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai
berikut:
a. Terapi farmakologi :
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin
converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor
blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian
laksarasia pada pasien dengan keluhan konstipasi.
b. Terapi non farmakologi :
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya
hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan
serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.
8. Komlikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada CHF seperti: edema paru, infark
miokardium akut, syok kardiogenik, emboli limpa, gangguan motorik,
perubahan penglihatan. Pasien CHF harus segera melakukan pencegahan
dini terhadap penyakit yang sedang dialami (Yunita et al., 2020)

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
2. Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun
b. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas
saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih
dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis,
diabetes melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan
mempercepat perkembangan CHF.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan,
toleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis,
tekanan darah, mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung,
pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales,
wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut
yang kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis,
warna kulit pucat, dan pitting edema.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung (D. 0008) b.d perubahan irama jantung,
Kategori: Fisiologis, Subkategori: Sirkulasi.
b. Pola napas tidak efektif (D. 0005) b.d hambatan upaya napas, Kategori:
Fisiologis, Subkategori: Respirasi.
c. Gangguan rasa nyaman (D. 0074) b.d gejala penyakit, Kategori:
Psikologis, Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan.
d. Intoleransi aktivitas (D. 0056) b.d kelemahan, Kategori: Fisiologis,
Subkategori: Aktivitas dan Istirahat.
3. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(PPNI, 2018a) (PPNI, 2018c) (PPNI, 2018b)
1. Penurunan Curah Jantung Tujuan : Perawatan Jantung (I. 02075)
(D. 0008) b.d perubahan Setelah dilakukan intervensi, Observasi

irama jantung, Kategori: diharapkan curah jantung dapat - Identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah
Fisiologis, Subkategori: meningkat dalam ….x 24 jam. jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
Sirkulasi. paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
Curah Jantung (L.02008)
Kriteria Skala - Identifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah
Hasil
jantung (meliputi peningkatan berat badan,
Kekuatan nadi 5 (meningkat)
perifer hepatomegall, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
Ejection 5 (meningkat) basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
fraction
Dispnea 5 (menurun) - Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
CRT 5 (membaik) ortostatik, jika perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit,
enzim jantung, BNP NTpro-BNP)
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan fungsi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. beta blocker, ACE inhibitor,
calcium channel blocker, digoksin)
Terapiutik
- Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki
ke bawah atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten,
sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya
hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika
perlu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual Berikan
oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
2. Pola napas tidak efektif (D. Tujuan : Manajemen Jalan Napas (I. 01011)
Setelah dilakukan intervensi, Observasi
0005) b.d hambatan upaya
diharapkan pola napas dapat - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
napas, Kategori: Fisiologis,
Subkategori: Respirasi. membaik dalam ….x 24 jam.
Pola Napas (L.01004) - Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgiling, mengi,
Kriteria Skala wheezing, ronkhi kering)
Hasil
Dispnea 5 (menurun) - Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Frekuensi 5 (membaik) Terapeutik
Napas
Kedalaman 5 (membaik) - Pertahanan kepatenan jalan napas dengan head-tift dan
Napas chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
- Posisikan Semi-Fowler atau Fowler
- Berikan minuman hangat Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan proses McGill
- Berikan Oksigen, Jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, Jika tidak
komtraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, Jika perlu
3. Gangguan rasa nyaman (D. Tujuan : Manajemen Nyeri (I. 08238)
0074) b.d gejala penyakit, Setelah dilakukan intervensi, Observasi

Kategori: Psikologis, diharapkan status kenyamanan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Subkategori: Nyeri dan dapat meningkat dalam ….x 24 kualitas, intensitas nyeri Identifikasi skala nyeri
Kenyamanan. jam. - Identifikasi respon nyeri non verbal Identifikasi faktor
Status Kenyamanan (L.08064)
Kriteria Skala yang memperberat dan memperingan nyeri
Hasil - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Keluhan tidak 5 (menurun)
nyaman - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Gelisah 5 (menurun) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan yang dilakukan untuk membandingkan
status keadaan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang ditetapkan.
Evaluasi adalah tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang digunakan
untuk dapat menentukan suatu keberhasilan asuhan keperawatan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment,
planning). Untuk memudahkan perawat dalam mengevaluasi atau memantau
perkembangan klien, digunakan komponen SOAP. Pengertian SOAP (Mona
& Ngudi, 2018) yaitu:
a. S artinya data subjektif. Perawat dapat menuliskan keluhan pasien yang
masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. O artinya data objektif. Data objektif yaitu data berdasarkan hasil
pengukuran atau hasil observasi perawat secara langsung pada klien dan
yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
c. A artinya analisis. Interpensi dari data subjektif dan data objektif.
Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang
masih terjadi atau juga dpat dituliskan masalah diagnosa baru yang
terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah terdentifikasi
data dalam data subjektif dan objektif.
d. P artinya planning. Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi atau perencanaan yang ditambahkan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentuka sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. P. T. (2017). Gagal Jantung. Ilmu Penyakit Dalam, 1–15.
Lilik, N. I. S., & Budiono, I. (2021). Risiko Kematian Pasien Gagal Jantung
Kongestif (GJK): Studi Kohort Retrospektif Berbasis Rumah Sakit.
Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, 1(3), 388–395.
Mona, & Ngudi. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CL (
CLEFT LIPS ) / CP ( CLEFT PALATE ).
PPNI. (2018a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (D. PPNI (ed.); Edisi 1).
PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
(Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2018c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
Rahmadhani, F. N. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF) YANG DI RAWAT DI RUMAH
SAKIT. POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN.
Susanti, A. A. (2023). Asuhan Keperawatan Penatalaksanaan Penurunan Curah
Jantung Pada Tn.T Dengan Congestive Heart Failure (Chf) Dengan Slow
Deep Breathing Di Rsud.Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto. 3(1), 107–
112.
Yunita, A., Nurcahyati, S., & Utami, S. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Pasien Tentang Pencegahan Komplikasi Congestive Heart Failure (Chf).
Jurnal Ners Indonesia, 11(1), 98. https://doi.org/10.31258/jni.11.1.98-107

You might also like