Professional Documents
Culture Documents
Sanad Dan Matan
Sanad Dan Matan
ULUMUL HADITS
Rahma FTK.11.22.035
Asmawati FTK.11.22.009
2022/2023
KATA PENGANTAR
rahmat dan pentunjuk-nya kepada kita sekalian. Semoga sholawat serta salam
senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi besar muhammad saw beserta
ridho dan berkah-Nya kepada siapa saja yg membaca makalah ini aamiin.
Kolaka, 10-Maret-2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
dan kualitas hadits pada saat mempelajari hadits Nabi dengan cara melalui
sanad dan matan hadist tersebut. Sanad dan matan merupakan kedua unsur
yang sangat penting, dimana antara sanad dan matan sama-sama memiliki
hubungan yang erat terhadap suatu hadits jika salah satu diantara sanad dan
matan tidak ada, maka memiliki pengaruh yang terhadap hadits dan dapat
Sanad dan matan dalam penilaian suatu hadits adalah dua unsur yang
sangat penting dan menentukan kualitas hadits. Sehingga yang menjadi objek
B. Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hadist Shahih
Kata shahih menurut bahasa dari kata
yang menurut bahasa berarti yang sehat, yang selamat,
yang benar, yang sah dan benar. Para ulama’ biasa menyebut kata itu
sebagai lawan kata dari kata (sakit). Maka hadist menurut bahasa
berarti hadist yang sah, hadist yang sehat atau hadist yang selamat.
2. Hadist Hasan
3. Hadist Dhaif
Kata dhaif menurut bahasa yang berarti lemah, sebagai lawan dari yang
kuat. Sebagai lawan kata dari kata shahih, kata Dhaif secara bahasa berarti Hadist
yang lemah, yang sakit, atau tidak kuat.Secara terminologis, para ulama
mendefinisikan secara berbeda-beda. Akan tetapi pada dasarnya mengandung makna
yang sama.
Matan secara bahasa berarti punggung jalan {muka jalan}tanah yang keras dan
tingggi. Dan menurut istilah matan adalah bunyi atau kalimat yang terdapat dalam
hadits yang menjadi isi riwayat. Apakah hadits tersebut berbentuk qaul {ucapan}, fi’ il
{perbuatan}, dan taqrir {ketetapan dan sebagainya} dari rasulullah SAW.
Latar belakang sejarah periwayatan hadits sejak mulai di dominasi oleh tradisi
penuturan {shafahiyah} setidaknya hingga generasi tabi’ in dan amat sedikit data
hadits yang tertulis. Tradisi riwayat semacam itu memposisikan silsilah keguruan
dalam proses pembelajaran menjadi penentu data kesejarahan hadits, karena kecil
kemungkinan menyandarkan kepada dokumentasi hadits. Upaya antisipasi terhadap
gejala pemalsuan hadits ternyata efektif bila di tempu dengan mengidentifikasi
kepribadian orang oranng yang secara berantai meriwayatkan hadits yang di duga
palsu. Proses penghimpunan hadits secara formal memakan waktu yang lama {sejak
abad ke 2 hijriah hingga 3 abad kemudian} melibatkan banyak orang dengan pola
koleksi, cara seleksi dan sistematika yang beragam. Namun tanpa ada kesepakatan
sebelumnya, telah terjadi kekompakan di kalangan ulama kolektor hadits dalam
mempotensikan sanad sebagai mahkota bagi keberadaan matan, terbukti hampir
seluruh kitab koleksi hadits menempatkan rangkaian sanad sebagai pengantar
riwayat, minimal nama perawi terutama pada pola penyajian hadits
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. hadits shahid
2. hadits hasan
3. hadits dhaif
2. bahasa tamsil
3. ungkapan simbolik
4. bahasa percakapan
5. ungkapan analogi
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA