Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan

Vol. 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI PENYEBAB PENYAKIT


BERCAK DAUN PADA SEMAI PINUS DI PERUM PERHUTANI BKPH
PURWOREJO, KPH KEDU SELATAN
Isolation, identification and characterization of leaf spot disease causal agent on pine
seedling at Perum Perhutani, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan

Nur Hidayati¹, Siti Husna Nurrohmah¹, dan Fithry Ardhany¹


¹Kontributor Utama, ¹Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan,
Jl. Palagan Tentara Pelajar KM 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Indonesia
email penulis korespondensi: inunghidayati@yahoo.com

Tanggal diterima: 09 April 2020, Tanggal direvisi: 09 April 2020, Disetujui terbit: 19 Juni 2020

ABSTRACT
Pinus merkusii, a multiuse tree, is cultivated at Indonesian Plantation. Pinus plantation have been threatened by
rust/spot leaf disease. The pathogen has infected pinus seedlings at Perum Perhutani, BKPH Purworejo, KPH
Kedu Selatan and cause high mortality. The aims of this research to identify pathogen causing rust/spot leaf
thus information how to control can be observed. Pathogens were isolated from infected leaves, and grown on
the potato dextrose agar (PDA) and observed macroscopis and microscopis and identified. The pathogens also
were inoculated to healthy seedlings (Postulat Koch Test). The result shows that pathogen causing rust/spot leaf
on seedlings pine is Pestalotia sp with characteristic white colony, hypha has acervuli with conidia that have 2-
5 septums and 3 or 5 whip like structures at the edge. Potulat Koch test indicated that inoculated healthy
seedling shows similar symptom with infected seedlings. Rust/spot leaf has similar symptom and sign. Spot or
rust appear on leaves started from edge and spread to base. At first, spots were formed in small size and
separate each other but they developed and became larger and fused.
Keywords: pathogen, Pestalotia sp, inoculation, acervuli, hypha

ABSTRAK
Pinus merkusii merupakan tanaman serbaguna yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Namun budidaya
tanaman pinus kini tengah menghadapi serangan penyakit bercak daun. Penyakit ini juga menyerang semai
pinus di Perum Perhutani, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan dan menyebabkan tingkat kematian yang
tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi patogen penyebab karat daun pada semai pinus
sehingga dapat diketahui cara mengendalikannya. Patogen diisolasi dari daun yang terinfeksi, ditumbuhkan pada
media potato dextrose agar (PDA). Selanjutnya diamati baik secara makroskopis maupun mikroskopis dan
diidentifikasi. Kemudian diinokulasi pada tanaman sehat (uji Postulat Koch). Hasil identifikasi menunjukkan
bahwa patogen penyebab penyakit bercak daun pada semai pinus adalah Pestalotia sp. yang dicirikan dengan
koloni berwarna putih, hifa memiliki aservuli dengan konidia bersekat 2-5 dan pada ujungnya terdapat seperti
bulu cambuk berjumlah 3 atau 5. Hasil Uji postulat Koch pada semai pinus sehat yang diinokulasi menunjukkan
gejala yang sama dengan semai yang telah terinfeksi. Semai yang terinfeksi patogen bercak daun mengalami
gejala pada daun-daunnya muncul bercak-bercak kuning diawali dari pucuk daun jarum menyebar kearah
pangkal. Bercak terpisah tidak beraturan tapi kemudian membesar dan menyatu.
Kata kunci: patogen, Pestalotia sp, inokulasi, aservuli, hifa

I. PENDAHULUAN
kondisi hidrologis kawasan bahkan juga
Pinus termasuk dalam jenis pohon serba mendukung industri ekowisata (Sutarman,
guna terutama dalam produksi kayu dan getah 2018). Oleh karena itu, hutan pinus perlu
(Supriyanto & Iskandar, 2018). Getah sadapan dikembangkan dan dikelola dengan baik. Salah
merupakan hasil utama dari pohon pinus serta satu hal yang diperlukan untuk mendukung
kayunya juga dapat diolah untuk pembuatan pengembangan hutan pinus adalah penggunaan
korek api, kertas serat panjang, pulp dan sebagai bibit-bibit pinus yang sehat dan berkualitas.
bahan baku kontruksi. Selain itu pinus juga Pengadaan bibit tanaman kehutanan yang
berperan dalam menjaga serta mengendalikan berkualitas, baik dalam jumlah yang cukup dan

21
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

waktu yang tepat merupakan salah satu faktor pada tanaman karena merusak daun sehingga
penentu keberlangsungan pengelolaan hutan. dapat menghambat proses fotosintesis dan bisa
Dalam budidaya hutan, serangan hama dan menyebabkan kematian pada bibit tanaman,
penyakit menjadi salah satu faktor pembatas dalam skala luas dapat menyebabkan gagal
yang menentukan keberhasilan penanaman baik tanam (Anggraeni, 2009; Anggraeni &
di persemaian maupun di lapangan (Suharti & Mindawati, 2011). Tanaman yang terinfeksi
Kurniaty, 2013). Kesehatan tanaman di bercak daun biasanya akan menjadi lemah
persemaian merupakan langkah awal yang sehingga akan memicu tanaman untuk
menentukan keberhasilan penanaman. Adanya memproduksi buah yang mengakibatkan
penyakit di persemaian, yang disebabkan oleh menipisnya cadangan makanan yang terdapat
patogen dapat menyebabkan kematian tanaman pada akar yang dikuti kematian ranting bahkan
pada tingkat semai sehingga menimbulkan tanaman itu sendiri juga mati. Hal tersebut dapat
kekurangan jumlah bibit. Persemaian menjadi menyebabkan terjadinya penurunan hasil panen.
faktor yang menentukan dalam penyediaan Kerugian akibat serangan penyakit bercak daun
bibit. Umur semai yang seragam dan jenis yang sulit diprediksi karena dampaknya bisa
sama akan memudahkan bibit tanaman diserang dirasakan hingga beberapa tahun setelah
oleh patogen (Saragi, Firdara, & Putir, 2019). munculnya serangan (Semangun, 2006).
Menurut Sutarman (2018), adanya gangguan Dampak serangan bercak daun perlu segera
patogen penyebab penyakit merupakan salah diminimalkan dengan melakukan pencegahan
satu faktor yang mengancam keberlangsungan dan pengendalian sebelum terjadinya wabah,
hutan pinus. mengingat banyak faktor yang dapat
Tanaman di persemaian biasanya banyak menyebabkan peningkatan intensitas serangan
diserang oleh penyakit karat, bercak daun, bercak daun bahkan dapat terjadi wabah.
mosaik, embun tepung dan sebagainya (Irawan, Menurut Sutarman dan Prihatiningrum (2015)
Anggraeni, & Christita, 2015). Salah satu perubahan iklim dapat memicu terjadinya
penyakit yang dijumpai pada tanaman pinus wabah. Perubahan iklim dapat menimbulkan
adalah penyakit bercak daun/hawar daun gangguan oleh faktor biotik antara lain
terutama di persemaian. Penyakit bercak daun munculnya ataupun meningkatnya serangan
merupakan penyakit pada daun di persemaian hama dan patogen. Jamur patogen sangat
yang banyak disebabkan oleh berbagai patogen dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu sehingga
antara lain Pestalotia sp, Cercospora sp perubahan lingkungan akan memicu resiko
(Bambang, Diba, & Anwari, 2019; Hariyanto, serangan penyakit, oleh karena itu perlu
Jumani, & Heni, 2014; Irawan et al., 2015; menjaga dan memantau perkembangan penyakit
Suharti & Kurniaty, 2013), Colleotrichum sp pada tanaman (Garret et al., 2016; Raitelaitytė,
(Irawan et al., 2015), Lasidioplodia sp, Rutkauskas, & Žukauskienė, 2016).
Helminthosporium sp, dan Gloesporium sp Penyakit karat/bercak/hawar daun telah
(Anggraeni, 2009). Penyakit bercak daun pada menyerang pinus di hampir seluruh persemaian
umumnya menyerang daun-daun bagian bawah utama hutan pinus di kawasan Jawa Timur
kemudian menyebar pada daun bagian atas. (Sutarman & Prihatiningrum, 2015). Semai
Gejala bercak daun muncul pada daun, tangkai Pinus di persemaian BKPH Purworejo, KPH
daun bahkan batang. Selanjutnya bercak Kedu Selatan, Perum Perhutani Jawa Tengah
berubah menjadi pustul seperti karat juga menunjukkan gejala serangan bercak daun
(Rabuansyah, Iskandar, & Suryatini, 2014). bahkan menyebabkan kematian. Agar dapat
Penyakit bercak daun bisa jadi belum menetapkan cara mengendalikan serangan
menimbulkan kerugian secara ekonomis namun bercak daun maka hal pertama yang harus
secara fisiologis menyebabkan kerugian besar dilakukan adalah kegiatan identifikasi

22
Isolasi, Identifikasi dan Karakteristik Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Semai Pinus
di Perum Perhutani BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan
Nur Hidayati, Siti Husna Nurrohmah dan Fithry Ardhany

mikroorganisme atau patogen yang 1. Alat


menyebabkan terjadinya penyakit. Patogen Alat yang digunakan meliputi baki,
dapat diidentifikasi dengan cara mengisolasi polibag, gelas objek, cover glass, beaker glass,
mikroorganisme patogen dari tanaman yang gunting, botol kultur, sprayer, plastik, pita,
terinfeksi. Dalam kegiatan identifikasi perlu spidol, kain, kamera, timbangan digital, wadah,
dilakukan kegiatan isolasi terlebih dahulu untuk sendok, botol Schott Duran, autoklaf,
memperoleh mikroorganisme yang menjadi alumunium foil, Laminar Air Flow (LAF),
penyebab penyakit sehingga dapat diperoleh bunsen, korek, cawan petri, wrapping plastic,
informasi tentang patogen tersebut. Isolasi label, pinset, tissu, scalpel, batang Drygalski
adalah proses yang bertujuan untuk memperoleh (alat perata), kain saring, mikrotube, mikroskop,
biakan murni suatu mikroorganisme tertentu masker, ember, haemocytometer, alat tulis,
dengan cara memisahkan mikroorganisme dari mikropipet dan tip.
populasi beragam dan menumbuhkannya pada
C. Metode penelitian
media buatan. Inokulasi merupakan proses
penularan patogen dari sumber inokulum 1. Sterilisasi alat
terhadap tanaman yang sehat. Setelah dilakukan Sterilisasi dilakukan untuk mensterilkan
inokulasi tanaman dapat terinfeksi patogen alat dan bahan yang akan digunakan dengan
sehingga timbul gejala penyakit. Langkah menggunakan autoklaf®. Sterilisasi alat
selanjutnya adalah identifikasi yaitu kegiatan dilakukan selama 30 menit dan bahan selama 20
untuk mencocokkan antara gejala tanaman yang menit pada suhu 121°C tekanan 1 atm.
terinfeksi patogen serta gambaran patogen yang
2. Pembuatan media potato dextrose agar
diperoleh dari hasil isolasi dengan informasi
(PDA)
terdahulu baik dari buku, jurnal dan pustaka
lainnya (Perhutani, 1999). Penelitian ini Potato Dexrose Agar (PDA)® ditimbang
bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit 23,4g dimasukkan ke dalam botol Schott Duran
bercak daun pada semai Pinus di BKPH kemudian ditambah 600ml aquades,
Purworejo, KPH Kedu Selatan, Perum Perhutani dihomogenkan dengan digojog secara manual,
Jawa Tengah. kemudian disterilisasi di autoklaf pada suhu
121°C tekanan 1 atm selama 20 menit.
II. BAHAN DAN METODE Penuangan media pada cawan petri dilakukan
dalam keadaan steril di LAF (Laminar Air
A. Waktu dan lokasi penelitian
Flow)®.
Penelitian dilakukan sejak tanggal 21
Januari 2019 hingga 15 Februari 2019, di 3. Persiapan isolasi jamur patogen dari
Laboratorium Hama dan Penyakit, Balai Besar beberapa semai pinus
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Langkah pertama adalah menyiapkan 4
Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH), cawan petri steril untuk meletakkan daun semai
Yogyakarta. pinus yang akan diisolasi. Patogen jamur
diisolasi dengan menggunakan metode tanam
B. Bahan dan alat penelitian
langsung yaitu mikroorganisme ditumbuhkan
Bahan yang digunakan dalam penelitian
secara langsung pada media tumbuh. Dari semai
ini, yaitu semai pinus (Pinus merkusii), pasir,
pinus yang menunjukkan gejala penyakit bercak
akuades steril, suspensi jamur Pestalotia sp.,
daun, diambil bagian yang sakit sebanyak 4
lactopenol blue, Potato Dextrose Agar (PDA)
bagian, ditanam pada media PDA kemudian
bubuk 39 gram/liter, air, sunlight, bayclin,
diberi label dan di-wrapping (ditutup
alkohol 70% dan 96%.
menggunakan plastik bagian pinggirnya). Tiap

23
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

semai diambil sebanyak 3 kali ulangan. sebanyak 20µL dengan mikropipet lalu
Pengamatan dilakukan setiap hari. Jika sudah diteteskan pada media PDA dan MEA di cawan
menunjukkan adanya miselium jamur dapat petri kemudian diratakan dengan batang
disubkultur untuk mendapatkan biakan murni. dryglaski. Jika dianggap sudah rata cawan petri
diwrap dan diberi label nama serta tanggal
4. Subkultur hasil isolasi jamur patogen
pembuatan. Plating diamati dan difoto setiap
Hasil isolasi patogen jamur pada media
hari, serta diberi tanda jika terdapat spora.
PDA yang telah tumbuh miseliumnya
disubkultur dengan cara mengambil sekotak 6. Inokulasi hasil suspensi jamur patogen
kecil bagian miselium paling luar kemudian Hasil suspensi jamur patogen yang sudah
ditanam pada media PDA baru dengan 5 kali didinginkan dalam lemari es diambil semua
ulangan sehingga didapatkan biakan murni. kemudian dimasukkan dalam sprayer dan
Subkultur diberi label serta tanggal pembuatan disemprotkan pada 4 semai pinus. Hasil analisis
dan difoto tiap dua hari sekali. jumlah konidia jamur Pestalotia sp.
menggunakan haemocytometer didapatkan
5. Panen spora hasil subkultur jamur
sebanyak 542,5 konidia/µL atau 542500
patogen
konidia/mL. Konsentrasi spora yang digunakan
Hasil subkultur dipanen sporanya dengan
untuk inokulasi sebanyak 5 x 106. Setelah
cara menyiapkan air steril sebanyak 30 mL yang
disemprot semai pinus ditutup dengan plastik
dimasukkan dalam botol steril dan semua
supaya spora menempel pada semai kemudian
bagian isolat subkultur kemudian dikocok
diberi label dan tanggal inokulasi. Inokulasi
secara manual beberapa kali selama 30 menit
diamati dengan melihat perubahan morfologi
untuk melepaskan sporanya. Selanjutnya
tanamannya.
dituang kedalam botol steril lainnya sambil
disaring dengan kain untuk mendapatkan 7. Pengamatan morfologi isolat
suspensi spora. 7.1 Makroskopis
5.1 Penghitungan spora Pengamatan dilakukan setiap hari, isolat
Hasil suspensi jamur patogen dan yang diinokulasikan pada semai pinus yang
lactopenol cotton blue diambil dengan sehat diamati perubahan morfologinya, seperti
mikropipet sebanyak 50µL lalu dimasukkan perubahan warna daun dan gugur daun.
dalam mikrotube 1,5µL kemudian dicampur Perubahan morfologi tersebut merupakan gejala
dengan cara disentil mikrotubenya. penyakit yang ditimbulkan oleh jamur patogen.
Penghitungan spora dilakukan dengan cara Penyiraman terhadap semai pinus dilakukan
mengambil suspensi dalam mikrotube sebanyak setiap hari.
20µL dengan mikropipet yang kemudian 7.2 Mikroskopis
dimasukkan disela-sela haemocytometer® lalu
Miselium jamur bagian pinggir diambil
diamati di bawah mikroskop dan dihitung
menggunakan scalpel, kemudian diletakkan
dengan menggunakan rumus:
pada gelas objek. Miselium ditetesi lactopenol
Jumlah spora =
blue sebanyak satu kali dengan volume 20µL.
Ditutup dengan gelas penutup kemudian ditekan
sudut dari gelas penutup dengan hati-hati.
Keterangan: I= Kotak bagian atas, Miselium diamati di bawah mikroskop dengan
II= Kotak bagian bawah perbesaran 40x kemudian dicari morfologi
5.2 Plating mikroskopiknya yang lengkap lalu difoto untuk
data laporan.
Hasil suspensi jamur patogen diambil

24
Isolasi, Identifikasi dan Karakteristik Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Semai Pinus
di Perum Perhutani BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan
Nur Hidayati, Siti Husna Nurrohmah dan Fithry Ardhany

8. Identifikasi jamur penyebab penyakit bahwa telah terjadi kematian semai pinus di
bercak daun KPH Kedu Selatan. Dari pengamatan gejala dan
Hasil pengamatan miselium tanda dapat diketahui semai yang mati
menggunakan mikroskop, kemudian menunjukkan adanya gejala daun-daun yang
diidentifikasi dengan cara membandingkan hasil mengering sebagian, selanjutnya bila serangan
pengamatan morfologi isolat mikroskopik berlanjut daun pada semai akan mengering
dengan buku referensi (Barnett & Hunter, secara menyeluruh. Kematian semai terjadi
1972). setelah 3 bulan penyapihan. Tabel 1.
Menunjukkan kronologi kematian semai di
D. Analisis data
persemaian Petak 51m RPH Bruno, BKPH
Pengamatan dilakukan secara Purworejo, KPH Kedu Selatan.
mikroskopis dan makroskopis kemudian data
A. Gejala dan tanda kematian semai
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
pinus
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
kematian semai pinus sampai dengan bulan Juli
Hasil pengamatan di lapangan diperoleh
2018 sebesar 66,94% dari 41.319 semai.

Tabel 1. Kegiatan persemaian pinus di RPH Bruno, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan
No. Uraian kegiatan Satuan Rencana Realisasi % Waktu
1. Penaburan benih Kg 3,20 3,20 100 26 Oktober2017
2. Benih berkecambah Plc 41.319 41.319 100
3. Penyapihan Plc 41.319 41.319 100
4. Kematian Plc 2.195 5,31 26 Februari 2018
4.505 10,9 16 April 2018
11.438 27,68 22 Mei 2018
9,521 23,04 27 Juli 2018
Jumlah kematian Plc 27,659 66,94
Sisa bibit Plc 13.660 33,06
Sumber : BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan

Kematian semai diawali dengan semai pinus. Bentuk bercak tidak beraturan
timbulnya bercak-bercak kuning pada daun dimana satu sama lain saling terpisah namun
jarum semai, yang kemudian meluas sehingga lambat laun bercak tersebut akan membesar dan
daun-daun jarum tampak menguning (klorosis). menyatu (Gambar 1).
Tanaman yang terserang parah menunjukkan Pada beberapa tanaman pertanian dan
gejala nekrosis. Bagian yang mengering lebih perkebunan, penyakit bercak daun dapat
dahulu biasanya dari pucuk daun jarum menurunkan nilai ekonomi tanaman. Pada
menjalar kearah pangkal. Daun-daun menjadi anggrek, penyakit bercak daun menyebabkan
kering dimulai dari daun-daun bagian bawah adanya lesi sehingga mengurangi keindahan dan
semai berlanjut sampai daun-daun dipucuk nilainya turun (Yimcharoen, Tongon, Song, &
semai. Pada akhirnya seluruh daun menjadi Soytong, 2019). Penyakit bercak daun yang
kering kadang tersisa bagian hijau dipucuknya disebabkan oleh Pestalotia sp juga dapat
saja sehingga menyebabkan kematian semai menurunkan produksi tanaman agrikultur segar
pinus. Hasil pengamatan menunjukan bahwa sebagai penyakit yang menyerang tanaman baik
dalam satu persemaian dapat diserang satu atau pra maupun pasca panen (Sharma &
beberapa patogen. Gejala tersebut ditandai Kulshrestha, 2015).
dengan adanya bercak berwarna coklat muda Namun pada sebagian besar tanaman,
sampai coklat tua diseluruh atau sebagian daun penyakit daun tidak menimbulkan kerugian

25
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

ekonomi yang signifikan sehingga sering kali menyebabkan pengurangan luas permukaan
tidak diperhitungkan dampaknya. Dampak efektif untuk berfotosintesis (Sinaga, 2000).
kerugian yang terbesar akibat dari penyakit Apabila luas daun untuk berfotosintesis
daun adalah pada aspek fisiologis. Fungsi daun berkurang maka pertumbuhan tanaman akan
yang merupakan organ fotosintesis akan terganggu. Jika dibiarkan akan mengakibatkan
terganggu (Anggraeni, Intari, & Darwiati, seluruh proses fotosintesis pada daun tidak
2006). Fotosintesis berperan untuk melanjutkan terjadi dan akhirnya tanaman mati (Anggraeni
segala fungsi sel dari tumbuhan. Patogen & Mindawati, 2011).

a b

Gambar 1. (a) Gejala bercak daun pada semai pinus, (b) Persemaian pinus 66,94% terserang penyakit
Berdasarkan pengamatan gejala penyakit Carissa carrandas (Jarial & Jarial, 2016) dan
pada semai pinus di Petak 51m RPH Bruno kelapa (Manikandan et al., 2019). Selanjutnya
BKPH Purworejo KPH Kedu Selatan, penyakit bercak-bercak tersebut membesar dan
utama yang menyerang tanaman pinus adalah bergabung dengan bercak lainnya sehingga
penyakit bercak daun yang disebabkan oleh bercak menjadi luas dan menutupi sebagian atau
patogen Pestalotia sp. Gejala yang timbul seluruh permukaan daun. Pada tahap
serupa dengan gejala penyakit bercak daun pada selanjutnya daun mengalami klorosis, kering
pinus ataupun tanaman lain. Pada umumnya dan gugur sebelum waktunya dan akhirnya
penyakit bercak daun yang disebabkan oleh tanaman mati (Bambang et al., 2019; Jarial &
Pestalotia sp, diawali dengan munculnya Jarial, 2016; Moustafa et al., 2015; Saragi et al.,
titik/noda/bercak kecil dengan bentuk yang 2019; Wadud et al., 2017). Di Jawa Timur
tidak beraturan (Bambang et al., 2019; dilaporkan bahwa Pestalotia theae secara
Hariyanto et al., 2014; Moustafa, Hala, El- konsisten merupakan penyebab utama penyakit
Dakar, & Alkolaly, 2015; Saragi et al., 2019; bercak daun pada tanaman pinus. Pestalotia
Suharti & Kurniaty, 2013). Warna bercak dapat menginfeksi semai pinus usia 1 bulan
bervariasi tergantung tanaman dan patogen. bahkan sampai semai yang siap tanam. Gejala
Namun pada umumnya bercak berwarna kuning yang ditimbulkan adalah daun menjadi kering
atau coklat dengan tepi lebih tebal dan warna diawali dari bagian ujung kemudian
lebih gelap (Bambang et al., 2019; Hariyanto et berkembang pada seluruh daun dan
al., 2014; Irawan et al., 2015) pada beberapa menyebabkan kematian daun yang mana daun
tanaman yang terinfeksi Pestalotia sp, warna yang jatuh atau gugur sekaligus membawa
bercak ada yang berubah menjadi abu-abu atau konidiospora yang dapat menjadi sumber
putih keabu-abuan seperti pada tanaman jabon patogen (Sutarman, 2018).
merah (Hidayah & Anggraeni, 2015), cinnamon Pestalotia sp memiliki sebaran yang
(Wadud, Fahim, Sarker, & Uddin, 2017), luas dan banyak dilaporkan sebagai jamur atau

26
Isolasi, Identifikasi dan Karakteristik Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Semai Pinus
di Perum Perhutani BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan
Nur Hidayati, Siti Husna Nurrohmah dan Fithry Ardhany

cendawan penyebab penyakit bercak daun pada Khot, 2017), P. versicolor (Jarial, Jarial,
berbagai tanaman baik tanaman pertanian, Thakur, Banyal, & Mandradia, 2017) dan
kehutanan, ornamental ataupun bunga dan buah- P. anacardii (Patil, Mehta, Deshmukh, &
buahan antara lain jabon merah (Anthocephalus Bavalgave, 2019). Pestalotia sp juga menyerang
macrophyllus) (Hidayah & Anggraeni, 2015), anggrek (Yimcharoen et al., 2019), Chamae-
Shorea belangeran (Saragi et al., 2019), cyparis lawsoniana (Motlagh & Rad, 2017), dan
Eucalyptus pellita (Arsensi, Lahjie, tanaman azalea (Rhododendron) (Moshayedi,
Simarangkir, & Mardji, 2016), Vitellaria Rahanandeh, & Hamzeh, 2017).
paradoxa (Akrofi & Amoah, 2009),
B. Isolasi dan identifikasi jamur
Cinnamomum tamala (Wadud et al., 2017).
Isolat yang teridentifikasi memiliki ciri-
P. diospyri menginfeksi tanaman Dyospiros
ciri morfologi yang dapat diamati secara
melanoxylon (Mehta, Jain, & Rajkumar, 2020).
makroskopis dan mikroskopis. Hasil isolat yang
P. longisetula menyerang stroberi (Mouden,
diidentifikasi memiliki miselium berwarna putih
Benkirane, Touhami, & Douira, 2014),
dengan tepian berwarna putih. Hal ini sesuai
P. heterocornus pada Anacordium occidentale
dengan morfologi beberapa isolat Pestalotia,
(Wonni et al., 2017), P.carissae pada Carissa
Menurut Jarial dan Jarial (2016), P. carissae sp.
carandas (Jarial & Jarial, 2016), P. psidii pada
sebagai penyebab penyakit bercak daun pada
jambu biji (Moustafa et al., 2015), P. palmarum
tanaman Carissa carandas memiliki ciri-ciri
dilaporkan telah menginfeksi tanaman kelapa
morfologis miselium berwarna putih, berbentuk
(Manikandan et al., 2019; Rahman, Adhikary,
seperti kapas dan pada waktu isolat sudah tua
Sultana, & Jahan, 2013) dan Allanblackia
berwarna abu-abu terang. Hasil penelitian
floribunda (Olasupo, Adegeye, & Olajuyigbe,
Madhi (2016) juga menyatakan bahwa
2020). Hasil penelitian penyakit bercak daun
miselium Pestalotia mempunyai karakter
pada mangga ditemukan beberapa jenis
seperti kapas berwarna putih.
Pestalotia antara lain P. mangiferae (Fatima &

a b c

Gambar 2. (a) Isolat Pestalotia sp. Hari ke-2, (b) Isolat Pestalotia sp. Hari ke-9, (c) Isolat Pestalotia sp.
Hari ke-15
Pertumbuhan isolat jamur Pestalotia sp. juga dijumpai pada daun tanaman yang
relatif lambat, meskipun telah mencapai hari ke- terinfeksi, aservuli berwarna gelap diproduksi
15, pertumbuhannya belum memenuhi cawan pada lesi yang lebih tua (Wadud et al., 2017)
petri (Gambar 2c.). Pada miselium jamur Aservuli berwarna hitam berbentuk seperti telur
Pestalotia sp yang sudah tua nampak terbentuk nampak pada permukaan daun (Manikandan et
seperti badan buah kecil berwarna hitam yang al., 2019). Aservuli pada miselium diambil
disebut dengan aservuli (Gambar 3a) (Madhi, sedikit untuk diamati dibawah mikroskop. Hasil
2016; Moustafa et al., 2015). Aservuli biasanya pengamatan menunjukkan aservuli memiliki

27
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

konidia berbentuk lonjong atau oval dengan nyaris tidak terlihat (Gambar 3b). Percabangan
bagian ujung agak meruncing. Konidia memiliki hifa bercabang dan tidak lurus, tidak bersekat,
dinding tebal berwarna hitam dan mempunyai serta berwarna gelap. Menurut Barnett dan
sekat 2-5. Pada konidia terdapat struktur seperti Hunter (1972), Konidiofor terdiri dari beberapa
rambut atau bulu cambuk dengan jumlah 3, 4 sel yang berwarna gelap dan sel ujung yang
atau 5 yang terletak pada salah satu ujungnya meruncing berwarna jemih (hialin), sedangkan
(Gambar 3b). Berdasarkan ciri-ciri tersebut bagian ujung sel terdapat dua atau lebih
jamur patogen yang menyebabkan penyakit tonjolan. Konidiosfor pendek dan simple,
bercak daun pada semai pinus adalah konidia berbentuk gelendong atau elips (Madhi,
Pestalotia sp (Barnett & Hunter, 1972). 2016), konidium bersel 5 berukuran 22-27 x 7-
Klasifikasi menurut (Streets, 1972), yaitu: 10 µm. Tiga sel yang di tengah berwama gelap,
Class : Deuteromycetes satu sel diantaranya lebih pucat dan lebih kecil
Ordo : Melanconiales dari pada dua lainnya. Sel-sel basal hialin dan
Familia : Melanconiaceae kecil dengan tangkai 4-7 µm. Sel ujung hialin,
Genus : Pestalotia kecil, dengan 3-4 seta yang lentur, dan
Spesies : Pestalotia sp. memencar dengan ukuran 17-27 x 1 µm
Karakteristik lain yang dimiliki jamur (Semangun, 2000). Pada bagian ujung
patogen ini, antara lain arah pertumbuhan yang konidiospora terdapat struktur mirip antena
ke samping, bentuk miselium kasar (Gambar 2), berukuran 25-40 µm, jumlahnya 2-3 (Sutarman,
serta konidiofor berwarna hialin pendek dan 2018).
a b

Gambar 3. (a) Isolat Pestalotia sp. yang akan diamati, (b) Konidia Pestalotia sp. di bawah mikroskop
perbesaran 40x
Mekanisme infeksi jamur patogen dapat pada umumnya, diawali propagul yang berada
terjadi melalui penetrasi langsung dengan di lingkungan yang sesuai akan berkecambah
menembus permukaan tanaman inang, melalui akan membentuk apresorium untuk melakukan
luka ataupun melalui lubang alami yaitu penetrasi. Setelah penetrasi hifa akan tumbuh
stomata. Hifa dapat menghasilkan enzim membentuk haustorium yang berfungsi untuk
kutinase yang berfungsi sebagai biokatalisator menyerap makanan dari tanaman inang.
untuk menghancurkan kutikula sehingga Selanjutnya patogen akan berkembang (Hidayah
miselium dapat tumbuh pada kutikula dan & Anggraeni, 2015)
dinding sel epidermis. Jamur patogen akan
C. Uji patogenitas (Postulat Koch)
menembus sel agar bisa memperoleh nutrisi dari
Hasil dari uji Postulat Koch dengan
sel tersebut sehingga dapat menjalankan proses
menginokulasi jamur patogen penyebab bercak
metabolisme dan reproduksi. Jamur patogen
daun pada semai pinus yang sehat menimbulkan
akan tumbuh dan berkembang pada tanaman
gejala yang sama dengan semai yang terserang
sehingga menyebabkan kerusakan pada tanaman
penyakit bercak daun (hari ke-13 setelah
(Gao, Dai, & Liu, 2010). Proses infeksi patogen

28
Isolasi, Identifikasi dan Karakteristik Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Semai Pinus
di Perum Perhutani BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan
Nur Hidayati, Siti Husna Nurrohmah dan Fithry Ardhany

inokulasi) (Gambar 4c). Hal tersebut beberapa pangkal daun. Miselium yang
menunjukkan bahwa jamur patogen yang berwarna putih itu lama-kelamaan akan berubah
menyerang persemaian pinus sesuai dengan warna menjadi coklat kemudian mengering dan
yang telah diidentifikasi. Tanaman yang tidak mati. Perkembangan pertumbuhan dan infeksi
diinokulasi (kontrol) tampak sehat tanpa ada Pestalotia sp. terhadap semai pinus cukup cepat
gejala sedangkan tanaman yang diinokulasi karena gejala diatas muncul sehari setelah
memperlihatkan gejala yaitu perubahan warna inokulasi.
daun dan juga munculnya miselium pada
a b

Gambar 4. (a) Semai pinus sebelum inokulasi, (b) Semai pinus setelah inokulasi (0 hari), (c) Semai pinus setelah
inokulasi (13 hari)
Gejala tersebut menyebabkan kecoklatan tersebut meluas sampai batang
perubahan warna daun yang diawali dari ujung, sehingga lambat laun semai pinus mengalami
pangkal atau tengah daun dimana warna kematian.
a b c

Gambar 5. (a) Plating Pestalotia sp. isolat D-U3 Hari ke-1, (b) Plating Pestalotia sp. isolat D-U3 Hari ke-8, (c)
Plating Pestalotia sp. isolat D-U3 Hari ke-15
Uji patogenitas Pestalotia sp pada menunjukkan gejala yang serupa, gejala baru
tanaman Chamaecyparis lawsoniana juga muncul 4 hari setelah inokulasi yaitu muncul

29
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

bercak putih pada ujung permukaan atas daun, Kegiatan plating dilakukan untuk
bercak berkembang ke arah petiola (hari ke-5), memastikan bahwa isolat yang digunakan untuk
jumlah bercak meningkat (hari ke-6 dan 7), inokulasi adalah benar jamur Pestalotia sp. yang
bercak berubah warna menjadi kuning menyebabkan penyakit bercak daun. Secara
kecoklatan dan terdapat aservuli berwarna hitam makroskopis (Gambar 5) dan mikroskopis hasil
(hari ke-8), jumlah bercak berwarna gelap dan plating menunjukkan isolat yang sama dengan
aservuli meningkat (hari ke-9) dan pada hari ke isolat jamur hasil isolasi (Gambar 6).
-10 terjadi nekrosis (Motlagh & Rad, 2017).

Gambar 6. Jamur Pestalotia sp. hasil plating yang dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 20x

IV. KESIMPULAN
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa
penyebab penyakit bercak daun pada semai DAFTAR PUSTAKA
Pinus adalah jamur Pestalotia sp. Karakter Akrofi, A. Y., & Amoah, F. M. (2009). Pestalotia
spp. causes leaf spot of Vitellaria paradoxa in
morfologi jamur patogen Pestalotia sp. yaitu Ghana. African Journal of Agricultural
memiliki miselium berwarna putih, tekstur Research, 4(4), 330–333.
seperti kapas, bentuk tidak teratur, memiliki hifa Anggraeni, I. (2009). Colleotrichum sp Penyebab
bersekat, bercabang dan berwarna gelap, serta Penyakit Bercak Daun Pada Beberapa Bibit
Tanaman Hutan di Persemaian. Mitra Hutan
terdapat konidia berbentuk lonjong agak
Tanaman, 4(2), 29–35.
meruncing pada kedua ujungnya yang salah satu
Anggraeni, I., Intari, S. E., & Darwiati, W. (2006).
ujungnya terdapat bulu cambuk yang berjumlah Hama dan Penyakit Hutan Tanaman. Bogor.
3 atau 5.
Anggraeni, I., & Mindawati, N. (2011). Serangan
Hama dan Penyakit pada Gmelina (Gmelina
UCAPAN TERIMA KASIH arborea Roxb.) di Hutan Rakyat. Tekno Hutan
Penelitian dilakukan dengan anggaran Tanaman, 2(2), 85–91.
kerjasama Project ACIAR No. FST 2014/068 Arsensi, I., Lahjie, A. M., Simarangkir, B. D. A. S.,
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan & Mardji, D. (2016). Leaf Diseases On
Eucalyptus pellita F . Muell In Plantation Of Pt
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Surya Hutani Jaya At Sebulu , East
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih Kalimantan. International Journal of Scientific
kepada Tim Project ACIAR No. FST 2014/068 & Technology Research, 5(12), 10–15.
di BBPPBPTH, dan juga kepada Dr. Rina Bambang, Y., Diba, F., & Anwari, S. (2019).
Identifikasi serangga dan penyakit di areal
Laksmi Hendrati, yang telah membimbing
persemaian PT. sari Bumi Kusuma di
penulis dalam penulisan naskah serta semua Kecamatan Bukit Raya Kabupaten Katingan,
pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Kalimantan Tengah. Jurnal Hutan Lestari,
7(3), 1478–1485.
penelitian dan penyediaan referensi dalam
penulisan naskah. Barnett, H. L., & Hunter, B. B. (1972). Illustrated
Genera of Imperfect Fungi (4th Editio).
Minneapolis: Burgess Publishing Co.

30
Isolasi, Identifikasi dan Karakteristik Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Semai Pinus
di Perum Perhutani BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan
Nur Hidayati, Siti Husna Nurrohmah dan Fithry Ardhany

Fatima, S., & Khot, Y. C. (2017). Isolation of Post of pruning of Diospyros melanoxylon Roxb .
Harvest Fungi From Mango (Mangifera (Tendu) bushes on yield and quality of leaves
indica) fruits. International Journal of in Maharashtra. Journal of Pharmacognosy
Multidiciplinary Research, III(V), 39–45. and Phytochemistry, 9(1), 1360–1365.
Gao, F., Dai, C., & Liu, X. (2010). Mechanisms of Moshayedi, M., Rahanandeh, H., & Hamzeh, A.
fungal endophytes in plant protection against (2017). In vitro Evaluation of Some Fungicides
pathogens. African Journal of Microbiology and Tea Extract Against Pestalotia sp. and
Research, 4(13), 1346–1351. Colletotrichum sp., The Causal. Journal of
Ornamental Plants, 7(1), 45–51.
Garret, K., M, N., ED, W., PD, D. E., L, G.-M., &
AH, S. (2016). Chapter 21-Plant pathogens as Motlagh, M. R. S., & Rad, F. R. (2017).
indicators of climate change. In Climate Pathogenicity of Fungal Agents Related to the
change (second, pp. 325–338). Diseases of Conifers of Cupressaceae in
Greenhouse Conditions. Jurnal of Ornamental
Hariyanto, T., Jumani, & Heni, E. (2014).
Plants, 7(3), 177–187.
Identifikasi Hama dan Penyakit Shorea
Leprosula Miq di Taman Nasional Kutai Mouden, N., Benkirane, R., Touhami, A. O., &
Resort Sangkima Kabupaten Kutai Timur Douira, A. (2014). Pathogenic capacity of
Provinsi Kalimantan Timur. Agrifor, 9(2), Pestalotia longisetula Guba reported for the
175–184. first time on strawberry (Fragaria ananassa
Duch.) in Morocco. International Journal of
Hidayah, H. N., & Anggraeni, I. (2015). Identifikasi
Pure & Aplied Bioscience, 2(4), 132–141.
penyebab penyakit bercak merah pada bibit
jabon merah (Anthocephalus macrophyllus Moustafa, M. S. H., Hala, A. M., El-Dakar, &
(Roxb.) Havil) di persemaian permanen Kima Alkolaly, A. M. (2015). Pestalotia leaf spot a
Atas, Balai Penelitian Kehutanan Manado. New Disease affect Guava Trees in Egypt.
Jurnal Wasian, 2(2), 73–78. International Journal of Scientific &
Engineering Research, 6(10), 1306–1312.
Irawan, A., Anggraeni, I., & Christita, M. (2015).
Identifikasi penyebab penyakit bercak daun Olasupo, O. O., Adegeye, A. O., & Olajuyigbe, S. O.
pada bibit cempaka (Magnolia elegans (2020). Evaluation of micro-fungi associated
(Blume.) H. Keng) dan teknik with leaf spot of Allanblackia floribunda Oliv.
pengendaliannya. Jurnal Wasian, 2(2), 87–94. in Southern Nigeria. African Journal of
Microbiology Research, 14(8), 380–387.
Jarial, K., & Jarial, R. (2016). Association of
http://doi.org/10.5897/AJMR2020.9307
Pestalotia carissae with Carissa carandas : A
new record from Himachal Pradesh. Indian Patil, V. A., Mehta, B. P., Deshmukh, A. J., &
Phytopath, 69(4s), 58–60. Bavalgave, V. G. (2019). Fungicides for the
Management of Grey Leaf Blight (Pestalotia
Jarial, K., Jarial, R. S., Thakur, P. D., Banyal, S. K.,
anacardii) of Mango. International Journal of
& Mandradia, R. K. (2017). Pestalotia
Economic Plants, 6(2), 90–92.
versicolor a Predominant Pathogen Associated
with Decline Disease of Mango in Sub-tropical Perhutani. (1999). Selayang pandang persemaian
Zone of Himachal Pradesh. International permanen Pongpoklandak KPH Cianjur.
Journal of Bio-Resource and Stress Cianjur.
Management, 8(1), 122–128.
Rabuansyah, B., Iskandar, & Suryatini, R. (2014).
Madhi, Q. H. (2016). Isolating and diagnose of the Masa inkubasi penyakit karat daun dan tingkat
fungus Pestalotia spp that causes spotted kerusakan pada bibit perupuk (Lophopetalum
leaves for four plants collected from some multinervium) di persemaian PT. INHUTANI
nurseries of the province of Maysan / Iraq II Mandor. Jurnal Hutan Lestari, 2(3), 394–
Isolating and diagnose of the fungus Pestalotia 400.
spp that causes spotted leaves for four plants
Rahman, S., Adhikary, S. K., Sultana, S., & Jahan,
co. European Academic Research, IV(3),
N. (2013). In vitro Evaluation of Some
2760–2772.
Selected Fungicides against Pestalotia
Manikandan, R., Ramya, V., Gokila, C., Rm, S., L, palmarum (Cooke.) Causal Agent of Grey Leaf
D. J., Harisanadevi, C., Parthasarathy, S. Spot of Coconut. Journal of Plant Pathology &
(2019). Survey report of major plant diseases Microbiology, 4(9), 9–11.
in Chinnamanur block of Theni District, Tamil http://doi.org/10.4172/2157-7471.1000197
Nadu. The Pharma Innovation Journal, 8(5),
Raitelaitytė, K., Rutkauskas, A., & Žukauskienė, J.
321–326.
(2016). The fungal pathogens causing diseases
Mehta, N., Jain, A., & Rajkumar, M. (2020). Impact in pines. Biologija, 62(4), 276–283.

31
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol. 14 No. 1, Juni 2020, p. 21 - 32

Saragi, S. M., Firdara, E. K., & Putir, P. E. (2019). Monitoring) di KPH Sumedang Health
Identifikasi, Frekwensi dan Intensitas Serangan Assessment for Seedling Seed Orchard of
Hama Penyakit pada Shorea balangeran Pinus merkusii Using FHM ( Forest Health
(Korth.) Burck pada Persemaian BPDASHL Monitoring ) Method in KPH Sumedang.
Kahayan, Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah. Jurnal Silvikultur Tropika, 9(2), 99–108.
Jurnal Hutan Tropika, XIV(1), 51–59.
Sutarman. (2018). Status dan mitigasi dini serangan
Semangun, H. (2000). Penyakit-penyakit tanaman pinus di Jawa Timur. (S. C. S. Rasminah & D.
perkebunan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Satiti, Eds.). Sidoarjo: UMSIDA PRESS, P3I
Mada University Press. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Semangun, H. (2006). Pengantar Ilmu Penyakit Sutarman, & Prihatiningrum, A. E. (2015). Penyakit
Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada hawar daun Pinus merkusii di berbagai
University Press. persemaian kawasan utama hutan pinus Jawa
Timur. J. HPT Tropika, 15(1), 44–52.
Sharma, M., & Kulshrestha, S. (2015).
Colletotrichum gloeosporioides: An Wadud, M., Fahim, A. H. F., Sarker, M. B., &
anthracnose causing pathogen of fruits and Uddin, M. J. (2017). Management of grey leaf
vegetables. Biosciences Biotechnology spot/blight disease of bay leaf (Cinnamomum
Research Asia, 12(2), 1233–1246. tamala). Eco-Friendly Agril.J, 10(7), 90–95.
http://doi.org/https://doi.org/10.13005/bbra/177
Wonni, I., Sereme, D., Quedraogo, I., Kassankagno,
6
A. I., Dao, I., Quedraogo, L., & Nacro, S.
Sinaga, M. S. (2000). Dasar-dasar ilmu penyakit (2017). Diseases of Cashew Nut Plants
tumbuhan. Bogor: IPB Press. (Anacardium Occidentale L.) in Burkina Faso.
Adv Plants Agric Res, 6(3).
Streets, R. B. (1972). The Diagnosis of Plant
http://doi.org/10.15406/apar.2017.06.00216
Diseases : A Field and Laboratory Manual.
Tucson, USA: University of Arizona Press. Yimcharoen, C., Tongon, R., Song, J., & Soytong, K.
(2019). Bioactivity test of Chaetomium isolate
Suharti, T., & Kurniaty, R. (2013). Inventarisasi
CNC1 to control Pestalotia spp causing leaf
penyakit daun pada bibit di stasiun penelitian
spot of Orchird. In Proceeding of The 8th
Nagrak. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan,
International Conference on Integration of
1(1), 51–59.
Science and Technology for Sustainable
Supriyanto, & Iskandar, T. (2018). Penilaian Development (8th ICIST) in November 19-22,
Kesehatan Kebun Benih Semai Pinus merkusii 2019 at Huiyuan International Hotel, Jingde,
Dengan Metode FHM (Forest Health Anhui Province, P.R. China. (pp. 165–169).

32

You might also like