Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 2

Dalam membuat suatu kebijakan di Indonesia, Birokrasi memiliki peran yang penting dalam upaya

mengkoordinasikan perumusan maupun pelaksaanaan dari suatu kebijakan baik program yang ada di
Pemerintahan Pusat maupun yang ada di pemerintahan daerah, dalam Menyusun dan melaksanakan
undang – undang dan dalam rangka proses perencanaan dan penganggaran. Dari banyaknya
rancangan undang – undang yang masuk dalam daftar rancangan rata – rata pertahun hanya 30
undang – undang yang terealisasi. Banyak kendala yang dihadapi dalam merealisasikannya.

Tercatat ada beberapa hal penyebab dari gagal nya suatu proses penerapan Kebijakan Publik antara
lain :

- Lemahnya Kapasitas Pembuat Kebijakan


Menjadikan Kebijakan yang dibuat tidak bisa efektif untuk diterapkan.
- Lingkungan Politik yang Komplek
Banyaknya conflict of Interset menyebabkan Kebijakan menajdi tari ulur menyesuaikan
kepentingan pemangku jabatan
- Persaingan kepentingan antar aktor yang terlibat
Adanya kepentingan pribadi yang saling berlawanan dan ingin diutamakan
- Pengambilan keputusan gaya Konsensus
- Tidak adanya dukungan dari Publik
Kebijakan yang diambil tidak disukai oleh Masyarakat sehingga menghadapi banyak
penolakan dan tidak adanya dukungan Masyarakat dalam pengimplemetasiannya
- Keterlibatan actor informal
Adanya keterlibatan pihak ketiga dari pemangku kepentingan kebijakan sehingga membuat
kebijakan hasilnya tidak optimal
- Budaya Organisasi
Budaya organisasi mempengaruhi hasil kebijakan secara signifikan dalam
pengimplementasian perusahaan atau entitas organisasi.
- Cost Benefit Analysis ( Analis Biaya Manfaat )
- Organisasi Non Pemerintah
- Organisasi Masyarakat sipil

Alur dari proses pembuatan kebijakan secara sederhana di gambarkan dengan adanya sebuah
pemilihan lalu proses administrasi lalu adanya kebijakan public yang melahirkan bentuk pelayanan
kepada Masyarakat yang pada akhirnya juga menuai umpan balik kepada pihak pemerintah.

Dampak dari adanya proses Kebijakan Publik yang buruk ada beberapa hal antara lain :

- Buruknya kualitas pelayanan public


- Kebijakan Publik hanya memberi sedikit manfaat atau bahkan tidak bermanfaat bagi
Masyarakat
- Harapan pengguna tidak terpenuhi
- Memunculkan konsekuensi dan lingkungan yang merugikan
- Memberikan efek merugikan pada daya saing ekonomi
- Tingkat kepercayaan kepada Pemerintah menurun.

Menurut kepala LAN, 2016. Tantang terbesar bagi pemerintah adalah bagaimana memproduksi
kebijakan berkualitas sehingga memperkuat daya saing Indonesia dengan peluang dan sumber daya
yang dimiliki. Kebijakan Publik yang berkualitas dan aplikatif adalah berdasarkan bukti – bukti yang
memadai.
Peran seorang analis Kebijakan sangatlah penting. Menurut undang – undang no. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan peraturan perundang undangan yang mengatur bahwa dalam penyusunan
peraturan perundang – undangan selain harus melibatkan perancang peraturan perundang –
undangan juka harus melibatkan peneliti / Analis Kebijakan.

Tantangan bagi Pembuatan Kebijakan yang berbasis bukti antara lain :

- Perubahan sudut pandang dalam pembuat kebijakan memberi peluang bagi seorang analis
Kebijakan untuk dapat bekerjasama dengan pengambil kebijakan
- Untuk itu kualitas dan kuantitas analis kebijakan harus relevan denga napa yang menajdi
prioritas kebijakan itu sendiri.
- Pemerintah dalam mensahkan suatu kebijakan harus mengacu kepada gagasan pengambilan
Keputusan yang berbasis bukti yang ilmiah.
- Harus adanya kesesuaian antara topik yang di analisa dengan kebutuhan pembuatan
kebijakan. Karena jika tidak sesuai maka akan menimbulkan kebingungan dan ketidak
singkronan.
- Bahasa penelitian yang ilmiah harus disesuaikan dengan norma kebijakan.
- Komitmen pemerintah dalam mengubah pandangan tentang pembuatan kebijakan berbasis
bukti
- frofesionalisme

Strata kebijakan publik mencakup berbagai tingkatan atau jenjang dalam proses pembuatan
kebijakan. Berikut adalah tiga strata kebijakan publik yang umum:

1. Strata Nasional: Ini adalah tingkat kebijakan publik yang terkait langsung dengan
pemerintah nasional suatu negara. Pada tingkat ini, kebijakan publik mencakup kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah pusat untuk mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
masyarakat, seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, kebijakan pendidikan, kebijakan
kesehatan, dan lain-lain.
2. Strata Regional atau Daerah: Ini adalah tingkat kebijakan yang terkait dengan pemerintah
daerah atau regional dalam suatu negara. Di banyak negara, otonomi daerah memberikan
wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengambil keputusan tentang kebijakan
publik yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat setempat. Contoh
kebijakan di tingkat ini termasuk rencana tata ruang, pengembangan ekonomi regional,
infrastruktur lokal, dan layanan sosial di tingkat daerah.
3. Strata Internasional: Tingkat kebijakan ini melibatkan interaksi antar negara atau kerjasama
internasional dalam menangani masalah-masalah yang bersifat lintas batas. Kebijakan ini
mencakup perjanjian internasional, organisasi internasional, serta kerja sama bilateral dan
multilateral antar negara. Contoh kebijakan di tingkat ini termasuk perjanjian perdagangan
internasional, perjanjian lingkungan global, perjanjian perdamaian, dan upaya kolaboratif
dalam menangani masalah global seperti perubahan iklim dan keamanan internasional.

You might also like