Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

MAKALAH FARMAKOTERAPI KARDIO, SARAF,

ONKOLOGI, RENAL DAN ENDORIN

STROKE ISKEMIK

Dosen pengampu : apt. Maya Arfania, M.Sc

Oleh :

Erisa Mindawati 21416248201004

Siti Solihat

Nurhalimah 21416248201005

Wida Nurhamidah 21416248201030

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG

2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Farmakoterapi
Stroke”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah Farmakoterapi
Kardio, Saraf, Onkologi, Renal dan Endokrin yang diampu oleh ibu apt. Maya arfania, M.Sc.

Kami mengucapkan terimakasih kepada apt. Maya Arfania, M.Sc selaku dosen
pengampu mata kuliah Farmakoterapi Kardio, Saraf, Onkologi, Renal dan endokrin. Ucapan
terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga
selesainya proposal penelitian ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi makalah yang lebih baik
lagi. Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Karawang, Maret 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan gangguan neurologis yang disebabkan oleh gangguan suplai darah
ke bagian tubuh otak. Dua jenis utama stroke adalah non-hemoragik dan
hemoragik. Stroke non-hemoragik disebabkan oleh penyumbatan yang
disebabkan oleh gumpalan darah, baik oleh trombosis (gumpalan darah yang
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah) maupun emboli (pecahan
gumpalan darah/udara/benda asing yang berada di dalam pembuluh darah
sehingga dapat menyumbat pembuluh darah di otak. Pendarahan ke jarringan
otak atau ruang subarakhnoid adalah penyebab stroke hemoragik (Joyce M.
Black, et al, 2014).
Menurut hasil riset Riskesdas (2013), prevalensi stroke di Indonesia
meningkatkan seiring bertambahnya usia. Kasus stroke yang didiagnosis
tenaga kesehatan tertinggi pada kelompok umur 75 tahun ke atas (43,1%) dan
terendah pada kelompok umur 15-24 tahun (0,2%). Prevalensi stroke
berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak (7,1%) dibandingkan
perempuan (6,8%). Menurut tempat tinggal prevalensi stroke lebih tinggi
diperkotaan (8,2%) dibandingkan diperdesaan (5,7%). Prevalensi kasus
berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013. Angka
stroke di Indonesia adalah 7,0/mil, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
untuk orang yang didiagnosis dengan gejala stroke 12,1/mil. Prevalensi kasus
stroke terrtinggi di Sulawesi Utara (10,8%), terendah di Papua (2,3%) dan
Jawa Tengah (7,7%) (Kemenkes, 2013).
Menurut studi oleh Fenny et al (2014), angka kejadian stroke non
hemoragik di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan stroke
hemoragik, masing-masing sebesar 67,1% dan 32,9% stroke non hemoragik.
Selain itu, stroke diperkirakan menjadi penyebab utama 15% kematian di
rumah sakit dan setinggi 65% kecacatan. Hemiparesis (kelemahan otot pada
salah satu sisi tubuh) terjadi pada 70-80% penderita stroke, dimana 20%
mengalami peningkatan fungsi motorik, dan sekitar 50% mengalami gejala
sisa berupa gangguan fungsi motorik/kelemahan otot pada ekstremitas, bila
tidak mendapatkan terapi yang baik dalam intervensi keperawatan maupun
rehabilitasi pasca stroke. 30-60% pasien hemiplegia yang tidak tertangani
secara optimal akan mengalami kehilangan fungsi ekstremitas secara total
dalam waktu 6 bulan pasca stroke (Heriyanto dan Anna, 2015).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana epidemiologi peyakit stroke di Indonesia?
2. Bagaimana patofisiologi pada pasien stroke?
3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit troke?
4. Bagaimana terapi non farmakologi pasien stroke?
5. Bagaimana terapi farmakologi pasien stroke?

C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan fungsi otak yang dikenal sebagai stroke ditandai dengan onset tiba-tiba
gejala klinis lokal atau gejala umum yang bertahan selama lebih dari 24 jam tanpa bukti
penyebab non-vaskular, seperti tanda-tanda perdarahan subarachnoid, pendarahan
intraserebral, iskemia, atau infark serebral (Mutiarasari, 2019).

Menurut Hariyanti et al., 2020 stroke yang juga dikenal dengan CVA (Cerebro
Vascular Accident) adalah gangguan fungsi saraf yang berkembang dengan sendirinya dan
disebabkan oleh terhentinya suplai darah secara tiba-tiba ke otak. oleh karena itu, stroke
adalah perubahan mendadak fungsi neuron otak yang disertai dengan gejala kondisi klinis
yang berkembang pesat akibat gangguan aliran darah ke otak.

Menurut Yueniwati (2016), stroke dibagi menjadi dua kategori, antara lain :

a) Stroke iskemik, yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah yang


mengakibatkan terhentinya sebagian atau seluruh aliran darah ke otak.
b) Stroke hemoragik, juga dikenal sebagai perdarahan intraseberal atau hematon
intraselebral, disebabkan oleh perdarahan di jaringan otak atau ke dalam ruang
subarachnoid, daerah terbatas antar permukaan otak dan lapisan jaringan ikat
yang menutupi otak disebut perdarahan subarachnoid.

Gofir (2021) menegaskan bahwa berat badan mempengaruhi gejala dan tanda
neurologis yang muncul setelah stroke. Penyakit pembuluh darah ringan dan dimana mereka
ditemukan, termasuk tiba-tiba kelumpuhan wajah atau kelumpuhan ekstremitas (biasanya
hemiparesis), sensibilitas tungkai yang memburuk pada satu atau lebih tungkai (gangguan
hemisensori), pergeseran tak terduga dalam kondisi mental (kebingungan, delirium, lesu,
pingsan, atau koma), aphasia (bicara cadel, kurang bicara, atau kesulitan memahami ucapan),
gangguan penglihatan monokuler atau diplopia (hemianopia), ataksia dan sakit kepala,
pusing, dan/atau mual.

Berikut faktor-faktor risiko stroke menurut Mutiasari (2019) :

1) Faktor usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang tidak
dapat diubah.
2) Faktor risiko yang dapat diubah antara lain tekanan darah tinggi, merokok, diabetes,
obesitas, penggunaan alkohol, dan fibrilasi atrium.
Otak membutuhkan oksigen untuk berfungsi dengan baik, jika kekurangannya
seperti pada kasus stroke, otak akan mengalami perubahan metabolisme, kematian
sel, dan kerusakan permanen (Mozaffarian, et al., 2015). Otak dan arteri serebral
adalah pembuluh darah yang paling sering terkena dampak. Arteri karotis interna
leher (Guyton & Hall, 2014). Sirkulasi telah terganggu, darah pada otak dapat
membahayakan otak dalam beberapa cara, terrmasuk :
a) Dinding pembuluh darah (arteri serebral) menebal, menyebabkannya
menyempit dan mengurangi aliran darah, dan menyebabkan iskemia.
b) Pecahnya dindin pembuluh darah yang dapat menyebabkan hemoragik.
c) Perluasan pembuluh darah yang dapat menekan jaringan otak.
d) Kumpulan kondisi yang dikenal sebagai edema serebral. Penumpukan cairan
di ruang antara jaringan otak atau edema serebral (Smeltzer & Bare, 2013).

Aliran darah awalnya berubah akibat arteri darah otak menjadi lebih
sempit, namun hal ini berubah dengan cepat dan dramatis saat stenosis menjadi
lebih parah dan melebihi ambang kritis. Penurunan aliran darah akan terjadi di
bagian otak dimana pembuluh darah arterri tersumbat, bahkan ketika jaringan
otak sehat di sekitarnya masih berusaha membantu suplai darah melalu jalur
anastomosis yang sudah ada. Perubahan awal yang disebabkan oleh oklusi arteri
darah pada korteks termasuk darah vena yang gelap, aliran darah yang melambat,
dan arteri dan arteriol yang membesar (American Hearth Association, 2015).
Karena cendera pada precental dan 2 postcentral lateral gyrus, penyempitan atau
penyumbatan arteri serebral tengah sering menyebabkan kelemahan dan
kekakuan otot kontralateral serta defisiensi sensorik (hemianesthesia) (American
Hearth Association, 2015).

Gejala stroke yang muncul dapat bersifat fisik, psikologis, atau perilaku.
Gejala fisik paling khas adalah kelemahan anggota gerak sampai kelumpuhan,
hilangnya sensasi di wajah, bibir tidak simetris, kesulitan berbicara atau pelo
(afasia), kesulitan menelan, penurunan kesadaran, nyeri kepala (vertigo), mual
muntah dan hilangnya penglihatan di satu sisi atau dapat terjadi kebutaan (Black,
Jdan Hawks, 2014).

Beberapa tanda atau gejala yang umum pada pasien stroke antara lain;
hemiparesis, kelainan sensorik sebagian sisi tubuh, hemianopia atau buta secara
tiba-tiba, diplopia, afasia, vertigo, disfagia, disatria, ataksia, kejang atau
penurunan kesadaran yang berlangsung mendadak. Penggunaan istilah untuk
memudahkan dalam deteksi dibuat FAST (Facial Movement Arm Movement,
Speech, Test all three) (Jauch et al., 2013).

You might also like