Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Analisis Kualitas Mie Basah Berbahan Dasar Tepung Terigu dan Tepung Ubi dengan

Penambahan Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas)

Quality Analysis of Wet Noodles Made from Wheat Flour and Sweet Potato Flour with
Addition of Purple Sweet Potato Leaf Extract (Ipomoea batatas)

Hasmawati, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik, Universitas


Negeri Makassar. Email: hasmaahmad14@gmail.com
Amirah Mustarin, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar. Email: amirah.mustarin@unm.ac.id
Ratnawaty Fadilah, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar. Email: ratnamangrove@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu
terhadap kualitas mie basah. Metode penelitian eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan konsentrasi perbandingan tepung ubi jalar ungu dan tepung terigu
(30% : 70%), dan penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu 0%, 2,5%, serta 5%. Data hasil
pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) kemudian dilanjutkan
dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun ubi jalar
ungu berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, Angka Lempeng Total (ALT),
antioksidan, warna, rasa, aroma, dan tekstur dari mie basah yang dihasilkan. Berdasarkan
hasil analisis perlakuan konsentrasi terbaik yaitu tepung ubi jalar ungu 30% : ekstrak daun
ubi jalar ungu 70% + ekstrak daun ubi jalar ungu 5% dengan nilai kadar air 58.27%, kadar
abu 0.047%, kadar protein 11.66%, Angka Lempeng Total (ALT) 5.8 koloni/gram,
antioksidan 36.2%, warna 3.19%, tekstur 3.19%, aroma 2.9%, dan rasa 2.83%.
Kata Kunci : Tepung Ubi Jalar Ungu, Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu, Mie Basah,
Antioksidan.

Abstract

This study aims to determine the effect of adding purple sweet potato leaf extract to the
quality of wet noodles. Experimental research methods with a Completely Randomized
Design (CRD) with a comparative concentration of purple sweet potato flour and wheat flour
(30%: 70%), and the addition of purple sweet potato leaf extract 0%, 2.5%, and 5%.
Observation data results were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and then
followed by Duncan's test. The results showed that the addition of purple sweet potato leaf
extract affected the moisture content, ash content, protein content, Total Plate Count (TPC),
antioxidants, color, taste, aroma, and texture of the resulting wet noodles. Based on the test
results, the best concentration of treatment was obtained namely purple sweet potato flour
30%: purple sweet potato leaf extract 70% + purple sweet potato leaf extract 5% with a
moisture content value of 58.27%, ash content of 0.047%, protein content of 11.66%, Total
Plate Count (TPC) 5.8 colonies/gram, antioxidant 36.2%, color 3.19%, texture 3.19%, aroma
2.9%, and taste 2.83%.
Keywords: Purple Sweet Potato Flour, Purple Sweet Potato Leaf Extract, Wet Noodles,
Antioxidants.

Latar Belakang akan meningkat pada tahun 2020 dengan


produksi sebanyak 2.715.825 dan
Mie merupakan salah satu produk
produktivitas 206,46 kuintal/hektar (Badan
olahan tepung terigu yang cukup populer
Pusat Statistik, 2015).
dikalangan masyarakat. Sebanyak 3,8%
Pada umunya produk mie basah
penduduk Indonesia mengonsumsi mie
yang ada dipasaran memiliki nilai gizi
basah ≥1 kali per hari (Riskesdas, 2013).
yang cenderung rendah, sehingga perlu
Tingginya konsumsi mie basah di
ditambahkan bahan yang dapat
Indonesia menyebabkan tingkat
meningkatkan gizinya, seperti daun ubi
ketergantungan pada tepung terigu
jalar ungu. Sehingga dari tanaman ubi
meningkat sehingga berdampak pada
jalar ungu tidak hanya ubinya yang dapat
jumlah impor gandum yang merupakan
dimanfaatkan melainkan daunnya pula
bahan dasar tepung terigu juga semakin
dapat ditambahkan kedalam produk olahan
tinggi. Menurut Irviani dan Nisa (2014),
pangan seperti mie basah.
pada tahun 2012 impor gandum telah
Daun ubi jalar ungu mengandung
menembus angka 6,3 juta ton sehingga
komponen metabolit sekunder golongan
perlu upaya pelaksanaan diversifikasi
flavonoid dan tannin serta memiliki
pangan agar tidak bergantung pada tepung
aktivitas antioksidan yang relatif lebih
terigu yaitu dengan pemanfaatan bahan
tinggi berbanding dengan alfa tokoferol
pangan lokal sepeti ubi jalar ungu sebagai
yang merupakan senyawa populer
bahan substitusi terigu.
antioksidan (Sulastri et al., 2013).
Ubi jalar ungu merupakan
Senyawa bioaktif yang terkandung dalam
komoditas pangan lokal yang memiliki
daun ubi jalar ungu dapat digunakan
produktivitas cukup tinggi dan meningkat
sebagai bahan makanan tambahan yang
dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil
bersifat pangan fungsional pada
proyeksi produksi ubi jalar di Indonesia
pembuatan mie basah. Berdasarkan
pada tahun 2019 sebesar 2.628.807 ton
penjelasan diatas, sehingga akan dilakukan
dengan produktivitas 196,12
penelitian analisis kualitas mie basah
kuintal/hektar, jumlah ini diperkirakan
berbahan dasar tepung terigu dan tepung
ubi dengan penambahan ekstrak daun ubi Kimia dan Makanan, Fakultas Peternakan,
jalar ungu (Ipomoea batatas). Universitas Hasanuddin, (4) Laboratorium
Nutrisi dan Kimia, Politeknik Pertanian
Tujuan Penelitian Negeri Pangkajene Kepulauan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu untuk mengetahui Alat dan bahan
pengaruh penambahan ekstrak daun ubi Peralatan yang digunakan dalam
jalar ungu terhadap kualitas mie basah. penelitian ini adalah mesin pencetak mie,
sarung tangan, pisau, sendok, panci,
Bahan dan Metode aluminium foil, baskom, blender, ayakan
80 mesh. Alat-alat laboratorium yang
Penelitian ini merupakan penelitian
digunakan meliputi cabinet dryer, neraca
eksperimen menggunakan Rancangan
analitik, botol amber, lemari pembeku,
Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi
rotary evaporator,cawan petri, desikator,
perbandingan tepung ubi jalar ungu dan
oven, tanur/furnance, gegep, digestor,
tepung terigu (30% : 70%), dengan
distilasi buchi, buret 25 ml, erlenmeyer,
penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu
lampu spiritus, pipet volume 25 ml,
0%, 2,5%, serta 5% dimana tiap perlakuan
mikropipet P100 dan P1000, mikrotip
dilakukan tiga kali pengulangan.
P200 dan P1000, autoclave, gelas ukur,
colony counter, inkubator, hot plate,
Waktu
stirrer, mikrotube 1,5 ml, batang gelas
Waktu penelitian mulai dari
bengkok (hockey stick), dan saringan
persiapan sampai pengamatan dan
vakum.
pengambilan data yaitu kurang lebih empat
Bahan baku utama dalam
bulan dimulai dari bulan April-Juni 2019.
penelitian ini yakni ubi jalar ungu dan
daun ubi jalar ungu yang diperoleh dari
Tempat
kabupaten Gowa, tepung terigu, garam,
Penelitian ini dilaksanakan di
CMC, telur, dan air. Sedangkan bahan-
beberapa tempat diantaranya: (1)
bahan kimia yang digunakan yakni media
Laboratorium Pendidikan Teknologi
Nutrien Agar (NA), Tripticase Soya Agar
Pertanian, Fakultas Teknik, Universitas
(TSA), etanol 70%, aquades, H3BO3 2%,
Negeri Makassar, (2) Laboratorium Kimia,
mix indikator, NaOH 30%, HCl/H2SO4 0.1
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
N, 1 ml larutan DPPH (0.61 g/L),
(BBIHP) Makasssar, (3) Laboratorium
methanol, spektrofotometer dengan
panjang gelombang 517 nm, dan kertas 3. Pembuatan Mie Basah
saring whatman no.1.
Proses pembuatan mie basah
dilakukan dengan menimbang masing-
Prosedur Penelitian masing tepung ubi jalar ungu dan terigu
Penelitian ini akan dilakukan dengan perbandingan 30% : 70% yang
melalui 3 tahap, yaitu: ditambahkan ekstrak daun ubi jalar ungu
dengan persentase 0%, 2,5%, dan 5%.
1. Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu
Pencampuran bahan tambahan seperti
Ubi jalar ungu dibersihkan dari garam, air, telur dan CMC (Carboxy
kotoran debu dan tanah kemudian dikupas Methyl Cellulose), kemudian dilakukan
dan diiris tipis. Setelah itu dikeringkan pengulenan selama 30 menit sehingga
menggunakan cabinet dryer selama 5 jam diperoleh adonan yang kalis. Adonan
dengan suhu 60oC dan dilakukan proses dipipihkan dengan alat pencetak mie
penggilingan. Setelah proses penggilingan, sambil ditaburi tepung terigu agar tidak
tepung ubi jalar ungu disaring dengan lengket satu sama lain. Untaian mie yang
menggunakan ayakan untuk menghasilkan dihasilkan lalu direbus pada suhu 100ºC
partikel tepung yang lebih halus dengan selama 2 menit, dan didinginkan pada suhu
ukuran yang sama. ruang.

2. Pembuatan Ekstrak Daun Ubi Jalar


Ungu
Teknik Analisis Data
Daun ubi jalar ungu urutan kedua
Data yang memiliki nilai signifikan
dan ketiga dari pucuk yang telah dipetik
> 0,05 dinyatakan berdistribusi normal dan
dan dibersihkan kemudian diiris tipis lalu
varian setiap sampel sama (homogen)
dikeringkan selama 14 jam dengan suhu
sehingga layak untuk dilajutkan uji varian
40oC. Setelah itu, dilakukan proses
(ANOVA). Jika terdapat pengaruh yang
ekstraksi selama 1 jam menggunakan
signifikan dari perlakuan, maka perlu
metode maserasi dengan pelarut etanol
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
70%. Selanjutnya akan disaring untuk
uji Duncan taraf 5% untuk mengetahui
mendapatkan filtrat yang nantinya
perlakuan yang efektif. Uji persyaratan
dimasukkan ke evaporator vakum dan
analisis data dan analisis (ANOVA) diolah
menghasilkan ekstrak kental.
dengan menggunakan program SPSS versi
22.
Hasil dan Pembahasan 0%, 2.5%, dan 5% memenuhi standar SNI
Data dalam penelitian ini diperoleh dan masih layak dikonsumsi.
dari hasil pengujian kimia dan uji hedonik.
Pengujian kimia meliputi kadar air, kadar
abu, kadar protein, Angka Lempeng Total
(ALT), dan antioksidan. Uji hedonik
dilakukan berdasarkan tingkat kesukaan
panelis. Kriteria yang diuji pada uji
hedonik yaitu warna, tekstur, aroma dan
rasa dari mie basah yang dihasilkan.
Gambar 1. Nilai Kadar Air Mie Basah
Berdasarkan hasil tersebut,
semakin banyak ekstrak daun ubi jalar
Analisis Kimia
ungu yang ditambahkan maka akan
Kadar Air semakin tinggi kadar airnya. Hal ini

Kadar air adalah banyaknya air dikarenakan ekstrak daun ubi jalar ungu

yang terkandung dalam bahan yang tersebut dalam bentuk cair. Tingginya

dinyatakan dalam persen. Kadar air juga kadar air juga dipengaruhi oleh kandungan

salah satu karakteristik yang sangat serat yang ada pada ekstrak daun ubi jalar

penting, karena air dapat mempengaruhi ungu. Daun ubi jalar ungu mengandung

penampakan, tekstur, cita rasa yang ikut serat kasar sebesar 12.17% (Askar, 1996).

menentukan kesegaran dan daya awet Sehingga semakin banyak penambahan

bahan pangan. Kadar air yang tinggi ekstrak daun ubi jalar ungu, maka

mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang kandungan seratnya akan semakin tinggi.

dan khamir untuk berkembangbiak, Bahan yang mempunyai kandungan serat

sehingga akan terjadi perubahan pada yang tinggi bersifat hidrokoloid sehingga

bahan pangan tersebut. mampu mengikat air yang ditambahkan


selama proses pembuatan mie basah.
Berdasarkan Gambar 1 kadar air
mie basah yang dihasilkan memiliki nilai Selain itu, pada ubi jalar ungu

yang berkisar antara 54.63%-58.27%. Jika mengandung pati sebesar 46,2% (Meyer,

dibandingkan dengan SNI (2987-2015) 1982). Bahan yang mengandung pati akan

kadar air mie basah matang yaitu cenderung suka air (hidrofil), karena

maksimal 65% maka pelakuan jumlah gugus hidrofil dalam molekul pati

penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu sangat besar maka kemampuan dalam
menyerap air juga besar yang abu sebesar 5.95% (bobot basah). Askar
menyebabkan air berada dalam butir-butir (1996) juga menyatakan bahwa daun ubi
pati dan tidak dapat bergerak bebas jalar ungu mengandung mineral seperti
(Pontoluli et al., 2017). fosfor (P) sebesar 0.87 mg dan zat besi
(Zn) 1.8 mg. Sehingga semakin tinggi
penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu
Kadar Abu maka nilai kadar abu akan semakin tinggi.

Abu adalah residu anorganik dari Kadar abu menunjukkan


proses pembakaran atau oksidasi kandungan mineral dari suatu bahan.
komponen arganik bahan pangan. Kadar Semakin tinggi kadar abu maka semakin
abu dari suatu bahan menunjukkan total tinggi kandungan mineral dalam produk
mineral yang terkandung dalam suatu pangan. Menurut Sudarmadji et al. (1997),
bahan pangan. kadar abu tergantung pada jenis bahan,
cara pengabuan, waktu dan suhu yang
digunakan saat pengeringan. Disamping
itu, Muchtadi (1997) juga menyatakan
bahwa proporsi kadar abu dalam suatu
bahan pangan dipengaruhi oleh spesies,
keadaan unsur hara tanah, kematangan
tanaman, iklim, daerah tempat tumbuh,

Gambar 2. Nilai Kadar Abu Mie Basah dan perlakukan penanaman.

Berdasarkan Gambar 2 kadar abu


mie basah memiliki nilai yang berkisar
Kadar Protein
antara 1.1%-1.23%. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi penambahan ekstrak Kadar protein merupakan sumber
daun ubi jalar ungu maka semakin tinggi asam-asam amino yang mengandung unsur
kadar abu mie basah yang dihasilkan. C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh
lemak atau karbohidrat. Molekul protein
Peningkatan kadar abu pada mie
juga mengandung fosfor, belerang dan ada
basah yang dihasilkan dipengaruhi oleh
jenis protein yang mengandung unsur
kandungan dari daun ubi jalar yang
logam seperti besi dan tembaga.
memiliki kadar abu yang tinggi. Menurut
Pamungkas et al. (2016), kandungan Berdasarkan Gambar 3 nilai kadar
ekstrak daun ubi jalar ungu memiliki kadar protein berkisar antara 10.75%-11.65%.
Jika dibandingkan dengan SNI (2987- yang mampu meningkatkan daya ikat air
2015) kadar protein yaitu minimal 6.0% terhadap bahan dan bersifat hidrofobik
maka pelakuan penambahan ekstrak daun sehingga membutuhkan air yang besar
ubi jalar ungu 0%, 2.5%, dan 5% (Kuswandari, 2012). Selain itu adanya
memenuhi standar SNI. berbagai gugus fungsional (NH2, NH, OH,
dan CO) yang terdapat dalam struktur
protein dapat menyebabkan protein
mampu mengikat molekul air melalui
ikatan hidrogen (Trisnawati & Nisa, 2015).

Rendahnya kandungan protein


dalam tepung ubi jalar ungu disebabkan
adanya pencucian pada saat sebelum
Gambar 3. Nilai Kadar Protein Mie Basah dikupas dan setelah dikupas, sehingga
Peningkatan kadar protein pada protein (gugus polar) yang larut air ikut
mie basah yang dihasilkan dipengaruhi terbuang dan proses pengeringan
oleh kandungan dari daun ubi jalar yang menyebabkan sebagian protein
memilki kadar protein lebih tinggi terdenaturasi. Selain itu adanya pemanasan
dibanding dengan tepung ubi jalar ungu. pada saat pemasakan mie basah juga
Menurut Setyono et al. (1996), daun ubi mengakibatkan protein mengalami
jalar ungu mengandung protein 3.3%/100 denaturasi dan swelling (pembengkakan).
g. Sedangkan kandungan protein dalam
tepung ubi jalar ungu sebesar 2.79%/100
g. Sehingga semakin banyak penambahan Angka Lempeng Total (ALT)

ekstrak daun ubi jalar ungu maka kadar Angka Lempeng Total (ALT)
protein mie basah yang dihasilkan akan adalah angka yang menunjukkan jumlah
semakin tinggi. Pada umumya tanaman bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1
bagian akar (umbi) banyak mengandung g sampel makanan yang diperiksa. Prinsip
karbohidrat dan pada daunnya dari ALT adalah menghitung pertumbuhan
mengandung protein yang tinggi. koloni bakteri aerob mesofil setelah

Peningkatan kadar protein selalu sempel makanan ditanam pada lempeng

diikuti dengan peningkatan kadar air media yang sesuai dengan cara tuang

produk. Hal ini disebabkan protein dalam kemudian diinkubasi selama 24-48 jam

bahan pangan berfungsi sebagai pengikat pada suhu 35-37oC.


proses metabolisme bakteri. Sifat lipofilik
dari flavonoid menyebabkan membran sel
bakteri mengalami kerusakan karena
membran sel mengandung lipid sehingga
memungkinkan senyawa tersebut melewati
membran (Robinson, 1995). Senyawa
polifenol dan saponin, mempunyai
Gambar 4. Nilai Angka Lempeng Total aktivitas yang sama dengan flavonoid
(ALT) Mie Basah
yaitu berhubungan dengan interaksi pada
Berdasarkan Gambar 4 dapat
dinding sel bakteri. Senyawa antibakteri
dilihat bahwa semakin banyak ekstrak
tersebut terikat pada reseptor sel
daun ubi jalar ungu yang ditambahkan
diantaranya adalah enzim transpeptida,
dalam proses pembuatan mie basah maka
kemudian terjadi reaksi transpeptidase
semakin sedikit pula jumlah koloninya.
sehingga sintesis peptidoglikan terhambat.
Hal ini dikarenakan bahan dasar yang
(Ajizah et al., 2007).
digunakan yaitu ubi jalar ungu dan daun
ubi jalar ungu mengandung senyawa
antioksidan yang dapat menghambat
Antioksidan
pertumbuhan bakteri. Senyawa antioksidan
Antioksidan pangan merupakan
yang terkandung yaitu betakaroten,
suatu substansi yang berfungsi sebagai
antosianin, flavonoid, dan tannin. Selain
penghambat radikal bebas dengan cara
itu berdasarkan hasil penelitian Alhera
menghambat pembentukan radikal yang
(1999), daun ubi jalar ungu memiliki
berpotensi untuk autooksidasi. Uji
kandungan senyawa antibakteri seperti
antioksidan adalah mengukur aktivitas
flavonoid, saponin dan polifenol dapat
antioksidan melalui efek antioksidan
menghambat pertumbuhan Staphylococcus
dalam mengontrol proses oksidasi.
aureus diantara berbagai kerusakan yang
terjadi pada sel bakteri. Berdasarkan Gambar 5 antioksidan
mie basah memiliki nilai yang berkisar
Daya hambat bakteri dari daun ubi
antara 14.58%-36.2%. Dimana semakin
jalar ungu dipengaruhi oleh adanya
banyak penambahan ekstrak daun ubi jalar
senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai
ungu maka antioksidannya juga akan
antibakteri dengan cara mengikat protein
semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena
bakteri sehingga menghambat aktivitas
ubi jalar mengandung antioksidan sebesar
enzim yang pada akhirnya mengganggu
519 mg/100 g (Kumalaningsih, 2006). Flavonoid antosianin yang terdapat
Selain itu daun ubi jalar juga mengandung dalam daun ubi jalar ungu merupakan
senyawa aktif antioksidan seperti suatu flavonoid yang terikat dengan suatu
flavonoid, dan senyawa metabolit gugus gula. Gugus gula yang terikat
sekunder seperti tannin (Sulastri et al., menyebabkan flavonoid menjadi lebih
2013). Hal ini juga sesuai dengan hasil mudah larut dalam air (Markham, 1988).
penelitian Haryoto & Devi (2018), pada Pemanasan sayuran berkaroten tinggi
daun ubi jalar ungu positif mengandung dalam waktu yang lama dapat menurunkan
senyawa alkaloid, saponin, tannin, dan ketersediaan karatoneid dengan mengubah
fenolik. dari kofigurasi trans ke cis (Widiatmoko &
Estiasih, 2015).

Uji Hedonik

Warna

Parameter warna merupakan


kenampakan visual suatu produk yang
Gambar 5. Nilai Antioksidan Mie Basah
pertama kali terlihat lebih dulu oleh
Senyawa fenolik dan flavonoid
panelis dibanding variabel yang lain.
merupakan senyawa yang mengandung
Warna mie basah berperan besar dalam
gugus hidroksi yang menjadi donor
mempengaruhi persepsi panelis.
hidrogen untuk menstabilkan radikal bebas
DPPH. Dalam strukturnya, gugus hidroksi
pada senyawa flavonoid antosianin dalam
daun ubi jalar ungu lebih banyak
dibandingkan dengan gugus hidroksi pada
senyawa fenolatnya. Aktivitas penangkap
radikal bebas dengan mekanisme metode
DPPH berhubungan erat dengan
Gambar 6. Tingkat Kesukaan Panelis
banyaknya jumlah hidrogen yang Terhadap Warna Mie Basah
disumbangkan oleh gugus hidroksi dari Analisis uji hedonik warna mie
suatu senyawa antioksidan (Fitri, 2014). basah pada Gambar 6 menunjukkan
semakin tinggi penambahan ekstrak daun
ubi jalar ungu, maka tingkat kesukaan Tekstur
panelis terhadap warna mie basah akan
Tekstur adalah salah satu
semakin menurun. Tingkat kesukaan
parameter mutu yang sangat berperan
panelis terhadap warna mie basah
dalam menampilkan karakteristik mie
memiliki nilai yang berkisar antara 3.18-
basah. Hal ini berkaitan dengan rasa pada
3.45 dengan taraf “suka”.
saat mengunyah mie basah. Dengan
Berdasarkan hasil penelitian warna adanya parameter tekstur maka dapat
mie basah dengan penambahan ekstrak dirasakan sensasi kenyal, keras, lembut,
daun ubi jalar ungu tidak disukai panelis empuk, lengket maupun halus pada mie
jika dibandingkan dengan semua basah yang dihasilkan.
perlakuan. Hal ini disebabkan karena
warna mie basah yang dihasilkan
memberikan penampakan yang lebih
gelap. Penambahan ekstrak daun ubi jalar
yang memiliki warna hijau kehitaman
sangat mempengaruhi warna mie basah
yang dihasilkan.

Agar dapat menarik perhatian Gambar 7. Tingkat Kesukaan Panelis


Terhadap Tekstur Mie Basah
konsumen pada saat dipasarkan maka mie
Analisis uji hedonik tekstur mie basah
basah dengan penambahan ekstrak daun
pada Gambar 7 menunjukkan peningkatan
ubi jalar ungu dapat dicampur dengan mie
seiring dengan penambahan ekstrak daun
basah dengan 100% tepung terigu.
ubi jalar ungu. Tingkat kesukaan panelis
Sehingga penampakan mie basah menjadi
terhadap tekstur mie basah memiliki nilai
lebih menarik karena memiliki warna
yang berkisar antara 3.12-3.18 dengan
kuning dan warna cokelat. Selain itu,
taraf “suka”.
warna cokelat dari mie basah dengan
penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu Penambahan ekstrak daun ubi jalar
juga dapat menjadi ciri khas tersendiri, ungu akan membuat adonan lebih lengket
seperti halnya warna mie basah dari tinta dan mudah merekat. Hal ini dikarenakan
cumi yang memiliki warna hitam. pada perlakuan penambahan ekstrak daun
ubi jalar ungu 5% mengandung serat dan
protein yang paling tinggi dari semua
perlakuan. Serat dan protein berfungsi
untuk membentuk tekstur. Proses Aroma
pembentukan tekstur dipengaruhi oleh
Nilai aroma merupakan salah satu
adanya serat, protein dan pati dengan
parameter kunci dalam uji sensoris, hal
membutuhkan air, sehingga pada saat
tersebut karena pada umumnya aroma
pembentukan tekstur, komponen serat,
akan menentukan penilaian cita rasa
protein, dan pati berkompetisi mengikat air
konsumen terhadap produk makanan
untuk membentuk tekstur (Shabrina,
tertentu.
2017).

Pada proses pembuatan mie basah


dilakukan perebusan yang bertujuan untuk
membuat mie menjadi kenyal. Hal ini
sesuai dengan penyataan Puspitasari
(2014), perebusan mie yang dilakukan
selama 2 menit dengan suhu perebusan
yaitu ±100oC, bertujuan agar terjadi proses Gambar 8. Tingkat Kesukaan Panelis
gelatinisasi pati dan koagulasi protein Terhadap Aroma Mie Basah

sehingga mie menjadi kenyal. Kandungan Analisis uji hedonik aroma mie

gluten yang terkandung dalam tepung basah pada Gambar 8 menunjukkan

terigu juga memberikan tekstur pada mie semakin tinggi penambahan ekstrak daun

basah. ubi jalar ungu, maka tingkat kesukaan


panelis terhadap aroma mie basah akan
Menurut Widyaningsih dan Murtini
semakin menurun. Tingkat kesukaan
(2006), tepung terigu mengandung gluten
panelis terhadap aroma mie basah
yaitu protein yang terdapat pada terigu
memiliki nilai yang berkisar antara 2.86-
yang bersifat elastis sehingga akan
3.17 dengan taraf “suka”.Penurunan
mempengaruhi sifat elastisitas dan tekstur
tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
mie yang dihasilkan. Kadar protein dalam
mie basah dengan penambahan ekstrak
tepung menghasilkan struktur mie yang
daun ubi jalar ungu dikarenakan adanya
kuat dan dihasilkan dari adanya ikatan
aroma dari daun ubi jalar ungu itu sendiri.
antara komponen pati dan protein. Gluten
Selain itu rata-rata panelis belum terbiasa
memiliki sifat elastis sehingga
dengan aroma khas ubi jalar ungu.
menghasilkan mie yang tidak mudah
putus. Berdasarkan hasil penelitian aroma
mie basah dengan penambahan ekstrak
daun ubi jalar ungu tidak terlalu disukai yang berkisar antara 2.82-2.98 dengan
panelis jika dibandingkan dengan semua taraf “suka”.
perlakuan. Hal ini dikarenakan aroma
Berdasarkan tingkat kesukaan
langu bukan hanya dari tepung ubi jalar
panelis pada rasa mie basah yang
ungu tapi dari daun ubi jalar ungunya pula.
dihasilkan, menunjukkan bahwa panelis
Agar aromanya dapat disukai panelis maka
lebih menyukai rasa mie basah yang tidak
dapat ditambahkan penyedap alami seperti
diberi penambahan ekstrak daun ubi jalar
ketumbar yang dapat menetralisir aroma
ungu. Hal ini dikarenakan rasa yang
langu dari daun ubi jalar ungu serta
dihasilkan terasa manis yang berasal dari
memberikan aroma yang sedap dan lembut
ubi jalar ungu. Sebagian besar pati yang
pada mie basah.
terkandung dalam daging ubi jalar ungu
akan mengalami perubahan menjadi
maltosa yang menyebabkan rasa manis
Rasa
setelah dimasak.
Rasa adalah tingkat kesukaan dari
Rasa mie basah dengan
mie basah dengan penggunaan tepung ubi
penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu
jalar ungu yang ditambahkan dengan
yaitu sedikit kelat. Hal ini dikarenakan
ekstrak daun ubi jalar ungu.
adanya kandungan tannin pada daun ubi
jalar ungu. Sulastri et al. (2013)
menyatakan bahwa pada daun ubi jalar
ungu positif mengandung flavonoid,
karoten, dan tannin. Agar rasanya dapat
disukai panelis maka dapat ditambahkan
penyedap alami seperti gula, merica
ataupun kemiri yang dapat menetralisir
Gambar 9. Tingkat Kesukaan Panelis
Terhadap Rasa Mie Basah rasa dari daun ubi jalar ungu serta

Analisis uji hedonik rasa mie basah menambah rasa gurih pada mie basah.

pada Gambar 9 menunjukkan semakin Pada penelitian ini, bumbu yang


tinggi penambahan ekstrak daun ubi jalar digunakan hanya garam sehingga dari mie
ungu, maka tingkat kesukaan panelis basah yang dihasilkan memiliki rasa yang
terhadap rasa mie basah akan semakin gurih dan manis. Rasa gurih berasal dari
menurun. Tingkat kesukaan panelis
terhadap rasa mie basah memiliki nilai
garam yang ditambahkan, sedangkan Askar, S. 1996. Daun singkong dan
pemanfaatannya terutama sebagai
manis berasal dari tepung ubi jalar ungu.
pakan tambahan. Wartazoa, 5, 21-25.
Simpulan BPS (Badan Pusat Statistik). 2015. Survei
social ekonomi nasional, pengeluaran
Berdasarkan hasil penelitian dan untuk konsumsi penduduk Indonesia
2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2015.
SNI 01-2987-2015 mie basah. Jakarta:
pengaruh penambahan ekstrak daun ubi Badan Standarisasi Nasional.
jalar ungu terhadap kadar air, kadar abu,
Fitri, H.A. 2014. Aktivitas penangkap
kadar protein, Angka Lempeng Total radikal bebas ekstrak etanol daun ubi
(ALT), antioksidan, warna, rasa, aroma ungu (Ipomoea batatas L.) dengan
pengeringan oven menggunakan
dan tekstur terhadap mie basah yang metode DPPH, FTC, dan TBA.
dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
perlakuan konsentrasi terbaik yaitu tepung
ubi jalar ungu 30% : ekstrak daun ubi jalar Haryoto, & Devi E.S. 2018. Efek
pemberian ekstrak etanol daun dan
ungu 70% + ekstrak daun ubi jalar ungu batang ubi jalar ungu (Ipomoea
5% dengan nilai kadar air 58.27%, kadar batatas l.) terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada tikus jantan galur
abu 0.047%, kadar protein 11.66%, Angka wistar yang diinduksi aloksan.
Lempeng Total (ALT) 5.8 koloni/gram, Talenta, 1, 139-143.
antioksidan 36.2%, warna 3.19%, tekstur Irviani, L.I., & F.C. Nisa. 2014. Kualitas
3.19%, aroma 2.9%, dan rasa 2.83% mie kering tersubsitusi mocaf. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3, 215-225.

Daftar Pustaka Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan


alami-penangkal radikal bebas,
sumber, manfaat, cara penyediaan
Ajizah, A. Thihana, & Mirhanuddin. 2007. dan pengolahan. Surabaya: Trubus
Potensi ekstrak kayu ulin Agrisarana.
(Eusideroxylon zwageri T et B) dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Kuswandari, E. 2012. Pengaruh fermentasi
Staphylococcus aureus secara in vitro. jagung terhadap sifat fisikokimia mp-
Jurnal Bioscientiae, 4, 37-42. asi yang difortifikasi dengan tepung
tempe kedelai. Skripsi. Bandar
Alhera. 1999. Skrining fitokimia dan Lampung: Universitas Lampung.
penetapan konsentrasi hambat
minimum ekstrak daun bandotan Markham, K.R. 1988. Cara
(Ageratum conyzoides L.) terhadap mengidentifikasi flavonoid,
Staphylococcus aureus ATCC 29213. (Terjemahan oleh Kosasih
Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Padmawinata). Bandung: ITB.
Utara.
Meyer, L.H. 1982. Food chemistry. Shabrina, Nadhila. 2017. Pengaruh
California: The AVI Publishing subtitusi tepung terigu dengan tepung
Company Inc. kacang koro pedang (Canavalia
ensiformis L.) dan lama fermentasi
Muchtadi, T.R. 1997. Teknologi proses terhadap karakteristik roti tawar.
pengolahan pangan. Bogor: Skripsi. Bandung: Universitas
Departemen Pendidikan dan Pasundan.
Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Sudarmadji, S. 1997. Prosedur analisa
Universitas Pangan dan Gizi. untuk bahan makanan dan pertanian.
Yogyakarta: Liberty.
Pamungkas Diah D. A., Irmanida
Batubara, & Irma Herawati S. 2016. Sulastri, Erlidawati, Syahrial, Muhammad
Fraksi alkaloid daun ubi jalar ungu Nazar, & Thursina Andayani. 2013.
(Ipomoea batatas var Ayumurasaki) Aktivitas antioksidan ekstrak etanol
sebagai inhibitor α-glukosidase. Acta daun ubi jalar ungu (Ipomea batatas
Pharmaciae Indonesia, 29-34. l.) hasil budidaya daerah Saree Aceh
Besar. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Pontoluli, D.F., Jan R. Assa, & Christine Lingkungan, 9, 125-130.
F. M. 2017. Karakteristik sifat fisik
dan sensoris mie basah berbahan baku Trisnawati, M. I., & Nisa F. C. 2015.
tepung sukun (Arthocarpus altilis Pengaruh penambahan konsentrasi
fosberg) dan tepung ubi jalar ungu protein daun kelor dan karagenan
(Ipomea batatas). Cocos, 1-12. terhadap kualitas mie kering
tersubstitusi mocaf. Jurnal Pangan
Puspitasari Linda. 2014. Kadar protein dan dan Agroindustri, 237-247.
sifat organoleptik mie ubi jalar ungu
(Ipomoea batatas) sebagai bahan baku Widiatmoko Bagus Roni & Estiasih Teti.
dengan penambahan jamur tiram 2015. Karakteristik fisikokimia dan
(Pleurotus ostreatus). Skripsi. organoleptik mie kering berbasis
Surakarta: Universitas tepung ubi jalar ungu pada berbagai
Muhammadiyah Surakarta. tingkat penambahan gluten. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3, 1386-
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. 1392.
Jakarta: Kemenkes RI.
Widyaningsih, & Murtini. 2006. Alternatif
Robinson. T. 1995. Kandungan organik pengganti formalin pada produk
tumbuhan tinggi. (Terjemahkan oleh pangan. Surabaya: Trubus
Kokasih Padmawinata). Bandung: Agrisarana.
ITB.

Setyono. A., Yetti, S., & Sudaryono. 1996.


Penanganan pasca panen ubi jalar.
Prosiding simposium penelitian
tanaman pangan III. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

You might also like