Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah adalah memanggil, menyeru untuk berbuat kebaikan.
Amar ma’ruf nahi mungkar. Menganjurkan untuk berbuat kebaikan dan
meninggalkan perbuatan yang jahat. Setelah mengetahui bagaimana
metode dakwah, sasaran dalam dakwah, tentang kewajiban berdakwah,
tujuan dakwah, kita perlu juga mengetahui bagaimana kode etik dalam
dakwah itu seperti apa.
Mengingat kembali bahwasannya berdakwah tidak hanya sekedar
dengan lisan saja tetapi juga bisa dengan perbuatan. Secara langsung
maupun tidak langsung, disadari ataupun tidak disadari ketika kita berbuat
kebaikan itu sudah termasuk dalam berdakwah. Maka dari itu dalam
makalah ini kami membahas bagaimana kode etik dalam berdakwah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kode etik dakwah ?
2. Bagaimana kode etik dakwah dalam surah Yusuf ayat 28 ?
3. Bagaimana kode etik dakwah dalam surah Al-Hujurat ayat 6 ?
4. Bagaimana kode etik dakwah dalam surah Al-Hujurat ayat 12 ?
5. Bagaimana kode etik dakwah dalam surah Al-Baqarah ayat 109 ?
6. Bagaimana kode etik dakwah dalam surah Al-Maidah ayat 77 ?
7. Bagaimana kode etik dakwah dalam surah Al-A’raf ayat 200 ?
8. Bagaimana kode etik dakwah dalam surah Al-Hajj ayat 78 ?

C. Tujuan
Mengetahui pengertian dari kode etik dakwah dan kode etik dakwah dalam
surah Yusuf ayat 28, Al-Hujurat ayat 6, Al-Hujurat ayat 12, Al-Baqarah
ayat 109, Al-Maidah ayat 77, Al-A’raf ayat 200, dan Al-Hajj ayat 78.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Dakwah


Istilah kode etik lazimnya merujuk pada aturan-aturan atau prinsip-
prinsip yang merumuskan perlakuan benar dan salah. Secara umum etika
dakwah itu adalah etika Islam itu sendiri, dimana secara umum seorang
da’i harus melakukan tindakan-tindakan terpuji dan menjauhkan diri dari
perilaku-perilaku yang tercela. Dan pengertian kode etik dakwah adalah
rambu-rambu etis yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah. Namun,
secara khusus dalam dakwah terdapat beberapa etika yang merupakan
rambu-rambu etis juru dakwah, sehingga dapat dihasilkan dakwah yang
bersifat responsif. Seorang da’i atau pelaku dakwah dituntut untuk
memiliki etika-etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku-
perilaku yang tercela. Dan sumber dari rambu-rambu etis dakwah bagi
seorang da’i adalah al-Quran seperti telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW. karena pada dirinya-lah figur teladan bagi kehidupan
yang diinginkan oleh Allah. Dan pada diri Rasulullah telah mencapai
puncak keimanan yang tinggi.1

B. Yusuf ayat 28
a) Makna Perkata2

‫َقاَل‬ ‫ِم ن ُد ُبٍر‬ ‫ُقَّد‬ ٗ‫َقِم يَص ه‬ ‫َفَلَّم ا َرَء ا‬


Dia berkata Di bagian Koyak Baju gamisnya Maka ketika dia
belakang (Yusuf) (suami
perempuan itu)
melihat

‫َع ِظ يٌم‬ ‫ۖ ِم ن كْيِد ُك َّۖن ِإَّن َك ْيَد ُك ٌّن‬ ‫ِإَّنٗه‬


1
M. Munir, S.Ag., MA. , Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006), 82-83
2
Imam Ghazali Masykur, ALMUMAYYAZ Al-Quran Tajwid Warna Transliterasi Per Kata
Terjemah Per Kata, (Kota Bekasi : Cipta Bagus Segara, 2014) 238

2
Hebat Tipu dayamu (adalah) tipu Sesungguhnya
benar-benar dayamu (wahai (ini)
perempuan)

b) Surat Yusuf Ayat 28


Setelah mendengar ucapan saksi itu, sang suami memeriksa baju
Yusuf as. Maka, tatkala dia melihat bajunya koyak memanjang di
belakang, berkatalah dia tanpa ragu, walau tanpa marah besar,
“Sesungguhnya itu, yakni peristiwa yang terjadi ini, dan tuduhan yang
dituduhkan itu adalah bagian tipu daya kamu, wahai wanita, dan
sesungguhnya tipu daya kamu, khususnya dalam bidang rayu-merayu
adalah besar.” 3
Hubungan ayat ini dengan kode etik dakwah yaitu ketika sepasang
suami-istri dan suami nya sangat mencitai istrinya hendaklah sang istri
menjaga kepercayaan dari suami nya tersebut.

C. Surah Al-Hujurat Ayat 6


Ayat ini menjelaskan mengenai larangan menerima berita dari orang yang
fasik.
a) Makna Per Kata4
‫َفَتَبَّيُنوْا‬ ‫ِبَنَبٍإ‬ ۘۢ ‫َفاِس ٌق‬ ‫ِإن َج آَء ُك ْم‬ ‫َء اَم ُنوْا‬ ‫َٰيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن‬
Maka telitilah Membawa suatu Seseorang Jika datang beriman Wahai orang-
kebenarannya berita yang fasik kepadamu orang yang

‫َٰنِدِم يَن‬ ‫َع َلىٰ َم ا َفَع ْلُتْم‬ ‫َفُتْص ِبُحوْا‬ ‫ِبَج َها َلٍة‬ ‫َقْو مًا‬ ‫َأْن ُتِص ْيُبوْا‬
(merasa) Atas Yang Karena Suatu Agar kamu
menyesal perbuatanmu itu akhirnya kebodohan kaum tidak
akan (kecerobohan) mencelakakan
membuatmu

3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol 6, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), 66
4
Imam Ghazali Masykur, ALMUMAYYAZ Al-Quran Tajwid Warna Transliterasi Per Kata
Terjemah Per Kata, (Kota Bekasi : Cipta Bagus Segara, 2014)516

3
b) Tafsir

Allah SWT memerintahkan untuk meyakinkan perihal berita yang


dibawa oleh orang fasik demi kewaspadaan terhadapnya, agar tidak
ditetapkan suatu keputusan berdasarkan perkataan orang fasik itu. Maka,
orang tersebut pada hakikatnya telah berdusata atau telah berbuat
kekeliruan sehingga orang yang menetapkan suatu keputusan berdasarkan
perkataanya berarti telah mengikuti si fasik, padahal Allah melarang
mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.5
c) Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa al-Harits menghadap
Rasulullah saw.. Beliau mengajaknya untuk masuk Islam. Ia pun berikrar
menyatakan diri masuk Islam. Rasulullah mengajaknya ntuk
mengeluarkan zakat, ia pun menyanggupi kewajiban itu, dan berkata :” Ya
Rasulullah, aku akan pulang ke kaumku untuk mengajak mereka masuk
Islam dan menunaikan zakat. Orang-orang yang menikuti ajaranku, akan
aku kumpulkan zakatnya. Apabila telah tiba waktunya, kirimlah utusan
untuk mengambil zakat yang telah kukumplkan itu.”
Ketika al-Harits telah banyak mengumplkan zakat, dan waktu yang
sudah ditetapkan pun telah tiba, tak seorang pn utusan yang menemuinya.
Al-Harits mengira telah terjadi sesuatu yang menyebabkan Rasulullah
marah kepadanya. Ia pun memanggil para hartawan kaumnya dan berkata:
“Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu untuk mengutus
seseorang untuk mengambil zakat yang telah ada padaku, dan beliau tidak
pernah menyalahi janjinya. Akan tetapi saya tidak tahu mengapa beliau
menangguhkan utusannya itu. Mngkinkah beliau marah? Mari kita
berangkat menghadap Rasulullah saw..”
Rasulullah saw., sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan,
mengtus al-Walid bin ‘Uqabah untuk mengamnil dan menerima zakat

5
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4,
(Depok : Gema Insani, 2009) 422-423

4
yang ada pada al-Harits. Ketika al-Walid berangkat, diperjalanan hatinya
merasa gentar, lalu ia pun pulang sebelum sampai ke tempat yang dituju.
Ia melaporkan (laporan palsu) kepada Rasulullah bahwa al-Harits tidak
mau menyerahkan zakat kepadanya, bahkan mengancam akan
membunhnya
Kemudian Rasulullah mengirim utusan berikutnya kepada al-
Harits. Di tengah perjalanan, utusan itu berpapasan dengan al-Harits dan
sahabat-sahabatnya yang tengah menuju ke tempat Rasulullah saw..
Setelah berhadap-hadapan, al-Harits menanyai utusan itu: “Kepada siapa
engkau diutus?” Utsan itu menjawab: “Kami diutus kepadam.” Dia
bertanya: “Mengapa?” Mereka menjawab: “ Sesungguhnya Raslullah saw.
telah mrngutus al-Wahid bin ‘Uqbah. Manum, ia mengatakan bahwa
engkau tidak mau menyerahkan zakat, bahkan bermaksud membunuhnya.”
Al-Harits menjawab: “Demi Allah yang telah Mengutus Muhammad
dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya. Tidak ada yang datang
kepadaku.”
Ketika mereka sampai dihadapan Rasulullah saw., bertanyalah
beliau: “Mengapa engkau menahan zakat dan akan membunuh utusanku?”
Al-Harits menjawab: “Demi Allah yang telah Mengutus engkau dengan
sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian.” Maka turunlah ayat ini
(Q.S. 49 al-Hujurat: 6) sebagai peringatan kepada kaum Mukminin agar
tidak hanya menerima keterangan dari sebelah pihak saja.6

D. Al-Hujurat Ayat 12
Ayat ini menjelaskan bahwa dalam etik dakwah yaitu larangan mencari
kesalahan orang lain, menggunjing, dan membicarakan aib orang lain.
a) Makna Per Kata7

6
Ibid, 423-424
7
Imam Ghazali Masykur, ALMUMAYYAZ Al-Quran Tajwid Warna Transliterasi Per Kata
Terjemah Per Kata, (Kota Bekasi : Cipta Bagus Segara, 2014)517

5
‫َأِخ يِه‬ Dan ‫َو اَل‬ Wahai orang- ‫َٰيَأُّيَهاآَّلِذ يَن‬
Saudaranya janganlah
orang yang
menggunjing ‫َيْغ َتْب‬
Yang sudah ‫َم ْيًتا‬ Salah seorang
‫َّبْعُض ُك ْم‬ Beriman, ‫َء اَم ُنوْاآْج َتِنُبوْا‬
diantara
mati jauhilah
kamu

‫َفَك ِرْهُتُم وُه‬ ‫َك ِثْيًرا‬


(terhadap)
Tentu kamu ‫َبْعًضا‬
sebagian Banyak
merasa jijik
yang lain
Dan
‫َو اَّتُقواَهللا‬ ‫َأُيِح ُّب‬ ‫ِّم َن آلَّظِّن‬
bertakwalah Apakah ada Dari
kepada yang suka prasangka
Allah

Sungguh, ‫ِإَّن آَهلل‬ Diantara ‫َأَح ُد ُك ْم‬ Sesungguhnya


sebagian
‫ِإَّن َبْع َض آلَّظِّن‬
Allah kamu
prasangka itu

Maha ‫َتَّو ا ٌب‬ ‫َأْن َيْأ‬ ‫ِإْثٌم‬


menerima Memakan Dosa
tobat ‫ُك َل‬
‫َّر ِح يٌم‬ ‫َلْح َم‬
Dan ‫َو َالَتَج َّسُسوْا‬
janganlah
Maha kamu
daging
penyayang mencari-cari
kesalahan
orang lain

b) Tafsir
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah dengan upaya sungguh-
sungguh banyak dari dugaan, yakni prasangka buruk terhadap manusia
yang tidak memiliki indikator memadai, sesungguhnya sebagian dugaan,
yakni yang tidak memiliki indikator itu, adalah dosa. Selanjutnya, karena
tidak jarang prasangka buruk mengundang upaya mencari tahu, maka ayat
diatas melanjutkan bahwa : Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain yang justru ditutupi oleh pelakunya serta jangan juga
melangkah lebih luas, yakni sebagian kamu menggunjing, yakni

6
membicarakan aib sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka, tentulah jika
itu disodorkan kepada kamu, kamu telah merasa jijik kepadanya dan akan
menghindari memakan daging saudara yang telah meninggal dunia dan
bertakwalah kepada Allah, yakni hindari siksa-Nya di dunia dan di
akhirat, dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
serta bertaubatlah atas aneka kesalahan, sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. 8
c) Asbabun Nuzul
Ibn al-Mundzir meriwayatkan dari Ibn Juraij bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Saalman al-Farisi yang bila selesai makan suka tidur
dan mendengkur. Kemudian ada orang yang menggunjingkan
kebiasaannya itu. Maka, turunlah ayat ini yang melarang seseorang
menceritakan aib orang lain.
Islam tidak melarang umatnya untuk bergurau atau bercanda.
Namun, ungkapan yang menghina, mengejek, atau merendahkan orang
lain tidak dapat diaggap sebagai gurauan atau candaan. Setiap muslim
harus menjaga lisannya sehingga tidak menyakiti, menyinggung, atau
merusak kehormatan orang lain. Mencemarkan nama orang lain bisa
dilakukan dengan cara mengungkapkan keburukan atau kata-kata yang
tidak baik. Kita harus menghindari ungkapan yang menyinggung perasaan,
menyakiti hati, mencela atau menyindir orang lain.
Kita juga harus menghindari prasangka kepada orang lain karena
hanya akan membawa dosa. Begitu banyak orang yang tersiksa atau
tersakiti karena prasangka orang lain. Prasangka tak ubahnya tuduhan
yang tak didasari oleh bukti yang jelas. Karena itu, Allah melarang
umatnya berprasangka. Sebaliknya, kita harus selalu berprasangka baik.
Selain itu memata-matai atau menyelidiki terlalu dalam urusan orang lain
dan ingin mencampuri urusan orang lain juga harus dihindari karena

8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol 12, (Jakarta : Lentera Hati, 2009) , 609

7
merugikan orang lain. Menggunjing juga merupakan kejahatan serupa
yang berakibat buruk bagi orang lain.
Dalam ayat diatas Allah memberikan perumpamaan yang tegas.
Orang yang menggunjing dan berprasangka buruk bagaikan orang yang
makan bangkai saudaranya sendiri. Tentu saja perumpamaan itu
menunjukkan betapa buruknya akibat gunjingan atau prasangka buruk.9

E. Al-Baqarah Ayat 109


Dalam ayat ini kaitannya dengan etik dakwah yaitu dianjurkan untuk tidak
melayani orang yang non-muslim dalam hal akidah.
a) Makna Per Kata10

Perintah- ‫ِبَأْم ِر ِه‬ Jelas


‫َتَبَّيَن‬ Banyak (orang) ‫َو َّد‬
Nya diantara Ahli
Kitab yang ‫َك ِثيٌر ِّم ْن‬
menginginkan
‫َأْهِل آْلِك َٰتِب‬
Sungguh, ‫ِإَّن ٱَهلل‬ Bagi mereka ‫َلُهُم‬ Sekiranya ‫َلْو َيُر ُّد وَنُك م‬
Allah mereka dapat
mengembalikan
kamu
Atas ‫َع َلٰى‬ Kebenaran ‫ٱْلَح ُّق‬ Setelah
‫ن َبْع ِد‬
ۘ ‫ِّم‬
segala
‫ُك ِّل‬
sesuatu
‫َش ْى ٍء‬
Maha ‫َقِد ير‬ Maka ‫َفآْع ُفوْا‬ Kamu beriman
‫َبْع ِد ِإيَم اِنُك ْم‬
kuasa maafkanlah

9
Muhammad Chirzin, Mengerti Asbabun Nuzul Rampai peristiwa dan Pesan Moral di Balik Ayat-
Ayat Suci Al-Quran (Jakarta: Zaman, 2015) ,105-107.
10
Imam Ghazali Masykur, ALMUMAYYAZ Al-Quran Tajwid Warna Transliterasi Per Kata
Terjemah Per Kata, (Kota Bekasi : Cipta Bagus Segara, 2014)17

8
Dan ‫َو ٱْص َفُحوا‬ Menjadi kafir ‫ُك َّفاًرا‬
berlapang kembali
dadalah
Sampai ‫َح َّتٰى‬ (karena) rasa ‫َح َس دًا‬
dengki
Allah ‫َيْأِتَى ٱُهلل‬ Dalam diri ‫ِّم ْن‬
memberikan mereka
‫ِع نِد َأنُفِس ِهم‬
Setelah ‫ِّم ۘن َبْع ِد َم ا‬

b) Tafsir

(Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar) lau atau “agar”


masdariyah, artinya melebur kalimat sesudahnya menjadi masdar (mereka
dapat mengembalikan kamu pada kekafiran setelah kamu beriman,
disebabkan kedengkian) “maf’ullah” menunjukkan motif dari keinginan
mereka itu – (dari diri sendiri) maksudnya timbul dan didorong oleh jiwa
mereka yang kotor – (setelah nyata bagi mereka) dalam Taurat –
(kebenaran) mengenai diri nabi – (maka maafkanlah mereka)
tinggalkanlah – (dan biarkanlah) tak usah dilayani mereka itu – ( sampai
Allah mendatangkan perintah-Nya) tentang mereka dengan menyuruh
memerangi mereka. – (Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu).11

c) Asbabun Nuzul

Hay bin akhtab dan Abu Yasir bin Akhtab adalah dua orang
Yahudi yang paling dengki dan sakit hati kepada orang Arab, karena
mereka diistimewakan Allah dengan rasul-Nya. Kedua orang ini berusaha

11
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul Jilid 1, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2016) 57

9
sekuat tenaga mereka untuk mengeluarkan manusia dari agama Islam,
hingga Allah pun menurunkan tentang mereka : “Sebagian besar Ahli
Kitab menginginkan ... sampai akhir ayat.”12

F. Al-Maidah Ayat 77
Dalam ayat ini yang berkaitan dengan kode etik dakwah yaitu anjuran
untuk tidak melebih-lebihkan dalam beragama.
a) Makna Per Kata13

Orang-orang
‫َقْو ٍم‬ Katakanlah ‫ُقْل‬
(Muhammad)
Yang telah ‫َقْد َض ُّلوْا‬ Wahai Ahli Kitab
‫َٰيَأْهَل ٱْلِك َٰتِب‬
tersesat
Dahulu ‫ِم ن َقْبُل‬ Janganlah kamu ‫َالَتْغ ُلوْا‬
berlebih-lebihan
Dan mereka ‫َو َاَض ُّلوْا‬ Dalam agamamu
‫ِفى ِد يِنُك ْم‬
sendiri tersesat
Banyak (manusia) ‫َك ِثيًرا‬ (dengan) cara yang ‫َغْيَر ٱْلَح ِّق‬
tidak benar
Dan mereka ‫َّو َض ُّلوْا‬ Dan janganlah ‫َو َالَتَّتِبُعوْا‬
sendiri tersesat kamu mengikuti
Dari jalan yang
‫َع ن َس َو اِ︢ء ٱلَّس ِبيِل‬ Keinginan
‫َأْهَو اَ︢ء‬
lurus

b) Tafsir

Kemudian Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab,


janganlah kamu berlebih-lebihan secara tidak benar dalam
agamamu,’”yakni janganlah kamu melampaui batas dalam mengikuti
kebenaran dan janganlah berlebih-lebihan dalam menghormatinya
12
Ibid, 175
13
Imam Ghazali Masykur, ALMUMAYYAZ Al-Quran Tajwid Warna Transliterasi Per Kata
Terjemah Per Kata, (Kota Bekasi : Cipta Bagus Segara, 2014)121

10
sehingga kamu mengelarkan orang itu dari kenabiannya ke kerangka
ketuhanan seperti yang kamu lakukan terhadap isa yang merupakan salah
satu nabi, kemudian kamu jadikan dia sebagai tuhan selain Allah. Hal ini
tiada lain karena kamu mengikuti syekh-syekhmu, yaitu syekh kesesatan
berupa orang-orang terdahulu yang sejak semula telah sesat. “ Dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah tersesat
sebelumnya dan menyesatkan banyak orang serta mereka pun tersesat dari
jalan yang lurus,” mereka kelar dari jalan istiqamah dan pertengahan ke
jalan yang bengkok dan sesat. 14

G. Al-A’raf Ayat 200


Ayat ini menganjurkan kepada kita untuk meminta perlindungan kepada
Allah ketika kita diganggu oleh syetan.
a) Makna Per Kata15

‫َفٱْسَتِع ْذ‬ ‫َنْز ٌغ‬ ‫ِم َن ٱلَّش ْيَطِٰن‬ ‫َو ِإَّم اَينَز َغ َّنَك‬
(dengan)
Maka Dari kalangan Dan jika ada
golongan
berlindunglah setan yang datang
menggodamu

‫َع ِليٌم‬ ‫َسِم يٌع‬ ‫ِإَّنٗه‬ ‫ِبٱِهلل‬


Maha Maha Sungguh dia Kepada Allah
mendengar
mengetahui

b) Tafsir

Rasul saw sebagai manusia, tentu saja dapat marah jika kejahilan
orang-orang musyrikin telah mencapai puncaknya, apalagi setan yang
merupakan musuh abadi manusia selalu enggan melihat siapa pun berbudi
pekerti luhur. Karena itu, Nabi saw, dan umumnya diingatkan dengan

14
Muhammad nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2,
( Depok : Gema Insani, 2008) 132
15
Imam Ghazali Masykur, ALMUMAYYAZ Al-Quran Tajwid Warna Transliterasi Per Kata
Terjemah Per Kata, (Kota Bekasi : Cipta Bagus Segara, 2014)176

11
redaksi yang mengandung penekanan- penekanan bahwa dan jika engkau
benar – benar dibisikan, yakni dirayu dengan halus dan tipu daya, oleh
setan dengan satu bisikan untuk meninggalkan apa yang dianjurkan
kepadamu tadi, misalnya mendorongmu secara halus untuk marah, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah, dengan demikian Allah akan
mengusir bisikan dan godaan itu serta melindungimu karena sesungguhnya
Dia Maha Mendengar, termasuk mendengar permohonanmu, Lagi Maha
Mengetahui apa yang engkau dambakan dan apa yang direncanakan oleh
setan.16

H. Al-Hajj Ayat 78
Ayat ini berhubungan dengan kode etik dakwah yaitu perintah berjihad
untuk berbuat kebaikan dan dalam menjalankan perintah Allah.

‫َو َم ا َجَعَل‬ ‫ُهَو ٱْج َتَبٰى ُك ْم‬ ‫َح َّق ِج َهاِدِه‬ ‫ِفى ٱِهلل‬ ‫َو َج اِهُدوا‬
dan Dia tidak dia telah (dengan) jihad di jalan Allah Dan berjihadlah
menjadikan memilih yang sebenar- kamu
kamu benarnya
‫َأِبيُك ْم‬ ‫ِّم َّلَة‬ ‫ِم ْن َح َر ٍج‬ ‫ِفى ٱلِّديِن‬ ‫َع َلْيُك ْم‬
nenek (ikutilah) kesukaran dalam agama untukmu
moyangmu agama
‫ِم ن َقْبُل‬ ‫ٱْلُم ْس ِلِم يَن‬ ‫َسَّم ٰى ُك ُم‬ ‫ُهَو‬ ‫ِإْبَٰر ِهيَم‬
sejak dahulu orang-orang telah Dia (Allah) (yaitu) Ibrahim
muslim menamakan
kamu
‫َو َتُك و ُنوْا‬ ‫َع َلْيُك ْم‬ ‫َش ِهيًدا‬ ‫ِلَيُك وَن ٱلَّرُسْو ُل‬ ‫َوِفى َٰه َذ ا‬
dan agar kamu atas dirimu saksi agar Rasul dan (begitu pula)
semua menjadi (Muhammad) dalam (Al-
itu menjadi Qur’an) ini
‫َو َء اُتوْا‬ ‫ٱلَّص َلٰو َة‬ ‫َفَأِقْيُم وْا‬ ‫َع َلى ٱلَّناِس‬ ‫ُش َهَدآَء‬
dan salat maka atas segenap saksi

16
Quraish Shihab, “Tafsir Al- Mishbah”, (Iran: Penerbit Al-Huda), hlm. 430

12
tunaikanlah laksanakan manusia
‫َم ْو َلٰى ُك ْم‬ ‫ُهَو‬ ‫ِبٱ ِهلل‬ ‫َو ٱْعَتِصُم وْا‬ ‫ٱلَّز َكٰو َة‬
pelindungmu Dialah kepada Allah dan zakat
berpegang
teguhlah
‫ٱلَّنِص يُر‬ ‫َوِنْع َم‬ ‫ٱْلَم ْو َلٰى‬ ‫َفِنْع َم‬
penolong dan sebaik- pelindung Dia sebaik-baik
baik

a) Tafsir

Shalat, ibadah dan amal kebaikan bukanlah sesuatu yang mudah


dipenuhi karena dalam diri manusia dan nafsu yang selalu mengajak
kepada kejahatan, di sekelilingnya ada setan yang menghambat. Karena
itu, manusia perlu berjihad mencurahkan seluruh tenaga dan kemampuan
agar amal-amal kebajikan itu dapat terlaksana dengan baik. dari sini, ayat
78 yang menyusul perintah beramal baik itu menegaskan bahwa :
Perintahkanlah ajakan Kami di atas (ayat 77) dan berjihadlah, yakni
curahkan semua kemampuan dan totalitas kamu, pada jalan Allah dengan
jihad yang sebenar-benarnya, yakni demi karena Allah serta sesuai
keagungan-Nya untuk menegakkan kalimat Allah dan mengalahkan
musuh dan hawa nafsu kamu sehingga kamu menjadi hamba-hamba-Nya
yang taat. Sungguh, perlu kamu lakukan hal itu dalam rangka mensyukuri-
Nya karena Dia telah memilih kamu sebagai umat pertengahan dan pilihan
serta menjadi pembela-pembela agama-Nya dan apa yang diperintahkan
itu tidaklah berat bagi kamu karena Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk
kamu dalam agama yang dipilih-Nya untuk kamu itu sedikit kesempitan
pun, yakni Allah tidak menetapkan satu hukum agama yang menyulitkan
atau memberatkan kamu. Dia justru memberikan kemudahan setiap terjadi
kasus yang memberatkan kamu. Oleh karena itu, pegang teguhlah agama
ini, sebagaimana Dia tidak menjadikan sedikit kesulitan pun pada agama

13
orangtua kamu Ibrahim. Nabi yang sangat agung dan diagungkan oleh
semua penganut agama samawi. Nabi yang menolak penyembahan berhala
sambil mengumandangkan akidah tauhid. Dia, yakni Allah, telah menamai
kamu muslimin, yakni orang-orang yang berserah diri. Penamaan itu sejak
dahulu di dalam kitab-kitab suci yang telah diturunkan-Nya dan begitu
pula di dalam al-Qur’an ini supaya Rasul menjadi saksi atas kamu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.

Karena banyaknya nikmat Allah kepada kamu, antara lain yang


disebut di atas, dan karena kamu adalah umat pilihan-Nya, maka
laksanakanlah shalat secara baik dan bersinambung dan tunaikanlah zakat
secara sempurna dan berpeganglah kamu semua pada tali agama Allah.
Dia saja Pelindung dan Yang menangani serta memenuhi keperluan kamu,
maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdakwah merupakan suatu kewajiban bagi semua umat muslim,
dalam berdakwah tentunya tidak hanya mengandalkan berbicara didepan
17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol 8, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), 299-230

14
umum saja, tetapi berdakwah juga bisa dengan perbuatan. Yang mana
dalam berdakwah terdapat kode etik dakwah yang lazimnya merujuk pada
aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang merumuskan perlakuan benar dan
salah. Hubungan kode etik dakwah dengan surah Yusuf ayat 28 yaitu
tentang penting menjaga kepercayaan suami yang sangat mencintai
istrinya. Al-Hujurat ayat 6 yakni ketika kita menerima suatu berita
hendaklah menimbang terlebih dahulu. Al-Hujurat ayat 12 yakni mengenai
larangan menggunjing, mencari kesalahan orang lain. Al-Baqarah ayat 109
yakni tentang larangan melayani orang yang non-muslim dalam hal
akidah. Al-Maidah ayat 77 berkaitan dengan anjuran untuk tidak melebih-
lebihkan dalam beragama. Al-A’raf ayat 200 yakni menganjurkan kepada
kita untuk meminta perlindungan kepada Allah ketika kita diganggu oleh
syetan. Dan Al-Hajj ayat 78 anjuran untuk berjihad dalam menjalankan
perintah Allah.

Daftar Pustaka

Munir, M. Metode Dakwah. 2006. Jakarta : Kencana


Masykur, Imam Ghazali ALMUMAYYAZ Al-Quran Tajwid Warna Transliterasi
Per Kata Terjemah Per Kata. 2014. Kota Bekasi : Cipta Bagus Segara.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol 6. 2002. Jakarta : Lentera Hati.

15
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 4. 2009. Depok : Gema Insani.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah Vol 12. 2009. Jakarta : Lentera Hati.

Chirzin, Muhammad. Mengerti Asbabun Nuzul Rampai peristiwa dan Pesan


Moral di Balik Ayat-Ayat Suci Al-Quran. 2015. Jakarta: Zaman.
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dkk. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun
Nuzul Jilid 1. 2016. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu


Katsir, Jilid 2. 2008. Depok : Gema Insani.
Shihab, Quraish. Tafsir Al- Mishbah. Iran: Penerbit Al-Huda.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol 8. 2009. Jakarta: Lentera Hati.

16

You might also like