Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Bul.

Plasma Nutfah 25(2):113–122

Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi terhadap


Patogen Hawar Daun Bakteri Patotipe III, IV, dan VIII
(Resistance Diversity of Local Rice from Java, Sumatra, and Sulawesi to
Bacterial Leaf Blight Pathotype III, IV, and VIII)
Celvia Roza*, N. Usyati, dan Cucu Gunarsih
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jl. Raya 9, Sukamandi, Subang 41256, Jawa Barat, Indonesia
Telp. (0260) 520157; Faks. (0260) 521104
*E-mail: celvia.roza@gmail.com

Diajukan: 7 Mei 2019; Direvisi: 9 November 2019; Diterima: 21 November 2019

ABSTRACT
The Bacterial Leaf Blight (BLB) caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) is an important disease for rice. One of the
effective methods to controls the BLB is by using resistant varieties. The existing local rice genetic germplasm were needed to
suppport the development of BLB resistant rice breeding program. The objective of this research was to evaluate the diversity
resistance respond of local rice from Java, Sumatra, and Sulawesi to BLB disease, pathotype III, IV, and VIII. A hundred total
accessions of local rice germplasm from Java, Sumatera, Sulawesi and the pure culture of Xanthomonas oryzae pv. oryzae
pathotype III, IV, and VIII were used as materials genetic of this research. The evaluation was conducted at greenhouse condition,
during on two phases of rice growth, vegetative and generative stage. The leaf-cutting method was used for inoculation and the
resistance score was assayed based on SES IRRI 2014. The resistance diversity to pathotype III on the vegetative stage showed on
medium susceptible to highly susceptible groups while to pathotype VIII showed on susceptible to highly susceptible groups. On
the generative stage, there was one accession, Padi Terong (7782), which showed medium resistance respond to pathotype III. This
accession is local rice from West Java. The local rice from West Java was detected have the most diverse resistance to BLB
pathogen.
Keywords: Resistance, rice germplasm, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, bacterial leaf blight.

ABSTRAK
Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh bakteri patogen, Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), yang merupakan salah satu
penyakit penting tanaman padi. Salah satu pengendalian yang efektif yaitu dengan penggunaan varietas tahan. Koleksi aksesi padi
local siperlukan unntuk mendukung program perakitan varietas tahan penyakit HDB. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi keragaman respons ketahanan padi lokal asal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi terhadap penyakit HDB, patotipe III,
IV, dan VIII. Materi genetik yang digunakan adalah seratus aksesi plasma nutfah padi local asal Jawa, Sumatera, Sulawesi dan
biakan murni bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) patotipe III, IV, dan VIII. Evaluasi ketahanan dilakukan di Rumah
Kaca BB Padi Sukamandi pada MT-1/MT-2 tahun 2016. Metode inokulasi dilakukan dengan pengguntingan daun dan skoring
ketahanan berdasarkan SES IRRI tahun 2014. Evaluasi pada stadia vegetatif menunjukkan adanya keragaman respons ketahanan
terhadap patotipe III (agak rentan−sangat rentan) dan VIII (rentan−sangat rentan). Sedangkan pada stadia generatif terdapat satu
aksesi yang bereaksi agak tahan terhadap patotipe III yaitu Padi Terong (7782), yang merupakan aksesi padi lokal asal Jawa Barat.
Padi lokal asal Jawa Barat terdeteksi memiliki keragaman respons ketahanan terhadap patogen HDB yang paling beragam.
Kata kunci: Ketahanan, plasma nutfah padi, Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Hawar Daun Bakteri.

114 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122

PENDAHULUAN Perakitan varietas unggul baru yang mem-


bawa gen tahan terhadap HDB terus dilakukan
Salah satu tantangan dalam penyediaan beras melalui persilangan dengan memanfaatkan ke-
nasional adalah serangan hama dan penyakit ragaman sumber genetik padi yang ada (Djafarudin
dengan hawar daun bakteri (HDB) sebagai salah 1994). Dalam sejarah pemuliaan padi di Indonesia
satu penyakit utama padi yang sangat merugikan. tercatat 40 varietas lokal padi yang telah diman-
HDB yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae faatkan sebagai tetua persilangan. Hal ini relatif
pv. oryzae (Xoo) tergolong penyakit penting di sedikit dibanding dengan koleksi plasma nutfah
banyak negara penghasil padi (Suparyono et al. yang ada (Sitaresmi et al. 2013).
2004). Hal ini disebabkan karena HDB dapat Perakitan varietas tahan memerlukan keter-
mengurangi hasil panen dengan tingkat yang sediaan plasma nutfah padi dengan keragaman
bervariasi. Kerugian yang ditimbulkan oleh HDB genetik yang luas untuk dapat digunakan sebagai
di wilayah tropis lebih tinggi dibanding dengan tetua persilangan. Keragaman genetik merupakan
wilayah subtropik (Suparyono et al. 2003). faktor penting dalam pemuliaan tanaman. Sebelum
Suparyono dan Sudir (1992) melaporkan bahwa digunakan dalam perakitan varietas, sifat-sifat gen
ambang kerusakan penyakit HDB adalah 20% pada ketahanan dari koleksi plasma nutfah padi perlu
dua minggu sebelum panen. Di atas ambang diketahui melalui kegiatan karakterisasi morfologi,
tersebut setiap kenaikan keparahan penyakit 10% fisiologi, dan evaluasi toleransi terhadap cekaman
akan meningkatkan kehilangan hasil 5–7%. biotik maupun abiotik (Bustamam et al. 1997).
Varietas padi yang ditanam dapat menentukan per- Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
kembangan penyakit HDB. Penyakit ini berkem- keragaman respons ketahanan seratus aksesi padi
bang sangat cepat pada varietas rentan, terutama lokal asal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi terhadap
pada saat cuaca lembap dan pemupukan N dosis penyakit HDB patotipe III, IV, dan VIII. Informasi
tinggi tanpa diimbangi oleh pupuk K (Sudir et al. yang diperoleh akan memberikan gambaran kera-
2002; Sudir dan Abdulrachman 2009). Berdasarkan gaman respons ketahanan padi lokal di masing-
pengujian virulensi isolat bakteri Xoo terhadap se- masing lokasi terhadap patotipe dominan HDB. Di
perangkat varietas diferensial Jepang, teridentifi- samping itu akan memberikan informasi sifat ke-
kasi tiga kelompok patotipe yang dominan yaitu tahanan penyakit HDB dari masing-masing aksesi
patotipe III, IV, dan VIII dengan komposisi dan sebagai calon tetua dalam program perakitan
dominasi yang bervariasi di tiap daerah (Sudir et al. varietas unggul baru padi tahan penyakit HDB.
2012).
Penggunaan varietas tahan diketahui sebagai
BAHAN DAN METODE
salah satu teknik pengendalian yang efektif. Ber-
bagai varietas dan galur padi dengan berbagai ting- Evaluasi ketahanan aksesi varietas padi lokal
kat ketahanan terhadap HDB telah dikembangkan terhadap penyakit HDB dilakukan di Rumah Kaca
(Sudir et al. 2013). Namun, seringkali ketahanan Balai Besar Penelitian Padi, Badan Litbang
patah oleh patogen HDB yang mampu membentuk Pertanian, Kementerian Pertanian (BB Padi) di
patotipe baru yang lebih virulen (Suparyono et al. Sukamandi pada MT-1/MT-2 tahun 2016. Jumlah
2004). Kondisi ini memicu para pemulia untuk aksesi varietas padi lokal yang dievaluasi sebanyak
terus merakit varietas yang tahan terhadap HDB. seratus aksesi yang merupakan koleksi BB Padi,
Perakitan varietas yang tahan HDB dengan me- sebagian besar berasal dari beberapa daerah di
manfaatkan tetua yang berasal dari plasma nutfah Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Identitas dari aksesi
sudah banyak dilakukan (Nafisah et al. 2007). yang dievaluasi ditampilkan di dalam Tabel 1.
Namun, informasi plasma nutfah yang memiliki Adapun varietas kontrol tahan yang digunakan
ketahanan yang luas terhadap beragam patotipe, yaitu IRBB5 dan IRBB7, sedangkan varietas
khususnya yang dominan di Indonesia masih kontrol rentan adalah IR64 dan TN1.
sangat dibutuhkan.
2019 Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi: C. Roza et al. 115

Evaluasi dilakukan pada stadia bibit 10 ml dengan konsentrasi bakteri 109 sel/ml dan
(vegetatif) dan stadia dewasa (generatif). Patotipe diaduk menggunakan jarum ose. Selanjutnya
bakteri Xoo yang digunakan adalah patotipe III, IV, suspensi bakteri dipindahkan ke dalam beaker
dan VIII koleksi Laboratorium Penyakit, glass untuk proses inokulasi di rumah kaca.
Kelompok Peneliti Proteksi BB Padi. Pembuatan
inokulum dilakukan dengan menggunakan biakan Evaluasi Ketahanan Aksesi Padi Lokal
murni dari patotipe III, IV, dan VIII. Media tum- terhadap HDB pada Stadia Vegetatif
buh bakteri Xoo yang digunakan adalah Wakimoto.
Bakteri ditumbuhkan di dalam media miring ta- Benih aksesi plasma nutfah ditanam dalam
bung reaksi selama 48 jam. Untuk proses inokulasi, kotak plastik berukuran 35 cm × 26 cm × 10 cm
bakteri ditambah dengan aquades steril sebanyak menggunakan tanah dari KP Sukamandi. Setiap

Tabel 1. Daftar materi genetik yang dievaluasi ketahanannya terhadap HDB di rumah kaca.

No. Tahun No. Tahun


No. Nama aksesi Keterangan Provinsi Kabupaten No. Nama aksesi Keterangan Provinsi Kabupaten
aksesi koleksi aksesi koleksi

1 7246 Kwatek Padang Luas 2010 Lokal 51 9520 Morneng/Dasneng 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur
2 7258 Saba 2010 Lokal 52 9521 Jembar Lokal 2014 Lokal Jawa Barat Bandung
3 7259 Siam 11 2010 Lokal 53 9522 Jembar Batan 2014 Lokal Jawa Barat Bandung
4 7271 Siam Rendah 2010 Lokal 54 9523 Cungkring 2014 Lokal Jawa Barat Bandung
5 7274 Siam Unus Kuning 2010 Lokal 55 9524 Nengsih 2014 Lokal Jawa Barat Bandung
Tanbak Sariah
6 7276 Unus 2010 Lokal 56 9525 Cere Beureum 2014 Lokal Jawa Barat Bandung
7 7277 Unus Birayang 2010 Lokal 57 9526 Jembar 2014 Lokal Jawa Barat Tasikmalaya
8 7292 Monsua 2010 Lokal 58 9527 Cere 2 2014 Lokal Jawa Barat Garut
9 7306 Terong Ulang 2010 Lokal 59 9528 Menyan 2014 Lokal Jawa Barat Garut
10 7776 Tambleg 2010 Lokal Banten Pandeglang 60 9529 Oseg 2014 Lokal Jawa Barat Garut
11 7782 Padi Terong 2010 Lokal Banten Pandeglang 61 9531 Cere 1 2014 Lokal Jawa Barat Garut
12 7800 Pisitan Gundul 2010 Lokal Banten Pandeglang 62 9533 Cere 3 2014 Lokal Jawa Barat Garut
13 7813 Pare Sariendah 2010 Lokal Banten Pandeglang 63 9535 Ketan Pecut 2 2014 Lokal Jawa Barat Garut
14 7819 Ketan Hitam 2010 Lokal 64 9536 Wulung 1 2014 Lokal Jawa Barat Garut
15 7821 Pare Salak 2010 Lokal Banten Pandeglang 65 9537 Hawara Kapas 1 2014 Lokal Jawa Barat Garut
16 7834 Cere Dota 2010 Lokal Jawa Barat Cianjur 66 9540 Hawara Kapas 2 2014 Lokal Jawa Barat Garut
17 7837 Genjah Welut 2010 Lokal Jawa Tengah Magelang 67 9541 Lokcan Empok 2014 Lokal Jawa Barat Garut
18 7838 Rembang 2010 Lokal DIY Pakem 68 9542 Wulung 2 2014 Lokal Jawa Barat Garut
19 7848 Ciherang (tahan HDB) 2010 Lokal 69 9543 Cere 2014 Lokal Jawa Barat Garut
20 7855 Beras Hitam (2) 2010 Lokal Jawa Barat Subang 70 9544 Ketan Putih 1 2014 Lokal Jawa Barat Subang
21 7856 Beras Hitam 2010 Lokal Jawa Barat Indramayu 71 9545 Ketan Putih 2014 Lokal Jawa Barat Subang
22 7857 Beras hitam 2010 Lokal 72 9547 Muncul 2014 Lokal Jawa Barat Subang
23 7858 Beras Hitam (1) 2010 Lokal Jawa Barat Subang 73 9548 Si Denok 2014 Lokal Jawa Barat Subang
24 7860 Obor Laut 2010 Lokal Jawa Barat Bandung 74 9549 Angkok 2014 Lokal Jawa Barat Subang
25 7862 Ranting Merah 2010 Lokal Jawa Barat Bandung 75 9551 Kebo 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu
26 7863 Gombal 2010 Lokal 76 9553 Kebo Super 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu
27 7868 Si Udang 2010 Lokal Sumatra Mandailing 77 9554 Muncul-Jati Barang 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu
Utara Natal
28 7869 Srijaya (Bulat) 2010 Lokal 78 9555 Borang 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu
29 7872 Darma Ayu 2010 Lokal 79 9556 Sabo 2014 Lokal Jawa Barat Indramayu
(Ciherang/Sri putih)
30 7873 Basmati Sukamandi 2010 Lokal 80 9562 Padi Ngaos 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu
31 7877 Semapati (Ciherang/Sri 2010 Lokal 81 9563 Padi Sigading Merah 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu
Putih)
32 7878 Merdeka 2010 Lokal 82 9565 Padi Bau 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu
33 7916 Pae Loio 2010 Lokal Sulawesi Konawe 83 9566 Padi Sigading Putih 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu
Selatan Selatan
34 7917 Pae Ndina Ana 2010 Lokal Sulawesi Konawe 84 9567 Padi Gading Tinggi 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu
Selatan Selatan
35 7932 Gundil 2010 Lokal Sulawesi 85 9568 Padi Ketik Nibung 2014 Lokal Riau Pelelawan
Selatan
36 7933 Kantuna 2010 Lokal Sulawesi 86 9570 Padi Pulut Hitam 2014 Lokal Riau Pelelawan
Selatan
37 7960 Itum 2010 Lokal 87 9571 Cekow 2014 Lokal Riau Pelelawan
38 7961 Yoing 2010 Lokal 88 9572 Padi Bujang Berinai 2014 Lokal Riau Pelelawan
39 7963 HS 3 2010 Lokal 89 9573 Cekow 2014 Lokal Riau Pelelawan
40 7964 Djambon 2010 Lokal 90 9575 Padi Pulut Belanda 2014 Lokal Riau Pelelawan
41 7968 Djedah 2010 Lokal 91 9579 Padi Anak Ulat 2014 Lokal Riau Pelelawan
42 7987 Padi Burungan 2010 Lokal 92 9580 Burung 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir
43 7991 Srijaya Panjang 2010 Lokal 93 9582 Kuriak 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir
44 8163 Soponjono 2011 Lokal 94 9583 Padi Napal 2014 Lokal Riau Pelelawan
45 9514 Lamdaur Ekor Hitam 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 95 9584 Kuro 2014 Lokal Riau Pelelawan
46 9515 Kewal Beureum 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 96 9585 Padi Karia 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir
47 9516 Lamdaur Ekor Putih 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 97 9586 Mekar Sari 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir
48 9517 Cere Manggu 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 98 9587 Padi KKB 2014 Lokal Riau Indragiri Hulu
49 9518 Inul 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 99 9589 Padi Mayang Sari 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir
50 9519 Enud-Rawa Bogo 2014 Lokal Jawa Barat Cianjur 100 9591 Padi Karan Duku 2014 Lokal Riau Indragiri Hilir
116 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122

benih aksesi uji ditanam dalam barisan, setiap baris IV, dan VIII dengan konsentrasi 108 cfu. Teknik
berisi 20 tanaman. Pada setiap pengujian disertakan inokulasi pada stadia generatif sama dengan stadia
varietas diferensial IRBB5 dan IRBB7 sebagai cek vegetatif, yang membedakan hanya umur tanaman
tahan serta IR64 dan TN1 sebagai cek rentan. pada saat inokulasi.
Varietas cek tahan (IRBB5 dan IRBB7) ditanam di Pengamatan dilaksanakan pada 14 hari sete-
tengah dan cek rentan (IR64 dan TN1) ditanam di lah inokulasi (HSI). Pengamatan dilakukan dengan
tengah dan di pinggir. Pada hari ke-15 dilakukan mengukur panjang luka dan panjang daun serta
penjarangan dengan menyisakan 10 batang tanam- dihitung persentase penyakitnya. Penentuan ke-
an. Semua perlakuan diulang 3 kali. Tanaman di- tahanan dilakukan berdasarkan persentase serangan
inokulasi pada umur 15–21 hari setelah sebar penyakit yang dikonversikan ke dalam skala ke-
(untuk stadia vegetatif) dengan menggunakan sus- tahanan Standard Evaluation System for Rice
pensi Xanthomonas oryzae pv. oryzae konsentrasi (SES) (IRRI 2014) (Tabel 2).
108 cfu (colony forming unit). Proses inokulasi
dilakukan dengan metode pengguntingan daun
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Clipping method) untuk melukai daun padi yang
akan diinfeksi dengan bakteri Xoo patotipe III, IV, Keragaman Respons Ketahanan Aksesi Plasma
dan VIII. Pengguntingan daun sepanjang 1–1,5 cm Nutfah Padi terhadap HDB pada Stadia
dilakukan dengan gunting steril yang sudah di-
Vegetatif
celupkan ke dalam suspensi bakteri. Inokulasi di-
lakukan menjelang sore hari untuk menghindari Hasil evaluasi ketahanan seratus aksesi padi
panas terik dan penguapan tinggi, yaitu pada pukul lokal pada stadia vegetatif tidak menunjukkan satu
15.00–17.00 WIB dan untuk menjaga kelembapan aksesi pun yang bereaksi tahan (Tabel 3). Semua
di rumah kaca, tanaman dan lantai rumah kaca aksesi plasma nutfah padi yang dievaluasi bereaksi
disiram. agak rentan, rentan, dan sangat rentan terhadap
HDB patotipe III, bereaksi sangat rentan terhadap
Evaluasi Ketahanan Aksesi Padi Lokal patotipe IV, dan bereaksi rentan dan sangat rentan
terhadap HDB pada Stadia Generatif terhadap patotipe VIII (Tabel 3).
Pada fase vegetatif semua aksesi plasma
Benih aksesi plasma nutfah padi disemai
nutfah padi yang dievaluasi menunjukkan respons
dalam nampan plastik, kemudian bibit padi yang
ketahanan yang berbeda terhadap patotipe III, IV,
berumur 7 hari setelah semai dipindah tanam pada
dan VIII. Pada patotipe III menunjukkan respons
pot berdiameter 15 cm sebanyak satu batang/pot.
ketahanan yang paling beragam, di mana keseratus
Untuk setiap patotipe ditanam dua pot dan diulang
aksesi yang diuji menunjukkan respons agak rentan
sebanyak tiga kali. Pada setiap pengujian diserta-
(AR), rentan (R), dan sangat rentan (SR). Aksesi
kan varietas diferensial tahan (IRBB5 dan IRBB7)
yang bereaksi agak rentan (skor 4) sebanyak 9
dan rentan (IR64 dan TN1). Pada saat primordia
aksesi, yaitu 7 aksesi berasal dari Jawa Barat dan 2
(umur 45–50 hari setelah semai) tanaman diino-
aksesi berasal dari Sumatra. Respons ketahanan
kulasi dengan inokulum bakteri Xoo patotipe III,

Tabel 2. Skala ketahanan padi terhadap penyakit HDB berdasarkan SES (IRRI 2014).
Skala HDB di rumah kaca Luas luka (%) Kriteria
1 Tidak ada gejala ST = sangat tahan
2 Kurang dari 1% T = tahan
3 1–3% AT = agak tahan
4 4–10% AR = agak rentan
5 11–15% R = rentan
6 16–25% R = rentan
7 26–50% SR = sangat rentan
8 51–75% SR = sangat rentan
9 76–100% SR = sangat rentan
2019 Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi: C. Roza et al. 117

Tabel 3. Respons ketahanan aksesi plasma nutfah padi terhadap HDB patotipe III, IV, dan VIII pada stadia vegetatif, Sukamandi, MT-1 tahun 2016.

No. Patotipe III Patotipe IV Patotipe VIII


No. Nama aksesi
aksesi Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan
1 7246 Kwatek Padang Luas 42,71 7 SR 68,66 8 SR 41,24 7 SR
2 7258 Saba 45,53 7 SR 62,01 8 SR 34,90 7 SR
3 7259 Siam 11 43,24 7 SR 83,83 9 SR 68,79 8 SR
4 7271 Siam Rendah 44,75 7 SR 80,73 9 SR 69,94 8 SR
5 7274 Siam Unus Kuning Tanbak Sariah 47,98 7 SR 74,55 8 SR 69,51 8 SR
6 7276 Unus 51,38 8 SR 80,24 9 SR 79,54 9 SR
7 7277 Unus Birayang 36,79 7 SR 78,26 9 SR 70,02 8 SR
8 7292 Monsua 33,47 7 SR 73,73 8 SR 67,90 8 SR
9 7306 Terong Ulang 33,80 7 SR 80,11 9 SR 61,66 8 SR
10 7776 Tambleg 46,33 7 SR 93,90 9 SR 84,08 9 SR
11 7782 Padi Terong 40,37 7 SR 81,93 9 SR 74,25 8 SR
12 7800 Pisitan Gundul 49,69 7 SR 82,04 9 SR 74,92 8 SR
13 7813 Pare Sariendah 41,03 7 SR 81,23 9 SR 76,61 9 SR
14 7819 Ketan Hitam 32,06 7 SR 81,99 9 SR 73,54 8 SR
15 7821 Pare Salak 48,35 7 SR 100,00 9 SR 78,91 9 SR
16 7834 Cere Dota 37,93 7 SR 80,58 9 SR 69,13 8 SR
17 7837 Genjah Welut 43,38 7 SR 84,25 9 SR 69,82 8 SR
18 7838 Rembang 35,35 7 SR 79,89 9 SR 74,23 8 SR
19 7848 Ciherang (tahan HDB) 26,20 7 SR 51,38 8 SR 50,61 8 SR
20 7855 Beras Hitam (2) 29,69 7 SR 67,09 8 SR 63,95 8 SR
21 7856 Beras Hitam 27,64 7 SR 78,22 9 SR 74,68 8 SR
22 7857 Beras Hitam 24,52 6 R 82,07 9 SR 61,85 8 SR
23 7858 Beras Hitam (1) 24,18 6 R 75,25 8 SR 64,52 8 SR
24 7860 Obor Laut 25,05 6 R 84,98 9 SR 73,95 8 SR
25 7862 Ranting Merah 24,70 6 R 77,94 9 SR 56,63 8 SR
26 7863 Gombal 35,49 7 SR 92,55 9 SR 67,45 8 SR
27 7868 Si Udang 38,53 7 SR 86,33 9 SR 73,74 8 SR
28 7869 Srijaya (Bulat) 35,35 7 SR 63,04 8 SR 52,44 8 SR
29 7872 Darma Ayu (Ciherang/Sri Putih) 17,28 6 R 41,48 7 SR 38,15 7 SR
30 7873 Basmati Sukamandi 41,18 7 SR 96,63 9 SR 37,24 7 SR
31 7877 Semapati (Ciherang/Sri Putih) 33,91 7 SR 55,67 8 SR 49,22 7 SR
32 7878 Merdeka 19,28 6 R 68,01 8 SR 51,56 8 SR
33 7916 Pae Loio 33,72 7 SR 76,59 9 SR 66,24 8 SR
34 7917 Pae Ndina Ana 48,96 7 SR 82,83 9 SR 74,81 8 SR
35 7932 Gundil 36,83 7 SR 74,38 8 SR 67,63 8 SR
36 7933 Kantuna 26,90 7 SR 87,40 9 SR 86,28 9 SR
37 7960 Itum 29,56 7 SR 87,65 9 SR 73,37 8 SR
38 7961 Yoing 22,71 6 R 94,18 9 SR 70,91 8 SR
39 7963 HS 3 19,21 6 R 90,43 9 SR 70,10 8 SR
40 7964 Djambon 25,25 6 R 93,67 9 SR 86,95 9 SR
41 7968 Djedah 30,43 7 SR 87,84 9 SR 85,83 9 SR
42 7987 Padi Burungan 32,38 7 SR 80,66 9 SR 60,93 8 SR
43 7991 Srijaya Panjang 28,22 7 SR 84,81 9 SR 72,89 8 SR
44 8163 Soponjono 15,10 5 R 89,18 9 SR 27,89 6 R
45 9514 Lamdaur Ekor Hitam 30,84 7 SR 81,54 9 SR 81,36 9 SR
46 9515 Kewal Beureum 31,07 7 SR 76,09 9 SR 74,53 8 SR
47 9516 Lamdaur Ekor Putih 35,27 7 SR 69,44 8 SR 39,96 7 SR
48 9517 Cere Manggu 32,02 7 SR 61,94 8 SR 37,70 7 SR
49 9518 Inul 30,23 7 SR 68,10 8 SR 45,18 7 SR
50 9519 Enud-Rawa Bogo 35,03 7 SR 56,05 8 SR 43,34 7 SR
51 9520 Morneng/Dasneng 11,37 5 R 38,54 7 SR 42,10 7 SR
52 9521 Jembar Lokal 11,64 5 R 46,83 7 SR 36,58 7 SR
53 9522 Jembar Batan 13,58 5 R 63,81 8 SR 38,53 7 SR
54 9523 Cungkring 12,06 5 R 58,72 8 SR 31,64 7 SR
55 9524 Nengsih 13,00 5 R 64,89 8 SR 31,14 7 SR

aksesi lainnya menunjukkan sifat rentan (skor 5–7) IV, sedangkan terhadap patotipe VIII menunjuk-
mencapai 60% dan sangat rentan (skor 7–9) dengan kan adanya keragaman respons ketahanan yang
total proporsi 31% dari total aksesi yang diuji. bersifat rentan sebanyak 18% dan sangat rentan
Semua aksesi yang diuji bersifat seragam dengan sebanyak 82%.
respons ketahanan sangat rentan terhadap patotipe
118 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122

Tabel 3. Lanjutan.

No. Patotipe III Patotipe IV Patotipe VIII


No. Nama aksesi
aksesi Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan
56 9525 Cere Beureum 15,39 5 R 65,14 8 SR 36,53 7 SR
57 9526 Jembar 12,50 5 R 60,86 8 SR 38,41 7 SR
58 9527 Cere 2 9,39 4 AR 61,67 8 SR 29,74 7 SR
59 9528 Menyan 9,54 4 AR 92,67 9 SR 35,06 7 SR
60 9529 Oseg 10,38 4 AR 76,13 9 SR 41,81 7 SR
61 9531 Cere 1 13,31 5 R 72,73 8 SR 36,99 7 SR
62 9533 Cere 3 10,95 5 R 89,46 9 SR 46,03 7 SR
63 9535 Ketan Pecut 2 9,51 5 R 76,06 9 SR 41,46 7 SR
64 9536 Wulung 1 9,85 5 R 68,81 8 SR 35,30 7 SR
65 9537 Hawara kapas 1 15,93 6 R 86,94 9 SR 44,26 7 SR
66 9540 Hawara Kapas 2 8,09 4 AR 82,38 9 SR 54,87 8 SR
67 9541 Lokcan Empok 10,07 4 AR 77,88 9 SR 47,38 7 SR
68 9542 Wulung 2 13,91 5 R 71,49 8 SR 42,31 7 SR
69 9543 Cere 11,64 5 R 61,31 8 SR 39,79 7 SR
70 9544 Ketan Putih 1 12,81 5 R 53,10 8 SR 39,71 7 SR
71 9545 Ketan Putih 18,40 6 R 86,14 9 SR 31,81 7 SR
72 9547 Muncul 8,01 4 AR 79,33 9 SR 17,25 6 R
73 9548 Si Denok 16,86 6 R 72,84 8 SR 31,05 7 SR
74 9549 Angkok 12,95 5 R 83,47 9 SR 37,92 7 SR
75 9551 Kebo 5,49 4 AR 78,11 9 SR 18,90 6 R
76 9553 Kebo Super 10,53 5 R 70,97 8 SR 20,42 6 R
77 9554 Muncul-Jati Barang 16,65 6 R 76,29 9 SR 19,44 6 R
78 9555 Borang 17,61 6 R 75,41 8 SR 19,75 6 R
79 9556 Sabo 15,04 5 R 73,87 8 SR 19,25 6 R
80 9562 Padi Ngaos 17,01 6 R 56,07 8 SR 17,43 6 R
81 9563 Padi Sigading Merah 14,86 5 R 60,36 8 SR 25,68 7 SR
82 9565 Padi Bau 6,70 4 AR 76,94 9 SR 29,96 7 SR
83 9566 Padi Sigading Putih 11,79 5 R 71,55 8 SR 25,16 6 R
84 9567 Padi Gading Tinggi 13,05 5 R 77,16 9 SR 28,92 7 SR
85 9568 Padi Ketik Nibung 14,06 5 R 88,72 9 SR 22,72 6 R
86 9570 Padi Pulut Hitam 10,86 5 R 78,74 9 SR 25,78 7 SR
87 9571 Cekow 11,05 5 R 79,95 9 SR 25,99 7 SR
88 9572 Padi Bujang Berinai 17,57 6 R 74,44 8 SR 21,22 6 R
89 9573 Cekow 19,50 6 R 74,17 8 SR 23,05 6 R
90 9575 Padi Pulut Belanda 12,30 5 R 37,08 7 SR 16,47 6 R
91 9579 Padi Anak Ulat 13,26 5 R 87,82 9 SR 23,99 6 R
92 9580 Burung 6,06 4 AR 74,53 8 SR 22,23 6 R
93 9582 Kuriak 22,72 6 R 70,69 8 SR 22,80 6 R
94 9583 Padi Napal 16,36 6 R 67,63 8 SR 26,34 7 SR
95 9584 Kuro 11,77 5 R 67,86 8 SR 25,33 6 R
96 9585 Padi Karia 10,58 5 R 59,99 8 SR 26,30 7 SR
97 9586 Mekar Sari 11,23 5 R 50,92 8 SR 31,24 7 SR
98 9587 Padi KKB 11,54 5 R 64,16 8 SR 25,44 6 R
99 9589 Padi Mayang Sari 18,83 6 R 62,36 8 SR 33,68 7 SR
100 9591 Padi Karan Duku 16,51 6 R 67,21 8 SR 27,58 7 SR
IR64 20,21 6 R 57,50 8 SR 33,78 7 SR
IRBB5 3,17 3 AT 6,88 4 AR 3,11 3 AT
IRBB7 1,70 2 T 3,12 3 AT 2,01 3 AT
TN1 39,84 7 SR 100,00 9 SR 94,07 9 SR
T = tahan, AT = agak tahan, AR= agak rentan, R = rentan, SR = sangat rentan.

Hampir semua aksesi yang terindikasi tahan seleksi patotipe dominan yang berkembang di
(bersifat agak tahan) terhadap patogen HDB suatu lokasi. Aksesi padi lokal yang berasal dari
patotipe III adalah padi lokal asal Jawa Barat. Jawa Jawa Barat memiliki respons ketahanan terhadap
Barat merupakan salah satu lokasi endemik patotipe III, mengindikasikan bahwa tekanan
penyakit HDB, di mana pada MT 2007, didominasi seleksi patotipe III tidak dominan sehingga masih
oleh kelompok patotipe VIII (Sudir et al. 2015). memungkinkan terbentuknya respons ketahanan
Sedangkan patotipe III tercatat memiliki penyebar- pada padi lokal. Prinsip interaksi antara patogen
an paling banyak di Jawa Timur (Sudir et al. 2013). dan tanaman inang akan selalu mempengaruhi
Ketahanan padi lokal terbentuk karena tekanan keragaman respons ketahanan tanaman.
2019 Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi: C. Roza et al. 119

Tabel 4. Reaksi aksesi plasma nutfah padi terhadap HDB patotipe III, IV, dan VIII pada stadia generatif, Sukamandi, MT-2 Tahun 2016.
III IV VIII
No. No. aksesi Nama aksesi
Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan
1 7246 Kwatek Padang Luas 7,12 4 AR 36,14 7 SR 26,47 7 SR
2 7258 Saba 5,37 4 AR 30,54 7 SR 28,90 7 SR
3 7259 Siam 11 6,46 4 AR 58,73 8 SR 19,58 6 R
4 7271 Siam Rendah 5,25 4 AR 47,47 7 SR 16,64 6 R
5 7274 Siam Unus Kuning Tanbak Sariah 8,56 4 AR 40,09 7 SR 21,02 6 R
6 7276 Unus 4,97 4 AR 42,85 7 SR 21,81 6 R
7 7277 Unus Birayang 4,01 4 AR 40,11 7 SR 12,14 5 R
8 7292 Monsua 8,39 4 AR 30,46 7 SR 16,87 6 R
9 7306 Terong Ulang 6,70 4 AR 48,87 7 SR 28,19 7 SR
10 7776 Tambleg 4,37 4 AR 35,23 7 SR 11,67 5 R
11 7782 Padi Terong 2,86 3 AT 25,19 6 R 9,92 4 AR
12 7800 Pisitan Gundul 15,93 6 R 63,99 8 SR 48,91 7 SR
13 7813 Pare Sariendah 9,17 4 AR 40,93 7 SR 22,04 6 R
14 7819 Ketan Hitam 9,37 4 AR 53,02 8 SR 13,37 5 R
15 7821 Pare Salak 8,95 4 AR 22,71 6 R 17,03 6 R
16 7834 Cere dota 11,49 5 R 45,41 7 SR 11,84 5 R
17 7837 Genjah Welut 11,34 5 R 41,91 7 SR 23,21 6 R
18 7838 Rembang 11,40 5 R 50,67 8 SR 27,95 7 SR
19 7848 Ciherang (tahan HDB) 11,48 5 R 60,15 8 SR 20,97 6 R
20 7855 Beras Hitam (2) 13,57 5 R 54,28 8 SR 21,87 6 R
21 7856 Beras Hitam 11,45 5 R 50,88 8 SR 31,57 7 SR
22 7857 Beras Hitam 11,40 5 R 33,05 7 SR 23,09 6 R
23 7858 Beras Hitam (1) 11,03 5 R 47,91 7 SR 22,20 6 R
24 7860 Obor Laut 17,09 6 R 59,92 8 SR 27,10 7 SR
25 7862 Ranting Merah 13,17 5 R 45,18 7 SR 29,06 7 SR
26 7863 Gombal 10,08 4 AR 35,55 7 SR 6,94 4 AR
27 7868 Si Udang 11,14 5 R 28,96 7 SR 13,18 5 R
28 7869 Srijaya (Bulat) 13,34 5 R 66,89 8 SR 29,63 7 SR
29 7872 Darma Ayu (Ciherang/Sri Putih) 11,04 5 R 62,79 8 SR 12,42 5 R
30 7873 Basmati Sukamandi 10,00 4 AR 60,73 8 SR 31,25 7 SR
31 7877 Semapati (Ciherang/Sri Putih) 8,49 4 AR 56,05 8 SR 18,56 6 R
32 7878 Merdeka 11,49 5 R 52,73 8 SR 11,73 5 R
33 7916 Pae Loio 8,16 4 AR 19,01 6 R 21,78 6 R
34 7917 Pae Ndina Ana 7,98 4 AR 29,46 7 SR 22,34 6 R
35 7932 Gundil 7,66 4 AR 40,58 7 SR 21,14 6 R
36 7933 Kantuna 9,06 4 AR 39,63 7 SR 16,74 6 R
37 7960 Itum 7,50 4 AR 40,55 7 SR 17,53 6 R
38 7961 Yoing 6,76 4 AR 36,75 7 SR 19,06 6 R
39 7963 HS 3 6,97 4 AR 35,08 7 SR 10,67 5 R
40 7964 Djambon 6,50 4 AR 37,22 7 SR 12,30 5 R
41 7968 Djedah 7,49 4 AR 40,16 7 SR 14,03 5 R
42 7987 Padi Burungan 4,57 4 AR 20,89 6 R 13,86 5 R
43 7991 Srijaya Panjang 23,25 6 R 66,35 8 SR 36,36 7 SR
44 8163 Soponjono 4,60 4 AR 8,49 4 AR 7,27 4 AR
45 9514 Lamdaur Ekor Hitam 12,13 5 R 33,14 7 SR 24,52 6 R
46 9515 Kewal Beureum 7,62 4 AR 30,56 7 SR 10,08 4 AR
47 9516 Lamdaur Ekor Putih 7,60 4 AR 49,16 7 SR 20,63 6 R
48 9517 Cere Manggu 8,59 4 AR 37,08 7 SR 21,32 6 R
49 9518 Inul 10,78 5 R 39,60 7 SR 25,21 6 R
50 9519 Enud-Rawa Bogo 11,34 5 R 40,20 7 SR 23,28 6 R
51 9520 Morneng/Dasneng 10,17 4 AR 45,56 7 SR 13,20 5 R
52 9521 Jembar Lokal 17,24 6 R 67,41 8 SR 16,23 6 R
53 9522 Jembar Batan 13,83 5 R 66,13 8 SR 15,23 5 R
54 9523 Cungkring 13,02 5 R 71,98 8 SR 28,23 7 SR
55 9524 Nengsih 14,45 5 R 71,58 8 SR 20,55 6 R

Aksesi plasma nutfah padi bereaksi tidak (Djatmiko dan Fatichin 2009). Hal ini juga terjadi
tahan pada fase vegetatif dikarenakan fase pertum- karena fase anakan jaringan daunnya masih sangat
buhan vegetatif tanaman padi merupakan fase muda sehingga patogen mudah berkembang dan
infeksius dari bakteri Xanthomonas oryzae pv. gejala terbentuk dalam waktu singkat (Khaeruni et
oryzae dan fase rentan terhadap penyakit HDB al. 2014).
120 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122

Tabel 4. Lanjutan.
III IV VIII
No. No. aksesi Nama aksesi
Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan Rerata Skala Ketahanan
56 9525 Cere Beureum 20,59 5 R 64,03 8 SR 24,81 6 R
57 9526 Jembar 16,20 6 R 57,75 8 SR 27,60 7 SR
58 9527 Cere 2 13,34 5 R 65,12 8 SR 19,43 6 R
59 9528 Menyan 8,03 4 AR 39,23 7 SR 13,91 5 R
60 9529 Oseg 7,35 4 AR 39,59 7 SR 25,69 6 R
61 9531 Cere 1 11,40 5 R 62,12 8 SR 22,71 6 R
62 9533 Cere 3 9,20 4 AR 64,25 8 SR 17,51 6 R
63 9535 Ketan Pecut 2 9,18 4 AR 58,89 8 SR 18,50 6 R
64 9536 Wulung 1 7,34 4 AR 51,76 8 SR 12,19 5 R
65 9537 Hawara Kapas 1 8,48 4 AR 45,33 7 SR 13,60 5 R
66 9540 Hawara Kapas 2 7,94 4 AR 50,19 7 SR 10,82 4 AR
67 9541 Lokcan Empok 10,53 4 AR 44,96 7 SR 11,90 5 R
68 9542 Wulung 2 6,67 4 AR 53,20 8 SR 8,80 4 AR
69 9543 Cere 7,32 4 AR 60,20 8 SR 10,33 4 AR
70 9544 Ketan Putih 1 6,91 4 AR 15,19 5 R 8,88 4 AR
71 9545 Ketan Putih 7,22 4 AR 29,12 7 SR 8,38 4 AR
72 9547 Muncul 8,93 4 AR 48,81 7 SR 12,40 5 R
73 9548 Si Denok 14,41 5 R 67,85 8 SR 24,31 7 SR
74 9549 Angkok 13,03 5 R 56,13 8 SR 16,09 6 R
75 9551 Kebo 8,80 4 AR 56,58 8 SR 13,26 5 R
76 9553 Kebo Super 9,85 4 AR 61,15 8 SR 14,20 5 R
77 9554 Muncul-Jati Barang 12,40 5 R 67,72 8 SR 24,42 6 R
78 9555 Borang 12,57 5 R 62,22 8 SR 21,93 6 R
79 9556 Sabo 11,74 5 R 60,33 8 SR 18,62 6 R
80 9562 Padi Ngaos 11,51 5 R 57,54 8 SR 20,85 6 R
81 9563 Padi Sigading Merah 9,33 4 AR 41,89 7 SR 14,94 5 R
82 9565 Padi Bau 11,17 5 R 52,07 8 SR 16,03 6 R
83 9566 Padi Sigading Putih 9,60 4 AR 60,64 8 SR 18,32 6 R
84 9567 Padi Gading Tinggi 10,65 5 R 51,47 8 SR 19,70 6 R
85 9568 Padi Ketik Nibung 9,20 4 AR 67,73 8 SR 27,03 7 SR
86 9570 Padi Pulut Hitam 13,26 5 R 63,32 8 SR 62,10 8 SR
87 9571 Cekow 9,55 4 AR 42,64 7 SR 28,33 7 SR
88 9572 Padi Bujang Berinai 10,40 4 AR 39,74 7 SR 19,52 6 R
89 9573 Cekow 11,07 5 R 41,46 7 SR 28,28 7 SR
90 9575 Padi Pulut Belanda 9,40 4 AR 46,91 7 SR 23,40 6 R
91 9579 Padi Anak Ulat 11,62 5 R 53,29 8 SR 19,44 6 R
92 9580 Burung 12,76 5 R 49,19 7 SR 17,91 6 R
93 9582 Kuriak 15,69 5 R 50,52 7 SR 22,93 6 R
94 9583 Padi Napal 8,34 4 AR 40,44 7 SR 22,44 6 R
95 9584 Kuro 9,01 4 AR 52,95 8 SR 23,72 6 R
96 9585 Padi Karia 10,23 4 AR 48,18 7 SR 22,15 6 R
97 9586 Mekar Sari 12,14 5 R 63,16 8 SR 28,58 7 SR
98 9587 Padi KKB 10,44 4 AR 38,55 8 SR 25,87 7 SR
99 9589 Padi Mayang Sari 14,50 5 R 50,48 7 SR 26,67 7 SR
100 9591 Padi Karan Duku 9,13 4 AR 48,08 7 SR 29,67 7 SR
Cek IR64 14,57 5 R 74,17 8 SR 30,84 7 SR
Cek IRBB5 1,28 1 T 2,55 3 AT 1,40 1 T
Cek IRBB7 0,98 1 T 1,42 1 T 0,85 1 T
Cek TN1 35,53 7 SR 89,03 9 SR 57,63 8 SR
T = tahan, AT = agak tahan, AR = agak rentan, R = rentan, SR = sangat rentan.

Keragaman Respons Ketahanan Aksesi Plasma rentan sebanyak 57% dan rentan sebanyak 42%.
Nutfah Padi terhadap HDB pada Stadia Pada patotipe IV, keragaman respons ketahanan
Generatif total aksesi padi lokal yang dievaluasi menunjuk-
kan respons agak rentan sebesar 1%, rentan seba-
Evaluasi ketahanan seratus aksesi pada stadia nyak 5%, dan sangat rentan sebanyak 94%. Pada
generatif diperoleh satu aksesi yang bereaksi agak patotipe VIII, total aksesi padi lokal yang diuji me-
tahan terhadap patotipe III yaitu Padi Terong nunjukkan respons agak rentan sebanyak 9%,
(7782). Keragaman respons untuk aksesi lainnya rentan sebanyak 68%, dan sangat rentan sebanyak
terhadap patotipe III menunjukkan respons agak 23% (Tabel 4).
2019 Keragaman Ketahanan Padi Lokal Jawa, Sumatra, dan Sulawesi: C. Roza et al. 121

A B

Gambar 1. Kondisi tanaman yang terserang HDB. A = gejala HDB pada tanaman yang bereaksi
agak tahan, B = gejala HDB pada tanaman yang bereaksi rentan.

Padi lokal Terong adalah padi lokal asal Skoring ketahanan dengan skala SES (IRRI 2014)
Jawa Barat yang menunjukkan respons agak tahan aksesi ini tidak termasuk tahan, tetapi apabila di-
terhadap HDB patotipe III pada stadia generatif. lihat dari persentase penyakitnya lebih kecil dari
Hal ini mengindikasikan bahwa respons ketahanan kontrol rentan. Menurut Sudir et al. (2012), sampai
meningkat seiring berkembangnya stadia pertum- saat ini belum ditemukan aksesi plasma nutfah padi
buhan tanaman. Hasil yang sama dilaporkan oleh yang memiliki ketahanan yang lebih unggul ter-
Khaeruni et al. (2014) bahwa semakin tua umur hadap HDB dibandingkan varietas yang sudah ada.
tanaman padi Inpari 10 dan Cisantana yang diino- Aksesi plasma nutfah padi yang telah dievaluasi
kulasi bakteri Xoo menjadi semakin lambat per- sebelumnya hanya memiliki ketahanan terhadap
kembangan penyakit HDBnya. Perkembangan patotipe III saja yang memiliki virulensi yang
gejala HDB selain ditentukan oleh virulensi rendah.
patogen juga kemungkinan sangat dipengaruhi ke- Apabila dibanding dengan kontrol rentan,
tahanan tanaman terhadap patogen baik genetik persentase serangan penyakit pada aksesi yang
maupun kandungan nutrisinya yang diduga akan dievaluasi umum lebih kecil. Pada patotipe III
mempengaruhi perkembangan patogen (Suryadi selisih persentase penyakit aksesi yang dievaluasi
dan Kadir 2008). paling tinggi persentase penyakitnya dengan
Perkembangan penyakit HDB juga ditentu- kontrol rentan sebesar 19,6%, patotipe IV sebesar
kan oleh varietas yang ditanam. Pada varietas 17,05%, dan patotipe VIII sebesar 28,57%. Selisih
rentan, terutama pada saat cuaca lembap dan pe- persentase penyakit aksesi yang dievaluasi dengan
mupukan N dosis tinggi tanpa diimbangi oleh kontrol rentan yang cukup besar. Hal ini diduga
pupuk K, penyakit ini berkembang sangat cepat karena adanya mekanisme ketahanan tanaman
(Sudir dan Abdulrachman 2009). Kelembapan sehingga bakteri tidak bisa berkembang dan gejala
yang tinggi juga dapat mempercepat perkembangan yang muncul lebih sedikit. Secara alamiah tanaman
penyakit ini. Oleh karena itu, penyakit HDB sering memiliki ketahanan tertentu terhadap patogen, bila
timbul pada musim hujan, terutama apabila hujan tidak tanaman akan mengalami serangan berat oleh
disertai angin kencang, yang berperan dalam pe- patogen (Gambar 1) (Rahim et al. 2012).
nularan dan penyebaran patogen (Suparyono et al.
2003). KESIMPULAN
Aksesi Ketan Putih 1 (9544) memiliki per-
sentase penyakit pada patotipe yang paling virulen Hasil evaluasi ketahanan aksesi plasma
(patotipe IV) jauh lebih rendah (15,19%) dibanding nutfah padi pada fase vegetatif dan generatif
kontrol rentan TN1 (89,03%) dan IR64 (74,17%). menunjukkan bahwa respons aksesi berbeda pada
122 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:113–122

masing-masing patotipe. Persentase penyakit pada daur siklus pertama. Jurnal Pertanian Tanaman
fase vegetatif umumnya lebih besar daripada fase Pangan, 26 (2), 100–105.
generatif. Ketahanan aksesi uji terhadap bakteri Rahim, A., Khaeruni, A.R. & Taufik, M. (2012) Reaksi
ketahanan beberapa varietas padi komersial ter-
Xoo patotipe III pada fase vegetatif bereaksi agak hadap patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae
rentan, rentan, dan sangat rentan, sedangkan pada isolat Sulawesi Tenggara. Berkala Penelitian
fase generatif ada satu aksesi yang bereaksi agak Agronomi, 1 (2), 132–138.
tahan yaitu aksesi Padi Terong (7782). Aksesi uji Sitaresmi, T., Wening, R.H., Rakhmi, A.T., Yunani, N. &
bereaksi agak rentan, rentan, dan sangat rentan Susanto, U. (2013) Pemanfaatan plasma nutfah padi
terhadap patotipe IV dan VIII baik pada fase varietas lokal dalam perakitan varietas unggul. Iptek
Tanaman Pangan, 8 (1), 22–30.
vegetatif maupun generatif. Sudir, Yogi, Y.A. & Syahri. (2013) Komposisi dan sebaran
patotipe Xanthomonas oryzae pv. oryzae di sentra
UCAPAN TERIMA KASIH produksi padi di Sumatera Selatan. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 32 (2), 98–
108. doi: 10.21082/jpptp.v32n2.2013.p98-108.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sudir, Nuryanto, B. & Kadir, T.S. (2012) Epidemiologi,
Kepala BB Padi yang telah mendanai penelitian ini patotipe, dan strategi pengendalian penyakit hawar
melalui DIPA tahun 2016, serta saudara Heryanto daun bakteri pada tanaman padi. Iptek Tanaman
dan Lin Herlina yang telah membantu penelitian ini Pangan, 7 (2), 79–87.
di laboratorium dan rumah kaca. Terima kasih Sudir, Yuliani, D. & Wirajaswadi, L. (2015) Komposisi
penulis sampaikan juga kepada Dr. Satya Nugroho dan sebaran patotipe Xanthomonas oryzae pv.
oryzae, penyakit pada padi di Nusa Tenggara Barat.
yang telah memberikan saran pada tulisan ini. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 34
(2), 113–120. doi: http://dx.doi.org/10.21082/
DAFTAR PUSTAKA jpptp.v34n2.2015.p113-120.
Sudir & Abdulrachman, S. (2009) Pengaruh pupuk
Bustamam, M., Yunus, M., Warsun, A., Suwarno, Hifni, terhadap penyakit hawar daun bakteri Xanthmonas
oryzae pv. oryzae pada varietas padi unggul baru,
H.R. & Kadir, T.S. (1997) Penggunaan marka
molekuler dalam perbaikan ketahanan padi terhadap tipe baru dan Hibrida. Prosiding Seminar Nasional
Padi 2008. Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi
penyakit hawar daun bakteri di Indonesia. Dalam:
Perubahan Iklim Global Mendukung Ketahanan
Moeljopawiro, S., Herman, M., Saono, S., Mariska,
Pangan. Buku I. Sukamandi. Balai Besar Penelitian
I., Purwantara, B. & Kasim, H. (editor) Prosiding
Tanaman Padi, hlm. 431–441.
Seminar Perhimpunan Bioteknologi Pertanian
Sudir, Guswara, A. & Toha, H.M. (2002) Pengaruh
Indonesia. Surabaya, hlm. 174–183.
pemupukan, varietas padi, dan kerapatan tanaman
Djafarudin (1994) Prospek pengendalian penyebab penya-
terhadap beberapa penyakit padi. Jurnal
kit secara hayati suatu harapan atau kenyataan.
Agrikultura, 13 (2), 97–103.
Makalah Seminar Regional PFI Wilayah Sumatera
Suparyono, Sudir & Suprihanto. (2004) Patotipe profile of
Barat. Balittan Sukarami (Solok), 17 Desember
Xanthomonas oryzae pv. oryzae, isolates from the
1994.
rice ecosystem in Java Indonesia. Indonesian
Djatmiko, H.A. & Fatichin (2009) Ketahanan dua puluh
Journal of Agricultural Science, 5 (2), 63–69. doi:
satu varietas padi terhadap penyakit hawar daun
10.21082/ijas.v5n2.2004.p63-69.
bakteri. Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan Tropika,
Suparyono, Sudir & Suprihanto (2003) Komposisi patotipe
9 (2), 168–173. doi: 10.23960/j.hptt.29168-173.
patogen hawar daun bakteri pada tanaman padi
IRRI (2014) Standard evaluation system for rice.
stadium tumbuh berbeda. Jurnal Penelitian
Philippines, IRRI.
Pertanian, 22 (1), 45–50.
Khaeruni, A., Taufik, M., Wijayanto, T. & Johan E.A.
Suparyono & Sudir (1992) Perkembangan penyakit bakteri
(2014) Perkembangan penyakit hawar daun bakteri
hawar daun pada stadia tumbuh yang berbeda dan
pada tiga varietas padi sawah yang diinokulasi pada
pengaruhnya terhadap hasil padi. Media Penelitian
beberapa fase pertumbuhan. Jurnal Fitopatologi
Sukamandi, 12, 6–9.
Indonesia, 10 (4), 119–125. doi:
Suryadi, Y. & Kadir, T.S. (2008) Kajian infeksi Xanthomo-
10.14692/jfi.10.4.119.
nas oryzae pv. oryzae terhadap beberapa genotipe
Nafisah, Daradjat, A., Suprihatno, B. & Kadir, T.S. (2007)
padi: Hubungan kandungan hara dengan intensitas
Heritabilitas karakter ketahanan hawar daun bakteri
penyakit. Jurnal Ilmu Pertanian, 15 (1), 26–36.
dari tiga tipe populasi tanaman padi hasil seleksi

You might also like