Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Smart Tourism Kampung Wisata Batik
Jurnal Smart Tourism Kampung Wisata Batik
Jurnal Smart Tourism Kampung Wisata Batik
Disusun Oleh :
Mahendro Adiutomo
D1209053
Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta Jurusan Ilmu Komunikasi
0
SMART TOURISM KAMPUNG WISATA BATIK
(Study Implementasi Marketing Public Relation Paguyubana Pengrajin Batik
Kampung Kauman dengan konsep Smart Tourism Membangun Citra
Kampung Wisata Batik di Kota Surakarta)
Mahendro Adiutomo.
Sofiah
Tanti Hermawati
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Fluency in trade or marketing activities as well as building the image of the
tourist village of batik kauman not be separated from the role of public relations.
In this study, the authors wanted to know the implementation of marketing public
relations developed batik craftsmen association with the concept of smart
Kauman village tourism in building the image of the tourist village in Surakarta
batik.
The theory used in this study is the theory that dikemukakakn by the author using
the MPR concept of Thomas L. Harris (1991) mentioned above is not much
different from the sense as defined by Philip Kotler, and from Greg Richard. Data
analysis techniques for qualitative descriptive study followed three steps disclosed
Miles and Amm Habernen: data reduction, data presentation, and conclusion
The conclusion of this research, obtained three (3) aspects of them;
The first aspect of this marketing effort is done starting with the introduction of a
product, this is done with an attempt to influence visitors that are interested in
making a purchase of a product of batik which is also done through education to
visitors such as the batik workshop in Kampung Batik Kauman. Aspect two of this
marketing is done by promoting the quality of its products as well as types of batik
materials and packaging models by employers who are members of the
community Kauman batik craftsmen.Third aspect of marketing is done by
organizing events such as exhibition events in the village of batik batik Kauman
themselves and batik training activities for school children in the institutions of
school.
Keywords: Public Relation,Marketing Public Relation,Smart Tourism,
1
Pendahuluan
Indonesia memiliki keanekaragaman potensi pariwisata yang menarik
dikunjungi. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki objek wisata terbanyak di
dunia, ini disebabkan karena luasnya negeri ini dan terdiri dari ribuan pulau, ribuan suku,
budaya, iklim, sejarah, agama dan banyak lagi faktor yang mendukung sebagai tujuan wisata
domestik maupun manca negara. Dengan keanekargaman potensi wisata tersebut, visit
Indonesia merupakan salah satu program pemerintah untuk mempromosikan
daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai daerah kunjungan
wisata patut didukung dengan langkah nyata.
Kota solo memiliki aset wisata salah satunya adalah potensi budayanya,
dengan dua komplek istana keraton jawa di solo yang luas dan megah yaitu
keraton kasunanan dan mangkunegaran menjadi magnet kota solo sebagai kota
budaya. Dengan slogan Solo spirit of java, kota Solo bertekat kuat dalam menjaga
dan melestarikan budaya tradisi jawa. Sehingga dengan warisan budaya yang
terpelihara tersebut menjadikan kota solo tersohor diseluruh pelosok negeri
bahkan mancanegara.
Pengemasan pariwisata dengan memasukkan unsur budaya diharapkan
menjadi sebuah strategi pemasaran wisata yang dapat menarik minat wisatawan
baik domestik maupun mancanegara. Konsep wisata budaya dengan
mengedepankan smart tourism sebagai konsep wisata dengan education sebagai
ciri pembedanya membawa suatu perubahan terhadap perkembangan wisata batik
di Kota Solo khususnya di Kampung Wisata Batik Kauman. Konsep smart
tourism yang mulai berkembang di berbagai daerah tentu saja memiliki konsep
yang berbeda dan obyek yang berbeda karena Indonesia adalah negara yang kaya
akan potensi alam dan budaya maka semua itu akan bersinergi jika dikembangkan
dengan baik.
Adanya potensi kerajinan batik di kota Solo khususnya di Kampung
Kauman adalah salah satu aset yang harus kita kembangkan. Melalui smart
tourism yang mengedepankan konsep pendidikan dan warisan budaya menjadi
sebuah ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai peranan smart
2
tourism sebagai konsep wisata budaya yang merupakan sala satu aspek marketing
public relation dikembangkan di kampung Wisata Batik Kauman di kota Solo.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: “Bagaimana implementasi
marketing public relation paguyuban pengrajin batik Kampung Kauman dengan
konsep smart tourism dalam membangun citra kampung wisata batik di Kota
Surakarta?”
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui implementasi marketing public relation yang
dikembangkan paguyuban pengrajin batik Kampung Kauman dengan konsep
smart tourism dalam membangun citra kampung wisata batik di Kota Surakarta.
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi
Dalam studi komunikasi terdapat dua mazhab utama yang sering
dijadikan landasan berpikir para ilmuwan komunikasi dalam meneliti berbagai
fenomena komunikasi. John Fiske, membagi studi Komunikasi dalam dua
Mahzab Utama.1 Pertama, John Fiske mengkategorikan komunikasi sebagai
suatu transmisi pesan. Fiske tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima
mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahakannya (decode), dan dengan
bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi.
Dalam hal ini yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui
pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris,
communicate, berarti :
1
John Fiske, Cultural and Communication Studies; sebuah pengantar paling Komprehensif,
Jalasutra, Yogyakarta, 2007, hal., 8.
3
1. Untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan informasi
2. Untuk membuat tahu
3. Untuk membuat sama
4. Untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.2
b. Public Relations
Sebagai mana umumnya kita mengenal Public Relations pada dasarnya
adalah suatu seni untuk menciptakan saling pengertian antara kedua belah pihak
yang lebih baik sehingga memperbesar kepercayaan terhadap sesuatu organisasi,
perusahaan atau seseorang.
Jadi public relations adalah suatu kegiatan timbal balik antara lembaga dan
publiknya, baik intern maupun ekstern. Public Relations merupakan fungsi
manajemen yang bertujuan untuk membangun image, dan membina saling
pengertian diantara kedua pihak. Public Relations adalah salah satu fungsi yang
penting dalam membantu pemasaran.
Dalam artikel yang dipaparkan oleh Patam Satawedin ; dikatakan bahwa :
“There is a variety of communication tools. One of the most popular and
effective is actually PublicRelations (PR). Nowadays, PR is not only
managed by the internal influence, an organization, but the marketing
perspective and consumer-orientation also power PR execution. Many
companies are employing marketing public relations (MPR) which can
lead the organization to outstanding achievement and effectiveness.”
2
Ibid.
3
Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, pendekatan Taksonomi Konseptual, Ghalia
Indoensia, Bogor Selatan, 2004, hal., 8.3.
4
Dari pemaparan artikel diatas berkesinambungan dengan W. Emerson Reck
berpendapat public relations, merupakan kelanjutan dari proses pendapatan
kebijaksanaan, penentuan pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan
kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh
kepercayaan dan good will dari mereka. Kedua, pelaksanaan kebijaksanaan,
pelayanan dan sikap untuk menjamin adanya pegertian dan penghargaan yang
sebaik-baiknya.4 Ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Frank Jefkin yang
mengatakan Public Relations berarti menciptakan saling pengertian. Public
Relations adalah suatu untuk mendapatkan sesuatu tanpa harus melakukan
sesuatu.5 Tetapi dalam kenyataannya kita tidak akan mendapatkan apapun bila
tidak berbuat sesuatu.
5
Konsep MPR dari Thomas L. Harris (1991) tersebut di atas tidak jauh
berbeda dari pengertian yang didefinisikan oleh Philip Kotler, yaitu: “Marketing
Public Relations works because it adds value to product through its unique ability
to lend credibility to product message.”7\
Pengertian konsep MPR tersebut secara garis besarnya terdapat tiga taktik
(Three Ways Strategy) untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan
(goals), yaitu:
Pertama bahwa Public Relations merupakan potensi untuk menyandang suatu
taktik pull strategy (menarik),
Kedua adalah power (kekuatan) sebagai penyandang, push strategy (untuk
mendorong) dalam hal pemasaran,
Taktik ketiga, pass strategy sebagai upaya untuk mempengaruhi atau
menciptakan opini publik yang menguntungkan.8
d. Smart Tourism
Secara etimologi menurut Kamus Bahasa Inggris, kata Smart berarti
pintar. Sedangkan ditinjau dari segi ekonomi, pariwisata (dalam bahasa asingnya
tourism) adalah meliputi berbagai macam usaha bisnis, besar maupun kecil.
Selanjutnya istilah pariwisata menurut Institute of tourism in Britain (sekarang
tourism Society in Britain) di tahun 1976 merumuskan pariwisata adalah :
“Kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke
tempat tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya
serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan
tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk
kunjungan seharian atau darmawisata/ ekskursi.”9
6
lokal yang terlibat langsung dalam atraksi budaya. Misalnya, pada kunjungan ke
kampung batik, Wisatawan dan masyarakat lokal akan berinteraksi, seperti
wisatawan diizinkan untuk belajar membatik bersama pembatik lokal. Tentu saja,
kegiatan dapat diatur sebelumnya dengan koordinasi penjadwalan dengan
masyarakat lokal dan guide atau travel agent (networking and event). masyarakat
lokal mendapatkan share dari pelatihan membatik juga distribusi penjualan
produk batik kepada wisatawan (partneship and local enterprise). aspek
peningkatan kehidupan tersebut secara kualitas lebih didahulukan dibanding aspek
ekonomi, yaitu dengan menonjolkan karakter culture haritage kepada wisatawan.
e. Citra
Citra diartikan sebagai kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan
pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Citra seseorang terhadap suatu
obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut. Semua sikap
bersumber pada organisasi kognitif, pada informasi dan pengetahuan yang kita
miliki. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang
diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku
tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita
tentang lingkungan.
Pentingnya penelitian citra, karena penelitian citra menentukan sosok
institusional dan citra perusahaan dalam pikiran publik dengan mengetahui secara
pasti sikap masyarakat terhadap sebuah perusahaan, bagaimana mereka
memahami dengan baik, dan apa yang mereka sukai dan tidak sukai tentang
perusahaan tersebut. Penelitian citra memberi informasi untuk mengevaluasi
kebijaksanaan, memperbaiki kesalahpahaman, menentukan daya tarik pesan
hubungan masyarakat, dan meningkatkan citra hubungan masyarakat dalam
pikiran publik.
7
1) The Mirror Image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen
terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya.
2) The Current Image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik
eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi
dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan
mirror image.
3) The Wish Image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan
pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru
sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap.
4) The multiple Image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor
cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu
yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau
perusahaan.10
Metodologi Penelitian
10
Ibid.,hal., 114.
11
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung, 2004, hal., 3.
8
pertimbangan bahwa kampung Wisata Batik Kauman dikenal dengan kota wisata
yang banyak dikunjungi wisatawan serta mempunyai budaya batik, seperti
kegiatan dilakukan oleh “Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman”.
Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.
Adapun sumber data primer yang diperoleh langsung dari informan melalui
pengamatan (observasi) dan wawancara. Informan yang diwawancarai sebagai
sumber data meliputi Pengusaha Batik di Kauman sekaligus anggota pengurus
Paguyuban Kampung Wisata Batik Surakarta. Sedangkan sumber data sekunder
berupa bahan pustaka dan sumber lainnya yang mendukung data primer dalam
penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi data sebagai cara untuk
mengetahui validitas data. Penggunaan beberapa sumber data yang berbeda dalam
penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang valid.
mengikuti tiga langkah yang masih bersifat umum sebagaimana yang
diungkapkan Miles dan Amm Habernen yaitu : reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Tiga komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi
dengan proses pengumpulan data berbentuk siklus.
9
penulis dengan menggunakan Konsep MPR dari Thomas L. Harris (1991) tersebut
di atas tidak jauh berbeda dari pengertian yang didefinisikan oleh Philip Kotler,
yaitu: “Marketing Public Relations works because it adds value to product
through its unique ability to lend credibility to product message.”12\
Pengertian konsep MPR tersebut secara garis besarnya terdapat tiga taktik
(Three Ways Strategy) untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan
(goals), paguyuban pengrajin batik Kampung membangun citra kampung batik
Kauman sebagai kota wisata batik di Solo Surakarta, yaitu :
1. Public Relations merupakan potensi untuk menyandang suatu taktik pull
strategy (menarik)
Dalam pemasaran, aspek perluasan suatu produk dapat dilakukan secara
informative,, persuasive, dan edukatif, baik segi perluasan pemasaran (makes a
marketing) atas suatu produk barang atau jasa yang diluncurkan.
a. Informative
Aspek pertama ini pemasaran dilakukan diawali dengan upaya pengenalan
suatu produk, hal ini dilakukan dengan upaya untuk mempengaruhi pengunjung
agar tertarik melakukan pembelian suatu produk batik yang mana juga dilakukan
melalui pendidikan kepada pengunjung seperti adanya workshop membatik di
Kampung Batik Kauman.
Seperti yang disampaikan oleh Gunawan Setiawan, mengenai cara
memperkenalkan produk di Kampung Wisata Batik Kauman saat ini kepada
konsumen dari masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara, ia
mengatakan :
“Upaya saya dalam mengenalkan produk batik Kampung Kauman saat
ini lebih mengedepankan informasi mengenai proses pembuatan batik
dengan melibatkan wisatawan untuk turut serta membuat batik (workshop
batik).” (Wawancara, Tanggal 12 Maret 2014)
Dalam kegiatan Marketing Public Relations, Kampung Wisata Batik
Kauman Bapak Moh Ma’mun Pusponegoro mengupayakan dengan cara
mengeluarkan Buku Kauman. Sebagai langkah awal setelah mengadakan
kegiatan ”1000 Anak Membatik” dan juga pameran foto kuno, Paguyuban
12
Ibid. 10.
10
mengeluarkan buku yang berjudul ”Kauman : Religi, Tradisi, Seni”, seperti yang
diutarakan oleh Moh. Ma’mun Pusponegoro, S.Sos, yang saat itu berperan sebagai
publikasi dan salah satu penulis buku tersebut, sebagai berikut :
”Begitu mendapat dana blockgrent, saya dan beberapa teman yang saat itu
sebagai partner saya di bagian publikasi, berencana membuat buku tentang
Kampung Kauman. Lalu rencana tersebut saya sosialisasikan kepada
beberapa pihak penting dan akhirnya buku tersebut selesai, kemudia
11
supaya tertarik batik yang ada di kampung Kauman ini melalui bidang
pendidikan, ia mengatakan :
“Upaya saya untuk mempengaruhi pengunjung supaya tertarik batik yang
ada di kampung Kauman ini melalui bidang pendidikan yaitu dengan
mengadakan workshop proses membatik disertai pelatihan pelatihan.
(Wawancara, tanggal 16 Maret 2014)
12
2. Power (kekuatan) dan Push Strategy (mendorong)
a. Power
Dalam pemasaran, aspek perluasan suatu pengaruh tertentu (makes an
influence) dari suatu kekuatan (power) lembaga atau terkait dengan citra dan
identitas suatu perusahaan (corporate image and identity).
Selanjutnya untuk mengetahui peran para pengusaha tersebut, Adi Supriadi
dalam mendorong pengunjung atau wisatawan agar terjadi pembelian produk
batik di Kampung Batik Kauman, ia mengatakan :
“Usaha saya dalam mendorong pengunjung atau wisatawan agar terjadi
pembelian produk batik di Kampung Batik Kauman dengan
mengedepankan sisi kualitas produk batiknya karena tidak mudah luntur
dan awet warnanya tidak mudah pudar.” (Wawancara, tanggal 17 Maret
2014)
13
akan dilakukan.
Berkaitan dengan event-event yang dilakukan paguyuban kampung batik
Kauman, penulis sampaikan kepada Adi Supriadi seperti berikut ini “Apa saja
yang ditonjolkan dalam kegiatan pameran atau event yang dilakukan oleh
paguyuban kampung batik Kauman, beliau mengatakan bahwa :
“Kegiatan yang ditonjolkan adalah pengadaan pameran pameran atau
event event batik disertai pelatihan pembuatan batik di kampung batik
Kauman sehingga menjadikan tempat tersebut dalam satu paket tujuan
wisata.” (Wawancara, tanggal 12 Maret 2014)
Seperti halnya tentang “Kapan saja kegiatan pameran atau event yang
dilakukan oleh paguyuban kampung batik Kauman tersebut diselenggarakan ?”
beliau mengatakan bahwa :
“Terutama pada hari hari libur sekolah dan tanggal tanggal merah karena
banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar yang melakukan
kunjungan di Kampung batik Kauman untuk sekedar melihat keindahan
bangunan maupun budaya batik yang diproduksi oleh pengusaha batik di
kampung Batik Kauman.”(Wawancara, tanggal 12 Maret 2014)
14
Kauman hanya diadakan apabila akan dilaksanakan suatu event di Kampung
tersebut.
3. Pass Strategy
Termasuk aspek lainnya, yaitu pass strategy sebagai upaya untuk
menciptakan citra publik yang ditimbulkan melalui berbagai kegiatan
(breakthrough the gate-keepers), dan partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan
(community relations) atau tanggung jawab sosial (social responsibility), serta
kepedulian terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial dan
lingkungan hidup. Aspek ketiga pemasaran ini dilakukan dengan
menyelenggarakan event event tertentu seperti penyelenggaraan pameran batik di
kampung batik Kauman sendiri maupun kegiatan pelatihan membatik kepada
anak anak sekolah di lembaga lembaga sekolah, hal ini diusahakan untuk
meningkatkan citra kampung batik Kauman yang akan dapat mengakibatkan
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat kampung batik Kauman yang
berujung bahwa kampung batik Kauman dapat dijadikan sebagai kampung wisata
batik di kota Surakarta.
Selanjutnya untuk mengetahui upaya Gunawan Arifin untuk
meningkatkan citra kampung batik Kauman yang akan dapat mengakibatkan
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat kampung batik Kauman yang
berujung bahwa kampung batik Kauman dapat dijadikan sebagai kampung wisata
batik di Kota Surakarta, beliau mengatakan :
“Kalau saya akan menyelenggarakan event event tertentu seperti
penyelenggaraan pameran batik di kampung batik Kauman sendiri
maupun kegiatan pelatihan membatik kepada anak anak sekolah di
lembaga lembaga sekolah.”(Wawancara, tanggal 20 Maret 2014)
Sementara Fakhry Adjie Hidayat, mengatakan :
“Kalau saya dalam meningkatkan citra kampung batik Kauman dengan
menyelenggarakan pameran batik di kampung batik Kauman sendiri saja,
dengan memanfaatkan garasi saya yang cukup luas tidak sempit
dibanding lainnya.” (Wawancara, tanggal 22 Maret 2014)
Sedangkan Moh Ma’mun Pusponegoro, mejawab :
15
“Upaya saya untuk memberikan kepercayaan pada masyarakat bahwa
batik di Kampung Kauman terlihat bagus dengan mengemas produk batik
tulis maupun cap tidak hanya diaplikasikan ke bahan kain maupun
pakaian tetapi diaplikasikan jadi produk souvenir. (Wawancara, tanggal
22 Maret 2014)
Seperti yang penulis tanyakan ke Adi Supriadi mengenai “Apa saja yang
ditonjolkan dalam kegiatan pameran atau event yang dilakukan oleh paguyuban
kampung batik Kauman, beliau mengatakan bahwa :
“Kegiatan yang ditonjolkan adalah pengadaan pameran pameran atau
event event batik disertai pelatihan pembuatan batik di kampung batik
Kauman sehingga menjadikan tempat tersebut dalam satu paket tujuan
wisata. .(Wawancara, tanggal 12 Maret 2014)
Seperti halnya tentang “Kapan saja kegiatan pameran atau event yang
dilakukan oleh paguyuban kampung batik Kauman tersebut diselenggarakan ?”
beliau mengatakan bahwa :
Dengan adanya kegiatan seperti pameran dll yang diselenggarakan oleh
paguyuban kampung batik Kauman pasti akan menimbulkan efek daripada
kampung batik Kauman, hal ini penulis tanyakan juga kepada beliau yaitu :
“Dengan adanya kegiatan tersebut, bagaimana efek atau Impact yang bisa
diperoleh Kampung Wisata Batik Kauman?” beliau mengatakan bahwa :
“Dampak dari kegiatan tersebut dapat memicu kenaikan kesejahteraan
bagi masyarakat kampung batik Kauman sehingga menjadikan mata
pencaharian bagi masyarakat Kampung batik Kauman yang sampai
sekarang produksinya semakin meningkat dikenal di manca
Negara.”(Wawancara, tanggal 12 Maret 2014)
Untuk memajukan sebuah industri dibutuhkan kerjasama semua pihak,
seperti Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman bekerjasama dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Surakarta dan Biro Jasa
Transportasi. Pameran dan promosi bersama sangat mendukung dalam
memasarkan suatu produk, pameran merupakan usaha yang menyertakan produk-
produk unggulan untuk dipamerkan dengan harapan mendapat keuntungan dengan
dibelinya produk oleh konsumen.
16
Kesimpulan
17
Saran
Sebagai penutup dari penelitian (karya tulis), terdapat berberapa saran
berikut ini dapat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
1. Bagi Pengusaha Batik Kauman di era globalisasi dan kecanggihan informasi,
maka perlu ikut berperan serta dalam mempromosikan kampung wisata batik
Kauman melalui pengadaan website dan internet. Agar eksistensi kampung
Kauman sebagai tempat wisata batik tetap terjaga.
2. Bagi Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman (PKWBK) sebagai wadah
bagi pengusaha batik Kauman haruslah mengedepankan kepentingan
pengusaha batik Kauman sehingga dapat menyelesaikan masalah internal
Paguyuban, agar visi dan misi Paguyuban dapat berjalan dengan baik.
3. Bagi Pemerintah Daerah haruslah lebih memperhatikan kepentingan para
pengusaha batik, khususnya pengusaha batik Kauman, agar indutsri batik di
Surakarta dapat maju.
4. Penulis juga berharap agar penelitian ini nantinya dapat bermanfaat untuk
dijadikan acuan serta pengembangan bagi para mahasiswa lain yang tertarik
mengadakan penelitian serupa, khususnya batik.
Daftar Pustaka
Vardiansyah, Dani.(2004). Pengantar Ilmu Komunikasi, pendekatan Taksonomi
Konseptual. Bogor Selatan : Ghalia Indoensia.
Mulyana, Dedy. (2007). Ilmu Komunikasi; Suatu pengantar. Bandung : Remadja
Rosdakarya,
Munandar, Harris. (1987). Public Relations Untuk Bisnis. Jakarta : Pustaka
Binaman Pressindo.
Fiske, John. (2007) Cultural and Communication Studies; sebuah pengantar
paling Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra.
Nyoman S, Pendit. (1999) Ilmu Pariwisata; sebuah Pengantar Perdana. Jakarta :
PT. Pradnya Paramita.
Kotler, Philip. (1992). Manajemen Pemasaran Jilid I. Jakarta : Erlangga.
18