Penerapan Teknologi Nanokomposit Pada Kemasan Pangan: Roswita Puji Lestari, Mohamad Ali Fulazzaky, Aji Jumiono

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

102 Roswita Puji Lestari et. al.

Penerapan Teknologi Nano Komposit

PENERAPAN TEKNOLOGI NANOKOMPOSIT PADA KEMASAN PANGAN


(The Application Of Nanocomposite Technology In Food Packaging)

Roswita Puji Lestari1, Mohamad Ali Fulazzaky2, Aji Jumiono2


1 1 Laboratorium
Kimia, MBRIO Food Laboratory, Bogor - Indonesia
2 Magister Teknologi Pangan, Universitas Djuanda

Email korespondensi : ajijumiono@unida.ac.id

ABSTRACT

Nanotechnology is the manipulation and use of materials and structures on the nanometer scale, roughly
between 1 and 100 nm. Nanotechnology has invaded the agri-food industry, with many applications.
Nanocomposite is one of the development technologies of Nanotechnology. Nanocomposite packaging is a
polymer in which certain types of nano materials have been inserted, such as nano composite clay, nano
silica particles (SiO2), carbon nanotubes, graphene, starch nanocrystals, cellulose-based nanofiber or
nanowhiskers, chitin chitosan nanoparticles and other inorganics. This paper reviews the main
applications of nanocomposites in the field of food packaging. The writing method used in writing this
article review is a comparative writing method by collecting various sources obtained from several
research journals from 2014 - 2021. From the results of this study, it was found that nanocomposites have
very broad potential for their use as food packaging. Such as increasing antimicrobial ability, extending
shelf life, maintaining color and sensory quality, as well as other benefits. However, it is necessary to carry
out further identification regarding the nature of the interactions between nanoparticles and their effects
on the food packaging application process.

Keyword : nanotechnology, nanocomposite, food packaging, shelf life, packaging

ABSTRAK

Nanoteknologi adalah manipulasi dan penggunaan material dan struktur pada skala nanometer, kira-kira
antara 1 dan 100nm. Nanoteknologi telah menginvasi industri pertanian pangan, dengan banyak aplikasi.
Nanokomposit merupakan salah satu teknologi pengembangan dari Nanoteknologi. Kemasan
nanokomposit merupakan polimer yang di dalam materialnya telah disisipkan beberapa jenis nano
material tertentu, seperti nano composit clay, nano partikel silika (SiO2), carbon nanotubes, graphene,
pati nanokristal, nanofiber berbasis selulosa atau nanowhiskers, nanopartikel kitin kitosan dan anorganik
lainnya. Jurnal ini mengulas aplikasi utama nanokomposit di bidang pengemasan makanan. Metode
penulisan yang digunakan dalam penulisan review artikel ini adalah metode penulisan komparatif dengan
mengumpulkan berbagai sumber yang didapat dari beberapa jurnal penelitian dari tahun 2014 - 2021.
Dari hasil studi ini, didapatkan hasil bahwa nanokomposit memiliki potensi yang sangat luas untuk
kebermanfaatannya sebagai kemasan pangan. Seperti meningkatkan kemampuan antimikrobial,
memperpanjang umur simpan, mempertahankan kualitas warna dan sensori, serta manfaat lainnya.
Namun, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai sifat interaksi antara nanopartikel dan efeknya
pada proses pengaplikasian kemasan pangan.

Kata kunci: nanoteknologi, nanokomposit, kemasan pangan, umur simpan, kemasan

How to cite:
Lestari, R. P., Fulazzaky, M. A., & Jumiono, A. (2023). Penerapan Teknologi Nanokomposit Pada
Kemasan Pangan. Jurnal Ilmiah Pangan Halal, 5(2), 102–108. https://doi.org/10.30997/jiph.v5i2.10150

https://ojs.unida.ac.id/JIPH/article/view/10150
Jurnal Pangan Halal Volume 5 Nomor 2, Oktober 2023 103

PENDAHULUAN memiliki fungsi yang penting dalam menjaga


Sejarah timbulnya nanoteknologi menurut kualitas dari produk pangan.
Winarno & Fernandez (2010) berawal pada tahun Menurut Winarno & Driandi (2012)
1959, disaat ahli fisika Caltech, Richard Feyman sebelum penelitian tentang nano teknologi
memaparkan mengenai suatu visi masa depan berkembang seperti sekarang ini, banyak diantara
ilmu pengetahuan. Feyman dalam pidatonya yang para pakar yang menganjurkan agar sebelum
berjudul “There’s Plenty of Room at The Bottom” memutuskan mengembangkan pangan nano
memaparkan hipotesanya jika atom-atom atau disarankan agar terlebih dahulu mengembangkan
molekul-molekul dapat dimanipulasi atau diatur bahan kemasan dan teknologi kemasan nano.
seperti halnya building blocks. Pembuktian dari Sistem pengemasan sendiri adalah produk yang
hipotesanya menyatakan bahwa posisi atom-atom diproduksi dengan bahan apa pun untuk
dapat diatur secara teliti dengan alat-alat buatan melindungi, menampung, memanipulasi,
manusia. Yang kemudian hal ini terwujud di tahun mendistribusikan, mengangkut, dan
1989, ketika ilmuan IBM berhasil memanipulasi mengidentifikasi setiap barang di sepanjang rantai
35 atom Xenon, dalam substrat nikel membentuk pasokannya, dari bahan mentah hingga pengguna
huruf IBM. akhir (Kuswandi, 2017). Menurut Syarif (2007),
Istilah nanoteknologi berasal dari suku kata ada 6 fungsi kemasan yang harus dipenuhi oleh
Yunani “nano” yang berarti kerdil. Dalam istilah suatu bahan pengemas, yaitu :
teknis, kata nano berarti benda-benda yang 1) Menjaga produk bahan pangan atau hasil
berukuran sangat kecil dengan ukuran sepermiliar pertanian agar tetap bersih dan terlindungi
meter (10-9m). Sebagai pembanding, suatu virus dari kotoran dan kontaminasi.
memiliki ukuran 100 nanometer (nm). Disebut 2) Menjaga produk pangan dari kerusakan fisik,
nanoteknologi bila yang dituju adalah materi yang perubahan kadar air dan penyinaran.
memiliki ukuran dari 0,1 sampai 100 nanometer 3) Memiliki nilai kemudahan dalam membuka
(nm) (Winarno & Fernandez, 2010). atau menutup, dan juga memudahkan dalam
tahap-tahap penanganan, pengangkutan dan
distribusi produk.
4) Mempunyai fungsi yang baik efisien dan
ekonimis, aman untuk lingkungan.
5) Memiliki ukuran, bentuk, dan bobot yang
sesuai dengan norma atau standar yang ada,
mudah dibuang dan mudah dibentuk atau
dicetak.
6) Menampilkan identifikasi, informasi, daya
tarik dan penampilan yang jelas sehingga
Gambar 1 Perbandingan berbagai ukuran dalan dapat membantu promosi atau penjualan
nanometer (Sumber : teknologimakanan.com) berdasarkan klasifikasi kemasan
Di industri pengemasan, sebagian besar
Dalam beberapa tahun ini, eksplorasi dalam bahan yang digunakan adalah bahan polimer
bidang nanoteknologi telah berkembang pesat. plastik berbasis minyak bumi yang tidak dapat
Hal ini menandakan bahwa dunia nano penuh terdegradasi. Akibatnya, bahan kemasan
dengan kejutan, peluang,dan potensi terutama makanan non degradable ini, merupakan masalah
dalam dunia pangan. Nanoteknologi diharapkan serius pada lingkungan global (Kuswandi, 2017).
dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi Sehingga penelitian mengenai nanoteknologi
dalam industri pangan salah satunya berkaitan kemasan pangan, menjadi harapan baru untuk
dengan industri bahan kemasan (Winarno & membantu mengurai masalah ini.
Fernandez, 2010). Hal ini menjadi penting Saat ini telah dikembangkan jenis kemasan
dikarenakan kemasan bersentuhan langsung yang memasukkan nanomaterial kedalam bahan
dengan produk pangan, maka dari itu kemasan kemasan sehingga kemasan tersebut dapat
merespon terhadap perubahan kondisi
lingkungan atau mereparasi sendiri bahkan
104 Roswita et al. Filosofi Penerapan Teknologi Nanokomposit
Pada Kemasan Pangan

mampu memberi signal waspada terhadap sebagai bahan penutup, dan digunakan untuk
kontaminasi serta ada tidaknya patogen (Winarno pembuatan film nanokomposit berbasis karaginan
& Fernandez, 2010). Dalam industri kemasan antimikroba. Hasilnya kedua nano-komposit film
pangan, dengan menerapkan nanoteknologi, menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat
perusahaan sudah memproduksi bahan kemasan terhadap bakteri patogen bawaan makanan Gram-
yang memiliki kemampuan untuk negatif, E.coli, tetapi sedikit aktivitas antibakteri
memperpanjang umur simpan makanan dan terhadap bakteri Gram-positif, L. monocytogenes.
minuman dan meningkatkan keamanan pangan Penelitian lainnya dilakukan oleh Amin (2021)
(Kuswandi, 2017). yang mengkaji Ulvan (U) polisakarida sulfat yang
dapat dimakan yang diekstraksi dari Ulva lactuca,
adalah dimediasi untuk pertama kalinya
nanopartikel perak biosintesis non-toksik (Ag-
METODE PENELITIAN NPs) untuk menghasilkan film bio-nanokomposit
Metode penulisan yang digunakan dalam baru dan aman yang disebut (U/Ag-NP) film
penulisan review artikel ini adalah metode untuk kemasan makanan aktif. Hasilnya film bio-
penulisan komparatif dengan mengumpulkan nanokomposit menunjukkan aktivitas antimikroba
berbagai sumber yang didapat dari beberapa jurnal yang tinggi.
penelitian. Studi literatur dilakukan secara online
yang dimulai pada 5 Oktober 2022 dengan Nanokomposit
menggunakan google scholar, elsevier, dan Pengemasan pangan ditujukan untuk
academia. Karakteristik mengenai jurnal yang melindungi produk makanan selama distribusi dan
dicari fokus kepada jurnal yang membahas tentang penyimpanan dari kondisi eksternal dan internal
penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti yang tidak menguntungkan, seperti uap air,
lain, potensi, manfaat, dan pengaplikasian mikroorganisme, gas, pesanan, debu, dan
nanokomposit pada pengemasan pangan dengan guncangan dan getaran mekanis. Diakibatkan oleh
rentang tahun 2014 hingga 2022. Selain itu juga gaya hidup masyarakat modern yang dinamis,
studi literatur dilakukan dengan pencarian artikel produsen makanan berusaha mengembangkan
dan buku yang berkaitan mengenai nanoteknologi sistem pengemasan fungsional dengan
khususnya nanokomposit. Studi literatur meningkatkan fitur kenyamanan dalam
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1. penggunaannya. Dalam sistem pengemasan
canggih, fungsi-fungsi ini ditingkatkan melalui
mekanisme interaktif yang didorong oleh proses
fisik, kimia, dan/atau biologis (Samal, 2017).
Kemasan nanokomposit merupakan
polimer yang di dalam materialnya telah
disisipkan beberapa jenis nano material tertentu,
seperti nano composit clay, nano partikel silika
(SiO2), carbon nanotubes, graphene, pati
nanokristal, nanofiber berbasis selulosa atau
nanowhiskers, nanopartikel kitin kitosan dan
anorganik lainnya (Berekaa, 2015). Menurut
Kuswandi (2017), bahan polimer ini telah
menggantikan bahan konvensional (kertas kaca,
logam, papan dan keramik), dalam kemasan
makanan. Teknologi pembuatan nanokomposit
Gambar 4 Bagan Alir Metode Penulisan terbagi menjadi 3 metode, yaitu solution
technique, in-situ polymerisation, dan
Review Artikel
meltcompounding (Fatmawati, 2022).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berbagai studi pustaka untuk kemasan
pangan dengan teknologi nanokomposit dalam
kurun tahun 2014 – 2021 diantaranya penelitian
Roy & Rhim (2019) yang meneliti nanopartikel
seng oksida (ZnONP) dibuat dengan mereaksikan
seng asetat dengan KOH menggunakan melanin
Jurnal Pangan Halal Volume 5 Nomor 2, Oktober 2023 105

7) Meningkatkan sifat elektrik, konduktivitas


termal, sifat mekanik dan resistensi terhadap
suhu tinggi

Aplikasi Nanokomposit
Beberapa contoh penerapan kemasan
nanokomposit dalam industri pangan nacoclay
dengan jenis polimernya nylon 6 pada aplikasi
botol minuman beralkohol di Hite brewery Co
(South Korea) dan Miller Brewing (USA). Selain
itu sebuah perusahaan korporasi multi nasional
pangan di AS bekerja sama dengan peneliti di
Gambar 1 Tipe interaksi polymer-nanoclays Rutger University, New Jersey untuk
composite mengembangkan alat sensor sensitif pendeteksi
gas, electronic tounge, yang akan disatukan dan
(Source : diintergrasikan dalam kemasan pangan. Alat ini
https://data03.123doks.com/thumbv2/123dok/000/021/21015/39.612.122.513.
84.285/gambar-jenis-jenis-komposit-a-mikrokomposit-fase-terpisah.webp) berisi pengurai dari sensor nano yang sangat
sensitif terhadap gas yang dilepaskan oleh
mikroorganisme perusak makanan, nantinya akan
Kelebihan Nanokomposit muncul perubahan warna yang mengidentifikasi-
Pengemasan makanan nanokomposit kan bahwa telah terjadi pembusukan atau
merupakan kontribusi terbesar dari teknologi ini di pengrusakan mutu pada produk pangan
pasar sektor makanan; dan aplikasinya (Fatmawati, 2022).
diperkirakan akan meningkat selama dua dekade Pembusukan makanan disebabkan oleh
(Metak, 2015). Kemasan nanokomposit memiliki mikroorganisme, yang metabolismenya
beberapa kelebihan dibandingkan teknologi menghasilkan gas yang dapat dideteksi dengan
kemasan lainnya (Fatmawati, 2022) antara lain ; melakukan nanokomposit polimer atau oksida
1) Meningkatkan sifat barrier pada kemasan, logam, yang dapat digunakan untuk kuantifikasi
sehingga uap air, gas oksigen, aroma maupun dan/atau identifikasi mikroorganisme berdasarkan
sinar matahari tidak dapat menembus ke emisi gasnya serta untuk deteksi kesegaran
dalam kemasan. makanan. Perangkat ini terdiri dari serangkaian
2) Meningkatkan sifat mekanis didalam sensor nano yang sangat sensitif terhadap gas yang
kemasan. Sifat mekanis yang dimaksud dilepaskan oleh mikroorganisme pembusuk,
adalah sifat tensile strength dalam kemasan. menghasilkan perubahan warna yang
Jika umumnya tensile strength pada kemasan menunjukkan apakah makanan tersebut rusak
polimer plastik semakin tinggi maka daya (Kuswandi, 2017).
atau sifat kelenturannya akan semakin
menurun. Namun pada nanokomposit,
semakin tinggi sifat tensile strength suatu
polimer plastik maka sifat kelenturannya
hanya akan sedikit menurun saja.
3) Memiliki fungsi aktif sebagai anti mikroba.
4) Memiliki oksigen scavanger yang baik.
5) Dapat digunakan sebagai nanoindikator
maupun nano sensor yang akan mendeteksi
bahan pangan menjadi lebih cepat dan lebih
sensitif dibandingkan dengan indikator dan
sensor dari bahan lain. Contonya adalah
biosensor yang dapat mendeteksi adanya
toksin dalam pangan dan mendeteksi mutu
pangan yang sudah menurun kualitasnya. Gambar 2 Intelligent packaging dengan
6) Meningkatkan stabilitas termal yang dimiliki mencantumkan fresh meter pada kemasan
kemasan. Contohnya polikarbonat yang
(Source :https://encrypted-
menggunakan nanokomposit lebih tahan tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRVSh3PKMkF9GaFT7caAK6bHZa
panas dibandingkan dengan polikarbonat q6wwb8xp7JX2ZYcuBQByJSGAK_EXUM2Qbys5fJG1VKyY&usqp=CAU)
(PC/FS) biasa.
106 Roswita et al. Filosofi Penerapan Teknologi Nanokomposit
Pada Kemasan Pangan

Saat ini, konsumen akan membayar lebih larutan sederhana. Hasil nanokomposit
untuk makanan berkualitas tinggi dan makanan menunjukkan jendela pemrosesan lelehan yang
kemasan yang praktis. Perkembangan lebih luas dan pengurangan penyerapan air dan
nanoteknologi yang cepat menyebabkan paparan permeabilitas uap air. Selain itu, tingkat migrasi
manusia yang tidak dapat dihindari terhadap stimulan di semua nanokomposit berada di bawah
bahan nano. Meskipun ada beberapa penelitian batas migrasi keseluruhan yang disyaratkan oleh
dengan pengembangan nanomaterial dalam standar legislatif saat ini untuk bahan kemasan
kemasan makanan, hanya sedikit penelitian makanan baik stimulan non-polar maupun polar.
tentang kemungkinan toksisitas yang akan (Yu et al., 2014).
berimbas pada kesehatan manusia. Selain itu, Karakterisasi dan aktivitas antimikroba
migrasi zat dari bahan kemasan ke makanan pada biofilm aktif pati quinoa (Chenopodium
merupakan masalah kritis dan dapat quinoa, W.) dibuat dengan memasukkan
mempengaruhi keamanan makanan, sehingga nanopartikel emas yang distabilkan oleh
menimbulkan kekhawatiran besar bagi konsumen silsesquioxane ionik yang mengandung gugus 1,4-
(Agriopoulou, 2016). Untuk alasan ini, semua diazoniabisiklo oktana klorida. Hasilnya biofilm
bahan kemasan baru, baik mengandung bahan aktif menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat
nano atau tidak, tunduk pada uji migrasi terhadap patogen bawaan makanan dengan
sebagaimana ditetapkan oleh Peraturan Komisi persentase penghambatan 99% terhadap E. coli
(UE) No 10/2011 tentang bahan plastik yang dan 98% melawan S. aureus. (Pagno et al., 2015).
bersentuhan dengan makanan (The European Sedangkan Metak (2015) meneliti nanopartikel
Commission, 2011). konsisten dengan penggabungan 1% nano-perak
Oleh karena itu, penulisan artikel review ini (Ag) dan 0,1% titanium dioksida (TiO2)
bertujuan untuk memberikan informasi dan nanopartikel ke dalam bahan polimer yang
gambaran mengenai potensi dan perkembangan dibentuk ke dalam wadah makanan telah
mengenai nanokomposit pada kemasan pangan. dikonfirmasi. Kemudian wadah kemasan
Adapun mengenai kelebihan, kekurangan, serta makanan antimikroba nano-perak komersial
dampak bagi lingkungan dan kesehatan akan dikarakterisasi. Studi ini menunjukkan bahwa
dibahas berdasarkan studi kasus penelitian aplikasi pengemasan makanan antimikroba nano-
terdahulu berserta referensi yang terkait. perak adalah pendekatan baru terhadap
Penelitian Morsy et al. (2014) pengawetan makanan dan perpanjangan masa
mengevaluasi efektivitas film pullulan yang simpannya. Morfologi struktural menunjukkan
mengandung minyak atsiri dan partikel nano interkalasi partikel nano Ag dan TiO2 dalam
terhadap 4 patogen bawaan makanan. Hasil dari kisaran 20-70 nm dalam polimer curah dan ini
penelitian ini menunjukkan bahwa film yang dapat dapat menjelaskan efek antimikroba signifikan
dimakan yang terbuat dari pullulan dan yang diamati.
digabungkan dengan minyak atsiri atau partikel Penelitian terhadap kemasan kertas yang
nano dapat meningkatkan keamanan produk dimodifikasi dengan Ag/TiO2-SiO2, Ag/N-TiO2
daging dan unggas yang didinginkan, segar atau atau Au/TiO2. Diaplikasi pada roti tawar yang
diproses lebih lanjut. Sedangkan menurut Azizi et diamati karakteristik mikrobiologi dan kimianya.
al., (20140, nanokomposit selulosa Hasil pengujian paket kertas Ag/TiO2-SiO2 dan
nanocrystals/zinc oxide (CNCs/ZnO) tersebar kertas Ag/N-TiO2 dapat diterapkan untuk
sebagai pengisi berukuran nano bifungsional ke memperpanjang umur simpan roti selama 2 hari
dalam poli(vinil alkohol) (PVA) dan campuran dibandingkan dengan paket kertas yang tidak
kitosan (Cs) dengan metode penambahan pelarut dimodifikasi. Tidak ada pengaruh Au/TiO2 pada
untuk membuat PVA/Cs/CNCs/ZnO film bio- perpanjangan umur simpan roti yang diamati
nanokomposit. Hasilnya film bio nanokomposit (Peter et al., 2016). Pada penelitian yang
ini menghasilkan efek perlindungan UV yang dilakukan Sarojini et al. (2019) menjelaskan
baik. Selain itu, film biokomposit menunjukkan bahwa evaluasi struktur dan sifat dari film
aktivitas antibakteri terhadap spesies bakteri kemasan makanan biodegradable dibuat dari
Salmonella choleraesuis dan Staphylococcus poliuretan berbasis minyak Mahua (PU) dan
aureus. kitosan (CS), digabungkan dengan proporsi
Bionanokomposit dari poli 3- partikel nano oksida seng yang berbeda. Hasil
hidroksibutirat-co-3-hidroksivalerat (PHBV) menunjukkan umur simpan potongan wortel yang
yang diperkuat dengan tabung nano karbon multi- dibungkus dengan film komposit dapat
dinding yang dicangkokkan PHBV (PHBV-g- diperpanjang hingga 9 hari. Film yang
MWCNTs) dibuat melalui metode penambahan mengandung nanopartikel seng oksida efektif
Jurnal Pangan Halal Volume 5 Nomor 2, Oktober 2023 107

dalam mengurangi kontaminasi bakteri jika


dibandingkan dengan film polietilena komersial. Memperpanjang Umur Simpan
Menurut Medina et al. (2019) menjelaskan bahwa Hasil pengujian kemasan makanan
nanopartikel timol kitosan yang dibuat dengan biodegradable dibuat dari poliuretan berbasis
gelasi ionik, guna memperpanjang umur minyak Mahua (PU) dan kitosan (CS),
pascapanen buah segar. Hasil penelitian digabungkan dengan proporsi partikel nano oksida
membuktikan bahwa nanopartikel kitosan timol seng yang berbeda, menunjukkan umur simpan
memiliki potensi aplikasi sebagai antimikroba potongan wortel yang dibungkus dengan film
untuk pengawetan buah segar dan sebagai komposit dapat diperpanjang hingga 9 hari.
penghalang uap air ketika partikel ini ditambahkan
ke dalam film protein kitosan- quinoa. Sejalan Menjaga Kualitas Warna dan Sensori
dengan penelitian Lin et al. (2019)dalam Warna permukaan sampel keju pada
menyiapkan nanopartikel kitosan yang kelompok kontrol menurun secara signifikan pada
mengandung minyak kelor Moringa Oil/chitosan suhu 25 °C selama 4 hari sementara sampel yang
nanoparticles dan membuat nanofiber gelatin dibungkus nanofibers menunjukkan undulasi
tertanam Moringa Oil/chitosan nanoparticles kecil. Demikian pula, atribut sensori dari sampel
untuk biokontrol Listeria monocytogenes dan keju keju hampir tidak terpengaruh setelah nanofiber
Staphylococcus aureuson. Hasil aplikasi pada dibungkus pada suhu 4°C dan 25°C selama 4 hari.
keju, nanofiber Moringa Oil/chitosan Oleh karena itu, nanofiber tidak hanya dapat
nanoparticles memiliki aktivitas antibakteri yang memperpanjang umur simpan keju, tetapi juga
tinggi terhadap L. monocytogenes dan S. aureus menjaga kualitas sensoriknya.
pada suhu 4 °C dan 25 °C selama 10 hari, tanpa
mempengaruhi kualitas sensori keju. Akibatnya, Memberikan Efek Perlindungan UV
nanofiber 7 bisa menjadi bahan kemasan makanan Pada percobaan aplikasi nanokomposit
aktif yang menjanjikan untuk pengawetan selulosa nanocrystals/zinc oxide (CNCs /ZnO),
makanan. hasilnya baik serapan UV maupun intensitas
Dari hasil penelitian yang pernah puncak serapan meningkat. Biokomposit
dilakukan dalam kurun waktu 2014-2021 tersebut PVA/Cs/CNC/ZnO dapat berhasil melindungi dari
didapatkan hasil bahwa penambahan atau sinar ultraviolet, dan berpotensi digunakan
pengaplikasian nanokomposit pada kemasan sebagai bahan pelindung ultraviolet.
pangan memiliki efek yang sangat berpotensi di
dunia pangan, yaitu : KESIMPULAN
Nanokomposit sebagai salah satu teknologi
Meningkatkan Aktivitas Antimikrobial pengembangan dari Nanoteknologi menawarkan
Sejumlah besar penelitian telah dilakukan berbagai manfaat menarik untuk kemasan
pada aktivitas antimikroba dari bahan nano makanan, termasuk peningkatan kualitas dan
terhadap berbagai jenis mikroorganisme. kebersihan makanan, dan perpanjangan umur
Penelitian aktivitas antimikroba sebagian besar simpan, dan manfaat lainnya. Penggunaannya
dilakukan dengan kemasan antimikroba terhadap untuk kemasan makanan sangat menjanjikan,
bakteri hidup dibandingkan dengan matriks dengan banyak aplikasi inovatif, dengan bahan
makanan asli. Dari jurnal yang didapat penelitian kemasan memberikan perlindungan yang sangat
kemasan pernah dilakukan pada matriks makanan: baik, sifat antimikroba dan sensor nano yang dapat
a. Daging dan unggas yang didinginkan mendeteksi mikroorganisme atau kontaminan
(Staphylococcus aureus, Salmonella kimiawi pada tingkat yang sangat rendah. Namun,
Typhimurium, Listeria monocytogenes dan perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai
Escherichia coli) sifat interaksi antara nanopartikel dan efeknya
b. Roti (Enterobacteriaceae, Yeasts dan pada proses pengaplikasian kemasan pangan.
molds)
c. Wortel (S. aureus dan E. coli)
d. Buah Segar (S. aureus, S. typhimurium dan DAFTAR PUSTAKA
L. innocua)
e. Keju (L. monocytogenes dan S. aureus) Adnan, Dr. H. I. M., & Hamim, Prof. Dr. S. H.
Hasilnya pada berbagai jenis matriks tersebut (2014). Filsafat Ilmu, Ilmu Pengetahuan
kemasan nanokomposit memiliki kemampuan dan Penelitian (M. N. Rohman, Ed.;
untuk menahan laju aktivitas perkembangan Revisi). Trussmedia Grafika.
mikroba.
108 Roswita et al. Filosofi Penerapan Teknologi Nanokomposit
Pada Kemasan Pangan

Agriopoulou, S. (2016). Nanotechnology in Food Morsy, M. K., Khalaf, H. H., Sharoba, A. M., El-
Packaging. EC Nutrition, 5, 1137–1141. Tanahi, H. H., & Cutter, C. N. (2014).
Incorporation of Essential Oils and
Amin, H. H. (2021). Safe ulvan silver
Nanoparticles in Pullulan Films to Control
nanoparticles composite films for active
Foodborne Pathogens on Meat and Poultry
food packaging. American Journal of
Products. Journal of Food Science, 79(4).
Biochemistry and Biotechnology, 17(1),
28–39. Pagno, C. H., Costa, T. M. H., de Menezes, E. W.,
Benvenutti, E. v., Hertz, P. F., Matte, C. R.,
Azizi, S., Ahmad, M. B., Ibrahim, N. A., Hussein,
Tosati, J. v., Monteiro, A. R., Rios, A. O.,
M. Z., & Namvar, F. (2014). Cellulose
& Flôres, S. H. (2015). Development of
nanocrystals/ZnO as a bifunctional
active biofilms of quinoa (Chenopodium
reinforcing nanocomposite for poly(vinyl
quinoa W.) starch containing gold
alcohol)/chitosan blend films: Fabrication,
nanoparticles and evaluation of
characterization and properties.
antimicrobial activity. Food Chemistry,
International Journal of Molecular
173, 755–762.
Sciences, 15(6), 11040–11053.
Peter, A., Mihaly-Cozmuta, L., Mihaly-Cozmuta,
Berekaa, M. M. (2015). Nanotechnology in Food
A., Nicula, C., Ziemkowska, W., Basiak,
Industry; Advances in Food processing,
D., Danciu, V., Vulpoi, A., Baia, L., Falup,
Packaging and Food Safety.
A., Craciun, G., Ciric, A., Begea, M., Kiss,
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci, 4(5), 345–
C., & Vatuiu, D. (2016). Changes in the
357.
microbiological and chemical
Fatmawati, D. (2022, May 7). Aplikasi characteristics of white bread during
Nanoteknologi dalam Kemasan Pangan. storage in paper packages modified with
Media Mahasiswa Indonesia. Ag/TiO2-SiO2, Ag/N-TiO2 or Au/TiO2.
https://mahasiswaindonesia.id/aplikasi- Food Chemistry, 197, 790–798.
nanoteknologi-dalam-kemasan-pangan/
Roy, S., & Rhim, J. W. (2019). Carrageenan-based
Iko Anggara Putra, & Jumiono, A. . (2021). Proses antimicrobial bionanocomposite films
Pengolahan Susu Ultra High Temperature incorporated with ZnO nanoparticles
(Uht) Beserta Kemasan Yang Berpengaruh stabilized by melanin. Food Hydrocolloids,
Terhadap Masa Simpan. Jurnal Ilmiah 90, 500–507.
Pangan Halal, 3(1), 44–48. https://doi.org/
Samal, D. (2017). Use of Nanotechnology in Food
10.30997/jiph.v3i1.8729
Industry: A review. International Journal
Kuswandi, B. (2017). Nanotechnology in Food of Environment, Agriculture and
Packaging. 151–183. Biotechnology, 2(4), 2270–2278.
Lin, L., Gu, Y., & Cui, H. (2019). Moringa Sarojini, S., Indumathi, M. P., & Rajarajeswari, G.
oil/chitosan nanoparticles embedded gelatin R. (2019). Mahua oil-based
nanofibers for food packaging against polyurethane/chitosan/nano ZnO composite
Listeria monocytogenes and films for biodegradable food packaging
Staphylococcus aureus on cheese. Food applications. International Journal of
Packaging and Shelf Life, 19, 86–93. Biological Macromolecules, 124, 163–174.
Medina, E., Caro, N., Abugoch, L., Gamboa, A., Syarif, R. (2007). Pengemasan Pangan.
Díaz-Dosque, M., & Tapia, C. (2019). Universitas Terbuka.
Chitosan thymol nanoparticles improve the
The European Commission. (2011). Commission
antimicrobial effect and the water vapour
Regulation (EU) No 10/2011 on plastic
barrier of chitosan-quinoa protein films.
materials and articles intended to come into
Journal of Food Engineering, 240, 191–
contact with food. Official Journalof the
198.
EuropeanUnion, 1–89.
Metak, A. M. (2015). Effects of Nanocomposite
Winarno, F. G., & Driandi, A. (2012, March).
Based Nano-Silver and Nano-Titanium
Development of Nanotechnology in Food
Dioxideon Food Packaging Materials.
Industry. Foodreview Indonesia.
International Journal of Applied Science
https://www.foodreview.co.id/blog-56626-
and Technology, 5(2). www.ijastnet.com
Jurnal Pangan Halal Volume 5 Nomor 2, Oktober 2023 109

Development-of-Nanotechnology-in-Food- transparent poly(3-hydroxybutyrate-co-3-


Industry.html hydroxyvalerate) by incorporation of
functionalized carbon nanotubes as a novel
Winarno, F. G., & Fernandez, I. E. (2010).
bionanocomposite for food packaging.
Nanoteknologi Bagi Industri Pangan dan
Composites Science and Technology, 94,
Kemasan. M-BRIO PRESS.
96–104.
Yu, H. Y., Qin, Z. Y., Sun, B., Yang, X. G., &
Yao, J. M. (2014). Reinforcement of

You might also like