Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 154

JURNAL

ILMU TANAH
Oleh Kelompok 5 :
Guruh Surya Ilham 23020322140092
Khansa Nailah Odyfra 23020322140099
Gafur Agus Rony 23020322140100
Fariq Aqmal Dharmawangsa 23020322140101
Farah Cahya Ratri 23020322140102
M Fawwaz Athaya 23020322140109
Dian Ayu Puji Lestari 23020322140137
Salman Majid 23020322140138
Nabila Amalia Salsabilla 23020322140139
Siti Sarah Rabiah Adawiyah 23020322140141

DAFTAR ISI:

1. Metode Pengambilan Sampel Tanah dan Klasifikasi Profil 1


Kata Kunci : Agregat, Ciri, Fisik, Tanah, Utuh

2. Perbedaan Sifat Fisik Tanah di Lahan 11


Kata Kunci : Air, Basah, Kering, Tesktur, Volume
3. Perbedaan Sifat Kimia Tanah di Lahan 59
Kata Kunci : Fosfor, Kalium, Nitrogen, Aktual, Potensial
4. Keragaman Biota Tanah 82
Kata Kunci : Iklim, Karbon, Mikroba, Organik, Respirasi

Disetujui Oleh

Koordinator Praktikum Ilmu Tanah Asisten Praktikum Ilmu Tanah

Muhammad Iqbal Fauzan S. P., M. Si. Isabella Ratna Mustika Sari


(NIP. 199507102022041001) (NIM. 23020221120013)
Profil Tanah
Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science
Diponegoro University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: fariqaqmal@students.undip.ac.id

Abstrak
Tanah merupakan bagian kerak Bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Struktur tanah yang berongga menjadi tempat yang sangat baik bagi akar tumbuhan untuk tumbuh.
Tanah terbentuk dari pelapukan beberapa zat yang terdapat di alam. Profil tanah menunjukkan
tingkat kepadatan, ketebalan, warna, dan struktur yang berbeda pada lapisan tanah, Lapisan
dihasilkan selama pembentukan tanah dikelompokkan dalam O, A, B, dan C. Pembagian dari
masing-masing lapisan disebut horizon. Praktikum Ilmu Tanah acara Profil Tanah dilakukan pada
Selasa, 21 Maret 2023 Pukul 10.00 di lokasi Desa Kalirejo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah. Tujuan dari praktikum Ilmu Tanah Acara Profil Tanah adalah untuk
mengetahui susunan, ciri fisik, serta ketebalan setiap horizon tanah di suatu wilayah, alat dan bahan
yang diperlukan yaitu rafia untuk mengetahui ketinggian dari atas ke dasar, bambu untuk
mengetahui ketinggian tanah, handphone untuk dokumentasi. Metode yang digunakan dalam
praktikum Ilmu Tanah Acara Profil Tanah adalah tanah terlihat horizonnya ditentukan terlebih
dahulu, rafia disiapkan lalu dijatuhkan dari atas ke dasar tanah lalu disimpul untuk mengetahui
seberapa panjang horizon tanah. Bambu ditegakkan lalu dipegang dari bawah sehingga dapat diukur
ketebalan horizon tanahnya. Horizon tanah diamati dan difoto. Hasil dari praktikum adalah bahwa
tanah memiliki nilai horizon yang berbeda, hal ini merupakan pengaruh dari faktor pembentukan
tanah yang berbeda. Kesimpulan utama dari praktikum yang diperoleh adalah bahwa tanah tersusun
atas horizon O: 4,22m ; A: 5m ; dan B : 4,18m dan masing-masing horizon tanah memiliki
karakteristik berupa ciri, warna, ketebalan yang berbeda-beda karena terdapat faktor pada
pembentukan tanah itu.
Kata Kunci: Alam, Bambu, Ciri, Fisik, Iklim

1.1. Pendahuluan
Tanah merupakan lapisan paling atas dari kerak bumi yang tersusun dari
mineral serta bahan-bahan organik. Tanah terbentuk dari pelapukan beberapa zat
yang terdapat di alam. Tanah tidak hanya sebagai tempat tumbuh tanaman dan
penyedia unsur hara, tetapi juga berfungsi sebagai bagian dari ekosistem. Profil
tanah adalah irisan melintang dalam tanah dari bagian atas hingga lapisan bahan
induk yang terdapat horizon tanah di dalamnya. Profil tanah menunjukkan tingkat
kepadatan, ketebalan, warna, dan struktur yang berbeda pada lapisan tanah,
Lapisan-lapisan yang dihasilkan selama pembentukan tanah dikelompokkan dalam
O,A, B, dan C (Waskito dan Arnowo, 2017) bahwa tanah adalah permukaan bumi,

1
baik yang berupa daratan maupun yang tertutup air dalam batas tertentu sepanjang
penggunaan dan pemanfaatannya terkait langsung dengan permukaan bumi,
termasuk ruang di atas dan di dalam tubuh bumi. Bahan induk tanah berperan dalam
proses penentuan butir tanah. Proses pembentukan profil tanah sangat tergantung
kepada ukuran butir dari bahan induk tanah. Bahan organik tanah berperan dalam
proses peningkatan kesuburan tanah adalah humus. Bahan organik tanah atau
aktivitas mikroorganisme di dalam tanah mampu mempercepat penyediaan hara
untuk pertumbuhan. Waktu berperan dalam penentu karakter dan sifat. Waktu akan
mempengaruhi sifat-sifat tanah karena pada proses pelapukan tanah terjadi dalam
waktu yang lama (Sulistiyowati dan Kristanto, 2018) Tanah sebagai media tumbuh
mempunyai 4 fungsi utama, yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran, penyedia kebutuhan primer tanaman untuk melaksanakan aktivitas
metabolismenya baik selama pertumbuhan maupun untuk bereproduksi, penyedia
kebutuhan sekunder tanaman yang berperan dalam menunjang aktivitasnya supaya
berlangsung optimum.
Horizon tanah adalah lapisan tanah yang memiliki beragam warna dan
terletak sejajar dengan permukaan tanah. Horizon tanah terbagi atas lapisan O, A,
E, B, C, dan D atau R untuk membedakan jenis lapisan tanah. Horizon O merupakan
horizon paling atas berwarna hitam dan merupakan lapisan paling subur. Horizon
O banyak mengandung bahan organik yang mengalami degradasi dan dekomposisi
sehingga sangat subur. Horizon A merupakan horizon pencampuran bahan organik
dan mineral yang memiliki warna agak gelap. Horizon A adalah horizon berwarna
agak gelap dan memiliki kandungan C-organik sedang. Horizon A memiliki
ketebalan 15-65 cm. Kedalaman tanah dengan besar 15-65 cm merupakan tipe
horizon tanah A. Horizon B adalah horizon tempat terjadinya pengendapan atau
penimbunan, memiliki warna terang yaitu coklat muda. Perubahan warna tanah
menjadi lebih terang terjadi pada horizon B dengan adanya sedikit atau tanpa
akumulasi iluvial bahan tanah tertentu . Letak horizon B berada di bawah horizon
A dengan ketebalan dari horizon B mencapai 150 cm. Horizon C merupakan lapisan
tanah yang tersusun dari batuan bahan induk yang mulai lapuk dan warna lebih
terang. Pembentukan horizon C dimulai dari pelapukan batuan menjadi tanah

2
mineral. Horizon tanah memiliki karakteristik yang berbeda-beda dikarenakan
proses pencucian tanah dan pembentukan tanah. Manfaat horizon tanah dalam
bidang pertanian adalah untuk mengetahui tingkat kesuburan masing-masing tanah
sesuai warnanya (Rosyidah dan Wirosoedarmo, 2014). Sifat fisika tanah yang perlu
diperhatikan adalah terjadinya masalah degradasi struktur tanah akibat fungsi
pengelolaan. Sifat fisika tanah merupakan unsur lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap tersedianya air, udara tanah dan secara tidak langsung
mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman. Sifat fisika tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman sangat berkaitan dengan pengelolaan tanaman yang tumbuh
diatasnya. Sifat fisik tanah menentukan penetrasi akar tanaman, retensi air,
drainase, aerasi serta nutrisi tanaman (Asdak, 2018). Sifat fisik tanah pada
penggunaan lahan sawah, lahan tegalan, lahan kebun campuran dan lahan yang
mengalami gangguan seperti kebakaran hutan dengan masing-masing kelerengan
yang berbeda, mempunyai sifat fisik yang bervariasi, tekstur tanah didominasi
fraksi debu dan pasir dengan kelas tekstur lempung berdebu, mempunyai bahan
organik sedang, permeabilitas sedang, porositas yang kurang baik, kapasitas lapang
dan kadar air jenuh rendah sampai tinggi.

1.1.1. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum Ilmu Tanah Acara Profil Tanah adalah untuk
mengetahui susunan, ciri fisik, serta ketebalan setiap horizon tanah di suatu
wilayah. Manfaat dari praktikum profil tanah yaitu dapat mengetahui susunan
horizon tanah dan ketebalan horizon tanah suatu wilayah dan kegiatan survei tanah
bertujuan untuk dapat menganalisis satuan bentuk lahan secara spasial.

1.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Profil Tanah dilakukan pada Selasa, 21 Maret
2023 Pukul 10.00 di Desa Kalirejo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah.

3
1.2.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Profil Tanah
adalah alat dan bahan. Bahan yang digunakan yaitu tanah yang terlihat horizonnya
sebagai sampel dalam pengamatan. Alat yang digunakan yaitu bambu untuk
mengukur ketebalan setiap horizon, rafia untuk mengukur setiap horizon tanah,
handphone untuk mengukur panjang bambu, dan kamera sebagai alat dokumentasi.

1.2.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Profil Tanah
adalah tanah yang horizonnya terlihat dan ditentukan terlebih dahulu. Rafia
disiapkan lalu dijatuhkan dari atas ke dasar tanah lalu disimpul untuk mengetahui
seberapa panjang horizon tanah. Bambu ditegakkan lalu dipegang dari bawah
sehingga dapat diukur ketebalan horizon tanahnya. Horizon tanah diamati dan
difoto menggunakan kamera. Data hasil pengamatan horizon tanah dan ketebalan
tiap horizon tanah yang diperoleh dianalisis.

1.3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanah Acara Profil Tanah dilakukan diperoleh


hasil sebagai berikut:

Horizon O

Horizon A

Horizon B

Ilustrasi 1. Gambar Profil Tanah


Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanah,2023
Berdasarkan Ilustrasi 1. Dapat diketahui bahwa tanah di Desa Kalirejo,
Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang memiliki profil tanah dengan

4
susunan horizon O, A, dan B dengan ketebalan horizon O 4,22 m, horizon A 5 m,
dan horizon B 4,18 m. Masing - masing horizon yang berada pada tanah tentunya
memiliki ketebalan yang berbeda-beda yang disebabkan karena adanya proses
pelapukan yang berbeda pada setiap horizon tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari Binarta dan Marpaung (2017) yang menyatakan bahwa suatu profil tanah
umumnya terdiri dari 4 horizon yaitu horizon O, horizon A, horizon B, dan horizon
C. Pembentukan tanah dapat terjadi dengan terjadinya pelapukan batu. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Pratama et al. (2017) yang menyatakan bahwa
pembentukan tanah dipengaruhi oleh faktor pelapukan batuan, dimana proses ini
akan menyebabkan ketebalan yang berbeda pada setiap lapisan tanah.
Horizon O yaitu horizon yang paling atas berwarna hitam dan lapisan paling
subur karena sebagai tempat proses pelapukan makhluk hidup. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Erisa et al. (2018) yang menyatakan bahwa ketebalan horizon
O berbeda-beda pada masing-masing profil tanah di berbagai wilayah. Horizon O
mempunyai ketebalan lapisan antara 20 cm - 1 m. Faktor seperti pelapukan pada
batuan dapat mempengaruhi ketebalan pada lapisan tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Irzon et al. (2021) yang menyatakan bahwa proses pelapukan batuan
pada pembentukan tanah sangat mempengaruhi bahan organik dan karakteristik
pada setiap horizon tanah.
Horizon A adalah horizon campuran bahan organik antara horizon sebelum
dan setelahnya dan mineral yang memiliki warna agak gelap. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Dotulong et al. (2015) yang menyatakan bahwa Horizon A adalah
horizon mineral berwarna agak gelap dan memiliki kandungan C-organik sedang.
Lapisan-lapisan tanah pada profil tanah memiliki karakteristik atau ciri khas
masing-masing yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Rahayu et al. (2017) yang menyatakan bahwa perbedaan karakteristik
dipengaruhi oleh perbedaan faktor pada pembentukan tanah yang meliputi bahan
induk, iklim, organisme dan topografi.
Horizon B merupakan horizon tempat terjadinya pengendapan atau
penimbunan, memiliki warna terang yaitu coklat muda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ferdeanty et al. (2019) yang menyatakan bahwa perubahan warna tanah

5
menjadi lebih terang terjadi pada horizon B dengan adanya sedikit atau tanpa
akumulasi iluvial bahan tanah tertentu. Pembentukan profil tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu bahan induk, iklim, topografi, mikroorganisme dan waktu
yang di mana faktor-faktor tersebut akan saling mempengaruhi antara satu dengan
yang lain dalam menghasilkan sifat dan karakter tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Arifin et al. (2017) yang menyatakan bahwa pembentukan tanah juga
dipengaruhi oleh faktor seperti iklim, bahan induk, mikroorganisme yang dimana
faktor tersebut akan membentuk karakter tanah.

1.5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil Praktikum Profil tanah telah dilakukan di Desa Kalirejo,


Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah dapat disimpulkan
bahwa tanah tersusun atas horizon O: 4,22m ; A: 5m ; dan B : 4,18m . Masing-
masing horizon tanah memiliki karakteristik berupa ciri, warna, ketebalan yang
berbeda-beda. Horizon O berwarna kehitaman dan terlihat subur, Horizon A
memiliki warna yang agak gelap dan terdapat campuran organik dan mineral,
Horizon B berwarna cokelat muda dan lebih terang. Saran yang dapat diberikan dari
praktikum acara Profil Tanah yaitu sebaiknya sebelum praktikum dilaksanakan,
praktikan diberikan contoh dan penjelasan mengenai praktikum yang berkaitan agar
para praktikan dapat memahami dan dapat mengaplikasikannya dalam praktikum.

6
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., R. Devnita, R. Hudaya, A. Sandrawati, D. S. Saribun, R. Harryanto, dan


G. Herdiansyah. 2017. Pedogenesis dan klasifikasi tanah yang berkembang
dari dua formasi geologi dan umur bahan erupsi Gunung Tangkuban Perahu.
J. Soilrens. 15 (1) : 20 – 24.

Asdak, C. 2018. Hidrologi dan daerah aliran sungai. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Dotulong, J. R., W. J. Kumolontang, D. Kaunang, dan J. J. Rondonuwu. 2015.


Identifikasi keadaan sifat fisik dan kimia tanah pada tanaman cengkeh Di
Desa Tincep dan kolongan atas Kecamatan Sonder. J. In Cocos. 6 (5) : 1 –
7.

Erisa, D., Munawar, dan Zuraida. 2018. Kajian fraksionasi fosfor (P) pada beberapa
pola penggunaan lahan ekringultisol di desa Jalin Jantho Aceh Besar. J.
Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 3 (2) : 391 – 399.

Ferdeanty, F., S. Sufardi, dan T. Arabia. 2019. Karakteristik morfologi dan


klasifikasi tanah andisol di lahan kering kabupaten Aceh Besar.J. Ilmiah
Mahasiswa Pertanian. 4 (4) : 666 – 676.

Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers. Diakses
tanggal 21 Oktober 2020.

Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta

Irzon, R., P. Sendjaja, dan V. E. Setiawan. 2021. Kaolinitisasi dan mobilitas unsur
tanah langka pada profil pelapukan batuan vulkanik di Puncak Mandeh
Sumatera Barat. J. Sumber Daya Geologi. 16 (1) : 37 – 51.

Nurudin, M., S. Ohta, E. B. Hardiyanto, D. Mendham, A. Wicaksono, J. Heriyanto,


dan M. Watanabe. 2014. Relationships between soil characteristics and
productivity of Acacia mangium in South Sumatra. Tropics. 22 (1) : 1 – 12.

Pratama, I. M. R., I. Yulianti., dan M. Masturi. 2017. Analisis distribusi butir


agregat tanah, distribusi butir primer tanah, dan permeabilitas tanah di
pabrik teh. J. Ilmu Pendidikan Fisika. 2 (1) : 7 – 9.

Rahayu, R., D. P. Ariyanto, K. Komariah, S. Hartati, J. Syamsiyah, dan W. S. Dewi.


2014. Dampak erupsi gunung merapi terhadap daratan dan upaya
pemugarannya. J. Pertanian Berkelanjutan. 29 (1) : 61 – 72.

Rosyidah. E, dan Wirosoedarmo. R., 2014. Pengaruh Sifat Fisik Tanah pada

7
Konduktivitas Hidrolik Jenuh Di 5 Penggunaan Lahan (Studi Kasus Di
Kelurahan Sumbersari Malang). J. AGRITECH. Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya.

Waskito dan H. Arnowo. 2017. Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang. PT Balebat
Dedikasi Prima. Jakarta

8
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Profil Tanah

No Alat dan Bahan Keterangan

1.
Bambu untuk mengukur Panjang
horizon tanah

Tali rafia sebagai alat untuk


2.
mengukur tinggi horizon tanah
dari atas ke dasar

3. Handphone untuk dokumentasi

9
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Profil Tanah

No Dokumentasi Keterangan

1. Survey Tanah mencari tanah


untuk dilakukan penelitian di
Desa Kalirejo, Ungaran Timur

2. Menghitung Horizon Tanah


menggunakan bambu, rafia, dan
meteran, serta mengamati
perbedaan setiap horizon

3. Dokumentasi Acara Profil Tanah


sebagai bukti telah melakukan
penelitian

10
Tekstur Tanah
Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: khansaodyfra@students.undip.ac.id

Abstrak
Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan perbandingan antara fraksi pasir, debu
dan liat. Tanah yang memiliki banyak pasir dan kasar akan memiliki daya memegang air yang
rendah, semakin halus tekstur tanah akan semakin tinggi daya untuk memegang airnya. Dalam
praktikum ini metode yang dilakukan adalah dengan analsis mekanik atau granulair dengan
menentukan prosentase fraksi penyusun tanah. Analisa dilakukan dengan cara turun langsung ke
lapangan dan meraba tekstur tanah dan mengklasifikasikannya berdasarkan tabel USDA. Jenis-jenis
tanah berdasarkan teksturnya dibagi menjadi 12, yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir,
lempung berdebu, lempung, debu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat
berpasir, liat berdebu, dan liat. Sampel tanah yang digunakan untuk melakukan praktikum ini adalah
tanah agregat atau tanah yang berbentuk gumpalan yang ada di dalam bagian tanah yang areanya
tidak terkena vegetasi. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik sifat fisik
tanah yaitu tekstur tanah dengan metode yang baik dan benar. Praktikum ini juga bertujuan untuk
mengetahui kelas tekstur mana yang dimiliki oleh tanah yang diamati. Selain itu, dari praktikum ini
juga akan diketahui kadar air tanah yang diamati. Metode yang dilakukan dalam praktikum ini
adalah dengan turun langsung ke lapangan. Hasil dari prkatikum adalah tekstur tanah yang diamati
merupakan kelas tekstur tanah liat berpasir yang bersifat licin agak kasar. Tekstur tanah tersebut
memiliki ciri-ciri sebagai berikut, licin agak kasar, membentuk bola teguh dalam keadaan kering
sukar dipijit, mudah digulng dan melekat sekali. Kesimpulan utama praktikum yang diperoleh
adalah sampel tanah agregat yang diamati memiliki tekstur liat berpasir.
Kata Kunci : Air, Agregat, Pasir, Tekstur, Tanah

2.1. Pendahuluan

Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan perbandingan antara
fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah juga biasa disebut dengan besar butir tanah.
Tekstur tanah berpengaruh besar pada kadar air tanah. Tanah yang memiliki banyak
pasir dan kasar akan memiliki daya memegang air yang rendah. Semakin halus
tekstur tanah akan semakin tinggi daya tanah tersebut untuk memegang airnya.
Tekstur tanah berhubungan dengan total pori tanah sehingga dapat mempengaruhi
total air tersedia bagi tanaman (Darmayanti et al., 2019). Untuk mengidentifikasi
tekstur tersebut, perlu dilakukan analisis. Ada banyak metode yang dapat dilakukan.
Namun dalam praktikum ini metode yang dilakukan adalah dengan analsis mekanik
atau granulair dengan menentukan prosentase fraksi penyusun tanah. Analisa ini
dilakukan dengan cara turun langsung ke lapangan dan meraba tekstur tanah dan

11
mengklasifikasikannya berdasarkan tabel USDA. Jenis-jenis tanah berdasarkan
teksturnya dibagi menjadi 12, yaitu pasir, pasir berlempung, lempung berpasir,
lempung berdebu, lempung, debu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung
liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat. Tanah dengan tesktur halus
didominasi oleh unsur liat dan memiliki minimal 35% kandungan liat di dalam
tanah tersebut. Sedangkan tanah dengan tekstur kasar didominasi oleh pasir dan
memiliki minimal 70% kandungan pasir di dalam tanah tersebut. Tekstur tanah
ditentukan oleh kandungan tanahnya. Porositas tanah terbesar terdapat pada tekstur
liat yaitu 54,45%, pada umumnya tanah tekstur liat memiliki total ruang pori yang
lebih besar dibandingkan dengan tekstur tanah lainnya, karena tanah bertekstur liat
memiliki ruang pori mikro yang lebih besar (Mustawa et al., 2017). Sedangkan
porositas tanah terkecil terdapat pada tekstur tanah lempung, yaitu sebesar 30%.
Menentukan tekstur tanah berfungsi sebagai indikator untuk mengetahui
kemampuan aerasi, serapan, laju pergerakan, dan ketersediaan air dalam lapisan
tanah yang diidentifikasi. Mengetahui sifat-sifat ini penting karena akan
berperngaruh terhadap tanaman yang akan ditanam pada tanah. Melalui aerasi tanah
dapat diketahui porositas tanah serta perkembangan akar serta keseburan tanah
tersebut. Sifat fisik tanah merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman karena akan menentukan penetrasi akar di
dalam tanah, kemampuan tanah menahan air, drainase, aerasi tanah dan
ketersediaan unsur hara tanah (Holillulah et al., 2015). Tidak hanya aerasi tanah,
ketersediaan air tanah juga penting diketahui. Karena dengan diketahuinya hal
tersebut, bisa disesuaikan tanaman yang akan ditanam pada tanah. Begitupun juga
sifat fisik lainnya seperti serapan dan laju pergerakan dalam tanah. Melalui sifat
fisik tekstur tanah juga bisa diketahui kandungan tanah yang diamati. Sifat fisik
tanah merupakan faktor penting yang perlu diketahui sebelum memanfaatkan lahan.
Faktor tekstur tanah menunjukkan bahwa kadar serapan N tertinggi terdapat pada
tekstur liat (Ompungsung et al., 2018).
Untuk melakukan analisis ini, yang perlu dilakukan adalah turun langsung
ke lapangan dan meraba tanah serta menentukan teksturnya dari rasa dan sifat tanah
tersebut. Bahan yang diperlukan adalah tanah agregat dan akuades. Akuades

12
berfungsi sebagai pelunak tanah supaya kita bisa mengetahui tanah tersebut saat
tanah dalam kondisi lembab dan seberapa besar daya ikat tanah tersebut pada air.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati perbedaan kemampuan tekstur
tanah dalam menahan air (Agustin et al., 2016). Sedangkan tanah agregat tentunya
berfungsi sebagai tanah yang akan diamati. Alat yang digunakan adalah sekop yang
berfungsi sebagai penggali tanah, dan tangan kita sendiri untuk meraba tesktur
tanah. Dengan meraba tanah, kita bisa mengetahui tekstur tanah yang diamati.
Tanah diremas-remas dengan penambahan air sedikit demi sedikit hingga mencapai
plastisitas maksimum (Laili, 2020). Cukup menggunakan tangan dan merabanya
saja, tekstur tanah bisa diketahui.

2.1.1. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik sifat fisik
tanah yaitu tekstur tanah dengan metode yang baik dan benar. Praktikum ini juga
bertujuan untuk mengetahui kelas tekstur mana yang dimiliki oleh tanah yang
diamati. Selain itu, dari praktikum ini juga akan diketahui kadar air tanah yang
diamati. Serta mengetahui apakah tanah tersebut cocok untuk dijadikan lahan
pertanian. Selanjutnya, manfaat dari praktikum tekstur tanah adalah dapat
mengetahui tekstur tanah dan metode penentuannya.

2.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Tekstur Tanah dilakukan pada Sabtu, 11 Maret
2023 mulai pukul 11.00 hingga selesai di Agrotechnopark, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

2.2.1 Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Tekstur Tanah
adalah alat dan bahan. Bahan yang digunakan yaitu akuades dan sampel tanah
agregat. Akuades berfungsi sebagai pelunak tanah supaya kita bisa mengetahui
tanah tersebut saat tanah dalam kondisi lembab dan seberapa besar daya ikat tanah
tersebut pada air. Selanjutnya, sampel tanah agregat akan digunakan sebagai sampel

13
yang akan diamati. Alat yang digunakan yaitu cangkul/sekop. Cangkul/sekop akan
berfungsi sebagai penggali tanah yang akan dijadikan sampel untuk diamati.

2.2.2. Metode
Metode yang dipakai dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Tekstur Tanah
adalah dengan turun langsung ke lapangan. Maksudnya adalah dengan langsung
meraba tekstur tanah di lapangan. Hal yang pertama kali perlu dilakukan adalah
mencangkul/menggali tanah di lapangan. Selanjutnya sampel tanah dibasahi
dengan sedikit akudes. Lalu gosokkan tanah tersebut pada ibu jari, dan sesuaikan
sifat teksturnya berdasarkan tabel USDA.

2.3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan Praktikum Ilmu Tanah Acara Tekstur Tanah yang telah
dilakukan, tekstur tanah yang diamati merupakan kelas tekstur tanah liat berpasir.
Tanah seperti ini cocok untuk menanam tanaman karena mampu menahan air. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Firmansyah et al. (2016) yang menyatakan bahwa
jenis tanah yang digunakan penelitian tergolong Inceptisol, memiliki kelas tekstur
lempung liat berpasir dengan kelas besar butir berlempung kasar. Serta dapat
membentuk bola walaupun dalam keadaan kering meskipun saat membentuk bola
tersebut agak sukar dipijit. Selain itu, tanah tersebut juga mudah digulung serta
melekat sekali. Dalam keadaan lembab atau diberi sedikit demi sedikit akuades,
tentu saja tanah tersebut lebih mudah dipijit, mudah digulung dan lebih melekat lagi
daripada saat keadaan tanah tersebut kering. Tanah liat berpasir identik tidak subur
tetapi dapat dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat
dari Holillulalh et al. (2015) yang menyatakan bahwa tanah liat berpasir identik
dengan tanah yang tidak subur, dimana mengandung bahan organik yang rendah,
nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5) tetapi sesungguhnya bisa
dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial jika dilakukan pengelolaan yang
memperhatikan kendala yang ada. Tanah ini umumnya peka terhadap erosi serta
memiliki pori aerasi dan indeks stabilitas rendah sehingga menyebabkan tanah
mudah menjadi padat. Akibatnya pertumbuhan akar tanaman terhambat karena

14
daya penetrasi akar ke dalam tanah menjadi berkurang. Jadi, tanah liat berpasir ini
bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, namun perlu dikelola terlebih dahulu
dengan diberikan bahan organik supaya tanah tersebut menjadi lebih subur.
Tekstur tanah dalam pertanian bisa menjadi indikator apakah tanah subur
atau tidak. Selain itu, tekstur tanah juga bisa menjadi indikator apakah dapat
mengikat air dengan baik atau tidak. Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap
akar tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Musdalipa et al. (2018) yang
menyatakan bahwa untuk mengetahui pengaruh akar vegetasi dan tekstur tanah
vegetasi terhadap laju infiltrasi dilakukan pengukuran tekstur tanah. Dengan
mengetahui hal ini juga, dapat disesuaikan lahan tersebut lebih cocok itu dijadikan
lahan apa. Menyesuaikan lahan dengan tekstur tanah penting dilakukan, hal ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari tanaman tersebut. Dan tekstur
tanah akan sangat berpengaruh terhadap lingkungannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mulyono et al. (2019) yang menyatakan bahwa pengetahuan berapa besar
kemampuan tanah Aluvial dalam pergerakan air (permeabilitas) merupakan aspek
penting dalam hubungannya dengan lingkungan.

2.4. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Tekstur Tanah dapat disimpulkan bahwa sampel tanah


agregat memiliki tekstur tanah liat berpasir. Tekstur tanah tersebut memiliki ciri
licin agak kasar, membentuk bola teguh dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah
digulung dan melekat sekali. Saran yang dapat diberikan dari praktikum acara
Tekstur Tanah yaitu, tanah yang diamati dapat dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian dengan mengelola lahan lebih lanjut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Z. A., E. Novita dan S.Widodo. 2016. Kajian efisiensi penyimpanan air
dari berbagai tekstur tanah, 1 (1) : 1 – 4.

Darmayati, F. D., dan T. Sutikto. 2019. Estimasi total air tersedia bagi tanaman
pada berbagai tekstur tanah menggunakan metode pengukuran kandungan
air jenuh. J. Berkala Ilmiah Pertanian, 2 (4) : 164 – 168.

Firmansyah, M.A., T. Liana, W. Rahayu, B. P. Penyuluhan dan K. P. K. P. Raya.


2016. Uji adaptasi wortel di tanah lempung liat berpasir dataran rendah
Palangka Raya. J. Adaptasi Tanah Lempung, 26 (2) : 197-206.

Holilullah, H., A. Afandi, dan H. Novpriansyah. 2015. Karakterisitk sifat fisik tanah
pada lahan produksi rendah dan tinggi di PT. Great Giant Pineapple. J.
Agrotek Tropika, 3 (2) : 278 – 282.

Laili, S. 2020. Klasifikasi kemampuan lahan sempadan dan aktivitas masyarakat di


DAS metro kecamatan Lowokwaru Malang. J. Ilmiah Biosaintropis, 6 (1) :
33 – 39.

Mustawa, M., S. H. Abdullah, dan G. M. D. Putra. 2017. Analisis efisiensi irigasi


tetes pada berbagai tekstur tanah untuk tanaman sawi (Brassica juncea). J.
Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, 5 (2) : 408 – 421.

Ompusungu, M., dan Y. Nuraini. 2018. Pengaruh residu biochar kotoran ayam
diperkaya amonium sulfat terhadap sifat kimia tanah, serapan N dan
produksi tanaman padi pada tanah dengan tekstur berbeda. J. Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 5 (1) : 765 – 773.

16
LAMPIRAN

Lampiran 3. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Tekstur Tanah

No Alat dan Bahan Keterangan

1.
Tanah agregat sebagai bahan utama
untuk analisis

2.
Sekop sebagai alat untuk
mengambil sampel tanah di
lapangan

3.
Air berfungsi untuk pengikat
sampel tanah dalam uji konsistensi
tanah

17
Lampiran 4. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Tekstur Tanah

No Kegiatan Praktikum Keterangan

1.

Gali tanah secukupnya, sampai area


tanah tidak terkena vegetasi

2.

Ambil tanah sampel tanah agregat

3.

Beri sampel tanah tersebut sedikit


air, gosokkan dan rasakan tesktur
tanah tersebut

18
Konsistensi Tanah
Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad,
C.R. Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.Guruh, S.I
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: sitisarahra@students.undip.ac.id

Abstrak
Konsistensi tanah merupakan integrasi antara kekuatan gaya kohesi partikel-partikel tanah
dengan gaya adhesi partikel-partikel tanah dengan air dan molekul lain. Penentuan konsistensi tanah
dilakukan dalam tiga kondisi dalam air tanah, yaitu kering, lembab, dan basah. Praktikum dilaksakan
tanggal 11 Maret 2023 pukul 11.00 di AgrotechnoPark Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang. Tujuannya untuk mengetahui dan mengamati secara langsung
konsistensi tanah agregat serta merasakan tekstur tanah tersebut itu agar mengetahui metode
pengukuran konsistensi tanah dan macam-macam konsistensi tanah. Bahan yang digunakan tanah
agregat sebagai bahan utama, sekop untuk mengabil sampel tanah, air untuk pengikat. Metode yang
digunakan ini diawali mengambil tanah agregat dari lapangan, dijadikan sampel, kemudian tanah di
berikan air sedikit demi sedikit, kemudian di bentuk bulat-bulat seperti gumpalan kecil hal itu
bertujuan merasakan tekstur dari tanah agregat tersebut. Gumpalan sampel tanah agregat yang sudah
diremas lalu bisa dirasakan apakah tanah tersebut mudah hancur atau sukar hancur hal itu agar
mendapatkan suatu penilain dari konsitensi tanah agregat dan tekstur tanah. Hasil dari praktikum
adalah konsistensi tanah yang terdapat di lokasi penelitian untuk kondisi lembab adalah lepas sampai
teguh, sedangkan dalam kondisi basah berkisar dari agak lekat sampai plastis. Kesimpulan utama
dari praktikum adalah nilai konsitensi kering 2 (agak keras), nilai konsitensi lembab 3 (keras), nilai
konsitensi basah 1 (agak lekat), nilai konsitensi plastis 3 (sangat plastis). Sifat konsistensi tanah
tersebut dipengaruhi faktor yaitu tekstur tanah, kadar air tanah, kandungan koloid organik, anorganik
tanah. Konsistensi tanah sangat penting untuk diketahui karena dapat memberitahukan penentuan
cara bagaimana pengolahan tanah yang baik.
Kata Kunci : Basah, Kering, Lembab, Sifat, Tekstur.

3.1. Pendahuluan

Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisik tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat mendapat gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya kohesi dan gaya adhesi. Konsistensi tanah adalah
kelekatan diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah tersebut
terhadap perubahan bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan yang dapat
mempengaruhinya. Konsistensi tanah dapat dikatakan tingkat kelekatan tanah yang
dilakukan terhadap suatu benda lain dikatakan konsistensi tanah. Penetapan
konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu kering, lembab, dan
basah (Andalusia et al., 2016). Analisis yang dilakukan pada konsitensi tanah ini
ialah suatu proses analisis yang terdapat pada evaluasi sifat-sifat fisik yang ada

19
didalam suatu tanah. Analisis ini melibatkan pengukuran kekuatan, kekakuan, dan
stabilitas tanah. Analisis konsistensi tanah dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan tanah dalam menahan air dan pengaruhnya terhadap produktivitas
tanaman (Darmawan dan Nurchayati, 2020). Analisis konsistensi tanah sangat
penting untuk mengetahui sifat fisik dan kemampuan tanah dalam menahan beban
atau perubahan bentuk. Konsitensi tanag dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain bahan organik, kadar air tanah, dan struktur tanah. Faktor lainnya juga bisa
untuk bagian yang mempengaruhi konsitensi tanah yaitu dalam kadar air tanah,
bahan-bahan penyemen agregat tanag, bahan dan ukuran agreat tanah, dan tingkat
agregasi.
Sifat fisik tanah adalah karakteristik fisik yang dimiliki oleh tanah, termasuk
tekstur, struktur, porositas, kapasitas menahan air, permeabilitas, kedalaman tanah,
pH, dan kandungan bahan organik. Sifat fisik tanah berkaitan dengan kekuatan dan
kelembutan tanah dalam kondisi tertentu dipengaruhi proporsi dan tipe partikel
tanah, serta kadar air tanah. Sifat fisik tanah berfungsi sangat penting dalam
mempengaruhi ketersediaan air, nutrisi, udara, dan ruang gerak bagi akar tanaman.
Konsitensi tanah sifat fisik tanah yang dipengaruh tekstur tanah. Sifat fisik, biologi,
dan kimia tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah (Tewu et al., 2016). Analisis sifat
fisik tanah memiliki fungsi yang penting dalam mengkaji konsistensi tanah. Dengan
melakukan analisis sifat fisik tanah, dapat diketahui kondisi tanah secara lebih rinci,
sehingga dapat dilakukan tindakan untuk menjaga konsistensi tanah yang optimal
untuk pertumbuhan tanaman. Analisis sifat fisik tanah sangat penting untuk
mengetahui konsistensi yang terdapat di tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang
dapat mempengaruhi konsistensi tanah antara lain porositas, kepadatan,
dan struktur tanah (Setyawan, 2019). Hasil analisis ini memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang karakteristik fisik tanah, yang dapat digunakan untuk
menginformasikan manajemen tanah, pertanian. Dalam menganalisis sifat fisik
tanah perlu juga memperhatikan suatu faktir kunci tanah yang untuk menyediakan
air, udara, nutrisi, dan tempat tinggal bagi organisme hidup dan sifat fisik tanah
yang memiliki peran penting sebagai keberhasilan pertanian dan konversi
lingkungan.

20
Dalam menganalisis suatu sifat fisik tanah yang terkait dengan konsitensi tanah
diperlukan juga alat dan bahan untuk menganalisinya. Bahan yang digunakan yaitu
biasanya menggunakan sample tanah yang diambil dari lapangan, biasanya tanak
tersebut disebut dengan tanah agregat. Tanah agregat terbentuk dari agregasi
partikel-partikel tanah kecil yang menempel menjadi satu kesatuan
yang lebih besar. Tanah agregat dapat diperbaiki melalui sejumlah praktik, seperti
menambahkan bahan organik, merotasi tanaman, dan menggunakan tanaman
penutup (Lal, 2021). Adapun alatnya yaitu sebuah sekop untuk mengambil sampel
tanah agregat tersebut. Alat Konsistensi Tanah adalah alat berbasis web yang
memungkinkan pengguna untuk memperkirakan konsistensi tanah dari sifat
fisiknya (Shang, 2021). Dengan memakai alat bantu pada konsistensi tanah ini bisa
memberikan hasil yang lebih tepat serta memudahkan dalam menganisis suatu
konsitensi tanah.

3.1.1. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum analisis sifat fisik tanah konsistensi tanah adalah
untuk memahami hubungan antara sifat fisik tanah dengan konsistensi tanah dan
untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pengukuran sifat fisik tanah secara
akurat dan tepat. Manfaat dari analisis sifat fisik tanah konsitensi tanah adalah dapat
mengetahui pengukuran konsistensi tanah dan macam konsistensi tanah.

3.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Konsistensi Tanah dilakukan pada Sabtu, 11
Maret 2023 pukul 11.00 – 13.00 WIB di Agrotechnopark Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.2.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Konsistensi
Tanah adalah terdapat alat dan bahan. Bahan yang digunakan yaitu ada sampel
tanah agregat dan air. Alat yang digunakan yaitu ada sekop yang berfungsi untuk
mengambil sampel tanah agregat.

21
3.2.2. Metode
Metode dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Konsistensi Tanah diawali
dari mengambil sampel tanah agregat dari lapangan kemudian disiapkan. Sampel
tanah agregat kondisi kering dan lembab digumpalkan kemudian diberi sedikit air.
Gumpalan sampel tanah agregat diremas lalu dirasakan apakah tanah mudah hancur
atau sukar hancur. Hasil yang didapat dari pengujian dinilai sesuai dengan tabel.
Data hasil pengujian dicatat.

3.3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan Praktikum Ilmu Tanah acara Konsitensi Tanah dilakukan
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah.
Konsistensi Nilai Keterangan
Kering 2 Agak Keras
Lembab 3 Keras
Basah 1 Agak Lekat
Plastis 3 Sangat Plastis
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2023.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa pada


dapat diketahui bahwa sampel tanah agregat konsistensi kering memiliki nilai 2 atau
agak keras karena tanah sedikit sukar hancur ketika diremas. Konsistensi kering
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi tanah kering, hal tersebut
dikarenakan kadar air dalam tanah sangat rendah sehingga partikel-partikel tanah
tidak dapat melekat dan membentuk struktur tanah yang kuat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Afiani (2016) yang menyatakan bahwa konsitensi keras, dengan mudah
dapat dicirikan kekerasannya, dan pecah-pecah bila dibelah. Konsistensi lembab
merupakan penetapan konsistensi tanah pada waktu kondisi kadar air tanah berada
di sekitar kapasitas lapang. Tanah yang digunakan biasanya menggunakan tanah
agregat. Sampel tanah agregat konsistensi lembab memiliki nilai 3 atau keras. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hartono (2021) yang menyatakan bahwa konsistensi
tanah lembab masuk dalam kategori gembur apabila ketika diremas dengan sedikit

22
tekanan maka gumpalan tanahnya akan hancur.
Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada waktu kadar
air dalam tanah berada dalam keadaan di atas kapasitas lapang. Sampel tanah
agregat konsistensi basah memiliki tingkat kelekatan bernilai 1 atau agak lekat dan
memiliki tingkat plastisitas bernilai 3 atau sangat plastis, hal tersebut menandakan
bahwa tanah tidak mengandung lempung, pada kelekatan tanah juga dikenal
sebagai kekuatan tanah atau stabilitas tanah mengacu pada kemampuan suatu tanah
untuk mempertahankan tanah, hal itu biasanya digunakan untuk. Hal ini sesuai
dengan pendapat Anastasia et al. (2014) yang menyatakan bahwa tanah bertekstur
halus atau lempungan mempunyai kelekatan lebih tinggi sehingga sukar untuk
diolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Pirmadona (2015) yang menyatakan bahwa
plastisitas adalah kemampuan butir-butir tanah halus untuk mengalami perubahan
bentuk tanpa terjadi perubahan volume atau pecah. Pada konsitensi plastis memiliki
nilai 3 yang terkandung sangat plastis.
Pengaruh konsitensi tanah sangat penting untuk menentukan cara pengolahan
tanah yang baik dan benar, penting bagi penetrasi akar tanamandi lapisan bawah
dan kemampuan tanah menyimpan lengas, serta untuk design alat-alat pertanian.
Konsistensi tanah juga berperan penting untuk menentukan cara penggarapan tanah
yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan. Tanah yang baik
untuk pertanian adalah tanah yang memiliki daya serap air yang bagus terhadap
konsitensi tanah serta juga memiliki kandungan bahan organik dan unsur hara. Hal
ini sesuai dengan pendapat Suleman et al. (2016) yang menyatakan bahwa tanah
yang baik untuk pertanian adalah tanah yang memiliki kandungan bahan organik,
unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, dan Mg, serta unsur hara mikro
seperti Fe dan Cu. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
struktur tanah, tekstur tanah, kadar air tanah, dan bahan organik dan zat hara tanah.
Bahan organik adalah yang berada dipermukaan tanah berasal dari tumbuhan atau
hewan yang mengalami dekomposisi dapat mempengaruhi kepada kondisi
konsistensi tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Holilullah et al. (2015) yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah yaitu kadar
air tanah, bahan-bahan penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah,

23
dan tingkat agregasi. Bahan organik adalah bahan yang berada dipermukaan tanah
yang berasal dari tumbuhan atau hewan yang sedang mengalami dekomposisi yang
dapat mempengaruhi konsistensi tanah.

3.4. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel


tanah agregat memiliki konsistensi kering agak keras, konsistensi lembab keras,
konsistensi basah agak lekat dan plastis sangat plastis. Sifat konsistensi tanah
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tekstur tanah, kadar air tanah,
dan kandungan koloid organik dan anorganik tanah. Saran yang dapat diberikan
pada praktikum Ilmu Tanah acara Konsistensi Tanah ialah dalam proses pemilihan
dan pengambilan sampel tanah agregat sebaiknya tanah diambil dalam kondisi yang
kering sehingga lebih mudah untuk menentukan ciri-ciri konsistensi tanahnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, L., dan J. Juansyah. 2016. Pengaruh fraksi pasir dalam campuran tanah
lempung terhadap nilai CBR dan indeks plastisitas untuk meningkatkan
daya dukung tanah dasar. J.Rekayasa. 20 (1): 24 – 32.

Anastasia, I., M. Izzati, dan S. W. A. Suedy. 2014. Pengaruh pemberian kombinasi


pupuk organik padat dan organik cair terhadap porositas tanah dan
pertumbuhan tanaman bayam (Amarantus tricolor L.). J. Biologi, 3 (2) : 1
– 10.

Andalusia, B., Zainabun, dan T. Arabia. 2016. Karakteristik tanah ordo ultisol di
perkebunan kelapa sawit pt. perkebunan nusantara 1 (persero) Cot Girek
Kabupaten Aceh Utara. J. Kawista, 1 (1) : 45 – 49.

Bouyoucos, G. J. 2016. Hydrometer method improved for making particle size


analyses of soils. Agronomy Journal, 54 (5) : 464 – 465.

Darmawan, D., dan N. Nurchayati. 2020. Analisis konsistensi tanah pada lahan
sawah menggunakan metode atterberg di desa Tunggulrejo, kabupaten
Blora. J. Sumberdaya Lahan, 14 (1) : 1 – 9.

Holilullah., Affandi, dan H. Novpriansyah. 2015. Karakteristik sifat fisik tanah


pada lahan produksi rendah dan tinggi di PT. Great Giant Pineapple.
J.Agrotek, 3 (2) : 278 – 282.

Hartono, G., dan R. Hadun. 2021. Kajian karakteristik tanah berdasarkan


toposekuen yang berbeda di Kelurahan Foramadiahi, Kecamatan Pulau
Ternate. J. Agrotek Tropikal, 9 (1) : 23 – 49.

Lal, R. 2021. Aggregate soil: A critical component of sustainable agriculture.


Sustainability, 13 (1) : 113.

Pirmadona, S., Muhardi, dan A. Kurniawandy. 2015. Stabilitas tanah plastisitas


rendah dengan semen. J.Universitas Riau, 20 (2) : 1 – 2.

Sanggu, F. R. 2019. Analisis sifat fisik tanah di desa Ndetu Ndora 1 kecamatan
Ende kabupaten Ende. J. Agrica, 12 (1) : 79 – 91.

Silalahi, S. M., K. S. Lubis, dan H. Hanum. 2016. Kajian hubungan kadar liat, bahan
organik, dan kandungan air terhadap indeks plastisitas tanah di Kecamatan
Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun. J.Agroekoteknologi, 4 (4) : 2316
– 2323.

25
Sudarma, I. M. 2018. Indeks plastisitas tanah lempung yang distabilisasi dengan
variasi campuran limestone, kapur padam, abu sekam, dan semen. J.
Gradien, 10 (1) : 96 – 111.

Suleman, S., U. A. Rajamuddin, dan Isrun. 2016. Penilaian kualitas tanah pada
beberapa tipe penggunaaan lahan di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten
Sigi. J.Agrotekbis, 4 (6) : 712 – 718.

Tewu, R. W. G., K. L. Theffie, dan D. D. Pioh. 2016. Kajain sifat fisik dan kimia tanah
pada tanah di Desa Noong Kecamatan Langowan Barat. J. Cocos, 7 (2) : 1 –
8.

Widiastuti, W., U. A. Rajamudin, dan Isrun. 2016. Studi kualitas tanah pada
toposequen sub das paboya, Kota Palu. J. Agrotekbis, 4 (5) : 544 – 552.

Zhang, J., Y. Liu, X. Zhang, dan C. Wang. 2021. Soil consistency tool: a web-based
tool for estimating soil consistency. Soil Science Society of America
Journal, 85 (5) : 1621- 1629.

26
LAMPIRAN

Lampiran 5. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Konsitensi Tanah

No Alat dan Bahan Keterangan

1.
Tanah agregat sebagai bahan utama
untuk analisis

2.
Sekop sebagai alat untuk
mengambil
sampel tanah di lapangan

3.
Air berfungsi untuk pengikat
sampel tanah dalam uji konsistensi
tanah

27
Lampiran 6. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Konsitensi Tanah

No Dokumentasi Praktimum Keterangan

1. Proses memilih sampel tanah


agregat

2. Menyiapkan sampel tanah


agregat

3. Membentuk gumpalan tanah


agregat untuk mengetahui
tektstur tanah

28
Aktivitas Mikroba
Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: nabilaamalias@students.undip.ac.id

Abstrak
Respirasi mikroorganisme mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah.Tanah
dikatakan subur apabila kandungan biologinya tinggi. Mikroba tanah adalah komponen utama biota
tanah dan sangat menentukan kesuburan dan kesehatan tanah. Tanah adalah kumpulan benda alam
di permukaan bumi yang telah tersusun dalam horizon-horizon, terdiri atas campuran bahan mineral
dan bahan organik, merupakan media untuk tumbuhnya tanaman terutama jika cukup tersedia air
dan udara. Pelaksanaan praktikum dilakukan langsung di lapangan dan di ruang Laboratorium
Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas
Peternakan dan Pertanian yang dilakukan pada hari Sabtu, 11 Maret 2023 pukul 10.00 - Selesai.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas mikroorganisme tanah dengan
cara titrasi yang dilakukan menggunakan tanah subur dan kurang subur. Paralon digunakan untuk
memasukkan tbun film dan tabung film diunakan untuk sebagai wadah NaOH, Metode yang
digunakan yaitu dengan menuangkan larutan bahan NaOH ke tabung film lalu segera tutup dan
diletakkan di paralon yang telah digali tanah subur dan tidak subur. Menetapkan jumlah CO2 yang
dihasilkan dan jumlah O2 digunakan mikroba Tanah. Sampel tanah yang tidak subur mempunyai
nilai respirasi lebih tinggi dibandingkan nilai respirasi tanah yang subur. Hasil dari praktikum adalah
menunjukkan sampel tanah yang tidak subur mempunyai nilai respirasi lebih tinggi yaitu sekitar
18,70 ml dibandingkan nilai respirasi tanah yang subur yaitu sekitar 18,93 ml. Kesimpulan utama
yang diperoleh adalah penelitian ini menyarankan untuk lebih memperhatikan saat acara praktikum
sedang berlangsung dan lebih teliti saat praktikum agar dapat memahami apa yang dilakukan saat
praktikum dan dapat menghitung perhitungan dengan benar.
Kata kunci: Mikrobia, Mikroorganisme, Respirasi, Tanah, Titrasi

4.1. Pendahuluan
Respirasi tanah merupakan salah satu indikator dari aktivitas biologi tanah
seperti mikroba, akar tanaman atau kehidupan lain di dalam tanah, dan aktivitas ini
sangat penting untuk ekosistem tanaman yang berada di dalam tanah. Penetapan
respirasi tanah di dapatkan berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan
oleh mikroorganisme pada tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh
mikroorganisme tanah. (Nasution et al., 2015). Indikator tanah meliputi kemasaman
tanah, unsur hara dan kandungan organic. Banyaknya populasi mikroba yang
terdapat dalam tanah juga mempengaruhi kondisi kesuburan tanah. Aktivitas
mikroba di dalam suatu tanah dapat mempengaruhi indikasi kesuburan tanah

29
tersebut karena populasi mikroba yang tinggi menunjukkan adanya bahan organik
yang cukup, suhu yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, dan kondisi ekologi
tanah yang mendukung. (Irfan, 2014). Kesuburan tanah biologis merupakan suatu
kondisi yang di alami oleh tanah. Kesuburan biologis tanah ialah kesuburan yang
disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang ada pada tanah. Pernyataan ini
menurut (Purwati et al., 2017). Tanah yang subur akan meningkatkan ph dalam
tanah.
Parameter yang diamati dalam aktivitas mikroba tanah adalah jumlah CO2
yang dihasilkan oleh mikroba tanah. Jika pH tanah masam, bahan organik rendah,
kapasitas total mikroba rendah maka aktivitas mikroba pada tanah akan mengalami
penurunan. Pengukuran respirasi mikroba dilakukan dengan larutan NaOH 1 N,
larutan NaOH 1 N mempunyai fungsi menangkap dan mengikat CO2 yang
dilepaskan selama proses respirasi tanah, untuk mencegah masuknya udara dari luar
maka paralon ditutup secara rapat (Sinaga et al., 2015). Faktor munculnya
mikroorganisme pada tanah biasanya disebabkan ketersediaan N, C dan P di
pengaruhi oleh suhu, kelembaban, maupun faktor penggunaan pupuk pada tanah,
faktor-faktor yang dapat menyebabkan munculnya mikroorganisme tadi dapat
mentrasformasi unsur hara yang ada di dalam tanah dan dapat mempengaruhi
populasi mikroorganisme yang berada di dalam tanah, tanah yang direspirasi dan
menghasilkan banyak CO2 diklaim dapat dijadikan pedoman tanah yang subur,
karena didalamnya mengandung banyak aktivitas mikroba dan terdapat banyak
unsur yang diperlukan tanaman pada tanah tersebut (Sari et al., 2014).

Bidang tanam menanam tidak dapat terlepas dengan tingkat kesuburan tanah.
Hal ini disebabkan kondisi tanah yang subur memiliki banyak mikroorganisme
sehingga baik untuk tanaman. (Asri, 2015). Keberadaan mikroorganisme dalam
tanah berperan dalam proses dekomposisi sehingga mampu memperbaiki
kandungan nutrisi dalam tanah. Dengan begitu, tumbuhan akan memperoleh lebih
banyak nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
tersebut (Nasution et al., 2015) Keberadaan mikroorganisme dapat diketahui
dengan cara mengukur respirasi mikroorganisme tersebut sehingga dapat diketahui

30
juga bagaimana aktivitas mikroorganisme tersebut di dalam tanah.
Berbagai organisme yang dapat ditemukan di tanah diantaranya ialah bakteri,
cacing tanah, dan fungi, bahkan juga ada mikroorganisme. Proses dekomposisi akan
dilakukan oleh organisme tersebut dengan tujuan untuk memperoleh beragam zat
yang nantinya akan menjadi indikasi kesuburan tanah. (Irfan, 2014). Jika
kandungan bahan organik yang ada dalam tanah tersebut dapat mencukupi
kebutuhan tanaman serta terdapat keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi
maka tanah tersebut dapat diindikasikan sebagai tanah yang subur.

4.1.1. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas
mikroorganisme pada tanah. Selain itu, dapat lebih mendalami mengenai materi
kuliah yang diberikan dan meningkatkan ketrampilan dalam menggunakan alat
laboratorium. Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi tentang
indeks kesuburan tanah dengan adanya proses respirasi mikroorganisme tanah.

4.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Respirasi Mikroba dilaksanakan pada hari
Sabtu, 11 Maret 2023 yang bertempat di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan
Tanaman dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan
dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

4.2.1. Materi
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum acara Aktivitas mikroba
yaitu bahan NaOH, BaCl2, larutan PP, dan larutan HCl dan alat yang digunakan
yaitu paralon beserta tutupnya yang dipakai untuk menutup NaOH dalam tanah, dua
tabung film untuk diisi dengan NaOH dan dibenamkan pada dalam tanah, pipet,
tabung erlenmeyer untuk wadah NaOH, dan digital titrator untuk mentitrasi larutan
NaOH.

31
4.2.2. Metode

Metode pengaplikasian dimulai dengan dituangkannya larutan bahan NaOH


40 ml menuju 2 tabung film masing-masing 10 ml lalu dengan segera dilakukan
penutupan. Tiap tabung film masing-masing diletakkan pada tanah subur dan tanah
tidak subur yang digali dengan kedalaman hingga setengah tinggi paralon.
Penanaman tabung film dilaksanakan pada galian tanah yang telah tertutup rapat
oleh tabung film yang dibuka dan ditutup paralon dengan tutup paralon sekitar 2
jam lamanya. Seteleh itu, dilakukan pengambilan NaOH yang telah diinkubasi
sebanyak 5 ml masing-masing dituangkan ke dalam tabung erlenmeyer. Kemudian
BaCl2 2,5 ml dan phenolpthalein ditambahkan sebanyak 2 tetes dan dilakukan
titrasi dengan HCl hingga berwarna putih menggunakan digital titrator.

4.3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan kegiatan praktikum Ilmu Tanah Acara Aktivitas Mikroba yang
telah dilakukan didapatkan hasil praktikum sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Aktivitas Mikroba

Sampel CO2 terikat NaOH


Tanah Titrasi HCl (ml) (mgrek)

Subur 18,70 11,44

Kurang Subur 18,93 9,416


Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2023.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil jika sampel


tanah yang subur dengan titrasi HCl 18,70 ml menghasilkan CO2 yang terikat
dengan NaOH sebesar 11,44 mgrek sedangkan sampel tanah kurang subur dengan
titrasi HCl 18,93 ml menghasilkan CO2 yan terikat dengan NaOH sebesar 9,416
mgrek. Faktor yang menyebabkan kondisi subur atau tidaknya tanah dapat
disebabkan oleh keberadaan mikroorganisme yang memiliki peran sebagai
pembangun agregat tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sari (2014) yang
menyatakan bahwa tanah yang subur terjadi akibat keberadaan mikroorganisme
tanah yang berpengaruh pada tingkat ketersediaan nutrisi seperti N, C dan P yang

32
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan penggunaan
pupuk. Berdasarkan tingkat CO yang terikat NaOH, tanah yang subur lebih tinggi
2

yang berarti tingkat respirasi mikroba pada tanah subur lebih tinggi dari pada tanah
kurang subur. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution et al. (2015) yang
menyatakan bahwa penetapan respirasi tanah dapat diperoleh dengan menetapkan
jumlah CO yang dihasilkan mikroorganisme tanah dan jumlah O yang dibutuhkan
2 2

oleh mikroorganisme tanah.


Pertumbuhan mikroba tanah juga dipengaruhi oleh suhu, air, kelembapan,
lingkungan, dan juga nutrisi yang termuat dalam tanah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sinaga et al. (2015) yang menyatakan bahwa pH tanah masam, rendahnya
bahan organik, dan rendahnya kapasitas total mikroba maka berarti akan terjadi
penurunan aktivitas mikroba dalam tanah. Aktivitas mikroba tanah berdampak baik
terhadap tanaman karena dapat memberikan pertumbuhan yang baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sari et al. (2014) yang menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh
di tanah tersebut berpengaruh pada jumlah ketersediaan bahan organik dalam tanah.
Faktor – faktor ini nantinya akan mentrasformasi unsur hara yang ada di dalam
tanah sehingga berpengaruh terhadap jumlah populasi mikroorganisme dalam
tanah.
Selain temperatur, faktor lain yang mempengaruhi populasi mikroorganisme
dalam tanah adalah pH dan praktik di dalam pertanian. Hal ini sesuai dengan
pendapat Malik (2016) yang menyatakan bahwa keberadaan mikroorganisme yang
berada di dalam tanah tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja akan tetapi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti derajat kemasaman dan praktik pertanian
yang dilakukan. Dalam dunia pertanian tentunya dilakukan pemupukan dan
pemakaian pestisida yang mempengaruhi jumlah mikroorganisme dalam tanah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Antonius et al. (2018) yang menyatakan bahwa
pemupukan dan pemakaian pestisida yang tidak tepat dosis menyebabkan populasi
mikriba yang berada di dalam tanah menjadi berkurang.

33
4.4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Acara Aktivitas Mikroba dapat disimpulkan


bahwa sampel tanah yang tidak subur mempunyai nilai respirasi lebih tinggi
dibandingkan nilai respirasi tanah yang subur. Ciri dari tanah subur diantaranya
memiliki kandungan hara tinggi, kadar pH netral, dan mengandung unsur mineral
yang banyak. Sedangkan ciri dari tanah tidak subur ialah sedikitnya vegetasi, ph
asam dan basa, dan sedikit organisme tanahnya.Kesuburan tanah tergantung pada
keseimbangan empat faktor yaitu air, oksigen, unsur hara, kondisi fisik dan unsur
toksik (zat penghambat). Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya lebih
memperhatikan saat acara praktikum sedang berlangsung dan lebih teliti saat
praktikum agar dapat memahami apa saja yang dilakukan saat praktikum dan dapat
menghitung perhitungan dengan benar.

34
DAFTAR PUSTAKA

Antonius, S., R. D. Sahputra, Y. Nuraini, dan T. K. Dewi. 2018. Manfaat pupuk


organik hayati, kompos dan biochar pada pertumbuhan bawang merah dan
pengaruhnya terhadap biokimia tanah pada percobaan pot menggunakan
tanah Ultisol. J. Biologi Indonesia, 14 (2) : 243 – 250.
Irfan, M., 2014. Isolasi dan enumerasi bakteri tanah gambut di perkebunan kelapa
sawit PT. tambang hijau kecamatan Tambang kabupaten Kampar. J.
Agroteknologi, 5 (1) : 1 – 8.

Manambangtua, A. P., S. D. Runtunuwu. dan S. A. Wanget 2021. The effect of


giving potassium on the growth of several coconut dwarf varieties in
Nurseries in The Drought Conditions. J. Palma Volume, 22 (1) : 11 – 21.

Nasution, N.A.P., S. Yusnaini dan A. Niswati, 2015. Respirasi tanah pada sebagian
lokasi di hutan taman nasional bukit barisan selatan . J. Agrotek Tropika, 3
(3) : 427 – 433.
Purwati, S., R. Soetopo, dan Y. Setiawan. 2017. Potensi penggunaan abu boiler
industri pulp dan kertas sebagai bahan pengkondisi tanah gambut pada areal
hutan tanaman Industri. J. Selulosa, 42 (1) : 8 – 17.
Sari, N. P., T. I. Santoso, dan S. Mawardi. 2014. Sebaran tingkat kesuburan tanah
pada perkebunan rakyat kopi arabika di dataran tinggi Ijen- Raung menurut
ketinggian tempat dan tanaman penaung. J. Pelita Perkebunan. 29 (2) : 93
– 107.
Sinaga, A. H., D. Elfiati, dan D. Delvian. 2015. Aktivitas mikroorganisme tanah
pada tanah bekas kebakaran hutan di kabupaten
Samosir. J. Peronema Forestry Science. 4 (1) : 60 – 66.

Sinaga, B.I., M. Sembiring. dan A. Lubis, 2015. Dampak ketebalan abu


vulkanik erupsi Gunung Sinabung terhadap sifat biologi tanah di kecamatan
Naman Teran kabupaten Karo. J. Agroekoteknologi Universitas
Sumatera Utara, 3 (3) : 1159 – 1163.

35
LAMPIRAN

Lampiran 7. Perhitungan Titrasi Acara Aktivitas Mikroba Tanah

Sampel Tanah Titrasi HCL (ml) CO2 yang terikat NAOH


(mgrek)

Subur 18,70 11,44

Kurang Subur 18,93 9,416

Sampel Tanah Subur


HCl titrasi = 18,70 ml
0,1 HCl = 0,1 x 18,70 ml
= 1,87 mgrek
NaOH awal = 0,4 x 5
= 2 mgrek
NaOH berekasi dengan CO2 = 2 – 1,87 mgrek
= 0,13 mgrek

1 mgrek CO2 equivalen dengan 2 mgrek NaOH

CO2 yang terikat NaOH = 0,5 x 0,13 mgrek


= 0,065 x 44 mg (dalam 5 ml NaOH)
= 2,86 mgrek

20
20 ml NaOH (perlakuan) = x 2,86
5
= 11,44 mgrek

Sampel Tanah Kurang Subur


HCl titrasi = 18,93 ml
0,1 HCl = 0,1 x 18,93 mgrek
= 1,893 mgrek
NaOH awal = 0,4 x 5 ml

36
= 2 mgrek

NaOH bereaksi dengan CO2 = 2 – 1,893 mgrek


= 0,107 mgrek

CO2 yang terikat NaOH = 0,5 x 0,107 mgrek


= 0,0535 x 44 mg (dalam 5 ml NaOH)
= 2,354 mgrek

20 ml NaOH (perlakuan) = 20/5 x 2,354


= 9,416 mgrek

37
Lampiran 8. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Aktivitas Mikroba

No Alat dan Bahan Keterangan

1.

Tabung film alat ini digunakan


sebagai wadah larutan NaOH

2.

Sekop alat ini berfungsi untuk


mengambil sampel tanah di
lapangan

3.

Paralon alat ini digunakan sebagai


tempat dimasukkannya tabung film

38
4.

Pipet tetes digunakan untuk


mengambil cairan atau larutan
dalam jumlah sedikit

5.

Tabung erlenmeyer digunakan


untuk proses titrasi untuk
menampung larutan yang akan
digunakan

39
Lampiran 9. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Aktivasi Mikroba

No Dokumentasi Keterangan

1.

Penggalian tanah subur dan


kurang subur untuk memasukkan
tabung film ke lubang galian

2.

Inkubasi yang dilakukan selama


2 jam

3. Tahap titrasi menetukan kadar


suatu larutan.

40
Pengambilan Sampel Tanah
Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, , S.R.A. Siti, , A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: dianayupl@students.undip.ac.id

Abstrak
Tanah merupakan lapisan terluar dari kerak bumi yang terdiri dari mineral dan bahan organik.
Tanah merupakan komponen tubuh alam bebas yang terbentuk oleh pelapukan batuan dan
bertransformasi dalam waktu yang sangat panjang. Tanah tersusun dari mineral, air, udara dan
bahan organik. Tanah terbentuk melalui beberapa tahapan yaitu peplapukan batuan induk,
pemindahan bahan organik, pembentukan struktur tanah, pembentukan horizon tanah. Faktor
pembentuk tanah akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Kegiatan pengambilan sampel
tanah dapat mewakili dan membuat kita mengetahui sifat, ciri dan karateristik yang dimiliki tanah
pada suatu lokasi. Pengambilan sampel tanah merupakan tahap awal yang sangat penting dalam
uji tanah, karena dengan pengambilan contoh tanah yang benar akan menjamin tanah yang akan
dianalisis dilabolatorium benar area yang akan diamati. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui
cara pengambilan sampel tanah yang benar dan mempelajari kondisi lingkungan fisik terhadap sifat
lapisan tanah dalam profil untuk mengambil tanah yang akan digunakan untuk analisa di
labortorium. Praktikum dilaksanakan dibelakang gedung E (green house), Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro pada pukul 10.00-12.30 WIB. Metode yang digunakan yaitu
turun langsung ke lapangan. Terdapat berberapa sampel yang akan di diambil adalah 3 sampel tanah,
meliputi pengambilan sampel tanah utuh, agregat, dan biasa. Pengambilan sampel tanah utuh
dilakukan pada setiap satuan lahan pada setiap lapisan 0-20 cm untuk analisis bobot isi tanah,
porositas, dan permeabilitas. Sampel Tanah Utuh pada pengambilannya menggunakan ring sampel
serta pengambilan tanah utuh bertujuan untuk melakukan analisa mengenai meliputi tekstur, warna,
struktur, kerapatan. Terdapat juga pengambilan sampel tanah Agregat, dan sampel tanah Biasa.
Kata Kunci : Agregat, Biasa, Sampel tanah, Tanah, Utuh

5.1. Pendahuluan
Tanah merupakan bangunan alam yang tersusun atas horison yang terdiri dari
bahan mineral dan organik, tidak padu, dan mempunyai ketebalan yang beragam.
Tanah memiliki perbedaan sama sekali dengan bahan induk di bawahnya yang
meliputi beda morfologi, sifat, susunan fisik, bahan kimiawi, dan komponen
biologinya. Tanah merupakan komponen tubuh alam yang terbentuk karena adanya
proses pelapukan batuan yang dimana pembentukan tanah mengalami pengaruh
transformasi sangat panjang (Prayogo dan Saptowati, 2016). Pengambilan sampel
tanah merupakan tahap awal yang sangat penting dalam uji tanah, karena dengan
pengambilan contoh tanah yang benar akan menjamin bahwa tanah yang akan
dianalisis dilabolatorium benar-benar area yang akan diamati sampel/contoh tanah

41
merupakan suatu volume atau massa tanah yang diambil untuk keperluan
laboratorium yang dapat mewakili seluruh sifat tanah (Sandi et al., 2020).

Bahan penyusun tanah terdiri dari 4 komponen utama yaitu mineral, air, udara
dan bahan organik. Tanah terbentuk melalui beberapa tahapan yang dimulai dari
pelapukan bahan induk yang dilanjutkan dengan pemindahan bahan organik dan
pembentukan struktur tanah dan terakhir pembentukan horizon tanah.
Setiap horizon tanah memiliki perbedaan baik komposisi kimia maupun fisiknya
biasanya dibedakan pada warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena
adanya pengendapan berulang oleh genangan air atau pencucian tanah dan proses
pembentukan tanah (Meyer et al., 2015). Pembentukan tanah khususnya saat
mengembangkan horizon dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bahan induk,
iklim, topografi, makhluk hidup, dan waktu yang dimana faktor – faktor tersebut
saling berkaitan (Priyono dan Priyana, 2016).

Dalam praktikum pengambilan sampel tanah ini diambil untuk analisis dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu: pengambilan sampel tanah utuh, pengambilan sampel
tanah agregat dan pengambilan sampel tanah Biasa. pengambilan sampel tanah utuh
diambil menggunakan ring sample yang digunakan untuk analisis permeabilitas
dalam keadaan jenuh (Maharani et al., 2015). Sampel tanah biasa memiliki
distribusi ukuran partikel sama seperti tempat asalnya, tetapi cukup rusak dan
hancur sehingga terjadi pencampuran seluruhnya. Agar sampel tanah
mencerminkan karakter tanah secara akurat, Pengambilan sampel tanah harus
diambil dengan hati-hati dan sesuai dengan prosedur ketentuan sehingga tanah yang
diambil dapat mewakili sifat tanah (Nasution et al., 2021).

5.1.1. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari praktikum pengambilan sampel Tanah ini adalah untuk
menganalisis tanah untuk pemeriksaan laboratorium serta mempelajari kondisi
lingkungan fisik lapisan pada profil tanah. Sedangkan, terdapat Manfaat dari
praktikum pengambilan sampel Tanah memberikan informasi penting tentang sifat
dan kondisi tanah yang dapat digunakan untuk pengelolaan tanah yang lebih baik,

42
peningkatan produktivitas pertanian, perlindungan lingkungan, dan penelitian
ilmiah yang lebih baik.

5.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Pengambilan Sampel Tanah dilaksanakan
pada Sabtu,11 Maret 2023 pukul 10.00 – 12.30 WIB di dibelakang gedung E (green
house), Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Kecamatan
Tembalang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

5.2.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Pengambilan
Sampel Tanah adalah alat dan bahan. Alat yang digunakan yaitu ring sampel yang
berfungsi sebagai alat pencetak tanah yang akan diambil membentuk tabung secara
penuh, selanjutnya sekop/cangkul yang berfungsi sebagai penggali tanah yang akan
diambil sampelnya. Pisau berfungsi untuk membersihkan sisa tanah yang masih
tertinggal dibagian ring sampel. Lalu siapkan juga plastik berfungsi untuk tempat
penyimpan tanah agregat atau tanah biasa. siapkan juga alumunium foil berfungsi
sebagai penutup ring sampel tanah dan latex berfungsi sebagai pelindung tangan
pada saat mengambil sampel tanah. Sedangkan, bahan yang digunakan yaitu tanah.
Tanah itu sendiri memiliki fungsi sebagai sampel objek yang akan diambil dan yang
akan diamati.

5.2.2. Metode
Metode yang dipakai dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Pengambilan
Sampel Tanah adalah pertama tama ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah yang
akan diambil, kemudian letakkan ring sampel tegak pada lapisan tanah tersebut.
Selanjutnya, gali tanah di sekeliling tabung dengan cangkul atau sekop. Lalu Iris
tanah dengan pisau hampir mendekati ring sampel. Tekan Ring sampel sampai
bagian masuk ke dalam tanah dan usahakan ring sampel terisi hingga penuh.
Letakkan Ring sampel lain tepat di atas ring sampel pertama, kemudian tekan lagi
sampai bagian bawah ring sampel kedua masuk ke dalam tanah sedalam 1 cm. Ring

43
sampel beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop/cangkul. Agar mendapatkan
asil yang maksimal pisahkan tabung kedua dengan hati-hati, kemudian potong
tanah pada bagian bawah dan atas ring sampel sampai benar-benar rata. Dan tahap
akhir tutup ring sampel dengan menggunakan alumunium foil hingga tertutup
sepenuhnya dan simpan untuk pengamatan selanjutnya. Pengambilan sampel tanah
agregat, dimulai dengan mencari tana yang tidak terlalu banyak vegetasi dan
batuan. Selanjutnya, ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah. cangkul/sekop tanah
hingga mencapai kedalaman yang dinginkan. Setelah itu, ambil segumpal tanah
yang cukup besar dan simpan dalam plastik. Dan pada pengambilan sampel tanah
biasa pertama tama cari tanah yang tidak terdapat vegetasi dan bersihkan
permukaannya. Gali tanah menggunakan cangkul/sekop mencapai kedalaman 1-
20cm. Kemudian, ambil sampel tanah pada kedalaman 1 – 20 cm (wilayah yang
homogen), sampel tanah diambil secara acak. Contoh tanah yang diambil kemudian
dicampur sebagai bentuk contoh tanah rata-rata atau tana campuran. Selanjutnya,
Contoh tanah rata-rata itu kemudian dikeringanginkan. Setelah dirasa sudah kering
kemudian diayak dan disimpan kedalam plastik.

5.3. Hasil dan Pembahasan


Sampel Tanah Utuh Sampel Tanah Agregat Sampel Tanah Biasa

Ilustrasi 2. Sampel Tanah


Sumber : Data Praktikum Ilmu Tanah, 2023

Berdasarkan Ilustrasi 2. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan,


diperoleh sampel tanah yang terdiri dari 3 macam yaitu sampel tanah utuh, sampel
tanah agregat, dan sampel tanah biasa. Tanah merupakan lapisan terluar dari kerak

44
bumi yang terdiri dari mineral dan bahan organik bertransformasi dalam waktu
yang sangat panjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Santi et al. (2022) yang
menyatakan bahwa tanah merupakan kumpulan benda-benda alam yang menempati
sebagian besar permukaan bumi, tempat tanaman dapat tumbuh. Pengambilan
sampel tanah utuh diperlukan untuk menganalisis sifat fisik tanah seperti bobot isi,
permeabilitas tanah, dan porositas. Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan pada
setiap satuan peta lahan pada setiap lapisan 0-20 cm untuk analisis bobot isi tanah,
porositas, dan permeabilitas. Sampel Tanah Utuh pada pengambilannya
menggunakan ring sampel serta pengambilan tanah utuh bertujuan untuk
melakukan analisa mengenai komponen tanah yang baik dilihat dari sifat fisik. Hal
ini sesuai dengan pendapat Maharani et al. (2015) yang menyatakan bahwa contoh
sampel tanah utuh diambil menggunakan ring sampel yang digunakan untuk analisa
dalam keadaan jenuh.
Pada sampel tanah utuh memiliki warna gelap, bertekstur Lempung (loam),
dan memiliki tekstur rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat
sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat. Selanjutnya terdapat
contoh sampel tanah agregat bertujuan untuk menggambarkan keadaan sifat fisik
berupa tekstur tanah pengambilan sampel tanah Agregat diambil pada tiap horison
tanpa ring sample agar diperoleh data berupa kadar air, tekstur, kerapatan partikel,
konsistensi dan kapilaritas tanah. Pada tanah biasa berwarna agak terang, memiliki
tekstur liat berpasir (sandy clay), dan berstruktur rasa licin agak kasar, membentuk
bola yang dalam keadaan kering sukar dipijit, serta mudah digulung serta melekat
sekali Maharani et al. (2015). Lahan pertanian tanaman semusim melibatkan faktor
faktor yang kompleks, yaitu dalam pengelolaan lahan, penanaman, pemeliharaan
serta pemanenan budidaya yang diusahakan memberikan pengaruh tertentu
terhadap sifat tanah. Adapun beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam
pengambilan sampel tanah yaitu pada saat pengambilan sampel tanah utuh, agregat,
dan biasa tanah yang digunakan dalam pengambilan sampel terdapat bebatuan
didalamnya, sehingga sampel tidak terisi tanah sepenuhnya. selain bebatuan, faktor
lain yang mempengaruhi yaitu terdapat banyak vegetasi pada tanah yang akan di
ambil sampelnya. Agar mendapatkan hasil yang maksimal usahakan pengambilan

45
sampel tanah diambil dari beberapa lokasi berbeda, sampel tanah diulang masing-
masing 3-5 kali, pengambilan sampel memiliki ketinggian/kemiringan yang
berbeda-beda, pengambilan sampel tanah lainnya menggunakan sekop/cangkul
kecil untuk mendapatkan potongan tanah dan juga pisau untuk pembersihan sisa
tanah dibagian ring sampel (Sandi et al., 2020).

5.4. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Pengambilan Sampel Tanah dapat disimpulkan
bahwa praktikum ini menggunakan metode pengambilan sampel tanah utuh yang
diambil dengan menggunakan ring sampel yang ditancapkan ke tanah lalu ditekan
hingga tertanam ke tanah seluruhnya, selanjutnya gali ambil dan bersihkan, terakhir
bungkus dengan aluminum foil, sedangkan pengambilan sampel tanah agregat gali
tanah dan ambil gumpalan tanah serta sampel tanah biasa hanya pengambilan tanah
secara acak. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengambilan yaitu usahakan
tanah yang akan diambil tidak terdapat bebatuan dan vegetasinya. Saran yang dapat
diberikan dari praktikum acara Pengambilan Sampel Tanah yaitu usahakan pada
saat pengambilan sampel tanah utuh, agregat, dan biasa tanah tidak terdapat
bebatuan didalamnya, sehingga sampel dapat terisi tanah sepenuhnya. Agar sampel
tersebut dapat menjadi faktor keberasilan dalam praktikum dan didapatkan hasil
yang akurat.

46
DAFTAR PUSTAKA

Maharani, P.H., B.H. Sunarminto dan E. Hanudin. 2015. Penggunaan fungsi


pedotransfer untuk memperkirakan permeabilitas tanah di Sumatera Selatan
dan Riau. J. Ilmu Pertanian, 18 (1) : 37 – 43.

Naharuddin, N., I. Sari, H. Harijanto, dan A. Wahid. 2020. Sifat fisik tanah pada
lahan agroforestri dan hutan lahan kering sekunder di sub DAS Wuno, DAS
Palu. J. Pertanian Terpadu, 8 (2) : 189 – 200.

Nasution, H., dan Y. Yusfaneti. 2021. Status kepadatan dan agregat andisol pada
konversi perkebunan teh menjadi Perkebunan Kopi. J. Agroecotania
Publikasi Nasional Ilmu Budidaya Pertanian, 4 (1) : 16 – 25.

Priyono, K.D dan Y. Priyana. 2016. Kajian tingkat perkembangan tanah pada
kejadian bencana longsor lahan di pegunungan Menoreh kabupaten
Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta .J. Kajian Ilmu, 10 (2) : 106 – 114.

Rahayu, A., S. R. Utami dan R. L. Mochtar. 2014. Karateristik dan klasifikasi tanah
pada lahan kering dan lahan yang disawahkan di kecamatan Perak kbupaten
Jombang. J. Tanah dan Sumberdaya Lahan, 1 (2) : 79 – 87.

Sandi, D. K., D. Mulyanto, dan D. Arbiwati. 2020. Kajian erodibilitas tanah pada
beberapa sub group tanah di kecamatan Semin. J. Tanah dan Air, 16 (2) : 79
– 84.

Santi, M., Z. Z, dan T. Arabia. 2022. Kajian klasifikasi tanah di areal yang belum
dan sudah ditanami nilam di desa Teungoh Geunteut Lhoong Aceh Besar. J.
Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 3 (7) : 497 – 502.

Tewu, R. W., L.T. Karamoy, dan D. D.Pioh. 2016.Kajian sifat fisik dan kimia tanah
pada tanah berpasir di desa Noongan kecamatan Langowan Barat. J.
In Cocos, 7 (2) : 45 – 51.

47
LAMPIRAN

Lampiran 10. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Pengambilan Sampel Tanah
No. Alat dan Bahan Keterangan
1.

Ring sampel berfungsi sebagai


alat pencetak tanah yang akan
diambil membentuk tabung
secara penuh

2.

Pisau berfungsi untuk


membersihkan sisa tanah yang
masih tertinggal dibagian ring
sampel

3.

Plastik berfungsi untuk tempat


tanah agregat atau tanah biasa

48
4.

Alumunium Foil berfungsi


sebagai penutup ring sampel
tanah

5.

Sekop/Cangkul untuk
mengambil dan memindahkan
tanah dari lokasi berada

6.

Latex berfungsi sebagai


pelindung tangan pada saat
pegambilan sampel tanah

49
7.

Tanah berfungsi sebagai sampel objek

50
Lampiran 11. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Pengambilan Sampel
Tanah Utuh
No. Dokumentasi Keterangan
1.

Ratakan dan bersihkan lapisan


atas tanah yang akan diambil

2.

Kemudian letakkan ring sampel


pada lapisan tanah tersebut

3.

Tekan ring sampel sampai masuk


ke dalam tanah

51
4.

Letakkan ring sampel lain tepat di


atas ring sampel pertama,
kemudian tekan lagi sampai
masuk ke dalam tanah sedalam 1
cm

5.

Setelah itu, gali tanah sekitar ring


sampel dengan sekop/cangkul

6.
Pisahkan tabung kedua dengan
hati-hati, kemudian potong tanah
pada bagian bawah dan atas
tabung sampai benar-benar rata.
Bersihkan sisa tanah pada sekitar
ring sampel dengan menggunakan
pisau

52
7.

Terakhir, tutup ring sampel


menggunakan alumunium foil

53
Lampiran 12. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Pengambilan Sampel
Tanah Agregat

No. Dokumentasi Keterangan


1.

Pertama bersihkan permukaan


yang ingin digali

2.

Gali tanah mencapai kedalaman


yang diinginkan menggunakan
cangkul/sekop

3.

Setelah itu, ambil gumpalan –


gumpalan tanah dan masukan
kedalam plastik

54
Lampiran 13. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Pengambilan Sampel
Tanah Biasa.

No. Dokumentasi Keterangan


1.

Cari tanah yang tidak terdapat


vegetasi dan bersihkan
permukaannya

2.

Gali tana menggunakan sekop


mencapai kedalaman 1 – 20 cm

3.

Ambil sampel tanah pada


kedalaman 1 – 20 cm (wilayah
yang homogen), sampel tanah
diambil secara acak

55
4.

Campurkan menjadi rata, tanah


rata itu dikeringkan. Setela
kering simpan kedalam plastik
untuk praktikum di laboratorium

56
Kemasaman Tanah
Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang, Central
Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: farahcahyaratri@students.undip.ac.id

Abstrak
Kemasaman tanah atau pH adalah suatu petunjuk mengenai tingkat keasaman dan kebasaan
yang terkandung dalam suatu tanah. Nilai pH tanah terdiri dari masam, netral, dan basa. Dalam
pengukuran kemasaman menggunakan dua macam analisis yaitu pH aktual dan pH potensial.
Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 15 Maret 2023 pukul 07.00 - 10.00 WIB di Laboratorium
Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang. Tujuan praktikum ini untuk mengukur kemasaman atau pH tanah. Bahan yang digunakan
yaitu sampel tanah biasa yang berfungsi menjadi sampel percobaan praktikum, akuades sebagai
bahan pendesak untuk mengukur pH aktual, dan KCl 1 N sebagai bahan pendesak untuk mengukur
pH potensial. Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi untuk tempat mereaksikan tanah dengan
bahan pendesak, mortar dan alu untuk menghaluskan sampel tanah biasa, timbangan analitik untuk
menimbang sampel tanah, dan kertas indikator pH untuk mengukur pH. Metode yang digunakan
adalah sampel tanah dihaluskan menggunakan mortar dan alu, selanjutnya tanah ditimbang masing-
masing sebanyak 1 gram menggunakan timbangan analitik, lalu dua tabung reaksi disiapkan lalu
sampel tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi, 5 ml KCl 1 N dimasukkan ke dalam tabung A, 5
ml akuades dimasukkan ke dalam tabung B, selanjutnya dikocok selama 1 menit dan dibiarkan
mengendap, setelah itu pH tanah dihitung menggunakan kertas indikator universal pH. Hasil dari
praktikum ini adalah pH potensial 6,0 > pH aktual 4,0. Kesimpulan utama dari praktikum yang
diperoleh adalah pH potensial lebih besar dari pH aktual dikarenakan ion K+ tidak mampu mendesak
ion H+ sehingga tanah tersebut memiliki sifat basa.
Kata kunci : Akuades, ion H+, KCl, pH aktual, pH potensial

6.1. Pendahuluan
Sifat kimia tanah secara umum adalah kualitas kimia yang dimiliki oleh suatu
jenis tanah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman yang
tumbuh di atas tanah tersebut, meliputi kemasaman tanah atau pH tanah.
Kemasaman tanah atau pH (potential of hidrogen) adalah suatu petunjuk mengenai
tingkat keasaman dan kebasaan yang terkandung dalam suatu tanah. pH tanah
merupakan kondisi keterikatan antar unsur atau senyawa yang terdapat di dalam
tanah, nilai pH tanah terdiri dari masam < 7, netral = 7, dan basa > 7. Nilai pH yang
netral akan mempengaruhi tingkat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman,
karena pada pH netral tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut di dalam larutan
tanah (Nazir et al., 2017). Dalam pengukuran kemasaman menggunakan dua
macam analisis yaitu pH aktual dengan bahan pendesak H2O atau akudes dan pH

57
potensial dengan bahan pendesak KCl. pH aktual diukur dengan cara mengukur
jumlah ion H+ dalam larutan tanah sedangkan pH potensial diukur dengan cara
mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. KCl
mampu mengukur mengukur aktivitas H+ yang ada di luar tanah disebabkan karena
ion K+ yang berasal dari KCl dapat ditukar dengan ion H+, sedangkan hal tersebut
tidak berlaku untuk H2O (Kusuma dan Yanti, 2021).
Dalam pengukuran kemasaman menggunakan dua macam analisis yaitu pH
aktual dengan bahan pendesak H2O atau akudes dan pH potensial dengan bahan
pendesak KCl. Analisis kemasaman tanah memiliki fungsi untuk mengetahui
tentang kualitas dan kesuburan tanah serta dapat membantu petani atau ahli
pertanian dalam menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di lokasi
tertentu, serta memperbaiki lingkungan dan kesuburan tanah melalui penggunaan
pupuk atau teknik lainnya. Artinya, di dalam ilmu pertanian pengaruh pH tanah
memiliki peranan yang sangat penting gunanya untuk menentukan mudah atau
tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman (Karamina et al., 2017). Tanaman
akan sulit untuk tumbuh dan meyerap unsur-unsur hara di dalam tanah apabila pH
di dalam tanah terlalu rendah atau terlalu tinggi (Kadarwati et al., 2016).
Dalam analisis kemasaman tanah, tingkat kemasaman dapat diukur dengan
menggunakan alat pengukur pH. Penentuan tingkat kemasaman dapat diukur
menggunakan alat-alat yang dapat mengetahui tingkat kemasaman antara lain pH
meter, kertas lakmus, dan kertas indikator pH (Wibowo dan Ali, 2019). Kertas
indikator pH banyak digunakan untuk mengukur pH tanah, karena harganya yang
terjangkau dan dapat diukur dengan cara yang mudah untuk para petani kecil seperti
di pedesaan dibandingkan dengan pH meter, walaupun pH meter memiliki hasil
yang lebih akurat tetapi kebanyakan dari banyak petani kecil yang hanya bisa
menjangkau kertas indikator ph sebagai alat ukur tingkat kemasaman tanah. Cara
mengukur tingkat kemasaman tanah menggunakan kertas indikator pH adalah
masukan ujung kertas lakmus atau kertas pH indikator ke dalam campuran pH
aktual dan pH potensial yang telah diendapkan oleh masing-masing pendesak
akuades dan KCl, tetapi jangan sampai mengenai tanahnya. Selanjutnya tunggu
beberapa saat sampai kertas lakmus atau pH indikator berubah warna. Setelah

58
warnanya stabil, cocokan warna yang diperoleh oleh kertas lakmus atau pH
indikator. Dengan demikian pH tanah tersebut dapat diketahui apakah termasuk
tingkat pH tanah asam atau pH tanah basa (Kambuaya et al., 2019).

6.1.1. Tujuan dan Manfaat


Tujuan praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman Tanah ini adalah untuk
mengukur kemasaman atau pH tanah menggunakan dua analisis yaitu pH aktual
dengan bahan pendesak akuades dan pH potensial dengan bahan pendesak KCl.
Manfaat dari Praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman Tanah adalah untuk
mengetahui tingkat pH tanah yang baik untuk tanaman di bidang pertanian.

6.2. Materi dan Metode

Praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman Tanah dilaksanakan pada Rabu, 15


Maret 2023 pukul 07.00 - 10.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan
Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

6.2.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman
Tanah adalah alat dan bahan. Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah biasa yang
berfungsi menjadi sampel percobaan praktikum, akuades berfungsi sebagai bahan
pendesak untuk mengukur pH aktual, dan KCl 1 N berfungsi sebagai bahan
pendesak untuk mengukur pH potensial. Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi
berfungsi untuk tempat mereaksikan tanah dengan akuades dan tanah dengan KCl
1 N. Mortar dan Alu berfungsi untuk menghaluskan sampel tanah biasa. Timbangan
analitik berfungsi untuk menimbang 1gram tanah. Kertas indikator pH berfungsi
untuk mengukur tingkat pH pada larutan hasil reaksi tanah dengan akuades dan
tanah dengan KCl 1 N.

59
6.2.2. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman


Tanah adalah sampel tanah dihaluskan menggunakan mortar dan alu. Tanah
ditimbang masing-masing sebanyak 1 gram menggunakan timbangan analitik. Dua
tabung reaksi disiapkan lalu sampel tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi, 5
ml KCl 1 N dimasukkan ke dalam tabung A, 5 ml akuades dimasukkan ke dalam
tabung B, selanjutnya dikocok selama 1 menit dan dibiarkan mengendap, setelah
itu dihitung pH tanah menggunakan kertas indikator universal pH.

6.3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman Tanah yang telah
dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kemasaman Tanah
Perlakuan pH
KCl (potensial) 6
Akuades (aktual) 4
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2023.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil nilai pH


yang didapat dari praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman Tanah adalah pH
potensial yang menghasilkan nilai 6 dan pH aktual yang menghasilkan nilai 4. Pada
umumnya pH potensial nilainya lebih rendah dari pH aktual. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rukmi et al. (2017) yang menyatakan bahwa pH potensial lebih rendah
daripada pH aktual, hal ini menunjukkan bahwa ion K+ yang terdapat di KCl
mampu mendesak H+ yang berada di dalam jerapan tanah sehingga H+ keluar
menambah ion H+ tanah, dengan demikian pH tanah semakin rendah dan tanah
tersebut bersifat asam. Namun, hasil dari praktikum ini menunjukan bahwa pH
potensial lebih tinggi nilainya dari pH aktual. Hal ini dikarenakan ion K+ yang
terdapat di KCI tidak mampu mendesak ion H+ yang berada di dalam jerapan tanah
sehingga ion H+ tidak terdesak keluar yang mengakibatkan nilai pH naik dan
muatan yang mendominasi adalah muatan negatif atau OH-. Kondisi tersebut
menghasilkan tanah yang bersifat basa karena muatan negatif atau OH-. Hal ini

60
sesuai dengan pendapat Prabowo dan Subantoro (2018) yang menyatakan bahwa
jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat
masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH-lebih besar daripada ion H+ maka tanah
akan bersifat basa.
Kemasaman tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam tanah karena
menyangkut keterkaitan dengan berbagai aspek kesuburan tanah seperti
menggambarkan tingkat ketersediaan usur hara makro maupun mikro yang berada
di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusuma dan Yanti (2021) yang
menyatakan bahwa kemasaman atau pH tanah menggambarkan tingkat
ketersediaan unsur hara makro maupun mikro dalam tanah bagi pertumbuhan
tanaman. pH tanah yang berada pada kisaran netral dapat memberikan ketersediaan
unsur hara tanah pada tingkat optimum karena sebagian besar unsur hara mudah
larut dalam air. Kondisi ini menandakan bahwa tanah tersebut subur dan tanaman
dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH netral. Tanaman akan sulit
untuk tumbuh apabila pH di dalam tanah terlalu rendah atau terlalu tinggi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kadarwati et al. (2016) yang menyatakan bahwa tanah
yang memiliki nilai pH yang terlalu rendah atau pH yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan tanaman sulit untuk menyerap unsur-unsur hara pada tanah.
Dalam ilmu pertanian pH tanah memiliki peranan yang sangat penting karena
digunakan untuk menentukan mudah atau tidaknya ion-ion unsur hara yang akan
diserap oleh tanaman, tanaman akan mudah menyerap unsur hara dalam keadaan
pH 7 atau pH netral. Hal ini sesuai dengan pendapat Karamina et al. (2017) yang
menyatakan bahwa di ilmu pertanian pengaruh pH tanah memiliki peranan yang
sangat penting gunanya untuk menentukan mudah atau tidaknya ion-ion unsur hara
diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada
pH 7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam
air. Ditambahkan dengan pernyataan Permatasari et al. (2019) yang menyatakan
bahwa tanah pertanian yang baik adalah tanah yang memiliki tingkat pH netral yaitu
7. pH netral dengan nilai 7 akan mempengaruhi tingkat penyerapan unsur hara oleh
akar karena kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air sehingga tanah dengan
pH netral sangat baik untuk pertanian.

61
Kemasaman atau tingkat pH tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah yaitu unsur yang terkandung di dalam
tanah, seperti konsentrasi ion H+ dan OH-, mineral tanah, air hujan, bahan induk,
tekstur tanah dan beberapa faktor lainnya yang berpotensi untuk mempengaruhi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Prabowo dan Subantoro (2018) yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah ion H+ yang berada
dalam larutan tanah serta unsur-unsur yang terkandung dalam tanah seperti
konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan, bahan induk, bahan
organik, dan tekstur tanah. Ditambahkan dengan pernyataan Siswanto (2018) yang
menyatakan bahwa pH tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain suhu,
bahan organik, dan ketersediaan unsur hara lain.

6.4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman Tanah dapat
disimpulkan bahwa nilai pH potensial tanah sebesar 6,0 dan pH aktual tanah sebesar
4,0. Hal ini dikarenakan ion K+ yang terdapat di KCI tidak mampu mendesak ion
H+ yang berada di dalam jerapan tanah sehingga ion H+ tidak terdesak keluar yang
mengakibatkan nilai pH naik dan muatan yang mendominasi adalah muatan negatif
atau OH-. Kondisi tersebut menghasilkan tanah yang bersifat basa. Saran yang
dapat diberikan adalah dalam kegiatan praktikum kedepannya lebih baik
menggunakan pH meter untuk mengukur pH tanah agar hasilnya lebih akurat dan
mengurangi kesalahan data praktikum.

62
DAFTAR PUSTAKA

Kadarwati, T. F. 2016. Evaluasi kesuburan tanah untuk pertanaman tebu di


kabupaten Rembang, Jawa Tengah. J. Littri. 22 (2) : 53 – 62.

Kambuaya, F., M. Beljai, dan C. B. Wanggai. 2019. Pemanfaatan tanah hutan


sebagai alternatif pengobatan tradisional masyarakat kampung Mapura
kabupaten Maybrat. J. Kehutanan Papuasia. 5 (2) : 142 – 152.

Karamina, H., W. Fikrinda, dan A. T. Murti. 2017. Kompleksitas pengaruh


temperatur dan kelembaban tanah terhadap nilai pH tanah di perkebunan
jambu biji varietas kristal (Psidium guajava l.) Bumiaji, Kota Batu. J.
Kultivasi. 16 (3) : 430 – 434.

Kusuma, Y. R. dan I. Yanti. 2021. Pengaruh kadar air dalam tanah terhadap kadar
c-organik dan keasaman (pH) tanah. J. Indonesian Journal of Chemical
Research. 6 (2) : 92 – 97.

Nazir, M., Syakur, dan Muyassir. 2017. Pemetaan kemasaman tanah dan analisis
kebutuhan kapur di Kecamatan Keumala Kabupaten Pidie. J. Ilmiah
Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 2 (1) : 21 – 30.

Permatasari, I. R., B. S. Barus, dan G. Diansyah. 2019. Analisis nitrat dan fosfat
pada sendimen di Muara Sungai Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Provinsi
Sumatera Selatan. J. Penelitian Sains. 21 (3) : 140-150.

Prabowo, R. dan R. Subantoro. 2018. Analisis tanah sebagai indikator tingkat


kesuburan lahan budidaya pertanian di Kota Semarang. J. Cendekia
Eksakta. 2 (2) : 59 – 65.

Rukmi, A., A. Bratawinata, R. Pitopang, dan P. Matius. 2017. Sifat fisik dan kimia
tanah pada berbagai ketinggian tempat di habitat eboni (Diospyros celebica
Bakh.) Das Sausu Sulawesi Tengah. J. Warta Rimba. 5 (1) : 28 –36.

Siswanto, B. 2018. Sebaran unsur hara N, P, K dan pH dalam tanah. J. Buana Sains.
18 (2) : 109 – 124.

Wibowo, R. S., dan M. Ali. 2019. Alat pengukur warna dari tabel indikator
universal pH yang diperbesar berbasis mikrokontroler arduino. J. Edukasi
Elektro. 3 (2) : 99 – 109.

63
LAMPIRAN

Lampiran 14. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Kemasaman Tanah

No Alat dan Bahan Keterangan


1

Tabung reaksi untuk tempat


mereaksikan tanah dengan
akuades dan tanah dengan KCl 1
N

Mortar dan alu untuk


menghaluskan sampel tanah agar
mudah ditimbang untuk
pencampuran

Kertas indikator pH untuk


mengukur tingkat pH tanah

64
4

Sampel tanah biasa yang sudah


dihaluskan oleh mortar dan alu
dan sebagai bahan utama

Akuades untuk mengetahui


indikator pH Aktual

KCl untuk mengetahui indikator


pH Potensial

65
Lampiran 15. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Kemasaman Tanah
No Dokumentasi Keterangan
1

Menimbang sampel tanah biasa


yang telah dihaluskan oleh mortar
dan alu dengan timbangan analitik
seberat 1 gram

Mencampurkan 1 gram tanah


dengan KCl di dalam tabung
reaksi untuk menentukan pH
potensial

Mencampurkan 1 gram tanah


dengan Akuades di dalam tabung
reaksi untuk menentukan pH
aktual

66
4

Mencelupkan kertas pH untuk


mengukur pH yang ada di dalam
tabung reaksi

Hasil pengukuran pH potensial

Hasil pengukuran pH aktual

67
Kadar Air Tanah

Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang, Central
Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: mfawwazathaya@students.undip.ac.id

Abstrak
Kadar Air tanah merupakan jumlah air yang ada dalam tanah, biasanya dinyatakan sebagai
berat kering.Air meresap ke permukaan, membawa unsur kimia yang berbagai. Jumlah air yang
terserap tanah tergantung pada komposisi tanah dan konsentrasi bahan organik. Pengikatan air pada
agregat tanah terjadi karena gaya kohesif antara molekul air dengan butiran tanah. Tanah yang
kering adalah tanah yang dikeringkan dengan dipanggang dalam oven pada suhu 105-110 derajat
selama beberapa jam hingga beratnya konstan. Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar Air Tanah
dilakukan pada Rabu, 12 Maret 2022 pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan
Pemuliaan Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Tujuan praktikumadalah untuk mengetahui kadar air. Bahan yang digunakan adalah sampel tanah
sebagai bahan, ring sampel sebagai wadah tanah, timbangan akrilik untuk menimbang, oven untuk
mengeringkan tanah, alumunium foil untuk menutup, sampel tanah untuk bahan. Metode yang
digunakan, sampel tanah diambil menggunakan ring sampel, ditimbang, ring sampel ditutup
menggunakan aluminum foil, dipanaskan di oven suhu 105°C dalam waktu 24jam, ring sampel
dikeluarkan, di timbangg. Hasil dari praktikum adalah kadar air tanah yang diperoleh sebesar
50,45%, ini menunjukkan bahwa kandungan air tanah yang teramati tergolong tinggi. Tanah dengan
kadar air kurang dari 20% tergolong rendah dan lebih dari 50% tergolong tinggi. Kandungan air
tanah dipengaruhi struktur, bahan organik, senyawa kimia dan kedalaman lapisan tanah. Kesimpulan
utama dari praktikum yang diperoleh adalah bahwa kadar air tanah yang ada dalam tanah dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, mengakibtkan pertumbuhan tidak
optimal. Kandungan air tanah dipengaruhi struktur tanah, kandungan bahan organik, senyawa kimia.
Kata Kunci : Air, Kimia, Suhu, Tanah, Unsur.

7.1. Pendahuluan
Kadar air tanah adalah jumlah air yang ada di dalam tanah, biasanya
dinyatakan sebagai berat kering. Air yang berasal dari dalam tanah bermanfaat
sebagai sumber air tumbuhan dan makhluk hidup. Hasil kualitas air tanah dan
kualitas buah melon tersebut menunjukkan jika air tanah berpengaruh terhadap
kualitas dari tanaman dari tanaman melon (Setiawati dan Bafdal, 2020). Kadar air
kapasitas lapang adalah kadar air tanah di lapangan pada saat air aliran telah
berhenti atau hampir berhenti mengalir karena gravitasi setelah tanah sebelumnya
jenuh penuh. Sebagian besar air yang dibutuhkan tanaman berasal dari tanah.
Analisis kadar air tanah adalah suatu teknik untuk menentukan jumlah air yang
tersedia di dalam tanah. Analisis ini penting dalam pengelolaan tanah dan pertanian

68
karena dapat memberikan informasi tentang kelembaban tanah yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Untuk mengetahui kadar air
tanah, dilakukan analisis yang biasanya melibatkan pengukuran berbagai parameter
fisik tanah seperti kepadatan, porositas, dan tekstur tanah. Teknik pengukuran yang
umum digunakan meliputi metode gravitasi, tensiometer, dan neutron moisture
meter. Setiap tanaman membutuhkan kadar air tanah yang cukup untuk dapat
tumbuh dengan optimal. Kelebihan air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan,
Kelebihan simpanan maksimum pada tanah dapat memberikan dampak negative
kepada tanaman selain itu kelebihan simpanan pada pori tanah menyebabkan air
yang muncul hingga kepermukaan tanah (Wijayanti et al., 2015). Kelebihan air
dalam tanah juga dapat menyebabkan pergerakan nutrisi yang larut menjadi lebih
cepat, yang dapat mengganggu ketersediaan nutrisi bagi tanaman
Sifat fisik tanah yang penting dalam pertanian salah satunya adalah kadar air
tanah. Kadar air tanah merujuk pada kandungan air yang terdapat dalam suatu
sampel tanah, dan sangat penting untuk mengetahui kelembaban tanah yang
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kadar air tanah yang
mempengaruhi kondisi fisik tanah, seperti kerapatan dan porositas. Mereka
menekankan pentingnya pengukuran kadar air tanah dalam mengelola tanah secara
optimal (Sutanto dan Syahbuddin, 2020). Analisis sifat fisik tanah, khususnya kadar
air tanah, memiliki peran penting dalam pengelolaan pertanian dan lingkungan.
Dengan mengetahui kadar air tanah, petani dapat memperkirakan kebutuhan air
tanaman, mengatur irigasi secara efektif dan efisien, serta mencegah dampak
negatif pada lingkungan. Oleh karena itu, pengukuran kadar air tanah perlu
dilakukan secara teratur dan akurat untuk memastikan pertumbuhan dan produksi
tanaman yang optimal serta menjaga keberlangsungan yang ada pada lingkungan.
Analisis sifat fisik kadar air tanah sangat penting dalam menentukan waktu dan
jumlah irigasi yang diperlukan pada lahan pertanian, sehingga pertumbuhan dan
produksi tanaman dapat dioptimalkan (Susanti et al., 2019). Dengan melakukan
analisis sifat fisik kadar air tanah, petani dapat menentukan waktu dan jumlah
irigasi yang tepat untuk lahan pertanian mereka.

69
Untuk melakukan analisis sifat fisik tanah kadar air tanah, dapat digunakan
beberapa alat atau metode. Metode yang biasa digunakan untuk menganalasisi sifat
fisik tanah kadar air tanah ini yaitu Metode gravimetri adalah metode yang paling
umum digunakan untuk mengukur kadar air tanah. Metode ini dilakukan dengan
mengambil sampel tanah kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu tertentu.
Setelah itu, berat sampel yang ada pada tanah harus diukur kembali dan selisih
antara berat awal dan berat akhir adalah kadar air tanah. Adapun metode lain
Menggunakan metode tensiometer untuk mengukur kadar air tanah. Penggunaan
tensiometer memberikan hasil yang akurat di dalam pengukuran kadar air tanah
pada beberapa jenis tanah (Arifin dan Rosliani, 2018). Adapun menggunakan
analisis perhitungan yang dimana menggunakan berat sampel sebelum di oven
dikurangi dengan berat sesudah di oven kemudian dibagi lagi dengan berat sampel
yang sudah di oven lalu dikali kan dengan 100%, dengan menggunakan
perhitungan yang digunakan tersebut dapat memberikan hasil berapa % kadar air
tanah (Brady dan Weil, 2016). Petani dapat menentukan kadar air tanah pada suatu
lahan pertanian, sehingga dapat menentukan waktu dan jumlah irigasi yang tepat
untuk tanaman di lahan tersebut.
Tujuan dari analisis sifat fisik tanah kadar air tanah adalah untuk memastikan
pengelolaan air yang tepat dan efisien dalam pertanian serta menjaga keseimbangan
lingkungan yang baik. Dengan mengetahui jumlah air yang tersedia di dalam tanah,
dapat dihitung kebutuhan air yang dibutuhkan oleh tanaman dan diatur penggunaan
air secara tepat agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. Analisis kadar air tanah
dapat membantu dalam mengevaluasi sistem irigasi yang digunakan pada suatu
lahan pertanian. Dengan mengetahui kapasitas air tanah, petani dapat menentukan
sistem irigasi yang paling cocok untuk lahan pertanian mereka, sehingga dapat
menghemat biaya dan meminimalkan risiko kekurangan atau kelebihan air pada
tanaman.

70
7.1.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar Air Tanah adalah untuk
mengetahui kapasitas air tanah, yaitu jumlah air maksimum yang dapat disimpan
oleh tanah pada kedalaman tertentu, informasi ini dapat digunakan untuk
melakukan perencanaan sistem irigasi yang efisien dan menentukan jenis tanaman
yang tepat untuk ditanam pada kondisi tanah tertentu. Manfaat dari praktikum kadar
air tanah adalah untuk memahami kondisi tanah dan merencanakan pengelolaan
lahan pertanian yang lebih efektif.

7.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar Air Tanah dilakukan pada Rabu, 12
Maret 2022 pukul 11.00-13.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan
Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

7.2.1. Materi
Materi Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar Air yaitu terdiri dari alat dan
bahan. Alat-alat tersebut antara lain ring sampel untuk menampung sampel tanah,
timbangan analitik untuk menimbang berat sampel tanah, oven untuk
mengeringkan sampel tanah, dan aluminium foil untuk membungkus cincin sampel
dan untuk membungkus tanah selama pengeringan di dalam oven. Sampel tanah
dari Universitas Diponegoro Semarang sebagai bahan yang digunakan.

7.2.2. Metode
Metode Praktikum Ilmu Tanah Acara kadar air menggunakan metode yaitu
sampel tanah diambil menggunakan ring sampel dan kemudian ditimbang, ring
sampel tersebut ditutup menggunakan aluminum foil dan dipanaskan didalam oven
dengan suhu 105°C dalam waktu 24 jam, ring sampel dikeluarkan kemudian
ditimbang. Untuk mengukur kadar air dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

berat sampel sebelum-berat sesudah oven


Kadar Air (%) x 100%
berat sampel sesudah oven

71
7.3. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kadar Air Tanah
Berat Sampel Berat Sampel
Sampel Tanah Berat Ring (gr)
Sebelum Oven Setelah Oven
Agregat 85,5 51,45 24,04
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2023

Berdasarkan hasil praktikum kadar air tanah dapat diperoleh nilai kadar air
tanah sebesar 50,45%. Hasil presentase kadar air tanah pada sampel tergolong
kadar air tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusuma et al. (2020) yang
menyatakan bahwa dimana kadar air kurang dari 20% tergolong kadar air rendah,
sedangkan kadar air lebih dari 50% tergolong kadar air tinggi. Kadar air tanah
merupakan persentase yang sudah terkandung di dalam tanah, yang dapat
dihasilkan dari berat basah tanah, kadar air tanah merupakan parameter penting.
Hal ini sesuai dengan pendapat Umin dan Saga (2019) yang menyatakan bahwa
kadar air tanah dapat diperoleh dari berat basah total tanah dan berat kering tanah
atau tanah kering kemudian hasilnya dibuat dalam bentuk persentase.
Kadar air dalam tanah dipengaruhi oleh faktor curah hujan, kemampuan
tanah dalam menyerap air, kadar bahan organik, besar nya penguapan, dan senyawa
kimia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yulina dan Ambarsari (2021) yang
menyatakan bahwa kadar air dipangaruhi oleh banyak faktor tetapi jumlah curah
hujan turun adalah faktor utama dari banyak nya jumlah kadar air tanah. Air tanah
sangat berpengaruh di dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam
proses biokimia transpor sel dalam tanaman dan di dalam proses pemenuhan bahan
dasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Manurung et al. (2015) yang menyatakan
bahwa akar pada tanaman akan berkembang dengan baik dan fotosintesis akan
berjalan kadar air yang diperlukan oleh sebuah tanaman tercukupi dan tidak
kelebihan atau kekurangan air tanah.
Kelebihan dan kekurangan air merusak proses pertumbuhan tanaman, kadar
air yang terlalu tinggi menyebabkan perubahan cadangan maksimum air pori tanah.

72
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wijayanti et al. (2015) yang menyatakan bahwa
penyimpanan maksimum yang berlebihan dalam tanah dapat berdampak negatif
bagi tanaman, selain itu penyimpanan maksimum yang berlebihan dalam pori-pori
tanah menyebabkan air influensa muncul di permukaan tanah. Sebaliknya,
kekurangan air di dalam tanah dapat menyebabkan tanaman yang ditanam di tanah
menjadi kering dan akhirnya tanaman mudah mati. Hal ini sesuai dengan pendapat
Nio dan Lenak (2014) yang menyatakan bahwa tanaman mengalami masalah
morfologi dan fisiologis akibat kekurangan air, seperti tanaman layu dan tanaman
mati.

7.4. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
kadar air tanah yang diperoleh sebesar 50,45%, hal ini menunjukkan bahwa
kandungan airtanah yang teramati tergolong tinggi. Karena tanah dengan kadar air
kurang dari 20% tergolong rendah dan lebih dari 50% tergolong tinggi. Kadar air
dalam tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
pertumbuhan tidak optimal dengan kekurangan air. Kandungan air tanah
dipengaruhi oleh struktur tanah, kandungan bahan organik, senyawa kimia dan
kedalaman lapisan tanah. Saran yang dapat diberikan pada praktikum Ilmu Tanah
acara Kadar Air Tanah ialah dalam proses pengambilan sampel tanah harus berhati-
hati dan dalam penimbangan sampel tanah harus teliti sehingga mendapatkan
perhitungan yang akurat.

73
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z., dan R. Rosliani. 2018. Analisis kadar air tanah berdasarkan metode
tensiometer. J. Tanah Tropika, 23 (1) : 33 – 40.

Brady, N. C. dan R. R. Weil. 2016. The Nature and Properties of Soils. Pearson
Education.

Datta, S. P. dan N. K. Tyagi. 2017. Handbook of Soil Analysis : Mineralogical,


Organic and Inorganic Methods. CRC Press.

Kusuma, R. I., E. Mina., W. Fathonah., dan C. D. Kartika. 2020. Stabilisasi tanah


lempung organik menggunakan semen slag terhadap nilai CBR berdasarkan
variasi kadar air optimum. J. Teknik Sipil, 9 (2) : 154 – 164.

Manurung, Y. C., A. S. Hanafiah, dan P. Marbun. 2015. Pengaruh berbagai kadar


air tanah pada efektifitas mikoriza arbuskular terhadap pertumbuhan dan
serapan hara bibit karet (Hevea brassiliensis muell. arg.) di rumah kasa. J.
Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3 (2) : 465 – 475.

Setiawati, R., dan N. Bafdal. 2020. Dampak kualitas air tanah terhadap kualitas
melon (Cucumis Melo L.). J. Agroteknologi dan Ilmu Peratanian, 4 (2) :
83 – 93.

Susanti, A. 2019. Analisis sifat fisik tanah pada lahan pertanian dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah. J. Agritech Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 3 (2) : 1 – 9.

Sutanto, R. dan H. Syahbuddin. 2020. Pengaruh kadar air tanah terhadap kondisi
fisik tanah. J. Ilmiah Pertanian, 2 (2) : 49 – 56.

Umin, M. dan A. J. A. Saga. 2019. Karakteristik sifat fisik tanah pada lahan
budidaya ubi kayu (Manihot esculenta crantz) di desa Wologai Tengah. J.
Agrica, 1 (1) : 23 – 33.

Yulina, H. dan W. Ambarsari. 2021. Hubungan kadar air dan bobot isi tanah
terhadap berat panen tanaman pakcoy pada kombinasi kompos sampah kota
dan pupuk kandang sapi. J. Ilmiah Pertanian, 3 (2) : 1 – 6.

74
LAMPIRAN

Lampiran 16. Perhitungan Acara Kadar Air


Tanah Sebelum Tanah
Sampel Tanah Berat Ring (gr)
Oven Setelah Oven
Agregat 85,5 51,45 24,04

berat sampel sebelum-berat sesudah oven


Kadar Air (%) = x 100%
berat sampel sesudah oven

51,45 - 24,04
Kadar Air (%) = x 100%
24,04
27,41
Kadar Air (%) = x 100%
24,04

Kadar Air (%) = 53,275 %

75
Lampiran 17. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Kadar Air Tanah
No Alat dan Bahan Keterangan
1

Ring Sampel Berfungsi sebagai


tempat atau wadah sampel tanah
utuh

Timbangan berfungsi untuk


menimbang berat tanah dan
berat alat

Oven berfungsi untuk


mengeringkan tanah

76
4

Alumunium foil berfungsi untuk


menutupi sampel tanah

Sampel tanah utuh berfungsi


Sebagai bahan utama dalam air
tanah

77
Lampiran 18. Dokumentasi Pratikum Acara Kadar Air Tanah

No Dokumentasi Keterangan
1

Ambil tanah utuh menggunakan


ring sampel lalu timbang

Tutup ring sampel yang berisi


tanah dengan aluminium foil
kemudian dimasukkan ke dalam
oven, panaskan pada suhu 105
derajat celcius selama 24 jam

Setelah 24 jam, keluarkan dari


oven lalu timbang kembali.

78
4

Keluarkan tanah dari ring


sampel

Timbang ring sampel kosong.


Hitung kadar air tanah dengan
rumus

79
Bahan Organik Tanah Dan C-Organik Tanah

Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang, Central
Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science
DiponegoroUniversity, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: guruhsuryailham@students.undip.ac.id

Abstrak
Bahan organik tanah merupakan bahan kompleks dan dinamis yang berasal dari sisa
tumbuhan dan hewan di tanah yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis
baru. Jumlah karbon yang mungkin dapat disimpan di dalam tanah yang dimana mencerminkan
keseimbangan antara pasokan dan kehilangan dan dipengaruhi oleh tipe tanah, iklim, dan praktik-
praktik pengelolaan lahan. Praktikum Ilmu Tanah Acara Bahan Organik dan C-Organik tanah
dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Maret 2023 pukul 07.00-10.00 WIB di Laboratorium Ekologi dan
Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Tujuan
praktikum ini untuk mengetahui kadar bahan organik tanah dan c-organik dan hubungan antara
tingkat kesuburan tanah dan menganalisis kandungan bahan organik dan c-organik. Bahan yang
digunakan adalah sampel tanah agregat. Alat yang digunakan yaitu cawan porselen sebagai wadah
untuk sampel tanah, timbangan analitik untuk mengukur massa sampel tanah, dan tanur untuk proses
pengabuan sampel yang akan di analisis. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan
porselen kosong ditimbang, sampel tanah dimasukkan sehingga ¼ cawan lalu ditimbang kembali,
lalu cawan berisi sampel tanah dimasukkan kedalam tanur dengan suhu 600°C selama 4 jam,
setelahnya ditimbang kembali. Hasil dari praktikum ini menunjukkan bahwa kadar bahan organik
pada tanah sebesar 17 % dengan karbon organik sebesar 9,86 % pada sampel tanah tergolong cukup
tinggi dan memiliki peran yang baik dan subur. Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan
bahwa tanah subur menunjukkan adanya aktivitas yang lebih tinggi daripada tanah tidak subur, serta
bahan organik dan c-organik termasuk dalam kategori tinggi yang artinya sampel tanah memiliki
tingkat kesuburan yang baik.
Kata kunci :Tanah, Karbon, Organik, Iklim, Lahan

8.1. Pendahuluan`

Sifat biologi tanah erat kaitannya dengan makhluk hidup yang ada di dalam
maupun di permukaan tanah. Sifat biologi tanah akan berpengaruh besar pada
keseimbangan tanah (Rironga et al., 2016). Terdapat 2 indikator atau analisis yang
dapat dilakukan pada sifat biologi tanah yaitu kadar bahan organik serta Carbon-
Organik tanah. Sifat biologi tanah antara lain mikroorganisme pengurai bahan
organik di dalam tanah (Tewu et al., 2016). Bahan organik adalah bahan yang dapat
digunakan untuk memulihkan kondisi tanah sesuai sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Bahan organik merupakan bahan pembenah tanah yang dirasakan
manfaatnya dalam perbaikan sifat-sifat tanah (Hasibuan, 2015). Bahan organik
pada lahan memberikan dampak positif seperti meningkatnya produktivitas

80
tanaman. Pemberian bahan organik kedalam tanah mampu meningkatkan
produktivitas dan keberlanjutan tanaman (Sukaryorini et al., 2016). Kategori
kandungan bahan organik dibagi menjadi tiga, di antaranya adalah rendah, sedang
dan tinggi. Tanah yang memiliki kadar bahan organik kurang dari 2% termasuk
dalam kategori rendah, 2-3% termasuk kategori sedang dan lebih dari 3% termasuk
kategori tinggi (Sumarno et al., 2018). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya kadar bahan organik dalam tanah antara lain suhu, curah hujan,
vegetasi, topografi tanah, bahan induk tanah dan pengolahan pertanian yang
dilakukan. Faktor terpenting yang mempengaruhi kadar BO adalah iklim seperti
curah hujan dan temperatur, vegetasi, topografi, bahan induk, dan pengolahan
pertanian (Muna et al., 2020).
Karbon (C) menjadi salah satu unsur pembentuk dari bahan organik tanah
yang memiliki presentase paling besar. Karbon organik adalah unsur penyusun
bahan organik tanah (Muna et al., 2020). Keberadaannya sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme tanah namun kelebihan bahan C-organik dalam tanah membawa
dampak buruk bagi ekosistem. Kelebihan C-Organik akan membahayakan
kehidupan dan populasi organisme budidaya tambak (Siregar, 2017). Faktor yang
mempengaruhi kadar C-Organik dalam tanah diantaranya, jenis tanah, curah hujan,
dan kandungan CO2 di udara bebas. Faktor yang mempengaruhi C-organik adalah
jenis tanah, curah hujan, proses antropogenik, kegiatan pengelolaan tanah, dan
kandung karbondioksida diatmosfer (Farrasati et al., 2019). Kadar C-organik dalam
tanah juga dikategorikan menjadi 5 tingkatan yakni, sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi, dan sangat tinggi. Tanah yang terkandung C-organik kurang dari 2% berada
pada kategori sangat rendah, 1-2% termasuk kategori rendah, 2-3% termasuk
kategori sedang, 3-5% termasuk kategori tinggi, dan lebih dari 5% termasuk
kategori sangat tinggi (Nurrohman et al., 2018). Metode yang digunakan pada
praktikum ilmu tanah acara perbedaan bahan organik tanah dan C-Organik tanah
menggunakan metode tanur.

81
8.1.1. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum tanah acara bahan organic dan C-organik tanah yaitu
untuk mengetahui hubungan antara tingkat keseburan tanah menganalisis
kandungan-kandungan bahan organic serta C-organik pada tanah. Manfaat dari
praktikum ilmu tanah acara bahan organik dan C-organik tanah yaitu dapat
mengetahui perbedaan pada tanah subur dan tidak subur melalui pengukuran kadar
respirasi serta mengetahui kandungan bahan organik dan C-Organik pada tanah.

8.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Bahan Organik Tanah Dan C-Organik Tanah
dilaksanakan pada hari, Rabu 15 Maret 2023 pukul 07.00-11.00 WIB di
Laboratorium Ekologi Dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.

8.2.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ilmu tanah acara Bahan Organik
dan C-Organik tanah meliputi alat dan bahan. Bahan yang digunakan yaitu sampel
tanah biasa. Alat yang digunakan yaitu cawan porselen yang berfungsi sebagai
wadah tanah, timbangan analitik untuk mengukur massa sampel tanah. Tanur
berfungsi untuk mengoven sampel tanah.

8.2.2. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum acara ilmu tanah acara Bahan
Organik dan C-Organik tanah yaitu cawan porselen kosong ditimbang terlebih
dahulu. Sampel tanah dimasukkan kedalamnya sehingga penuh hingga ¼ cawan
lalu ditambang kembali. Cawan berisi sampel tanah dimasukkan ke dalam tanur
dengan suhu panas sebesar 600oC selama 4 jam. Setelah itu, cawan berisi tanah
yang telah ditanur ditambang kembali. Melalui data yang telah diambil, kandungan
bahan organic dalam sampel tanah dihitung dengan rumus:
(berat sesudah oven-berat sesudah tanur)
BO = ×100%
berat sesudah oven

82
Keterangan:
0,58 = angka konversi karbon

8.3. Hasil dan Pembahasan


Bagian hasil Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan pada acara bahan
organik dan c-organik tanah diperoleh hasil bahan organik pada tanah sebesar 17%
dengan c-organik sebesar 9,86% dan kadar bahan organik sebesar 17%
menunjukkan bahwa nilai tersebut tergolong tinggi dan memiliki peran penting. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Nurrohmanetal (2015) yang menyatakan bahwa
suatu tanah yang memiliki kandungan bahan organik tinggi lebih besar dari 2%
tergolong memiliki peran penting serta baik dan sehat. Kadar c-organik dalam
sampel tanah sebesar 9,86% tergolong cukup tinggi. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Utomo et al. (2017) bahwa kadar c-organik yang baik dan sehat adalah
lebih dari 3%.
Setiap jenis tanah mempunyai kandungan bahan organik dan c-organik
dengan jumlah yang berbeda-beda yang disebabkan oleh faktor lingkungan terkait.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Apriatna et al. (2019) yang menyatakan bahwa
faktor - faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik tanah di antarnya
iklim, organisme tanah, topografi, vegetasi, dan pH tanah. Parameter iklim yang
mempengaruhi bahan organik yaitu curah hujan dan temperatur. Semakin hangat
temperature suatu tanah, akan semakin cepat proses dekomposisi oleh
mikroorganisme dan semakin banyak jumlah organisme, maka proses akan
mengurai. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sukaryorini et al. (2014) yang
mengatakan bahwa mikroorganisme sangat berperandalam proses dekomposisi
tanah,tanpa dan aktivitas organisme, bahan organik dalam tanah akan tetap utuh
atau tidak terurai.
Proses dekomposisi, mikroorganisme memanfaatkan senyawa karbon (C)
dalam bahan organik untuk memperoleh energi dengan hasil berupa CO2. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Saidy (2018) yang menyatakan bahwa
mikroorganisme tanah berperan penting didalam tanah sebagai agen yang
melaksanakan penurunan residu tanaman yang membebaskan unsur hara dan CO2

83
dan juga sebagai salah satu sumber hara. Bahan organik dan karbon organik dapat
digunakan sebagai indikator pada kesuburan tanah. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Affandi et al. (2015) yang menyatakan bahwa bahan organik yang
meliputi N, P, K, Mg, S, Zn, Mn, Cuada yang menjadi unsur mikro atau makro yang
mampu menjadi indikator kesuburan dengan menjaga kelestarian tanah.
Hubungan antara bahan organik dan c-organik dalam tanah yakni selaras atau
sebanding, semakin tinggi kadar c-organik dalam tanah selaras dengan
meningkatnya kadar bahan organik maka kualitas tanah mineral menjadi semakin
lebih baik dan tinggi pula jumlah kadar nitrogen. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat dari Hara Hapetal (2021) yang menyatakan bahwa peningkatan kadar c-
organik yang tersimpan di dalam tanah maka akan mempengaruhi pengolahan tanah
dan kadar bahan organik tanah yang meningkat. Penambahan bahan organik berupa
pupuk kandang atau limbah maka akan meningkatkan kandungan N dan C serta
populasi mikroorganisme yang berada di dalam tanah. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Farrasatietal (2019) yang menyatakan bahwa setiap bahan organik yang
terdekomposisi lanjutan dan mineralisasi akan mempengaruhi komposisi
keberadaan unsur C dan N dalam tanah.
Kandungan bahan organik berperan bagi tanaman untuk meningkatkan
penyerapan nutrisi selain itu juga bisa digunakan pupuk. Hal ini sesuai dengan
pendapat Prasetyo et al. (2014) yang menyatakan bahwa kandungan bahan organik
berpengaruh pada kondisi tanah, peningkatan bahan organik dapat memperbaiki
struktur tanah dan mampu meningkatkan porositas tanah, meningkatkan
penyerapan nutrisi, mendorong perkembangan dan distribusiakar. Namun dengan
adanya hasil perombakan bahan organik karena membuat tanah menjadi lebih
gembur. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hasibuan (2015) yang menyatakan
bahwa hasil perombakan bahan organik ini akan membuat tanah menjadi lebih
gembur, perbaikan aerasi tanah, dan total porositas tanah sehingga ketersediaan
tanah menjadi lebih baik.
Pengaruh bahan karbon organik pada hasil pertanian yakni berperan dalam
reaksi penyediaan unsur hara yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Afandietal (2015) yang menyatakan bahwa

84
pelarutan P dan fiksasi N dapat meningkat hingga 90% dengan kontribusi nyata c-
organik, memacu kegiatan mikroorganisme meningkatkan dekomposisi dan reaksi
yang memerlukan bantuan mikroorganisme. Selain itu apabila kadar unsur hara
tersebut menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman
juga menurun. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Siregar (2017) yang
menyatakan bahwa bahan organik dan c-organik tanah memiliki peran penting
dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman.

8.4. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum bahan organik tanah dan C-Organik Tanah dapat
disimpulkan bahwa kadar bahan organik pada tanah sebesar 17 % dengan karbon
organik sebesar 9,86 % pada sampel tanah tergolong cukup tinggi dan memiliki
peran yang baik dan subur. Saran yang dapat diberikan untuk praktikum acara
bahan organik dan C-Organik tanah adalah ketelitian dan fokus dalam
memperhatikan praktikum terkhusus dalam menimbang dan menghitung sampel
tanah agar tidak terjadi kesalahan dan diperoleh hasil yang benar.

85
Daftar Pustaka

Afandi, F. N., B. Siswanto, dan Y. Nuraini. 2015. Pengaruh pemberian berbagai


jenis bahan organik terhadap sifat kimia tanah pada pertumbuhan dan
produksi tanaman ubi jalar di entisol Ngrangkah Pawon, Kediri. J. Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 2 (2) : 237 – 244.

Annisah, N., A. Sudhrtono, dan S. Ramlah. 2014. Karakteristik fisik habitat leda
(ucalyptus deglupta) di jalur pendakian gunung nokila laki kawasan taman
nasional lore lindu. J. Warta Rimba, 2 (2) : 42 – 48.

Farrasati, R., I. Pradiko, S. Rahutomo, E. S. Sutarta, H. Santoso, dan F. Hidayat.


2019. C-organik tanah di perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara: status dan
hubungan dengan beberapa sifat kimia tanah. J. Tanah dan Iklim, 43 (2) :157
–165.

Harahap, F. S., D. Kurniawan, dan R. Susanti. 2021. Pemetaan Status pH tanah dan
c-organik tanah sawah tadah hujan di kecamatan Panai Tengah kabupaten
Labuhan batu. J. Penelitian Agronomi, 23 (1): 37 – 42.

Hanafiah, K. A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.

Masrun, A. 2018. Analisis Kadar C-Organik pada Tanah dengan Metode Spektro
fotometri Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2 (1) : 1 – 37.

Neneng, N. L., dan Jubaedah. 2014. Teknologi peningkatan cadangan karbon lahan
kering dan potensinya pada skala nasional. J. Konservasi Tanah,1 (2) : 53 –
81.

Nurrohman, E., A. Rahardjanto, dan S. Wahyuni. 2015. Keanekaragaman makro


fauna tanah di kawasan perkebunan cokelat sebagai bio indikator kesuburan
tanah dan sumber belajar biologi. J. Pendidikan Biologi Indonesia, 1 (2) :
2442 – 3750.

Prasetyo, A., E. Listyorini, dan W. H. Utomo. 2014. Hubungan sifat fisik tanah,
perakaran dan hasil, ubi kayu tahun ke dua pada alfisol Jati kerto akibat
pemberian pupuk organik dan anorganik. J. Tanah dan Sumber daya Lahan.
1 (1) : 27 – 37.

Saidy,A.R. 2018. Bahan organik tanah: klasifikasi, fungsi dan metode studi.
Lambung Mangkurat University Press. Banjarbaru.

Siregar, B. 2017. Analisa kadar c-organik dan perbandingan C/N tanah di lahan
tambak Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. J. Warta
Dharmawangsa, 53 (1) : 1 – 14.

86
Sukaryorini, P., A. M. Fuad, dan S. Santoso. 2016. Pengaruh macam bahan organik
terhadap ketersediaan amonia, c-organik dan populasi mikroorganisme pada
Tanah entisol. J. Plumula, 5 (2) : 99 – 105.

Tangketasik, A., N. M. Wikarniti, N. N. Soniari, dan I. W. Narka. 2014. Kadar


Bahan Organik Tanah pada Tanah Sawah dan Tegalan di Bali serta
Hubungannya dengan Tekstur Tanah. J. Agrotop, 2 (2) : 101 – 107.

Tantri, T., A. A. N. Supadma, dan I. D. M. Arthagama. 2016. Uji kualitas beberapa


pupuk kompos yang beredar di Kota Denpasar. J. Agroekoteknologi Tropika,
5 (1) : 52 – 62.

Utomo, B. S., Y. Nuraini, dan W. Widianto. 2017. Kajian kemantapan agregat tanah
pada pemberian beberapa jenis bahan organik di perkebunan kopi robusta. J.
Tanah dan Sumberdaya Lahan, 2 (1) : 111 – 117.

Yuwono, S. B., F. Andrianto, dan A. Bintoro. 2015. Produksi dan laju dekomposisi
serasah mangrove (Rhizophora sp.) di desa Durian dan desa Batu Menyan
kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran . J. Sylva Lestari, 3 (1) : 9
– 20.

87
LAMPIRAN

Lampiran 19. Hasil Perhitungan Acara Bahan Organik dan C-OrganikTanah


Kelompok Berat cawan Berat cawan + Berat setelah tanur
sampel
5 19, 857 25, 231 23, 516

Lampiran 20. Perhitungan Bahan Organik dan C – Organik Tanah

(berat smpl sblm tanur-brt cawan) - (berat smpl stlh tanur-brt cawan)
BO= ×100%
(berat sampel stlh tanur- berat cawan)

(25.231-19.857) - (23.516-19.857)
BO= ×100%
(23.516-19.857)

5,374-3,659
BO= ×100%
3,659

𝐵𝑂 = 47%

Kadar C – Organik = BO×0,58 =.........%

KadarC – Organik = 47% ×0,58 = 27,26%

88
Lampiran 21. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Bahan Organik dan C-
Organik Tanah

No Alat dan Bahan Keterangan

1.

Cawan porcelain berfungsi


sebagai wadah menaruh sampel
tanah yang akan ditimbang dan
di tanur

2.

Timbangan analitik berfungsi


untuk mengukur atau
menimbang berat cawan kosong,
sampel tanah sebelum tanur, dan
sampel tanah setelah tanur

3.

Tanur berfungsi sebagai


pemanas dengan suhu tinggi atau
proses pengabungan suatu
sampel yang akan dianalisis.

89
4.

Tanah agregat sebagai bahan


utama dari praktikum BO dan CO
tanah untuk dijadikan sampel
pengamatan.

90
Lampiran 22. Dokumentasi Alat dan Bahan BO dan CO Tanah

No Alat dan Bahan Keterangan

1.

Tanah agregat sebagai bahan utama


untuk analisis

2.

Sekop sebagai alat untuk


mengambil sampel tanah di
lapangan

3.

Air berfungsi untuk pengikat


sampel tanah dalam uji konsistensi
tanah

91
Kerapatan Partikel (BJ) Dan Kerapatan Massa Tanah
(BV)

Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science
Diponegoro University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: salmanmajid@students.undip.ac.id

Abstrak
Tanah terdiri dari mineral anorganik dan bahan organik, serta pori-pori tanah yang
mengandung 45% mineral, 5% bahan organik, 25% air, dan 25% udara.. Praktikum dilaksanakan
pada hari rabu 15, Maret 2023 di Laboratorium ekologi dan produksi tanaman. Tujuan praktikum
ini adalah untuk mengetahui porositas total tanah melalui analisis kerapatan partikel dan kerapatan
massa tanah. Metode volume dalam perhitungan kerapatan partikel yaitu pertama ring sampel
kosong ditimbang, setelah ditimbang ring diisi dengan sampel tanah kemudian dimasukan ke oven
dengan suhu 105℃ selama 24 jam, Setelah selesai di oven, sampel dikeluarkan dan dihitung
kembali, Selanjutnya tabung reaksi diisi dengan aquades sebanyak 20 ml dan dimasukan sampel
tanah sebanyak 5 gram kedalam tabung reaksi tersebut lalu digojok hingga erlenmeyer, Labu
Erlenmeyer ini berisi air dan sampel didiamkan selama 24 jam, Setelah selesai, kenaikan volume
diukur dan dihitung kerapatan partikel sampel tanah dengan rumus, Metode yang digunakan pada
perhitungan kerapatan massa tanah yaitu yang pertama ring sampel kosong ditimbang dan setelah
diisi dengan tanah kemudian ditimbang lalu dimasukan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama
24 jam, Setelah selesai di oven, sampel dikeluarkan lalu ditimbang kembali, Volume tanah dihitung
dengan menggunakan rumus volume tabung, Kerapatan massa sampel tanah dihitung dengan rumus,
hasil dari praktikum yang sudah di lakukan pada praktikum kerapatan partikel dan kerapatan massa
menghasilkan kerapatan partikel yaitu 1,46 dan kerapatan massa yaitu 1,40, dan hasil dari
porositasnya adalah 2,1%. Kesimpulan utama yang di peroleh dari praktikum adalah nilai pada
porositas tanah yang tergolong kecil ini dapat difaktori oleh pengolahan tanah yang intensif.
Kata Kunci: Kerapatan, Oven. Suhu, Tanah, Volume

9.1. Pendahuluan
Kerapatan partikel erat hubungannya dengan kerapatan massa, apabila
kerapatan partikel tanah besar maka kerapatan massa tanah juga akan besar serta
dapat menentukan pori-pori pada tanah. Kerapatan partikel dapat memberikan
informasi tentang sifat fisik dan kimia partikel, seperti massa jenis, porositas, dan
permeabilitas. Kerapatan partikel adalah ukuran kuantitatif dari jumlah partikel
dalam suatu volume tertentu. kerapatan partikel tanah adalah massa partikel tanah
per satuan volume tanah (Brady dan Weil, 2016). Kerapatan partikel merujuk pada
jumlah partikel yang terkandung dalam suatu ruang tertentu. Ini biasanya

92
dinyatakan dalam satuan volume, misalnya jumlah partikel per cm³ atau m³.
Kerapatan partikel tanah dapat diukur dengan mengambil sampel tanah dari
kedalaman tertentu, kemudian menghitung berat dan volume sampel tersebut.
kerapatan partikel dapat digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat suatu zat,
seperti massa jenis atau kepadatan. Kerapatan partikel adalah massa padatan per
satuan volume partikel-partikel tanah (Latiefuddin et al., 2014). Kerapatan partikel
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu, tekanan, dan komposisi kimia
dari zat tersebut. Kerapatan massa adalah ukuran kuantitatif yang menggambarkan
seberapa padat suatu objek atau zat dalam satuan volume tertentu. Ini dinyatakan
sebagai massa suatu objek per satuan volume, Kerapatan massa dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis bahan yang berbeda dan juga dapat digunakan untuk
membandingkan sifat-sifat fisik dari berbagai jenis bahan.
Analisis sifat fisik tanah sangat penting dalam memahami kondisi tanah dan
dapat digunakan dalam perencanaan manajemen lahan, pertanian, dan manajemen
air. Nilai kerapatan partikel dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik pada tanah,
struktur tanah, dan tekstur tanah (Siregar dan Nanda, 2014). Analisis sifat fisik
tanah dapat memberikan informasi tentang sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
produktivitas tanah dan kesehatan lingkungan. Kerapatan partikel tanah yang tinggi
dapat menyebabkan tanah menjadi padat dan sulit ditembus oleh air dan udara,
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. kerapatan
massa tanah dapat menjadi indikator kualitas tanah, karena tanah yang berkualitas
baik biasanya memiliki kerapatan massa yang tinggi, sehingga dapat menahan air
dan nutrisi lebih baik (Sutarta et al., 2014). Fungsi analisis sifat fisik tanah antara
lain Identifikasi jenis tanah, Menentukan kemampuan drainase tanah, Evaluasi
kapasitas menahan air, Menentukan ketersediaan unsur hara, dan Evaluasi
kerentanan erosi.
Analisis sifat fisik tanah dilakukan dengan menggunakan beberapa alat atau
peralatan laboratorium, seperti Alat penetrometer, Alat piknometer, Alat berat jenis,
Alat pengukur tekstur tanah, Alat pengukur pH tanah, Alat pengukur porositas
tanah, Alat pengukur kandungan air tanah, dan Alat pengukur infiltrasi air tanah.
Hasil analisis sifat fisik tanah dapat membantu dalam menentukan kondisi dan

93
kesehatan tanah serta mengevaluasi potensi produktivitas tanah untuk pertanian
atau manajemen lahan lainnya. Metode penghitungan kerapatan partikel di
antaranya adalah piknometer, Areometer, timbangan hidrostatik, metode
manometris, serta metode volume (Wuri, 2019). kerapatan massa tanah dapat
mempengaruhi sifat-sifat tanah lainnya seperti infiltrasi air, aerasi tanah, dan
kapasitas pertukaran kation (Sumarni dan Daryanto, 2016). Oleh karena itu,
pengukuran dan manajemen kerapatan partikel tanah juga penting dalam
pengelolaan tanah dan pertanian.
Praktikum analisis sifat fisik tanah kerapatan partikel (BJ) dan kerapatan
massa (BV) tanah bertujuan untuk mengukur dan menganalisis sifat fisik tanah
yang berkaitan dengan kepadatan tanah. Kepadatan tanah dapat mempengaruhi
kemampuan tanah dalam menahan air, pertumbuhan tanaman, dan aktivitas biologi
tanah. Faktor yang mempengaruhi particle density tanah yaitu tekstur, bahan
organik, struktur, bulk density dan topografi (Silalahi dan Nelvia, 2017). Oleh
karena itu, praktikum analisis sifat fisik tanah ini dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang karakteristik dan kualitas tanah. Porositas tanah besar
apabila partikel tanah tidak rapat atau padat 64 sehingga tanah mudah menyerap air
sehingga tanaman tidak akan kekeringan dan juga tanah dapat ditembus akar
tanaman (Parasayu et al., 2017). Beberapa manfaat praktikum analisis sifat fisik
tanah kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah antara lain Menentukan kualitas
tanah dengan melakukan praktikum analisis sifat fisik tanah, kita dapat menentukan
kualitas tanah berdasarkan kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah. Nilai
porositas tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama sifat fisik tanah yang
digunakan. Mengetahui jenis tanah Melalui praktikum analisis sifat fisik tanah, kita
dapat mengetahui jenis tanah berdasarkan karakteristiknya, termasuk kerapatan
partikel dan kerapatan massa tanah. Menentukan sifat fisik tanah praktikum analisis
sifat fisik tanah dapat membantu dalam menentukan sifat fisik tanah seperti
struktur, tekstur, dan kemampuan drainase. Menentukan potensi produktivitas
tanah Dengan mengetahui kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah. praktikum
analisis sifat fisik tanah kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang karakteristik dan kualitas

94
tanah serta membantu dalam merencanakan strategi manajemen tanah yang lebih
efektif.

9.1.1. Tujuan dan Manfaat


Tujuan praktikum Ilmu Tanah Acara Kerapatan partikel dan Kerapatan
Massa Tanah adalah untuk mengetahui kerapatan partikel, kerapatan massa, dan
porositas total tanah. Manfaat yang didapat yaitu dapat mengetahui berapa porositas
tanah melalui proses analisis kerapatan partikel dan kerapatan massa tanah yang
berguna di bidang pertanian.

9.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa
Tanah dilakukan pada hari Rabu, 15 Maret 2023 pukul 07.00 – 12.30 WIB di
Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang

9.2.1. Materi
Materi yang digunakan pada saat praktikum Ilmu Tanah acara Kerapatan
Partikel dan Kerapatan Massa Tanah meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan
yaitu ring sampel yang digunakan untuk menampung sampel tanah, aluminium foil
untuk menutup bagian bawah ring sampel, oven untuk mengeringkan tanah, mortar
dan alu untuk menghaluskan tanah, timbangan analitik untuk menimbang berat
sampel tanah yang sudah dihaluskan, dan saringan untuk menyaring tanah halus
dan tanah kasar. Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah utuh.

9.2.2. Metode
Metode yang digunakan pada saat praktikum Ilmu Tanah acara Kerapatan
Partikel dan Kerapatan Massa Tanah dalam kegiatan menghitung Kerapatan
Partikel (BJ) dan Kerapatan Massa Tanah (BV) berbeda. Metode yang digunakan
pada saat menghitung kerapatan partikel (BJ) yaitu metode volume. Metode yang
digunakan pada saat menghitung kerapatan massa tanah (BV) ada satu metode dan
ditambah dengan metode perhitungan porositas tanah.

95
Metode volume dalam perhitungan kerapatan partikel (BJ) yaitu yang
pertama ring sampel kosong ditimbang dan setelah ditimbang ring diisi dengan
sampel tanah kemudian dimasukan ke oven dengan suhu 105℃ selama 24 jam.
Setelah selesai di oven, sampel dikeluarkan dan dihitung kembali. Selanjutnya
tabung reaksi diisi dengan aquades sebanyak 20 ml dan dimasukan sampel tanah
sebanyak 5 gram kedalam tabung reaksi tersebut lalu digojok hingga erlenmeyer.
Labu erlenmeyer berisi air dan sampel didiamkan selama 24 jam. Setelah selesai,
kenaikan volume diukur dan dihitung kerapatan partikel sampel tanah dengan
rumus :

BJ = Massa tanah : Kenaikan air tanah

Metode yang digunakan pada perhitungan kerapatan massa tanah (BV) yaitu
yang pertama ring sampel kosong ditimbang dan setelah diisi dengan tanah
kemudian ditimbang lalu dimasukan ke dalam oven dengan suhu 105o selama 24
jam. Setelah selesai di oven, sampel dikeluarkan lalu ditimbang kembali. Volume
tanah dihitung dengan menggunakan rumus volume tabung. Kerapatan massa
sampel tanah dihitung dengan rumus :

BV = Massa tanah setelah oven : Volume tanah

Metode perhitungan porositas tanah yaitu kerapatan partikel tanah dan


kerapatan massa tanah dihitung. Porositas tanah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

BV
P=1 -
BJ

96
9.3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 5. Hasil Perhitungan Kerapatan Partikel, Kerapatan Massa Tanah dan
Porositas
Metode Kerapatan Partikel (BJ) Kerapatan Massa (BV) Porositas
Berat 2,048 g 240 g 27%
Volume 1,46 ml 1,08 cm3
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2023.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa


kerapatan partikel (BJ) dari sampel tanah utuh yang digunakan yaitu 1,46 gr/ml
dan menunjukkan bahwa sampel tanah memiliki nilai kerapatan partikel tanah yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Holilulloh et al. (2015) yang menyatakan
bahwa kerapatan tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman adalah 1,41 g/cm3
dan untuk tanah yang memiliki nilai kerapatan >1,41 g/cm3 termasuk kerapatan
tanah yang tinggi. Nilai kerapatan massa tanah dalam praktikum ini sebesar 1,087
gr/cm3, nilai yang di dapat tersebut termasuk ke dalam kategori kerapatan massa
tanah yang sedang karena tidak lebih dari 1,6 gr/cm3. Hal ini sesuai dengan
pendapat Falahetan dan Putra (2017) yang menyatakan bahwa pertumbuhan akar
dapat terhambat jika tanah mempunyai berat volume lebih dari 1,6 gram/cm3.
Porositas tanah ini tergolong sangat kecil dengan nilai 0,62%. Porositas
tanah adalah proporsi ruang pori dalam satuan volume tanah yang diisi oleh udara
dan air. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penurunan porositas tanah
adalah pengolahan tanah yang intensif, berkurangnya bahan organik, dan
penggunaan pupuk anorganik. Kerapatan partikel tanah dan kerapatan massa tanah
merupakan dua faktor dari terbentuknya struktur tanah yang bisa mempengaruhi
porositas tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Delsiyanti et al. (2016) yang
menyatakan bahwa besarnya porositas yang baik adalah 60% yang dapat
mendukung syarat tumbuh kembang tanaman. Besar nilai kerapatan partikel,
kerapatan massa, dan porositas tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tekstur
tanah, bahan organik penyusun tanah, dan struktur tanah. Hal ini seusai dengan

97
pendapat Saputra et al. (2018) yang menyatakan bahwa dalam peningkatan jumlah
kandungan C-organik berpengaruh terhadap porositas dan berat isi tanah yang
berpengaruh juga terhadap kerapatan massa tanah.
Tekstur tanah, bahan organik, dan struktur tanah merupakan faktor yang
mempengaruhi nilai kerapatan partikel tanah. Semakin besar kerapatan tanah dan
kerapatan massa tanah maka tanah sulit di lewati air dan udara. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bakrie et al. (2022) yang menyatakan bahwa semakin besar
kerapatan partikel tanah dan kerapatan massa tanah maka dapat ditandakan bahwa
porositas tanah yang kecil sehingga tanah sulit di lewati air dan udara. Hal ini sesuai
dengan pendapat Silalahi dan Nelvia (2017) yang menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi particle density tanah diantaranya yaitu tekstur, bahan organik,
struktur, bulk density dan topografi. Nilai porositas tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, terutama sifat fisik tanah yang digunakan.

9.4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan acara yaitu sebesar 1,46 g/cm3 yang
tergolong ke dalam kelompok kecil karna rata-rata kerapatan tanah pada partikel
tanah ialah 2,6 g. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh bahan organik tanah,
toponografi, tekstur bahan organik, struktur bahan, dan bobot isi tanah. Sedangkan
kerapatan massa tanah berada di golongan sedang dengan hasil 1,40 g/cm3 karna
umumnya kerapatan pada tanah-tanah mineral berkisar 1,0-1,6 g/cm3. Sedangkan
pada porositas tanah menghasilkan nilai 2,1% yang tergolong sangat kecil, jauh dari
standar besar porositas yang baik yaitu 60% yang mampu mendukung pertumbuhan
tanah dengan kemampuan serap air yang baik. Nilai pada porositas tanah yang
tergolong kecil ini dapat difaktori oleh pengolahan tanah yang intensif,
berkurangnya bahan organik, penggunaan pupuk organik.

98
DAFTAR PUSTAKA

Bakri, A., S. Pagiu, dan A. Rahman. 2022. Analisis sifat fisika tanah pada beberapa
penggunaan lahan di desa Maku kecamatan Dolo kabupaten Sigi. J. Ilmu
Pertanian, 10 (1) : 1 – 8.

Brady, N.C., dan R. R. Weil. 2016. The Nature and Properties of Soils. Pearson
Education Limited.

Delsiyanti, D., D. Widjajanto, dan U. A. Rajamuddin. 2016. Sifat fisik tanah pada
beberapa penggunaan lahan di desa Oloboju kabupaten Sigi. J. Ilmu
Pertanian, 4 (3) : 227 - 234.

Falaheta, D. A., dan S.P. Surya. 2017. Berat Volume dan Berat Jenis.
Cousework. Lampung.

Holilullah, H., A. Afandi, dan H. Novpriansyah. 2015. Karakteristik sifat fisik tanah
pada lahan produksi rendah dan tinggi di PT Great Giant Pineapple. J.
Agrotek tropika, 3 (2) : 278 – 282.

Saputra, D. D., A. Putrantyo, Z. Kusuma. 2018. Hubungan kandungan bahan


organik tanah dengan berat isi, porositas dan laju infiltrasi pada perkebunan
salak di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. J. Tanah dan
sumberdaya lahan, 2 (1) : 647 – 654.

Silalahi, F., dan Nelvia. 2017. Sifat fisik tanah pada berbagai jarak dari
saluranaplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit. J. Dinamika pertanian. 33
(1) : 85 – 94.

Sutarta, E. S., M. Aplin, dan L.S. Chapman. 2014. The Characterization and
Classification of Soils Using Their Physical Properties. Proceedings of the
Seventh Biennial Conference of the Australian Society of Soil Science,
Perth, Western Australia.

Parasayu, K. S., K. S. Wicaksono, dan M. Munir. 2017. Pengaruh sifat fisik tanah
terhadap jamur akar putih pada tanaman karet. J. Tanah dan Sumberdaya
Lahan, 3 (2) : 359 – 364.

99
LAMPIRAN

Lampiran 23. Perhitungan Acara Kerapatan Partikel (BJ) dan Kerapatan Massa
(BV)
Tabel BJ
Kelompok Kenaikan volume (ml) Massa tanah (gr)
5 1,4 2,048

Massa tanah
Kerapatan Partikel (BJ) =
Volume Kenaikan Air
2,048
=
1,4

= 1,46 ml/gr
Tabel BV
Kelompok Tinggi (cm) Diameter (cm) Berat setelah
oven (g)
5 5 7,5 240

Berat Tanah setelah oven


Kerapatan Massa (BV) =
Volume (πr2t)
240
=
3,14 x 3,75² x 5
240
=
220,7

= 1,08 gr/cm3

BV
Porositas (P) = (1- ) X 100%
BJ
1,08
= (1 – ) X 100%
1,46

= 1 – 0,73 X 100 %
= 27%

100
Lampiran 24. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Kerapatan Partikel (BJ) dan
Kerapatan Massa (BV)
No Alat dan Bahan Keterangan

1.

Ring sampel berfungsi sebagai


tempat atau wadah sampel tanah
utuh

2.

Timbangan analitik Berfungsi


untuk menimbang berat tanah
daan berat alat

3.

Oven Berfungsi untuk


mengeringkan tanah

101
4.

Alumunium foil berfungsi untuk


menutupi sampel tanah

5.

Tanah sampel sebagai bahan


utama dalam penelitian kadar
air tanah

102
Lampiran 25. Dokumentasi Praktikum Acara Kerapatan Partikel (BJ) dan
Kerapatan Massa (BV)
No Dokumentasi Keterangan

1.

Timbang ring sampel kosong

2.

Isi ring sampel dengan tanah


kemudian timbang

3.

Lalu masukkan kedalam oven


o
dengan suhu 105 C selama 24
jam.

103
4.
Ambil sampel tanah 5 gram
masukkan kedalam tabung reaksi
yang telah berisi aquades

5.

Mengukur kenaikan volume yang


terjadi

104
Kadar Nitrogen Total
Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science
Diponegoro University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: khansaodyfra@students.undip.ac.id

Abstrak
Kadar nitrogen total merupakan ukuran kuantitatif dari kandungan total nitrogen yang
terdapat dalam suatu sampel. Kadar nitrogen total penting dalam banyak bidang, termasuk ilmu
pertanian, kimia, dan biologi. Dalam ilmu pertanian, kadar nitrogen total digunakan sebagai
indikator untuk menentukan kebutuhan pupuk nitrogen pada tanaman. Kadar nitrogen total adalah
parameter penting dalam analisis kualitas suatu bahan organik seperti tanah, pupuk, dan limbah
organik. Tujuan analisis kadar nitrogen total adalah untuk mengetahui jumlah nitrogen total yang
terkandung dalam sampel tanah. Metode yang digunakan analisis kadar nitrogen total yang adalah
metode Kjeldahl. Metode ini diawali dengan menimbang 1 g sampel tanah halus, kemudian di
masukkan ke dalam labu kjeldahl dan menambahkan 1 spatula selenium, kemudian masuk masuk
ke ruang asam untuk menambahkan 10 ml asam sulfat pekat dan kemudian didestruksi hingga suhu
350 derajat di dalam ruang asam selama 45 menit. Destruksi berakhir jika larutan berubah warna
menjadi putih keruh, kemudian angkat tabung dan dinginkan, kemudian saring menggunakan kertas
saring whatmann. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, ketersediaan kadar nitrogen
tanah yang sudah di teliti kadarnya sangat rendah, yaitu hanya sebesar 0,08% saja. Kadar tanah ini
tidak baik untuk dijadikan lahan pertanian, karena minimal kadar nitrogen yang dibutuhkan untuk
lahan pertanian adalah 46%. Tanah dengan kadar nitrogen yang rendah jika ditanami maka
tumbuhan tersebut akan lambat pertumbuhannya. Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilaksanakan, dapat di ambil kesimpulan bahwa hasil kadar nitrogen termasuk kriteria sedang
karena kadar nitrogen tanah masih cukup banyak namun sebagian sudah terurai. Hal yang
mengakibatkan ini terjadi karena terjadinya erosi.
Kata Kunci : Kesuburan, Kjeldahl, Nitrogen, Pertanian, Tanah,

10.1. Pendahuluan

Kadar nitrogen total adalah ukuran kuantitatif dari kandungan total nitrogen
yang terdapat dalam suatu sampel. Kadar nitrogen total penting dalam banyak
bidang, termasuk ilmu pertanian, kimia, dan biologi. Dalam ilmu pertanian, kadar
nitrogen total digunakan sebagai indikator penting yang dijadikan penentu
kebutuhan pupuk nitrogen pada tanaman. Dan dijadikan indikator jumlah nitrogen
organik dan nitrogen anorganik yang terkandung di dalam tanah. Analisis kadar
nitrogen total dapat membantu petani dalam menentukan jumlah pupuk yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nitrogen tanaman. Selain itu, pada analisis
kadar nitrogen total juga dapat digunakan untuk memonitor kualitas tanah dan
efektivitas manajemen limbah organik lingkungan pertanian. Kadar nitrogen total

105
merupakan parameter penting di dalam analisis kualitas suatu bahan organik seperti
tanah, pupuk, dan limbah organik (Brady dan Weil, 2016). Nitrogen adalah unsur
penting dalam nutrisi tanaman dan salah satu unsur makro yang paling dibutuhkan
dalam pertumbuhan dan produksi tanaman. Oleh karena itu, analisis kadar nitrogen
total memberikan informasi penting mengevaluasi kualitas bahan organik tanah.
Analisis kadar nitrogen total dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Kjeldahl (Handayanto dan Kusuma, 2017). Metode ini melibatkan penghancuran
sampel tanah dan pengambilan nitrogen organik dari sampel tersebut. Kemudian,
nitrogen organik diubah menjadi amonia dan diukur kadar amonia tersebut untuk
menentukan kadar nitrogen total dalam tanah.

Metode analisis kadar nitrogen total yang paling umum digunakan adalah
metode Kjeldahl. Metode ini melibatkan penghancuran bahan organik dengan asam
sulfat dan pemanasan dengan katalisator untuk mengubah nitrogen organik menjadi
amonia, metode penghancuran ini disebut dengan destruksi. Amonia kemudian
dititrasi dengan larutan asam untuk menentukan jumlah nitrogen total. Pada analisis
praktikum kadar nitrogen total terdapat destruksi dan destilasi. Destilasi merupakan
suatu proses yang dilakukan suatu pemisahan campuran dua atau lebih zat
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Analisis kadar nitrogen total pada tanah
memiliki peran penting terdapat dalam mengetahui ketersediaan nitrogen yang
dapat digunakan oleh tanaman (Syarifuddin, 2016). Salah satu fungsi penting dari
analisis kadar nitrogen total adalah untuk mengevaluasi kualitas bahan organik.
Kadar nitrogen total dapat memberikan informasi tentang kandungan nutrisi
tanaman dalam bahan organik tersebut. Semakin tinggi kadar nitrogen total,
semakin banyak nutrisi tanaman yang tersedia dalam bahan organik tersebut. Oleh
karena itu, kadar nitrogen total dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengevaluasi kecukupan nutrisi tanaman dalam bahan organik, seperti pupuk atau
kompos. Analisis kadar nitrogen total untuk mengetahui suatu kadar nitrogen total
pada tanah, yang dapat dilakukan dengan tindakan yang tepat dalam menjaga
keseimbangan unsur hara yang ada pada tanah (BPS, 2019). Analisis kadar nitrogen
total pada tanah juga dapat membantu dalam mengoptimalkan penggunaan pupuk

106
dan meminimalkan biaya produksi. Dengan mengetahui kadar nitrogen total pada
tanah, petani dapat menentukan jumlah dan jenis pupuk yang tepat untuk digunakan
pada tanaman mereka, sehingga dapat meningkatkan hasil panen dan mengurangi
penggunaan pupuk yang berlebihan.
Pada analisis kadar nitrogen total ini dilakukan praktikum yang
menggunakan suatu alat seperti timbangan analitik, labu kjehdahl, gelas ukur, ruang
asam, labu erlenmeyer, kompor dan stirer biuret digital, kertas saring whatman. Alat
praktikum yang digunakan untuk analisis kadar nitrogen total adalah Kjeldahl
Distillation Unit (Sumarni dan Daryanto, 2016). Alat ini digunakan untuk
mengukur kadar nitrogen total yang ada di dalam sampel tanah melalui proses
distilasi, hal ini agar dalam proses pengukuran lebih akurat. Salah satu alat yang
dapat digunakan untuk mengukur kadar nitrogen total dalam tanah adalah
spektrofotometer (Brady dan Weil, 2016). Alat ini dapat mengukur kadar nitrogen
dengan cara mengukur panjang gelombang cahaya yang diserap oleh sampel tanah
yang diambil.

10.1.1 Tujuan dan Mafaat


Tujuan dari dari analisis kadar nitrogen total dalam tanah untuk mengetahui
ketersediaan nitrogen dalam tanah. Analisis kadar nitrogen total memiliki manfaat
yang sangat penting dalam bidang pertanian, termasuk meningkatkan hasil panen,
menghemat biaya dan mengurangi kerusakan lingkungan, mengurangi risiko
kegagalan panen, meningkatkan kualitas produk pertanian, dan memperbaiki
keseimbangan lingkungan.

10.2. Materi dan Metode

Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar Nitrogen Total dilaksanakan pada hari
Minggu, 2 April 2023 pukul 7:00 - 11:00 WIB di Gedung A Laboratorium Ekologi
&dan Produksi Tanaman) Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Kecamatan Tembalang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

10.2.1. Materi

107
Materi yang digunakan pada praktikum Ilmu Tanah Kadar Nitrogen Tanah
adalah alat dan bahan. Bahan yang digunakan pada destruksi yaitu asam sulfat pekat
10 ml, selenium dan sampel tanah biasa 1 gram, bahan untuk destilasi yaitu asam
borat 1% 20 ml, natrium hidroksida (NaOH) 1 N, sampel yang telah didestruksi,
akuades, indikator MRMB, dan untuk titrasi HCl 0,1 N. Alat yang digunakan itu
terdapat timbangan analitik untuk menimbang, labu kjehdahl untuk menghaluskan
bahan, gelas ukur untuk mengukur volume larutan, ruang asam untuk mereasikan
zat, labu erlenmeyer sebagai wadah, kompor untuk memanaskan bahan, stirer biuret
digital untuk mengaduk sampel, dan kertas saring whatman untuk memisahkan
partikel.

10.2.2. Metode

Metode dalam praktikum Ilmu Tanah Kadar Nitrogen Tanah diawali dengan
proses destruksi dengan timbang 1 g sampel tanah halus, masukkan ke dalam labu
kjeldahl tambahkan 1 spatula selenium, tambahkan 10 ml asam sulfat pekat,
didestruksi hingga suhu 350 derajat di dalam ruang asam, destruksi berakhir jika
larutan berubah warna menjadi putih keruh, angkat tabung, lalu dinginkan, saring
dengan kertas saring whatmann. Kemudian metode dengan destilasi yaitu diawali
dengan masukkan 20 ml asam borat ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes
indikator MRMB, taruh di bagian hasil destilasi sebagai penangkap NH3,
masukkan sampel hasil destruksi ke dalam beker dan ditambahkan 90 ml akuades,
taruh di atas kompor destilasi, buat blanko dengan memasukkan 90 ml akuades ke
dalam beker dan menaruhnya di atas kompor destilasi, masukkan 40 ml NaOH ke
dalam beker sampel, tutup segera, kemudian masukkan 40 ml NaOH ke dalam
blanko, beker berisi larutan balnko dan sampel didestilasi hingga volume
penampang mencapai 50 – 70 ml (berwarna hijau tosca), destilat dititrasi dengan
HCl 0,1 N hingga berwarna seperti semula (biru tua keunguan), dicatat angka hasil
titrasi sampel (Vc) dan blanko (Vb).

108
10.3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan Praktikum Ilmu Tanah acara Kadar Nitrogen Total yang telah
dilaksanakan diperoleh hasil kadar nitrogen tanah sampel sebesar 0,0891165% yang
menandakan tanah tergolong memiliki kadar nitrogen yang rendah. ketersediaan
kadar nitrogen tanah yang kami teliti kadarnya hanya sebesar 0,08%. Terdapat
banyak faktor yang mengakibatkan kadar nitrogen dalam tanah rendah. Salah
satunya karena nitrogen memiliki sifat mudah larut dalam air. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tando (2019) yang menyatakan bahwa aplikasi irigasi dan curah hujan
merupakan faktor yang mempercepat terjadinya kehilangan NO3, Nitrogen (N)
pada zona perakaran dalam tanah melalui proses leaching yang bergerak melalui
zona tidak jenuh air. Kehilangan nitrogen dalam bentuk akibat aktivitas mikroba,
akibat pencucian pada lahan yang tidak subur, dan akibat dari kegiatan panen.
tumbuhan dapat diketahui kekurangan nitrogen melalui suatu ciri terdapat pada
daunnya karena nitrogen sangat memiliki pengaruh terharap tumbuhan intinya pada
daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliani (2017) yang menyatakan bahwa
kekurangan nitrogen terlihat pada warna daun yang hijau agak kekuningan yang
lama kelamaan berubah menjadi kuning seutuhnya.

Kadar nitrogen dalam tanah dinyatakan dalam berbagai bentuk, seperti


nitrogen organik, amonium, dan nitrat. Nitrogen organik terdiri dari senyawa-
senyawa kompleks seperti protein dan bahan organik lainnya yang perlu diubah
menjadi bentuk yang dapat diambil oleh tanaman melalui proses mineralisasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Kaya (2018) yang menyatakan bahwa nitrogen
merupakan nutrisi utama bagi tanaman yang jumlahnya sangat terbatas pada
ekosistem tanah. Fungsi Nitrogen sendiri sebagai penyusun asam amino, asam
nukleat, nukleotida dan klorofil pada tanaman. Selain itu juga terdapat manfaat
Nitrogen bagi tanaman adalah sebagai berikut : membantu merangsang
pertumbuhan tanaman, memberikan warna hijau daun lebih baik, meningkatkan
produksi daun, serta membantu proses fotosintesis pada tanaman. selain itu.
Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Terdapat Gejala
kekurangan unsur N : warna daun yang hijau agak kekuningan selanjutnya berubah

109
menjadi kuning, daun menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan pada fase
dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh terhadap pembuahan
sehingga buahnya tidak sempurna, umumnya kecil dan cepat matang. Sedangkan
terdapat gejala kelebihan unsur N : tanaman akan tampak terlalu subur, ukuran daun
akan menjadi lebih besar, batang menjadi lunak dan berair (sekulensi) sehingga
mudah rebah dan mudah diserang penyakit, penundaan pembentukan bunga,
bahkan mudah lebih mudah rontok dan pemasakan buah cenderung terlambat. Hal
ini didukung oleh pendapat Kaya (2018) menyatakan bahwa kelebihan Nitrogen
menyebabkan pertumbuhan vegetatif memanjang, mudah rebah, menurunkan
kualitas bulir dan respon terhadap serangan hama dan penyakit.

Kadar tanah ini tidak baik untuk dijadikan lahan pertanian, karena minimal
kadar nitrogen yang dibutuhkan untuk lahan pertanian yaitu sekitar 46%. Hal ini
sesuai dengan pendapat Amalia et al. (2020) yang menyatakan bahwa kadar
nitrogen yang dianalisis dalam metode kjeldahl tidak melewati batas parameter
yang ditentukan, yaitu minimal 46% dan kandungan nitrogen tersebut sesuai
dengan kadar nitrogen yang dianjurkan oleh Kementrian Perindustrian. Tanah
dengan kadar nitrogen yang rendah jika ditanami tumbuhan, tumbuhan tersebut
akan lambat pertumbuhannya. Selain itu, daunnya menguning karena kekurangan
klorofil dan akan mengering dan rontok. Ada tiga hal yang menyebabkan hilangnya
nitrogen dari tanah yaitu nitrogen dapat hilang karena tercuci bersama air draenase,
penguapan dan diserap oleh tanaman. Faktor yang terjadi karena produksi bunga
dan biji pun akan rendah. Hal ini terjadi karena nitrogen merupakan salah satu unsur
hara yang penting bagi tumbuhan. Hal ini sesaui dengan pendapat Akil (2017) yang
menyatakan bahwa jika tanah rendah kandungan nitrogen, maka tanah itu tidak
subur.

10.4. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Kadar Nitrogen Tanah yang telah dilaksanakan


dapat disimpulkan bahwa hasil kadar nitrogen termasuk kriteria sedang karena
kadar nitrogen tanah masih cukup banyak namun sebagian sudah terurai. Faktor-

110
faktor yang mengakibatkan hal ini terjadi antara lain terjadinya erosi, pencucian,
dan hilang saat pemanenan. Saran untuk pelaksanaan praktikum Kadar Nitrogen
Tanah yaitu selalu berhati-hati saat melakukan praktikum agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan proses praktikum dan tidak terjadi kecelakaan dalam
pelaksanaannya.

111
DAFTAR PUSTAKA

Akil, I. (2017). Analisa efektifitas metode forward chaining dan backward chaining
pada sistem pakar. Jurnal Pilar Nusa Mandiri, 13(1), 35-42.

Amalia, D., dan R. Fajri. 2020. Analisis kadar nitrogen dalam pupuk urea prill dan
granule menggunakan metode kjeldahl di PT Pupuk Iskandar Muda. J. Kimia
Sains dan Terapan, 2 (1) : 28 – 32.

BPS. 2019. Metodologi Analisis Kadar Nitrogen Total Tanah. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Brady, N.C., dan R. R. Weil. 2016. The Nature and Properties of Soils. Pearson
Education Limited.

Kaya, E. 2018. Pengaruh kompos jerami dan pupuk NPK terhadap N-tersedia tanah,
serapan-N, pertumbuhan, dan hasil padi sawah (Oryza Sativa L). J.
Agrologia, 2 (1) : 43 – 50.

Handayanto, E., dan Z. Kusuma. 2017. Teknik Analisis Kimia Tanah. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Tando, E. 2019. Upaya efisiensi dan peningkatan ketersediaan nitrogen dalam tanah
serta serapan nitrogen pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.). Buana
Sains, 18 (2) : 171 – 180.

Yuliani, S dan D. M. Achmad. 2017. Analisis kandungan nitrogen tanah sawah


menggunakan spektrometer. J. AgriTechno, 10 (2) : 188 – 202.

112
LAMPIRAN

Lampiran 26. Perhitungan Acara Kadar Nitrogen Total


Berat Vsampel (mL) Vblanko (mL) Ar N N HCl
Sampel
(mg)
1006 0,76 0,12 14,008 0,1

( V Titrasi sampel - V Titrasi blanko ) x N HCl x Ar N


%N = x 100%
berat sampel (mg)
( 0,76 - 0,12 ) x 0,1 x 14,008
%N = x 100%
1006
%N = 0,000891165 x 100%
%N = 0,0891165%

113
Lampiran 27. Dokumentasi Alat dan BahanIlmu Tanah Acara Kadar Nitrogen
Total

No. Alat dan Bahan Keterangan

1.

Timbangan Analitik alat ukur


yang digunakan untuk mengukur
massa dengan akurasi tinggi dan
sangat sensitif.

2.
Labu Kjehdahl berfungsi sebagai
alat yang digunakan untuk
mengukur kandungan nitrogen
dalam suatu sampel

3.
Ruang Asam berfungsi untuk
memastikan keamanan bagi
analis dari paparan asam yang
berbahaya dari suatu bahan atau
reagent kimia

114
No. Alat dan Bahan Keterangan

4.

Gelas ukur berfungsi sebagai alat


untuk mengukur volume cairan

5.
Beker berfungsi sebuah wadah
penampung yang digunakan
untuk mengaduk, mencampur,
dan memanaskan cairan.

6.. Labu erlenmeyer berfungsi


untuk menampung cairan dan
untuk pencampuran, pemanasan,
pendinginan, inkubasi,
penyaringan, penyimpanan, dan
proses penanganan cairan
lainnya

115
No. Alat dan Bahan Keterangan

7.

Alat destilasi berfungsi sebagai alat


untuk mendidihkan suatu zat
pengotor, untuk mengekstraksi zat
yang diinginkan

8.

Stirer magnetik berfungsi sebagai alat


yang digunakan untuk pengadukan
suatu larutan agar tercampur secara
homogen

9.

Biuret digital berfungsi dalam layar


untuk menunjukan volume yang dapat
digunakan untuk mendapatkan hasil
presisi pada proses titrasi

116
No. Alat dan Bahan Keterangan

10.

Asam sulfat pekat digunakan


untuk untuk mendestruksi
sampel berupa limbah

11.

Sampel tanah biasa berfungsi


sebagai media bahan praktikum

12.

Asam borat berfungsi untuk


menangkap nitrogen

117
No. Alat dan Bahan Keterangan

13.

NaOH berfungsi untuk mempercepat


pelepasan ammonia dengan cara
menciptakan suasana basa (reaksi
tidak dapat berlangsung dalam kondisi
asam).

14.

Akuades berfungsi untuk menetralisir


senyawa yang ditambahkan dalam
praktikum.

15.

Indikator MRMB berfungsi sebagai


indikator perubahan warna saat
destilasi dan titrasi.

118
No. Alat dan Bahan Keterangan

16.

HCl berfungsi untuk titrasi penentuan


kadar basa dalam sebuah larutan.

17. Selenium berfungsi untuk


mempercepat proses oksidasi karena
zat tersebut selain menaikkan titik
didih juga mudah mengadakan
perubahan dari valensi tinggi ke
valensi rendah atau sebaliknya

119
Lampiran 28. Dokumentasi Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar Nitrogen Total

No. Dokumentasi Keterangan

1.

Timbang 1 g sampel halus

2.

Masukkan sampel halus ke labu


kjeldahl dan tambahkan 1 spatula
selenium

3.

Tambahkan 10 ml asam sulfat pekat

120
No. Dokumentasi Keterangan

4.

Destruksi hingga 350 derajat dalam


ruang asam

5.

Angkat tabung jika larutan berubah


warna putih keruh dan dinginkan

6.

Masukkan 20 ml asam borat ke


dalam erlenmeyer dan tambahkan 2
tetes indikator MRMB

121
No. Dokumentasi Keterangan

7.

Masukkan sampel yang telah


didestruksi ke beker dan tambahkan
90 ml secara berkala supaya tidak ada
sampel yang tersisa

5.

Taruh beker di atas kompor,


masukkan 40 ml NaOH sebelum
menutupnya. Matikan kompor ketika
warna blanko berubah. Tunggu
sampai tidak terlalu panas

6.

Titrasi dengan HCl 0,1 N hingga


berwarna seperti semula

122
Kadar Unsur Hara Fosfor Sebagai P2O5
Fariq, A.D., S.I. Guruh, A.R. Gafur, M. Salman, F.A. Muhammad, C.R.
Farah, N.O. Khansa, S.R.A. Siti, A.S. Nabila, A.P.L. Dian.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang, Central
Java, Indonesia.
Department of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Science Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: gafuragusrony@students.undip.ac.id

Abstrak
Sifat kimia tanah didefenisikan sebagai keseluruhan reaksi kimia yang berlangsung antar
penyusun tanah. Salah satu analisis untuk mengetahui sifat kimia tanah adalah perhitungan kadar
Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang berperan
dalam perkembangan akar tanaman, pembelahan sel, dan mempertinggi hasil produksi berupa bobot
biji dan buah. Praktikum ini dilakukan pada Minggu, 2 April 2023 pukul 07.00 - 11.00 WIB di
Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan fosfor (P) dalam
sampel tanah. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah HCl 25%, pereaksi p pekat,
pereaksi pewarna p, standar induk 1000 ppm PO 4 (Titrosol), dan standar induk 200 ppm PO4, dan
deret standar PO4 (0;4;812;16;20). Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kocok
untuk mencampur larutan sampel, mesin kocok bolak-balik yang berfungsi menghomogenkan
larutan, alat senstrifus yang berfungsi untuk mengendapkan larutan sampel bereaksi, tabung reaksi
berfungsi untuk mencampurkan ekstrak, dispenser 10 ml, pipet volume 0,5 ml, pipet volume 2 ml,
pipet ukur 10 ml untuk mengambil larutan, dan spektrofotometer UV-VIS panjang gelombang 889
nm mengukur absorban suatu sampel. Hasil dari praktikum ini adalah kadar fosfor (P) yang terdapat
di dalam tanah sebesar 213,94 hal ini menunjukan bahwa fosfor (P) yang terdapat di dalam tanah
termasuk ke dalam kategori sangat tinggi karena di atas angka 60. Kesimpulan utama dari praktikum
yang diperoleh adalah kadar fosfor (P) yang terdapat di dalam tanah termasuk ke dalam ketegori
sangat tinggi yaitu mencapai angka 213,94.
Kata kunci : Fosfor, HCl 25%, P2O5, Spektrofotometer UV-VIS

11.1. Pendahuluan

Sifat kimia tanah didefenisikan sebagai keseluruhan reaksi kimia yang


berlangsung antar penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan dalam bentuk
pupuk ataupun pembenah tanah lainnya. Salah satu cara untuk mengetahui sifat
kimia yang ada di dalam tanah adalah perhitungan kadar Nitrogen (N), Fosfor (P),
dan Kalium (K). Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial yang diperlukan
tanaman dalam jumlah besar, karena fosfor merupakan salah satu yang tergolong
dalam unsur hara makro tanaman. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang
berperan dalam perkembangan akar tanaman, pembelahan sel, dan mempertinggi
hasil produksi berupa bobot biji dan buah. Fosfor (P) paling banyak berasal dari
bahan organik terutama pada humus, tanah yang memiliki kandungan fosfor (P)

123
normal biasanya berkisar pada nilai sebesar 0,02% sampai 0,5 %, karena jika
berlebih atau kekurangan maka akan menganggu pertumbuhan tanaman dan
penyerapan unsur mikro (Pununindoong et al., 2021). Faktor yang dapat
mempengaruhi kandungan fosfor (P) pada tanah adalah pemberian pupuk fosfor (P)
pada tanah. Pemberian pupuk P (fosfor) akan meningkatkan kandungan bahan
organik pada tanah, sehingga ketersediaan unsur fosfor (P) di dalam tanah juga akan
meningkat. Namun, unsur fosfor (P) dalam tanah bisa hilang karena terangkut
tanaman, tercuci, dan tererosi. Kehilangan unsur fosfor (P) dalam tanah juga bisa
diakibatkan karena tercuci saat panen atau produksi (Firnia, 2018).

Analisis kadar fosfor (P) tanah digunakan untuk menilai ketersediaan unsur
hara ini dalam tanah, yang akan mempengaruhi kesuburan tanah dan produksi
tanaman. Jumlah kadar fosfor (P) yang cukup akan mengakibatkan tanaman dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Kadar fosfor (P) sangat berpengaruh
terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman dan terlibat langsung hampir
pada seluruh proses kehidupan tanaman karena unsur fosfor (P) merupakan faktor
pembatas (Bahagia et al., 2022). Fosfor (P) sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, hal ini disebabkan fosfor (P) banyak terdapat di dalam sel
tanaman berupa unit-unit nukleotida, nukleotida sebagai penyusun RNA dan DNA
yang berperan dalam perkembangan sel tanaman seperti dalam proses pertumbuhan
dan produksi, maka dari itu kadar fosfor (P) sangat mempengaruhi kesuburan
tanaman. (Arafat et al., 2016).

Dalam analisis perhitungan kadar fosfor (P) dapat dilakukan dengan beberapa
alat, antara lain spektrofotometri UV-VIS, spektrometri massa, atau metode kimia
lainnya. Spektrofotometer UV-VIS adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di
transmisikan atau yang diabsorpsi, alat ini menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer, alat ini juga bergantung pada
fakta bahwa molekul-molekul dapat menyerap energi cahaya pada panjang
gelombang tertentu, yang dapat memberikan informasi tentang konsentrasi dan
karakteristik substansi yang dianalisis oleh alat tersebut. Namun, di antara alat-alat
yang digunakan untuk menghitung kadar fosfor (P) dalam tanah, spektrofotometri

124
UV-VIS adalah yang paling sering digunakan dalam penelitian karena alat ini
mempunyai ketelitian yang tinggi dengan kesalahan relative yaitu sebesar 1%-3%.
Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri UV-VIS yang sering
digunakan dalam analisis secara kimiawi. Penentuan kadar fosfor dengan metode
spektrofotometri UV-VIS didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks
fosfomolibdat yang berwarna biru (Listantia, 2020). Spektrofotometri UV-VIS
memiliki kelebihan antara lain kepekaan perhitungan yang cukup tinggi, mudah
digunakan, dan dapat menganalisis sampel dalam berbagai spesi baik ion maupun
senyawa dengan cepat dan tepat (Lesnussa et al., 2019).

11.1.1. Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar Kadar P Potensial Ekstrak HCl
25% adalah untuk mengetahui kandungan fosfor (P) dalam sampel tanah. Manfaat
yang didapatkan yaitu dapat mengetahui tingkat kandungan fosfor (P) yang baik
pada tanah dengan menggunakan alat Spektrofotometri UV-VIS dengan panjang
gelombang 889 nm.

11.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar P Potensial Ekstrak HCl 25% dilakukan
pada Minggu, 2 April 2023 pukul 07.00 - 11.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan
Pemuliaan Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang.

11.2.1. Materi

Materi yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar P


Potensial Ekstrak HCl 25% adalah alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam
Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar P Potensial Ekstrak HCl 25% adalah botol
kocok untuk mencampur larutan sampel, mesin kocok bolak-balik yang berfungsi
menghomogenkan larutan, alat senstrifus yang berfungsi untuk mengendapkan
larutan sampel bereaksi, tabung reaksi untuk mencampurkan ekstrak, dispenser 10

125
ml, pipet volume 0,5 ml, pipet volume 2 ml yaitu berfungsi untuk mengambil
larutan dengan volume 0,5 dan 2 ml, pipet ukur 10 ml untuk mengambil larutan,
dan spektrofotometer UV-VIS panjang gelombang 889 nm mengukur absorban
suatu sampel. Bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar P
Potensial Ekstrak HCl 25% adalah HCl 25%, pereaksi p pekat, pereaksi pewarna p,
standar induk 1000 ppm PO4 (Titrosol), dan standar induk 200 ppm PO4, dan deret
standar PO4 (0;4;812;16;20).

11.2.2. Metode
Metode yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar P
Potensial Ekstrak HCl 25% adalah contoh tanah ukuran < 2 mm 1,000 gram
ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam botol kocok dan ditambahkan 10 ml HCl 25%
lalu dikocok dengan mesin kocok selama 30 menit, setelahnya dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan dibiarkan mengendap. Pipet 0,5 ml ekstrak jenih contoh
ke dalam tabung reaksi, setelahnya 9,5 akuades atau air (pengenceran 20x)
ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok. Pipet 2 ml ekstrak contoh encer
dan deret standar masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 10 ml larutan pereaksi pewarna P dan dikocok. Dibiarkan selama 30
menit, lalu absorbansinya diukur dengan speknofotometer UV-VIS dengan panjang
gelombang 889 nm. Lalu dihitung menggunakan :

ml ekstrak 100 142


% P2O5 = ppm kurva x x x 20 x
1000 berat sampel 190

11.3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar P Potensial Ekstrak
HCl 25% diperoleh hasil fosfor (P) yang terdapat di tanah adalah sebesar 213,94,
hal ini menunjukan bahwa fosfor (P) termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Husni et al. (2016) yang menyatakan bahwa tingkatan
P2O5 atau fosfor (P) terekstrasi HCl 25% yaitu < 10 termasuk ke dalam kategori
sangat rendah, 10 – 20 termasuk ke dalam kategori rendah, 21 – 40 termasuk ke
dalam kategori sedang, 41 – 60 termasuk ke dalam kategori tinggi dan > 60

126
termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Fosfor (P) berlebih yang ada di dalam
tanah akan menyebabkan penyerapan unsur mikro terganggu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fitriani et al. (2014) yang menyatakan bahwa fosfor yang berlebih pada
tanaman akan menyebabkan penyerapan unsur mikro terganggu sehingga
pertumbuhan tanaman kurang optimal.
Kadar fosfor (P) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena
fosfor terletak di dalam sel tanaman seperti unit-unit nukleotida penyusun RNA dan
DNA. Hal ini sesuai dengan pendapat Arafat et al. (2016) yang menyatakan bahwa
fosfor sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, hal ini
karena fosfor banyak terdapat di dalam sel tanaman berupa unit-unit nukleotida,
nukleotida sebagai penyusun RNA dan DNA yang berperan dalam perkembangan
sel tanaman. Selain karena fosfor banyak terdapat di dalam sel tanaman, alasan
mengapa fosfor sangat mempengaruhi pertumbuhan adalah karena kadar fosfor (P)
terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bahagia et al. (2022) yang menyatakan bahwa kadar fosfor sangat
berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman dan terlibat
langsung hampir pada seluruh proses kehidupan tanaman karena unsur fosfor (P)
merupakan faktor pembatas.
Tanah yang kekurangan dan kelebihan kadar fosfor (P) tentu memiliki ciri-
ciri. Apabila tanah tersebut kekurangan kadar fosfor (P) maka akan menimbulkan
efek negatif untuk pertumbuhan tanaman seperti tanaman kerdil, daun yang tampak
berwarna hijau kotor, dan menganggu fotosintesis karena unsur fosfor (P)
merupakan salah satu penunjang fotosintesis tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ronafani et al. (2018) yang menyatakan bahwa kekurangan fosfor (P)
pada tanaman dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat,
kandungan fosfor (P) yang kurang pada tanaman menyebabkan tanaman tumbuh
kerdil, daun yang tampak berwarna hijau kotor, dan menganggu fotosintesis karena
unsur fosfor (P) salah satu penunjang fotosintesis tanaman. Tanah kelebihan kadar
fosfor (P) juga akan menimbulkan efek negatif untuk media tanam, seperti tanaman
akan mengalami pematangan dini yang salah satunya ditandai dengan tanaman
menjadi lebih cepat tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Gultom et al. (2017) yang

127
menyatakan bahwa kelebihan kadar fosfor (P) pada tanaman akan mengakibatkan
percepatan pertumbuhan dan perkembangan seperti akar, memperkuat
pertumbuhan tanaman muda menjadi tua, dan mempercepat pembungaan serta
pemasakan buah yang cepat.

11.4. Kesimpulan
Dari hasil Praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar P Potensial Ekstrak HCl 25%
diperoleh hasil fosfor (P) yang terdapat di tanah dengan nilai sebesar 213,94. Hal
ini menunjukan bahwa fosfor (P) yang terdapat di dalam tanah termasuk ke dalam
kategori sangat tinggi. Fosfor (P) yang berlebih pada tanaman akan menyebabkan
penyerapan unsur mikro terganggu sehingga pertumbuhan tanaman kurang optimal
dan menimbulkan efek negatif untuk media tanam, seperti tanaman akan
mengalami pematangan dini dari umur pematangan yang seharusnya karena
pertumbuhan dan perkembangan seperti akar akan mengalami percepatan serta
pembuangaan dan pemasakan buah yang lebih cepat. Saran yang dapat diberikan
adalah untuk praktikum kedepannya dapat penelitian lebih jelas dan terstruktur agar
praktikan mendapatkan hasil lebih yang akurat.

128
DAFTAR PUSTAKA

Arafat, Y., N. Kusumarini, dan Syekhfani. 2016. Pengaruh pemberian zeolit


terhadap efisiensi pemupukan fosfor dan pertumbuhan jagung manis di
Pasuruan, Jawa Timur. J. Tanah dan Sumberdaya Lahan. 3 (1) : 319 –
327.

Bahagia, M., Ilyas, dan Y. Jufri. 2022. Evaluasi kandungan hara tanah fosfor (p)
dan c-organik (c) di tiga lokasi sawah intensif di Kabupaten Aceh Besar.
J. Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 7 (2) : 647 – 653.

Citra, L. S., Supriharyono, dan Suryati. 2020. Analisis kandungan bahan organik,
nitrat dan fosfat pada sedimen mangrove jenis avicennia dan rhizophora
di Desa Tapak Tugurejo, Semarang. J. Maquares. 9 (2) : 107 – 114.

Firnia, D. 2018. Dinamika unsur fosfor pada tiap horison profil tanah masam. J.
Agroekoteknologi. 10 (1) : 45 – 52.

Fitriani, S. R., E. Daningsih, dan Yokhebed. 2014. Pengaruh perbedaan konsentrasi


fosfor terhadap pertumbuhan kangkong darat (Ipmoea reptans) pada
hidroponik super mini. J. Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 6
(7) : 1 – 10.

Gultom, A. N. dan E. Ariani. 2017. Pemberian limbah padat pabrik kelapa sawit
dan pupuk fosfor pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq). J.
Faperta, 6 (1) : 1 – 11.

Husni, M. R., S. Sufardi, dan M. Khalil. 2016. Evaluasi status kesuburan pada
beberapa jenis tanah di lahan kering Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. J.
Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 1 (1) : 147 – 154.

Lesnussa, T., N. Hattu, dan Y. H. Dulanlebit. 2019. Analisis kadar kalsium (ca)
dan fosfor (p) pada daun kecipir (Psophocarpus tetragonolobus l) di
Pulau Ambon dan Seram bagian barat. Molluca Journal of Chemistry
Education. 9 (1) : 46 – 54.

Listantia, N. 2020. Analisis kandungan fosfat po4 3− dalam air sungai secara
spektrofotometri dengan metode biru-molibdat. J. SainsTech Innovation
Journal. 3 (1) : 59 – 65.

Punuindoong, S., M. T. Sinolungan dan J. J Rondonuwu. 2021. Kajian nitrogen,


fosfor, kalium dan c-organik pada tanah berpasir pertanaman kelapa desa
Ranoketang Atas. J. Soil Environmental. 21 (3) : 6 – 11.

Ronafani, A., D. Armita, dan A. S. Karyawati. 2018. Pengaruh pupuk fosfor

129
terhadap pertumbuhan dua varietas tomat lokal. J. Produksi Tanaman. 6
(12) : 3111 – 3115.

130
LAMPIRAN

Lampiran 29. Perhitungan Acara Kadar P Potensial

Ppm 0 4 8 12 16 20
Absorbansi 0 0,153 0,406 0,511 0,608 0,816

Kelompok Berat Sampel (g) Absorbansi (y)


Absorbansi 1,00 0,586

Ppm kurva x
y = 0,0396 x + 0,0192
0,586 = 0,0396 x + 0,0192
0,586 - 0,0192
x =
0,0396

x = 14,31

Mg P2O5
10 100 142
14,31 x x x 20 x = 213,94
1000 1 190

131
Lampiran 30. Dokumentasi Alat dan bahan Acara Kadar P Potensial

No Alat dan Bahan Keterangan

Tabung reaksi untuk


1
mencampurkan ekstrak

HCl 25% untuk menjadi salah


2
satu bahan pengenceran

Pewarna P sebagai pencampuran


3
larutan

132
Mesin kocok bolak-balik yang
4 berfungsi untuk
menghomogenkan larutan

Alat Centrifuge yang digunakan


untuk mengendapkan partikel
5 dengan massa jenis yang lebih
besar, pelet, massa jenis lebih
kecil, substansi

Deret standar PO4


6
(0;4;812;16;20)

133
Pipet yang digunakan untuk
7
sampel ekstrak

Spektrofotometer UV-VIS panjang


8 gelombang 889 nm mengukur
absorban suatu sampel

134
Lampiran 31. Dokumentasi Praktikum Acara Kadar P Potensial

No Dokumentasi Keterangan

Mencampurkan sampel tanah


1
dengan HCl 25%

Mencampurkan sampel tanah


dengan HCl 25% sampai
2 homogen menggunakan mesin
kocok bolak-baik selama 30
menit

Sampel tanah yang telah


homogen ditaruh di dalam alat
3
centrifuge yang digunakan untuk
mengendapkan partikel

135
Hasil sampel yang sudah
4
mengendap

Sampel sebanyak 0,5 ml diambil


menggunakan pipet lalu
5
dicampurkan dengan aquades
sebanyak 9,5 ml

Pipet 2 ml ekstrak contoh encer


dan deret standar masing-masing
dimasukkan ke dalam tabung
6
reaksi, kemudian ditambahkan
10 ml larutan pereaksi pewarna
P dan dikocok

136
Absorbansinya diukur dengan
speknofotometer dengan panjang
7
gelombang 889 nm

8 Hasil dari pengukuran

137
Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K2O
Fariq, A.D., Guruh, S.I., Gafur, A.R., Salman, M., Muhammad, F.A., Farah
C.R., Khansa, N.O., Siti, S.R.A., Nabila, A.S., Dian, A.P.L.
Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang,
Central Java, Indonesia.
Departement of Agriculture, Faculty of Animal and Agricultural Sciences Diponegoro
University, Semarang, Central Java, Indonesia.
E-mail: nabilaamalias@students.undip.ac.id

Abstrak
Kalium yaitu unsur hara yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara kalium
merupakan unsur hara makro seteleh N dan P yang dibutuhkan oleh tanaman dengan jumlah yang
banyak, Unsur K mempunyai peranan sebagai penyusun dan pembongkar karbohidrat,Praktikum
Ilmu Tanah acara Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K-2O dilaksanakan pada hari Mingu tanggal 2
April 2023 di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman dan Laboratorium Ekologi dan
Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang, Tujuan
Praktikum Ilmu Tanah Acara Analisis Kalium Sebagai K2O untuk mengetahui kandungan kadar
kalium yang terkandung dalam sampel tanah secara flamefotometer, alat dan bahan yang diperlukan
yaitu Aquades, Pipet, labu,erlenmeyer,timbangan,mortar,dan alu, Metode yang digunakan yaitu
sampel tanah disiapkan dan dihancurkan menggunakan mortar, kemudian ditimbang sebanyak 1
gram. Sampel tanah dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditambahkan 5 ml HCl, ditambahkan 10 ml
asam nitrat lalu didestruksi di ruang asam. Sampel tanah yang didestruksi sampai asap kuningnya
hilang, lalu diencerkan dengan akuades 50 ml di dalam labu ukur. Akuades ditambahkan lagi ke
dalam labu ukur sebanyak 100 ml. Larutan standar dibuat dengan konsentrasi masing-masing 0 ppm,
25 ppm, 50 ppm, dan 100 ppm. Manfaat setelah melakukan praktikum adalah mengetahui banyaknya
kandungan kalium yang terkandung dalam suatu sampel tanah yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat kesuburan tanah, Hasil dari praktikum adalah hasil kadar kalium bernilai
0,21271 mg/100 gram yang termasuk pada kriteria sangat rendah. kesimpulan dari praktikum yang
diperoleh adalah faktor yang mempengaruhi kandungan kalium tanah dengan menggunakan metode
mendapatkan hasil dari kalium sebesar 0,21271 mg/100 gram termasuk kategori sangat rendah.
Kata kunci: Asam, Hara, Kalium, Tanah, Unsur

12.1. Pendahuluan
Kalium merupakan suatu unsur hara yang penting untuk pertumbuhan
tanaman. Kalium atau Potassium (K) adalah unsur penting yang sangat dibutuhkan
tanaman. Unsur hara kalium merupakan unsur hara makro setelah N dan P yang
dibutuhkan oleh tanaman dengan jumlah yang banyak hal ini sesuai dengan
pendapat (Firmansyah et al., 2017). Unsur K mempunyai peranan sebagai
penyusun dan pembongkar karbohidrat.Penyerapan kalium oleh tanaman tergolong
tinggi dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya (Kurniati et al., 2018) yang
menyatakan bahwa Kalium mempunyai peranan sebagai penyusun dan
pembongkar karbohidrat, terutama di dalam pengubahan protein dan asam amino.

138
Kalium berperan sebagai pembentuk protein dan karbohidrat, membantu membuka
dan menutup stomata, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit tanaman dan
serangan hama, efisiensi penggunaan air, memperbaiki ukuran dan kualitas buah
pada masa generatif.
Kandungan kalium pada jaringan tanaman sangat penting dan dibutuhkan dalam
beberapa proses penting biokimia dan fisiologi yang mempengaruhi produktivitas
tanaman secara langsung. (Rahma et al., 2019) yang menyatakan bahwa Kalium
termasuk unsur hara yang esensial untuk tanaman dan salah satu fungsinya untuk
meningkatkan produksi biji. Peran utama kalium yaitu sebagai aktivator berbagai
enzim yang menyebabkan ketegaran tanaman terjamin dan merangsang
pertumbuhan akar. Terlalu banyak kandungan kalium akan mengakibatkan
terganggunya penyerapan Ca dan Mg dan kekurangan kadar kalium juga akan
menyebabkan pengerutan pada daun serta kekebalan tanaman akan menurun. Kadar
kalium dalam tanah memiliki persentase, dan bentuk K2O merupakan kalium yang
dapat dipertukarkan untuk diserap oleh tanaman.Tanaman yang memiliki kadar
kalium yang cukup akan memiliki beberapa keuntungan. Kadar kalium dalam rata-
rata memiliki jumlah persentase yang bervariasi sekitar 0,3 – 2,5%, kalium
memiliki peran yang sangat penting bagi tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Purnomo et al., 2017) yang menyatakan bahwa Kalium memiliki peran penting
pada tanaman diantaranya sebagai pembentuk protein dan karbohidrat, membantu
membuka dan menutup stomata, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan
serangan hama, efisiensi penggunaan air dan memperbaiki ukuran dan kualitas buah
pada masa generatif.
Unsur kalium memiliki kegunaan atau manfaat terhadap pertumbuhan
tanaman. Manfaat kalium untuk tanaman diantaranya membentuk dan mengangkut
karbohidrat, Hal ini sesuai dengan pendapat (Wibowo et al., 2020) yang
menyatakan bahwa Kalium pada tanaman juga berfungsi untuk membentuk bunga
dan buah serta membantu tanaman melawan penyakit.sebagai katalisator dalam
pembentukan protein, meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah,
meningkatkan kualitas buah, bentuk, kadar, dan warna yang lebih. Kalium berperan
dalam pembentukan karbohidrat dan protein, memperkuat jaringan tanaman, dan

139
pembuatan antibodi untuk membantu melawan penyakit kekeringan. Kurangnya
kadar kalium pada tanaman dapat menyebabkan berbagai macam dampak terhadap
pertumbuhan tanaman tersebut. Kekurangan kalium pada tanaman menyebabkan
daun mengkerut atau mengeriting terutama pada daun tua, daun akan berwarna
ungu mengering lalu mati, daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
menjadi berkurang (Astutik et al., 2019). Kelebihan dari kadar kalium dapat
berakibat pada terganggunya kemampuan penyerapan zat hara pada tanaman.
Kelebihan dari kalium dapat menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu.
Unsur kalium mempunyai fungsi terhadap perkembangan tanaman. Fungsi kalium
bagi tanaman adalah membantu pembentukan protein dan karbohidrat,
metabolisme air dalam tanaman, absorpsi hara, transpirasi, kerja enzim dan
translokasi karbohidrat, penguatan batang, pembesaran ukuran dan warna buah,
serta berpengaruh pada kuantitas dan kualitas hasil tanaman.

12.1.1. Tujuan dan Manfaat


Tujuan Praktikum Ilmu Tanah pada Acara Analisis Kalium Sebagai K2O
adalah untuk mengetahui kandungan kadar kalium yang terkandung dalam sampel
tanah secara flamefotometer. Flamefotometer merupakan alat yang digunakan
dalam analisis kimia anorganik untuk menentukan konsentrasi ion logam pada
keadaan tertentu. Manfaat yang didapatkan setelah melakukan praktikum ini adalah
dapat mengetahui banyaknya kandungan kalium yang terkandung dalam suatu
sampel tanah yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah,

12.2. Materi dan Metode


Praktikum Ilmu Tanah acara Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K-2O
dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 2 April 2023 di Laboratorium Fisiologi dan
Pemuliaan Tanaman dan Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas
Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang dan dilakukan secara
luring.

12.2.1. Materi

140
Materi yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah Acara Kadar Unsur
Hara Kalium Sebagai K-2O terdiri dari alat dan bahan. Bahan yang digunakan yaitu
sampel tanah biasa sebagai bahan yang dianalisi, akuades, HCl, dan asam nitrat
(HNO3-). Alat yang digunakan yaitu mortar dan alu untuk menghancurkan sampel
tanah, timbangan analitik untuk menimbang sampel tanah, sendok takar untuk
menakar sampel tanah, erlenmeyer sebagai wadah sampel tanah dan, ruang asam
sebagai tempat untuk destruksi, labu ukur sebagai wadah akuades, kertas saring
whatman untuk menyaring larutan sampel hasil destruksi dengan akuades,
flamefotometer untuk menangkap dan mengetahui emisi dari sampel yang dibakar,
pipet untuk memindahkan reagen ke labu ukur.

12.2.2. Metode
Metode yang digunakan pada Praktikum Ilmu Tanah acara yaitu sampel
tanah disiapkan dan dihancurkan menggunakan mortar dan alu, kemudian
ditimbang sebanyak 1 gram. Sampel tanah dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ditambahkan 5 ml HCl, ditambahkan 10 ml asam nitrat, kemudian didestruksi di
ruang asam. Sampel tanah yang didestruksi sampai asap kuningnya hilang, lalu
diencerkan dengan akuades 50 ml di dalam labu ukur. Akuades ditambahkan lagi
ke dalam labu ukur sebanyak 100 ml. Setelah diencerkan, larutan sampel disaring
menggunakan kertas saring whatman. Larutan standar dibuat dengan konsentrasi
masing-masing 0 ppm, 25 ppm, 50 ppm, dan 100 ppm. Larutan sampel dan larutan
standar dimasukkan ke dalam flamefotometer untuk diserap dan diamati emisinya.
Hasil absorbansi larutan sampel dan larutan standar dibaca dan dicatat, kemudian
kadar kalium dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑉 100 𝑀𝑟 𝑘2 𝑜
%K2O = ppm kurva x 1000 x 𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 x FP x 𝑀𝑟 𝑘2

12.3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil kadar
kalium bernilai 0,21271 mg/100 gram yang menunjukkan bahwa kadar kalium

141
sampel tanah yang digunakan termasuk pada kriteria sangat rendah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sudaryono (2014) yang menyatakan bahwa kandungan kalium
tergolong sangat rendah sampai rendah dan nilainya berkisar antara 0,07 – 0,26
meg/100g. Fungsi utama pada kalium dalam tanah adalah membantu tanaman
dalam proses mengangkut karbohidrat dan juga sebagai katalisator pembentukan
pada protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Wibowo et al. (2020) yang
menyatakan bahwa unsur kalium sangat dibutuhkan oleh tanaman, dikarenakan
unsur ini membentuk dan mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam
pembentukan protein, meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, dan
meningkatkan kualitas buah karena bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik
daripada yang tidak diberi kalium. Tanaman yang memiliki kadar kalium yang
cukup akan memiliki beberapa keuntungan karena kalium memiliki peran penting.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo et al. (2017) yang menyatakan bahwa
kalium memiliki peran penting pada tanaman diantaranya sebagai pembentuk
protein dan karbohidrat, membantu membuka dan menutup stomata, meningkatkan
daya tahan terhadap penyakit dan serangan hama, efisiensi penggunaan air dan
memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif.
Tanaman tidak boleh kekurangan atau kelebihan unsur hara kalium karena
akan menyebabkan masalah pada pertumbuhan tanaman dan ketahanan terhadap
penyakit. Hal ini sesuai pendapat Ridwan dan Hanifa (2016) yang menyatakan
pemberian unsur hara kalium pada tanaman harus dalam jumlah yang tepat tidak
kelebihan dan tidak kekurangan.terdapat gejala-gejala yang dapat menimbulkan
berkurangnya kadar kalium dalam tanah salah satunya seperti erosi tanah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Al Mu’min et al. (2016) yang menyatakan bahwa selain
rendahnya ketersediaan K, ketersediaan K di dalam tanah juga dapat berkurang
karena tiga hal, yaitu pengambilan K oleh tanaman (pemanenan), pencucian K oleh
air, dan erosi tanah.
Kadar kalium pada tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor daya serap tanah
seperti drainase, kadar air, kedalam solum, temperatur tanah dan bahan induk tanah
juga berpengaruh terhadap kadar kalium tanah. Disini saya akan menjelaskan faktor
daya serap diantaranya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ariawan et al. (2016) yang

142
menyatakan bahwa drainase atau pengatusan adalah pembuangan massa air secara
alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat.
Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Drainase sendiri bagian penting dalam penataan sistem air di
bidang tata ruang. Dalam tata ruang, drainase berperan penting untuk mengatur
aliran air untuk mencegah genangan air dan banjir. Drainase juga bagian dari usaha
untuk mengontrol kualitas air tanah dengan menggunakan bantuan sumur resapan.
Sementara kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung di dalam tanah. Hal
ini sesuai dengan pendapat Soewandita (2018) yang menyatakan bahwa kadar air
merupakan sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda, seperti tanah (yang
disebut kelembapan tanah), babatuan, dan bahan pertanian. Kadar air digunakan
secara luas dalam bidang ilmiah hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air.
Nilainya bisa secara volumetrik.
Kedalaman solum merupakan kedalaman efektif tanah yang masih dapat
dijangkau akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sada et al. (2014) yang menyatakan
bahwa kedalaman solum adalah kedalaman efektif tanah yang masih dapat
dijangkau oleh akar tanaman. Sementara temperature adalah sifat tanag yang sangat
penting karena mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sumarni et al., (2015) yang menyatakan bahwa temperatur tanah yaitu suatu sifat
tanah yang sangat penting secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dan juga terhadap kelembapan dan ketersediaan hara-hara tanaman. Selain itu ada
bahan induk yang merupakan bahan yang tercerai-berai karena mengalami
hancuran kimia. Hal ini sesuai dengan pendapat Sada et al., (2014) yang
menyatakan bahwa bahan induk adalah bahan bercerai-cerai dan merupakan bahan
mineral yang mengalami hancuran kimia, yang diatasnya terbentuk tanah. Bahan
induk berasal dari batuan induk yang telah mengalami proses pelapukan pada waktu
yang cukup lama. oleh beberapa faktor yaitu daya serap tanah pada kalium, dan
bahan induk penyusun tanah. Tanah yang memiliki kandungan kalium yang sangat
tinggi tidak dapat terserap oleh tanaman secara keseluruhan meski kalium sangat
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soeswandita (2018) yang menyatakan bahwa tanaman hanya menyerap K

143
teralut atau K + dan K yang dapat dipertukarkan atau Kdd serta pengaruh K untuk
tanaman.
Kelebihan kadar kalium dapat berakibat pada penyerapan zat tanaman. Hal
ini sesuai dengan pendapat Manambangtua et al. (2021) yang menyatakan bahwa
kelebihan kalium dapat menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Unsur
kalium mempunyai fungsi terhadap perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ambarwati et al. (2020) yang menyatakan bahwa fungsi kalium bagi
tanaman adalah membantu pembentukan protein dan karbohidrat, metabolisme air
dalam tanaman, absorpsi hara, transpirasi, kerja enzim dan translokasi karbohidrat,
penguatan batang, pembesaran ukuran dan warna buah, serta berpengaruh pada
kuantitas dan kualitas hasil tanaman. Tanah yang kekurangan kalium dapat
mengakibat pertumbuhan pada tanaman terhambat karena peran kalium yaitu untuk
sintesis protein, pembentukan bunga dan buah serta pembentukan akar yang sehat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo et al. (2017) yang menyatakan bahwa
fungsi kalium pada pertumbuhan tanaman yaitu sebagai pembentukan protein dan
karbohidrat serta meningkatkan daya tahan terhadap hama dan penyakit.
Tanaman yang memiliki kadar kalium yang cukup akan memiliki
beberapa keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomo et al. (2017) yang
menyatakan kalium memiliki peran penting pada tanaman diantaranya sebagai
pembentuk protein dan karbohidrat, membantu membuka dan menutup stomata,
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan serangan hama, efisiensi
penggunaan air dan memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa generatif.
Tanaman tidak boleh kekurangan atau kelebihan unsur hara kalium karena akan
menyebabkan masalah pada pertumbuhan tanaman dan ketahanan terhadap
penyakit. Hal ini menurut pendapat Syofiani et al. (2019) yang menyatakan bahwa
kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur.
Bunga mudah rontok dan gugur. Tepi daun hangus, daun menggulung ke bawah,
dan rentan terhadap serangan penyakit.

144
12.4. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil praktikum acara aktivitas mikroba dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi kandungan kalium tanah yaitu dengan
menggunakan metode mendapatkan hasil dari perhitungan kalium sebesar 0,21271
mg/100 gram sehingga termasuk kategori sangat rendah. Faktor yang
mempengaruhi kandungan kalium tanah yaitu bahan induk tanah, topografi,
drainase, kedalaman tanah, konsentrasi tanah, KTK, temperatur tanah dan kadar air
tanah. Saran yang dapat diberikan praktikan sebaiknya memperhatikan saat
praktikum berlangsung dan pada saat praktikum offline praktikan harus berhati-hati
dalam pelaksanaan penggunaan alat-alat Laboratorium agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan serta praktikan harus mengikuti sesuai metode pada saat
praktikum berlangsung.

145
DAFTAR PUSTAKA

Al Mu'min, M. I., B. Joy, dan A. Yuniarti. 2016. Dinamika kalium tanah dan hasil
padi sawah (Oryza sativa L.) akibat pemberian NPK majemuk dan
penggenangan pada Fluvaquentic Epiaquepts. J. Soilrens. 14 (1) : 55 – 73.

Astutik, D., D. Suryaningndari, dan U. Raranda. 2019. Hubungan pupuk kalium


dan kebutuhan air terhadap sifat fisiologis, sistem perakaran dan biomassa
tanaman jagung (Zea mays). J. Citra Widya Edukasi. 11 (1) : 67 – 76.

Firmansyah, I., M. Syakir, dan L. Lukman. 2017. Pengaruh kombinasi dosis pupuk
N, P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum
melongena L). J. Hortikultura. 27 (1) : 69 – 78.

Gaol L., S. K., H. Hanum, dan G. Sitanggang. 2014. Pemberian zeolit dan pupuk
kalium untuk meningkatkan ketersediaan hara K dan pertumbuhan kedelai
di entisol. J. Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara. 2 (3) : 1151 –
1159.

Kurniati, E., A. D. S. Aji, dan E. S. Imani. 2018. Pengaruh penambahan bioenzim


dan daun lamtoro (L. Leucocephala) terhadap kandungan unsur hara
makro (C, N, P dan K) pada pupuk organik cair (POC) lindi (Leachate). J.
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 4 (1) : 20 – 27.

Manambangtua, A. P., S. D. Runtunuwu. dan S. A. Wanget 2021. The effect of


giving potassium on the growth of several coconut dwarf varieties in
nurseries in the drought conditions. J. Palma Volume. 22 (1) : 11 – 21.

Purnomo, E. A., E. Sutrisno, dan S. Sumiyati. 2017. Pengaruh variasi C/N rasio
terhadap produksi kompos dan kandungan kalium (K), pospat (P)
daribatang pisang dengan kombinasi kotoran sapi dalam
sistemvermicomposting. J. Teknik Lingkungan. 6 (2) : 1 – 15.

Rahma, S., B. Rasyid, dan M. Jayadi. 2019. Peningkatan unsur hara kalium dalam
tanah melalui aplikasi poc batang pisang dan sabut kelapa. J. Ecosolum, 8
(2) : 74 – 85.

Ridwan dan Hanifa. 2016. Pengaruh dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kedelai pada lahan kering. J. Agropet. 13 (1) : 43 – 53.

146
Sada, N. A., N. Rahman, dan S. Supriadi. 2014. Analisis kadar mineral natrium dan
kalium pada daging buah nanas (Ananas comosus (L) merr) di Kota Palu.
J. Akademika Kimia, 3 (2) : 93 – 97.

Soewandita, dan Hasmana. 2018. Studi kesuburan tanah dan analisis


kesesuaianlahan untuk komoditas tanaman perkebunan di kabupaten
bengkalis. J. Sains dan Teknologi, 10 (2) : 128 – 133.

Sudaryono, S. 2016. Tingkat kesuburan tanah Ultisol pada lahan pertambangan


batubara Sangatta, Kalimantan Timur. J. Teknologi Lingkungan, 10 (3) :
337 – 346.

Wibowo, A S., S. D. Septianti, dan L. U. Widodo. 2020. Pembuatan pupuk cair


kalium silikat berbahan baku abu daun bambu. Chempro, J. of Chemical and
Process Engineering, 1 (1): 29 – 35.

147
LAMPIRAN

Lampiran 32. Perhitungan Acara Kadar Unsur Hara Kalium Sebagai K2O

Ilustrasi:Grafik kadar unsur kalium sebagai O

Larutan Standar ppm

Ppm 0 4 8 12 16 20
Emisi 0,000 0,15 0,29 0,41 0,50 0,59

Kelompok Berat Sampel (g) Emisi (y)


5 517 0,55

Perhitungan kadar O sebagai berikut :

Ppm kurva (x)

y = 0,0294x + 0,029

0,55 = 0,0294x + 0,029

x = 17.721

148
Volume : 50 ml

Faktor Pengenceran : 1

Sampel : 517 mg

Perhitungan
V 100 Mr k o
%K2O = ppm kurva x 1000 x g sample x FP x Mr k2
2

50 100 94
= 17,721 x 1000 x 502 x 1 x 78

= 0,21271 mg/100 gram

149
Lampiran 32. Dokumentasi Alat dan Bahan Acara Kadar Unsur Hara Kalium

No Alat dan Bahan Keterangan

1.
Aquades digunakan untuk
melarutkan tanah

2.

Pipet untuk
memindahkan reagen

3.

Labu ukur untuk wadah


akuades

150
4.

Erlenmeyer untuk wadah


sampel tanah

5.

Timbangan analitik untuk


menimbang sampel tanah

6.

Mortar dan alu untuk


menghancurkan sampel tanah

151
7.

Sampel tanah kering untuk


praktikum

8.

Asam nitrat digunakan untuk


reagen

152
Lampiran 33. Dokumentasi Praktikum Acara Kadar Unsur Hara dan Kalium
No Dokumentasi Keterangan

1.

Mesin kocok bolak balik untuk


menghomogen kan larutan

2. Alat Centrifuge yang digunakan


untuk mengendapkan partikel
dengan massa jenis yang lebih
besar, pelet, massa jenis lebih
kecil, substansi

3.

Pencampuran ekstrak

153

You might also like