Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

MAKALAH

ETIKA BISNIS DALAM PRODUKSI

Disusun untuk memenuhi tugas kuliah

Mata kuliah : Etika Bisnis Islam

Dosen Pengampu: Naili Rahmawati, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Zikratul Adawiyah : 230501067
Aderima Anggiani : 230501084
Iyyat Alawi : 230501076
Siti Manda Amelia : 230501092
Baiq Rizqa Zurriatil Rahmani : 230501102

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Etika bisnis dalam produksi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu dosen pada
mata kulian Etika Bisnis Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang etika bisnis dalam produksi islam bagi para pembaca
dan penulis.

Kami ucapkan terimakasih kepada , dosen selaku mata kulian Etika Bisnis
Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat menantikan kritik dan saran
yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 9 Maret 2024

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................................5


BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6
2.1 Pengertian Produksi dalam Islam.............................................................................6
2.2 Konsep Produksi dalam Al-Quran dan Hadist.........................................................7
2.3 Motif-Motif Produksi Islam...................................................................................10
2.4 Etika Produksi dalam Islam...................................................................................11
2.5 Fungsi dan Peranan Etika Islam dalam Produksi...................................................16
BAB III PENUTUP...........................................................................................................17
KESIMPULAN..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telah menjadi sunnatullah bahwa manusia harus bermasyarakat, tunjang-


menunjang, topang-menopang, dan tolong menolong antara satu suku dengan
yang lainnya. Sebagai mahluk social, manusia tidak mungkin mampu memenuhi
segala kebutuhannya sendiri tanpa bantuan sesama. Bahkan untuk tersekedar
senyum pun manusia membutuhkan kehadiran orang lain karena ia tidak mungkin
senyum-senyum sendiri. Untuk memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan
dalam hidupnya, manusia memerlukan kerja sama dan gontongroyong yang
berupa interaksi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Hal tersebut sering di sebut
dengan istilah “bisnis”.

Etika bisnis sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, dan salah dalam
dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika
bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus
bekomitmen dalam bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-
tujuan bisnisnya dengan berdasarkan etika.

Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral (moral


consciousness) yang memuat keyakinan ‘benar dan tidak’ sesuatu. Perasaan yang
muncul bahwa ia akan salah bila melakukan sesuatu yang diyakininnya tidak
benar berangkat dari norma-norma moral dan perasaan self-respect (menghargai
diri) bila ia meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia
pertanggungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya terhadap
orang lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya mendapatkan
pujian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu produksi dalam islam?
2. Apa saja konsep produksi dalam Al-Qur’an dan hadits?

4
3. Bagaimana motif-motif produksi dalam islam?
4. Apa itu etika produksi islam?
5. Apa saja fungsi dan peranan etika islam dalam produksi?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan pengertian produksi dalam islam!
2. Mendeskripsikan konsep produksi dalam Al-Qur’an dan hadits!
3. Menjelaskan motif-motif produksi dalam islam!
4. Mendeskripsikan etika produksi dalam islam!
5. Mendeskripsikan fungsi dan peranan etika islam dalam produksi!

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian produksi dalam islam

Pembicaraan tentang produksi menempati bagian besar dari ruang jiwa


manusia menurut tingkat dan taraf masing-masing. Hal itu karena eratnya
hubungan antara produksi dengan perkembangan pendapatan dan peningkatan
taraf hidup, yang mempengaruhi kemuliaan hidup dan kehidupan yang sejahtera
bagi individu dan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa produksi adalah
suatu proses atau siklus kegiatankegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang
atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi dalam waktu
tertentu.

Berproduksi (istishna’) adalah apabila ada seseorang memproduksi bejana,


mobil atau apa saja yang termasuk dalam kategori produksi. Berproduksi itu
hukumnya mubah dan jelas berdasarkan As-Sunnah. Sebab, Rasulullah Saw.
Pernah membuat cincin. Diriwayatkan dari Anas yang mengatakan: “Nabi Saw.
telah membuat sebuah cincin”(HR. Imam Bukhari). Dari Ibnu Mas’ud: “Bahwa
Nabi Saw. Telah membuat sebuah cincin yang terbuat dari emas” (HR. Imam
Bukhari). Beliau juga pernah membuat mimbar. Dari Sahal berkata: “Rasulullah
Saw. Telah mengutus kepada seorang wanita, (kata beliau): ‘Perintahkan anakmu
si tukang kayu itu untuk membuatkan sandaran tempat dudukku, sehingga aku
bisa duduk di atasnya” (HR. Imam Bukhari).

Pada sisi yang sama dinyatakan kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi
diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik di masa kini
mau pun masa yang akan datang1. Perusahaan selalu diasumsikan untuk
memaksimumkan keuntungan dalam berproduksi. Dalam Islam, produksi dapat
diartikan sebagai usaha manusia untuk memperbaiki kondisi fisik material dan
moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sesuai syariat Islam,
kebahagiaan dunia dan akhirat (Monzer Khaf).
1
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013) hal.142

6
Mannan, Siddiqi dan ahli ekonomi Islam lainnya menekankan pentingnya
motif altruisme, dan penekanan akan maslahah dalam kegiatan produksi.
Perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi dan perusahaan namun
juga memberikan kemaslahatan bagi masyarakat dengan tidak mengabaikan
lingkungan sosialnya. Hal ini bertentangan dengan produksi dalam Konvensional
yang mengutamakan self interest. Kegiatan produksi pada hakikatnya adalah
ibadah. Sehingga tujuan dan prinsipnya harus dalam kerangka ibadah.

Perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi dan


perusahaan namun juga memberikan kemaslahatan bagi masyarakat dengan tidak
mengabaikan lingkungan sosialnya. Hal ini bertentangan dengan produksi
konvensional.

2.2 Konsep produksi dalam Al-Qur’an dan hadits

 Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 32-34

‫ُهّٰللَا اَّلِذ ْي َخ َلَق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض َو َاْنَز َل ِم َن الَّسَم ۤا ِء َم ۤا ًء َفَاْخ َر َج ِبٖه ِم َن الَّثَم ٰر ِت ِر ْز ًقا َّلُك ْۚم َو َس َّخ َر َلُك ُم اْلُفْلَك‬
‫۝‬٣٢ ‫ِلَتْج ِر َي ِفى اْلَبْح ِر ِبَاْم ِر ٖۚه َو َس َّخ َر َلُك ُم اَاْلْنٰه َر‬

‫۝‬٣٣ ‫َو َس َّخ َر َلُك ُم الَّش ْمَس َو اْلَقَم َر َد ۤا ِٕىَبْيِۚن َو َس َّخ َر َلُك ُم اَّلْيَل َو الَّنَهاَۚر‬

‫۝‬٣٤ ‫َو ٰا ٰت ىُك ْم ِّم ْن ُك ِّل َم ا َس َاْلُتُم ْو ُۗه َو ِاْن َتُع ُّد ْو ا ِنْع َم َت ِهّٰللا اَل ُتْح ُصْو َهۗا ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلَظُلْو ٌم َك َّفاٌࣖر‬

Artinya:

(32) Allahlah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan
dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-
buahan menjadi rezeki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.

(33) Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus
menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan
siang.

7
(34) Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).

 Produksi dalam al-Qur’an surat al-Nahl, ayat 97

‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنٗه َح ٰي وًة َطِّيَبًۚة َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َاْج َر ُهْم ِبَاْح َس ِن َم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬
‫۝‬٩٧

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan


dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik daripada yang telah mereka kerjakan”

Pemahaman produksi dalam al-Qur’an memiliki arti sebagai bentuk usaha


keras dalam pengembangan faktor-faktor sumber produksi yang diperbolehkan.

 Berproduksi itu hukumnya mubah dan jelas berdasarkan AsSunnah.


Sebab, Rasulullah Saw pernah membuat cincin. Diriwayatkan dari Anas
yang mengatakan: ”Nabi saw telah membuat sebuah cincin”. (HR. Imam
Bukhari).
Beliau juga pernah membuat mimbar. Dari Sahal berkata: “Rasul Allah
saw telah mengutus kepada seorang wanita, (kata beliau): ‘Perintahkan
anakmu si tukang kayu itu untuk membuatkan sandaran tempat duduku,
sehingga aku bisa duduk di atasnya’.” (HR. Imam Bukhari)
Pada masa Rasulullah, orang-orang biasa memproduksi barang, dan beliau
pun mendiamkan aktivitas mereka. Sehingga diamnya beliau menunjukkan
adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap aktivitas berproduksi mereka.
Status taqrir dan perbuatan Rasul itu sama dengan sabda beliau, artinya
sama-sama merupakan dalil syara’.

8
 Berproduksi juga sebagai penambah sumber penghasilan bagi diri nya.
Nabi Saw bersabda: “Seseorang yang membawa seutas tali kemudian
memanggul kayu bakar dan membawa ke pasar lalu menjual dan ia hidup
berkecukupan lalu untuk menafkahi dirinya, itu lebih baik dari meminta-
minta pada manusia, diberi atau ditolak”. (HR. Bukhari 1378, Ibnu Majah
1826).
Hadits ini mengindikasikan adanya anjuran produksi untuk menambah
penghasilan dari pada meminta-minta. Pekerjaan seseorang yang sesuai
keterampilan yang dimiliki, dikategorikan sebagai produksi, begitupun
kesibukan untuk mengolah sumber penghasilan juga dikatakan produksi.

2.3 Motif-motif Produksi Islam

Menurut Monzar kahf, dalam buku ekonomi islam menjelaskan bahwa produksi
merupakan pengambilan manfaat dari setiap partikel pada alam semesta. Hal ini sangat
jelas karena merupakan kewajiban keagamaan bagi manusia terhadap dunia dan secara
langsung bersumber pada pandangan islam mengenai manusia dan alam smester.
Karena, Islam mengancang tujuan ini dengan dua sasaran, yaitu ajaran etika (akhlak)
dan hukum.

Dalam perdagangan islam, produksi merupakan upaya manusia untuk


meningkatkan, tidak hanya kondisi materialnya tetapi juga moralnya dan sebagai saran
untuk mencapai tujuannya di hari akhirat kelak. Hal ini, kata Monzer, karena
mempunyai tiga implikasi penting, yaitu:

1. Produk- produk yang menjatuhkan manusia dari nilai-nilai moralnya sebagai di


tetepkan dalam al-Qur’an dilarang. Semua jenis kegiatan produksi yang
menurunkan martabat manusia atau menyebabkan terperosok ke dalam kejahatan
dalam rangka meraih tujuan ekonomi semata-mata dilarang juga. Dengan demikian
Nabi Muhammad SAW melarang beberapa bentuk kegiatan ekonomi tertentu
seperti pelacuran dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi tersebut.
2. Aspek sosial produksi ditekankan dan secara ketat dikaitkan dengan proses
produksi. Sebenarnya distribusi keuntungan dari produksi di antara sebagian besar
orang dan dengan cara yang seadil-adilnya adalah tujuan utama ekonomi
masyarakat.
3. Masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang terdapat dalam kaitannya dengan
berbagai kebutuhan hidup tetapi timbul karena kemalasan dan kealpaan manusia

9
dalam usahanya untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari anugerah Allah
SWT baik dalam sumber-sumber manusiawi maupun sumber-sumber alami.

Ajaran-ajaran etika yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist banyak


memberikan tuntunan dan bimbingan ke arah produksi yang lebih baik, sebagai mana
tersebut dalam Q.S Al-Nahl dan hadits-hadits. Ajaran islam memberikan respon positf
dalam hal produksi dan produktivitas umat manusia, bahkan itu akan diberi pahala
oleh Tuhan bila perbuatannya mendatangkan kebaikan.

Aspek hukum dapat berperan dalam produksi dengan memberikan justifikasi


apakah barannya itu halal diproduksi atau tidak. Meskipun dalam urusan ekonomi
semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarang-nya.

‫ْاَألْص ُل ِفي الُّش ُرْو ِط ِفي اْلُمَع اَم َالِت اْلِح ُّل َو اِإْل َباَح ُة ِإَّال ِبَد ِلْيل‬
Artinya:” Hukum asal menetapkan syarat dalam mu’âmalah adalah halal dan
diperbolehkan kecuali ada dalil (yang melarangnya)”.

Dari prinsip inilah motif berproduksi dalam islam memberikan motivasi bagi siapa
saja agar berbuat sesuatu yang bermanfaat. Kemanfaatan itu diharuskan bukan saja
untuk dirinya, tetapi bagi orang lain.

Disamping itu, motif produksi adalah menciptakan kemasalahatan atau


kesejahteraan individu dan kesejahteraan kolektif.2 Setiap muslim harus bekerja secara
maksimal dan optimal, sehingga tidak hanya dapat mencukupi dirinya sendiri tetapi
harus dapat mencukupi kebutuhan anak dan keluarganya. Hasil yang yang dimakan
oleh dirinya sendiri dan keluarganya oleh Allah swt dihitung sebagai sedekah,
sekalipun itu sebagai kewajiban. Ini menunjukkan betapa mulyanya harga sebuah
produksi apa bila sampai mempekerjakan orang lain (karyawan) yang banyak sehingga
mereka dapat menghidupi keluarganya.

Menurut Umar chapra, motif produksi adalah memenuhi kebutuhan pokok setiap
individu dan menjamin setiap orang mempunyai standar hidup manusiawi, terhormat
dan sesuai dengan martabat manusia. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut dapat
menimbulkan masalah mendasar bagi manusia. Oleh sebab itu, setiap muslim juga
harus berusaha meningkatkan pendapat agar menjadi mustahiq yang dapat membantu
kaum lemah melalui pembayaran zakat, infak, sedekah dan wakaf.

2.4 Etika Produksi dalam Islam

2
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013) hal.147

10
Produksi merupakan proses mencari, mengalokasikan, dan mengolah sumber daya
menjadi output dalam rangka meningkatkan dan memberi maslahat bagi manusia.
Produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan taraf hidup manusia dan
kemakmuran suatu bangsa.

Al-Qur’an telah meletakkan landasan yang sangat kuat terhadap produksi.


Sebagaimana tertulis dalam firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surat Al-Qasas ayat
73 tentang perintah untuk mencari karunia Allah Swt. Pada siang hari. Makna dari
kandungan ayat tersebut adalah bahwa manusia diberikan kebebasan dalam mencari
kebahagiaan (kesejahteraan) hidup dari karunia Allah Swt. dan selalu bersyukur
kepada-Nya. Kebebasan yang dimaksud bahwa manusia diberikan keleluasaan dalam
mencari rezeki atau materi untuk enentukan taraf hidupnya dengan berproduksi dan
memaksimalkannya.Kegiatan produksi harus sejalan dengan syariat, yakni hanya
boleh memproduksi makanan dan minuman yang halal. Memproduksi makanan dan
minuman dalam lingkaran halal merupakan salah satu prinsip utama etika kegiatan
produksi. Prinsip produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim, baik individu
maupun kelompok adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah Swt. dan tidak
melampaui batas larangan-Nya.Namun, realita yang terjadi adalah masih adanya
kecurangan dalam proses kegiatan produksi saat memilih dan menggunakan barang
dan jasa sebagai bahan baku makanan. Produsen lebih mementingkan laba, seperti
kasus yang mengancam keselamatan konsumen karena dalam memproduksi, produsen
tidak memperhatikan hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada konsumen.

 Prinsip Etika Memilih Barang dan Jasa yang Diproduksi

prinsip yang harus diperhatikan oleh produsen Muslim sebagai landasan etika
dalam memilih (menggunakan) barang dan jasa yang diproduksi:

1. Berproduksi dalam lingkaran halal.

Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim, baik
individu maupun kelompok adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah Swt.
Dan tidak melampaui batas3. Sementara itu, sebagai produsen muslim wajib
3
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Business and Economic Ethics, hal.290

11
menghindari praktik produksi yang mengandung unsur haram atau riba, pasar gelap,
dan spekulasi sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat
90 bahwa Allah melarang minuman memabukkan (khamar), berjudi (maisir), pasar
gelap (gharar), riba, dan mengundi nasib dengan panah (spekulasi), karena termasuk
perbuatan syaitan.4

Demikian pula, Islam secara tegas melarang seseorang memproduksi (memilih sampai
menggunakan) atau mengkonsumsi produk atau barang yang haram. Selain itu juga
Rasulullah SAW menjelaskan perkara hukum yang Allah maksud, dalam sebuah
hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari:“yang halal itu jelas dan yang haram juga
jelas, dan diantara keduanya adalah perkara yang samar-samar (syubhat). Maka
barang siapa yang meninggalkan sesuatu dosa yang samar, maka pada dosa
yang jelas akan lebih meninggalkannya. Barang siapa yang terjatuh pada suatu
dosa yang diragukan, maka lebih dekat terjatuh pada dosa yang lebih jelas. Maksiat
itu pantangan Allah, barang siapa mengelilingi sekitar pantangan itu, maka bisa
jadi ia jatuh ke dalamnya.” (HR. al-Bukhari).

2. Perlindungan kekayaan alam

Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam, karena merupakan
nikmat Allah Swt. kepada hamba-Nya. Setiap hamba wajib mensyukurinya dan
salah satu cara mensyukuri nikmat adalah dengan menjaga sumber daya alam dari
polusi, kehancuran, atau kerusakan. Kaitannya dengan etika dalam memilih
barang dan jasa untuk diproduksi, hendaknya dilakukan dengan tidak merusak
lingkungan (alam). Kerusakan lingkungan (alam) terdiri atas dua bentuk, yaitu
kerusakan materi dan kerusakan spiritual. Berbentuk materi misalnya: sakitnya
manusia, tercemarnya alam, binasanya makhluk hidup, dan lain-lain. Sedangkan
yang berbentuk spiritual adalah tersebarnya kezaliman, meluasnya kebatilan,
kuatnya kejahatan, dan lain-lain.

 Prinsip Etika Proses Produksi Barang dan Jasa


4
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Jakarta: Erlangga,2012) hal.75

12
Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku
manusia. Sehingga, tidak perlu menunjukkan adanya fakta, informasi,
menganjurkan, dan merefleksikan. 5Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:
susila, lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup yang lebih
baik. Dalam bahasa arab disebut dengan akhlak, berarti moral, dan etika berarti
ilmu akhlak.Begitu pula dalam kegiatan ekonomi, setiap muslim harus memiliki
etika (akhlak). Dengan demikian, prinsip etika dalam produksi wajib dilaksanakan
oleh setiap muslim yaitu dengan berpegang kepada semua yang dihalalkan Allah
dan tidak melewati batasnya.

Agar produksi berjalan sesuai dengan ketentuan Islam, terdapat faktor-faktor


produksi yang perlu diperhatikan dalam prosesnya, yaitu dengan memperhatikan
hal berikut:6

1. Tanah dan segala potensi ekonomi, dianjurkan al-Qur’an untuk diolah.


2. Tenaga kerja terkait langsung dengan tuntutan hak milik melalui produksi.
3. Modal, juga terlibat langsung dengan proses produksi karena pengertian modal
produksi yang menghasilkan barang-barang yang dikonsumsi, dan modal individu
yang dapat menghasilkan kepada pemiliknya.
4. Manajemen produksi, teknologi, bahan baku (pendukung) .

Nilai nilai dan norma dalam berproduksi, sejak dari kegiatan mengorganisasi
faktor produksi, proses produksi hingga pemasaran dan pelayanan kepada konsumen,
semuanya harus mengikuti moralitas Islam. Mengacu pada prinsip dasar etika
produksi dalam ekonomi Islam berkaitan dengan maqāṣid al-syarī’ah, yang perlu
diperhatikan dalam prinsip etika proses produksi barang dan jasa adalah:

1. Tidak memproduksi barang dan jasa yang bertentangan dengan penjagaan terhadap
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
2. Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen dan
buruh.
5
Hussain Shata, Business Ethics In Islam (Egypt: al-Falah Foundation, 1999) hal.9
6
Rustam Effendi, Produksi Dalam Islam (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2003) hal.38

13
3. Mengelola sumber daya alam secara optimal, namun tidak boros, tidak berlebihan,
dan tidak merusak lingkungan.
4. Mengoptimalkan kemampuan akalnya, seorang Muslim harus menggunakan
kemampuan akalnya (kecerdasannya), serta profesionalitas dalam mengelola
sumber daya. Karena faktor produksi yang digunakan untuk proses produksi
sifatnya tidak terbatas, manusia perlu berusaha mengoptimalkan kemampuan yang
telah Allah Swt. berikan.
5. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi
pernah bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”
6. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai
kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat.
 Prinsip Etika Penjaminan Barang dan Jasa yang Diproduksi
1. Penjaminan dari ketidakamanan produk.

Pada prinsipnya pelaku usaha (produsen) yang lebih berhati-hati dan bukan
pembeli yang berhati-hati (caveat venditor). Karena mayoritas pembeli atau
konsumen tidak mengetahui kemajuan teknologi, yang berdampak pada keamanan
produk yang mereka konsumsi. Adanya ketidakmampuan konsumen dalam
menerima informasi akibat kemajuan teknologi dan keragaman produk yang
dipasarkan, menyebabkan hal tersebut disalahgunakan oleh para pelaku
usaha.

2. Penjaminan dari pemakaian produk haram berlabel halal.

Di antaranya masih terdapat kasus penyalahgunaan logo halal di kemasan


produk makanan dan minuman. Padahal, di dalam makanan dan minuman
tersebut, walaupun secara kasat mata bahan utamanya berasal dari bahan-
bahan halal, akan tetapi tidak jarang terdapat bahan-bahan yang haram.

2.5 Fungsi dan peranan etika islam dalam produksi

Ketika memahami etika islam, perlu untuk melihat landasan fikir utamanya, yakni
Al-Qur’an yang mewajibkan setiap orang Islam supaya bekerja keras menurut kadar
usaha dan kemampuan untuk kesejahteraan hidupnya. Ia mengingatkan umat Islam

14
bahwa di segenap penjuru dunia terdapat rezeki tersebut. Umat islam diseru supaya
merantau di muka bumi untuk mencari sumber kehidupan (setelah selesai beribadah)
menurut firman Allah:

‫َفِاَذ ا ُقِضَيِت الَّص ٰل وُة َفاْنَتِش ُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َو اْبَتُغ ْو ا ِم ْن َفْض ِل ِهّٰللا َو اْذ ُك ُروا َهّٰللا َك ِثْيًرا َّلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن‬

Terjemahan

“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah


karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.

Di samping berusaha gigih dan terus menerus dalam mencari


penghidupan, Islam juga menganjurkan mereka untuk mengamalkan cara-cara
yang adil dan arif serta menjauhi cara yang keliru dan terlarang.

Islam membenarkan penggunaan semua aturan produksi yang berdasarkan


kepada keadilan dan memberikan kebebasan sepenuhnya untuk mencari
penghidupan sejauh mereka tidak melanggar prinsip keadilan atau mengancam
kepentingan masyarakat umum. Bagaimana pun juga Islam tidak memberi
individu hak untuk menggunakan cara-cara pengumpulan harta kekayaan yang
mendorong kepada jatuhnya martabat akhlakul karimah serta mengganggu
masyarakat.

Islam menetapkan hukum halal dan haram dengan usaha yang berbeda-
beda dalam memperoleh pendapatan dan melarang semua aturan yang
merusakkan akhlak dan lingkungan sosial. Islam juga mengambil sikap yang sama
terhadap masalah modal. Ia tidak menghalangi seseorang menyimpan uang untuk
kegunaan pada waktu mendapat musibah atau kesusahan yang lain atau untuk
menambah harta. Tetapi yang dilarang oleh Islam ialah menyimpan modal yang
tidak bertujuan untuk kepentingan ummat secara sosial. Islam mengajarkan
umatnya untuk menjaga sirkulasi harta dengan membelanjakan atau dengan
menginvestasikan atau memberikan kepada orang lain yang hanya mempunyai
sedikit atau sama sekali tidak memiliki sumber penghidupan. Islam memberikan
peringatan keras kepada mereka yang tidak melaksanakan sepenuhnya salah satu
dari cara tadi dengan menimbun harta kekayaan dan juga mengenakan batasan
hukum terhadap penggunaan harta yang berlebihan. Misalnya, umat Islam
dilarang meminjamkan harta dengan mengenakan bunga dan sebaliknya justru
membayar zakat tahunan bagi simpanan yang telah sampai nisabnya.

15
BAB II

PENUTUP

a. Kesimpulan

Produksi adalah suatu proses atau siklus kegiatan ekonomi untuk


menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-faktor
produksi dalam waktu tertentu. Berproduksi itu hukumnya mubah dan jelas
berdasarkan As-Sunnah. kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai
kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik di masa kini mau pun masa yang
akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

(Aziz et al., 2013; Nurmadiansyah, 2020; Suminto, 2020)Aziz, A., Ag, M.,
Pengantar, K., & Mukhtar, P. H. M. (2013). Implementasi Etika Islami untuk
Dunia Usaha. www.cvalfabeta.com

Nurmadiansyah, M. T. (2020). 済無 No Title No Title No Title. July, 1–23.

Suminto, A. (2020). Etika Kegiatan Produksi: Perspektif Etika Bisnis Islam.


Islamic Economics Journal, 6(1), 123. https://doi.org/10.21111/iej.v6i1.4387

17
18

You might also like