Professional Documents
Culture Documents
Etika Bisnis Islam Kelompok 2
Etika Bisnis Islam Kelompok 2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Etika bisnis dalam produksi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu dosen pada
mata kulian Etika Bisnis Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang etika bisnis dalam produksi islam bagi para pembaca
dan penulis.
Kami ucapkan terimakasih kepada , dosen selaku mata kulian Etika Bisnis
Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat menantikan kritik dan saran
yang dapat membangun kesempurnaan makalah ini.
Tim penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
3
BAB I
PENDAHULUAN
Etika bisnis sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, dan salah dalam
dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika
bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus
bekomitmen dalam bertransaksi, berperilaku, dan berelasi guna mencapai tujuan-
tujuan bisnisnya dengan berdasarkan etika.
4
3. Bagaimana motif-motif produksi dalam islam?
4. Apa itu etika produksi islam?
5. Apa saja fungsi dan peranan etika islam dalam produksi?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan pengertian produksi dalam islam!
2. Mendeskripsikan konsep produksi dalam Al-Qur’an dan hadits!
3. Menjelaskan motif-motif produksi dalam islam!
4. Mendeskripsikan etika produksi dalam islam!
5. Mendeskripsikan fungsi dan peranan etika islam dalam produksi!
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada sisi yang sama dinyatakan kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi
diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik di masa kini
mau pun masa yang akan datang1. Perusahaan selalu diasumsikan untuk
memaksimumkan keuntungan dalam berproduksi. Dalam Islam, produksi dapat
diartikan sebagai usaha manusia untuk memperbaiki kondisi fisik material dan
moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sesuai syariat Islam,
kebahagiaan dunia dan akhirat (Monzer Khaf).
1
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013) hal.142
6
Mannan, Siddiqi dan ahli ekonomi Islam lainnya menekankan pentingnya
motif altruisme, dan penekanan akan maslahah dalam kegiatan produksi.
Perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan pribadi dan perusahaan namun
juga memberikan kemaslahatan bagi masyarakat dengan tidak mengabaikan
lingkungan sosialnya. Hal ini bertentangan dengan produksi dalam Konvensional
yang mengutamakan self interest. Kegiatan produksi pada hakikatnya adalah
ibadah. Sehingga tujuan dan prinsipnya harus dalam kerangka ibadah.
ُهّٰللَا اَّلِذ ْي َخ َلَق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض َو َاْنَز َل ِم َن الَّسَم ۤا ِء َم ۤا ًء َفَاْخ َر َج ِبٖه ِم َن الَّثَم ٰر ِت ِر ْز ًقا َّلُك ْۚم َو َس َّخ َر َلُك ُم اْلُفْلَك
٣٢ ِلَتْج ِر َي ِفى اْلَبْح ِر ِبَاْم ِر ٖۚه َو َس َّخ َر َلُك ُم اَاْلْنٰه َر
٣٣ َو َس َّخ َر َلُك ُم الَّش ْمَس َو اْلَقَم َر َد ۤا ِٕىَبْيِۚن َو َس َّخ َر َلُك ُم اَّلْيَل َو الَّنَهاَۚر
٣٤ َو ٰا ٰت ىُك ْم ِّم ْن ُك ِّل َم ا َس َاْلُتُم ْو ُۗه َو ِاْن َتُع ُّد ْو ا ِنْع َم َت ِهّٰللا اَل ُتْح ُصْو َهۗا ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلَظُلْو ٌم َك َّفاٌࣖر
Artinya:
(32) Allahlah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan
dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-
buahan menjadi rezeki untukmu; dan dia Telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan dia Telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
(33) Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus
menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan
siang.
7
(34) Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).
َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ْن َذ َك ٍر َاْو ُاْنٰث ى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنٗه َح ٰي وًة َطِّيَبًۚة َو َلَنْج ِزَيَّنُهْم َاْج َر ُهْم ِبَاْح َس ِن َم ا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن
٩٧
8
Berproduksi juga sebagai penambah sumber penghasilan bagi diri nya.
Nabi Saw bersabda: “Seseorang yang membawa seutas tali kemudian
memanggul kayu bakar dan membawa ke pasar lalu menjual dan ia hidup
berkecukupan lalu untuk menafkahi dirinya, itu lebih baik dari meminta-
minta pada manusia, diberi atau ditolak”. (HR. Bukhari 1378, Ibnu Majah
1826).
Hadits ini mengindikasikan adanya anjuran produksi untuk menambah
penghasilan dari pada meminta-minta. Pekerjaan seseorang yang sesuai
keterampilan yang dimiliki, dikategorikan sebagai produksi, begitupun
kesibukan untuk mengolah sumber penghasilan juga dikatakan produksi.
Menurut Monzar kahf, dalam buku ekonomi islam menjelaskan bahwa produksi
merupakan pengambilan manfaat dari setiap partikel pada alam semesta. Hal ini sangat
jelas karena merupakan kewajiban keagamaan bagi manusia terhadap dunia dan secara
langsung bersumber pada pandangan islam mengenai manusia dan alam smester.
Karena, Islam mengancang tujuan ini dengan dua sasaran, yaitu ajaran etika (akhlak)
dan hukum.
9
dalam usahanya untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari anugerah Allah
SWT baik dalam sumber-sumber manusiawi maupun sumber-sumber alami.
ْاَألْص ُل ِفي الُّش ُرْو ِط ِفي اْلُمَع اَم َالِت اْلِح ُّل َو اِإْل َباَح ُة ِإَّال ِبَد ِلْيل
Artinya:” Hukum asal menetapkan syarat dalam mu’âmalah adalah halal dan
diperbolehkan kecuali ada dalil (yang melarangnya)”.
Dari prinsip inilah motif berproduksi dalam islam memberikan motivasi bagi siapa
saja agar berbuat sesuatu yang bermanfaat. Kemanfaatan itu diharuskan bukan saja
untuk dirinya, tetapi bagi orang lain.
Menurut Umar chapra, motif produksi adalah memenuhi kebutuhan pokok setiap
individu dan menjamin setiap orang mempunyai standar hidup manusiawi, terhormat
dan sesuai dengan martabat manusia. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut dapat
menimbulkan masalah mendasar bagi manusia. Oleh sebab itu, setiap muslim juga
harus berusaha meningkatkan pendapat agar menjadi mustahiq yang dapat membantu
kaum lemah melalui pembayaran zakat, infak, sedekah dan wakaf.
2
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam (Bandung: Alfabeta, 2013) hal.147
10
Produksi merupakan proses mencari, mengalokasikan, dan mengolah sumber daya
menjadi output dalam rangka meningkatkan dan memberi maslahat bagi manusia.
Produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan taraf hidup manusia dan
kemakmuran suatu bangsa.
prinsip yang harus diperhatikan oleh produsen Muslim sebagai landasan etika
dalam memilih (menggunakan) barang dan jasa yang diproduksi:
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim, baik
individu maupun kelompok adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah Swt.
Dan tidak melampaui batas3. Sementara itu, sebagai produsen muslim wajib
3
Veithzal Rivai, dkk, Islamic Business and Economic Ethics, hal.290
11
menghindari praktik produksi yang mengandung unsur haram atau riba, pasar gelap,
dan spekulasi sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat
90 bahwa Allah melarang minuman memabukkan (khamar), berjudi (maisir), pasar
gelap (gharar), riba, dan mengundi nasib dengan panah (spekulasi), karena termasuk
perbuatan syaitan.4
Demikian pula, Islam secara tegas melarang seseorang memproduksi (memilih sampai
menggunakan) atau mengkonsumsi produk atau barang yang haram. Selain itu juga
Rasulullah SAW menjelaskan perkara hukum yang Allah maksud, dalam sebuah
hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari:“yang halal itu jelas dan yang haram juga
jelas, dan diantara keduanya adalah perkara yang samar-samar (syubhat). Maka
barang siapa yang meninggalkan sesuatu dosa yang samar, maka pada dosa
yang jelas akan lebih meninggalkannya. Barang siapa yang terjatuh pada suatu
dosa yang diragukan, maka lebih dekat terjatuh pada dosa yang lebih jelas. Maksiat
itu pantangan Allah, barang siapa mengelilingi sekitar pantangan itu, maka bisa
jadi ia jatuh ke dalamnya.” (HR. al-Bukhari).
Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam, karena merupakan
nikmat Allah Swt. kepada hamba-Nya. Setiap hamba wajib mensyukurinya dan
salah satu cara mensyukuri nikmat adalah dengan menjaga sumber daya alam dari
polusi, kehancuran, atau kerusakan. Kaitannya dengan etika dalam memilih
barang dan jasa untuk diproduksi, hendaknya dilakukan dengan tidak merusak
lingkungan (alam). Kerusakan lingkungan (alam) terdiri atas dua bentuk, yaitu
kerusakan materi dan kerusakan spiritual. Berbentuk materi misalnya: sakitnya
manusia, tercemarnya alam, binasanya makhluk hidup, dan lain-lain. Sedangkan
yang berbentuk spiritual adalah tersebarnya kezaliman, meluasnya kebatilan,
kuatnya kejahatan, dan lain-lain.
12
Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan
evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku
manusia. Sehingga, tidak perlu menunjukkan adanya fakta, informasi,
menganjurkan, dan merefleksikan. 5Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:
susila, lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup yang lebih
baik. Dalam bahasa arab disebut dengan akhlak, berarti moral, dan etika berarti
ilmu akhlak.Begitu pula dalam kegiatan ekonomi, setiap muslim harus memiliki
etika (akhlak). Dengan demikian, prinsip etika dalam produksi wajib dilaksanakan
oleh setiap muslim yaitu dengan berpegang kepada semua yang dihalalkan Allah
dan tidak melewati batasnya.
Nilai nilai dan norma dalam berproduksi, sejak dari kegiatan mengorganisasi
faktor produksi, proses produksi hingga pemasaran dan pelayanan kepada konsumen,
semuanya harus mengikuti moralitas Islam. Mengacu pada prinsip dasar etika
produksi dalam ekonomi Islam berkaitan dengan maqāṣid al-syarī’ah, yang perlu
diperhatikan dalam prinsip etika proses produksi barang dan jasa adalah:
1. Tidak memproduksi barang dan jasa yang bertentangan dengan penjagaan terhadap
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
2. Distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan pengelola, manajemen dan
buruh.
5
Hussain Shata, Business Ethics In Islam (Egypt: al-Falah Foundation, 1999) hal.9
6
Rustam Effendi, Produksi Dalam Islam (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2003) hal.38
13
3. Mengelola sumber daya alam secara optimal, namun tidak boros, tidak berlebihan,
dan tidak merusak lingkungan.
4. Mengoptimalkan kemampuan akalnya, seorang Muslim harus menggunakan
kemampuan akalnya (kecerdasannya), serta profesionalitas dalam mengelola
sumber daya. Karena faktor produksi yang digunakan untuk proses produksi
sifatnya tidak terbatas, manusia perlu berusaha mengoptimalkan kemampuan yang
telah Allah Swt. berikan.
5. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi
pernah bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”
6. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai
kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat.
Prinsip Etika Penjaminan Barang dan Jasa yang Diproduksi
1. Penjaminan dari ketidakamanan produk.
Pada prinsipnya pelaku usaha (produsen) yang lebih berhati-hati dan bukan
pembeli yang berhati-hati (caveat venditor). Karena mayoritas pembeli atau
konsumen tidak mengetahui kemajuan teknologi, yang berdampak pada keamanan
produk yang mereka konsumsi. Adanya ketidakmampuan konsumen dalam
menerima informasi akibat kemajuan teknologi dan keragaman produk yang
dipasarkan, menyebabkan hal tersebut disalahgunakan oleh para pelaku
usaha.
Ketika memahami etika islam, perlu untuk melihat landasan fikir utamanya, yakni
Al-Qur’an yang mewajibkan setiap orang Islam supaya bekerja keras menurut kadar
usaha dan kemampuan untuk kesejahteraan hidupnya. Ia mengingatkan umat Islam
14
bahwa di segenap penjuru dunia terdapat rezeki tersebut. Umat islam diseru supaya
merantau di muka bumi untuk mencari sumber kehidupan (setelah selesai beribadah)
menurut firman Allah:
َفِاَذ ا ُقِضَيِت الَّص ٰل وُة َفاْنَتِش ُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َو اْبَتُغ ْو ا ِم ْن َفْض ِل ِهّٰللا َو اْذ ُك ُروا َهّٰللا َك ِثْيًرا َّلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن
Terjemahan
Islam menetapkan hukum halal dan haram dengan usaha yang berbeda-
beda dalam memperoleh pendapatan dan melarang semua aturan yang
merusakkan akhlak dan lingkungan sosial. Islam juga mengambil sikap yang sama
terhadap masalah modal. Ia tidak menghalangi seseorang menyimpan uang untuk
kegunaan pada waktu mendapat musibah atau kesusahan yang lain atau untuk
menambah harta. Tetapi yang dilarang oleh Islam ialah menyimpan modal yang
tidak bertujuan untuk kepentingan ummat secara sosial. Islam mengajarkan
umatnya untuk menjaga sirkulasi harta dengan membelanjakan atau dengan
menginvestasikan atau memberikan kepada orang lain yang hanya mempunyai
sedikit atau sama sekali tidak memiliki sumber penghidupan. Islam memberikan
peringatan keras kepada mereka yang tidak melaksanakan sepenuhnya salah satu
dari cara tadi dengan menimbun harta kekayaan dan juga mengenakan batasan
hukum terhadap penggunaan harta yang berlebihan. Misalnya, umat Islam
dilarang meminjamkan harta dengan mengenakan bunga dan sebaliknya justru
membayar zakat tahunan bagi simpanan yang telah sampai nisabnya.
15
BAB II
PENUTUP
a. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
(Aziz et al., 2013; Nurmadiansyah, 2020; Suminto, 2020)Aziz, A., Ag, M.,
Pengantar, K., & Mukhtar, P. H. M. (2013). Implementasi Etika Islami untuk
Dunia Usaha. www.cvalfabeta.com
17
18