Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

IDENTIFIKASI PROTEIN PADA YOGURT SECARA

KUALITATIF DAN KUANTITATIF DENGAN METODE LOWRY


Dhea Setyalova W, Eka Syafitri, Nurul Diniah, Melania Fitryani
Riong Seulina Panjaitan, M.si
Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

ABSTRACT

Yogurt is a great source of nutrition for the human body and its systematic consumption can
offer a range of health benefits. Yogurt is a fermented milk product and contains
microorganisms that can beneficially affect the host's metabolism. Lactose is the main
carbohydrate in this product, which, due to the presence of lactic acid bacteria, is better
tolerated by people with lactose intolerance than that contained in milk. In particular, yogurt is
better tolerated due to the presence of β-galactosidase, which is included in or produced by
bacteria in the small intestine that aids in the digestion of lactose. In addition, yogurt is an
important source of protein with high biological value, and as a product of bacterial
fermentation, supplies the body with beneficial intestinal microorganisms (probiotics).
Identification of protein in youhurt is done to detect the presence of protein in the sample with a
qualitative test based on the color change that is formed and also to determine the total protein
level, and the type of protein contained in youhurt is casein
The results of the biuret qualitative test showed that all three samples (cimory, greek, biokul)
contained biuret with the formation of a purple solution color in the test, in the Ninhydrin
qualitative test it was found that none of the six samples contained ninhydrin with the formation
of a white solution color, in the qualitative test xantoprotein it was found that both samples
(biokul, delicyo) contained ninhydrin with the formation of a white solution color in the test, in
the qualitative sulfur test it was found that none of the six samples (cimory, greek, biokul,
greenfield, delicyo, kin) contained sulfur, in Neuman qualitative test found that none of the six
samples (cimory, greek, biokul, greenfield, delicyo, kin) contained neuman. Then the results
obtained in the quantitative test with the lowry method on the Cimori Yogurt sample 5.8411 nm,
on the Greek Yogurt sample 3.4945 nm, on the Kin Yogurt sample 2.5920 nm, on the Greenfield
Yogurt sample 5.6245 nm, on the Yogurt delicyo sample 0.8953 nm, and in the Yogurt biocult
sample 2.5198 nm.
The method used in the qualitative test uses the Biuret method, ninhydrin test, xantoprotein test,
sulfur test, and Neuman test while the quantitative test uses the Lowry method.
The benefits of yogurt are to strengthen the immune system to fight various viruses and germs. It
prevents high cholesterol in the blood and maintains its abundance. Helps treat a number of
diseases such as gastrointestinal diseases, colon diseases, colds, diarrhea and vomiting. It
provides the body with good amounts of protein, vitamins and calcium. Defends the skin and
keeps it glowing while fighting signs of aging (natural face lift, how to get rid of forehead
wrinkles). It protects blood vessels from the accumulation of fat on them, which can cause
strokes and heart problems.
The conclusion is that the Cimory, Greek, and Kin yoghurt samples contain peptide bonds, then
the Delicyo yoghurt samples contain benzene groups, while the Biokul yoghurt samples contain
peptide bonds and benzene groups.
Keywords: Yogurt, Protein, Qualitative test, Quantitative, Lowry method

IDENTIFIKASI KANDUNGAN PROTEIN PADA PRODUKSI YOGURT


KOMERSIAL SECARA KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Dhea Setyalova W, Eka Syafitri, Nurul Diniah, Melania Fitryani
Riong Seulina Panjaitan, M.si
Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

ABSTRACT
Yoghurt adalah sumber nutrisi yang luar biasa bagi tubuh manusia dan konsumsi sistematisnya
dapat menawarkan serangkaian manfaat kesehatan. Yoghurt adalah produk fermentasi susu dan
mengandung mikroorganisme yang dapat mempengaruhi metabolisme inang secara
menguntungkan. Laktosa adalah karbohidrat utama dalam produk ini, yang karena adanya
bakteri asam laktat, lebih dapat ditoleransi oleh orang dengan intoleransi laktosa dibandingkan
dengan yang terkandung dalam susu. Secara khusus, yoghurt dapat ditoleransi dengan lebih baik
karena adanya β-galactosidase, yang disertakan atau diproduksi oleh bakteri di usus kecil yang
membantu pencernaan laktosa. Selain itu, yoghurt adalah sumber protein penting dengan nilai
biologis tinggi, dan sebagai produk fermentasi bakteri, memasok tubuh dengan mikroorganisme
yang bermanfaat bagi usus (probiotik).
Identifikasi protein pada youhurt di lakukan untuk mendeteksi keberadaan protein pada sampel
dengan uji kualitatif berdasarkan perubahan warna yang terbentuk dan juga untuk mengetahui
kadar total protein,dan jeni protein yang terkandung dalam youhurt adalah kasein
Hasil pada uji kualitatif biuret diperoleh bahwa ketiga sampel (cimory,greek,biokul) yang
mengandung biuret dengan terbentukya warna larutan ungu pada uji tersebut, pada uji kualitatif
Ninhidrin diperoleh bahwa keenam sampel tidak ada yang mengandung ninhidrin dengan
terbentukya warna larutan putih, pada uji kualitatif xantoprotein diperoleh bahwa kedua sampel
(biokul,delicyo) yang mengandung ninhidrin dengan terbentukya warna larutan putih pada uji
tersebut,pada uji kualitatif sulfur diperoleh bahwa keenam sampel
(cimory,greek,biokul,greenfield,delicyo,kin) tidak ada yang mengandung sulfur, pada uji
kualitatif neuman diperoleh bahwa keenam sampel (cimory,greek,biokul,greenfield,delicyo,kin)
tidak ada yang mengandung neuman. Lalu hasil yang didapatkan pada uji kuantitatif dengan
metode lowry pada sampel Yogurt cimori 5,8411 nm, pada sampel Yogurt greek 3,4945 nm,
pada sampel Yogurt kin 2,5920 nm, pada sampel Yogurt greenfield 5,6245 nm, pada sampel
Yogurt delicyo 0,8953 nm, dan pada sampel Yogurt biokul 2,5198 nm.
Metode yang di lakukan pada uji kualitatif menggunakan metode biuret,uji ninhidrin, uji
xantoprotein,uji sulfur,dan uji neuman sedangkan pada uji kuantitatif menggunakan metode
lowry
Manfaat yogurt untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk memerangi berbagai virus dan
kuman. Ini mencegah kolesterol tinggi dalam darah dan mempertahankan kelimpahannya.
Membantu mengobati sejumlah penyakit seperti penyakit saluran cerna, penyakit usus besar,
masuk angin, diare dan muntah-muntah. Ini memberi tubuh protein, vitamin, dan kalsium dalam
jumlah yang baik. Mempertahankan kulit dan menjaganya agar tetap bersinar saat melawan
tanda-tanda penuaan (face lift alami, cara menghilangkan kerutan dahi). Ini melindungi
pembuluh darah dari penumpukan lemak di atasnya, yang dapat menyebabkan stroke dan
masalah jantung.
Kesimpulan pada sampel yoghurt cimory,greek,dan kin mengandung ikatan peptida kemudian
pada sampel yoghurt delicyo mengandung gugus benzena sedangkan pada sampel yoghurt biokul
mengandung ikatan peptida dan gugus benzena.

Kata Kunci: Yogurt ,Protein,Uji kualitatif ,kuantitatif ,metode lowry


PENDAHULUAN
BAB I
Yoghurt adalah produk fermentasi susu dan mengandung mikroorganisme yang dapat
mempengaruhi metabolisme inang secara menguntungkan. Laktosa adalah karbohidrat utama
dalam produk ini, yang karena adanya bakteri asam laktat, lebih dapat ditoleransi oleh orang
dengan intoleransi laktosa dibandingkan dengan yang terkandung dalam susu. Secara khusus,
yoghurt dapat ditoleransi dengan lebih baik karena adanya β-galactosidase, yang disertakan atau
diproduksi oleh bakteri di usus kecil yang membantu pencernaan laktosa. Selain itu, yoghurt
adalah sumber protein penting dengan nilai biologis tinggi, dan sebagai produk fermentasi
bakteri, memasok tubuh dengan mikroorganisme yang bermanfaat bagi usus (probiotik). Yogurt
memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk memerangi berbagai virus dan kuman. Ini mencegah
kolesterol tinggi dalam darah dan mempertahankan kelimpahannya. Membantu mengobati
sejumlah penyakit seperti penyakit saluran cerna, penyakit usus besar, masuk angin, diare dan
muntah-muntah. Ini memberi tubuh protein, vitamin, dan kalsium dalam jumlah yang baik.
Mempertahankan kulit dan menjaganya agar tetap bersinar saat melawan tanda-tanda penuaan
(face lift alami, cara menghilangkan kerutan dahi). Ini melindungi pembuluh darah dari
penumpukan lemak di atasnya, yang dapat menyebabkan stroke dan masalah jantung. Angka
kandungan gizi pangan dihitung per 100 g , dengan Berat Dapat Dimakan (BDD) 100 %. Udara
( Air ) : 88,0g Energi ( Energi ) : 52 KalProtein ( Protein ) : 3,3gLemak ( Lemak ) :
2,5gKarbohidrat ( CHO ) : 4.0gSerat ( Serat ) : 0,0 gAbu ( ABU ) : 2,2g. Kalsium ( Ca ) :
120mgFosfor ( P ) : 90mgBesi ( Fe ) : 0,1 mgNatrium ( Na ) : 40mgKalium ( K ) : 299,0
mgTembaga ( Cu ) : 0,01 mgSeng ( Zn ) : 0,6mg. Retinol ( Vit. A ) : 22 mcgBeta-Karoten
( Karoten ) : 10 mcgThiamin ( Vit. B1 ) : 0,04 mgRiboflavin ( Vit. B2 ) : 0,10 mgNiasin
( Niasin ) : 0,2mgVitamin C ( Vit. C ) : 0mg.
Metode awal pembuatan yogurt, susu dididih dalam bejana tembikar bersih di atas api
kecil untuk mengurangi volume susu dari sekitar seperempat menjadi lebih dari setengah
(sehingga volume akhir antara kurang dari 50% sampai 75% dari volume asli), kemudian
didinginkan sampai 45 sampai 50°C, membungkus bejana berisi campuran ini dengan kulit dan
kain untuk mempertahankan suhu yang seragam selama 10 sampai 12 jam sebelum siap untuk
dikonsumsi. (Jurnal Ilmu Susu Vol. 100 No.12, 2017). Untuk metode pembuatan yogurt
modern, campuran yogurt dengan kandungan lemak yang sesuai (biasanya <0,5, 1, atau 3,25%)
dan kandungan total padatan (biasanya 12 hingga 15% dan disesuaikan dengan menambahkan
susu kering tanpa lemak) dihomogenisasi, dipasteurisasi [biasanya pada 90 hingga 95°C selama
hampir satu menit hingga beberapa menit atau sekitar 85°C selama 30 menit, dan didinginkan
hingga 40 hingga 45°C sebelum dipompa ke dalam tong (sering berbentuk silinder pada bagian
atas dan berbentuk kerucut di bagian bawah). Campuran tersebut kemudian diinokulasi dengan
Streptococcus salivarius ssp. thermophilus (secara tradisional dan selanjutnya disebut sebagai
Streptococcus thermophilus) dan Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus (secara tradisional
dan selanjutnya disebut sebagai Lactobacillus bulgaricus). Campuran yang diinokulasi
kemudian dapat segera dipompa ke pengisi yogurt untuk diisi ke dalam cangkir, dengan atau
tanpa pure buah yang sudah ada di dasar cangkir, dan cangkir tersebut kemudian disegel.
Cangkir yang diisi dan disegel kemudian dipindahkan ke ruangan yang hangat untuk inkubasi.
Ketika yogurt mencapai pH yang sesuai (biasanya sekitar 4,5), cangkir yogurt dipindahkan ke
penyimpanan berpendingin (yogurt gaya cangkir atau sundae). Alih-alih langsung memompa ke
pengisi yogurt, campuran yang diinokulasi dapat dibiarkan diinkubasi di dalam tong sampai pH
mencapai nilai yang sesuai, biasanya sekitar 4,5. Campuran yang diinokulasi kemudian diaduk
dan didinginkan hingga sekitar 20°C sebelum dipompa ke pengumpan buah untuk menambahkan
buah (untuk yogurt rasa buah) dan kemudian ke pengisi yogurt untuk diisi ke dalam cangkir dan
kemudian cangkir disegel. Cangkir kemudian dipindahkan ke penyimpanan berpendingin
Konsumen saat ini telah mengubah fokus pertimbangan dalam memilih suatu produk
pangan. Survei yang dilakukan Innova pada tahun 2020 dan 2021 terkait gaya hidup dan perilaku
menunjukkan bahwa kesehatan dan wellbeing adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh konsumen.
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yakni mengubah gaya
hidup dan memiliki pola konsumsi yang menyehatkan. Pendekatan tersebut tentu bisa
diwujudkan salah satunya dengan mengonsumsi produk pangan yang memiliki kaitan dengan
manfaatnya untuk kesehatan tubuh seperti yoghurt. Di Asia Tenggara dan India termasuk
indonesia, yoghurt adalah salah satu jenis produk yang secara regular dibeli selama konsumen
melakukan kunjungan ke supermarket. Beberapa klaim yang erat dikaitkan pada yoghurt
diantaranya adalah rendah/tanpa lemak, manfaatnya untuk kesehatan pencernaan, tinggi/ sumber
protein, dan probiotik. Menurut data konsumsi makanan Indonesia dalam Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 30 Tahun 2018 tentang angka konsumsi pangan
konsumsi harian susu fermentasi termasuk yoghurt masyarakat Indonesia adalah 155 gram/
orang. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan jumlah konsumen yoghurt di negara lain,
namun jumlahnya diperkirakan akan meningkat setiap tahun. Menurut data Kementerian
Perindustrian, (2020) impor yoghurt meningkat sebesar 225,98 % antara tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016, yang artinya kebutuhan masyarakat akan yoghurt semakin meningkat. Hal
tersebut menyebabkan semakin banyak perusahaan yang memproduksi produk yoghurt.
Kebutuhan protein bagi remaja usia 9-13 tahun adalah 0.95 g/kgBB/hari dan 0,85
g/kgBB/hari untuk remaja laki-laki dan perempuan usia 14-18 tahun.11 Proporsi asupan protein
nabati adalah 60-80% kebutuhan protein dan protein hewani sebesar 20-40% kebutuhan
protein.12 Tubuh manusia tidak dapat menyimpan protein secara berlebih sehingga jika asupan
protein berlebih maka akan disimpan tubuh dalam bentuk trigliserida dan hal inilah yang
menyebabkan kenaikan jaringan lemak yang akhirnya menyebabkan status gizi lebih.
Kekurangan protein yang parah telah jelas berhubungan dengan atrofi pada organ limfoid primer
yang berperan dalam sistem imun, yaitu sumsum tulang belakang dan timus. Efek tercepat dari
atrofi pada timus salah satunya adalah leukopenia (penurunan jumlah leukosit).
Dari pemaparan diatas, penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi kandungan
protein baik secara kualitatif dan kuantitatif kuantitatif pada enam sampel produk yoghurt
komersial yang dipilih secara random di jual pada minimarket. Selain itu, penelitian ini bertujuan
untuk memberikan informasi kandungan jenis protein pada sampel yoghurt.
METODE
Metode yang digunakan pada pengujian secara kualitatif dan kauntitatif yaitu uji biuret,
uji ninhidrin, uji xantoprotein, uji sulfur, dan uji neuman. Sedangkan, pada pengukuran kadar
protein secara kuantitatif menggunakan metode lowry.
ALAT DAN BAHAN
Alat
Tabung reaksi (iwaki), pipet tetes, penjepit tabung, lampu spirtus, pipet mikro, spektofotometer
Bahan
Sampel uji (Yogurt cimory, yogurt kin, dan yogurt greek, greenfield, delicyo, dan biokul), NaOH
10%, CuSO4, larutan ninhidrin, HNO3 pekat, NaOH, pb asetat, asam sulfat pekat, ammonium
molibdate, (NH4)2SO4 (ammonium sulfat), reagen lowry, larutan lowry ada dua macam yaitu
larutan A yang terdiri dari fosfotungstate fosfomolibdad: (1:1) dan larutan Lowry B yang terdiri
dari Na.carbonat 2% dalam NaOH 0,1 N, kupri sulfat dan Na-K-tartat2%., Bovine Serum
Albumin, Aquadest.
PROSEDUR KERJA
Identifikasi protein secara kualitatif pada sampel yoghurt
Uji Biuret
Masing- masing 2 ml sampel yoghurt dari enam merek ditambahkan dengan 1 ml NaOH
10%. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes CuSO 4 bila positif mengandung ikatan peptida
akan terbentuk warna ungu atrau merah
Uji ninhidrin
Masing- masing 3 ml sampel yoghurt dari enam merek ditambahkan dengan 10 tetes
larutan ninhidrin kemudian dipanaskan 1-2 menit. Lalu didiamkan sampai dingin bila
positif mengandung senyawa asam amino akan terbentuk larutan biru
Uji xantoprotein
Masing- masing 2 ml sampel yoghurt dari enam merek ditambahkan dengan 1 ml HNO3
pekat kemudian panaskan selama 1 menit, kemudian didinginkan di air yang mengalir.
Masukkan NaOH 40% dalam tabung dengan perlahan lahan dan hati- hati. Bila positif
mengandung cincin benzene akan terbentuk larutan orange atau kuning tua.
Uji Sulfur
Masing- masing 1 ml sampel yoghurt dari enam merek ditambahkan dengan 1 ml NaOH
40% lalu panaskan selama 1 menit untuk merubah S organik menjadi NaS. Setelah itu
tambahkan 1 tetes Pb asetat. Bila positif mengandung asam amino berinti benzene akan
terbentuk warna coklat atau hitam karena terbentuk PbS.
Uji neuman
Masing – masing 200 μl sampel yoghurt dari enam merek ditambahkan 2 ml asam nitrat
pekat dan 200 μl asam sulfat pekat kemudian didihkan sampai volumenya berkurang
hingga 0,5ml. Biarkan sampai dingin pada suhu ruang, tambahkan larutan ammonium
molibdate. Bila positif mengandung kasein akan terbentuk endapan berwarna kuning.

Uji Kuantitatif Kadar Protein Menggunakan Metode Lowry


Pembuatan Kurva Standar BSA (Bovine Serum Albumin)
 Dibuat larutan standar BSA dengan menimbang 1 gram BSA (bovine serum albumin) yang
kemudian dilarutkan dengan 100 mL H2O steril. Kemudian diencerkan dengan
menggunakan aquadest hingga volume 1000 mL (1 L) di dalam labu ukur, sehingga
diperoleh larutan stok BSA (larutan induk) dengan konsentrasi 1000 ppm. Dilakukan
pengenceran konsentrasi dari larutan induk menjadi 100 ppm sebanyak 100 mL. Prosedur
pengenceran dilakukan dengan mengikuti rumus pengenceran : M1 x V1 = M2 x V2.
Diketahui: M1 = konsentrasi larutan mula-mula (yang diencerkan), M2 = konsent, V2 =
volume larutan pengenceran
Dari persamaan di atas, didapatkan V1 sebagai berikut:
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 100 ppm x 100 mL
V1 = 100 ppm x 100 mL
1000 ppm
V1 = 10 mL
Diencerkan sebanyak 10 mL larutan induk BSA (1000 ppm) dengan akuades menggunakan
labu takar 100 mL hingga tanda batas sehingga diperoleh larutan stok BSA dengan
konsentrasi 100 ppm.

 Dilakukan pengenceran dengan cara yang sama untuk mendapatkan konsentrasi 80 ppm; 60
ppm; 40 ppm; 20 ppm dengan masing-masing volume sebanyak100 mL.
 Dilakukan pengukuran absorbansi terhadap ke-5 seri pengenceran tersebut dengan cara
sebagai berikut:
 Diambil 5 tabung reaksi yang bersih. Dipipet masing-masing 1 mL dari tiap seri pengenceran
BSA ( 100 ppm; 80 ppm; 60 ppm; 40 ppm; 20 ppm) Ke dalam 5 tabung reaksi tersebut . Pada
ke-5 tabung tersebut ditambahkan masing-masing ditambahkan 5 mL Lowry B lalu
homogenkan kemudian didiamkan selama 10 menit. Ditambahkan 0,5 mL Lowry A,
dihomogenkan dan didiamkan selama 20 menit. Dikur absorbansinya dengan panjang
gelombang 660 nm. Lakukan hal yang sama terhadap blanko (tanpa menggunakan BSA).
 Kemudian dihitung kadar proteinnya dengan menggunakan persamaan regresi linier
garis lurus yang diperoleh dari grafik larutan standar.
rasi larutan akhir (pengenceran), V1 = volume larutan standar yang diencerkan.
b. Pengukuran kadar protein sampel dengan Metode Lowry
 Masing – masing 1 mL sampel yoghurt dari keenam merek ditambahkan 5 mL reagent
Lowry B lalu homogenkan (dengan cara digojog) dan dibiarkan selama 10 menit.
 Kemudian, ditambahkan 0,5 mL reagent Lowry A lalu homogenkan (dengan cara digojog)
dan dibiarkan selama 20 menit.
 Hitung nilai absorbannya pada panjang gelombang 660 nm.
 Kemudian dihitung kadar proteinnya dengan menggunakan persamaan regresi linier garis
lurus yang diperoleh dari grafik larutan standar

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil uji identifikasi protein secara kualitatif pada ke enam sampel produk youhurt yang di
pilih secara acak di rangkum pada tabel 1 di bawah ini
Metode uji
Sampel Uji Biuret Uji Uji Uji Sulfur Uji Neuman
Ninhidrin Xantoprotein
Cimory (+ ) (-) (-) (-) (-)
Greeek (+ ) (-) (-) (-) (-)
Kin (+ ) (-) (-) (-) (-)
Biokul (+) (-) (+) (-) (-)
greenfield (-) (-) (-) (-) (-)
delicyo (-) (-) (+) (-) (-)

1. Yogurt Cimory
Diketahui :
Nilai absorbansi (y) = 0,957
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
y−b
x=
a
0,957−0,7952
x=
0,0277
x=5 , 8411 mg
2. Yogurt Greek
Nilai absorbansi (y) = 0,892
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
y−b
x=
a
0,892−0,7952
x=
0,0277
x=3,4945 mg

3. Yogurt Kin
Nilai absorbansi (y) = 0,867
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
y−b
x=
a
0,867−0,7952
x=
0,0277
x=2,5920 mg

4. Yogurt biokul
Nilai absorbansi (y) = 0,865
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
0,865−0,7952
x=
0,0277
x=2,5198 mg

5. Yoghurt Delicyo
Nilai absorbansi (y) = 0,82
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
y−b
x=
a
0 , 82−0,7952
x=
0,0277
x=0,8953 mg

6. Yoghurt greenfield
Nilai absorbansi (y) =0,951
Nilai a =0,0277
Nilai b =0,7952
y−b
x=
a
0,951−0,7952
x=
0,0277
x=5,6245 mg

a. Identifikasi protein secara kualitatif


1. Uji Biuret
Prinsip uji ini adalah reagen biuret akan bereaksi dengan ikatan peptida protein pada
sampel. Adanya protein sampel ditunjukkan perubahan sampel menjadi warna ungu.
Pembentukan warna disebabkan karena adanya kompleks ion Cu+ dengan ikatan peptida
protein. Prinsip dari uji ini adalah interaksi antara ninhidrin dengan asam amino bebas.
Tujuan uji biuret adalah digunakan untuk mendeteksi keberadaan ikatan peptida.
Indikator yang digunakan pada uji biuret adalah reagen biuret yang mengandung NaOH
dan CuSO4 encer.

Cimory Greek Kin Biokul Greenfield Delicyo

(+) (+) (+) (+) (-) (-)

2. Uji Ninhidrin
Prinsip dari uji ini adalah interaksi antara ninhidrin dengan asam amino bebas. Asam
amino bebas memliki gugus -NH2 yang tidak digunakan untuk membentuk ikatan
peptida dengan asam amino lain. Adanya asam amino bebas pada uji ninhidrin
ditunjukkan dengan pembentukan warna biru sampel. Tujuan uji ninhidrin dapat
mengubah asam amino (asam amino terminal) menjadi suatu aldehida. Adanya protein
atau asam amino ditunjukkan oleh terbentuknya warna ungu. Indikator yang digunakan
pada uji ninhidrin adalah larutan Ninhidrin.
Cimory Greek Kin Biokul Greenfield Delicyo
(-) (-) (-) (-) (-) (-)

3. Uji Xantoprotein
Prinsip uji xantoprotein adalah membuktikan adanya asam amino torisin, triptofan, atau
fenilalanin yang terdapat dalam protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena
(tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk
endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Tujuan uji
xantoprotein membuktikan adanya asam amino torisin, triptofan, atau fenilalanin yang
terdapat dalam protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena (tirosin, triptofan,
dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang
dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Indikator yang digunakan pada uji
xantoprotein adalah reagen xantoprotein yang mengandung HNO3 pekat dan NaOH 40%.
Cimory Greek Kin Biokul Greenfield Delicyo

(-) (-) (-) (+) (-) (+)

4. Uji Sulfur
Uji sulfur didasarkan pada prinsip deteksi sulfur dalam larutan dengan degradasi gugus S-
H atau S-S dalam asam amino dalam kondisi basa kuat. Asam amino seperti sistein dan
sistin melepaskan belerang di hadapan kondisi basa yang kuat pada suhu tinggi. Tujuan
uji sulfur untuk menguji atau mengidentifikasi adanya senyawa protein karena dapat
menunjukan asam amino yang memiliki gugus belerang seperti sistein dan metionin.
Indikator yang digunakan pada uji sulfur adalah reagen sulfur yang mengandung NaOH
40% dan Pb asetat.
Cimory Greek Kin Biokul Greenfield Delicyo

(-) (-) (-) (-) (-) (-)

5. Uji Neuman
Prinsip Uji Neuman yaitu terhadap kasein adalah phosphor pada kasein akan terlepas
dengan penambahan HNO3 dan H2SO4 membentuk HPO4. Tujuan uji neuman untuk
mengetahui adanya fosfor dalam kasein. Kasein yang ditambah asam nitrat dan asam
sulfat akan mengeluarkan asap putih dan larutan yang berwarna kuning cerah. Larutan
kuning tersebut ialah amonium fosfomolibdat. Indikator yang digunakan pada uji neuman
adalah reagen neuman yang mengandung asam nitrat pekat, asam sulfat pekat dan
ammonium molibdate. Hasil yang di dapat seluruh sampel yoghurt negatif mengandung
kasein, mungkin dikarnakan terjadinya kesalahan pada saat praktikum.
Cimory Greek Kin Biokul Greenfield Delicyo

(-) (-) (-) (-) (-) (-)

b. Identifikasi Kadar Protein Dengan Metode Lowry


Metode lowry merupakan uji protein secara kuantitatif yang di gunakan untuk menguji
kadar protein terlsrut atau protein yang dapat di serap oleh tubuh. Dalam metode Lowry
dikenal dua reagen yaitu reagen Lowry A dan reagen Lowry B. Prinsip kerja dari metode
Lowry adalah reaksi antara protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana
alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein
yang ditera. Pada percobaan ini bertujuan untuk menghitung kadar protein pada sampel
menggunakan metode lowry. Tahap pertama yang dilakukan yaitu pembuatan kurva standar
BSA (Bovine Serum Albumin atau kontrol (+) ) kemudian dilanjutkan dengan mengukur
kadar protein dengan metode lowry. Pada panjang gelombang 660 nm dihitung kadar
y−b
proteinnya dengan rumus: x= Absorbansi sampel yang diperoleh disubstansikan dalam
a
persamaan sehingga diperoleh hasil konsentrasi sampel hingga dapat diukur kadar
proteinnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh, didapatkan hasil kadar protein yogurt
cimory sebesar 5,8411 nm, yogurt kin sebesar 2,5920 nm, yogurt Greek sebesar 3,4945 nm,
yoghurt biokul sebesar 2,5198 nm , yoghurt delicyo sebesar 0,8953 nm dan yoghurt greenfield
sebesar 5,6245 nm.
Hasil pengamatan
a. Pembuatan Kurva Standar BSA (Bovine Serum Albumin)
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
100 0,0925
80 0,0848
60 0,0677
40 0,0273
20 0,0058
Kurva Standar BSA
0.1
f(x) = 0.0011545 x − 0.01365
0.09 R² = 0.945031966176899
0.08
0.07
b. Absorbansi Pengukuran
0.06
0.05 kadar protein
0.04
0.03
sampel
0.02 dengan
0.01 metode Lowry
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Konsentrasi (ppm)

Nilai X / Konsentrasi
Sampel Absorbansi
(nm)
Cimory 0,9511 0,957
Greek 0,8862 0,892
Kin 0,8613 0,867
Biokul 0,8645 0,865
Greenfield 0,9508 0,951
Delicyo 0,8196 0,820

1. Yogurt Cimory
Diketahui :
Nilai absorbansi (y) = 0,957
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
y−b
x=
a
0,957−0,7952
x=
0,0277
x=5 , 8411 mg

2. Yogurt Greek
Nilai absorbansi (y) = 0,892
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
y−b
x=
a
0,892−0,7952
x=
0,0277
x=3,4945 mg

3. Yogurt Kin
Nilai absorbansi (y) = 0,867
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
y−b
x=
a
0,867−0,7952
x=
0,0277
x=2,5920 mg

4. Yogurt biokul
Nilai absorbansi (y) = 0,865
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
0,865−0,7952
x=
0,0277
x=2,5198 mg

5. Yoghurt Delicyo
Nilai absorbansi (y) = 0,82
Nilai a = 0,0277
Nilai b = 0,7952
y−b
x=
a
0 , 82−0,7952
x=
0,0277
x=0,8953 mg

6. Yoghurt greenfield
Nilai absorbansi (y) =0,951
Nilai a =0,0277
Nilai b =0,7952
y−b
x=
a
0,951−0,7952
x=
0,0277
x=5,6245 mg

KESIMPULAN
Pada uji kualitatif biuret diperoleh bahwa ketiga sampel (cimory, greek, biokul) yang
mengandung biuret dengan terbentukya warna larutan ungu pada uji tersebut, pada uji kualitatif
Ninhidrin diperoleh bahwa keenam sampel tidak ada yang mengandung ninhidrin dengan
terbentukya warna larutan putih, pada uji kualitatif xantoprotein diperoleh bahwa kedua sampel
(biokul, delicyo) yang mengandung ninhidrin dengan terbentukya warna larutan putih pada uji
tersebut, pada uji kualitatif sulfur diperoleh bahwa keenam sampel (cimory, greek, biokul,
greenfield, delicyo, kin) tidak ada yang mengandung sulfur, pada uji kualitatif neuman diperoleh
bahwa keenam sampel (cimory, greek, biokul, greenfield, delicyo, kin) tidak ada yang
mengandung neuman.
Pengukuran kadar protein didapatkan hasil absorbansi protein pada sampel yogurt cimory
yaitu 0,957 dengan konsentrasi kadar protein 5,8411 nm. Kemudian pada sampel yogurt greek
yaitu 0,892 dengan konsentrasi kadar protein 3,4945 nm. Lalu pada sampel yogurt kin yaitu
0,867 dengan konsentrasi kadar protein 2,5920 nm. Sedangkan pada sampel yoghurt greenfield
yaitu 0,951 dengan konsentrasi kadar protein 5,6245 nm. Kemudian pada sampel yoghurt delicyo
hasil absorbansi 0,82 dengan konsentrasi protein 0,8953 nm dan pada sampel yoghurt biokul
hasil absorbansi 0,865 dengan konsentrasi kadar protein 2,5198 nm.
DAFTAR PUSTAKA

Alasadi. Tareeq. 2022. Yogurt and garlic benefit to human. Wasit University
Amalia E. Yanni, Kleio Kartsioti and Vaios T. Karathanos. 2020. The role of yoghurt
consumption in the management of type II diabetes. University of New England.
Gulo N.2016. Substitusi Susu Kedelai dengan Instan. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian
Volume 4, Nomor 2, Agustus 2017 : 70-73
Kayanush J. Aryana2 and Douglas W. 2017. Olson School of Nutrition and Food Sciences,
Louisiana State University Agricultural Center, Baton Rouge 70803
Mayangsari Dewi (2014), Pembuatan Yoghurt Canglo Dengan Penambahan Stroberi (Fragaria x
ananassa) dan Tebu (Saccharum officinarum). Skripsi . P.Biologi UMS (Unbablis)
Putri N. F. Suardana W. Utama I. H. Karakteristik Fisikokimia dan Uji Aktivitas Antimikroba
Bakteriosin Isolat Bakteri Asam Laktat 17B Hasil Isolasi Kolon Sapi Bali. Buletin
Veteriner Udayana. 2018, Ags. Vol. 10 No. 2: 110-115
Rahmi, M. Felicia A.Uji Aktivitas Antijamur Minyak Atsiri Bawang Bombai (Allium Cepa L.)
Terhadap Candida Albicans. Ilmu Gizi Indonesia. 2019 Ags. Vol. 03, No. 01, 59-64
Taniyo W. Salimi Y. K. Iyabu H. Karakteristik Dan Aktivitas Antioksidan Hidrolisat Protein
Ikan Nike (Awaous Melanocephalus). Jurnal Pendidikan Kimia Dan Ilmu Kimia. 2021
Nov. Vol. 4, No.2: 52-63
Wulandari, Putranto. 2018. Pengaruh Variasi Penambahan Sari Wortel (Daucus Carota L.)
Terhadap Sifat Fisik, Sifat Organoleptik Dan Kadar Vitamin A Pada Yoghurt Susu Sapi
Sebagai Alternatif Sumber Vitamin A. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Yuliana, anna. 2018. Buku Ajar Biokimia Farmasi, Surabaya: CV. Jakarta publishing.

You might also like