Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

LITERASI DIGITALSEBAGAI

SARANA MEMBENTUK KARAKTER SISWA SMA

SURYANI SITANGGANG

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidkan,Universitas HKBP Nommensen Medan

Suryani.sitanggang@student.uhn.ac.id

Abstrak

The development of technology in the world of education creates a lot of convenience including
improving learning abilities and facilitating access to learning. However, if its use is not balanced by the
cultivation of character education, it will lead to a decline in values or a crisis in character values. The
utilization and understanding of digital literacy needs to be developed to foster students' character values
in the 21st century.
The purpose of this study is to determine the benefits of digital literacy in the growth and development of
student character. The research method used is descriptive-qualitative method with a literature study
approach, data sources are obtained from the results of analysis and conclusions obtained from journals.
The results of the analysis of this study are in growing the character of students in the 21st century digital
literacy plays a very important role because children tend to be more interested in things that smell of
technology, youtube and other social media can be utilized by teachers or educators as a forum for
channeling the development of character values.
The conclusion of this research is that the use of digital literacy needs supervision from parents and
teachers by providing or limiting digital ethics, so that students avoid the negative impact of digital
literacy.
Keywords : Digital education, Digital literacy, Character building
A. PENDAHULUAN Menurut Kementerian Pendidikan
Nasional (sekarang: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan)
Karakter manusia dapat dibentuk melalui mencanangkan empat nilai karakter utama
pendidikan, karena pendidikan merupakan yang menjadi ujung tombak penerapan
sarana yang sangat efektif untuk karakter di kalangan peserta didik di
mengembangkan individu dalam jati diri sekolah, yakni jujur (dari olah hati), cerdas
kemanusiaannya. Melalui pendidikan dapat (dari olah pikir), tangguh (dari olah raga),
tercipta hasil kualitas manusia, memiliki dan peduli (dari olah rasa dan karsa).
budi pekerti yang lebih baik, kecerdasan, Dengan demikian, ada banyak nilai karakter
dan kedisiplinan, serta memiliki kesadaran yang dapat dikembangkan dan
dalam penciptaan dirinya. diintegrasikan dalam pembelajaran di
sekolah.
Dalam hal itu lembaga pendidikan sangat
berperan penting dalam menanamkan Sedangkan Menurut Thomas Lickona
pendidikan karakter melalui proses disebut moral knowing, moral feeling, dan
pembelajaran. Sangat jelas dikatakan dalam moral action.3 Dengan demikian, ada
undang-undang bahwa tujuan pendidikan banyak
tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas
nilai karakter yang dapat dikembangkan
secara intelektualnya, tetapi juga harus
dan diintegrasikan dalam pembelajaran di
mampu mencetak generasi yang bermoral
sekolah. Menanamkan semua butir nilai
dan berkarakter sesuai dengan nilai norma
tersebut merupakan tugas yang sangat
dan ajaran agama sehingga menjadi pribadi
yang baik secara spiritual dan emosional.
berat. merupakan salah satu bentuk kepribadian
yang buruk karena rendahnya karakter
Oleh karena itu, perlu dipilih nilainilai
keagamaan atau religius pada diri peserta
tertentu yang diprioritaskan penanamannya
didik tersebut.
pada peserta didik. Sejalan dengan tujuan
pembelajaran, peran pendidikan sangatlah Membekali pengetahuan agama adalah
penting sebagai sarana dalam menanamkan salah satu upaya untuk membentengi diri
nilai karakter yang lebih baik. situasi sosial siswa dari melakukan perbuatan-perbuatan
pada saat ini sangat memperihatinkan yang tidak terpuji. Salah satu mata pelajaran
dimana krisis karakter marak terjadi di sekolah adalah Agama Dimana dalam
dikalangan pelajar. agama kita diajarkan untuk memiliki
karakter yang baik.
Diantaraya terjadi tawuran, kekerasan
terhadap guru atau orang tua, mengejek
teman sebaya, ponografi, dan contoh
radiakalisme lain didalam lembaga
pendidikan. Adanya tindakan tersebut
memiliki makna melek informasi, teknologi,
A. Literasi Digital politik, berpikir kritis, dan peka terhadap

1. Pengertian Literasi Digital lingkungan sekitar. Jadi, dapat disimpulkan


bahwa literasi merupakan kemampuan
Akar dari kata literasi dalam Bahasa
seseorang untuk membaca dan menulis.
Indonesia yang dekat dengan idiom atau
Namun, seiring perkembangan zaman
kata literasi adalah “aliterasi”,
makna literasi menjadi luas. Literasi dapat
“transliterasi”, dan juga “literer” yang
diartikan sebagai kemampuan seseorang
berarti sesuatu yang berhubungan dengan
untuk berpikir kritis, berkomunikasi, dan
tradisi tulis, dan juga “literator” atau ahli
mengembangkan diri secara personal.
sastra.Secara bahasanya, literasi merupakan
kata serapan dari bahasa Inggris literacy Oleh sebab itu, saat ini muncul istilah-

yang secara etimologis istilah literasi berasal istilah baru dalam literasi, salah satunya

dari bahasa latin “literatus” yang artinya adalah literasi digital. Konsep literasi digital

adalah orang belajar. mulai muncul sejak tahun 90- an yang


kemudian menjadi salah satu isu krusial
Menurut Harvey J. Graff, literasi ialah
seiring dengan terjadinya peningkatan
suatu kemampuan dalam diri seseorang
penggunaan media digital. Paul Gilster –
untuk menulis dan membaca. Sementara itu,
salah satu tokoh yang memopulerkan istilah
Street memaknai literasi merupakan
literasi digital dan menerbitkan bukunya
pengembangan diri secara personal. Istilah
pada tahun 1997 dengan judul Digital
literasi memiliki mana meluas dari waktu ke
Literacy-, mengemukakan literasi digital
waktu. Literasi sekarang tidak hanya
adalah kemampuan memberdayakan
diartikan sebagai kemampuan menulis dan
teknologi dan informasi, suatu kemampuan
membaca tetapi seperti yang dikatakan
menggunakan perangkat digital secara
Aronof, bahwa “… has instead come to be
efektif dan efisien dalam berbagai konteks
considered synonymous with its boped-for
seperti pada: dunia akademik, karir, dan
conequences”. Pada awalnya literasi
kehidupan sehari-hari. Cervi, Paredes, &
memiliki makna kemampuan membaca dan
Tornero mengemukakan bahwa literasi
menulis dalam melaksanakan tugas-tugas
digital pada dasarnya merupakan
yang berkaitan dengan dunia kerja dan
perkembangan lebih lanjut dan
kehidupan di luar sekolah. Kemudian literasi
komprehensif dari literasi klasik (misalnya
membaca dan menulis), literasi audio visual dengan perkembangan budaya serta
(berhubungan dengan media elektronik), pelayanan public yang berbasis digital.
digital literasi (berhubungan dengan
Prinsip dasar pengembangan literasi digital
teknologi digital), dan yang lebih
antara lain sebagai berikut:
komprehensif, yakni literasi media baru
(berhubungan dengan internet dan web 2.0). a. Pemahaman Prinsip yang pertama dari

Menurut Devri Suherdi, literasi digital literasi digital adalah pemahaman.

adalah sebuah pengetahuan dan kecakapan Pemahaman sederhana yang meliputi

untuk menggunakan media digitalisasi, kemampuan untuk mengekstrak ide secara

termasuk alat-alat komunikasi yang modern implisit dan ekspisit dari media.

atau jaringan internet dalam menemukan, b. Saling Ketergantungan Prinsip saling


mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan ketergantungan yang dimaknai bagaimana
informasi, membuat informasi dan suatu bentuk media berhubungan dengan
memanfaatkannya, secara bijak, cerdas, yang lain secara potensi, metaforis, ideal,
cermat, tepat, dan tentunya patuh hukum dan dan harfiah. Dahulu jumlah media yang
aturan dalam rangka membina komunikasi sedikit dibuat dengan tujuan untuk
dan interaksi positif dalam kehidupan mengisolasi dan penerbitan menjadi lebih
sehari-hari. mudah daripada sebeumnya. Sekarang ini

2. Prinsip Dasar Pengembangan Literasi dengan begitu banyaknya jumlah media,

Digital bentuk bentuk media diharapkan tidak


hanya sekedar berdampingan, tetapi juga
Prinsip dasar dari sebuah
saling melengkapi satu sama lain.
pengembangan literasi digital, menurut
UNESCO merupakan konsep literasi digital c. Faktor Sosial Berbagi itu tidak hanya

yang menaungi dan menjadi landasan sekedar sarana untuk menunjukkan

penting terhadap kemampuan memahami identitas pribadi atau distribusi informasi,

perangkat-perangkat teknologi, informasi, tetapi juga dapat membuat pesan

dan komunikasi. Misalnya dalam literasi tersendiri. Siapa yang membagikan

TIK yang merujuk pada kemampuan teknis informasi, kepada siapa informasi itu

yang memungkinkan keterlibatan aktif dari diberikan, dan melalui media apa

komponen lapisan masyarakat sejalan informasi itu diberikan, tidak hanya dapat
menentukan keberhasilan jangka panjang
media itu sendiri, tetapi juga dapat Manfaat literasi digital dimanfaatkan oleh
membentuk ekosistem organic untuk ndividu, kelompok, organisasi, dan lain
mencari, berbagi, menyimpan informasi, sebagainya. Survey yang pernah dilakukan
dan akhirnya membentuk ulang media itu oleh BCS, The Chartered Institute for IT
sendiri. menunjukkan 90% pemilik perusahaan itu
menganggap bahwa literasi digital bagi
d. Kurasi Berbicara tentang penyimpanan
karyawan itu sangat penting dan bermanfaat
informasi, seperti penyimpanan konten
bagi organisasi atau perusahaan karena saat
pada media sosial melalui “save to read
ini hamper semua kerjaan bergantung pada
later” merupakan salah satu jenis literasi
aspek teknologi.43 Manfaat literasi digital
yang dihubungkan dengan kemampuan
diungkapkan oleh Eti Sumiati dan
untuk memahami nilai dari sebuah
Wijonarko, yaitu
informasi dan menyimpannya agar lebih
mudah diakses dan dapat bermanfaat (1) menghemat waktu,
jangka panjang. Kurasi tingkat lanjut harus
(2) belajar lebih cepat,
berpotensi sebagai kurasi sosial, seperti
bekerja sama untuk menemukan, (3) mengehemat uang,

mengumpulkan, serta mengorganisasi (4) membuat lebih aman,


informasi yang bernilai.
(5) memperoleh informasi terkini,
3. Manfaat Literasi Digital
(6) selalu terhubung dengan media digital,
Literasi digital memiliki banyak
(7) membuat keputusan lebih baik dalam
manfaat bagi kehidupan pribadi. Literasi
mencari, mempelajari, menganalisis, dan
digital akan menciptakan tatanan masyarakat
membandingkan informasi kapan saja,
dengan pola pikir dan pandangan yang
kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah (8) membuat seseorang bekerja atau
termakan oleh isu provokatif, menjadi membuka peluang usaha,
korban informasi hoaks, atau korban
(9) membuat lebih bahagia karena melihat
penipuan yang berbasis digital (Kementerian
beberapa hiburan berupa gambar dan video
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017). Dalam
dalam media sosial, dan,
berbagai aspeknya literasi digital
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.
(10) mempengaruhi dunia lewat berbagai berdasarkan norma-norma yang berlaku
tulisan melalui media digital. dalam masyarakat tertentu. Sedangkan
akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa
B. Konsep Menanamkan Karakter
pada hakikatnya dalam diri manusia itu lebih
1. Pengertian Karakter tertanam keyakinan di mana keduanya (baik

Karakter berasal dari bahasa latin dan buruk) itu ada.

kharakter, kharassein, kharax, dalam bahasa 2. Metode Menanamkan Karakter


Inggris: character, dan Indonesia, yakni
Pendidikan karakter mempunyai tujuan
karakter. Adapun secara terminologinya,
penanaman nilai dalam diri siswa dan
istilah karakter diartikan sebagai sifat
pembaharuan tata kehidupan bersama yang
manusia pada umumnya di mana manusia
lebih menghargai kebebasan individu. Selain
mempunyai banyak sifat yang tergantung
itu, pendidikan karakter bertujuan
dari factor kehidupannya sendiri. Karakter
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi
hasil pendidikan di sekolah yang
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang
mengarahkan pada pencapaian
atau sekelompok orang. Karakter merupakan
pembentukkan karakter dan akhlak mulia
nilai-nilai perilaku manusia yang
siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan standar kompetensi lulusan.48
diri sendiri, dan sesame manusia,
Menurut Kemdiknas, tujuan dari pendidikan
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
karakter ialah sebagai berikut: a.
dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan,
Mengembangkan potensi
dan perbuatan berdasarkan norma-norma
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat
manusia dan warga Negara yang memiliki
istiadat. Karakter merupakan perpaduan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. b.
antara moral, etika, dan akhlak. Moral lebih
Mengembangkan kebiasaan dan perilaku
menitikberatkan pada kualitas perbuatan,
peserta didik yang terpuji dan sejalan
tindakan atau perilaku manusia. Apakah
dengan nilai-nilai universal dan tradisi
perbuatan tersebut dapat dikatakan baik atau
budaya bangsa dan religius. c. Menanamkan
buruk, atau apakah dapat dikatakan benar
jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab
atau salah. Sebaliknya, etika memberikan
peserta didik sebagai manusia penerus
penilaian tentang yang baik dan buruk,
bangsa. d. Mengembangkan kemampuan dengan baik dan sesuai tujuan yang hendak
peserta didik untuk menjadi manusia yang dicapai. Proses penanaman karakter tidak
mandiri, kreatif, dan berwawasan mesti diterapkan di sekolah tapi juga bisa
kebangsaan. e. Mengembangkan lingkungan digunakan oleh para orang tua. Metode-
kehidupan sekolah sebagai lingkungan metode tersebut adalah sebagai berikut.
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas,
a. Metode Pembiasaan Pembiasaan ialah
dan peersahabatan.49 Sedangkan secara
tindakan yang dilakukan secara berulang.
institusional, pendidikan karakter bertujuan
Seorang anak akan menggap hal tersebut
untuk mempertinggi mutu penyelenggaraan
sebagai suatu pengalaman yang lama
dan hasil pendidikan di sekolah. Bila
kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan
pendidikan karakter dapat diterapkan secara
yang diamalkan. Agar pembiasaan ini dapat
baik dan komprehensif di sekolah, maka
dilakukan maka dibutuhkan instruksi-
akan tercipta warga sekolah yang disiplin,
instruksi baik yang dilakukan secara
bertanggungjawab, mandiri, cerdas, mampu
terusmenerus. Hal ini desebabkan setiap
menghargai orang lain, mencintai kebajikan,
otak manusia membutuhkan energi positif
jujur, sopan, taat asas, dan taat menjalankan
sehingga menimbulkan tindakan-tindakan
perintah agama. Melalui pendidikan karakter
positif.
diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan b. Metode Keteladanan Metode

pengetahuannya, mengkaji, dan keteladanan merupakan metode yang orang

menginternalisasi serta mempersonalisasi tua serta guru menjadi role model sehingga

nilai-nilai karakter dan akhlak mulia menjadikan metode ini menjadi metode

sehingga terwujud dalam perilaku sehari- yang efektif. Metode ini merupakan bentuk

hari.50 Dengan demikian, maka tujuan dari penggambaran bagaimana seseorang harus

pendidikan karakter adalah mewujudkan bertindak sesuai apa yang mereka lihat. Di

peserta didik atau seseorang yang sekolah, guru membawa pengaruh dalam

berkarakter sehingga nantinya akan membentuk karakter karena sifat guru ialah

berdampak pada mutu di sekolah tersebut. digugu dan ditiru. Setiap guru dituntut untuk

Selama proses menanamkan karakter kepada bersikap dan berpenampilan layaknya guru.

seseorang, maka diperlukan suatu metode Dengan pribadi yang baik dan profesional,

supaya proses tersebut dapat berjalan maka peserta didik akan senang dalam
pembelajaran dan akan meniru gurunya. Hal
ini dikarenakan seorang peserta didik tidak
akan melakukan sesuatu jika orang yang
memberikan petunjuk tidak melakukannya.

c. Metode Pembinaan Disiplin Menurut


pendapat Mulsaya, ia mengatakan bahwa:
Dalam rangka menyukseskan pendidikan
karakter, guru harus mampu menumbuhkan
disiplin peserta didik, terutama disiplin diri
(self-descipline). Guru harus mampu
membantu peserta didik mengembangkan
pola perilakunya, meningkatkan standar
perilakunya, dan melaksanakan aturan
sebagai alat untuk menegakan disiplin.

d. Metode Langsung dan Tidak


Langsung Metode langsung adalah metode
menanamkan karakter kepada peserta didik
secara langsung melalu materi
pembelajaran,61 seperti dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Agama Islam materi tentang
akhlak. Dengan demikian nilainilai
pembentukan karakter akan tersampaikan
dalam proses pembelajaran
kepercayaan, keadilan, respek, tanggung
jawab, dan kepedulian. Dalam keberhasilan
ini dikarena adanya sebuah kelebihan dari
literasi digital (Arrajiv, et al., 2021) terdapat
kelebihan dalam literasi digital bagi siswa
yakni: sumber bacaan yang sangat banyak,
mudah dan cepat ditemukan, memanajemen
waktu, simpel, dan lebih beragam.

Untuk implementasinya guru-guru


menggunakan teknologi WhatsApp,
KESIMPULAN
Instagram, dan Google Classroom.
Pemberian literasi dilakuan dengan
Dari jejak hasil tugas yang telah memberikan video pembelajaran, materi
diberikan guru mampu menyimpulkan bacaan dari berbagai sumber kemudian
keberhasilan apasaja dalam pendidikan mereka untuk melanjutkan dengan
karakter. Untuk selama pandemi dalam membaca, mengamati dan juga menganalisis
pengamatan guru menyebutkan bahwa yang yang akhirnya biasanya guru juga
awalnya memanag sangat susah siswa memberikan tugas yang bersangkutan
menerima belajar dengan metode online ini, dengan materi saat itu. Dengan adanya
akan tetapi, dengan berjalannya waktu siswa begitu maka tercapainya sebuah pendidikan
mampu memiliki komitmen dalam belajar karakter dimana mereka mampu
online ini, sisiwa mampu memiliki tanggung bertanggunga jawab atas tugas, kemandirian
jawab dalam menyelesaikan tugas yang dalam literasi tanpa dampingan guru secara
diberikan, siswa mampu memiliki langsung, memiliki komitmen bahwa
kemandirian dengan membaca sumber lain mereka tetap melakukan pembelajaran
yang menghasilkan jawaban tugas yang meskipun pembelajaran tidak dilakukan
lengkap dan berfariatif, dan juga kejujuran dengan tatap muka, dan kejujuran dalam
dalam ketika mengerjakan tugas sendiri. mengerjakan sebuah tugas. Dalam
Wiyani (dalam Khasanah & Herina, 2019) implementasi tersebutlah juga terdapat
menjelaskan bahwa terdapat enam pilar beberapa hambatan terutama literasi digital
pendidikan karakter yakni kewarganegaraan, yakni koneksi internet, sumber bacaan yang
kurang memadai. Untuk dalam pendidikan Binti Maunah, “Implementasi Pendidikan
karakter yakni kurang adanya kesadaran Karakter dalam Pembentukan
peserta didik bahwa suatu karakter itu lebih Kepribadian Holistik Siswa”, Jurnal
penting karena mereka lebih banyak peserta Pendidikan Karakter, Tahun V, No. 1,
didik hanya mementingkan hanya belajar April 2015.
dan terkadang mereka melakukan beberapa
Dian Novita Sari, dkk., “Pengaruh Faktor
hal yang tidak baik untuk terselesainya
Presdiposisi, Pemungkin, dan
pembelajaran
Pendorong terhadap Perilaku Seksual
di SMA Asuhan Daya Medan”, Jurnal
Kesehatan Global, Vol. 1, No. 2, Mei
DAFTAR PUSTAKA
2018.

Feri Sulianta. 2020. Literasi Digital, Riset,


dan Perkembangannya dalam

Ajani Restianty, “Literasi Digital, sebuah Perspektif Social Studies. Bandung:

Tantangan Baru dalam Literasi Feri Sulianta.

Media”, Jurnal Kehumasan, Volume 1,


Nomoe 1, Edisi, Agustus, 2018.

Akh. Muwafik Saleh, 2012, Membangun


Karakter dengan Hati Nurani, Jakarta:
Erlangga.

Ali Rahman, “Pengaruh Negatif Era


Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pada Remaja (Perspektif Pendidikan
Islam)”, Jurnal Studi Pendidikan, Vol.
XIV, No. 1.

Amos Noelaka dan Grace Amalia A.


Noelaka. 2017. Landasan Pendidikan.
Jakarta: Kencana.

You might also like