Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

MAKALAH

HAKIKAT DAN HIKMAH IBADAH SHOLAT

Disusun Oleh :

IKSAN
IMELDA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN


REKREASI

DEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP YAPIS DOMPU

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


Kata Pengantar

‫َاٌلَّس اَل ُم َعلٌيًك ْم َو َر ْح َم ة ِهللا َو َبَر َك اُته‬

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah materi mata
kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Hakikat Dan Hikmah Ibadah Sholat".
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen selaku pembimbing kami dalam
pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam juga kepada semua teman-teman yang
telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan terdalam kami, semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua
serta menjadi tambahan informasi mengenai "Hakikat Dan Hikmah Ibadah Sholat" bagi para
pembaca
Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif guna kesempurnaan
makalah ini. Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
dan banyak terdapat kekurangan, saya mohon maaf yang sebesar- besarnya. Semoga
bermanfaat. Aaminn.

‫َو اٌلَّس اَل ُم َعلٌيًك ْم َو َر ْح َم ة ِهللا َو َبَر َك اُته‬

Dompu, 14 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Hakikat Ibadah Sholat 2
B. Pengertian Ibadah 3
C. Tujuan, Hakikat, dan Fungsi Ibadah 4
D. Hikmah Ibadah Sholat 7
BAB III PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari zaman dahulu telah kita ketahui kewajiban kita sebagai hamba Allah yang
lemah adalah beribadah. Setiap ibadah sebagaimana yang diperintahkan Allah
mengandung maksud tersendiri dan di dalam pelaksanaannya terdapat hikmah. Segala
bentuk dan jenis ibadah yang di syari’atkan Allah kepada manusia di janjikan pahala
dunia dan akhirat, juga mengandung hikmah yang luar biasa bagi siapa saja yang
menaatinya.
Ibadah merupakan unsur mutlak dalam agama. Agama yang intinya adalah
keyakinan tentang adanya zat yang berkuasa di atas alam raya, dan kerinduan manusia
untuk mengagumkan dan berhubungan dengan-Nya, melahirkan berbagai macam cara
pengabdian, pemujaan dan ibadah. Dalam pelaksanaannya pun mempunyai cara yang
berbeda-beda.
Di dalam agama Islam juga terdapat banyak ibadah yang harus dilaksanakan dan
dipatuhi oleh setiap umatnya kepada Allah SWT. Salah satu kegiatan ibadah yang sangat
penting dan dijadikan tiang agama dalam agama islam adalah shalat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ibadah ?
2. Apa Tujuan dan Fungsi Ibadah ?
3. Apa Ruang Lingkup dan Macam-macam Ibadah ?
4. Apa Hikmah Ibadah Sholat

C. Tujuan Masalah
1. Kita dapat mengetahui apa Pengertian Ibadah.
2. Kita dapat mengetahui apa Tujuan dan Fungsi Ibadah.
3. Kita dapat mengetahui apa Ruang Lingkup dan Macam-macam Ibadah.
4. Kita dapat mengetahui apa Hikmah Ibadah Sholat.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Ibadah Sholat
Salat (bahasa Arab: ‫ ;صالة‬transliterasi: Shalat) merujuk kepada ritual ibadah
pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik sholat harus sesuai dengan
segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad sebagai figur pengejawantah perintah
Allah.
Sesungguhnya shalat yang lima waktu itu adalah merupakan lima rangkaian
perjalanan kehadirat allah yang telah diwajibkan oleh allah kepada hambanya didalam
waktu yang berlainan setiap hari. Dimana seorang mukmin selama shalat itu
melepaskan dirinya dari persoalan duniawinya dan menumpahkan pengabdian untuk
tuhanyan dengan mengingat kebesaran allah , memohonkan pertolongan dan petunjuk
. dan didalam shalat itu pula dia menyerahkan diri sepenuhnya kedalam lingkungan
allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Dan sesunguhnya perjalanan yang
demikian itu dapatlah melepaskan duka luarnya dan dapat pula meringankan
kesengsaraaan serta mewujudkan keinginan-keinginan yang baik.
Dalam Alquran disebutkan adanya perintah Allah untuk melaksanakan shalat
bagi umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Sholat dalam Islam pun telah dilakukan
sejak awal diutusnya Nabi Muhammad, dan baru diwajibkan Shalat lima waktu
setelah terjadinya peristiwa Isra dan mikraj. Dalam Isra' mi'raj tersebut disebutkan
bahwa Nabi Muhammad sholat terlebih dahulu di Al-Aqsha sebelum naik ke langit
dan berjumpa para nabi. Nabi Muhammad juga bertemu Nabi Musa dan dia
menceritakan bahwa umat-nya (bani Israil) tidak mampu melakukan shalat lima puluh
waktu dalam sehari.
Di dalam Alquran juga disiratkan akan shalat yang dilakukan nabi-nabi
sebelum Islam, misalnya Ishaq dan Ya'kub: "dan Kami telah memberikan kepada-nya
(Ibrahim) lshaq dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami), dan masing-
masingnya Kami jadikan orang-orang yang soleh. Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah
Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah." (Al-
Anbiya' 21:72-73).
Juga disebutkan pula di dalam Alquran perintah salat kepada umat lainnya
sebelum Nabi Muhammad, pada Nabi Ismail, pada Nabi Isa, pada Bani Israil, dan
seluruh Ahlul Kitab.
Pada awal mulanya salat umat muslim berkiblat ke Al-Aqsha di Yerusalem
sebelum akhirnya diperintah Allah untuk berpindah kiblat ke bangunan yang didirikan
Nabi Ibrahim dan Ismail yaitu Masjid Al-Haram Kakbah.
Shalat memiliki keutamaan yang sangat besar di dalam Alquran maupun As-
Sunnah. Oleh karena itu, shalat adalah sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi
seorang hamba dan sama sekali bukan sebagai beban yang memberatkannya, bahkan
shalat hakikatnya sebuah aktifitas yang sangat menyenangkan hati seorang hamba.

v
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperumpamakan sholat dengan
perumpamaan yang sangat indah, yang menunjukkan bahwa ia adalah sebuah
kebutuhan dan kegembiraan hati orang-orang yang beriman, karena dengannya Allah
menghapuskan dosa hamba-Nya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ َم ا َتُقوُل َذ ِلَك ُيْبِقى ِم ْن َد َر ِنِه ؟‬، ‫ َيْغ َتِس ُل ِفيِه ُك َّل َيْو ٍم َخ ْم ًس ا‬، ‫َأَر َأْيُتْم َلْو َأَّن َنَهًر ا ِبَباِب َأَح ِد ُك ْم‬
‫ َيْم ُح و ُهَّللا ِبَها اْلَخ َطاَيا‬، ‫ َفَذ ِلَك مثل الَّص َلَو اِت اْلَخ ْمِس‬: ‫ َقاَل‬. ‫َال ُيْبِقى ِم ْن َد َر ِنِه َشْيًئا‬: ‫َقاُلوا‬
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang
di antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, menurut Anda,
apakah itu akan menyisakan kotorannya ? Para sahabat menjawab, ‘Tidak menyisakan
sedikit pun kotorannya.’ Beliau bersabda, ‘Maka begitulah perumpamaan shalat lima
waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa (hamba-Nya)’” (HR. Bukhari no.
528 dan Muslim no. 667).
Oleh karena itu, pantas jika shalat yang dilakukan dengan baik bisa mencegah
pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah Ta’ala berfirman,
‫ِإَّن الَّص اَل َة َتْنَهٰى َع ِن اْلَفْح َشاِء َو ا ُم َك ِر‬
‫ْن‬ ‫ْل‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar” (Al-‘Ankabuut:45).
Sholat memang membuahkan ketakwaan, karena mendorong pelakunya untuk
senantiasa ingat Allah dari waktu ke waktu, di tengah-tengah kesibukannya dengan
dunia dan di tengah-tengah kelalaian serta kegersangan hatinya, Allah Ta’ala
berfirman,
‫َو َأِقِم الَّص اَل َة ِلِذ ْك ِر ي‬
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Thaha:14).
Barangsiapa yang mampu memahami dan menghayati dengan baik lautan
mutiara hakikat ibadah sholat, maka sholat dipandangannya menjadi suatu aktifitas
yang sangat menyenangkan dan ini terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
‫جعلت ُقَّر ة َعْيني ِفي الَّص اَل ة‬
“Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku ada pada saat
mengerjakan shalat”. (HR. An-Nasaa`i dan Ahmad dan selain keduanya. Hadits
Shahih).
Marilah kita menyelami lautan mutiara hakikat ibadah shalat dan
perumpamaan yang mengagumkan yang menggambarkan keindahannya. Sehingga
kita terdorong untuk lebih mencintainya dan melakukannya dengan sebaik-baiknya.

B. Pengertian Ibadah
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama
kita mengenal istilah ‘abd (hamba, budak) yang menghimpun makna kekurangan,
kehinaan, dan kerendahan. Karena itu, inti ibadah ialah pengungkapan rasa
kekurangan, kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan
syukur atas segala nikmat. Kata ‘abd diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi abdi,
seorang yang mengabdi dengan tunduk dan patuh kepada orang lain. Dengan

vi
demikian, segala bentuk sikap pengabdian dan kepatuhan merupakan ibadah
walaupun tidak dilandasi suatu keyakinan.
Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan
menghambakan diri” (Basyir, 1984:12). Adapun kata “Ibadah” menurut istilah berarti
penghambaan diri yang sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah dan
mengharap pahala-Nya di akhirat” (Ash-Shiddiqy, 1954:4).
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan
manusia di dunia ini, yang dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya
kepada Allah. Jadi, semua tindakan mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk
mencapai ridha Allah dipandang sebagai ibadah. Makna inilah yang terkandung
dalam firman Allah :

‫َو َم اَخ َلْقُت الِج َّن َو ْاِاَّل ْنَس ااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬.
Tidaklah Kuciptakan jin dan manusia melainkan untu mengabdi kepada-Ku, (al-
Dzariyat [51]: 56).
Dengan demikian, segenap tindakan mukmin yang dilakukan sepanjang hari
dan malam tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk tindakan yang dianggap sepele,
seperti senyum kepada orang lain. Atau bahkan tindakan yang dianggap kotor atau
tabu jika dituturkan kepada orang lain, seperti buang hajat, melakukan hubungan seks,
dan lain-lain. Beberapa sahabat bertanya kepada Nabi saw. tentang pahala shalat,
puasa, dan sedekah. Rasulullah saw. juga bersabda, “Seseorang muslim yang
menanam pohon atau tumbuhan lain, kemudian buahnya dimakan burung, orang atau
binatang ternak, semua itu menjadi sedekah baginya.”

C. Tujuan, dan Fungsi Ibadah

1. Tujuan Ibadah
Ada lima tujuan yang dicapai melalui pelaksanaan ibadah:

1. Memuji Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang mutlak, seperti ilmu,


kekuasaan, dan kehendak-Nya. Artinya, kesempurnaan sifat-sifat Allah tak
terbatas, tak terikat syarat, dan meniscayakan-Nya tanpa membutuhkan yang
lain.
2. Menyucikan Allah dari segala cela dan kekurangan, seperti kemungkinan untuk
binasa, terbatas, bodoh, lemah, kikir, semena-mena, dan sifat-sifat tercela
lainnya,
3. Bersyukur kepada Allah sebagai sumber segala kebaikan yang kita dapatkan
berasal dari-Nya, sedangkan segala sesuatu selain kebaikan hanyalah perantara
yang Dia ciptakan.
4. Menyerahkan diri secara tulus kepada Allah dan menaati-Nya secara mutlak.
Mengakui bahwa Dialah yang layak ditaati dan dijadikan tempat berserah diri.
Dialah yang yang berhak memerintah dan melarang kita, karena Dialah Tuhan
kita. Kita semua wajib taat dan menyerahkan diri kepada-Nya, sebab kita adalah
hamba-Nya.

vii
5. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam masalah apapun yang kami sebutkan di atas,
dialah satu-satunya yang Mahasempura. Dialah satu-satunya yang Mahasuci
dari segala cela dan kekurangan. Dan dialah satu-satunya pemberi nikmat yang
sebenarnya, serta pencipta segala kenikmatan. Karena itu, segala bentuk syukur
layak dipanjatkan hanya kepada-Nya. Dialah satu-satunya yang layak ditaati dan
dijadikan tempat berserah diri secara tulus. Ketaatan kita kepada Nabi, imam,
pemimpin, agama, ayah, ibu, atau guru harus kita lakukan dalam bingkai
ketaatan kita kepada-Nya. Inilah sikap yang layak bagi seorang hamba di
hadapan Penciptanya Yang Mahaagung. Sikap semacam itu hanya boleh
dilakukan kepada Dia yang betul-betul nyat keagungan dan kebesaran-Nya.

Hakikat ibadah itu antara lain firman Allah yang berbunyi:

Artinya: “Wahai para manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu, yang telah
menjadikan kamu dan telah menjadikan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah (2) ;21).
Adapun hakikat ibadah yaitu :

1. Ibadah adalah tujuan hidup kita.


2. Melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukkan dan
perendahan diri kepada Allah SWT.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan
meniggalkan larangan-Nya.
4. Cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengandung makna
mendahulukan kehendak Allah dan Rasul-Nya atas yang lainnya. Adapun tanda-
tandanya : mengikuti sunnah Rasulullah saw.
5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).
6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk
dan jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang-orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah


yang mengisi waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan; baik dengan
melaksanakan perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itu tujuan
hidupnya akan terwujud.
2. Fungsi Ibadah
Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam:

a) Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.


Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat
dilakukan melalui “muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya
akan selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan

viii
segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu seseorang
muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT.
Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al- Qur’an surat Al-
Fatihah ayat 5 :
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari
penghambaanterhadap manusia, harta benda dan hawa nafsu.

b) Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya


Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan Kewajiban untuk menerima dan
memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara
tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap kehidupan
pribadi dan masyarakat. Contohnya: Ketika Al Qur'an berbicara tentang sholat,
ia menjelaskan fungsinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.Perbuatan keji dan mungkar adalah
suatu perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan sholat
diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan
tersebut. Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan
fungsinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan Mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”Dan masih banyak ibadah-
ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga
membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya. Karena itu Allah tidak
akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa
kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji
dan munkar, maka dia hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)

c) Melatih diri untuk berdisiplin


Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk
berdisiplin. Kenyataan itu dapat dilihat dengajn jelas dalam pelaksanaan sholat,
mulai dari wudhu, ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan
lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama
muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak
mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak
menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi
munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya
dari siksa Allah SWT.

ix
D. Hikmah Ibadah Sholat

a) Hikmah Ibadah Sholat


 Tidak syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala
bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah
lebih bedar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat
mengungguli-Nya.
 Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena ibadah
yang di lakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Nya
munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang
dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap
sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban ada kalanya muncul ketidak
ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak
menajalankan kewajiban.
 Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat
sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini
hanya bisa dikuasai jika ibadah yang di lakukan berkualitas. Ibadah ibarat
sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.
 Berjiwa sosial, artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka
dengan keadaan lingkungan sekitarnya, karena dia mendapat pengalaman
langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melalukan
ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan oleh orang-
orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih
memperhatikan orang lain.
 Tidak kikir, harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi
milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemslahatan umat.
Tetapi karena kecintaan manusia yang begitu besar terhadap keduniawian
menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang
mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahihartanya di jalan Allah
SWT. Ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia hanya
memanfaatkan untuk keperluannya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang
di wujudkan dalan bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.

x
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak: ‘ibadat ) yang berarti
pengabdian, penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan.ibadah ialah pengungkapan
rasa kekurangan, kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan,
penyucian dan syukur atas segala nikmat.

Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk beribadah kepada-
Nya. Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu kemampuan
yang besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat perintah
beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang
telah melimpahkan karunia-Nya.

Macam-macam ibadah pada dasarnya digolongkan menjadi dua, yaitu:

Ibadah Umum, artinya ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan dalam
rangka mencari keridhoan Allah. Unsur terpenting agar dalam melaksanakan segala
aktivitas kehidupan di dunia ini agar benar-benar bernilai ibadah adalah “niat” yang
ikhlas untuk memenuhi tuntutan agama dengan menempuh jalan yang halal dan
menjauhi jalan yang haram.

Ibadah Khusus, artinya ibadah yang macam dan cara pelaksanaannya


ditentukan dalam syara’ (ditentukan oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW). ibadah
khusus ini bersifat tetap dan mutlak, manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan
peraturan dan yuntutan yang ada, tidak boleh mengybah, menambah, dan mengurangi,
seperti tuntutan bersuci (wudhu), salat, puasa ramadhan, ketentuan nisab zakat.

B. Saran
Uraian pada beberapa bab diatas sebagaimana telah memberikan sedikit
pemahaman dan pengetahuan kepada kita semua meskipun tiada kesempurnaan,
karena memang penulisan ini tidak terlepas dari kekurangan. Akhirnya upaya dan
kegiatan yang tak mengenal lelah untuk lebih mengkaji tentang perbaikan penulisan
makalah Ibadah, Mudah- mudahan Allah swt melimpahkan daya dan kekuatan kepada
kita. Amiin..

xi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/22717744/Fiqih_Ibadah pengertian_dan_hakikat_ibadah

http://dewyrohmawati.blogspot.com/2016/12/makalah-studi-islam-hakekat-
ibadah.html

xii
xiii

You might also like