Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

ANALISIS PELAKSANAAN PENDELEGASIAN KEWENANGAN KLINIS

PERAWAT DI RUMAH SAKIT: A LITERATURE REVIEW

ABSTRAK

Literature review ini bertujuan meringkas hasil-hasil penelitian mengenai pelaksanaan


pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit. Pencarian literatur
menggunakan lima database PubMed, ProQuest, ScienceDirect, Google Scholar dan
Wiley pada rentang 2013-2023. Sembilan studi dimasukan dalam tinjauan, dimana
keefektifan pelaksanaan pendelagasian kewenangan perawat dapat terhambat oleh tiga
faktor: 1) standar praktik dan kebijakan (kejelasan standar pendelegasian, kejelasan
tugas perawat, pengawasan yang transparan); 2) delegasi (ketakutan delegator terhadap
tanggung jawab, tugas delegasi yang membebani, akuntabilitas, pengakuan atas upaya
delegasi, pendidikan dan kesempatan belajar, keahlian, tidak adanya insentif positif,
komunikasi dan keterbukaan informasi, kepercayaan); 3) hambatan situasional
(kurangnya sumber daya, beban kerja dan kelelahan, tugas penting yang sulit
didelegasikan). Simpulan, terdapat tiga faktor penghambat keefektifan pendelegasian,
yaitu: standar praktik dan kebijakan, delegasi, dan hambatan situasional.
Kata Kunci: Delegasi, Kewenangan Klinis, Implementasi, Perawat, Rumah Sakit

ABSTRACT
This literature review aims to summarize the results of research regarding the
implementation of delegation of clinical authority to nurses in hospitals. Literature
search using five databases PubMed, ProQuest, ScienceDirect, Google Scholar and
Wiley in the period 2013-2023. Nine studies were included in the review, where the
effectiveness of the implementation of delegation of nursing authority could be
hampered by three factors: 1) practice standards and policies (clarity of delegation
standards, clarity of nurses' duties, transparent supervision); 2) delegation (delegator's
fear of responsibility, burdensome delegation tasks, accountability, recognition of the
delegate's efforts, education and learning opportunities, expertise, lack of positive
incentives, communication and openness of information, trust); 3) situational obstacles
(lack of resources, workload and fatigue, important tasks that are difficult to delegate).
In conclusion, there are three factors inhibiting the effectiveness of delegation, namely:
practice standards and policies, delegation, and situational obstacles.
Keywords: Delegation, Clinical Authority, Implementation, Nurse, Hospital

PENDAHULUAN
Pendelegasian merupakan tindakan mempercayakan tugas secara individu dalam
setiap posisi tugas dalam bentuk kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
pertanggungjawaban. Pendelegasian ditetapkan dalam satu uraian tugas formil dalam
organisasi (Muttaqin, 2018).
Pendelegasian dilakukan secara berjenjang yang dalam penerapannya terbagi atas
2 (dua), yaitu pendelegasian terencana dan insidental ( Pardede et al., 2020).
Pendelegasian memungkinkan seorang delegasi melakukan aktivitas, keterampilan, atau
prosedur keperawatan tertentu di luar tugas utamanya dan tetap bertanggung jawab atas
tugas utamanya (American Nurses Association, 2019). Pendelegasian diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi kerja perawat dalam penyelenggaraan praktik keperawatan.
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik
sehat maupun sakit di mana perawat secara berkelompok menjalankan praktik
keperawatan dalam bentuk Asuhan Keperawatan (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien
dalam merawat dirinya (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Dalam Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan disebutkan selain sebagai pemberi asuhan
keperawatan, seorang perawat juga melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan
wewenang (Presiden RI, 2014). Dengan demikian, dapat disimpulkan pendelegasian
merupakan bagian tugas perawat dalam menjalankan praktik keperawatan dalam bentuk
pendelegasian wewenang.
Pendelegasian merupakan konsekuensi dari semakin besarnya organisasi dan
menjadi bagian dari pelaksanaan praktik keperawatan profesional. Pendelegasian
merupakan elemen utama dalam fungsi pengorganisasian dan pengarahan dalam
manajemen keperawatan dan merupakan strategi yang sangat direkomendasikan untuk
staf keperawatan untuk mengoptimalkan penyelesaian tugas perawat. Pendelegasian
bukan lagi sebuah pilihan untuk dilaksanakan akan tetapi telah menjadi kebutuhan
untuk mencapai tujuan organisasi (Atta et al., 2019). Pendelegasian merupakan tugas
kompleks yang membutuhkan pemikiran klinis kritis pada kondisi tertentu dan tidak
biasa. Proses pendelegasian harus melalui beberapa tahapan, dimulai dengan keputusan
yang dibuat di tingkat administrasi organisasi dan meluas ke staf yang bertanggung
jawab untuk mendelegasian, mengawasi proses, dan melakukan tanggung jawab
(American Nurses Association, 2019). Mekanisme delegasi keperawatan yang efektif
dapat menjamin kualitas pendelegasian keperawatan dan mempengaruhi hasil klinis.
Memiliki visi yang jelas tentang pendelegasian sangat membantu perawat delegasi
(Pohan & Faozah, 2019). Seorang perawat profesional yang mendelegasikan tugasnya
kepada anggota tim yang lain harus bertanggung jawab atas keputusannya untuk
mendelegasikan dan tetap mempertahankan akuntabilitas untuk hasilnya dengan
mempertimbangkan kemampuan dan kualifikasi anggota tim yang akan menerima
pendelegasian (Nursing & Midwifery Council, 2018).
Penting untuk dipahami dan diketahui bahwasanya setiap Negara atau yuridiksi
memiliki undang-undang dan aturan/regulasi yang berbeda-beda tentang pendelegasian
(American Nurses Association, 2019). Seorang perawat harus memahami ruang lingkup
praktik dan standar professional yang berlaku di negaranya, serta kebijakan delegasi
dilingkungan kerjanya.
Karena sifat dan konteks perawatan yang dinamis, seorang perawat harus
memiliki pemahaman yang berkelanjutan dan komperhensif tentang peran yang
dimainkannya dalam asuhan keperawatan saat ini. Kegagalan untuk mendelegasikan
aktivitas perawatan dengan aman dan tepat dapat mengakibatkan hasil buruk dalam
perawatan pasien. Pendelegasian asuhan keperawatan yang tidak efektif berpotensi
mempengaruhi pengukuran kualitas, kepuasan, hingga penggantian biaya. Dengan
penekanan pada kualitas dan keselamatan, hubungan antara pendelegasian, keselamatan,
dan hasil perlu dievaluasi untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana
(Pardede et al., 2020; Wagner, 2018). Hal ini tidak lain bertujuan untuk tetap menjaga
dan mempertahankan mutu pelayanan dan mutu profesi tenaga keperawatan.
Pada rentang 10 terakhir, sejumlah penelitian mengenai implementasi
pendelegasian kewenangan klinis perawat sudah dilakukan, namun hasil yang
dilaporkan bervariasi dan belum ditemukan rangkuman dari hasil penelitian-penelitian
tersebut. Inilah yang mendorong peneliti untuk membuat sebuah literature review yang
bertujuan untuk meringkas hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai pelaksanaan
pendelegasian kewenangan klinis dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit.

METODE PENELITIAN
Tinjauan ini merupakan literature review mengacu pada metodologi penyusunan
integrative literature review melalui tujuh tahapan yaitu: identifikasi masalah;
pertanyaan tinjauan, kriteria inklusi dan eksklusi; menyusun strategi pencarian; seleksi
studi; ekstraksi data; analisis data dan sintesis hasil.

Identifikasi Masalah
Pada rentang 10 terakhir, sejumlah penelitian mengenai implementasi
pendelegasian kewenangan klinis perawat sudah dilakukan, namun hasil yang
dilaporkan bervariasi dan belum ditemukan rangkuman dari hasil penelitian-penelitian
tersebut.

Pertanyaan Tinjauan
Pertanyaan tinjauan ini adalah: bagaimana implementasi pendelegasian
kewenangan klinis perawat dalam pelayanan asuhan keperawatan? Kami mengadaptasi
akronim PICO dari Poeira & Zangão (2022), menggunakan PIO (P = populasi 
perawat; I/E = intervensi, faktor atau variable  pendelegasian; O = hasil 
implementasi pendelegasian kewenangan klinis).

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi yang dimasukkan adalah: (1) artikel yang diterbitkan 10 tahun
terakhir (2013-2023); (2) studi yang menggunakan sampel perawat disemua pengaturan
layanan kesehatan; (3) studi dari semua negara dengan teks Bahasa Inggris dan
Indonesia. Studi dieksklusi jika: (1) studi jenis review; (2) studi duplikat; (3) tidak
sesuai judul dan abstrak; dan tidak sesuai pertanyaan tinjauan.

Strategi Pencarian
Pencarian artikel yang sesuai menggunakan tiga tahapan yaitu: (1) pencarian
komprehensif pada database PubMed untuk mengidentifikasi bukti pada subjek dan
mengidentifikasi istilah yang paling sering digunakan untuk pengembangan strategi
pencarian lebih lanjut; (2) pencarian menyeluruh pada database PuBmed, EBSCO,
Cochrane, ScienceDirect; mesin pencarian Google Scholar; satu website publisher
(Wiley Online Library); dan (3) menelusuri referensi dari artikel yang diidentifikasi dan
artikel serupa yang ada pada database. Pencarian artikel dilakukan selama satu minggu
mulai tanggal 16 hingga 23 Mei 2023, menggunakan istilah sesuai kata kunci yang telah
ditetapkan.
Tabel 1.
Hasil Pencarian artikel berdasarkan kata kunci
Basis Data Kata Kunci Hasil Tanggal Akses
PuBmed “((Implementation) AND (Delegation) AND (Clinical 2677 16-23 Mei 2023
Authority) AND (Nurse OR Nursing) AND
(Hospital))
ProQuest (implementation) AND (delegation) AND clinical 1205 16-23 Mei 2023
authority AND (nursing) AND hospital
ScienceDirect implementation AND delegation AND clinical 720 16-23 Mei 2023
authority AND nursing AND hospital
Wiley Online implementation AND “delegation” AND “clinical 1043 16-23 Mei 2023
Library authority” AND “nursing” AND hospital
Google Scholar pelaksanaan DAN pendelegasian DAN kewenangan 1670 16-23 Mei 2023
klinis DAN perawat DAN rumah sakit

Seleksi Studi
Pemilihan studi dalam tinjauan ini dilakukan melalui: (1) penyaringan awal judul,
abstrak, tahun terbit, sampel dan bahasa artikel oleh penulis pertama (SR); (2) artikel
yang terkumpul dimasukkan dalam aplikasi mendeley untuk mengidentifikasi duplikat
(SR); dan (3) hasil skrining artikel dikonsultasikan kepada penulis kedua dan ketiga (TT
dan KA) untuk menentukan artikel yang akan diinklusi. Perbedaan pendapat dalam
inklusi artikel didiskusikan oleh semua penulis hingga mencapai konsensus.

PubMed Proquest ScienceDirect Wiley Google Scholar


(n=2.677) (n=1.205) (n=720) (n=1043) (n=1670)
Ident
ificat
ion Artikel Diidentifikasi
(n=7.361)
Eksklusi:
− Lebih dari 10 tahun (n=3.824)
− Sampel bukan perawat (n=496)
Scre − Bukan bahasa Inggris dan
enin Indonesia (n=119)
g − Bukan full text (n=2.696)
Artikel Diskrining
(n=253)
Eksklusi:
− Duplikat (n=53)
Elig − Tidak sesuai judul dan abstrak
ibilit (n=173)
y Artikel yang dinilai
kelayakannya (n=27)

Eksklusi:
Incl Tidak sesuai pertanyaan (n=17)
ude
d Artikel Inklusi
(n=10)
Gambar 1.
Tahapan Seleksi Artikel

Dari hasil pencarian artikel pada database PubMed diperoleh 2.677 artikel,
ProQuest 1.205, ScienceDirect 720, Wiley Online Library 1.043, dan Google Scholar
1.670, sehingga pada pencarian awal diidentifikasi 7.361 artikel. Sebanyak 7.135 artikel
dikeluarkan dari pencarian, termasuk di bawah tahun 2013 (n=3.824); Sampel bukan
perawat (n=469); dan bukan teks bahasa Inggris dan Indonesia (n=119); bukan full text
(n=2.696). Selanjutnya mengeksklusi artikel duplikat (n=53); dan yang tidak sesuai
judul dan abstrak (n=173). Dari 27 artikel yang dinilai kelayakannya, 17 artikel
dikeluarkan karena tidak sesuai pertanyaan, sehingga tersisa 10 artikel yang dimasukan
dalam tinjauan ini (gambar 1).

Ekstraksi Data
Data yang diekstraksi dari studi yang disertakan termasuk penulis, tahun
publikasi, negara tempat penelitian, tujuan, desain penelitian, sampel, setting, metode
pengumpulan data dan hasil utama.

Analisis Data dan Sintesis Hasil


Analisis dilakukan dengan menilai kesamaan hasil antar studi dengan
mempertimbangkan hasil utama yang menjawab pertanyaan tinjauan, sedangkan sintesis
hasil dilakukan menggunakan analisis naratif (Whittemore et al., 2014).
HASIL
Karakteristik Studi
Hasil seleksi artikel diperoleh sebelah studi yang relevan dengan tujuan yaitu
pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit. Dua studi dilakukan di Indonesia (Hidayat et al., 2021; Selpi et al., 2020); dan
satu studi masing-masing dilakukan di Amerika Serikat (Wagner, 2018); Australia
(Walker et al., 2021); Kairo (Atta et al., 2019); Belanda (Benjamins et al., 2015);
Riyadh (Salem & Hakami, 2016); Israel (Kerzman et al., 2015); Korea (Yoon et al.,
2016). Empat studi menggunakan desain descriptive, empat studi cross sectional study;
dua studi pre-/posttest design; dengan jumlah sampel keseluruhan berkisar antara 34-
833 perawat yang bekerja di rumah sakit (tabel 2).
Tabel 2.
Ringkasan Deskriptif Literatur yang Dipilih

No Author, Year, Judul Artikel Metode


Country
1. (Walker et al., “Transparent teamwork: The Desain: An Explanatory Descriptive Research
2021); Victoria, practice of supervision and Design
Australia delegation within the multi-tiered Sampel: 34 perawat yang terdiri dari Nurse
nursing team” Leader (20), RN/EN (74), Nursing Assistant
(10)
Setting: Surgical and specialty wards of a
tertiary hospital in Victoria Australia
2. (Atta et al., “Barriers Of Effective Desain: Descriptive exploratory
2019); Kairo Delegation As Perceived By Sampel: 300 staf perawat (nurse supervisors,
Nursing Staff In A University head nurses, and staff nurses)
Hospital” Setting: Rumah Sakit Universitas
3. (Hidayat et al., “The factor of affecting head Desain: A cross sectional study
2021); Jakarta, nurse’s delegation: A cross Sampel: 277 perawat
Indonesia sectional study” Setting: Rumah Sakit Militer
4. (Benjamins et “Feasibility and Impact of Desain: A Controlled Before-After Study
al., 2015); Doctor-Nurse Task Delegation in Sampel: Tim Perawat Kesehatan Anak
Belanda Preventive Child Health Care in Setting: Preventive Child Health Care
the Netherlands, a Controlled
Before-After Study”
5. (Salem & Nurse Manager’s Attitudes and Desain: A quantitative, Cross-sectional
Hakami, 2016); Preparedness towards Effective descriptive correlation design with a selft-
Riyadh Delegation in Saudi Hospitals reporting questionnare
Sampel: 397 perawat yang bekerja unit rawat
inap umum, bangsal bedah dan spesialis, dan
unit perawatan kritis pada King Saud Medical
City (238) dan King Khalid University
Hospitale (159)
Setting: Rumah Sakit Pemerintah (King Saud
Medical City & King Khalid University
Hospital)
6. (Kerzman et al., “Attitudes toward expanding Desain: : A Cross-Sectional study
2015); Israel nurses’ authority” Sampel: 833 perawat yang bekerja di 89
departemen
Setting: Public Medical Centers
7. (Yoon et al., “Confidence in delegation and Desain: : Descriptive correlational design
2016); Korea leadership of registered nurses in Sampel: 199 perawat terdaftar (RN) dari 13
long-term-care hospitals” rumah sakit perawatan jangka panjang
Setting: 13 Long-term-care hospitals
8. (Wagner, 2018); “Improving Patient Care Desain: A single-group pre-/posttest design
Amerika Serikat Outcomes Through Better Sampel: 51 Registered nurses (RN) dan 19
Delegation-Communication Unlicensed Assistive Personel (UAP) di unit
Between Nurses and Assistive rawat inap perawatan akut
Personnel” Setting: Rumah Sakit Pendidikan
9. (Selpi et al., “Hubungan Pendelegasian dan Desain: Cross Sectional Study
2020); Kendari, Supervisi dengan Semangat Kerja Sampel: 48 perawat
Indonesia Perawat” Setting: Rumah Sakit Umum Daerah
10. (Crevacore et al.,“Factors impacting delegation Desain: mixed-method explanatory sequential
2022) decision making by registered design
nurses to assistants in nursing in Sampel: 100 perawat
the acute care setting: A mixed Setting: Rumah Sakit
method study”

Hasil Review
Tabel 3. Ringkasan Studi yang Disertakan (Sintesis Grid)
No Author, Year, Tujuan Metode Hasil Kesimpulan Review
Country
1. (Walker et al., Menilai  Desain: An Explanatory Ditemukan bahwa Budaya keterbukaan dan
2021) ; pelaksanaan Descriptive Research pendelegasian dalam kepercayaan, pengambilan
Victoria, supervisi dan Design konteks tim keperawatan keputusan yang terinformasi,
Australia pendelegasian  Sampel: 34 perawat yang multi-tier (berjenjang) pendidikan pra-pendaftaran dan
dalam praktik terdiri dari Nurse Leader memerlukan penilaian yang pendidikan berkelanjutan,
keperawatan (20), RN/EN (74), kompleks dan proses memberdayakan tim perawat
berjenjang Nursing Assistant (10) pengambilan keputusan yang untuk berlatih secara
 Setting: Surgical and dipengaruhi oleh banyak maksimal, dan supervisi yang
specialty wards of a faktor. transparan berpengaruh pada
tertiary hospital in keefektifan pelaksanaan
Victoria Australia pendelegasian yang dilakukan
oleh perawat
2. (Atta et al., Menilai hambatan  Desain: Descriptive Temuan utama Hambatan delegasi merupakan
2019); Kairo delegasi yang exploratory mengungkapkan bahwa faktor tertinggi yang
efektif seperti  Sampel: 300 staf perawat delegasi yang membebani, mempengaruhi keefektifan
yang dirasakan (nurse supervisors, head ketakutan delegator terhadap pelaksaanan pendelegasian.
oleh staf perawat nurses, and staff nurses) tanggung jawab atau Selain itu kejelasan standar
 Setting: Rumah Sakit akuntabilitas, tidak adanya praktik pendelegasian dan
Universitas insentif positif, dan penilaian juga mempengaruhi
kurangnya sumber daya pelaksanaan delegasi
yang memadai merupakan
hambatan yang paling
menonjol dari delegasi yang
efektif

3. (Hidayat et al., Untuk  Desain: A cross sectional Faktor yang berhubungan Delegasi sangat menekankan
2021); Jakarta, mengidentifikasi study dengan persepsi perawat kompetensi individu, kesiapan
Indonesia faktor-faktor  Sampel: 277 perawat delegasi kepala perawat dan pengetahuan, tingkat
yang  Setting: Rumah Sakit adalah usia (P= 0,045), pendidikan perawat sebagai
berhubungan Militer tingkat pendidikan bagian penting dari proses
dengan (P=0,002), fungsi delegasi. Terdapat hubungan
pendelegasian manajemen (P=0,020), antara delegasi dengan tingkat
kepala perawat fungsi perencanaan pendidikan dan jenjang karir
seperti yang (P=0,043), fungsi tenaga perawat pelaksana.
dirasakan oleh kerja (P=0,002), fungsi
perawat kontrol (P=0,019), gaya
pelaksana di kepemimpinan (P=0,02) dan
Rumah Sakit komunikasi (P=0,030).
Militer Tingkat pendidikan muncul
sebagai variabel yang paling
dominan.
4. (Benjamins et Menguji  Desain: A Controlled Perawat di daerah percobaan Perawat layak untuk menerima
al., 2015); kelayakan Before-After Study menunjukkan peningkatan tugas delegasi yang dilimpahkan
Belanda pelaksanaan  Sampel: Tim Perawat keterampilan skrining medis. oleh dokter kepada perawat.
pendelegasian Kesehatan Anak Tidak ada perbedaan dalam Profesionalitas, dukungan dari
tugas dokter-  Setting: Preventive Child perubahan yang dirasakan pemberi tugas delegasi,
perawat Health Care dalam kompetensi pendidikan berkelanjutan,
keperawatan umum. Dalam kesempatan untuk mempelajari
kelompok eksperimen, 69% keterampilan baru perlu
dari semua anak ditugaskan diperhatikan untuk membantu
ke perawat. Tidak ada perawat dalam menjalankan
perbedaan yang signifikan perannya sebagai pelaksana
dalam perubahan persentase tugas delegasi.
temuan abnormal atau
rujukan dalam tim
eksperimen dibandingkan
dengan tim kontrol, kecuali
pinggul. Wawancara
menunjukkan bahwa baik
dokter maupun perawat
berpikir positif tentang
metode kerja baru, namun
membuat beberapa
rekomendasi untuk
perbaikan.
5. (Salem & Menilai sikap  Desain: A quantitative, Mayoritas peserta tidak Perawat memerlukan akses ke
Hakami, 2016) Manajer Perawat Cross-sectional yakin tentang sikap mereka pendidikan yang dirancang
dan kesiapan descriptive correlation terhadap delegasi dan khusus untuk mengembangkan
Riyadh mereka untuk design with a selft- sampai batas tertentu siap pengetahuan, keterampilan, dan
delegasi yang reporting questionnare untuk delegasi yang efektif, sikap dalam praktik
efektif.  Sampel: 397 perawat tetapi membutuhkan pendelegasian. Masalah sikap
yang bekerja unit rawat peningkatan keterampilan dan kesiapsiagaan mengenai
inap umum, bangsal mereka untuk kepercayaan dalam
bedah dan spesialis, dan mendelegasikan secara pendelegasian, saling percaya,
unit perawatan kritis efektif. kolaborasi, dan komunikasi.
pada King Saud Medical manajemen harus menyertakan
City (238) dan King delegasi sebagai komponen inti
Khalid University dari kegiatan pendidikan
Hospitale (159) berkelanjutan
 Setting: Rumah Sakit
Pemerintah
6. (Kerzman et al., Menguji sikap  Desain: : A Cross- Perawat melaporkan sikap Perawat mengungkapkan sikap
2015); Israel perawat terhadap Sectional study positif terhadap perluasan positif terhadap perluasan
perluasan  Sampel: 833 perawat otoritas perawat dan sikap otoritas perawat. Faktor paling
kewenangan yang bekerja di 89 moderat untuk interpretasi signifikan yang ditemukan
perawat dan departemen tes diagnostik dalam situasi berhubungan dengan sikap
hubungan antara  Setting: Public Medical tertentu. Hasil analisis terhadap perluasan wewenang
aspek sikap dan Centers regresi multivariat perawat adalah tiga aspek
kepuasan kerja, menunjukkan bahwa kepuasan kerja: otonomi
karakteristik kepuasan perawat dari profesional dan hubungan kerja
profesional, dan otonomi profesional dan dokter-perawat (yang ditemukan
demografi. hubungan kerja adalah faktor signifikan untuk ketiga domain
yang paling berpengaruh sikap), dan kualitas perawatan
dalam menjelaskan sikap (yang ditemukan signifikan
mereka terhadap perluasan hanya untuk domain
kewenangan perawat. Selain peningkatan kualitas); dan aspek
itu, perawat profesional lain (beban kerja & kelelahan
muda cenderung lebih positif dan kepuasan kerja)
terhadap perubahan
kewenangan perawat.

7. (Yoon et al., Mengidentifikasi  Desain: : Descriptive Keyakinan dalam delegasi Lama kerja, pengalaman
2016); Korea hubungan antara correlational design secara signifikan selaras keperawatan klinis, pelatihan
kepercayaan  Sampel: 199 perawat dengan current-unit clinical delegasi atau program
delegasi perawat terdaftar (RN) dari 13 experience, length of total pendidikan dan kepemimpinan
terdaftar dan rumah sakit perawatan clinical-nursing experience, secara signifikan mempengaruhi
kepemimpinan di jangka panjang delegation-training kepercayaan terhadap tugas
rumah sakit  Setting: 13 Long-term- experience and leadership. penting yang akan didelegasikan
care hospitals
8. (Wagner, Mengeksplorasi  Desain: A single-group Ditemukan kecenderungan Kesulitan perawat dengan
2018); Amerika dampak pre-/posttest design perawat untuk menunda membedakan antara tugas yang
Serikat peningkatan  Sampel: 51 Registered keputusan untuk didelegasikan dan tanggung
komunikasi nurses (RN) dan 19 mendelegasikan. Namun, jawab, ketidakpastian peran,
delegasi antara Unlicensed Assistive kemampuan perawat untuk kurangnya kepercayaan, dan
perawat dan Personel (UAP) di unit menjelaskan penilaian komunikasi merupakan faktor
personel rawat inap perawatan kinerja, memfasilitasi yang dominan mempengaruhi
pembantu yang akut komunikasi yang lebih pelaksanaan pendelegasian
tidak berlisensi  Setting: Rumah Sakit jelas, dan mencari umpan
pada tingkat Pendidikan balik meningkat.
cedera tekanan,
jatuh, kepuasan
pasien, dan
praktik delegasi.
9. (Selpi et al., Untuk  Desain: Cross Ada hubungan Kejelasan tugas delegasi,
2020);Kendari, mengetahui SectionalStudy pendelegasian dengan kepercayaan, komunikasi yang
Indonesia hubungan  Sampel: 48 perawat semangat kerja perawat (ρ baik, dan pengawasan
pendelegasian  Setting: Rumah Sakit value = 0,001) dan ada mempengaruhi sikap perawat
dan supervisi Umum Daerah hubungan supervisi dengan dalam pelaksanaan tugas
dengan semangat semangat kerja perawat (ρ delegasi.
kerja perawat di value = 0,001).
RS
10. (Crevacore et Untuk  Desain: mixed-method Secara keseluruhan, sekitar Faktor yang mempengaruhi
al., 2022); mengeksplorasi explanatory sequential setengahnya memiliki 'sikap keputusan pendelegasian
Australia faktor-faktor design agak negatif' (n = 45, 45%); tindakan yaitu pengalaman,
yang  Sampel: 100 perawat dan separuh lainnya tingkat pendidikan yang
mempengaruhi Setting: Rumah Sakit memiliki 'sikap agak positif' berkaitan dengan delegasi,
keputusan (n = 48 , 48%) terhadap keterampilan kepribadian
perawat untuk delegasi. perawat.
mendelegasikan
kepada asisten
keperawatan di
lingkungan
perawatan akut.

Dari hasil review diperoleh bahwa keefektifan pelaksanaan pendelegasian


kewenangan klinis perawat di rumah sakit dikaitkan dengan tiga faktor utama yakni
standar praktik dan kebijakan, delegasi, dan hambatan situasional.

Faktor Pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit

Standar Praktik dan Kebijakan: Delegasi: Hambatan Situasional:


- Kejelasan standar dan kebijakan - Ketakutan delegator terhadap tanggung - Kurangnya sumber daya
pendelegasian jawab dan tugas delegasi yang yang memadai
- Kejelasan tugas dan tanggung membebani - Beban kerja dan
jawab perawat - Akuntabilitas kelelahan
- Pengawasan dan penilaian yang - Pengakuan atas upaya delegasi - Tugas penting yang sulit
transparan - Pendidikan dan Kesempatan belajar didelegasikan
- Keahlian
- Tidak adanya insentif positif
- Komunikasi dan keterbukaan informasi
- Kepercayaan
Gambar 2.
Faktor Pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit

Standar praktik dan kebijakan


Pada tinjauan ini, empat studi melaporkan bahwa keefektifan pelaksanaan
pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit dikaitkan dengan standar
praktik dan kebijakan pendelegasian. Sebuah studi descriptive explanatory di Kairo
yang melibatkan 300 perawat (nurse supervisors, head nurses, and staff nurses)
melaporkan bahwa kejelasan standar dan kebijakan pendelegasian mempengaruhi
pelaksanaan pendelegasian (68,6%) (Atta et al., 2019). Dua studi melaporkan bahwa
kejelasan tugas dan tanggung jawab mempengaruhi keefektifan pelaksanaan
pendelegasian dengan prevalensi yang bervariasi, yaitu Amerika Serikat 45 % (Wagner,
2018); dan Indonesia 52,1% (Selpi et al., 2020). Tiga studi yang dilakukan di Australia,
Kairo, dan Indonesia melaporkan bahwa pengawasan (Selpi et al., 2020; Walker et al.,
2021) dan penilaian aktivitas pendelegasian yang transparan (Atta et al., 2019) juga
berpengaruh pada keefektifan pelaksanaan pendelegasian.

Delegasi
Dari sembilan artikel yang direview, delapan studi melaporkan bahwa faktor
delegasi itu sendiri sangat berpengaruh pada pelaksanaan pendelegasian kewenangan
klinis perawat. Lima studi di Australia (Walker et al., 2021); Riyadh (Salem & Hakami,
2016); Israel (Kerzman et al., 2015); Korea (Yoon et al., 2016); Amerika Serikat
(Wagner, 2018); Indonesia (Selpi et al., 2020) menunjukkan bahwa kurangnya
kepercayaan menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian. Enam
studi di Australia (Crevacore et al., 2022; Walker et al., 2021); Indonesia (Hidayat et al.,
2021); Belanda (Benjamins et al., 2015); Riyadh (Salem & Hakami, 2016); Korea
(Yoon et al., 2016) menunjukkan bahwa pendidikan, keahlian, dan kesempatan belajar
menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian. Ketakutan delegator
terhadap tanggung jawab dan tugas delegasi yang membebani, akuntabilitas, tidak
adanya insentif positif, dan pengakuan atas upaya delegasi dikemukakan oleh Atta et al
(2019) sebagai faktor yang menghambat keefektifan pelaksanaan pendelegasian. Selain
itu, empat studi yang masing-masing dilaksanakan di Indonesia (Selpi et al., 2020);
Australia (Walker et al., 2021); Riyadh (Salem & Hakami, 2016); Amerika Serikat
(Wagner, 2018) melaporkan bahwa komunikasi dan keterbukaan informasi juga
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan pendelegasian
kewenangan klinis di rumah sakit.

Hambatan situasional
Tiga studi dalam tinjauan ini melaporkan bahwa hambatan situasional memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis
perawat. Sebuah studi yang dilakukan di Kairo melaporkan kurangnya sumber daya
merupakan salah satu hambatan situasional pada pelaksanaan pendelegasian (Atta et al.,
2019). Sebuah penelitian cross sectional di Israel juga melaporkan aspek lain yang
mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian ialah beban kerja dan kelelahan
akibat kurangnya sumber daya (Kerzman et al., 2015). Terdapat tugas yang sulit untuk
dilimpahkan kepada perawat juga merupakan salah satu hambatan yang dilaporkan
dalam sebuah penelitian yang dilaksanakan di Korea (Yoon et al., 2016).

PEMBAHASAN
Literature review ini bertujuan untuk meringkas hasil penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai faktor yang mempengaruhi keefektifan pelaksanaan
pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit. Nurses Association dan
National Council of State Boards of Nursing. American Nurses Association (ANA)
mendefinisikan pendelegasian sebagai transfer tanggung jawab untuk kinerja suatu
aktivitas dari satu individu ke individu lain sambil tetap mempertahankan akuntabilitas
untuk hasilnya. Pendelegasian memungkinkan seorang delegasi melakukan aktivitas,
keterampilan atau prosedur keperawatan tertentu di luar tugas utamanya dan tetap
bertanggung jawab atas tugas utamanya (American Nurses Association, 2019). Pada
tinjauan ini, faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian
kewenangan klinis perawat di rumah sakit dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: standar
praktik dan kebijakan, delegasi, dan hambatan situasional.

Standar praktik dan kebijakan


Pada tinjauan ini, empat studi melaporkan bahwa keefektifan pelaksanaan
pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit dikaitkan dengan standar
praktik dan kebijakan pendelegasian. Sebuah studi descriptive explanatory di Kairo
yang melibatkan 300 perawat (nurse supervisors, head nurses, and staff nurses)
melaporkan bahwa kejelasan standar praktik pendelegasian mempengaruhi pelaksanaan
pendelegasian. Temuan ini sejalan dengan Pedoman National Council of State Boards
of Nursing (NCSBN) yang menekankan pentingnya pengembangan kebijakan dan
prosedur pendelegasian untuk memastikan praktik yang efektif (American Nurses
Association, 2019).
Tiga studi yang dilakukan di Australia, Kairo, dan Indonesia melaporkan bahwa
pengawasan (Selpi et al., 2020; Walker et al., 2021) dan penilaian aktivitas
pendelegasian yang transparan (Atta et al., 2019) juga berpengaruh pada keefektifan
pelaksanaan pendelegasian. Hasil ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam konsil
keperawatan yaitu wajib untuk memastikan bahwa setiap orang yang didelegasikan
tugas dalam pengawasan dan didukung secara memadai sehingga mereka dapat
memberikan perawatan yang aman dan penuh kasih sayang, serta memastikan bahwa
hasil tugas apa pun yang didelegasikan kepada orang lain sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan (Nursing & Midwifery Council, 2018).

Delegasi
Sembilan studi dalam tinjauan ini melaporkan bahwa faktor delegasi itu sendiri
sangat berpengaruh pada pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat,
termasuk: kurangnnya kepercayaan, pendidikan, keahlian, dan kesempatan belajar,
ketakutan delegator terhadap tanggung jawab dan tugas delegasi yang membebani,
akuntabilitas, tidak adanya insentif positif, dan pengakuan atas upaya delegasi,
komunikasi dan keterbukaan informasi.
Pada tinjauan ini, lima dari Sembilan melaporkan bahwa kurangnnya kepercayaan
menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian (Kerzman et al., 2015;
Salem & Hakami, 2016; Selpi et al., 2020; Wagner, 2018; Walker et al., 2021; Yoon et
al., 2016). Dalam konteks yang sama, (Khadim et al., 2018) disebutkan bahwa
kurangnya kepercayaan dapat menghambat pendelegasian.
Enam studi di Australia (Crevacore et al., 2022; Walker et al., 2021); Indonesia
(Hidayat et al., 2021); Belanda (Benjamins et al., 2015); Riyadh (Salem & Hakami,
2016); Korea (Yoon et al., 2016) menunjukkan bahwa pendidikan, keahlian, dan
kesempatan belajar menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian.
Hasil review ini sejalan dengan studi sebelumnya dimana peningkatan pelatihan dan
kompetensi perawat dalam pelaksanaan tugas delegasi sangat dibutuhkan untuk
menyediakan pelayanan kesehatan yang aman (Dudley et al., 2021). Tidak memiliki
keterampilan dan pengalaman yang memadai untuk proses pendelegasian juga
merupakan penghambat pendelegasian. Ketakutan delegator terhadap tanggung jawab
dan tugas delegasi yang membebani, akuntabilitas, tidak adanya insentif positif, dan
pengakuan atas upaya delegasi dikemukakan oleh Atta et al (2019) sebagai faktor yang
menghambat keefektifan pelaksanaan pendelegasian.
Selain itu, empat studi melaporkan bahwa komunikasi dan keterbukaan informasi
juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pelaksanaan
pendelegasian kewenangan klinis di rumah sakit (Salem & Hakami, 2016; Selpi et al.,
2020; Wagner, 2018; Walker et al., 2021). Hasil review menunjukkan bahwa hampir
semua studi melaporkan bahwa faktor delegasi sebagai faktor utama yang
mempengaruhi pelaksanaan pendelegasian perawat di rumah sakit.

Hambatan situasional
Pada hasil review tiga studi melaporkan bahwa hambatan situasional memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis,
termasuk: kurangnya sumber daya, beban kerja dan kelelahan, dan terdapat tugas yang
sulit untuk dilimpahkan perawat. Dalam review ini menunjukkan bahwa perawat setuju
bahwa kurangnya sumber daya yang memadai untuk melaksanakan tugas yang
didelegasikan secara efektif dan beberapa tugas yang sangat penting sulit didelegasikan
adalah hambatan pendelegasian. Temuan penelitian ini cocok dengan studi sebelumnya
yang menyebutkan bahwa kurangnya sumber daya yang memadai merupakan hambatan
untuk pendelegasian (Motacki & M. Burke, 2017). Hasil review saat ini menunjukkan
bahwa hambatan situasional menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis perawat di rumah sakit.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil review pada 14 artikel disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor
yang memperngaruhi keefektifan pelaksanaan pendelegasian kewenangan klinis
perawat di rumah sakit, yaitu: standar praktik dan kebijakan, delegasi, dan hambatan
situasional.

DAFTAR PUSTAKA
American Nurses Association. (2019). National Guidelines for Nursing Delegation.
https://www.nursingworld.org/~4962ca
Atta, S. M., Ezz, N., & Fekry, E. (2019). Barriers of Effective Delegation as Perceived
by Nursing Staff in a University Hospital. International Journal of Novel
Research in Healthcare and Nursing, 6(3), 899–907. www.noveltyjournals.com
Benjamins, S. J., Damen, M. L. W., & Van Stel, H. F. (2015). Feasibility and impact of
doctor-nurse task delegation in preventive child health care in the netherlands, a
controlled before-after study. PLoS ONE, 10(10), 1–18.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0139187
Crevacore, C., Coventry, L., Duffield, C., & Jacob, E. (2022). Factors impacting
delegation decision making by registered nurses to assistants in nursing in the
acute care setting: A mixed method study. International Journal of Nursing
Studies, Volume 136. https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2022.104366
Dudley, N., Miller, J., Breslin, M. Lou, Chapman, S. A., & Spetz, J. (2021). The Impact
of Nurse Delegation Regulations on the Provision of Home Care Services: A
Four-State Case Study. Medical Care Research and Review, 78(1_suppl), 47S-
56S. https://doi.org/10.1177/1077558720960902
Gillen, P., & Graffin, S. (2010). Nursing Delegation in the United Kingdom. OJIN: The
Online Journal of Issues in Nursing, 15(2).
https://doi.org/10.3912/ojin.vol15no02man06
Hidayat, A. T., Hariyati, R. T. S., & Nuraini, T. (2021). The factor of affecting head
nurse’s delegation: A cross sectional study. Enfermeria Clinica, 31, S117–S121.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2020.12.004
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kerzman, H., Van Dijk, D., Eizenberg, L., Khaikin, R., Phridman, S., Siman-Tov, M.,
& Goldberg, S. (2015). Attitudes toward expanding nurses’ authority. Israel
Journal of Health Policy Research, 4(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s13584-015-
0005-z
Khadim, H. A., Ali, A., Ijaz, M. S., & Rooman, N. (2018). Nurse Manager’s Attitudes
and Preparedness Towards Effective Delegation in a Tertiary Care Public Hospital
Lahore. National Journal of Health Sciences, 3(3), 99–106.
https://doi.org/10.21089/njhs.33.0099
Motacki, K., & M. Burke, K. (2017). Nursing Delegation And Management Of Patient
Care Third Edition (Third Edit). Elsevier.
Muttaqin, G. F. (2018). Pengaruh pendelegasian wewenang terhadap kinerja
organisasi. Jurnal Riset Akuntansi Terpadu, 11(2).
http://dx.doi.org/10.35448/jrat.v11i2.4255
Nursing & Midwifery Council. (2018). The Code: Professional standards of practice
and behaviour for nurses, midwives and nursing associates. Nursing & Midwifery
Council United Kingdom. https://doi.org/10.4324/9781315135496-8
Pardede, M. J., Fitriani, A. D., & Hadi, A. J. (2020). Analisis Implementasi Manajemen
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSU. Mitra Sejati Medan. Media
Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 3(2), 93-99.
https://doi.org/10.56338/mppki.v3i2.1077
Poeira, A. F., & Zangão, M. O. (2022). Construct of the Association between Sleep
Quality and Perinatal Depression: A Literature Review. Healthcare (Switzerland),
10(7), 1–11. https://doi.org/10.3390/healthcare10071156
Pohan, V. Y., & Faozah, H. S. (2019). Gambaran Penerapan Model Delegasi
Keperawatan Relactor (MDK’R’) pada Perawat Kepala Ruang. Urecol, 189–196.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/602
Presiden RI. (2014). Undang-Undang RI No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.
Departemen Kesehatan RI.
Salem, O. A., & Hakami, A. A. (2016). Nurse Manager’s Attitudes and Preparedness
towards Effective Delegation in Saudi Hospitals. 1–10. www.hsj.gr/archive
Selpi, Narmi, & Narmawan. (2020). Hubungan Pendelegasian dan Supervisi dengan
Semangat Kerja Perawat. Jurnal Keperawatan, 03(03), 17–22.
Simamora, R. H. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan (Cetakan 20). EGC.
Tompkins, F. (2016). Delegation in Correctional Nursing Practice. Journal of
Correctional Health Care, 22(3), 218–224.
https://doi.org/10.1177/1078345816654229
Wagner, E. A. (2018). Improving patient care outcomes through better delegation-
communication between nurses and assistive personnel. Journal of Nursing Care
Quality, 33(2), 187–193. https://doi.org/10.1097/NCQ.0000000000000282
Walker, F. A., Ball, M., Cleary, S., & Pisani, H. (2021). Transparent teamwork: The
practice of supervision and delegation within the multi-tiered nursing team. In
Nursing Inquiry, 28(4). https://doi.org/10.1111/nin.12413
Whittemore, R., Chao, A., Jang, M., Minges, K. E., & Park, C. (2014). Methods for
Knowledge Synthesis: An Overview. Heart and Lung: Journal of Acute and
Critical Care, 43(5), 453–461. https://doi.org/10.1016/j.hrtlng.2014.05.014
Yoon, J., Kim, M., & Shin, J. (2016). Confidence in delegation and leadership of
registered nurses in long-term-care hospitals. Journal of Nursing Management,
24(5), 676–685. https://doi.org/10.1111/jonm.12372
FORM PENILAIN ARTIKEL
JOURNAL OF TELENURSING (JOTING)

Judul : ANALISIS PELAKSANAAN PENDELEGASIAN


Artikel KEWENANGAN KLINIS PERAWAT DI RUMAH SAKIT: A
LITERATURE REVIEW

Petunjuk Pengisian: Lingkarilah angka-angka pada kolom skor penilaian yang sesuai!

Variabel Penelitian Deskripsi Skor Penilaian

Relevansi Kesesuaian topik artikel untuk


publikasi di Jurnal JOTING
0 1 2 3 4

Kontribusi Kualitas artikel ditinjau dari


ide/gagasan dan keaslian
(originality), kebaruan (novelty), 0 1 2 3 4
dan inovasi (innovation)

Teknik Penyajian

Organisasi artikel Bahasa yang digunakan, kejelasan


isi artikel dan kemudahan dipahami
oleh pembaca 0 1 2 3 4

Abstrak (dua bahasa Singkat, jelas, lengkap, dan menarik


“English” dan
“Indonesia”) 0 1 2 3 4

Pendahuluan Kejelasan pengungkapan latar


belakang masalah, perbedaan
dengan penelitian sebelumnya, dan
kontribusi yang akan diberikan
0 1 2 3 4

Metode/Pendekatan Kesesuaian desain penelitian dengan 0 1 2 3 4


Judul
Penyelesaian
Masalah

Hasil dan analisis Penyajian hasil dan ketajaman


analisis (dapat disertai tabel dan
gambar untuk memudahkan 0 1 2 3 4
pemahaman)

Simpulan Esensi temuan dari penelitian yang 0 1 2 3 4


dilakukan dan penyajiannya

Referensi Kebaruan referensi yang digunakan,


kesesuaian referensi yang diberikan,
tata cara penulisan dan perujukan
pada naskah
0 1 2 3 4

TOTAL SKOR 27

Jumlah Skor X 100% = 27/36 = 75


36

Hasil evaluasi yang disarankan:


Diterima langsung; rentang skor >=90 - 100
Diterima dengan revisi minor; rentang skor >= 75 - < 90
Diterima dengan revisi mayor; rentang skor >= 50 - < 75
Ditolak, < 50

Catatan untuk 1. sesuaikan penulisan abstrak dengan template yang ada


Penulis 2. uraian terkait hasil penelitian sebelumnya belum mencantumkan
hasil penelitian dan belum ada aspek novelty di Pendahuluan
termasuk narasi hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini / belum ada aspek pembeda penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yang relevan.
3. metode penelitian terlalu panjang, tampilkan saja essensi proses
penelitian yang penting untuk disampaikan saja.
4. Rapikan tabel hasil penelitian, tabel tidak perlu banyak, tampilkan
hasil esesnsial saja dari penelitian di dalam tabel. Komponen dalam
tabel yang perlu ada adalah kolom identitas jurnal (nama penulis,
tahun, judul artikel dan jenis artikel (jurnal/lain sebagainya), kolom
tahun (metode penelitian artikel) dan kolom hasil penelitian/
ringkasan hasil penelitian).
5. Rapikan penulisan dan penggunaan tanda baca, penggunaan
paragraph baru
6. Perbaiki penulisan daftar pustaka sesuai aturan jurnal

You might also like