Skripsi Adinda Fania 18003051 PLB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 109

ABSTRAK

Adinda Fania (18003051). Profile of mild mentally retarded students (X) who
excel in sewing skills at SLB Negeri 1 Harau (Qualitative Descriptive
Research). Special Education Study Program, Faculty of Education, Padang
State University,2022.
Education is a form of educating the nation as well as an effort to achieve
Indonesia's goals, this is in accordance with the 4th paragraph of the 1945
Constitution, all children without exception have the right to education, including
children with special needs. Children with special needs consist of several
classifications. One of them is mentally retarded student. Like students in general,
mentally retarded students also need education, it's just that in the educational
process, mentally retarded students need special services. In addition to abilities in
the academic field, mentally retarded students also need the development of
vocational skills to support their abilities in society, but students with mild mental
retardation with all the deficiencies that exist in them do not reduce their
enthusiasm in making proud achievements. Therefore, the things that will be
studied in this study are , "What achievements have X achieved in the field of
sewing skills and who has played an active role in increasing X's achievements?"
The purpose of this study was to find out the achievements of studentswith
mental retardation X and anyone who has an active role in increasing the
achievements achieved by X to excel in the sewing skill branch at the provincial
level. This research uses a type of case study research. The subject of this research
is a mentally retarded child who achieves achievements in sewing. The research
was conducted at SLB N 1 Harau. Data collection techniques in this research are
in the form of interviews andcase studies.
The results of this study are that X was able to achieve achievements in the
field of sewing skills, namely in the LKSN PDBK event at the district, provincial
and national levels. The role of the teacher in developing X's achievements is to
provide moral support by providing motivation and guidance. The learning
method given by Mrs. Ida Hamidah is by providing coaching, guidance and
practice
Keywords: Mental Retardation, sewing skills, achievement

iv
ABSTRAK

Adinda Fania (18003051). Profil Siswa Tunagrahita Ringan (X) yang Berprestasi di
Bidang Keterampilan Menjahit di SLB Negeri 1 Harau (Penelitian Deskriptif
Kualitatif). Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu
Pendidikan,Universitas Negeri Padang, 2022.
Pendidikan ialah suatu bentuk dalam mencerdaskan bangsa serta juga sebagai
upaya dalam meraih tujuan Indonesia, hal ini sesuai dengan pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alinea ke-4 Semua anak tanpa terkecuali berhak mendapatkan pendidikan,
termasuk anak berkebutuhan khusus, Anak berkebutuhan khusus terdiri dari beberapa
klasifikasi salah satunya siswa tunagrahita Selayaknya siswa pada umumnya siswa
tunagrahita juga membutuhkan pendidikan hanya saja pada proses pendidikannya siswa
tunagrahita membutuhkan pelayanan khusus. Selain kemampuan dalam bidang akademik
siswa tunagrahita juga membutuhkan pengembangan keterampilan vokasional untuk
menunjang kemampuannya di tengah masyarakat, namun siswa penyandang tunagrahita
ringan dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya tidak mengurangi semangatnya
dalam mengukir prestasi yang membanggakan oleh sebab itu hal yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah, “apa saga prestasi yang telah diraih X pada bidang keterampilan
menjahit dan serta siapa saja yang berperan aktif dalam peningkatan prestasi yang diraih X
?”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui prestasi yang sudah
diraih siswa penyandang tunagrahita X serta siapa saja yang memiliki peran aktif untuk
peningkatan prestasi yang diraih X hingga berprestasi di dalam cabang keterampilan
menjahit tingkat Provinsi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Adapun
subjek dari penelitian ini adalah seorang anak tunagrahita ringan yang meraih prestasi di
bidang menjahit. Penelitian dilakukan di SLB N 1 Harau. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah berupa wawancara dan studi kasus.
Adapun hasil dari penelitian ini ialah X mampu meraih prestasi dalam bidang
keterampilan menjahit yaitu dalam ajang LKSN PDBK baik tingkat kabupaten, provinsi
dan nasional. Peran guru untuk mengembangkan prestasi X adalah adalah memberikan
dukungan secara moril dengan cara memberikan motivasi dan bimbingan. Metode
pembelajaran yang diberikan Ibu Ida Hamidah yaitu dengan cara memberikan pembinaan,
bimbingan dan praktek.
Kata Kunci : Tunagrahita, Keterampilan Menjahit, Prestasi

v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan Rahmat dan kehendak-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Siswa
Tunagrahita Ringan (X) yang Berprestasi di Bidang Keterampilan Menjahit di
SLB Negeri 1 Harau”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Luar Biasa, FIP
UNP.
Proposal ini terdiri dari lima bab yaitu: BAB I tentang pendahuluan yang
meliputi latar belakang, Fokus Penelitian, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat
penelitian. BAB II tentang kajian teori yang meliputi pengertian profil, hakikat
tunagrahita. BAB III tentang metode penelitian yang meliputi latar entri, jenis
penelitian, tempat penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, prosedur
penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV
tentang hasil dan pembahasan penelitian, dan BAB V tentang kesimpulan dan
saran.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar- besarnya kepada orangtua penulis, dosen pembimbing akademik, dan
semua pihak yang telah mendoakan serta membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberi manfaat
bagi kita semua dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
Pendidikan Luar Biasa.
Padang, Mei 2023

Penulis

v
ii
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah dengan rasa penuh syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat, karunia, serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat berserta salam,
penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam yang
telah membawa kita ke alam yang penuh ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari segala bantuan, bimbingan,
dukungan, doa restu, serta pengorbanan dari berbagai pihak. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Ibu Dr. Nurhastuti, M.Pd selaku ketua jurusan dan bapak Drs. Ardisal,
M.Pd selaku sekretaris jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas
memudahkan segala urusan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd selaku pembimbing akademik
yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi dalam
penulisan skripsi ini dan sudah bersedia meluangkan waktu Bapak
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Teristimewa kepada kedua orang tua yang saya sayangi dan saya cintai.
Rasa syukur yang begitu besar bagiku bisa terlahir dalam keluarga yang
sederhana ini.
4. Terimakasih untuk kakak dan bang yang selalu mendukung saya
dalam melanjutkan perkuliahan walaupun saya masih sulit diatur tapi
kakak dan abang tidak pernah bosan untuk mengingatkan saya
menyelesaikan studi tepat waktu bukan di waktu yang tepat. Maafkan saya
jikalau banyak salah masih sering membantah kata kata kalian, sekarang
saya sadar apa yang selalu kalian ingatkan kepada saya itu benar adanya
terima kasih sudah memberikan dorongan dan dukungan kepada saya
sampai di titik ini. Medy Guswandi S .Pd, Lili Aryosi S.Pd, Chory Ardila
Fransiska S.Pd, Dian Andika Putri Amd.Keb, Arif Rahmadi. Terimakasih

vi
ii
abang dan kakak kalian tidak akan pernah tergantikan.
5. Bapak/ibu dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk
kesempurnaan skripsi ini. Bapak/ibu dosen PLB, terimakasih atas semua
ilmu yang telah bapak/ibu berikan semoga ilmunya bermanfaat. Aamiin.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.
6. Seluruh staff dan pegawai di Departemen Pendidikan Luar Biasa yang
setia melayani dan membantu dalam administrasi dan urusan penulis
selama di kampus.
7. Departemen Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UNP yang
telah bersedia memberikan izin penelitian terhadap subjek/mahasiswa
untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
untuk teman teman yang sudah menemani awal perkuliahan hingga
diujung study.
8. Dan terimakasih kepada semua orang yang telah berperan dan
berkontribusi dalam membantu penulis hingga selesainya skripsi ini yang
tidak dapatpenulis sebutkan satu persatu.

Padang, Mei 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

ABSTRACT ........................................................................................................ i

ABSTRAK......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

UCAPAN TERIMAKASIH .............................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Fokus Penelitian .............................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................... 8

A. Pengertian Profil Tunagrahita ........................................................................... 8

1. Hakikat Tunagrahita ..................................................................................................... 8

2. Karakteristik Tunagrahita ............................................................................................. 9

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Siswa Tunagrahita Ringan............................................. 21

4. Kurikulum dan Keterampilan Menjahit Bagi Tunagrahita ........................................... 23

B. Keterampilan Menjahit bagi Tunagrahita ........................................................ 24

1. Pengertian Menjahit ................................................................................................... 24

2. Pengertian Keterampilan Menjahit Bagi Penyandang Tunagrahita ............................... 25

C. Prestasi Menjahit Bagi Penyandang Tunagrahita ............................................. 25

D. Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Prestasi Penyandang Tunagrahit26


x
E. Kerangka Konseptual ..................................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 29

A. Latar Entri ...................................................................................................... 29

B. Jenis Penelitian ............................................................................................... 29

C. Setting Penelitian ............................................................................................ 30

D. Subjek Penelitian............................................................................................ 30

E. Sumber Data ................................................................................................... 31

F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 31

G. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 34

H. Teknik Keabsahan Data .................................................................................. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 39

A. Deskripsi Umum ............................................................................................ 39

1. Temuan Khusus .............................................................................................. 41

B. Pembahasan ................................................................................................... 43

1. Prestasi-Prestasi Yang Diraih X Dalam Bidang Keterampilan Menjahit ........... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 51

A.Simpulan ........................................................................................................ 51

B.Saran .............................................................................................................. 52

DAFTAR RUJUKAN....................................................................................... 53

LAMPIRAN ..................................................................................................... 56

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. : Peneliti dan X ................................................................................. 65

Gambar 2. : Peneliti dan Wali Kelas ................................................................... 68

Gambar 3. : Peneliti dan Guru Keterampilan ...................................................... 71

Gambar 4. : Peneliti dan Kepala Sekolah............................................................ 73

Gambar 5. : Peneliti dan Orang Tua X................................................................ 76

Gambar 6. : Sertifikat Penghargaan.................................................................... 83

Gambar 7. : Piala Penghargaan ..........................................................................83

Gambar 8. : Langkah Kegiatan Menjahit X ........................................................ 84

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1: Kerangka Konseptual ....................................................................... 30

xi
ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-Kisi Penelitian ....................................................................... 56

Lampiran 2 : Pedoman Observasi ....................................................................... 60

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara .................................................................... 61

Lampiran 4 : Catatan Wawancara ....................................................................... 63

Lampiran 5 : Catatan Lapangan..........................................................................77

Lampiran 6 : Dokumentasi ................................................................................. 83

Lampiran 7 : Langkah-LangkahKeterampilan Menjahit .....................................84

xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan ialah suatu bentuk dalam mencerdaskan bangsa serta

juga sebagai upaya dalam meraih tujuan Indonesia, hal ini sesuai dengan

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4. Perkembangan pada

masa sekarang ini menuntut kita agar bisa bersaing dengan negara lain

yang sudah maju sehingga kita diperlukan mempersiapkan sumber daya

manusia berkualitas. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting

untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan

yang berkualitas mempengaruhi kemajuan untuk berbagai bidang

kehidupan manusia. Sejalan dengan upaya mewujudkan pendidikan yang

bermutu, pemerintah menjamin pemerataan pendidikan dasar untuk setiap

warga negara Indonesia supaya dapat berpartisipasi untuk kemajuan

kehidupan bangsa melalui prestasi.

Di dunia pendidikan banyak terjadi persaingan siswa pada seluruh

proses pembelajaran. Ini akan terjadi apabila seorang siswa menginginkan

hasil yang tentunya lebih baik dibanding teman lainnya. Hasil belajar ialah

hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti suatu lembaga

pendidikan dalam jangka waktu tertentu di kelas yang bukan hanya

mengembangkan kemampuan akademik tetapi juga keterampilan non

akademik, seperti keterampilan menjahit Semua anak tanpa terkecuali

berhak mendapatkan pendidikan, termasuk anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki

1
2

penyimpangan/hambatan dari keadaan anak normal pada umumnya

pada hal fisik, psikis atau kejiwaan maupun karakteristik tindakan

sosialnya. Anak berkebutuhan khusus tentunya akan menghadapi berbagai

pemasalahan yang berkaitan dengan kekurangannya. Seluruh

permasalahan tersebut diperlukan penyelesaian dengan memberi

pelayanan pendidikan bimbingan dan juga latihan sehingga masalah yang

timbul bisa terselesaikan dengan baik. Anak berkebutuhan khusus terdiri

dari beberapa klasifikasinya salah satunya siswa tunagrahita.

Istilah tunagrahita dipakai dalam menyebut siswa yang mempunyai

kemampuan intelektual di bawah rata-rata.Tuna artinya rusak, kurang atau

tidak memiliki sedangkan grahita artinya pikiran, ingatan, otak dengan

demikian penyandang tunagrahita rusak pikirannya menyebabkan kurang

dalam pikiran, ingatan dan otak yang lemah, terbelakang mental,retardasi

mental dan lain sebagainya. Selayaknya siswa pada umumnya siswa

tunagrahita juga membutuhkan pendidikan hanya saja pada proses

pendidikannya siswa tunagrahita membutuhkan pelayanan khusus. Selain

kemampuan dalam bidang akademik siswa tunagrahita juga membutuhkan

pengembangan keterampilan vokasional untuk menunjang kemampuannya

di tengah masyarakat.

Keterampilan vokasional merupakan keterampilan yang

diperuntukkan untuk anak berkebutuhan khusus yang berguna untuk

meningkatkan kemampuannya dalam bekerja sesuai dengan bakat dan

minatnya sehingga nantinya mampu bekerja dan menciptakan lapangan


3

kerja bagi diri sendiri, dan juga bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu

bentuk dari keterampilan vokasional adalah keterampilan hidup terkait

dengan bidang pekerjaan tertentu dalam masyarakat contohnya seperti

menjahit. Siswa tunagrahita umumnya tidak mengalami hambatan pada

kemampuan motorik sehingga banyak keterampilan yang bisa

diberikannya, yang misalnya ialah keterampilan menjahit. Keterampilan

menjahit bisa diberikan kepada siswa tunagrahita karena tingkat

kesulitannya yang tidak terlalu tinggi, disamping itu juga mempunyai nilai

daya jual ditengah masyarakat.

Berdasarkan studi grand tour yang penulis lakukan di SLB N 1

HARAU penulis menemukan bahwa ada seorang siswa berinisial

“X”berjenis kelamin perempuan yang saat ini tengah duduk di kelas XI

merupakan siswa penyandang tunagrahita ringan dengan segala

kekurangan yang ada pada dirinya tidak mengurangi semangatnya dalam

mengukir prestasi yang membanggakan. Prestasi yang sudah diraih hingga

tingkat Provinsi dalam ajang LKSN PDBK (Lomba Keterampilan Siswa

Nasional-Peserta Didik Berkebutuhan Khusus) dan mampu meraih juara 1.

Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan penulis dengan guru

kelas sekaligus guru keterampilan menjahit di SLB N 1 Harau, guru

tersebut menyatakan bahwa “X” ialah siswa tunagrahita ringan yang

berjenis kelamin perempuan yang bersekolah di SLB N 1 Harau yang

beralamatkan tempat tinggal di jorong Boncah, Kelurahan Batu Balang

Kec. Harau, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, siswa X merupakan anak


4

kedua dari 4 saudara, dimana diantara saudara nya siswa X memiliki

kekurangan tetapi kekurangan yang dimiliki siswa X dapat tertutupi.

Siswa X sangat tekun dalam mempelajari keterampilan menjahit

sehingga mampu mewakili Kabupaten 50 kota hingga tingkat Provinsi.

Siswa X mulai belajar menjahit pada tahun 2013 saat berumur 13 tahun

dan pada saat itu ia hanya latihan di SLB dan tidak rutin dan pada saat itu

siswa X tidak tinggal di asrama, dan pada tahun 2014 dikarenakan siswa X

tinggal di asrama kemudian untuk lebih mendalami keterampilan dalam

menjahit, tunagrahita ini mengikuti latihan menjahit secara rutin selain di

dalam pelajaran sekolah siswa X juga mengikuti latihan menjahit di luar

jam sekolah dengan guru di SLB tersebut yang tak lain guru tersebut

merupakan guru pengajar dalam keterampilan menjahit di SLB pada tahun

2014 sampai sekarang.

Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan, guru memakai

metode demonstrasi serta dengan latihan, misalnya menjahitkan terlebih

dahulu produk yang akan dibuat oleh siswa X dan kemudian guru

memperlihatkan hasil pada siswa untuk ditiru dan ditambahkan dengan

penjelasan pada saat proses pembuatan. Pada saat memberikan

pembelajaran pada X menggunakan metode belajar yang menyenangkan

serta efektif bagi anak, guru menjelaskan pembelajaran secara detail dan

dengan durasi yang lebih lama dan juga memberikan pengarahan dan

bantuan kepada X dalam mempelajari keterampilan menjahit, untuk

menyiasatiagar siswa X tidak bosan guru biasanya menampilkan video,


5

gambar atau simbol- simbol dalam pembelajaran keterampilan menjahit.

Prestasi yang telah dicapai pada tahun 2019 di Kabupaten 50 Kota

dalam ajang LKSN PDBK (Lomba Keterampilan Siswa Nasional-

Peserta Didik Berkebutuhan Khusus) cabang menjahit tingkatan

SMPLB/SMALB yang dilaksanakan di SLBN 1 HARAU dengan tema

menjahit Busana Kasual Milenial ia mampu meraih juara satu lomba

bidang menjahit tingkat kabupaten. Dilanjutkan tingkat provinsi pada

tahun 2019 dalam ajang LKSN PDBK yang dilaksanakan di The Axana

Hotel Padang dengan tema Busana Kasual Milenial ia meraih juara 3

bidang menjahit tingkat provinsi.

Di tahun 2021 mengikuti lomba dalam ajang LKSN PDBK yang

dilaksanakan di SLBN 1 HARAU dalam bidang menjahit dengan tema

Busana Kasual Milenial ia mampu meraih juara 1 tingkat kabupaten.

Kemudian dilanjutkan tingkat provinsi pada tahun 2021 dalam ajang

LKSN PDBK yangdilaksanakan secara daring di Hotel The Axana Padang

dengan tema Busana Kasual Milenial ia meraih juara 1 tingkat provinsi.

Siswa X kemudian diutus untuk mewakili Sumatera Barat dalam

ajang LKSN PDBK tingkat nasional yang dilaksanakan di jakarta dengan

tema Busana Kasual Milenial ia meraih harapan 1 tingkat nasional. Seperti

yang kita ketahui X memiliki keterbatasan akan tetapi pada nyatanya hal

tersebut tidak menjadi hambatan bagi X agar tetap meraih prestasi dengan

kepercayaan dirinya, meskipun siswa berada dilingkungan orang awam

dengan keterbatasan yang ada pada dirinya. X mampu mengikuti


6

pembelajaran seperti siswa lainnya, melihat prestasi yang diraih siswa

tunagrahita “X” pada perlombaan cabang menjahit tunagrahita tersebut,

penulis tertarik melaksanakan penelitian untuk mengungkap profil siswa

tunagrahita X berprestasi bidang keterampilan menjahit di SLB N 1

HARAU.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan agar penelitian lebih terarah. Maka

peneliti, memfokuskan penelitian ini pada prestasi dan peranan orang

disekitar siswa tunagrahita X hingga berprestasi di bidang keterampilan

menjahit tingkat Nasional, terdiri dari beberapa hal, yakni:

1. Riwayat kehamilan ibu siswa tunagrahita (X)

2. Riwayat kelahiran siswa tunagrahita ringan (X)

3. Riwayat pendidikan yang ditempuh siswa tunagrahita ringan (X)

4. Prestasi-prestasi yang diraih (X) dalam keterampilan menjahit

5. Peranan guru dan sekolah untuk mengembangkan prestasi (X) dalam

menjahit.

6. Peranan orang tua untuk mengengembangkan prestasi (X)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi

mendalam mengenai prestasi yang dimiliki pada siswa tunagrahita ringan

(X) di SLB Negeri 1 Harau dengan mendeskripsikan mengenai riwayat

kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pendidikan dan prestasi yang diraih

dalam bidang keterampilan menjahitdan pihak yang berperan dalam


7

peningkatan prestasi yang diraih (X).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya bisa berguna serta memberi segudang

manfaat yang berarti untuk semua orang baik itu diri peneliti sendiri dan

pihak-pihak terkait lainnya:

1. Bagi guru, nantinya menjadi acuan dalam memberi pelayanan sarana

dan prasarana untuk menunjang minat bakat dalam diri siswa

tunagrahita.

2. Bagi pelatih dengan adanya penelitian ini agar pelatih lebih

bersemangat untuk menggali minat dan bakat dalam diri pesetra

didiknya serta menjadi tolak ukur keberhasilan dalam melatih atau

mengembangkan bakat yang dimiliki siswa.

3. Bagi kedua orang tua dan keluarga, kedepannya supaya lebih

memperhatikan potensi-potensi atau bakat yang ada pada diri siswa

dan bisa berperan penting dalam usaha membantu meningkatkan dan

mengembangkan potensi atau bakat yang ada pada diri siswa.

4. Bagi peneliti, bisa meningkatkan wawasan serta pengetahuan dan juga

menambah pengalaman peneliti sendiri mengenai akan banyaknya

potensi dan bakat yang juga dimiliki siswa tunagrahita serta cara untuk

mengembangkan dan menggali potensi dan bakat yang ada pada diri

siswa tunagrahita.

5. Bagi peneliti selanjutnya, bisa menjadi acuan serta bahan referensi

dalam melakukan ataupun melanjutkan penelitian mengenai prestasi


8

yang dicapai siswa tunagrahita.


9
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Profil Tunagrahita

1. Hakikat Tunagrahita

Tunagrahita termasuk pada kelompok berkebutuhan khusus.

Tunagrahita adalah istilah yang dipergunakan dalam menyebut anak-

anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata. Istilah lain dari tunagrahita

adalah sebutan untuk anak yang cacat atau kemampuan yang terbatas

kemampuan yang berkurang dari segi kekuatan, nilai, kualitas dan

kuantitas.

Tunagrahita ialah istilah yang dipakai untuk menyebut anak

yang tingkat intelektualnya di bawah rata-rata, yaitu H. IQ di bawah

70. Istilah ini sebenarnya mempunyai arti yang sama untuk

menggambarkan kondisi anak dengan kecerdasan jauh dibawah rata-

rata serta bercirikan kecerdasan yang terbatas. Kecerdasan serta

ketidakmampuan untuk berinteraksi. sosial (Puspitasari et al., 2016).

Tunagrahita berasal dari dua kata yakni tuna dan grahita. Tuna

berarti kehilangan sedangkan grahita berarti semangat. Retardasi

mental adalah kata lain dari “retardasi mental”, artinya “terbelakang”

(Yosiani, 2014). The American Association on Mental

Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM mengartikan retardasi mental

sebagai gangguan yang melibatkan fungsi intelektual umum di bawah

rata-rata, yakni IQ 84 atau kurang pada tes kecerdasan, terjadi

8
9

sebelum usia 16 tahun. Sementara itu, disabilitas intelektual, seperti

yang didefinisikan oleh Japan Developmental Disabilities League,

adalah fungsi intelektual yang lambat, yakni IQ 70 ke bawah

berdasarkan tes kecerdasan standar, dan terjadi dalam tahap

perkembangan, yakni antara masa pembuahan dan kelahiran.usia 18

tahun.

Istilah tersebut sebenarnya mempunyai makna yang sama, yaitu

untuk menggambarkan keadaan siswa dengan kecerdasan jauh di

bawah normal dan bercirikan kecerdasan yang terbatas serta

ketidakmampuan untuk berhubungan dengan lingkungan. Siswa

tunagrahita disebut sebagaitunagrahita karena kurangnya kecerdasan

membuat mereka sulit untuk berpartisipasi dalam program

pendidikan tradisional di sekolah reguler. Oleh karenanya, siswa

tunagrahita butuh pelayanan dan fasilitas khusus yang disesuaikan

dengan kemampuan siswa tersebut.

2. Karakteristik Tunagrahita

a. Karakteristik Umum

Karakteristik umum tunagrahita berdasarkan (Pujiastuti,

2021)dapat dikenali sebagai berikut :

1) Keterbatasan Intelegensi

Kecerdasan adalah kompleks yang kompleks yang bisa

diartikan sebagai kemampuan dalam memahami pesan,beradaptasi

dengan masalah baru serta kondisi kehidupan, belajar dari masa


10

lalu, imajinatif, inovatif, mengukur secara akurat, menjauh dari

keburukan, dan mengatasi kesulitan serta kemampuan

merencanakan masa depan. Tingkat keterbelakangan mental selalu

di bawah norma untuk anak-anak pada usia yang sama, dan

kemajuan intelektual sangat kecil. Mereka juga bisa mencapai level

usia mental anak sekolah dasar level IV atau level II, sementara

yang lain hanya mencapai level usia mental anak prasekolah.

Kapasitas belajar siswa tunagrahita sangat terbatas, terutama

pada mata pelajaran abstrak. Anda belajar lebih banyak dengan

membeo (menghafal) daripada dengan memahami. Hari demi hari

mereka melakukan kesalahan yang sama. Mereka cenderung

menghindar dari tindakan berpikir. Mereka mengalami kesulitan

berkonsentrasi serta memiliki sedikit bidang minat. Mereka juga

mengalami kesulitan menciptakan karya baru dan memiliki rentang

perhatian yang pendek.

Misalnya, jika Anda mengambil beberapa menit saja dari

pelajaran berhitung, mereka akan dengan cepat mengatakan bahwa

mereka bosan, sulit, atau mengantuk. Namun, ketika mereka

mengambil kelas seni, pendidikan jasmani, atau kerajinan, mereka

menunjukkan minat belajar yang tinggi dan memperhatikan

pembelajaran jangka panjang. Mereka bahkan meminta untuk

diizinkan belajar lagi.

2) Sosial / Emosional
11

Kecerdasan adalah kompleks yang kompleks yang bisa

diartikan sebagai kemampuan untuk memahami pesan, beradaptasi

dengan masalah baru dan kondisi kehidupan, belajar dari masa

lalu, imajinatif, inovatif, mengukur secara akurat, menjauh dari

keburukan, dan mengatasi kesulitan, dan kemampuan

merencanakan masa depan. Tingkat keterbelakangan mental selalu

di bawah norma untuk anak-anak pada usia yang sama, dan

kemajuan intelektual sangat kecil. Mereka juga bisa mencapai level

usia mental anak sekolah dasar level IV atau level II, sementara

yang lain hanya mencapai level usia mental anak prasekolah.

Kapasitas belajar siswa tunagrahita yang terbatas, terutama

dalam mata pelajaran abstrak. Anak belajar lebih banyak dengan

membeo (menghafal) daripada dengan memahami. Hari demi hari

mereka melakukan kesalahan yang sama. Mereka cenderung

menghindar dari tindakan berpikir. Mereka mengalami

kesulitanberkonsentrasi serta memiliki sedikit bidang minat.

Mereka juga mengalami kesulitan menciptakan karya baru dan

memiliki rentang perhatian yang pendek. Misalnya, jika anak

mengambil beberapa menit saja dari pelajaran berhitung, mereka

akan dengan cepat mengatakan bahwa mereka bosan, sulit, atau

mengantuk. Namun, ketika mereka mengambil kelas seni,

pendidikan jasmani, atau kerajinan, mereka menunjukkan minat

belajar yang tinggi dan memperhatikan pembelajaran jangka


12

panjang. Mereka bahkan meminta untuk diizinkan belajar lagi.

3) Fisik/Kesehatan

Secara umum, struktur serta fungsi tubuh lebih rendah dari

anak normal tunagrahita. Mereka lebih tua dari anak normal dan

bisa berjalan serta berbicara. Postur tubuh dan gerakan yang

buruk, dan banyak dari mereka mengalami gangguan bicara.

Pendengaran serta penglihatan yang kurang sempurna. Karena

kelainan ini ada di pusat pemrosesan otak, bukan di organ, mereka

melihat tapi tidak mengerti apa yang mereka lihat, dan mendengar.

tapi tidak mengerti apa yang mereka dengar. Siswa tunagrahita

yang berat juga sangat parah merasa sakit, badannya bau, badannya

tidak segar, tidak punya stamina, dan banyak yang mati muda, saya

tidak mengerti bagaimana hidup sehat.

b. Karakteristik Khusus

1) Karakteristik Tunagrahita Ringan

Anak bisa membaca, menulis, serta mempelajari matematika

dasar meskipun anak tidak dapat mengikuti rata- rata anak seusia

anak. Sejak usia 16 tahun, anak dapat mempelajari mata pelajaran

dengan tingkat kesulitan yang setara dengan siswa sekolah dasar di

kelas tiga dan lima.

Kematangan membaca baru tercapai pada usia 9 dan 12 tahun,

tergantung pada tingkat keparahan dan keparahan kecacatannya.

Kecerdasannya setengah sampai tiga perempat dari anak normal,


13

berkembang serta berhenti pada usia dini. Meskipun

perbendaharaan katanya terbatas, kemampuan bahasanya cukup

dalam situasi tertentu. Anak dapat bertemu dan mempelajari

pekerjaan yang hanya membutuhkan profesional semi-terampil.

Sebagai orang dewasa, banyak yang menjadi mandiri. Di masa

dewasa, kecerdasan mencapai tingkat usia normal untuk anak-

anak antara usia 9 dan 12 tahun.

2) Karakteristik Tunagrahita Sedang

Siswa tunagrahita jarang yang mampu belajar secara

akademis. Perkembangan bahasa mereka lebih terbatas

dibandingkan siswa tunagrahita ringan. Anak berkomunikasi dalam

beberapa kata. Anak bisa menulis dan juga membaca nama, alamat,

nama orang tua, dan lain sebagainya. Anak tahu angka tanpa

memahaminya. Meski demikian, anak masih mempunyai potensi

dalam mempertahankan diri. Mereka bisa dilatih dalam melakukan

hal-hal rutin, berteman, berpartisipasi dalam aktivitas, dan

menghormati hak milik orang lain. Tapi mereka bisa membedakan

antara berbahaya dan tidak berbahaya. Sebagai orang dewasa,

kecerdasan mereka di bawah anak normal berusia 6 tahun. Anak

bisa mengerjakan berbagai hal di bawah pengawasan.

3) Karakteristik tunagrahita Berat dan Sangat Berat

Kecacatan intelektual yang parah dan sangat parah

membutuhkan bantuan dan dukungan terus-menerus dari orang lain


14

sepanjang hidup. Mereka tidak bisa mengurus dirinya

sendiri(membutuhkan bantuan untuk makan, berganti pakaian,

menggunakan toilet, dan sebagainya). Mereka tidak membedakan

antara berbahaya dan tidak berbahaya. Juga, meskipun mereka

hanya dapat mengucapkan kata-kata dan simbol sederhana, mereka

tidak dapat berbicara. Meski sudah menginjak usia dewasa,

kecerdasannya berada di kisaran anak normal, dengan usia

maksimal 4 tahun. Agar tubuh tetap stabil dan sehat, sebaiknya

lakukan aktivitas yang bermanfaat seperti: Menggiling beras,

memindahkan barang, mengisi tas dengan beras.

c. Karakteristik/Ciri-ciri Pada Masa Perkembangan

Penting untuk mengenali karakteristik perkembangan ini

karena bisa diidentifikasi dengan cepat tanpa berkonsultasidengan

ahlinya terlebih dahulu. Menurut Trisman Prasadio (Pujiastuti,

2021), berikut ciri-ciri yang dapat dijadikan indikator dugaan

ketidaksamaan dari anak tipikal.

1) Masa Bayi

Sulit untuk membedakannya sekarang, namun para ahli

mengatakan bahwa anak-anak tunagrahita ditandai dengan

mengantuk dan apatis, tidak sadar, sangat jarang menangis

ketika mereka menangis sepanjangwaktu, begadang, berbicara

serta berjalan.

2) Masa kecil
15

Pada titik ini, kecacatan intelektual sedang lebih mudah

dikenali daripada kecacatan intelektual ringan. Hal ini karena

retardasi mental mulai menunjukkan ciri klinis misalnya

mongoloid, kepala besar, kepala kecil, dan sebagainya.

Kesulitan mengulang sesuatu, namun tidak ada perubahan,

penglihatan tampak kosong, melamun, tanpa memahami

ekspresi wajah. Selain itu, retardasi mental ringan (rapidly

progressive) menunjukkan ciri-ciri respon yang cepat tapi

tidak tepat dan tampak aktif sehingga membuat anak ini cerdas,

kurang waspada, dan hiperaktif, serta terkesan bergerak cepat

tanpa berpikir dengan tangan sendiri

3) Masa bersekolah

Ini adalah masa kritis yang memerlukan perhatian, karena

siswa tunagrahita biasanya langsung bersekolah dan mengikuti

kelas reguler sekolah dasar. Fitur-fitur yang muncul ialah

seperti :

a) Adanya kesulitan belajar pada hampir seluruh mata

pelajaran (membaca, menulis, dan berhitung), siswa

tunagrahita mengalami kelainan pada persepsi, asosiasi,

mengingat kembali, kurang matang motorik, serta

gangguan koordinasi sensomotorik.

b) kinerja rendah

c) Kebiasaan kerja yang buruk biasanya diakibatkan oleh


16

kewalahan oleh tugas-tugas yang dianggap terlalu banyak

dan sulit. Reaksi terhadap penolakan ini beragam. Seperti

meninggalkan pekerjaan, melamun, serta mengganggu

teman dan lain sebagainya.

d) Perhatian terhadap siswa penyandang disabilitas intelektual

yang mudah teralihkan hanya berlangsung sepersekian

detik. Dia cepat lelah dan bosan dan akhirnya mengalihkan

perhatiannya ke hal-hal lain. Dia mudah terangsang oleh

segala sesuatu di sekitarnya yang mengganggu anak-anak

lain.

e) Penurunan keterampilan motorik Siswa tunagrahita

mengalami defisit motorik. Dia tidak bisa bergerak dengan

baik, kaku serta memiliki koordinasi motorik yang buruk.

Kekurangan ini memanifestasikan dirinya dalam berjalan,

berlari, melompat, menulis, memotong, serta kegiatan

lainya.

f) Perkembangan bahasa yang buruk, hal ini disebabkan oleh

perkembangan bahasa yang buruk, kurangnya keterampilan

komunikasi lisan, kurangnya kosa kata, dan artikulasi yang

buruk. Keadaan ini akan bertambah apabila tidak adanya

lingkungan yang dapat merangsang dan mendukung akan

dalam perkembangan bahasanya serta ada hambatan

ataupun gangguan dari emosi anak.


17

g) Agresif, apatis, pasif, menarik diri, ataupun tidak

mengindahkan nasihat sama sekali, atau kesulitan

menyesuaikan diri dengan perasaan diabaikan oleh orang

lain.

h) Pubertas perubahan pada remaja tunagrahita dengan anak

normal yang lain akan sama. Pertumbuhan fisik adalah

normal, namun perkembangan berpikir serta kepribadian

adalah prematur. Hal ini mengakibatkan anak kesulitan

bersosialisasi sertamengendalikan diri. Setelah lulus SMA,

anak tidak dapat melanjutkan sekolah dan tidak mau

bekerja. Akibatnya, dia frustasi dan hanya tinggal di rumah.

Saat disetel, ini bekerja sangat lambat dan tidak diarahkan.

i) Kognisi bagi siswa tunagrahita, istilah kognisi bisa

diartikan sebagai proses memahami apa yang didapatkan

melalui interaksi dengan lingkungan. Pemahaman

konseptual terhadap orang/individu didapatkan melalui

proses: proses indrawi dan penglihatan (visual, auditori,

kinestetik, dan taktil). (Husain, 2014) menjelaskan bahwa

kognisi ialah proses berpikir, kemampuan individu untuk

menghubungkan, mengevaluasi serta mempertimbangkan

peristiwa dan kejadian.

Proses kognitif ini terkait dengan tingkat intelegensi

(kecerdasan) yang mencirikan orang-orang dengan minat


18

yang sama, terutama dalam hal ide dan pembelajaran.

Kognisi terdiri dari setidaknya lima proses: persepsi,

ingatan, ide, evaluasi, serta penalaran. Psikolog

perkembangan umumnya beranggapan bahwa siswa

tunagrahita secara teoritis mengalami tingkat

perkembangan kognitif yang sama dengan anak normal

(Dunn, John.M & A.Carol, 2014). perilaku adaptif.

Ketepatan (akurasi) jawaban yang diberikan anak

tunagrahita lebih rendah dibandingkan dengan anak normal.

Tapi apabila tugas yang dihadapi adalah pembedaan visual.

Ternyata keadaan siswa tunagrahita hampir sama dengan

anak lainnya. Mengenai ingatan anak-anak tunagrahita,

ingatan jangka pendek berbeda dengan anak normal,

ingatan jangka panjang tampaknya sama dengan anak

normal, dan meskipun ingatannya sama dengan anak

normal, ada bukti ingatan mental.( memori langsung)

berbeda dari anak normal.

Adapun beberapa karakteristik siswa tunagrahita apabila

dilihat dari segi kognitif ialah sebagai berikut.

a) Cenderung berpikir konkrit dan sulit berpikir

b) kesulitan berkonsentrasi.

c) Keterampilan sosial terbatas.

d) Instruksi yang sulit tidak dapat disimpan.


19

e) Anda tidak mampu menganalisis dan mengevaluasi

peristiwa yang anak alami.

f) Pencapaian tertinggi siswa tunagrahita dalam membaca,

menulis dan berhitung paling banyak adalah anak normal

kelas III-IV.

Ketidak fleksibelan mental siswa tunagrahita membuat anak

tunagrahita kesulitan dalam mengorganisasikan materi yang

dipelajarinya dan menyulitkan siswa tunagrahita dalam menangkap

informasi yang kompleks. benda-benda konkret. Kondisi seperti itu

terkait dengan defisit memori jangka pendek, pemikiran buruk, dan

kesulitan menghasilkan ide. Disabilitas intelektual dalam belajar

seringkali merupakan proses trial and error. Mereka tidak bisa

menemukan aturan belajar, mereka tidak bisa melihat objek,

mereka melihat sesuatu secara berbeda, jadi kami menemukan

elemen yang terlihat lebih dominan. Sebagai akibat dari kondisi

ini, mereka mengalami kesulitan memahami hubungan sebab

akibat.

Kemampuan kognitif/berpikir siswa tunagrahita pada

umumnya terganggu karena kelemahan intelektual. Menurut

Mussen, Conger, dan Ragan, tahapan proses kognitif adalah

persepsi, memori, ide, penilaian, dan penalaran. Berdasarkan

adaptasi James D. Page terhadap perkembangan kognitif, siswa

tunagrahita memiliki kemampuan belajar yang sangat terbatas,


20

terutama kemampuannya dalam menangani materi pelajaran yang

abstrak. Mereka belajar lebih banyak dengan membeo (mengingat)

daripada dengan memahami. Hari demi hari mereka melakukan

kesalahan yang sama. Mereka cenderung menghindardari tindakan

berpikir. Mereka mengalami kesulitan berkonsentrasi dan

memiliki sedikit bidang minat. Mereka juga cenderung cepat lupa,

kesulitan membuat kreasi baru, dan memiliki rentang perhatian

yang pendek.

Menurut Kirk, perkembangan kognitif pada siswa

tunagrahita ringan terhenti pada tahap operasional konkrit. Dengan

demikian, meskipun siswa tunagrahita ringan memiliki usia

kronologis yang sama dengan siswa normal, namun pencapaian

prestasi akademiknya berbeda. Meskipun demikian, karena potensi

anak tunagrahita ringan dapat dikembangkan secara akademis

melalui pendidikan luar biasa, untuk membantu mereka mencapai

tingkat tersebut, diperlukan metode belajar mengajar yang

profesional untuk mengembangkan dan meningkatkan kapasitas

adaptif. ke lingkungan mereka.

Dampak keterlambatan perkembangan kognitif diantaranya

kecenderungan berpikir konkrit, kesulitan berpikir, kurang

konsentrasi, kemampuan membaca dan menulis yang baik, dan

matematika pada kelas 3 dan 4 sekolah dasar. Dari sini bias ditarik

kesimpulan bahwasanya kemampuan belajar kognitif siswa


21

tunagrahita ringan masih tergolong rendah. Namun keterampilan

laten yang ada bisa dikembangkan dengan pendidikan khusus yang

memperhatikan tahap pengembangan, yakni operasi konkret.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Siswa Tunagrahita Ringan

Prinsip khusus pada pembelajaran siswa tunagrahita ringan adalah

bahwa keterbatasan yang dimiliki siswa tunagrahita ringan dalam hal

kemampuan intelektualnya membuat kebutuhan belajar khusus siswa

tunagrahita ringan diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajarannya.

pelayanan atau pengobatan. Selain itu, untuk mengembangkan

keterampilan siswa tunagrahita ringan. Oleh karena itu, pendidik perlu

memahami prinsip belajar siswa tunagrahita ringan, dan untuk

mencapai hal tersebut, guru harus memperhatikan prinsip belajar

tertentu seperti (Astati & Mulyati, 2010).

a. Prinsip perkembangan mental, artinya guru bisa memahami usia

intelektual siswa tunagrahita Hal ini bertujuan supaya guru dapat

tau usia perkembangan anak dan materi pembelajaran dapat

disesuaikan dengan kondisi anak. Prinsip ini bertujuan agar

tercapainya tujuan pembelajaran dan anak tidak mengalami

hambatan pada saat memahami pembelajaran.

b. Prinsip gerak. Prinsip keterampilan motorik berarti bahwa

beberapa kegiatan mengarahkan anak untuk belajar suatu hal. Guru

juga bisa menawarkan latihan motorik pada anak agar mereka


22

dapat melaksanakan latihan motorik yang belum dapat

dilaksanakan oleh anak

c. Prinsip pemodelan. Anak kurang memiliki kemampuan berpikir

abstrak, sehingga dalam proses pembelajaran guru perlu

mengubah cara belajarnya, salah satunya adalah penggunaan

alat bantu visual. Alat bantu visual yang Anda gunakan harus

spesifik atau realistis dan menekankan subjek sehingga anak dapat

menanggapi apa yang diajarkan. yaitu prinsip pengulangan. Ciri

umum siswa tunagrahita ialah mudah dilupakan terutama pada

proses pembelajaran, sehingga menjadi tugas guru untuk

mengulang dalam berbagai bentuk agar siswadapat memahami apa

yang sudah dipelajarinya

d. Prinsip Korelasi Prinsip korelasinya ialah suatu hubungan dua arah

antarkehidupan anak pada keseharian dengan apa yang anak

pelajari

e. Prinsip kemajuan terus menerus. Sekalipun proses belajar anak

memerlukan pengulangan proses belajar, materi yang diberikan

merupakan kesempatan bagi siswa tunagrahita untuk mempelajari

materi selanjutnya dengan langkah sederhana jika anak

menunjukkan kemajuan dalam proses belajar.

f. Prinsip individualisasi, artinya tujuan pembelajaran tercapai dan

anak diajar berdasarkan kemampuannya dalam memahami materi

pelajaran. Siswa tunagrahita tetap berinteraksi dengan teman dan


23

lingkungan.

4. Kurikulum dan Keterampilan Menjahit Bagi Tunagrahita

Kemampuan kognitif yang terbatas membuat pendidikan untuk

siswa tunagrahita tidak hanya terpusat pada pendidikan yang bersifat

akademis saja. Namun, juga dikembangkan pada pendidikan yang

bersifat soft-skill. Pembelajaran keterampilan vokasional merupakan

salah satu pembelajaran yang menjadi jalan keluar dari kebutuhan

pendidikan untuk siswa tunagrahita. Salah satu bentuk pembelajaran

vokasional yang dapat diterapkan di sekolah luar biasa (SLB) adalah

pembelajaran vokasional menjahit (Prasetyo, 2016).

Tujuan dari pembelajaran keterampilan vokasional bagi siswa

tunagrahita sendiri ialah untuk mengurangi bantuan-bantuan dari orang

lain dan berorientasi pada kehidupan mandiri yang mana dimensi dari

kemandirian itu dapat menafkahi dirinya sendiri. Selain itu,

pembelajaran keterampilan vokasional juga mampu meningkatkan

motorik serta kemandirian siswa tunagrahita.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah

mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Bila mengacu pada tujuan pada

kondisi siswa tunagrahita maka pendidikan yang tepat diarahkan pada


24

bagaimana mereka mampu hidup secara mandiri (Ratnengsih, 2017).

Permen No.22 tahun 2006 menyatakan bahwa proporsi muatan isi

kurikulum satuan pendidikan jenjang menengah dan atas terdiri dari

40%-50% aspek akademik dan 60%-50% aspek keterampilan

vokasional. Oleh karenanya kurikulum satuan pendidikan untuk

tunagrahita dirancang sangat sederhana sesuai dengan batasan

kemampuan siswa dan sifatnya lebih individual. Penyelenggaraan

keterampilan vokasional mengacu pada Permen No.22 tahun 2006,

artinya sekolah diberikan kewenangan penuh untuk merancang

penyelenggaraan program vokasional yang bervariasi, baik dari jenis

keterampilan yang diberikan pada anak maupun berbagai hambatan

dalam pelaksanaannya.

B. Keterampilan Menjahit bagi Tunagrahita

1. Pengertian Menjahit

Menjahit adalah salah satu keterampilan yang dikategorikan dalam

keterampilan yang rumit, sebab memerlukan koordinasi mata, tangan,

kaki dan kognitif. Menjahit bisa dilakukan dengan menggunakan

tangan maupun mesin jahit. Untuk memperoleh pendidikan menjahit

agar bisa menjadi penjahit yang profesional diperoleh di kursus.

Namun saat ini pendidikan menjahit banyak menjadi pembelajaran

keterampilan di sekolah-sekolah baik sekolah reguler atau sekolah luar

biasa.

Menurut Uswatun Hasana, (2013) menjahit merupakan proses


25

menyatukan dua helai kain menjadi satu dengan menggunakan tangan,

yang sebelumnya telah dibuat pola. Pendapat lain dari

Wahyumingtyas, (2013) menjelaskan bahwa menjahit adalah pekerjaan

menyambungkan kain, bulu, kulit binatang dan bahan satuan dengan

bahan lainnya yang bisa dilewati dengan jarum jahit dan benang.

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa menjahit adalah proses dalam

menyatukan bagian kain yang satu dengan bagian kain yang lainnya,

baik dengan cara manual dengan tangan maupun menggunakan mesin

jahit.

2. Pengertian Keterampilan Menjahit Bagi Penyandang Tunagrahita

Menjahit ialah upaya menyambungkan kain, bulu, kulit binatang

atau bahan bergerak lainnya dengan jarum dan benang jahit. Menjahit

bisa dilakukan dengan tangan menggunakan jarum atau mesin jahit.

Menjahit adalah kemampuan untuk mengekspresikan kreativitas anak

dengan mencobamemadukan kain, bulu, kulit binatang, dan bahan lain

yang bergerak dengan jarum dan benang jahit.

Keterampilan menjahit merupakan keterampilan yang banyak

diminati, terutama di kalangan wanita. Mencapai keterampilan ini

hanya membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan tekad saat

menggunakan benang, jarum, dan alat lainnya (Ramadani & Novrita,

2019).

C. Prestasi Menjahit Bagi Penyandang Tunagrahita

Prestasi menjahit yaitu kumpulan beberapa kalimat yang pada


26

dasarnya mempunyai pengertian yang berbeda. Prestasi merupakan

pencapaianhasil dari kegiatan yang sudah diselesaikan sehingga membuat

sesuatu menjadi menyenangkan hati dengan cara menjaga keuletan kerja

bagus secara perorangan maupun kelompok (Kurniawan, 2009).

Menjahit ialah upaya menyambungkan kain, bulu, kulit binatang

atau bahan bergerak lainnya dengan jarum dan benang jahit. Menjahit bisa

dilakukan dengan tangan menggunakan jarum atau mesin jahit. Menjahit

adalah kemampuan untuk mengekspresikan kreativitas anak dengan

mencoba memadukan kain, bulu, kulit binatang, dan bahan lain yang

bergerak dengan jarum dan benang jahit. Keterampilan menjahit

merupakan keterampilan yang banyak diminati, terutama di kalangan

wanita. Mencapai keterampilan ini hanya membutuhkan ketelitian,

kesabaran, dan tekad saat menggunakan benang, jarum, dan alat lainnya

(Ramadani & Novrita, 2019).

Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, prestasi menjahit bagi

penyandang tunagrahita merupakan keberhasilan seseorang penyandang

tunagrahita yang telah dikerjakan dengan cara jalan keuletan dan kerja baik

dalam segi penglihatan hingga berhasil mendapatkan suatu keberhasilan

yang menjadi kebanggaan semua orang.

D. Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Prestasi Penyandang


Tunagrahita

Pada dasarnya pendidikan anak merupakan tugas orang tua sebagai

pusat pendidikan anak yang paling utama serta sebagai penentu.


27

Disamping itu, anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, latihan dan

pembelajaran dari orang tua untuk pertama kali dalam lingkungan

keluarganya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dan

menentukan tumbuh kembang anak, termasuk anak berkebutuhan khusus.

Menurut Hewett dan Frenk D., peran orang tua pada anak

berkebutuhankhusus adalah diantaranya :

1. Sebagai pembantu (asisten), yakni penolong utama untuk mencapai

tujuan pelayanan pengasuhan serta pendidikan anak.

2. Sebagai Pembela (perwakilan), yang memahami, memperjuangkan

serta melindungi hak-hak anak pada kesempatan memperoleh

manfaat pendidikan sesuai dengan karakteristiknya yang khas.

3. Sebagai narasumber, jadilah sumber informasi yang lengkap serta

mengenaitentang diri anak saat mencoba mengintervensi perilaku

anak.

4. Peran berperan sebagai pengajar (teacher), pendidik bagi anak pada

ekstrakurikuler keseharian anak.

Sebagai ahli diagnosa (diagnostik) untuk menentukan manifestasi

dan jenis kebutuhan khusus serta kemampuan memberikan perawatan,

khususnya di luar sekolah.

E. Peranan Guru Dalam Mengembangkan Prestasi Penyandang


Tunagrahita

1. Perantara dan moderator, ialah perancangan pembelajaran dengan


28

metode ceramah dan latihan. Model dan contoh yaitu mempraktekkan

model yang praktis, kemudian penyandang tunagrahita melakukan apa

yang dilakukan gurunya kembali.

2. Motivator yaitu menawarkan dukungan, membujuk dan

memberi sumbangan.

3. Pemandu dan evaluator yaitu membimbing penyandang disabilitas

intelektual sesuai program pelatihan, melakukan pemanasan, memberi

contoh dan menirukan anak, guru melakukan evaluasi setiap hari

pelatihan, melihat perkembangan keterampilan dalam pelaksanaan

pelatihan menjahit.

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yaitu suatu kerangka pola pikir peneliti tentang

pelaksanaan dari penelitian. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini

ketika peneliti menemukan seorang siswa penyandang tunagrahita yang

mampu meraih prestasi dalam bidang keterampilan menjahit hingga ke

Nasional, saat ini belajar di SLBN 1 Harau.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil prestasi adalah cara

belajar atau latihannya. Jika cara belajar atau latihan seseorang baik, maka

prestasi yang akan didapat juga akan baik. Cara belajar atau latihan setiap

orang pasti tidak akan selalu sama, namun cara belajar atau latihan yang

baik akan membantu seseorang dengan mudah memahami suatu

permainan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengkaji penelitian

terhadap siswa penyandang tunagrahita yang berprestasi dibidang


29

menjahit, khususnyapada profil latihan dan pemahaman serta teknik siswa

penyandang tunagrahita dalam mencapai prestasi menjahit. Sehingga hal-

hal yang akan dikaji dalam penelitian yang akan dilaksanakan yaitu

tentang bagaimana cara siswa penyandang tunagrahita dalam mengikuti

latihan menjahit, cara siswa penyandang tunagrahita memahami bentuk-

bentuk dan kegunaan alat-alatmenjahit, cara siswa penyandang tunagrahita

belajar memahami teknik dalam menjahit, cara siswa penyandang

tunagrahita belajar strategi-strategi dalam menjahit. Data nantinya akan

dideskripsikan secara lugas supaya lebih mudah dimaknai, dan

memperoleh hasil penelitian yang valid. Dari hasil pengumpulan data

tersebut, barulah akan dapat diperoleh suatu temuan sebagai jawaban

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Berikut bagan alur pikir

penelitian ini:
30

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Latar Entri

Penelitian ini akan dilakukan pada dua lokasi yakni SLB N 1

Harau tempat siswa penyandang tunagrahita ini bersekolah dan rumah

siswa penyandang tunagrahita yang beralamatkan di jorong Boncah,

Kelurahan Batu Balang Kec.Harau, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.

Penelitian pada kesempatan ini dilakukan peneliti untuk mengetahui hal

sebenarnya mengenai profil latihan dan pemahaman serta strategi siswa

penyandang tunagrahita dalam mencapai prestasi menjahit sampai tingkat

Nasional. Dalam melaksanakan pengamatan, peneliti melakukan

pengamatan alamiah dan terbuka.

Peneliti melihat kondisi alamiah dari siswa penyandang tunagrahita

ini saat berlatih di sekolah SLB N 1 Harau dan berada dirumah. Selama

observasi terbuka, peneliti melakukan observasi nyata dengan informasi

siswa tunagrahita yang menjadi subjek penelitian ini danresponden seperti

guru, keluarga dan teman, dan peneliti juga diam-diam melakukan

observasi terhadap siswa tunagrahita.

B. Jenis Penelitian.

Penelitian harus terlebih dahulu mempertimbangkan jenis

penelitian apa yang sesuai dengan masalah yang diteliti, jenis yang

digunakan adalah studi kasus termasuk dalam pendekatan kualitatif. Studi

kasus adalah rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam suatu

29
30

program, peristiwa atau kegiatan dan pada tingkat individu, kelompok

orang, lembaga atau organisasi secara mendalam, mendetail, dan

menyeluruh untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam tentang

acara yang akan diterima menawarkan. Pada umumnya kejadian yang

dipilih, selanjutnya disebut kasus, adalah kejadian nyata yang terjadi,

bukan sesuatu yang terjadi (Rahardjo, 2017).

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti mengkaji peristiwa atau

fenomena dunia nyata secara detail dan komprehensif terkait dengan profil

siswa penyandang disabilitas perkembangan yang berhasil di industri jahit

nasional. Demikian pula deskripsi yang didapatkan berdasarkan hasil

pengamatan pada fenomena alam yang terjadi lalu dideskripsikan.

C. Setting Penelitian

Setting adalah lokasi kegiatan penelitian, yaitu tujuan dimana anda

akan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk melengkapi tujuan

dan menunjang penelitian selama penelitian ini bertempat di SLB N 1

Harau dan sebuah rumah di Jorong Boncah, Desa Batu Balang, Kec.

Harau, Kota Payakumbuh Sumatera Barat.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa penyandang

tunagrahita lahir di Payakumbuh, 28 Oktober 2001. Hambatan

intelektualnya sudah didapat sejak bayi, saat ini dia menjadi siswa di SLBN

1 Harau. Prestasi menjahit siswa tunagrahita ini telah mencapai tingkat

nasional di Jakarta. Hal inilah yang menyebabkan peneliti tertarik pada


31

siswa penyandang disabilitas perkembangan sebagai subjek penelitian

E. Sumber Data

Kajian ini memuat sumber data yang paling penting serta

mendukung. Sumber informasi utama untuk penelitian ini adalahpara

siswa tunagrahita itu sendiri untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan dalam bentuk kata-kata serta tindakan, terutama mengenaiprofil

pendidikan serta pemahaman dan juga strategi para siswa tunagrahita di

industri menjahit. Sedangkan sumber data pendukung yaitu keluarga siswa

penyandang tunagrahita, sebab keluargalah yang menjadi lingkungan

utamanya, kemudian guru pelatih keterampilan dalam menjahit siswa

penyandang tunagrahita sendiri serta kepada orang-orang di sekitarnya,

yang juga dapat memberikaninformasi tambahan tentang profil pendidikan

dan strategi pemahaman dan adaptasi siswa tunagrahita X untuk

mendukungkeberhasilan pendidikan dan strategi pemahaman dan adaptasi

mereka.

F. Teknik Pengumpulan Data

Kajian ini memuat bahan-bahan yang harus dikumpulkan serta

dengan kebutuhan penelitian tentunya disesuaikan agar dapat menjawab

pertanyaan dalam ini kajian. Teknik pengumpulan data ialah instrumen

(alat) dalam proses pengumpulan informasi atau materi dunia nyata yang

dapat dijadikan landasan penelitian (Dr. Umar Sidiq & Dr. Moh. Miftachul

Choiri, 2019). Dengan demikian dalam pengumpulan data peneliti akan

ke lapangan langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam


32

melihat kondisi dan situasi yang terjadi ialah :

1. Observasi ( pengamatan)

Observasi merupakan strategi yang digunakan untuk memperoleh

informasi tentang perilaku spesifik seperti keterampilan sosial,

keterampilan akademik, kebiasaan belajar dan keterampilan bantu diri

Observasi di dalam sebuah penelitian sangatlah penting untuk

mengumpulkan data. dalam penelitian ini peneliti akan mengobservasi

tentang profil siswa tunagrahita X yang berprestasi di bidang

keterampilan menjahit di SLB N 1 Harau.

2. Wawancara

Wawancara ialah percakapan yang memiliki maksud dan tujuan

tertentu. Jika wawancara dilaksanakan oleh orang yang diwawancarai,

siapa yang akan menjawab pertanyaan? Tujuan wawancara adalah

untuk memperoleh informasi tentang orang, peristiwa, organisasi,

perasaan, motif, kebutuhan, perhatian dan informasi lainnya (Moleong,

2012). Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi verbal

langsung dari sumber informasi. Memperoleh informasi tentang profil

pendidikan siswa penyandang disabilitas perkembangan menjahit,

serta pemahaman dan strategi untuk mendapatkan informasi serta

penjelasan terkait hal yang yang tidak diperhatikan pada saat

dokumentasi dan pengamatan. Wawancara dilaksanakan dengan

informal yakni merekam responden yang tidak sadar sedang

diwawancarai untuk mengumpulkan bahan penelitian karena


33

wawancara berlangsung dalam lingkungan yang normal dan alami

pada keseharian serta responden terkadang sadar bahwasanya dirinya

sedang di wawancara (Moleong, 2012). Dalam penelitian ini peneliti

akan mewawancarai siswa tunagrahita x,guru pelatih siswa tunagrahita

X dalam menjahit, Kepala sekolah, Orang tua X sebagai bahan

penelitian

3. Studi Dokumentasi

Sebagai upaya melengkapi penelitian dan memastikan keakuratan

informasi yang didapatkan selain dari wawancara dan pengamatan,

penelitian ini juga didukung dengan adanya studi dokumentasi.

Dokumentasi adalah usaha peneliti dalam memperoleh informasi

berbentuk catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, tulisan, risalah

rapat, flyer, agenda, serta lain sebagainya.

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan studi dokumentasi yang

didapatkan melalui video latihan yang diambil oleh guru pelatih siswa

tunagrahita X saat X latihan yang diunggah di youtube yang terdapat

dalam link https://youtu.be/VESOqCTXUh8. Dokumentasi yang

diperlukan selama proses penelitian ditempat siswa penyandang

tunagrahita bersekolah yaitu SLB N 1 Harau, tempat latihan siswa

penyandang tunagrahita yaitu di asrama SLB N 1 Harau dan di rumah,

serta sertifikat dan piala yang didapatkan siswa penyandang

tunagrahita terkait prestasi dibidang menjahit.


34

G. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah tugas memanipulasi data, mengaturnya,

mengkategorikannya menjadi potongan-potongan yang dapat dikelola,

mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, mencari tahu apa yang

penting untuk dipelajari, dan memutuskan apa yang akan dibagikan den

orang lain (Lainnya, 2021). Berdasarkan pengertian tersebut, analisis data

melibatkan pemilihan, penyederhanaan, pemusatan, abstraksi, dan analisis

data secara sistematis dan rasional untuk mengungkapkan materi yang

dapat digunakan untuk membangun jawaban atas tujuan peneliti, dan

proses pengorganisasian. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah tahap masuk lapangan dengan pertanyaan bulat besar dan kecil

serta analisisdata dengan analisis domain.

1. Menarik kesimpulan yang ditarik oleh peneliti berdasarkan analisis

hasil penelitian serta informasi dari praktik. Selain itu, peneliti

menggunakan triangulasi, dimana peneliti mendapatkan informasi dan

data dari sumber lain, untuk mengkonfirmasi temuan penelitian. Oleh

karena itu, analisis bahan penelitian bersifat interaktif melalui proses

berurutan. Tahapan analisis data penelitian adalah : Mencatat hasil

belajar yang aslinya berupa rekaman audio dan video yang diperoleh

dengan mengamati dan mewawancarai profil siswa sukses (X) di Toko

Jahit SLB N 1 Harau, di atas kertas. Informasi yang diterima dibaca

beberapa kali agar memastikan keakuratannya.

2. Mengklasifikasikan informasi yang didapatkan dari observasi serta


35

wawancara mengenai profil praktis, pemahaman dan strategi siswa

tunagrahita yang berhasil dalam permainan menjahit. Pengelompokan

informasi yang terdiri atas riwayat kelahiran (X), riwayat

perkembangan (X), riwayat pendidikan yang ditempuh (X) dan prestasi

yang diraih (X), peran guru pada pembinaan prestasi (X), peran orang

tua untuk pembinaan prestasi (X).

3. Analisis data yang diterima. Informasi yang dikumpulkan tentang

riwayat kelahiran (X), riwayat perkembangan (X), riwayat pendidikan

yang ditempuh (X) dan prestasi yang diraih (X), peran guru pada

pembinaan prestasi (X), peran orang tua untuk pembinaan prestasi (X).

4. Berikan interpretasi dari data yang diperoleh. Cari tahu data yang

diperoleh dengan menganalisis kegiatan (X) dalam menjahit, riwayat

kelahiran (X), riwayat perkembangan (X), riwayat pendidikan yang

ditempuh (X) dan prestasi yang diraih (X), peran guru pada pembinaan

prestasi (X), peran orang tua untuk pembinaan prestasi (X).

5. Membuat kesimpulan adalah analisis penyajian informasi, yang

disusun pada bentuk pertanyaan, kalimat ataupun bentuk pendek serta

padat, yang memuat pemahaman yang luas mengenai profil siswa

tunagrahita yang berhasil dijahit di tingkat nasional. Terkhusus dengan

Profil Kegiatan (X) Menjahit, riwayat kelahiran (X), riwayat

perkembangan (X), riwayat pendidikan yang ditempuh (X) dan prestasi

yang diraih (X) , peran guru pada pembinaan prestasi (X), peran orang

tua untuk pembinaan prestasi (X) (Moleong, 2012).


36

H. Teknik Keabsahan Data

Jika informasi diperoleh dari suatu praktik, kebenaran informasi

tersebut harus diverifikasi terlebih dahulu. Ada beberapa teknik

pemeriksaan keabsahan data, sejauh mana kebenaran dan netralitas hasil

penelitian ini dicapai melalui beberapa prosedur sebagai berikut:

1. Perluasan Kepesertaan

Dalam penelitian kualitatif yaitu instrumen itu sendiri, ketika

keikutsertaan peneliti menentukan pengumpulan data. Partisipasi tidak

hanya terjadi dalam waktu singkat, tetapi juga membutuhkan

partisipasi yang benar-benar meluas dalam lingkungan penelitian.

Kegiatan tersebut dilakukan untuk meningkatkan keyakinan atau

menghilangkan misinformasi tentang riwayat kelahiran (X), riwayat

perkembangan (X), riwayat pendidikan yang ditempuh (X) dan prestasi

yang diraih (X), peran guru pada pembinaan prestasi (X), peran orang

tua untuk pembinaan prestasi (X).

2. Ketekunan/Pengamatan

Penentuan adalah proses menemukan fitur dan elemen situasi yang

paling relevan dengan topik atau masalah yang dicari, dan kemudian

memfokuskan pada masalah tersebut secara rinci. Dengan kata lain,

jika partisipasi yang diperluas memberikan keluasan, maka

pengamatan terus- menerus memberikan kedalaman. Dengan tekad

yang meningkat, peneliti dapat memverifikasi keakuratan data yang

ditemukan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk memberikan


37

deskripsi data yang akurat serta sistematis mengenai apa yang sudah

diamati. Kemudian Anda akan mendapatkan informasi yang solid dan

nyata tentang profil pendidikan siswa penyandang disabilitas

perkembangan serta pemahaman danstrategi menjahit.

Peneliti dengan tekun dan cermat mengamati bagaimana siswa

tunagrahita memperdalam profil (X) dalam menjahit, riwayat kelahiran

(X), riwayat perkembangan (X), riwayat pendidikan yang ditempuh

(X) dan prestasi yang diraih (X), peran guru pada pembinaan prestasi

(X), peran orang tua untuk pembinaan prestasi (X). (Moleong, 2012).

3. Segitiga

Triangulasi ialah teknik validasi data yang menggunakan sesuatu

yang berbeda dari sumber, metode dan waktu yang berbeda untuk

memverifikasi atau membandingkan data. Tujuan triangulasi bukan

hanya untuk menemukan kebenaran tentang fenomena, tetapi untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang apa yang telah ditemukan.

Berbagai cara diimplementasikan sebagai berikut:

a. Membandingkan informasi yang diperoleh melalui observasi dan

wawancara dengan sumber informasi yang diperoleh untuk

menentukan kebenaran informasi tersebut.

b. Bandingkan apa yang orang katakan di depan umum dengan

sumber Anda sendiri dan buku dan putuskan bahwa informasi yang

benar relevan dengan masalah tersebut.

c. Membandingkan keadaan sudut pandang Anda sendiri dengan


38

pandangan dan pendapat orang lain.

Oleh karena itu, triangulasi yang relevan membandingkan dan

memeriksa tingkat keandalan atau validitas informasi yang diperoleh

dariberbagai sumber, metode, dan dari waktu ke waktu menggunakan

teknik pengumpulan data yang berbeda. Teknik yang digunakan

narasumber adalah membandingkan tingkat kepercayaan hasil yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan siswa tunagrahita

itu sendiri dan orang lain di sekitarnya, kemudian informasi dari hasil

dokumentasi untuk menentukan kebenarannya.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum

Subjek penelitian ini adalah seorang siswa tunagrahita ringan yang

memiliki prestasi di bidang keterampilan menjahit yang peneliti beri

inisial X, lomba yang telah diikuti olehnya di bidang keterampilan

menjahit terdiri dari berbagai tingkatan yaitu tingkat kabupaten lima puluh

kota,kota payakumbuh, provinsi, nasional. Pada tahun 2021 diutus

sebagai perwakilan dari Sumatera Barat dalam ajang LKSN-PDBK

(Lomba Keterampilan Siswa Nasional-Peserta Didik Berkebutuhan

Khusus) cabang menjahit tingkatan SMPLB/SMALB dan dia mampu

meraih harapan 3. X merupakan siswa tunagrahita ringan yang berjenis

kelamin perempuan yang bersekolah di SLBN 1 Harau yang beralamatkan

tempat tinggal di jorong Boncah, Kelurahan Batu Balang Kec. Harau,

Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, siswa X merupakan anak kedua dari 4

saudara.

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di SLBN 1 Harau

tempat X bersekolah dan di rumah tempat tinggal X yang beralamatkan

tempat tinggal di jorong Boncah, Kelurahan Batu Balang Kec. Harau, Kota

Payakumbuh, Sumatera Barat. Dari jalan raya, sekolah tempatnya

bersekolah cukup jauh masuk ke dalam gang. Gambaran lingkungan

sekolah tempat X bersekolah dapat peneliti gambarkan yaitu bagian kanan

terdapat perumahan warga dan perkebunan singkong. Bagian kiri sekolah,

39
40

terdapat rumah warga , sedangkan bagian depan sekolah terdapat

dinas perikanan sekaligus jalan raya. Pada bagian belakang sekolah juga

terdapat rumah penduduk dan sungai. Gaya bangunan sekolah membentuk

persegi, bagian depan terdapat halaman dan sebelah kanan terdapat tempat

parkir, sebelah kiri terdapat ruang kepala sekolah dan guru. Di dalam

terdapat lapangan tempat titik kumpul siswa dan guru ketika

melaksanakan upacara maupun kegiatan lainnya, sedangkan ruang kelas X

terletak pada bagian ujung kiri menghadap ke lapangan dan samping kiri

terdapat kelas autis.

Sedangkan tempat kedua di rumah tempat kediamannya dan

keluarganya yang beralamatkan tempat tinggal di jorong Boncah,

Kelurahan Batu Balang Kec. Harau, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat,

dari jalan rayarumahnya masuk ke dalam gang komplek sejauh 100 meter

kemudian belok kiri sejauh 20 meter, gambaran lingkungan tempat

tinggalnya dapat peneliti gambarkan yaitu sebelah kiri bersebelahan

dengan rumah tetangga yang mana dinding rumah nya dan tetangga saling

menempel. sebelah kanan sama juga bersebelahan dengan rumah warga

dan dindingnya juga menempel, di bagian depan terdapat halaman yang

tidak cukup luas dimana terdapat pohon belimbing dan tempat jemur

pakain kemudian di luar pagar terdapat jalan dan di sebelah jalan ada

tebing yang tinggi nya sekitar 3 meter, diatas tebing terdapat serumpun

pohon bambu dan kebun milik salah satu warga, sedangkan bagian

belakang dindingnya langsung saling menempel dengan dinding rumah


41

warga. Bagian dalam rumah terdapat dua buah kamar tempat tidur dan satu

buah kamar terdapat di bagian depan, di susut ruangan tamu terdapat

lemari kaca dipenuhi buku tentang agama yang dikoleksinya, sebuah

kamar lagi terdapat di bagian belakang dimana terdapat ruang santai

tempat nonton tv di bagian depan dan di sebelah terdapat kamar mandi

dengan disebelahi tempat masak dan ruangan makan, dinding rumah sudah

di semen dan dicat dengan warna hijau.

1. Temuan Khusus
Pada penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan data hasil

penelitian yang didapatkan melalui wawancara dan studi dokumentasi

dari X selama kegiatan. Ada dua responden utama dalam penelitian ini

yaitu guru lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga yang diberi

inisial keluarga X sebagai primer.

Data yang dapatkan pada wawancara akan disingkat dengan CW

yaknicatatan wawancara serta seluruh kegiatan akan didukung dengan

dokumentasi. Bahasan tentang temuan di lapangan akan dipaparkan ,

informasi tersebut berupa wawancara, hasil pengamatan, dan

dokumentasi yang didapatkan dari subjek.

a. Profil Tunagrahita X

1) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran X

Selama melewati masa kehamilan, orangtua atau ibu dari X

tidak memiliki dan mengalami permasalahan apapun. Selama

kehamilan tersebut ibu X selalu melakukan pemeriksaan rutin


42

pada bayi di kandungannya ke dokter. Namun, ketika proses

bersalin akan dilakukan ada kendala yang terjadi pada bayi X.

Hal itu terjadi pada kepala bayi X sehingga dilakukan vakum.

2) Riwayat Perkembangan dan Hubungan Anak-Orangtua

X merupakan anak ke-2 dari 4 saudara. 3 saudara X tidak

mengalami hambatan apapun. Hanya X yang mengalami

hambatan sendiri. Selama masa perkembangan X, ia melewati

masa perkembangan seperti anak pada umumnya. Di saat X

masih bayi umur 0 bulan hingga 11 bulan, X melalui masa

pertumbuhan dengan normal. Di bulan berikutnya, pada saat X

menginjak usia 1 tahun, X mengalami hambatan dan terkendala

karena di usia tersebut X masih belum bisa berjalan dan

berbicara. Di tahun ke-6 usia X, X mengalami masalah dalam

hal berkomunikasi atau keterlambatan dalam berkomunikasi.

Kedua orangtua X masih hidup dan menyayangi X sama

seperti saudara lainnya, begitu pula dengan X lebih terbuka

akan segala sesuatu kepada orangtuanya. Di rumah X sering

membantu pekerjaan rumah dan melakukan kegiatan menjahit

yang diberikan oleh pihak sekolah. Sehingga X lebih banyak

menghabiskan waktunya di rumah daripada bergaul dengan

teman sebaya di lingkungan rumahnya.

3) Kehidupan Sekolah X

Pada usia sekolah, umur 6 tahun, X disekolahkan oleh


43

kedua orangtuanya di sekolah reguler. Namun selama masa

sekolah tersebut, ternyata X mendapatkan perlakuan tidak baik

oleh teman-temannya sehingga membuat X trauma, hal itu

dipicu oleh X yang tidak naik kelas selama 2 tahun di kelas 1.

Hingga pada akhirnya, X dipindah sekolahkan oleh

orangtuanya ke SLB 1 Tarantang Kecamatan Harau.

Kemampuan dan kesukaan X pada kegiatan menjahit

membuat X lebih sering dan rajin mengikuti seluruh kegiatan

sekolah dan latihan menjahit yang dibimbing oleh guru khusus.

Dengan latihan yang sering dan juga dukungan dari guru dan

orang tuanya, X mendapatkan banyak prestasi dalam kegiatan

menjahit.

B. Pembahasan

1. Prestasi-Prestasi Yang Diraih X Dalam Bidang Keterampilan


Menjahit
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di sekolah tempat

siswa tunagrahita X sekolah peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

kepada X terkait kemampuannya dalam bidang menjahit. X belajar

menjahit sejak kelas dua Sekolah Menengah Pertama saat berumur 14

tahun. X mulai mendapatkan penghargaan pada tahun 2019. Kemampuan

X dalam bidang menjahit tidak perlu diragukan lagi. Ada beberapa

prestasi yang telah diraih X baik di tingkat kabupaten, provinsi dan

nasional diantaranya:

1. Juara 1 LKSN PDBK (Lomba Keterampilan Siswa Nasional- Peserta


44

Didik Berkebutuhan Khusus) cabang menjahit tingkatan

SMPLB/SMALB yang dilaksanakan di SLBN 1 HARAU dengan tema

menjahit Busana Kasual Milenial tingkat kabupaten. Gambar 1:

Piagam Penghargaan Juara 1 LKSN PDBK CabangMenjahit

2. Juara 3 tingkat provinsi pada tahun 2019 dalam ajang LKSN PDBK

dilaksanakan di The Axana Hotel Padang dengan tema Busana Kasual

Milenial tingkat provinsi.

3. Juara 1 tahun 2021 mengikuti lomba dalam ajang LKSN PDBK yang

dilaksanakan di SLBN 1 HARAU dalam bidang menjahit dengan tema

Busana Kasual Milenial tingkat kabupaten.

4. Juara 1 tahun 2021 dalam ajang LKSN PDBK yang dilaksanakan

secara daring di Hotel The Axana Padang dengan tema Busana Kasual

Milenial tingkat provinsi.

5. Mewakili Sumatera Barat dalam ajang LKSN PDBK tingkat

nasional yang dilaksanakan di jakarta dengan tema Busana Kasual

Milenial dan meraih harapan 1 tingkat nasional Gambar 2: Piala

Harapan 1 LKSN PDBK Tingkat Nasional dan Juara 1 LKSN PDBK

tingkat kabupaten tahun 2021

2. Peran Penting Orang-Orang Disekitar Dalam Mengembangkan


Prestasi (X)

Ada beberapa faktor yang berperan penting untuk mengembangkan

prestasi X yaitu Orang tua, Keluarga, dan lingkungan sekolah seperti

kepala sekolah, wali kelas, guru menjahit, serta dukungan teman sebaya.
45

Salah satu peran sekolah dalam mendukung kemampuan muridnya X yaitu

dengan adanyaguru bidang studi khusus menjahit di SLBN 1 Harau selain

itu siswa juga bisa mendapatkan ilmu menjahit diluar jam sekolah. Agar

dapat dipahami oleh muridnya terutama X, guru keterampilan menjahit

memberikan pengajaran dengan cara menjelaskan secara detail setiap

langkah-langkah dalam menjahit. Selain menjelaskan, guru keterampilan

menjahit juga memberikan bimbingan pada pengembangan prestasi X.

Keluarga X juga memberikan dukungan baik moral maupun materil

serpeti sarana dan prasarana menjahit seperti alat dan bahan untuk

menjahit.

Keberhasilan X dalam meraih prestasi tidak lepas dari bimbingan dan

dukungan orang tua. Pendampingan yang dilakukan orang tua X adalah

dengan menyuruh X untuk senantiasa mensyukuri nikmat Allah SWT dan

selalu mendekatkan diri dengan agama. Berkat dukungan dari keluarga

dan lingkungan sekolah, X mampu meraih prestasi tanpa adanya kendala.

a. Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di sekolah

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai

berbagi aturan, program dan target. Sekolah memiliki peran penting

dalam menumbuhkan nilai-nilai dan norma di masyarakat. Selain itudi

sekolah siswa juga dilatih untuk untuk mempraktekan apa yang sudah

dipelajari.

Dan juga kepala sekolah wajib menyediakan fasilitas untuk


46

menunjang prestasi x dalam menjahit Kepala sekolah merupakan

seorang yang bertugas untuk memimpin sebuah sekolah. Selain itu,

kepala sekolah juga memiliki peran dalam perkembangan siswanya

dengan cara memberikan dukungan baik secara moril dan materil.

b. Guru Keterampilan menjahit

Anak Tunagrahita memiliki kekurangan atau keterbatasan dari segi

intelektualnya yang di bawah rata-rata. Oleh karena itu perlu

dilaksanakansebuah tindakan untuk mengembangakan kemampuan

anak Tunagrahita. Pembelajaran yang sesuai dengan anak Tunagrahita

yaitu kegiatan pembinaan, pendampingan dan praktek langsung. Salah

satu pembelajaran yang bisa diberikan pada anak Tuna Grahita yakni

dibidang keterampilan.

Keterampilan menjahit ialah salah satu mata pelajaran yang

diajarkan di SLB Negeri 1 Harau. Ibu Ida Hamidah merupakan guru

yang bertanggung jawab sebagai guru keterampilan menjahit di SLBN

1 Harau Payakumbuh. Beliau sudah menjadi guru keterampilan

menjahit selama enam tahun enam bulan. Siswa X sudah memiliki

prestasi dibidang menjahit sejak SMP. Setelah itu dilakukan

pembinaanterhadap X khusus dibidang Menjahit. Pada tahun 2022 X

mendapatkan harapan 1 kategori busana kasual milenial, hasil yang

diraih 1 piala di Jakarta.

Metode pembelajaran yang diberikan Ibu Ida Hamidah yaitu

dengan cara memberikan bimbingan. Tidak ada perbedaan dalam


47

proses pembelajaran yang diberikan kepada X dengan siswa lainnya.

Kendala yang dihadapi X yaitu keterbatasannya dalam memahami

pelajaran yang membutuhkan waktu cukup lama dibandingkan siswa

lainnya. Tetapi yang menjadi pembeda antara X dari siswa lain, X

menanyakan semua langkah- langkah dalam menjahit sehingga mampu

membuat busana muslim, padahal guru keterampilan menjahit telah

menjelaskan ini tidak termasuk kedalam materi yang akan

dilombakan, kemudian X menjawab “apa salahnya untuk tau buk”. Ibu

Ida Hamidah menjelaskan semua langkah-langkah menjahit sedetail-

detail nya kepada X.

X memiliki kemampuan dalam bidang menjahit, hal ini dibuktikan

X mendapatkan nilai yang dalam praktek keterampilan menjahit.

Sebelum memulai pelajaran, Ibu Ida meminta X untuk membaca Al-

Qur’an Atau sambung ayat, karena ketika kita membaca Al-qur’an

proses pembelajaran akan terasa mudah. Ibu Ida Hamidah memberikan

bimbingan kepada X dengan mencari kumpulan pola busana di internet

yang biasanya dilombakan maupun yang tidak. Sebelum perlombaan,

pelajaran yang diberikan oleh mentor lomba, di ulang dan kupas

kembali apa. Hal tersebut sesuai dengan CW 3

c. Guru Kelas

Keberhasilan X tidak lepas dari bimbingan wali kelas yang selalu

memberikan arahan dan bimbingan kepada X. Sehingga X mampu

mengikuti ajang kompetisi LKSN PDBK tingkat kabupaten dan meraih


48

juara 1 serta kompetisi menjahit tingkat provinsi di Hotel Axana

Padang.

Metode pembelajaran yang diberikan oleh guru kelas adalah

dengan memberikan konsultasi dan informasi terkait lomba kepada X.

Selain itu jika dirasa waktu pengajaran di sekolah kurang maksimal,

maka guru pun mengundang X kerumah untuk memberikan pelajaran.

Selain tatap muka, proses konsultasi dan pembelajaran juga

dilaksanakan melalui media sosial.

Tak hanya itu, guru juga mendampingi X ketika mengikuti

kegiatan lomba. Serta membantu dalam mencarikan buku-buku yang

dibutuhkan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran disamakan

dengan siswa lainnya, agar X merasa tidak dibedakan dengan siswa

lainnya. Metode pembelajaran yang dipakai adalah dengan

menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan

untuk dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar yang baik dalam

jangka panjang. Memahami dengan baik semua informasi yang

disampaikan. Selain berperan sebagai guru, pengajar ke rumah juga

berperan sebagai pembimbing bagi X, memberikan X pemahaman,

bimbingan dan dukungan agar dia dapat melakukan sebanyak mungkin

perubahan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil dilapangan, X memiliki potensi yang bagus dan

aktif. Kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran adalah

kemampuan X dalam memahami materi pembelajaran. Harapan dari


49

wali kelas untuk pembaca yaitu kita memahami bahwa setiap orang

setiap orang mempunyai kecerdasan tergantung bagaimana orang

menemukan cara mengeksplorasi kecerdasan tersebut, yang terpenting

memberi kesempatan.

d. Orang Tua

Selain lingkungan sekolah, keluarga mempunyai peranan yang

sangat penting pada perkembangan anak Tunagrahita. Dukungan dan

bimbingan dari keluarga bertujuan agar anak Tunagrahita mampu

memaksimalkan potensi dirinya sehingga mampu hidup mandiri.

Orang tua harus mampu membimbing anak dengan cara yang positif

agar memberikan rasa aman dan nyaman sehingga anak Tunagrahita

memiliki keberanian dan kemampuan yang baik

Ibu Suryani merupakan orang tua perempuan dari X. Ibu Suryani

menyadari potensi yang dimiliki oleh anaknya. X mendapatkan

prestasi pertama ketika SMP. Sekarang X sudah memiliki berbagai

macam prestasi di bidang menjahit baik itu tingkat Kabupaten,

Provinsi danNasional. Keberhasilan X tidak lepas dari dukungan orang

tua. Selain memberikan dukungan kepada X, Ibu Suryani juga

memberikan sarana dan prasarana guna menunjang keterampilan yang

dimiliki X. Sarana dan prasarana yang diberikan berupa mesin jahit

dan pola-pola yang dibutuhkan untuk menjahit.

Orang tua menyebutkan bahwa X merupakan anak yang baik, tapi

tidak terlalu tertarik untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan


50

lebih memilih untuk bermain di rumah. Dalam memberikan motivasi,

Ibu Suryani selalu menyebutkan kepada X agara belajar mensyukuri

nikmat yang sudah diberikan Allah SWT. Selama menjahit, X tidak

memiliki kendala yang berarti berkat dukungan baik lingkungan

sekolahdan rumah. Selain itu, X juga merupakan anak yang gigi dan

memiliki keinginan belajar yang tinggi.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Siswa X pada masa kehamilan yang dilalui oleh ibunya tidak

mendapati maslaah apapun, hingga terjadinya masalah pada proses

kelahiran X. Hal itu menyebabkan X mengalami hambatan hingga

sekarang ini. Bersekolah di sekolah regular hingga beberapa tahun, X

memutuskan pindah karena di-bully oleh teman-temannya. Keputusan

untuk pindah sekolah ke SLB N 1 Harau, membuat X mengukir

prestasi gemilang di bidang menjahit.

2. Memiliki keterbatasan dan sempat tidak cocok dengan lingkungan

sekolah reguler. Siswa X pindah ke sekolah luar biasa di tahun ketiga

ia bersekolah. Di sekolah tersebut, ternyata X memperlihatkan bakat

yang luar biasa. X mampu meraih prestasi dalam bidang keterampilan

menjahit yaitu dalam ajang LKSN PDBK baik tingkat kabupaten,

provinsi dan nasional

3. Peran guru untuk mengembangkan prestasi X adalah adalah

memberikandukungan secara moril dengan cara memberikan motivasi

dan bimbingan. Metode pembelajaran yang diberikan Ibu Ida Hamidah

yaitu dengan cara memberikan pembinaan, bimbingan dan praktek

4. Peran orang tua dalam mengembangkan prestasi X Orang tua harus

mampu membimbing anak dengan cara yang positif agar memberikan

rasa aman dan nyaman sehingga anak Tunagrahita memiliki

51
52

keberaniandan kemampuan yang baik.

B. Saran

Kita harus menyadari bahwa setiap individu mempunyai potensi yang

berbeda-beda, oleh karenanya diperlukan cara-cara tertentu agar

kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan baik. Selain itu perlu

kerjaesama dari berbagai pihak dalam mengbangkan potensi anak

tunagrahita. Semua pihak diharapkan dapat memberikan dukungan baik

secara moril dan materil


DAFTAR RUJUKAN

Astati, M., & Mulyati. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. CV. Catur Karya

Mandiri.

Devira, D., Hasanuddin, W. S., & Zulfadhli, Z. (2017). Profil Tokoh Perempuan

Dalam

Novel Metropop Sunshine Becomes You Dan in a Blue Moon Karya Ilana Tan.

Jurnal Bahasa Dan Sastra, 5(1), 36–49.

Dunn, John.M & A.Carol, L. (2014). No Title. In Special Physical Education.

Hunt Publishing Company.

Fauzi, M. R. (2019). Pola Belajar Siswa Penyandang Tunanetra Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Di Ma Muhammadiyah 1 Ponorogo. IAIN

Ponorogo.

Hastuti, S. D., & Ilyas, I. (2017). Strategi pembelajaran pelatihan menjahit

sebagai upaya meningkatkan kemandirian anak tunagrahita di sekolah luar

biasa (SLB) dharma anak bangsa klaten. Journal of Nonformal Education,

3(1), 72–79.

Hidayah, N. L. (2018). Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMAN 2

Kota Bengkulu Melalui Ekstrakulikuler Risma AL-ASHR. 3(1).

Husain, A. (2014). Hakikat Pengembangan. In Igarss 2014 (Issue 1).

Juniar, M. A., & Wijono. (2019). Profil kondisi fisik atlet karate persiapan

porprov kabupaten Tuban tahun 2019. Universitas Negeri Padang.

Kurniawan, A. (2009). Prestasi remaja di daerah abrasi. Jurnal Ilmiah Berkala

Psikologi, 11(2), 29–37.

53
54

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E., & Profesional, M. G. (2002). Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.

Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Prasetyo, R. B. (2016). Pembelajaran Keterampilan Vokasional Menjahit Bagi

Peserta Didik Tunagrahita. Universitas Negeri Jakarta.

Pratiwi, R. P. (2014). Mengenalkan Agama Pada Anak Berkebutuhan Khusus.

Jogjakarta: Luxima.

Pujiastuti, T. (2021). Perkembangan Keagamaan Anak Tunagrahita (Studi Kasus

di Sekolah Luar Biasa Negeri Kota Bengkulu). Aswaja Pressindo.

Puspitasari, T., Susilo, B., & Coastera, F. F. (2016). Implementasi Metode

Dempster-Shafer Dalam Sistem Pakar Diagnosa Anak Tunagrahita

BerbasisWeb. Jurnal Rekursif, 4(1), 1–13.

Rahardjo, M. (2017). Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif: Konsep Dan

Prosedurnya. Advanced Drug Delivery Reviews, 135(January 2006), 989–

1011.

https://doi.org/10.1016/j.addr.2018.07.012%0Ahttp://www.capsulae.com/

media/Microencapsulation-

Capsulae.pdf%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.jaerosci.2019.05.001

Ramadani, P., & Novrita, S. Z. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan

Menjahit Rok Melalui Media Mock Up Di Kelas Tata Busana Siswa Slb

Negeri 2Padang. Gorga : Jurnal Seni Rupa 8(1), 203.

https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13170
55

Ratnengsih, E. (2017). Implementasi Program Vokasional bagi Anak Tunagrahita.

JASSI_anakku, 18(1).

Retnowati, D. R., Fatchan, A., & Astina, I. K. (2016). Prestasi Akademik dan

Motivasi Berprestasi Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi Universitas

Negeri Malang. Pendidikan, 1(3), 521–525.

Susilawati, A. (2016). Profil Siswa Low Vision (X) Berprestasi di Bidang

Matematika (Studi Kasus di SMP Islam Raudhatul Jannah Payakumbuh).

Universitas Negeri Padang.

Uswatun Hasana. (2013). Membuat Busana Anak. Remaja Rosdakarya.

Vera, O. (2019). Peran Orangtua Dan Guru Dalam Mendidik Anak Tunagrahita

Yang Berprestasi Di Slb Sri Mujinab Kota Pekanbaru. Jom Fisiip, 6(1), 1–

14.

Wahyumingtyas, E. (2013). Pengelolaan Program Pelatihan Menjahit Pada Anak

Putus Sekolah di Balai Latihan Kerja.

Widyaningsih. (2010). Persepsi Orang Tua Terhadap Nilai Pendidikan Anak

Perempuan Pada Masyarakat Jawa Tradisional (Sebuah Kajian

Antropologi). Diklus, 14(1), 100–110.

Yosiani, N. (2014). Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita dengan Pola Tata

Ruang Belajar di Sekolah Luar Biasa. E-Journal Graduate Unpar, 1(2),

111–124.
56

LAMPIRAN

Lampiran 1

KISI-KISI PENELITIAN

PROFIL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN (X) YANG BERPRESTASI DI BIDANGKETERAMPILAN MENJAHIT DI


SLB NEGERI 1 HARAU

Aspek Pengamatan Indikator Pengamatan Metode Pengumpulan Data

Observasi Wawancara Studi

Dokumentasi

Profil siswa tunagrahita ringan (x) 1. Prestasi-prestasi yang diraih dalam bidang

yang berprestasi di Bidang keterampilanmenjahit

a. Prestasi yang diraih dalam menjahit

pada tingkat kabupaten.

b. Prestasi yang diraih dalam menjahit pada


tingkat
57

keterampilan Provinsi

menjahit di SLB c. Prestasi yang diraih dalam menjahit pada tingkat


Nasional
Negeri 1 Harau

2. Peran guru dalam mengembangkan prestasi X

a. Peran kepala sekolah dalam pengembangan prestasi X

b. Peran guru Menjahit dalam pengembangan prestasi X

c. Peran guru kelas dalampengembangan prestasi X


58

3. Peran orang tua dalam mengembangkan prestasi X

a. Fasilitas yang diberikan orang tua untuk

mengembangkan prestasi X

b. Motivasi yang diberikan orang tua untuk


59

mengembangkan prestasi X

4. Kendala yang dihadapi X dalam meraih prestasi di bidang

menjahit

5. Upaya yang dilakukan X dalam menghadapi kendala dalam

meraih prestasi di bidang menjahit


60

Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASI
PROFIL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN YANG BERPRESTASI
DI BIDANGKETERAMPILAN MENJAHIT

Item Observasi

1. Sejak kapan siswa tunagrahita X mulaibelajar menjahit


2. Cara latihan siswa tunagrahita X
3. Layanan khusus dalam latihan
4. Prestasi X selama di SLBN 1 Harau
5. Cara guru dalam memberikan pengajaranmenjahit kepada siswa
tunagrahita X
6. Metode guru dalam memberikan pengajaranmenjahit kepada siswa
tunagrahita X
7. Fasilitas yang diberikan sekolah dalampengembangan prestasi X
8. Fasilitas yang diberikan orang tua dalampengembangan prestasi X
9. Cara orang tua memotivasi siswatunagrahita X
10. Kondisi fisik ruang latihan
61

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA
PROFIL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN (X) YANG BERPRESTASI DI
BIDANG KETERAMPILAN MENJAHIT DI SLB NEGERI 1 HARAU

Pedoman Wawancara
Tunagrahita X
1. Dari kapan X mulai belajar menjahit ?
2. Kapan anak menunjukkan bakat dan prestasinya di bidang menjahit?
3. Apa prestasi yang telah dicapai anak pada keterampilan menjahit?
4. Apa saja kategori yang pernah diraih di tingkat Kabupaten dalam bidang
menjahit ?
5. Apa saja kategori yang pernah diraih di tingkat Provinsi dalam bidang
menjahit ?
6. Apa saja kategori yang pernah diraih di tingkat Nasional dalam bidang
menjahit ?
7. Siapa saja yang berperan penting dalam pengembangan prestasi X ?
8. Apa saja fasilitas yang diberikan orangtua dalam pengembangan prestasi
X di bidang menjahit ?
9. Bagaimana cara orangtua dalam memotivasi X pada pengembangan
prestasi di bidang menjahit ?
10. Apa saja kendala X dalam meraih prestasi di bidang menjahit ?

Kepala Sekolah
1. Apa saja prestasi X selama di SLBN 1 Harau ?
2. Apa saja fasilitas dan layanan yang diberikan sekolah dalam
pengembangan prestasi X?
3. Guru Keterampilan Menjahit
4. Berapa lama Ibuk mengajar di SLBN 1 Harau ?
5. Bagaimana nilai menjahit X ?
62

6. Bagaimana cara guru kelas dalam memberikan layanan dan bimbingan


pada pengembangan prestasi X?

Guru Kelas
1. Berapa lama Ibu mengajar di SLBN 1 Harau ?
2. Bagaimana sosialisasi X dengan teman di kelas?

Orang Tua
1. Apa saja fasilitas yang Bapak berikan kepada X dalam pengembangan
prestasi menjahit ?
2. Bagaimana keseharian X di rumah?
3. Bagaimana sosialisasi X di lingkungan sekitar?
4. Bagaimana cara Ibuk memberikan motivasi kepada X dalam
63

Lampiran 4
CATATAN WAWANCARA

Hari/ Tanggal : Kamis /18 Januari


Pukul : 19.00 WIB
Tempat : Rumah X
Responden : X
Peneliti : Assalamu’alaikum. Perkenalkan nama saya Adinda Fania
Mahasiswa Pendidikan Luar biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Padang Bp 2018. Mungkin ada beberapa hal
yang ingin saya tanyakan X. Apakah adik bersedia?
Responden : Wa’alaikumsallam. Ya, bersedia.
Peneliti : Dari kapan X mulai belajar menjahit?
Responden : Dari kelas 2 sekolah menengah pertama Saat Umur 14 tahun
Peneliti : Kapan anak menunjukkan bakat dan prestasinya di bidang
menjahit?
Responden : Pada Tahun 2019
Peneliti : Apa saja prestasi yang telah dicapai anak pada keterampilan
menjahit?
Responden : Juara 1 LKSN PDBK (Lomba Keterampilan Siswa Nasional
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus) cabang menjahit tingkatan
SMPLB/SMALB yang dilaksanakan di SLBN 1 HARAU dengan
tema menjahit Busana Kasual Milenial tingkat kabupaten. Juara 3
tingkat provinsi pada tahun 2019 dalam ajang LKSN PDBK
(Lomba Keterampilan Siswa Nasional- Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus) dilaksanakan di The Axana Hotel Padang
dengan tema Busana Kasual Milenial tingkat provinsi. Juara 1
tahun 2021 mengikuti lomba dalam ajang LKSN PDBK(Lomba
Keterampilan Siswa Nasional- Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus) yang dilaksanakan di SLBN 1 HARAU dalam bidang
64

menjahit dengan tema Busana Kasual Milenial tingkat kabupaten.


Juara 1 tahun 2021 dalam ajang LKSN PDBK (Lomba
Keterampilan Siswa Nasional- Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus) yang dilaksanakan secara daring di Hotel The Axana
Padang dengan tema Busana Kasual Milenial tingkat provinsi.
Kemudian diutus untuk mewakili Sumatera Barat dalam ajang
LKSN PDBK (Lomba Keterampilan Siswa Nasional Peserta
Didik Berkebutuhan Khusus) tingkat nasional yang dilaksanakan
di jakarta dengan tema Busana Kasual Milenial dan meraih
harapan 1 tingkat nasional.
Peneliti : Siapa saja yang berperan penting dalam pengembangan prestasi
X?
Responden : Orang tua, Keluarga, dan lingkungan sekolah seperti kepala
sekolah, wali kelas, guru Menjahit, dukungan teman sebaya.
Peneliti : Apa saja fasilitas yg diberikan sekolah dalam pengembangan
prestasi X?
Responden : Alat dan bahan mendukung. Guru khusus keterampilan menjahit,
yaitu guru bidang studi keterampilan menjahit di SLBN 1
Harau dan dilakukan di luar jam sekolah.
Peneliti : Bagaimana cara orangtua dalam memotivasi X pada
pengembangan prestasi di bidang Menjahit?
Responden : Mendekatkan diri pada agama dan banyak mensyukuri nikmat
Allah SWT
Peneliti : Apa saja kendala X dalam meraih prestasi di bidang menjahit?
Responden : Tidak ada
65

Gambar 1. Peneliti dengan X


66

CATATAN WAWANCARA

Hari/ Tanggal : Jumat/ 19 Januari 2023


Pukul : 09.30 WIB
Tempat : SLBN 1 Harau
Responden : Ibuk Ida Hamidah S.Pd ( Wali kelas X)

Peneliti : Assalamu’alaikum Buk


Responden : wa’alaikumsallam
Peneliti : Perkenalkan buk saya Adinda Fania Mahasiswa Pendidikan Luar
Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang Bp
2018. Maaf mengganggu waktu nya buk, saya akan menanyakan
beberapa hal mengenai subjek penelitian saya yaitu X, apakah
ibuk bersedia, buk? Selama X di SLBN 1 Harau apa saja prestasi
X terkhusus di bidang Menjahit buk?
Responden : Kalau selama di SLBN 1 Harau kelas X waktu itu X ikut ajang
kompetisi LKSN PDBK tingkat kabupaten dan meraih juara 1.
Kelas XI X ikut kembali kompetisi Menjahit tingkat provinsi ke
hotel Axana Padang.
Peneliti : Bagaimana cara ibuk memberikan pembelajaran terhadap X
sehingga dia mampu berprestasi sedemikian rupa?
Responden : Pertama ibuk memberikan informasi tentang berbagai lomba
kepada X, kemudian berbagai lomba itu kami memang saling
berkoordinasi, konsultasi, dan sering mengundangnya ke rumah
kalau waktu disekolah tidak cukup optimal, selain itu tidak
membatasi komunikasi lewat sosial media jam berapapun butuh
bantuan tentang pembelajaran semaksimal nya ibuk jawab, ketika
X butuh pendampingan ke tempat kegiatan ibuk akan dampingi
ke tempat kegiatan. Membantu dalam mencarikan buku sumber
yang dia butuhkan. Dalam segi belajar di kelas ibuk menyamakan
67

dengan siswa yang lain, dan memang pribadi X yang tidak


dibedakan dengan teman-temannya yang lain. Selain itu Dalam
memberikan pelajaran kepada X ibuk memakai metode
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan agar mampu
menciptakan situasi dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya dan
dengan durasi lebih lama dari siswa pada umum nya khusus untuk
X agar X memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah
disampaikan. Selain jadi guru ibuk juga sebagai pembimbing
untuk X dalam memberikan pemahaman dan pengarahan dan
bantuan terhadap X untuk mencapai pemahaman dan pengarahan
diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara
maksimum terhadap pembelajaran.
Peneliti : Bagaimana hasil belajar X di kelas?
Responden : Baik, dia memiliki potensi yang bagus dan dia siswa yang aktif
Peneliti : Apakah belajar X disamakan dengan siswa lainnya?
Responden : Dalam segi belajar di kelas ibuk menyamakan dengan siswa yang
lain, dan memang pribadi X yang tidak mau dibedakan dengan
teman-temannya yang lain.
Peneliti : Apakah Ibu ada kendala dalam memberikan pelajaran di kelas
pada X?
Responden : Pemahaman dalam pembelajaran
Peneliti : pesan ibuk kepada pembaca penelitian ini nantinya buk?
Responden : Setiap orang memiliki kecerdasan tergantung bagaimana orang
menemukan cara mengeksplorasi kecerdasan tersebut, yang
terpenting memberi kesempatan.
68

Gambar 2. Peneliti dengan Wali Kelas


69

CATATAN WAWANCARA

Hari/ Tanggal : Rabu/ 20 Januari 2023


Pukul : 09.00 WIB
Tempat : SLBN 1 Harau
Responden : Ida Hamidah S.Pd (guru keterampilan menjahit)
Peneliti : Assalamu’alaikum buk
Responden : wa’alaikumsallam
Peneliti : Perkenalkan buk saya Adinda Fania Mahasiswa Pendidikan Luar
Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang Bp
2018. Mungkin ada beberapahal buk yang ingin saya tanyakan ke
ibuk. Apakah ibuk bersedia buk?
Responden : ya dipersilakan
Peneliti : sebelumnya bisakah ibuk memperkenalkan diri dulu buk?
Responden : perkenalkan nama saya Ida Hamidah salah satu guru di SLBN
1 Harau Payakumbuh, sekarang mengajar mata pelajaran
keterampilan menjahit.
Peneliti : Sudah berapa lama ibuk jadi guru keterampilan menjahit di
SLBN 1 Harau ?
Responden : 6 tahun 6 bulan
Peneliti : Sepengetahuan Ibuk apa-apa saja prestasi di bidang Menjahit
yang sudah diraih X dalam bidang Menjahit ?
Responden : Sejak SMP X sudah memiliki prestasi dibidang menjahit tapi
masih dalam tingkat provinsi, sesampai di SMAkita lakukan
pembinaan terhadap X khusus di bidang Menjahit. 2022 X
mendapatkan harapan 1 kategori busana kasual milenial, hasil
yang diraih 1 piala di Jakarta.
Peneliti : Bagaimana cara ibuk memberikan pengajaran kepada popi
buk?
Responden : Saya berperan selain menjadi guru untuk X juga menjadi
70

pembimbing untuk popi, dalam memberikan pengajaran kepada X


sama dengan siswa lainnya, yang membedakan cuman proses
pembelajarannya agak lambat dan membutuhkan waktu lebih
lama dari siswa pada umumnya karena keterbatasan X sebagai
penyandang tunagrahita. Namun yang membedakan X dari siswa
lain, X menanyakan seluruh langkah-langkah dalam menjahit
sehingga mampu terbentuk busana muslim, padahal saya sudah
menjelaskan ini tidak termasuk kedalam yang dilombakan,
kemudian X menjawab “apa salah nya untuk tau buk”. Saya
menjelaskan semua langkah-langkahmenjahit sedetail-detail nya.
Peneliti : Bagaimana nilai keterampilan menjahit X buk ?
Responden : Kalau masalah nilai X mendapatkan nilai yang bagus dalam
praktek keterampilan menjahit.
Peneliti : Apakah ada metode khusus yang ibuk berikan ke X buk dalam
belajar menjahit ?
Responden : Kalau yang saya terapkan sebelum memulai pembelajaran
biasa nya X saya minta mengaji dulu ( baca Al-Qur’an). Atau
sambung ayat dengan saya, karena ketika kita membaca Al-
qur’an proses pembelajaran akan terasa mudah.
Peneliti : Apakah ada strategi dan trik-trik khusus supaya popi dapat
memahami?
Responden : Saya memberikan bimbingan ke X dengan mencari kumpulan
pola busana di internet yang biasanya masuk dalam perlombaan
dan mempelajari yang tidak termasuk kedalam yang akan
dilombakan. Sebelum berangkat X dimentori oleh mentor yang
ada di Jakarta siang nya, dan malam nya kami ulang dan kupas
kembali apa yang telah dipelajari dengan bimbingan saya.
Peneliti : Apakah ada kendala saat mengajar X buk ?
Responden : Hambatan pertama tentunya tentang pemahaman dan
penyampaian tentang pembelajaran, dimana X harus
71

membutuhkan waktu yang lebih lama dari teman-temannya.

Gambar 3. Peneliti dengan Guru Keterampilan

Link Video : https://youtu.be?0mWe1dlGGrM


Link Video : https://youtu.be/dFYXp_Q2Eqw
72

CATATAN WAWANCARA

Hari/ Tanggal : Senin/ 22 januari 2023


Pukul : 08.00
Tempat : SLBN 1 Harau
Responden : Bapak Suparlan S.Pd. ( Kepala sekolah)
Peneliti : Assalamu’alaikum pak
Responden : wa’alaikumsallam
Peneliti : Perkenalkan pak saya Adinda Fania Mahasiswa Pendidikan Luar
Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang Bp
2018. Mungkin ada beberapa hal pak yang ingin saya tanyakan ke
bapak. Apakah bapak bersedia pak?
Responden : ya dipersilakan
Peneliti : sebelumnya bisakah bapak memperkenalkan diri dulupak?
Responden : perkenalkan nama saya bapak Suparlan S.Pd kepala
sekolah SLBN 1 Harau
Peneliti : sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SLBN 1
Harau?
Responden : 22 tahun
Peneliti : Selama X berada di SLBN 1 Harau apa saja prestasi yang n
pernah diraih X pak ?
Responden : Untuk X prestasi nya sangat banyak sekali dan untuk khusus di
bidang menjahit itu X sudah dua kalimendapatkan juara 1 tingkat
kabupaten,mendapatkan piala dan piagam dilanjutkan tingkat
provinsi yang dilaksanakan di hotel axana meraih juara 1
menjahit busana kasual milenial mendapat piala dan piagam dan
ke Jakarta meraih harapan 1 tingkat nasional dalamajang LKSN
PDBK.
Peneliti : Bagaimana keseharian X di SLBN 1 Harau ?
Responden : X seperti siswa lain dan sibuk dengan kegiatan positif Secara
73

keterampilan mendapatkan nilai yang baik.


Peneliti : Bagaimana sosialisasi X dengan teman sekolah di SLBN 1 Harau
?
Responden : X tidak merasa ada kekurangan pada dirinya, care pada semua
guru, spiritual, dan sosial sangat bagus.
Peneliti : Apa saja fasilitas yang diberikan sekolah pada pengembangan
prestasi X?
Responden : Sebagai seorang siswa penyandang tunagrahita kami tidak
menganggap X itu memiliki kekurangan karena memang kalau
dalam pembelajaran X tidak merasa kesulitan karena sekolah
memberikan sarana dan prasarana seperti pendampingan baik
disekolah maupun sampai ke Jakarta selain itu ada guru
pembimbing khusus supaya X tidak merasa kekurangannya.
Peneliti : Adakah apresiasi dari sekolah?
Responden : Ada, sesuai dengan tingkatan.

Gambar 4. Peneliti dengan Kepala Sekolah


74

CATATAN WAWANCARA

Hari/ Tanggal : Selasa/ 24 Januari 2023


Pukul : 17.00
Tempat : Rumah X
Responden : Orang Tua X
Peneliti : Assalamu’alaikum buk
Responden : wa’alaikumsallam
Peneliti : Perkenalkan buk saya Adinda Fania Mahasiswa Pendidikan Luar
Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang Bp
2018. Mungkin ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan ke
ibuk. Apakah ibuk bersedia buk?
Responden : ya dipersilakan
Peneliti : sebelumnya bisakah ibuk memperkenalkan diri dulu ibuk?
Responden : perkenalkan nama saya Suryani sebagai orang tua X
Peneliti : Apa saja prestasi yang pernah diraih X dalam bidang menjahit?
Responden : juara 1 LKSN PDBK (Lomba Keterampilan Siswa Nasional-
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus) cabang menjahit tingkatan
SMPLB/SMALB yang dilaksanakan di SLBN 1 HARAU dengan
tema menjahit Busana Kasual Milenial tingkat kabupaten. Juara
3 tingkat provinsi pada tahun 2019 dalam ajang LKSN PDBK
(Lomba Keterampilan Siswa Nasional- Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus) dilaksanakan di The Axana Hotel Padang
dengan tema Busana Kasual Milenial tingkat provinsi. Juara 1
tahun 2021 mengikuti lomba dalam ajang LKSN PDBK (Lomba
Keterampilan Siswa Nasional- Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus) yang dilaksanakan di SLBN 1 HARAU dalam bidang
menjahit dengan tema Busana Kasual Milenial tingkat kabupaten.
Juara 1 tahun 2021 dalam ajang LKSN PDBK (Lomba
Keterampilan Siswa Nasional- Peserta Didik Berkebutuhan
75

Khusus) yang dilaksanakan secara daring di Hotel The Axana


Padang dengan tema Busana Kasual Milenial tingkat provinsi.
Kemudian diutus untuk mewakili Sumatera Barat dalam ajang
LKSN PDBK (Lomba Keterampilan Siswa Nasional Peserta
Didik Berkebutuhan Khusus) tingkat nasional yang dilaksanakan
di jakarta dengan tema Busana Kasual Milenial dan meraih
harapan 1 tingkat nasional.
Peneliti : Kapan X mulai berprestasi di bidang menjahit?
Responden : Sejak SMP
Peneliti : Kapan X mulai belajar menjahit ?
Responden : Sejak kelas 1 SMP 2013
Peneliti : Apa saja fasilitas yang ibuk berikan kepada X dalam
pengembangan prestasi menjahit ?
Responden : Sarana dan prasarana seperti menyediakan mesin jahit dan pola-
pola dalam menjahit busana
Peneliti : Apakah X mempunyai guru khusus dalam belajar Menjahit?
Responden : Ada guru bidang menjahit?
Peneliti : Bagaimana keseharian X di rumah?
Responden : Secara spiritual bagus anak yang baik
Peneliti : Bagaimana sosialisasi X di lingkungan sekitar?
Responden : kurang mau untuk bersosialisasi dengan tetangga sekitar lebih
memilih bermain di rumah dengan adik.
Peneliti : Bagaimana cara ibuk memberikan motivasi kepada X
dalampengembangan prestasinya dalam bidang menjahit?
Responden : Belajar mensyukuri nikmat yang diberikan allah SWT
Peneliti : Apa saja kendala yang dihadapi X dalam
pengembanganprestasinya?
Responden : Tidak ada
Peneliti : Bagaimana cara Ibuk memberikan dorongan dalam mengatasi
kendala Peneliti yang dihadapi X pada pengembangan
76

prestasinya?
Responden : Memberikan motivasi dan mendekatkan diri kepada allah

Gambar 5. Peneliti dengan Orangtua X

Link Latihan (X) : https://youtu.be?LZ89RtLqxQk


77

Lampiran 5
CATATAN LAPANGAN (CL 1)

Hari/ Tanggal : Kamis / 18 Desember 2022


Pukul : 07:00 WIB
Tempat : SLBN 1 HARAU

Pada hari Kamis, tanggal 18 Desember 2022, pukul 07:00 WIB Peneliti
datang ke SLBN 1 HARAU yang beralamat di di Jln.Tarantang Kec. Harau, Kab.
Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Peneliti langsung menghadap ke bagian Tata
Usaha dan memperkenalkan diri. Disana peneliti bertemu dengan buk rila. Peneliti
ke kesekolah bertujuan untuk mengantar surat izin penelitian dan menyampaikan
maksud peneliti. Surat ini berguna sebagai permohonan pelaksanaan
penelitian.Penelitian harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
Sesampai di sekolah peneliti langsung ke ruangan TU, peneliti
menyampaikan maksud kedatangan peneliti ke SLBN 1 Harau untuk
melaksanakan penelitian peneliti juga menyampaikan kepada TU. Karyawan TU
menyampaikan bahwasannya kepala sekolah sedang dalam keadaan sibuk karena
ada beberapa urusan sekolah dan rapat mengenai tahun ajaran baru dan karyawan
TU harus memproses surat izin penelitian ini terlebih dahulu. Apakah diizinkan
atau tidaknya peneliti melakukanpenelitian di SLBN 1 Harau. Untuk itu karyawan
TU meminta peneliti untuk menunggu hasil konfirmasi dan kembali lagi besok
untuk menanyakan hasilnya. Maka dari itu peneliti kembali pulang dan
menyelesaikan kegiatan pada hari itu dan kembali lagi besok.
78

CATATAN LAPANGAN (CL 3)

Hari/ Tanggal : Jumat/ 19 Desember 2022


Pukul : 08.00 WIB
Tempat : SLBN 1 Harau

Pada hari Jumat, tanggal 19 Desember 2022, pukul 08:00 WIB saya
kembali lagi ke sekolah, saya langsung menemui buk Rila di ruangan tata usaha
(TU), dan peneliti menanyakan tentang konfirmasi surat izin penelitian, ibuk Rila
menjawab surat izin penelitian sudah sampai ke tangan kepala sekolah. Peneliti
menanyakan kembali “lalu bagaimana buk?” . ibuk Rila menjawab “ tunggu
sebentar ibuk temui kepala sekolah dulu”. Surat penelitian disetujui dan penelitian
sudah mulai bisa dilakukan.
Pada hari itu peneliti mulai melakukan wawancara dengan Wali kelas
sekaligus guru bidang studi keterampilan menjahit yaitu ibuk Ida Hamidah.
79

CATATAN LAPANGAN (CL 4)

Hari/ Tanggal : Minggu / 04 Januari 2023


Pukul : 08:00 WIB
Tempat : Rumah X

Pada hari Minggu, tanggal 04 Januari 2023, pukul 16:00 WIBpeneliti


melanjutkan kembali wawancara dengan X, ayah X, dan ibuk X.
80

CATATAN LAPANGAN (CL 5)

Hari/ Tanggal : Senin/ 05 Januari 2023


Pukul : 08:00 WIB
Tempat : SLBN 1 Harau

Pada pukul 09.00 peneliti tiba di SLBN 1 Harau. Sesampai disekolah


peneliti langsung menuju ruangan kepala sekolah. Peneliti menemui kepala
sekolah yang bernama bapak Suparlan, Sesampai ruangan kepala sekolah peneliti
mengucapkan salam. Kemudian peneliti disuruh masuk dan dipersilakan untuk
duduk kebetulan. “ada keperluan apa, apakah ada yang bisa saya bantu?”. “ maaf
sebelumnya mengganggu waktunya buk, perkenal pak saya Adinda Fania
mahasiswa PLB FIP UNP, begini pak saya melaksanakan penelitian di sekolah ini
dengan judul Profil Siswa Tunagrahita (X) Berprestasi Bidang Keterampilan
Menjahit di SLB Negeri 1 Harau, Oleh karena itu saya ingin wawancara dengan
ibuk tentang prestasi X buk, saya harap bapak mau memberikan waktunya”.
“silakan”. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan
pedoman wawancara.
81

CATATAN LAPANGAN (CL 6)

Hari/ Tanggal : Selasa/ 06 Januari 2023


Puku l : 19:00 WIB
Tempat : Rumah X

Hari peneliti melanjutkan wawancara dengan X dan orang tua X, setelah


shalat ashar peneliti langsung memulai wawancara, setelah menanyakan kesiapan
dan kesediaan orang tua X untuk di wawancara.
82

CATATAN LAPANGAN (CL 7)

Hari/ Tanggal : Rabu/ 07 Januari 2023


Pukul : 09:00 WIB
Tempat : SLBN 1 Harau

Pada pukul 09.00 peneliti tiba di SLBN 1 Harau. Sesampai disekolah


peneliti langsung menuju ruangan majelis guru. Peneliti menemui guru bidang
keterampilan menjahit yang bernama Ida Hamidah, Sesampai di ruangan peneliti.
83

Lampiran 6
FOTO

Gambar 6. Sertifikat Penghargaan

Gambar 7. Piala Penghargaan


84

Lampiran 7
Langkah-Langkah Kegiatan Keterampilan Menjahit (X)
1

4
85

9
86

10

11

12

13

14
87

15

16

17

18

19
88

20

21

22

23

24
89

25

26

27

28

29
90

30

31

Video Link : https://youtube/ErzlRxjdp1w

You might also like