Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

ARTIKEL

HILANGNYA JATI DIRI BANGSA, BUDAYA, DAN TRADISI


WARISAN LELUHUR SEBAGAI PENYEBAB
FENOMENA SOSIAL TERKINI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Dosen Pengampu:
Sugeng Widiarto, S.E., M.M.

Disusun oleh:
1. Chaeruri Ayu Rahmawati 2305140748
2. Deasyana Octavia Sundawa 2305140816
3. Kholifatul Laili Rahmawati 2305140772
4. Wiwin Ananda Dwi Agustin 2305140753

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH JOMBANG
2024/2025
ABSTRACT

This article discusses the latest social phenomena occurring in Indonesia,


including social problems, economic inequality, public dissatisfaction with the
government, threats of national disintegration, and terrorism or radicalism. This
phenomenon is said to be the result of the loss of national identity, culture and
ancestral traditions in society.
Analysis was carried out through a qualitative approach and secondary
data collection from several trusted sources. This article shows that the loss of
national identity, culture and ancestral traditions in Indonesia is caused by several
factors, such as globalization, modernity, technological developments and
urbanization.
The loss of national identity, culture and ancestral traditions has an impact
on the emergence of social phenomena in Indonesia today. These social
phenomena include economic inequality, public dissatisfaction with the
government, the threat of national disintegration, and terrorism or radicalism.
Economic inequality causes poverty and social inequality that extends to all levels
of society. Public dissatisfaction with the government arises as a result of injustice
and inequality in public policies implemented by the government. The threat of
national disintegration occurs as a result of the separation and feuds between
tribes, religions and cultures that occur in Indonesia. Terrorism or radicalism often
appears as a form of protest or expression of dissatisfaction with the government.
Restoring national identity, culture and ancestral traditions in Indonesia is
considered the right solution to overcome and prevent the occurrence of the above
social phenomena. This article offers several solutions such as developing national
character education, promoting cultural tourism and historical tourism, and
maintaining traditional languages and arts.
In conclusion, this article emphasizes the importance of maintaining
national identity, culture and ancestral heritage traditions as a form of preserving
identity and as an effort to prevent social phenomena that are increasingly
rampant in Indonesia. Key words: loss of identity, nation, culture, ancestral
traditions, social phenomena, economic inequality, societal dissatisfaction,
national disintegration, terrorism, radicalism.

ii
Keyword: Social phenomena, Economic inequality, Societal dissatisfaction,
National disintegration, Terrorism, Radicalism, Loss of identity, Culture,
Taditions inherited from ancestors.

ABSRTAK

Artikel ini membahas fenomena sosial terkini yang terjadi di Indonesia,


termasuk terjadinya masalah sosial, ketimpangan ekonomi, ketidakpuasan
masyarakat terhadap pemerintah, ancaman disintegrasi bangsa, dan terorisme atau
radikalisme. Fenomena ini disebut sebagai akibat dari hilangnya jati diri bangsa,
budaya, dan tradisi warisan leluhur di masyarakat.
Analisis dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan pengumpulan data
sekunder dari beberapa narasumber terpercaya. Artikel ini menunjukkan bahwa
hilangnya jati diri bangsa, budaya, dan tradisi warisan leluhur di Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti globalisasi, modernitas, perkembangan
teknologi, dan urbanisasi.
Hilangnya jati diri bangsa, budaya, dan tradisi warisan leluhur berdampak
pada munculnya fenomena sosial di Indonesia pada saat ini. Fenomena sosial
tersebut meliputi ketimpangan ekonomi, ketidakpuasan masyarakat terhadap
pemerintah, ancaman disintegrasi bangsa, dan terorisme atau radikalisme.
Ketimpangan ekonomi menyebabkan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang
meluas ke seluruh lapisan masyarakat. Ketidakpuasan masyarakat terhadap
pemerintah muncul sebagai akibat dari ketidakadilan dan ketidaksamaan dalam
kebijakan publik yang diterapkan oleh pemerintah. Ancaman disintegrasi bangsa
terjadi akibat dari keterpisahan dan perseteruan antar suku, agama, dan budaya
yang terjadi di Indonesia. Terorisme atau radikalisme seringkali muncul sebagai
bentuk protes atau ekspresi ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Memulihkan jati diri bangsa, budaya, dan tradisi warisan leluhur di
Indonesia dianggap sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi dan mencegah
terjadinya fenomena sosial diatas. Artikel ini menawarkan beberapa solusi seperti
mengembangkan pendidikan karakter nasional, mempromosikan turisme budaya
dan wisata sejarah, dan mempertahankan bahasa dan kesenian tradisional.

iii
Kesimpulannya, artikel ini menekankan pentingnya menjaga jati diri bangsa,
budaya, dan tradisi warisan leluhur sebagai bentuk pelestarian identitas dan
sebagai upaya untuk mencegah fenomena sosial yang semakin merajalela di
Indonesia. Kata kunci: hilangnya jati diri, bangsa, budaya, tradisi warisan leluhur,
fenomena sosial, ketimpangan ekonomi, ketidakpuasan masyarakat, disintegrasi
bangsa, terorisme, radikalisme.
Kata kunci: fenomena sosial, ketimpangan ekonomi, ketidakpuasan masyarakat,
disintegrasi bangsa, terorisme, radikalisme, hilangnya jati diri, budaya, tradisi
warisan leluhur.

iv
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan budaya yang


beragam. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku, agama, bahasa, dan tradisi
warisan leluhur yang kaya akan nilai-nilai dan keunikan. Namun, dalam beberapa
tahun terakhir, fenomena sosial yang mengkhawatirkan muncul di Indonesia.
Fenomena tersebut meliputi terjadinya masalah sosial, ketimpangan ekonomi,
ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah, ancaman disintegrasi bangsa, dan
bahkan terorisme atau radikalisme.
Salah satu faktor yang memicu fenomena ini adalah hilangnya jati diri
bangsa, budaya, dan tradisi warisan leluhur di tengah arus globalisasi dan
modernisasi yang semakin cepat. Globalisasi membawa dampak positif secara
ekonomi dan teknologi, namun juga menghadirkan tantangan dalam
mempertahankan identitas budaya lokal. Budaya asing masuk dan mulai
mendominasi kehidupan masyarakat, sedangkan budaya lokal mulai terabaikan.
Ketika masyarakat kehilangan hubungan dengan jati diri budayanya,
mereka menjadi rentan terhadap berbagai masalah sosial. Ketimpangan ekonomi
antara kelompok-kelompok sosial semakin memperdalam kesenjangan sosial dan
kemiskinan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan sosial, ketegangan
antarkelompok, dan terjadinya konflik sosial yang merusak keharmonisan bangsa.
Selain itu, ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah juga dapat
menjadi akibat dari hilangnya jati diri budaya dan tradisi warisan leluhur. Ketika
nilai-nilai budaya dan moral yang dianut oleh masyarakat tidak lagi dihargai atau
diabaikan oleh pemerintah, maka muncul ketidakpuasan dan rasa
ketidakpercayaan terhadap pemerintah itu sendiri. Hal ini dapat mengganggu
stabilitas politik dan sosial di negara. Ancaman disintegrasi bangsa juga dapat
timbul akibat hilangnya jati diri budaya dan tradisi warisan leluhur. Ketika
masyarakat kehilangan identitas budaya dan tidak mampu mempertahankan
hubungan dengan leluhur mereka, maka rasa persatuan dan solidaritas sosial
dalam masyarakat bisa terkikis. Perpecahan antarsuku, agama, dan kelompok
sosial dapat muncul, memperburuk kondisi sosial dan politik di negara.
Tidak hanya itu, hilangnya jati diri bangsa, budaya, dan tradisi warisan
leluhur juga menciptakan celah yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok-

1
kelompok radikal atau teroris. Mereka mencari pembenaran ideologi mereka
dengan mengeksploitasi rasa ketidakpuasan, frustasi, dan kebingungan identitas
masyarakat yang kehilangan jati diri budaya mereka.
Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengatasi fenomena ini.
Artikel ini akan mengkaji lebih lanjut dampak dan akibat dari hilangnya jati diri
bangsa, budaya, dan tradisi warisan leluhur terhadap masyarakat. Selain itu,
artikel ini juga akan mencari solusi untuk memulihkan jati diri bangsa, budaya,
dan tradisi warisan leluhur agar dapat mengatasi masalah sosial, ketimpangan
ekonomi, ketidakpuasan masyarakat, ancaman disintegrasi bangsa, dan terorisme
atau radikalisme.

2
PEMBAHASAN

Masalah sosial adalah suatu kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan


dalam sistem sosial yang meliputi aspek ekonomi, politik, budaya, hukum, agama,
dan lain-lain. Fenomena masalah sosial dapat dilihat dalam berbagai bentuk,
seperti kemiskinan, pengangguran, kekerasan, diskriminasi, penyalahgunaan
narkoba, dan lain sebagainya. Masalah sosial sangat kompleks, dan memerlukan
solusi terpadu yang melibatkan partisipasi dari semua pihak, baik itu pemerintah,
masyarakat, maupun individu. Untuk mengatasi masalah sosial, diperlukan
pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa cara yang
dapat dilakukan:
1. Pendidikan dan penyuluhan: Pendidikan dan penyuluhan sangat penting untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah sosial yang ada dan cara
mengatasinya.
2. Peningkatan kesejahteraan ekonomi: Ketimpangan ekonomi dapat menjadi
penyebab utama masalah sosial. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat
perlu berupaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi, antara lain dengan
menciptakan lapangan kerja, memberikan pelatihan kerja, dan memperluas
akses ke modal usaha.
3. Pelaksanaan hukum yang adil: Pelaksanaan hukum yang adil dapat
meminimalisir terjadinya tindakan kriminal dan penyimpangan sosial lainnya.
4. Pemberdayaan masyarakat: Masyarakat perlu diberdayakan untuk menjadi
bagian aktif mengatasi masalah sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan dan pendampingan yang tepat agar masyarakat memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
5. Kolaborasi dan kemitraan: Kerjasama antara semua pihak terkait seperti
pemerintah, masyarakat, LSM, pelaku usaha, dan media dapat membantu
mengatasi masalah sosial secara lebih terpadu dan efektif.
6. Penanganan secara humanis: Penanganan masalah sosial yang dilakukan harus
dilakukan dengan cara yang humanis dan tidak merendahkan martabat
manusia, sehingga tidak memperburuk kondisi sosial yang ada.
Ketimpangan yang terjadi di setiap daerah adalah fenomena yang biasa
terjadi apabila suatu daerah sedang melakukan proses pembangunan. Mula awal

3
terjadinya ketimpangan antar daerah ini terjadi akibat adanya perbedaan dalam
sumber daya alam yang tersedia serta kondisi geografisnya. Permasalahan ini
yang membuat setiap daerah memiliki perbedaan dalam proses pembangunan dan
perbedaan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka tidak heran apabila
pada suatu daerah ada yang tergolong yang daerah yang maju (developed region)
dan daerah yang tergolong daerah yang terbelakang (underdeveloped region).
Karena adanya proses pembangunan disetiap daerah yang akan menimbulkan
terjadinya ketimpangan, maka perlu dilakukan pembenahan dalam membuat suatu
kebijakan sehingga tidak akan terjadi lagi ketimpangan di setiap daerah.
Dampak dari terjadinya ketimpangan dapat berupa dampak positif ataupun
dampak negatif, dampak positif dari ketimpangan yaitu dapat mendorong wilayah
lain yang kurang maju untuk dapat bersaing dan meningkatkan pertumbuhannya
sehingga akan tercapai kesejahteraannya. Dampak negatif dari ketimpangan antara
lain inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, serta
ketimpangan yang tinggi akan sering dipandang tidak adil. Dampak negatif
ketimpangan inilah yang akan menjadi masalah pembangunan dalam menciptakan
kesejahteraan masyarakat.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan
pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang merata.
Pertumbuhan ekonomi ini diukur dengan Produk Domestik Regoinal Bruto
(PDRB) dan laju pertumbuhannya. Pertumbuhan ekonomi yang cepat maka akan
menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan, hal ini dikarenakan tidak
memperhatikan apakah pertumbuhan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan struktur ekonomi.
Perubahan peran Pemerintah Daerah yang tertuang dalam UU No 23/2014
tentang Pemerintah Daerah, menuntut adanya peran pelayanan publik bagi
Pemerintah Daerah yang berkualitas kepada masyarakat. Disamping itu, tuntutan
pelayanan publik sebagai hak-hak warga negara yang mempunyai akses langsung
kepada Pemerintah membawa dampak terhadap perubahan iklim kerja di
Pemerintah Daerah, khususnya sebagai abdi negara dan pelayanan masyarakat.
Terlebih apabila dikaitkan dengan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan sebuah organisasi, yang berorientasi pada publik service, yaitu

4
keberhasilannya didalam menjalankan fungsi pelayanan kepada masyarakat
(pelayanan publik) baik berupa barang maupun jasa sesuai dengan kebutuhan
yang dikehendaki.
Pada saat masyarakat luas tidak merasa terpenuhi pelayanan yang
diberikan oleh apparat pemerintah, biasanya masyarakat akan merasa tidak puas,
dan akan menggugat nilai atau standar etika apa yang dipakai apparat dalam
memberikan pelayanan tersebut. Dalam kaitannya dengan pembangunan aparatur
pemerinatah memberikan arahan bahwa “pembangunan aparatur pemerintah
diarahkan pada peningkatan kualitas, efesiensi dan efekitivitas seluruh tatanan
penyelenggara pemerintah termasuk [eningkatan kemampuan dan disiplin,
pengabdian, keteladanan dan kesejahteraan aparatnya, sehingga secara
keseluruhan semakin mampu melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan
sebaik-baiknya, khusunya dalam melayani, mengayomi, serta menumbuhkan
prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan, serta tanggap dalam
kepentingan dan aspirasi masyarakat.
Dijalankannya etika pemerintah oleh aparatur pemerintah akan
berimplikasi langsung pada penyelenggaraan pemerintah. Penyelenggaraan
pemrintah akan berjalan lancar dan sukses apabila perilaku apparat birokrasi
menjalankan tugasnya berdasarkan nilai-nilai etika. Berdasarkan pengamatan awal
yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan fenomena-fenomena yang terjadi terkait
etika pemerintah yang belum professional dalam menjalankan tugas pemerintahan
dan pelayanan kepada masyarakat.
Wacana radikalisme agama di Indonesia berkembang secara masif di
masyarakat melalui berbagai macam saluran dan media setelah tumbangnya
kekuasaan Orde Baru. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, gagasan, ide,
kritik, berserikat dan berkumpul di berbagai kesempatan tanpa mengenal batas
ruang dan waktu telah dibuka seiring dengan dijaminnya freedom of speech oleh
undang undang. Ruang demokrasi yang terbuka telah memberi kesempatan bagi
masyarakat untuk mengekspresikan pendapatnya di ruang publik tanpa dibayang-
bayangi perasaan takut, termasuk di dalamnya kelompok radikal yang
mengartikulasikan aspirasi politik dan ideologi keagamaan mereka secara agresif,
reaktif, dan demonstrative.

5
Ancaman disintegrasi bangsa, terorisme, dan radikalisme sering kali
dihubungkan dengan hilangnya jati diri budaya, dan tradisi warisan leluhur.
Fenomena ini menyoroti kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh masyarakat
modern dalam menjaga keutuhan dan harmoni sosial. Dalam konteks ini, identitas
budaya dan warisan leluhur memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk landasan moral, nilai-nilai, dan identitas kolektif suatu bangsa.
Berikut adalah sepuluh paragraf yang menjelaskan implikasi dari hilangnya jati
diri budaya dan tradisi warisan leluhur terhadap ancaman disintegrasi bangsa,
terorisme, dan radikalisme:
1. Kehilangan Identitas Kultural: Budaya dan tradisi leluhur memberikan identitas
kultural yang kuat kepada suatu bangsa. Hilangnya penghargaan dan
pemeliharaan terhadap warisan budaya dapat menyebabkan kebingungan
identitas di kalangan generasi muda dan menimbulkan kesenjangan budaya.
2. Perubahan Nilai-Nilai Moral: Tradisi warisan leluhur sering kali menyimpan
nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ketika nilai-nilai
ini terkikis atau terlupakan, masyarakat dapat kehilangan landasan moral yang
kuat, meninggalkan mereka rentan terhadap manipulasi ideologi radikal.
3. Kehilangan Solidaritas Sosial: Tradisi-tradisi warisan leluhur sering kali
memperkuat solidaritas sosial di antara anggota masyarakat. Kehilangan tradisi
ini dapat mengakibatkan perpecahan sosial dan kerentanan terhadap gerakan
radikal yang memanfaatkan ketidakpastian dan perpecahan.
4. Perubahan Pola Pikir dan Perilaku: Identitas budaya dan tradisi warisan leluhur
membentuk pola pikir dan perilaku yang unik dalam suatu masyarakat. Ketika
pola pikir ini terancam atau diabaikan, masyarakat menjadi rentan terhadap
pemikiran ekstrem dan perilaku radikal yang bertentangan dengan nilai-nilai
budaya asli.
5. Ketidakstabilan Sosial dan Politik: Hilangnya jati diri budaya dan tradisi
warisan leluhur dapat menciptakan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kelompok-kelompok yang merasa terpinggirkan atau tidak diakui dalam
konteks budaya dan tradisi dapat menjadi sumber ketegangan sosial yang
berpotensi memicu konflik dan kekerasan.

6
6. Eksploitasi Identitas: Dalam konteks globalisasi, identitas budaya sering kali
dieksploitasi untuk kepentingan politik dan ekonomi tertentu. Ketika identitas
budaya dan tradisi dijadikan alat untuk kepentingan yang tidak murni, hal ini
dapat mengakibatkan polarisasi masyarakat dan meningkatkan potensi
radikalisasi.
7. Krisis Identitas Generasi Muda: Generasi muda yang kehilangan akses dan
pemahaman terhadap warisan budaya dan tradisi leluhur mereka cenderung
mencari identitas alternatif. Dalam pencarian identitas ini, mereka rentan
terhadap penerimaan ideologi radikal yang menawarkan narasi yang sederhana
dan memikat.
8. Fragmentasi Kultural: Hilangnya jati diri budaya dan tradisi leluhur dapat
mengakibatkan fragmentasi kultural di dalam masyarakat. Perpecahan antara
kelompok-kelompok budaya dan subkultur dapat menciptakan lingkungan
yang subur bagi radikalisasi dan pertumbuhan ideologi yang ekstrem.
9. Krisis Kebangsaan: Identitas budaya dan tradisi warisan leluhur membentuk
inti dari konsep kebangsaan sebuah negara. Ketika identitas ini terkikis, konsep
kebangsaan menjadi kabur dan masyarakat kehilangan kesatuan yang
diperlukan untuk menghadapi tantangan bersama.
10. Perluasan Kesenjangan Sosial: Kesenjangan sosial dapat memperkuat perasaan
ketidakpuasan dan ketidakadilan di antara kelompok-kelompok masyarakat.
Hilangnya identitas budaya dan tradisi warisan leluhur dapat memperdalam
kesenjangan ini, yang pada gilirannya dapat memicu ketegangan sosial yang
lebih besar dan potensi radikalisasi.
Dalam kesimpulan, menjaga dan memelihara jati diri budaya serta tradisi
warisan leluhur merupakan aspek penting dalam membangun ketahanan sosial dan
melawan ancaman disintegrasi bangsa, terorisme, dan radikalisme. Hal ini
menekankan pentingnya pelestarian nilai-nilai budaya sebagai fondasi yang kokoh
bagi kehidupan bersama yang harmonis dan berkelanjutan.

7
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari pembahasan fenomena terjadinya masalah sosial,


ketimpangan ekonomi, ketidakpuasan terhadap pemerintah, ancaman disintegrasi
bangsa, serta terorisme atau radikalisme sebagai akibat dari hilangnya jati diri
bangsa, budaya, dan tradisi warisan leluhur adalah bahwa faktor-faktor tersebut
dapat saling berhubungan dan berdampak pada stabilitas sosial dan keberlanjutan
pembangunan. Hilangnya jati diri bangsa, budaya, dan tradisi warisan leluhur
dapat menjadi penyebab utama munculnya ketidakpuasan masyarakat,
ketimpangan ekonomi, dan ancaman terhadap keamanan nasional. Faktor ini dapat
menciptakan ketidakstabilan, kebingungan identitas, serta kehilangan nilai-nilai
yang memperkuat persatuan dan kebersamaan.
Saran dari pembahasan fenomena terjadinya masalah social, ketimpangan
ekonomi, ketidakpuasan terhadap pemerintah, ancaman disintegrasi bangsa, serta
terorisme atau radikalisme sebagai akibat dari hilangnya jati diri bangsa, budaya,
dan tradisi warisan leluhur adalah dengan melakukan Pengembangan pendidikan
dan kesadaran budaya, Pemberdayaan ekonomi, Partisipasi masyarakat dalam
pengambilan Keputusan, Membangun dialog dan keterbukaan, Penguatan
keamanan nasional. Dengan adanya upaya yang terpadu dan berkesinambungan,
diharapkan masalah-masalah sosial dapat diatasi serta masyarakat dapat hidup
harmonis dan mencapai kesejahteraan bersama.

8
DAFTAR PUSTAKA

Clark McCauley & Sophia Moskalenko. (2014). Toward a Profile of Lone Wolf
Terrorists: What Moves an Individual From Radical Opinion to Radical
Action, dalam Terrorism and Political Violence, no.1: 69-85.

Crenshaw, M. (1986). The psychology of political terrorism. In: Hermann MG ed


Political psychology. Jossey-Bass, New York, pp 379– 413

Dr. Najahan Musyafak, M.A & Lulu Choirun Nisa, M.Pd, 2020,
Resiliensi Masyarakat Melawan Radikalisme; Aksi Damai dalam Konflik
Agama

Muhardi. 2004. Kontribusi Pendidikan dalm Meningkatkan Kualitas Bangsa


Indonesia.

Parasuraman., 2014. The Behaviorial Consequenses Of Service Quality. New


Jersey : Prentince Hall.

Kepmenpan Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pedoman Survei Kepuasan


Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Pelayanan Public

Kotler, 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga

You might also like